PENGARUH PEMBERIAN FOSFAT ALAM DAN ASAM HUMAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) ANDRI WARSUNATA Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Taman Siswa ABSTRAK Percobaan mengenai pengaruh pemberian Fosfat Alam dan Asam Humat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays Saccharata Sturt.) telah dilaksanakan di Nagari Tabek Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat. Penelitian dilaksanakan bulan Februari sampai April 2014. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan dosis terbaik fosfat alam, asam humat dan interaksi antara keduanya. Percobaan ini disusun secara faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor yang pertama pemberian asam humat yang terdiri dari 3 taraf yaitu 0 kg/ha (A0), 20 kg/ha (A1), 40 kg/ha (A2) dan faktor ke 2 adalah batu fosfat alam dengan 3 taraf yaitu: 0 kg/ha (F0), 200 kg/ha (F1), 400 kg/ha (F2). Pengamatan dengan 3 ulangan menjadi 27 satuan percobaan. Data hasil dianalisa secara statistika dengan uji F diuji lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Pengamatan yang dilakukan adalah: tinggi tanaman, indeks luas daun (ILD), umur tasseling, umur silking, panjang tongkol, lingkar tongkol, jumlah baris biji/ tanaman, berat tongkol berkelobot/ tanaman, berat tongkol berkelobot / plot, berat tongkol/ ha. Hasil berbeda nyata pada pengamatan berat tongkol berkelobot/tanaman, berat tongkol berkelobot/plot, berat tongkol berkelobot/ha. Dari hasil pengamatan percobaan maka dapat disimpulkan bahwa Pemberian 0 Kg/ha sampai 40 Kg/ha Asam Humat memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap berat tongkol berkelobot yang berkisar antara 18,84-21,04 ton/ha. Sedangkan pemberian 200 Kg/ha Fosfat Alam menghasilkan berat 21,55 ton/ha berat tongkol berkelobot yang tertinggi. Tidak terdapat interaksi antara pemberian Asam Humat dan Fosfat Alam.
Kata kunci: fosfat alam, asam humat, tanaman jagung manis.
PENDAHULUAN Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan pada beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai bahan pangan utama. Tidak hanya sebagai bahan pangan, jagung juga digunakan sebagai salah satu bahan pakan ternak dan industri (Purwono dan Hartono, 2007). Jagung manis (Zea mays saccharataSturt.) dikenal dengan nama sweetcorn. Tanaman ini merupakan jenis jagung yang belum lama dikenal dan baru dikembangkan di Indonesia. Jagung manis semakin populer dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan jagung biasa. Selain itu umur berproduksi lebih singkat (genjah) sehingga sangat menguntungkan (Palungkun dan Asiani, 2004). Tanaman jagung manis memiliki nilai ekonomis yang baik. Beberapa bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan diantaranya, batang dan daun muda untuk pakan ternak, batang dan daun tua (pasca panen) untuk pupuk hijau/kompos, batang dan daun kering sebagai bahan bakar pengganti kayu bakar, buah jagung muda untuk sayuran, perkedel, bakwan dan berbagai macam olahan makanan lainnya (Purwono dan Hartono, 2004). Anonim (2012), selama kurun waktu empat tahun terakhir (2009-2012) produksi jagung manis di Sumatera Barat cendrung tidak stabil atau mengalami penurunan mulai dari 351,843 ton/tahun(2009), 341,795 ton/tahun(2010), 354,262 ton/tahun(2011), dan 327.086 ton/tahun(2012). Menyatakan untuk memenuhi kebutuhan jagung dipenuhi dari impor sebesar 2,5 juta ton pada tahun 2012 dan dirasakan masih kurang memadai. Rendahnya produksi jagung manis nasional yang terjadi saat ini disebabkan sebagian besar dibudidayakan pada lahan kering dalam tingkat kesuburan tanah yang
