e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )
PENGARUH PELATIHAN KNEE TUCK JUMP DAN SPLIT JUMP TERHADAP PENINGKATAN KELENTUKAN DAN POWER OTOT TUNGKAI I Gst Nym Harimbawa, I Nym Kanca, Ni Pt Dewi Sri Wahyuni Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia email: {
[email protected],
[email protected],
[email protected], ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan knee tuck jump dan split jump terhadap peningkatan kelentukan dan daya power otot tungkai. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan the non randomized pre-test post-tes control group design. Sampel penelitian 39 orang. Data kelentukan diukur dengan tes sit and reach dan power otot tungkai diukur dengan tes standing droad jump, selanjutnya data dianalisis dengan uji anava satu arah pada taraf signifikansi (α) 0,05, dengan bantuan program SPSS 16,0. Hasil analisis data menunjukan adanya peningkatan nilai rata-rata pada variabel kelentukan. Kelompok pelatihan knee tuck jump sebesar 2,42, pada kelompok pelatihan spli jump sebesar 3,84,. Pada variabel power otot tungkai juga mengalami peningkatan nilai rata-rata. Kelompok pelatihan knee tuck jump sebesar 25,46, pada kelompok pelatihan split jump sebesar 18,38. Dari perbedaan rata-rata yang didapatkan pada kedua kelompok pelatihan tersebut maka terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan knee tuck jump dan split jump terhadap peningkatan kelentukan dan power otot tungkai. Berdasarkan peningkatan nilai rata-rata maka kelompok pelatihan split jump lebih baik untuk meningkatkan kelentukan. Sedangkan, kelompok pelatihan knee tuck jum lebih baik untuk meningkatkan power otot tungkai.Dapat disimpulkan bahwa, (1) pelatihan knee tuck jump dan split jump berpengaruh terhadap peningkatan kelentukan. (2) pelatihan knee tuck jump dan split jump berpengaruh terhadap peningkatan power otot tungkai. (3) Ada perbedaan pengaruh antara pelatihan knee tuck jump dan pelatihan split jump terhadap peningkatan kelentukan. (4) Ada perbedaan pengaruh antara pelatihan knee tuck jump dan pelatihan split jump terhadap peningkatan power otot tungkai. Kata kunci: Pelatihan, kelentukan, power, otot tungkai.
ABSTRACT This study aims to know the effect of practicing knee tuck jump and split jump in improving the flexibility and muscle power of leg. Type of this research is experimental research and structuring by randomized pre-test control group design. The sample of this research is 39 persons. The data are measured by test sit and reach, and then muscle power is tested by standing broad jump test. The data were analyzed by one direction anava to significant a (a) 0, 05 by helping SPSS program 16,0. The result of this study shows that, there is significant mean point to the flexible variable. The group of practicing knee tuck jump about 2, 24, and the group of practicing split jump is 3,84. The variable muscle power leg is also improved in mean point. The group of knee tuck jump is 25,46, and practicing split jump is 18,38. From the differences of mean point to both of practicing group, there is significant differences between practicing knee tuck jump and split jump in improving the flexibility and muscle power leg. Based on the improvement of mean point, group of practicing split jump is better to improve the flexsibility. On the other hand, group of practicing knee tuck jump is better to improve muslce power. In conclusion, (1) Practicing knee tuck jump and split jump are affected the flexibility. (2) Practicing knee tuck jump and split jump are affected to improve muslce power leg. (3)
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) There is significant differences between practicing knee tuck jump and practicing split jump to improve the flexibility. (4) There is a significant difference between practicing knee tuck jump and practicing split jump in improving muslce power leg. Key words: Practicing, flexibility, power, muscle leg.