rendah serta pH tanah yang rendah dan unsur hara yang kurang. Untuk memperbaiki kesuburan tanah salah satu usaha yang dapat dilakukan dengan memberikan bahan organik antara lain: pupuk kandang (pukan), kompos jerami, kompos sampah kota, dan pemberian asam humat. Penambahan asam humat kedalam tanah mampu mengikat logam Al, Fe dan Mn pada tanah yang kurang unsur hara dimana akan membentuk senyawa metal organo kompleks atau kelat sehingga dapat mengatasi pengikatan pupuk P yang akan ditambah ketanah. Menurut Indriani (2000) Untuk memperbaiki kesuburan tanah dapat dilakukan dengan pemberian bahan organik yang telah mengalami dekomposisi secara sempurna. Asam humat membantu dalam pembenahan tanah, mengikat dan mentranfer unsur mikro dari tanah ke tanaman, meningkatkan daya ikat air, meningkatkan laju perkecambahan biji dan merangsang perkembangan populasi mikroflora dalam tanah. Asam humat bukan pupuk tetapi membantu penyediaan pupuk. Pupuk adalah sumber hara bagi tanaman dan mikroflora (Tan, 2003). Asam humat penting dalam membantu pergerakan unsur mikro dari tanah ketanaman, peran tersebut telah dibuktikan dari penelitian dan dilapangan (Syekhfani, 2000).Asam humat diketahui dapat meningkatkan keefektifan fosfat alam karena mampu melepaskan PO43- dan Ca2+dari fosfat alam yang sukar larut, mampu mengkompleks logam (Mayhew. 2004). Fosfat alam merupakan pupuk yang banyak mengandung P dan Ca cukup tinggi, tidak cepat larut dalam air, sehingga bersifat lambat tersedia (slow release) dalam penyediaan hara P. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor menunjukkan bahwa fosfat alam mempunyai efektifitas yang sama baiknya dengan sumber P yang mudah
larut seperti SP-36 dan rock phosphate, sehingga penggunaan fosfat alam sebagai sumber pupuk bisa meningkatkan efisiensi pupuk dilahan kering masam. (Rochayati Sri, et, al, 2009). Fadhilah (2007), Pemberian fosfat alam pada dosis 400 kg meningkatkan bobot biji dan jumlah polong kedelai, peranan asam humat serta takaran dari fosfat alam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung masih belum diketahui. Berdasarkan hal tersebut, telah dilakukan penelitian tentang Pengaruh pemberian fosfat alam dan asam humat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.)
BAHAN DAN METODE Percobaan ini telah dilakukan di Nagari Tabek, Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat, pada ketinggian tempat ± 400 m dpl, dimulai sejak bulan Februari sampai April 2014. Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih jagung manis Varietas Sugar 75 (Deskripsi pada lampiran 2), asam humat (Humus Pro, produksi Agricare Indonesia), fosfat alam (rock phospat), Urea, KCl, roundap, fastac. Alat – alat yang digunakan antara lain parang, cangkul, gembor, tali plastik, rol atau meteran, handsprayer ukuran 1 liter, timbangan analitik, alat tulis, kalkulator, gunting, pisau, tugalan dan sarung tangan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor ke 1 adalah asam humat dengan 3 taraf yaitu 0 kg/ha setara dengan 0 gram/plot (A0), 20 kg/ha setara dengan 7,68 gram/plot (A1), 40 kg/ha setara dengan 15,36 gram/plot (A2) dan faktor ke 2 adalah fosfat alam dengan 3 taraf yaitu: 0kg/ha setara dengan 0 gram/plot (F0), 200 kg/ha setara dengan 76,8 gram/plot (F1), 400 kg/ha setara dengan 153,6 gram/plot (F2). Sehingga perlakuan yang diberikan 3x3=9 dengan 3 ulangan= 27 satuan percobaan. Data yang diperoleh dianalisa secara statistika dengan uji F, jika F hitung perlakuan lebih besar dari tabel 5% dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Bahan asam humat dan fosfat alam dapat peroleh dipasaran, pemberian asam humat dan fosfat alam diberikan bersamaan dengan pemupukan dasar pertama. Cara mengaplikasikan asam humat dengan cara mencampurkan asam humat dengan pupuk urea sedangkan fosfat alam diberikan tersendiri dengan cara