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) PENDAHULUAN Olahraga merupakan suatu bentuk aktivitas fisik yang memiliki dimensi kompleks. Keterkaitan antara kegiatan berolahraga dengan keberadaan manusia adalah suatu yang tidak dapat dipisahkan. Berawal dari gerak manusia selanjutnya dikembangkan menjadi suatu perilaku yang bermakna dan memiliki tujuan tertentu. Adapun bentuknya, bila berkaitan erat dengan perilaku manusia, maka tujuannya akan menjadi luas dan dalam. Hal ini karena manusia memiliki berbagai potensi dan manusia juga memiliki berbagai kelebihan bila dibandingkan dengan makhluk lain. Oleh karena itu olahraga perlu makin ditingkatkan dan dimasyarakatkan sebagai salah satu cara pembinaan prestasi yang juga dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani bagi setiap anggota masyarakat. Untuk itulah perlu ditingkatkan kesediaan sarana dan prasarana termasuk para pendidik, pelatih dan pembina. Permainan sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat popular di kalangan masyarakat saat ini. Sepak bola telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan dari bentuk sederhana sampai menjadi permainan sepak bola modern yang sangat digemari dan sangat disenangi oleh banyak orang tua, remaja, dan anak-anak bahkan wanita. Kemajuan IPTEK yang sangat pesat pada akhir-akhir ini banyak mempengaruhi perkembangan sepak bola. Dewasa ini sepak bola dimainkan bukan hanya sebagai hiburan atau pengisi waktu senggang, akan tetapi sudah dituntut untuk berprestasi setinggi-tingginya. Prestasi yang tinggi dapat dicapai dengan latihanlatihan yang direncanakan dengan baik dan dilakukukan secara terus-menerus. Jika diperhatikan gerakan-gerakan para pemain sepak bola, terdapat gerakan lari, lompat, loncat, menendang, menghentakkan dan menangkap bola bagi penjaga gawang. Semua gerakan gerakan tersebut terangkai dalam suatu pola gerak yang diperlukan pemain dalam menjalankan tugasnya dalam bermain sepak bola. Dilihat dari rumpun gerak dan ketrampilan dasar, terdapat tiga dasar
ketrampilan diantaranya adalah lokomotor, non lokomotor dan manipulatif. Fakto-faktor yang mendukung dalam pelatihan sepak bola, misalnya faktor fisik, teknik, taktik, mental dan kematangan juara. Faktor fisik mempunyai peranan yang sangat utama hal ini berarti keberadaan fisik yang baik merupakan modal utama bagi atlet dalam meraih prestasi (M. Sajoto, 1988: 7). Seperti kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan dan power, hal ini berarti keberadaan fisik yang baik merupakan modal utama bagi atlet dalam meraih prestasi. Dalam permainan sepak bola gerakan yang paling dominan adalah menendang, gerakan menendang adalah merupakan modal utama dalam permainan sepak bola. Pemain yang memiliki teknik menendang yang dengan baik, akan mampu bermain secara efisien. Tujuan menendang bola adalah untuk mengumpan (passing), menembak ke gawang (shooting at the goal), dan menyapu (menjauhkan bola dari gawang sendiri) serta menyapu untuk menggagalkan serangan lawan (sweeping). Selain menendang dalam permainan sepak bola juga terdapat gerakan lain seperti berlari dan melompat dimana gerakan-gerakan tersebut tentu sangat didukung oleh komponen - komponen kondisi fisik diantaranya kelentukan dan power. Untuk menunjang dari gerakan tersebut tentu dibutuhkan power otot tungkai yang maksimal. Selain berpaku pada power otot tungkai yang maksimal, kelentukan juga berpengaruh dalam gerakan gerakan tersebut. Kelentukan sangat penting dalam kegiatan olahraga terutama cabang cabang olahraga yang banyak menuntut gerak sendi seperti senam, loncat indah, permainan dengan bola, anggar gulat dan sebagainya. Dengan kelentukan yang maksimal seorang pemain sepak bola dapat bergerak lebih lincah (Yoda 2006:14), hal ini dikarenakan maksimalnya pergerakan sendi dari pemain tersebut. Dalam permainan sepak bola sangat sering terjadi