larikan. Pemberian pupuk dasar urea dan KcL diberikan setengah rekomendasi dari yang ditentukan, Urea 125 kg/ha= 12.5 g/m2 setara dengan 48 gram/plot, KcL 25 kg/ha =2,5 gram/m2 setara dengan 9,6 gram/plot, pemupukan urea diberikan setengah bagian pada saat 1 minggu setelah tanam dengan cara larikan dan setengah bagian lagi diberikan saat penyiangan serta pembumbunan pada tanaman berumur 45 hari. Penanaman dilakukan 1 minggu sebelum pengaplikasian asam humat dan fosfat alam, dengan cara ditugal menggunakan kayu pada kedalaman 3 cm dengan 2 biji per lubang tanam, jarak tanam yang digunakan adalah 40 x 60 cm. Jumlah tanaman dalam satu plot yaitu 16 tanaman dengan 3 tanaman sample. Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam. Pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan, pembumbunan,dan pengendalian hama dan penyakit. Panen dilakukan setelah tanaman berumur 75 hari atau biji sudah terisi penuh dan berwarna kuning muda, apabila rambut tongkol telah panjang 2-3 cm dan jika biji dipencet akan mengeluarkan cairan berwarna putih susu, pemanenan dilakukan dengan memotong tangkai tongkol. Pengamatan yang dilakukan antara lain: tinggi tanaman, indeks luas daun (ILD), umur taselling, umur silking, panjang tongkol, lingkar tongkol, jumlah baris
biji/tanaman,
berat
tongkol
berkelobot/plot, berat tongkol/ha.
berkelobot/tanaman,berat
tongkol
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3. Tinggi tanaman jagung manis pada pemberian Asam Humat dan Fosfat Alam pada umur 7 MST Asam Humat (Kg/ha)
Fosfat Alam (Kg/ha) Rataan 0
200
400
------------------------------------cm------------------------------------0
201.44
211.64
185.42
199.50
20
193.55
204.97
205.30
201.27
40
203.73
199.09
200.76
201.19
Rataan
199.57
205.23
197.16
KK%
6.77
Angka-angka pada lajur tinggi tanaman jagung manis berbeda tidak nyata pada uji F pada taraf 5% Tabel 3 memperlihatkan tinggi tanaman jagung manis pada pemberian Asam Humat secara tunggal berpengaruh tidak nyata yaitu 199.50-201,19 cm. Tidak adanya pengaruh asam humat terhadap tinggi tanaman jagung diduga karena C-organik dalam tanah telah cukup tersedia bagi tanaman dimana salah satu fungsinya adalah sebagai meningkatkan KTK. Dengan meningkatnya kemampuan tanah menahan air maka ketersediaan air bagi jagung manis akan selalu terpenuhi. Dengan meningkatnya KTK tanah maka ketersediaan hara bagi tanaman jagung manis akan semakin meningkat. Adanya kedua fungsi tersebut maka pertumbuhan jagung manis akan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Vaugan et al., (1985) bahwa asam humat dapat mempangaruhi pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruhnya secara langsung adalah turut dalam proses metabolisme seperti respirasi dan
sintesis protein atau asam nukleat dan secara tidak langsung berpengaruh meningkatkan penyerapan hara masuk kedalam tanaman. Tabel 3 memperlihatkan tinggi tanaman jagung manis pada pemberian Fosfat Alam secara tunggal berbeda tidak nyata yaitu pada dosis 0 Kg/ha - 400 Kg/ha dengan hasil 199.57-197.16 cm. Tidak berbedanya hasil tinggi tanaman dengan pemberian fosfat alam diduga karena P cukup tersedia bagi tanaman karena pH tanah netral, sebagaimana hasil analisa tanah awal pada tabel 2 bahwa diperoleh pH tanah dengan kriteria netral. Tabel 3 memperlihatkan interaksi antara Asam Humat dengan Fosfat Alam berbeda tidak nyata pada tinggi tanaman jagung manis yaitu 185.42 cm sampai 205.42 cm, diduga tanah pada penelitian ini unsur hara sudah tercukupi. Menurut pendapat Danarti (1992) pertumbuhan tinggi tanaman jagung tidak terlepas dari sifat fisika tanah yang mampu menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan akar. Dengan sifat fisika tanah yang lebih baik maka ketersedian air, unsur hara yang ada akan lebih mudah diserap oleh akar tanaman dan mampu menstimulir tinggi tanaman.