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) kontak fisik sehingga sangat rentan mengalami cedera. Untuk mencegah terjadinya cedera fisik seorang pemain sepak bola sangat perlu mempunyai kelentukan yang maksimal. Dalam latihan untuk meningkatkan kelentukan dan power otot tungkai, dapat digunakan salah satu metode latihan yaitu dengan metode plaiometrik. Adapun materi latihan plaiometrik untuk meningkatkan kelentukan dan power otot tungkai adalah latihan knee tuck jump dan latihan split jump (Furqon H.M.2002). METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek penelitian. Jenis penelitian eksperimental yang digunakan adalah eksperimental semu (quasi experimental), dengan tujuan untuk memperoleh impormasi yang merupakan pemikiran bagi impormasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan (Kanca, 2010: 93). rancangan penelitian yang akan digunakan adalah: the non randomized the pre-test post-test control group design ” (Kanca, 2010: 94). Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
X1 K1 S
T 1
O P P
K2
T2 X 2
T2
o K3
T2
Dalam penelitian ini, subyek penelitian yang diberikan pelatihan pelatihan knee tuck jump dan split jump terhadap kelentukandan power otot tungkai pada peserta ekstrakurikuler sepak bola SMP Negeri 2 Mengwi tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 39 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kelentukan adalah menggunakan test sit and reach dan power otot tungkai menggunakan tes standing
boad jump. Lamanya pelatihan yang diberikan dalam penelitian ini adalah selama 4 minggu atau selama 12 kali pelatihan, dengan frekuensi pelatihan 3 kali seminggu. Waktu pelaksanaan pelatihan pada pagi hari pukul 15.30 WITA sampai selesai, bertempat dilapangan umum Mengwi. Sebelum melakukan analisis data beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah uji normalitas data dan uji homogenitas data. Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa subyek penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakanteknik Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan komputer program Statistic Program Service Solution (SPSS) 16,0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari α = 0,05 (sig > α), maka variasi data pada subyek penelitian berdistribusi normal, sedangkan nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari α = 0,05 (sig < α), maka variasi data pada subyek penelitian tidak berdistribusi normal (Candiasa, 2004: 8). Uji homogenitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Levene dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi lebih besar dari α = 0,05 (sig > α), maka variasi data homogen, sedangkan jika signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 (sig < α), maka variasi data tidak homogen (Candiasa, 2004: 14). Uji hipotesis penelitian ini yaitu pelatihanknee tuck jump dan split jump berpengaruh terhadap kelentukan dan power otot tungaki menggunakan uji anava satu jalur dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi (α) = 0,05 untuk mengetahui sejauh mana perbedaan pengaruh kedua pelatihan tersebut. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi F lebih kecil dari α = 0,05 (F < α), maka terdapat perbedaan yang bermakna dari masing-masing kelompok sedangkan jika nilai signifikansi F lebih besar dari α = 0,05 (F > α), maka tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari masing-masing kelompok (Candiasa, 2010: 82).
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) Jika terdapat perbedaan yang bermakna dari masing-masing kelompok maka perlu dilakukan uji lanjut atau uji pembanding berganda untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik antara knee tuck jump dan split jump terhadap peningkatan kelentukan dan power otot tungkai. Dalam penelitian ini, jenis uji pembanding yang dipergunakan adalah Uji Least Significant Difference (LSD) dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikansi lebih besar dari α = 0,05 (sig > α) maka hipotesis ditolak, sedangkan jika nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 (sig < α) maka hipotesis diterima. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis dari penelitian untuk variabel terikat penelitian menunjukkan adanya peningkatan rata-rata (mean) untuk masing-masing variabel. Dari deskripsi data variabel kelentukan seperti terlihat pada peningkatan rata-rata (mean) baik pada kelompo perlakuan maupun kelompok kontrol. Kelompok perlakuan knee tuck jump mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2,23 dari rata-rata pretest 16,69 menjadi 19,23 pada saat posttest. Kelompok perlakuan split jump mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,84 dari rata-rata pretest 15,28 dan pada saat posttest 19,23. Sedangkan pada kelompok kontrol mengalami peningkatan rata-rata 0,30 dari rata-rata pretest 16,07 menjadi 16,38 pada saat posttest. Variabel power otot tungkai juga mengalami pengingkatan rata rata (mean) Kelompok perlakuan knee tuck jump mengalami peningkatan rata-rata sebesar
25,46 dari rata-rata pretest 110,00 menjadi 125,00 pada saat posttest. Kelompok perlakuan split jump mengalami peningkatan rata-rata sebesar 18,38 dari rata-rata pretest 110,00 dan pada saat posttest 128,54. Sedangkan pada kelompok kontrol mengalami peningkatan rata-rata 2,30 dari rata-rata pretest 108,00 menjadi 110,38 pada saat posttest Dari deskripsi diatas, terlihat adanya peningkatan variabel kelentukan, kelompok perlakuan dan kelompok kontrol mengalami peningkatan, dengan peningkatan nilai rata-rata kelompok perlakuan lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari pelatihan yang diberikan terhadap peningkatan kelentukan pada subyek penelitian. Peningkatan pada kelompok perlakuan diakibatkan oleh pemberian pelatihan knee tuck jump dan split jump selama 4 minggu dengan 12 kali pelatihan, sedangkan adanya peningkatan pada variabel kelentukan lebih diakibatkan oleh bentuk dan peningkatan aktivitas olahraga yang dilakukan oleh seluruh subyek penelitian selama kegiatan berlangsung. Pengujian terhadap normalitas data penelitian dilakukan pada data gain score dari data kelentukan pada kelompok perlakuan knee tuck jump dan split jump dan kelompok kontrol dengan instrumen uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Data akan berdistribusi normal, jika nilai signifikansi hitung untuk data kelentukan yang diujikan lebih besar dari pada α = 0,05 (sig > 0,05). Rangkuman hasil uji normalitas data tersebut pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Data Sumber Data Pelatihan Knee Tuck Jump 1 Kelentukan 2 Power otot tungkai
Statistik 0,203 0,171
Kolmogorov-smirnov df Sig Keterangan 13 13
0,200 0,200
Normal Normal
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )
Pelatihan Split Jump 1. Kelentukan 2. Power otot tungkai
0,197 0,166
13 13
0,200 0,200
Normal Normal
Kelompok Kontrol 1 Kelentukan 2 Power otot tungkai
0,229 0,144
13 13
0,200 0,200
Normal Normal
Dari hasil uji normalitas data dengan Instrumen Uji Lilliefors KolmogorofSmirnov program SPSS 16,0, kelompok pelatihan knee tuck jump diperoleh hasil statistik untuk variabel kelentukan 0,203 dan signifikansi 0,200, sedangkan variabel power otot tungkai, 0,171 dengan signifikansi 0,200. Untuk kelompok perlakuan split jump, diperoleh hasil statistik variabel kelentukan 0,197 dengan signifikansi 0,200, sedangkan untuk variabel power otot tungkai 0,166 dengan signifikansi 0,200. Pada kelompok kontrol, diperoleh hasil statistik untuk variabel kelentukan 0,229 dan signifikansi 0,200,
sedangkan variabel power otot tungkai, 0,144 dengan signifikansi 0,200. Uji homogenitas data dilakukan terhadap data gain score kelntukan dan power otot tungkai pada kelompok perlakuan pelatihan knee tuck jump dan split jump dan kelompok kontrol yang menggunakan instrumen uji Levene dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Data yang diuji berasal dari data yang homogen. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi Levene dari data VO2Maks lebih besar dari pada α = 0,05 (sig > 0,05) maka data yang diuji berasal dari data yang homogen.
Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas Data Sumber Data Pelatihan Knee Tuck Jump 1. Kelentukan 2. Power otot tungkai Pelatihan Split Jump 1. Kelentukan 2. Power otot tungkai Kelompok kontrol 1. Kelentukan 2. Power otot tungkai
Nilai Uji
df 1
df 2
Sig
Ket
0,915 1,040
2 2
36 36
0,347 0,316
Homogen Homogen
0,019 0,056
2 2
36 36
0,890 0,815
Homogen Homogen
0,015 0,160
2 2
36 36
0,903 0,692
Homogen Homogen
Dari hasil uji homogenitas menggunakan instrumen uji levene dengan bantuan program SPSS 16,0, kelompok pelatihan knee tuck jump diperoleh nilai uji untuk variabel kelentukan 0,915 dan signifikansi 0,347, sedangkan variabel power otot tungkai, 0,19 dengan signifikansi 0,316. Untuk kelompok perlakuan split jump, diperoleh nilai uji variabel kelentukan 1,040 dengan signifikansi 0,890, sedangkan untuk variabel Power otot tungkai 0,056 dengan signifikansi 0,815. Pada kelompok
pelatihan knee tuck jump dengan pelatihan split jump, diperoleh nilai uji untuk variabel kelentukan 0,015 dan signifikansi 0,903, sedangkan variabel Power otot tungkai, 0,160 dengan signifikansi 0,692. Jika nilai signifikansi levene > α, maka variasi sampel homogen. Nilai signifikansi hitung untuk pelatihan knee tuck jump dan pelatihan split jump pada variabel kelentukan dan power otot tungkai lebih besar dari α (sig levene > 0,05) sehingga data yang diuji berasal dari data yang homogen.
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )
Tabel 3. Hasil Uji Anava Satu Jalur Variabel kelentukan Kelentukan Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 83.231 51.692 134.923
Uji anava data kelentukan diperoleh nilai Fhitung untuk kelompok perlakuan knee tuck jump dan kelompok perlakuan split jump, 28.892 dan signifikansi 0,000. Hipotesis penelitian diterima apabila nilai uji anava memiliki signifikansi lebih kecil dari α (Sig < 0,05), karena signifikansi hitung kelompok perlakuan knee tuck jump, 0,000 < 0,05, sehingga hipotesis penelitian pelatihan knee tuck jump dan split jump berpengaruh terhadap peningkatan kelentukan diterima. .
Df 2 36 38
Mean Square F Sig. 41.615 28.892 0.000 1.346
Untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan kelentukan dilakukan dengan cara membedakan nilai terbesar pada mean difference atau perbedaan rata-rata. Pelatihan yang mendapat nilai terbesar merupakan pelatihan yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan kelentukan. Data yang diuji adalah data kelompok pelatihan knee tuck jump dan split jump dan kelompok kontrol untuk peningkatan kelentukan. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji LSD Data kelentukan
Dependent Variable Kelentukan
Mean Difference (I) kelompok (J) kelompok (I-J) Knee tuck Split jump -1.30769* jump Kontrol 2.23077* Split jump Knee tuck 1.30769* jump Kontrol 3.53846* Kontrol
Knee tuck jump Split jump
Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound
.47001
.009 -2.2609
-.3545
.47001
.000
1.2775
3.1840
.47001
.009
.3545
2.2609
.47001
.000
2.5852
4.4917
-2.23077*
.47001
.000 -3.1840
-1.2775
-3.53846*
.47001
.000 -4.4917
-2.5852
Hasil uji kelentukan dengan menggunakan uji LSD dilihat hasil Mean Difference diperoleh perbandingan kelompok pelatihan split jump lebih besar dibandingkan kelompok pelatihan knee tuck jump sebesar 1,30769 dan kelompok pelatihan split jump lebih besar
dibandingkan kelompok kontrol sebesar 3,53846, kelompok pelatihan knee tuck jump lebih kecil dibadingkan kelompok pelatihan split jump sebesar -1,30769 dan kelompok pelatihan split jump lebih besar dibadingkan kelompok kontrol sebesar 2,23077, sedangkan kelompok kontrol
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )
lebih kecil dibandingkan kelompok knee tuck jump -2,23077 dan kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan kelompok pelatihan split jump sebesar -3,53846.
Dari hasil uji LSD kelentukan, pelatihan split jump lebih baik terhadap peningkatan kelentukan dari pada pelatihan knee tuck jump.