Tabel 4. Indeks luas daun tanaman jagung manis pada pemberian Asam Humat dan Fosfat Alam. Asam Humat (Kg/ha)
Fosfat Alam (Kg/ha) Rataan 0
200
400
cm 0
2.8634
2.7948
2.6404
2.7662
20
2.6662
2.7592
2.6583
2.6946
40
2.7763
2.7993
2.5931
2.7229
Rataan
2.7686
2.7844
2.6306
KK%
5.61
Angka-angka pada lajur indeks luas daun jagung manis berbeda tidak nyata pada uji F pada 5% Pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa interaksi antara pemberian asam humat dan fosfat alam terhadap indeks luas daun tanaman jagung manis memberikan pengaruh tidak nyata, yaitu berkisar antara 2.666.2-2.8634 cm, tidak adanya pengaruh asam humat dan fosfat alam terhadap ILD disebabkan indeks luas daun tanaman jagung manis dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain ketersediaan hara terutama nitrogen. Pemberian pupuk dasar setengah rekomendasi tidak cukup untuk mendukung peningkatan indeks luas daun tanaman jagung manis. Tanaman bila mendapat nitrogen yang cukup akan tumbuh besar dan mempunyai permukaan daun yang luas, sebaliknya kekurangan nitrogen tanaman tumbuh kerdil dan memiliki permukaan daun yang sempit/kecil. Hal ini sejalan dengan pendapat Soegito (2003), bahwa semakin besar jumlah nitrogen yang tersedia maka akan memperbesar jumlah hasil fotosintesis sampai dengan optimum. Tabel 5. Umur tasseling tanaman jagung manis pada pemberian Asam Humat dan Fosfat Alam.
Asam Humat (Kg/ha)
Fosfat Alam (Kg/ha) Rataan 0
200
400
------------------------------------HST----------------------------------0
48.33
48.00
48.33
48.22
20
47.66
51.00
51.00
49.88
40
51.33
49.00
50.00
50.11
Rataan
49.11
49.33
49.77
KK%
4.89
Angka-angka pada lajur umur tasseling jagung manis berbeda tidak nyata pada uji F pada taraf 5% Tabel 5 memperlihatkan bahwa takaran asam humat dan fosfat alam tidak berpengaruh terhadap umur tasseling (50% telah keluar tassel) umur mengeluarkan tassel pada jagung manis yang berkisar antara 47,66-51,33 HST. Umur muncul bunga jantan tidak dipengaruhi pemberian oleh faktor tunggal maupun interaksi antar keduanya. Hal ini disebabkan faktor genetik lebih dominan pengaruhnya terhadap munculnya bunga jantan. Menurut Harjadi (2002) bahwa, umur berbunga tanaman tergantung pada varietas dan genetika serta adanya faktor lingkungan, masing-masing varietas mempunyai ciri khas tersendiri.
Tabel 6. Umur silking tanaman jagung manis pada pemberian Asam Humat dan Fosfat Alam. Asam Humat (Kg/ha)
Fosfat Alam (Kg/ha) Rataan 0
200
400
------------------------------------HST----------------------------------0
51.00
51.33
52.33
51.55
20
52.00
52.66
52.33
52.33
40
54.00
51.33
53.66
53.00
Rataan
52.33
51.77
52.77
KK%
4.72
Angka-angka pada lajur umur silking jagung manis berbeda tidak nyata pada uji F pada taraf 5% Tabel 6 memperlihatkan bahwa pemberian Asam Humat dan Fosfat Alam memberikan pengaruh tidak nyata terhadap umur sliking (50% telah keluar rambut) umur mengeluarkan silking pada jagung manis yang berkisar antara 51,00 sampai 54,00 HST. Umur muncul bunga betina menentukan ciri tanaman akan memasuki fase generatif. Tidak adanya pengaruh nyata pada perlakuan asam humat dan fosfat alam terhadap munculnya bunga betina diduga lebih besarnya faktor genetik dibandingkan faktor lingkungan. Erni (2000) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman jagung dari awal berkecambah sampai keluarnya malai dan rambut merupakan suatu periode yang sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman jagung tersebut. Secara umum bunga jantan akan muncul terlebih dahulu kemudian diikuti oleh bunga betina berselang waktu 2-3 hari kemudian, hal ini mencirikan dari sifat genetik tanaman tersebut lebih umum terjadinya penyerbukan silang.
Tabel 7. Panjang tongkol tanaman jagung manis pada pemberian Asam Humat dan Fosfat Alam. Asam Humat (Kg/ha)
Fosfat Alam (Kg/ha) Rataan 0
200
400
------------------------------------cm-----------------------------------0
28.96
28.53
28.43
28.64
20
30.06
28.63
27.73
28.81
40
27.93
27.53
26.30
27.25
Rataan
28.98
28.23
27.48
KK%
9.06
Angka-angka pada lajur panjang tongkol tanaman jagung manis berbeda tidak nyata pada uji F pada taraf 5% Tabel 7 memperlihatkan bahwa pemberian takaran Asam Humat dan Fosfat Alam menghasilkan panjang tongkol yang berukuran antara 26,30 cm sampai 30,06 cm. Disebabkan panjang tongkol yang dihasilkan dipengaruhi oleh tanah pada penelitian ini sudah subur sehingga tidak terjadi pengaruh pemberian asam humat dan fosfat alam. Dan juga dipengaruhi oleh faktor genetik Seperti yang dikemukakan oleh Soetoro, Soelaiman dan Iskandar (2000) bahwa panjang tongkol yang berisi pada jagung manis lebih dipengaruhi oleh faktor genetik, sedangkan kemampuan dari tanaman untuk memunculkan karakter genetiknya lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Tabel 8. Lingkar tongkol tanaman jagung manis pada pemberian Asam Humat dan Fosfat Alam. Asam Humat (Kg/ha)
Fosfat Alam (Kg/ha) Rataan 0
200
400
------------------------------------cm-----------------------------------0
19.30
18.96
19.06
19.11
20
18.96
18.43
18.93
18.77
40
19.36
19.23
18.30
18.96
Rataan
19.21
18.87
18.76
KK%
9.88
Angka-angka pada lajur lingkar tongkol tanaman jagung manis berbeda tidak nyata pada uji F pada taraf 5% Tabel 8 memperlihatkan bahwa takaran Asam Humat dan Fosfat Alam menunjukkan berpengaruh yang tidak nyata secara faktor tunggal maupun interaksi. Secara interaksi lingkar tongkol hampir relatif sama antara 18cm dan 19cm lebih. Tidak berpengaruhnya asam humat dan fosfat alam terhadap lingkar tongkol jagung tidak terlepas dari faktor genetik dan lingkungan. Lingkar tongkol sangat tergantung pada suplai hara yang diperlukan karena pemberian pupuk setengah rekomendasi urea tidak dapat mencukupi pembentukan lingkar tongkol yang optimal. Menurut Tarigan (2007) pembentukan tongkol sangat dipengaruhi oleh unsur hara nitrogen. Nitrogen merupakan komponen utama dalam proses sintesa protein. Apabila sintesa protein berlangsung baik akan berkorelasi positif terhadap peningkatan ukuran tongkol baik dalam hal panjang maupun ukuran diameter tongkolnya.