Tabel 5. Hasil Uji Anava Satu Jalur Variabel Power otot tungkai Daya ledak Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares
df
Mean Square
3660.154
2
1830.007
483.007 4143.231
36 38
13.419
Dari hasil uji anava didapat nilai Fhitung variabel power otot tungkai pada pelatihan knee tuck jump dan split jump sebesar 136.382 dengan signifikansi 0,000 lebih kecil dari α (Sig Fhitung < 0,05). Karena signifikansi pelatihan knee tuck jump dan split jump 0,000 lebih kecil dari α (Sig Fhitung < 0,05), sehingga hipotesis penelitian pelatihan knee tuck jump dan split jump berpengaruh terhadap peningkatan power otot tungkai diterima. Untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap
F Sig. 136.38 0.000 2
peningkatan power otot tungkai dilakukan dengan cara membedakan nilai terbesar pada mean difference atau perbedaan rata-rata.Pelatihan yang mendapat nilai terbesar merupakan pelatihan yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan power otot tungakai. Data yang diuji adalah data kelompok pelatihan knee tuck jump dan split jump dan kelompok kontrol untuk peningkatan kelentukan. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 6
Tabel 6. Hasil Uji LSD Data kelentukan
Dependent Variable Power otot tungkai
(I) (J) kelompok kelompok Knee tuck Split jump jump Kontrol Split jump Knee tuck jump Kontrol Kontrol
Knee tuck jump
Mean Difference (I-J) Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound
7.07692*
1.43681
.000 4.1629 9.9909
23.15385*
1.43681
.000
-7.07692*
1.43681
.000 -9.9909 -4.1629
16.07692*
1.43681
.000
1.43681
.000 26.067 20.2399 8
1.43681
.000 18.990 13.1629 9
23.15385*
Split jump 16.07692*
20.239 26.0678 9
13.162 18.9909 9
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )
Hasil uji power otot tungkai dengan menggunakan uji LSD dilihat hasil Mean Difference diperoleh perbandingan kelompok pelatihan knee tuck jump lebih besar dibandingkan kelompok pelatihan split jump sebesar 7,07692 dan kelompok pelatihan knee tuck jump lebih besar dibandingkan kelompok kontrol sebesar 23,15385, kelompok pelatihan split jump lebih kecil dibadingkan kelompok pelatihan knee tuck jump sebesar -7,07692 dan kelompok pelatihan split jump lebih besar dibadingkan kelompok kontrol sebesar 16.07692, sedangkan kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan kelompok knee tuck jump -23,15385 dan kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan kelompok pelatihan split jump sebesar -1607692. Dari hasil uji LSD kelentukan, pelatihan knee tuck jump lebih baik terhadap peningkatan power otot tungkai dari pada pelatihan split jump Mekanisme pelatihan knee tuck jump yang menekankan pada ketinggian maksimum yang dilakukan dengan menolakkan kaki ke atas dan ke depan secara bersamaan dengan cepat khususnya kerja fleksor dan extensor paha dan pinggul yang melibatkan otot-otot seperti sartorius, illiacus, gracilis, biceps femoris,semitendinous,semimembranosus, gluteus maximus dan gluteus minimus. Gerakan melompat yang dilakukan secara berulang-ulang ini akan memberikan kontraksi pada otot tungkai. Sedangkan mekanisme pelatihan split jump yang menekankan pada hentakan split maksimum yang dilakukan dengan menolakkan kedua kaki ke atas dan ke depan secara bergantian dengan cepat khususnya kerja fleksor dan extensor paha dan pinggul yang melibatkan otot-otot seperti sartorius, illiacus, gracilis, biceps, femoris, semitendinous ,semimembranosus, gluteus maximus dan gluteus minimus. Gerakan melompat yang dilakukan secara berulang-ulang ini akan memberikan kontraksi pada pinggul. Kontraksi terjadi karena serabut otot menangkap suatu aksi dari pelatihan sehingga menimbulkan arus listrik yang selanjutnya menyebar ke dalam serabut otot, sehingga menyebabkan ion-ion kalsium terlepas dari sarkoplasma retikulum dan mempengaruhi myofibril dari