Tabel 9. Jumlah baris biji/tanaman jagung manis pada pemberian Asam Humat dan Fosfat Alam. Fosfat Alam (Kg/ha)
Asam Humat (Kg/ha)
Rataan 0
200
400
-----------------------------------baris----------------------------------0
14.10
13.53
13.20
13.61
20
13.30
12.30
13.83
13.14
40
13.66
11.96
14.43
13.35
Rataan
13.68
12.60
13.82
KK%
9.14
Angka-angka pada lajur jumlah baris/biji tanaman jagung manis berbeda tidak nyata pada uji F pada taraf 5% Tabel 9 memperlihatkan bahwa pemberian Asam Humat dan Fosfat Alam tidak pengaruh nyata terhadap jumlah baris biji/tanaman secara faktor tunggal maupun interaksi. Jumlah baris biji/tanaman secara interaksi antara 14.43 cm sampai 12.30 cm. Jumlah baris biji/tanaman yang dihasilkan jagung manis selain dipengaruhi faktor genetik juga dipengaruhi oleh lingkar tongkol. Hal ini disebabkan barisan biji itu sangat tergantung dari lingkaran tongkol yang dihasilkan, akibatnya lingkaran tongkol yang sama tentunya jumlah baris per tongkolnya juga sama. Menurut Deswarti (2002), jumlah biji per baris dipengaruhi oleh lingkaran tongkol, biji jagung tersebut tumbuh melingkar tongkol jagung. Tidak berbedanya lingkaran tongkol, maka jumlah baris per tongkolnya juga sama.
Tabel 10. Berat tongkol berkelobot/tanaman jagung manis pada pemberian Asam Humat dan Fosfat Alam. Asam Humat (Kg/ha)
Fosfat Alam (Kg/ha) Rataan 0
200
400
--------------------------------------g------------------------------------0
261.07
269.97
439.97
323.67 a
20
345.17
349.97
394.40
363.18ab
40
378.83
418.87
391.07
396.26 b
Rataan
328.36 A
346.27 AB
408.48 B
KK%
15.45
Angka pada baris diikuti huruf besar dan angka pada lajur yang diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf nyata 5% Tabel 10 memperlihatkan bahwa pemberian Asam Humat secara faktor tunggal memberikan pengaruh nyata. Pada Asam Humat berat tongkol berkelobot/tanaman yang tertinggi yaitu pada dosis 40Kg/ha (396.2 gram), 20 Kg/ha (363.18 gram), 0 Kg/ha (323.67 gram). Hal ini disebabkan karena asam humat dapat merangsang pertumbuhan tanaman melalui metabolisme dan sejumlah proses fisiologi, yaitu proses respirasi, meningkatkan permaebilitas sel melalui kegiatan hormon pertumbuhan. Tabel 10 memperlihatkan pada pemberian Fosfat Alam secara tunggal memberikan pengaruh nyata. Pada Fosfat Alam berat tongkol berkelobot/tanaman yang tertinggi yaitu pada dosis 400 Kg/ha (408.48 gram), 200 Kg/ha (346.27 gram), 0 Kg/ha (328.36 gram). Hal ini disebabkan karena sumbangan P dari Fosfat Alam kedalam tanah diserap akar tanaman digunakan dalam penyusunan organ tanaman. Sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi P dalam tanah meningkat sehingga merangsang pertumbuhan perakaran tanaman.
Pembentukan berat tongkol segar, mempercepat masa kematangan serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit (Gonggo dan Yuni, 2006). Tabel 10 memperlihatkan pada interaksi antara Asam Humat dan Fosfat Alam tidak berpengaruh nyata. Berat tongkol berkelobot berkisar antara 261.07 gram sampai 439.97 gram. Hal ini disebabkan karena kebutuhan hara telah tercukupi dan tanah sangat subur sehingga pelakuan asam humat dan fosfat alam tidak berpengaruh. Tabel 11. Berat tongkol berkelobot/plot tanaman jagung manis pada pemberian Asam Humat dan Fosfat Alam. Asam Humat (Kg/ha)
Fosfat Alam (Kg/ha) Rataan 0
200
400
-------------------------------------Kg-----------------------------------0
6.60
7.43
7.67
7.23
20
7.63
8.20
7.73
7.85
40
7.47
8.93
7.83
8.08
Rataan
7.23 A
8.19 B
7.74 AB
KK%
9.13
Angka pada baris diikuti huruf besar yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf nyata 5%
Tabel 12. Berat tongkol berkelobot/ha tanaman jagung manis pada pemberian Asam Humat dan Fosfat Alam. Asam Humat (Kg/ha)
Fosfat Alam (Kg/ha) Rataan 0
200
400
-------------------------------------ton----------------------------------0
17.19
19.36
19.97
18.84
20
19.88
21.3
20.14
20.46
40
19.44
23.26
20.40
21.04
Rataan
18.83 A
21.33 B
20.17 AB
KK%
9.13
Angka pada baris diikuti huruf besar yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf nyata 5% Tabel 12 memperlihatkan bahwa pemberian Fosfat Alam secara faktor tunggal memberikan pengaruh nyata, dimana hasil yang tertinggi pada dosis 200 Kg/ha (8,19 Kg/plot) dan (21,33 ton/ha), sedangkan yang terendah pada dosis 0 Kg/ha (7,23 Kg/plot) dan (18,84 ton/ha). Hal ini disebabkan oleh pada saat pertumbuhan dan produksi biomassa
pemberian Fosfat Alam mampu
meningkatkan kemampuan daun tanaman untuk memproduksi hasil fotosintesis (fotosintat) yang lebih banyak dan ini dapat dialokasikan pada organ produksi (buah) untuk berkembang lebih baik dengan hasil yang lebih tinggi. Menurut Goldsworthy dan Fisher (1996), nitrogen dan fosfat harus tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memungkinkan pertambahan bobot dan pengembangan daun secara cepat selama fase perkembangan.
Lingga dan Marsono (2001)
menambahkan bahwa pemberian unsur hara (pupuk) ke dalam tanah baik pupuk organik maupun an-organik sangatlah besar peranannya dalam memacu pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya meningkatkan produksi.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil percobaan disimpulkan: Pemberian 0 Kg/ha sampai 40 Kg/ha Asam Humat memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap berat tongkol berkelobot yang berkisar antara 18,84-21,04 ton/ha. Pemberian 200 Kg/ha Fosfat Alam menghasilkan berat 21,55 ton/ha berat tongkol berkelobot yang tertinggi. Tidak terdapat interaksi antara pemberian Asam Humat dan Fosfat Alam. Berdasarkan kesimpulan di atas disarankan untuk mencoba percobaan pada lahan dan dosis yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2005. Jagung. Kansius. Jogjakarta. 91 hal. Anonim. 2007. Teknologi Budidaya Tanaman www.iptek.net.id. (Diakses 24 April 2014).
Pangan
Jagung
manis
Anonim. 2009. Sifat Kimia Tanah. [on http://boymarpaung.wordpress.com/2009/02/19/sifat-kimia-tanah/. (Diakses 24 Juli 2014)
line]
Anonim. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial dan Ekonomi Sumatera Barat, Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung Menurut Subround, 2009-2012. Anonim. 2010. Budidaya Tanaman Jagung Manis Kalimantan Selatan. (http://goalterzoko.blogspot.com/2010/05/budidaya-jagung-manis.html www.wikipedia.com) (Diakses 25 April 2014) Danarti, S. Najiati. 1992. Palawija Budidaya dan Analisa Usaha Tani. Penebar Produksi Jagung Direktorat Bina Produksi Jakarta. 67 hal. Deswarti . 2002. Pengaruh Pupuk Bokashi dan SP-36 Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.) Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa. Padang.45 Hal. Erni. 2000. Pengaruh Pemberian Abu Sekam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung. Skripsi S1 Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang. 44 hal.