aliran listik tersebut. Sehingga otot tungkai akan mengalami peningkatan ukuran serat otot tungkai yang disebabkan oleh peningkatan jumlah dan ukuran dari sel-sel serta serabut-serabut otot yang di sebabkan oleh pelatihan yang diberikan selama 4 minggu atau 12 kali pelatihan dengan frekuensi 3 kali pelatihan dalam seminggu.Jadi, dari mekanisme gerakan pelatihan knee tuck jump dan split jump akan dapat meningkatkan ukuran dan jumlah sel-sel serta serabut-serabut otot tungkai yang secara tidak langsung akan berdampak terhadap peningkatan kelentukan. Secara garis besar faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemampuan kelentukan seseorang adalah elastisitas otot, tendo dan ligamenta, susunan tulang, bentuk persendian, suhu/temperatur tubuh, umur, bioritme. Tingkat elastisitas otot, tendo, ligamenta sangat dipengaruhi oleh keadaan suhu dan temperatur tubuh, lingkungan, semakin panas suhu tubuh dan lingkungan maka kondisi otot akan relatif lebih elastis dari pada suhu tubuhnya normal. Susunan tulang dan bentuk persendian ikut berpengaruh terhadap kelentukan otot. Artinya, bahwa tidak semua persendian dapat melakukan gerakan yang sama hanya persendian tertentu yang dapat melakukan gerakangerakan seperti rotasi, fleksi, ekstensi, aduksi maupun abduksi. Oleh karena itu pada persendian tertentu hanya dapat melakukan gerakan yang tertentu pula, sehingga kondisi kelentukannya juga berbeda-beda. Otot mengalami adaptasi secara berkesinambungan akibat pelatihan yang diberikan. Otot rangka memiliki sifat elastis dimana akan terjadi penambahan panjang yang biasanya dihasilkan dari pertambahan sarkomer (unit mendasar dari serabut otot) pada serat otot, terutama pada daerah myotendinnous junction (daerah pertemuan otot dengan tendon). Jika unit tendon-otot renggang, sarkomer tambahan akan ditambahkan secara khas pada daerah tersebut. Perpanjangan sarkomer dapat meningkatkan kelentukan seseorang. Selain pada otot, pada sendisendi mengalami adaptasi yang signifikan terhadap kelentukan. Sendi yang merupakan poros dari suatu gerak, mengalami perubahan akibat pelatihan
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )
yang diberikan secara teratur. Adaptasi yang terjadi pada daerah sendi seperti: (1) meningkatnya elastisitas ligamen dan kapsul sendi yang merupakan penghubung antara tulang dan tulang sehingga ruang gerak sendi menjadi lebih luas, (2) meningkatkan kekuatan kapsul sendi untuk membungkus cairan synovial sehingga pergerakan sendi tidak terganggu dan menjadi lebih luas, dan (3) menjaga cairan synovial yang berfungsi sebagai pelumas dari sendi. Peningkatan adaptasi dari otot dan sendi yang terjadi saat diberikan pelatihan knee tuck jump secara teratur akan meningkatkan kelentukan. Dari mekanisme pelatihan knee tuck jump dan split jump selain untuk meningkatkan kelentukan juga dapat meningkatkan power otot tungkai hal tersebut disebabkan karena Gerakan melompat yang dilakukan secara berulangulang ini akan memberikan kontraksi pada pinggul. Kontraksi terjadi karena serabut otot menangkap suatu aksi dari pelatihan sehingga menimbulkan arus listrik yang selanjutnya menyebar ke dalam serabut otot, sehingga menyebabkan ion-ion kalsium terlepas dari sarkoplasma retikulum dan mempengaruhi myofibril dari aliran listik tersebut. Pernyataan ini juga diperkuat oleh hasil penelitian dari Aristia Dinata (2007) yang menyatakan bahwa kontraksi pada otot terjadi perubahan massa dan panjang otot serta gerak pada persendian atau beberapa sendi. Pada latihan tersebut terjadi pendekatan otot dan pemanjangan otot. Dengan kata lain kontraksi dari mekanisme gerakan knee tuck jump dan split jump yaitu gerakan melompat yang dilakukan secara berulang-ulang akan memberikan suatu pembebanan terutama meningkatnya massa dan panjang otot tungkai yang dilatih. Dengan meningkatnya massa dan panjang otot tungkai secara tidak langsung akan mempengaruhi power otot tungkai. Dari penjelasan diatas maka terdapat perbedaan pengaruh dari masing maing kelompok perlakuan dimana pelatihan split jump lebih baik untuk meningkatkan kelentukan hal ini disebabkan karena mekanisme pelatihan split jump yang menekankan pada hentakan split maksimum yang dilakukan