Fadhillah. 2007. Pengaruh Pemberian Rock Fospat dan Berbagai Jenis Isolat Mikoriza Vesikular terhadap Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max. L. Meril) pada Tanah Ajamu, Labuan Batu. Skripsi Universitas Sumatera Utara. Goldssworthy, P.R. dan N.M. Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik (Terjemahan : Tosari). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Garndner et, al. 2001. Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemahkan oleh Susilo. H. Unversitas Indonesia Press. 428 hal. Gonggo, H., I, Yuni. 2006. Peran Pupuk N dan P terhadap serapan N. efisiensi N dan hasil tanaman jahe dibawah tegakan tanaman karet. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 8 (1) :61-68. Harjadi, S. S. 2002. Pengantar Agronomi. Gapustaka utama. Jakarta 197 hal. Hasibuan, B. E. 2004. Dasar Ilmu Tanah. USU-Press, Medan. 298 hal. Hakim, N, 2006. Pengololaan Kesuburan Tanah Masam dengan Teknologi Pengapuran Terpadu. Andalas University Press. 204 h. Herviyanti. 2007. Upaya Pengendalian Keracunan Besi (Fe) dengan Asam Humat dan Pengelolaan Air untuk Meningkatkan Produktifitas Ultisol yang Baru Disawahkan (Disertasi Program Doktor Ilmu-ilmu Pertanian Pemusatan Ilmu Tanah) Padang. 178 hal. Indriani. Y. E. 2000. Membuat Kompos secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta, 62 hal. Lingga, P dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Minardi, S. 2010. Peran Asam Humat dan Fulfat Bahan Organik dalam Pelepasan P Terjerap pada Andisol www.uns.ac.id. (Diakses 20 April 2014). Mayhew L. 2004. Humic substances in Biological Argiculture. A Voice for EcoArgiculture, 34 (1&2). Palungkun, R., dan B. Asiani. 2004. Sweet Corn – Baby corn : Peluang Bisnis, Pembudidayaan dan Penanganan Pasca Panen. Penebar Swadaya. Jakarta. 80 hal. Purwono dan Hartono R. 2007. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. Purwono, R dan Hartono., 2004 . Produktivitas Jagung unggul. Bayu Media Publising. Malang. Putra,
S. E. 2008. Humus, Material Organik Penyubur Tanah. Chemistry.org/artickel_kimia/kimia_pangan. (Diakses 5 Mei 2014).
Rezki, D. 2009. Pengaruh Kompos, Asam Humat dari Batu Bata (subbituminus) dan Pupuk Buatan Terhadap Tanaman Tomat (Lycopersicum esculen Mill) pada Oxisol. (Tesis). Program Pasca Sarjana Universitas Andalas. Padang. Roni, et, al. 2002. Pertumbuhan dan Produksi Kudzu Tropika (pueraria phaseolide) Benih yang di Beri Asam Humat dan Pupuk Fosfat. Ejournal.unud.ac.id/abstrak/roni%20080202005.pdf. (Diakses 3 Mei 2014). Rochayati Sri, et, al. 2009. Pemamfaatan Fosfat Alam yang digunakan Langsung sebagai Sumber Pupuk P. Bogor. Balai Penelitian Tanah. Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 2000. Sayuran Dunia Prinsip, Produk dan Gizi. terjemahan Catur Harison. ITB-Press, bandung. Rukmana, 2007. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Yogyakarta Sudarsana, K. 2000. Pengaruh Effective Microorganism – 4 (EM-4) dan Kompos pada Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt ) pada Tanah Entisols. www.unmul.ac.id (15 April 2014). Soegito, 2003. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Penerbit Kansius. Yogyakarta. 84 Hal. Soepardi, M. 2000. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal. Soetoro, Soelaiman, Y, dan Iskandar. 2000. Budidaya Tanaman Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Suprapto, H.S. dan Marzuki Rasyid 2004. Bertanam Palawija. Jakarta. Penebar Swadaya. 58 hal. Supryono. 2009. Kandungan C-Organik dan N-Total Pada Seresah dan Tanah Pada 3 Tipe Fisiognomi (Studi Kasus Di Wanagama I, Gunung Kidul, Diy). Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 9 No. 1 p: 49-57 Syekhfani. 2000. Nutranetics Probio Solution. (Diakses 20 April 2014). Tan. K.H. 2003. Humic Matter in Soil and Environment, Principles and Controversies. University of Georgia. Athens, Georgia. USA. 386 page Tarigan, dan Ferry H. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Green Giant dan Pupuk daun Super Bionik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays. L). Jurnal Agrivigor 23 (7): 78-85. Vaugan, et, al. 1985. Influence of humic substance on biochemical prosessesin plants. In: Soil Organik Matter and Biological Activity. Vaugan D and Malcolm RE (eds) p: 77-81. Martinus Nijhoff. Da. W. Junk. Pub., Dordrecht.