dengan menolakkan kedua kaki ke atas dan ke depan secara bergantian dengan cepat khususnya kerja fleksor dan extensor paha dan pinggul yang melibatkan otot-otot seperti sartorius, illiacus, gracilis, biceps femoris, semitendinous, semimembranosus, gluteus maximus dan gluteus minimus. Gerakan melompat yang dilakukan secara berulangulang ini akan memberikan kontraksi pada pinggul Sedangkan pelatihan knee tuck jump lebih untuk meningkatkan power otot tungkai dapat dije;askan sebagai berikut Pada dasarnya pe;latihan knee tuck jump dan split jump merupakan pelatihan yang dapat meningkatkan kinerja power otot tungkai. Jika diperhatikan dari mekanisme gerak dari masing pelatihan tersebut makan akan terdapat perbedaan pengaruh. Mekanisme pelatihan knee tuck jump yang dilakukan dengan menolakkan kaki ke atas secara bersamaan dengan cepat khususnya kerja fleksor dan extensor paha dan pinggul yang melibatkan otot-otot seperti sartorius, illiacus, gracilis, biceps femoris, semitendinous, semimembranosus, gluteus maximus dan gluteus minimus. Gerakan melompat yang dilakukan secara berulangulang ini akan memberikan kontraksi pada otot tungkai. Dari mekanisme gerak tersebut dapat disimpulkan pelatihan knee tuck jump lebih baik untuk meningkatkan power otot tungkai. SIMPULAN DAN SARAN 1) Pelatihan knee tuck jump dan split jump berpengaruh terhadap peningkatan kelentukan. 2) Pelatihan knee tuck jump dan split jump berpengaruh terhadap peningkatan power otot tungkai. 3) Terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan knee tuck jump dan split jump terhadap kelentukan 4) Terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan knee tuck jump dan split jump terhadap power otot tungkai Berdasarkan hasil penelitian ini, halhal yang dapat disarankan adalah sebagai berikut, yaitu:
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )
1)
2)
Disarankan bagi pembina olahraga, pelatih olahraga, guru penjasorkes dan atlet serta pelaku olahraga lainnya dapat menggunakan pelatihan knee tuck jump dan split jump yang terprogram dengan baik sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kelentukan dan power otot tungkai. Bagi peneliti lain, jika ingin melakukan penelitian sejenis disarankan untuk menggunakan variabel dan subyek atau sampel penelitian yang berbeda, dengan memperhatikan kelemahankelemahan yang ada pada penelitian ini sebagai bahan perbandingan.
DAFTAR PUSTAKA Brown, R. L. 2001. Bugar dengan Lari. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Candiasa, I M. 2004. Statistik Multivariat Disertai Aplikasi dengan SPSS. Singaraja: Unit Penerbitan IKIP Negeri Singaraja. -------. 2010. Statistik Univariat dan Bivariat Disertai Aplikasi SPSS. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Hairy, J. 1989. Fisiologi Olahraga Jilid I. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tinggi. Kanca, I N, 2010. Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Nala, Ngurah. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Universitas Udayana
Sajoto, M. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang: FPOK IKIP SEMARANG Winata Rai Surya, I Made. 2011, Pengaruh Pelatihan Knee Tuck Jump dan Split Jump Terhadap Kekuatan Menendang Bola Sepak: Skripsi UNDIKSHA SINGARAJA.