Pengaruh Nanokapsulasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Mengkudu (Morinda citrifolia)
DANIEL ROLAS SURUNG NAINGGOLAN
DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Nanokapsulasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Mengkudu (Morinda citrifolia) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013 Daniel Rolas Surung Nainggolan NIM G84080012
ABSTRAK DANIEL ROLAS SURUNG NAINGGOLAN. Pengaruh Nanokapsulasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Mengkudu (Morinda citrifolia). Dibimbing oleh MARIA BINTANG dan EMAN KUSTAMAN. Penelitian terkait khasiat dari buah mengkudu telah banyak dilakukan dan menunjukkan efektivitas buah mengkudu sebagai antioksidan. Namun inovasi dan penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk meningkatkan efektivitas dan pemanfaatan mengkudu sebagai antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh proses nanokapsulasi ekstrak mengkudu dengan kitosan sebagai agen penyalut terhadap aktivitas antioksidannya. Ekstrak mengkudu dibuat dengan metode maserasi dengan pelarut etanol dan air. Nanokapsul ekstrak mengkudu dibuat dengan cara mengurai kitosan menjadi nanokitosan dengan metode gelasi ionik. Nanokapsul yang dihasilkan mampu menyalut ekstrak mengkudu, mempunyai fasa amorf, berukuran 32.37-9774.96 nm untuk nanokapsul ekstrak mengkudu dengan pelarut air, dan 85.14-281.91 nm untuk nanokapsul dengan ekstrak pelarut etanol, dan memberikan efek pelepasan berkala sehingga mampu memperpanjang daya tahan obat. Kata kunci: Mengkudu, nanokapsul, antioksidan. ABSTRACT Research and innovation on mengkudu (Morinda citrifolia) extract is needed to increase the efectivity of it’s function as antioxidant. Therefore, mengkudu extract nanocapsule technology was researched for development of mengkudu as antioxidant source. The purpose of this research was to analyzed the influence of mengkudu extract nanocapsulation process to their antioxidant activity with chitosan as the coating agent. Mengkudu extract nanocapsule was made by ionic gelation method. Mengkudu extract nanocapsules were in amorphic phase and the in the size range of 89.15-9774.96 nm for water extraction and 48.99-192.03 nm for ethanol extraction. However, nanocapsulation gave a controlled release effect. Keywords: Mengkudu, nanocapsule, antioxidant.
Pengaruh Nanokapsulasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Mengkudu (Morinda citrifolia)
DANIEL ROLAS SURUNG NAINGGOLAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biokimia
DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judu
Prfo'I~nlll
Nanokapsulasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak (Morinda citrifolia) Ro las Surung Nainggolan
_"r:_~ du
Nama
NIM
~~,,,,,){1l2
Disett;jui oleh
Pro f. Dr . ..: Pe . .
---
Bintang, MS _ .. g I
If. Eman K ustaman Pembimbing II
.Sc
Tanggal Lulus:
I
8 FEB 2014
Judul Skripsi : Pengaruh Nanokapsulasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Mengkudu (Morinda citrifolia) Nama : Daniel Rolas Surung Nainggolan NIM : G84080012
Disetujui oleh
Prof. Dr. drh. Maria Bintang, MS Pembimbing I
Ir. Eman Kustaman Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. I Made Artika M.App.Sc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik hasil penelitian ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. drh. Maria Bintang, MS selaku pembimbing utama serta Ir. Eman Kustaman selaku pembimbing kedua atas segala kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan bimbingan, arahan, dan masukan bagi penulis selama menulis penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua dari penulis sendiri, Bapak R. Nainggolan dan Ibu S.H. Sitorus atas doa dan dukungannya kepada penulis. Ucapan terimakasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada adik-adikku Naomi, Tesalonika, Maria, dan Timotius atas segala kasih sayang, dukungan, dan doa bagi penulis. Terimakasih penulis ucapkan kepada Elvita, Ihsan, dan Ira yang telah bersama-sama membantu penulis secara langsung dalam penelitian ini. Kepada para analis di Pusat Studi Biofarmaka (PSB) antara lain ibu Nunuk, ibu Salinah, kak Antonio dan mas Endi. Terimakasih pada Meilida, Idho, serta kepada teman-teman sesama mahasiswa Biokimia 45 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat digunakan untuk perbaikan dalam penulisan selanjutnya. Penulis mengharapkan penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Bogor, November 2013 Daniel Rolas Surung Nainggolan
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
METODE Bahan
2
Alat
2
Metode Penelitian
2
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
4
Pembahasan
7
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
11
Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
11
LAMPIRAN
14
RIWAYAT HIDUP
25
DAFTAR TABEL 1 Nilai IC50 ekstrak mengkudu dan nanokapsul ekstrak mengkudu 2 Bilangan gelombang gugus fungsi spesifik kitosan dan nanokapsul ekstrak mengkudu
7 8
DAFTAR GAMBAR 1 Hasil analisis FTIR mengkudu, nanokapsul, dan kitosan 2 Derajat kristalinitas nanokapsul ekstrak mengkudu pelarut air 3 Derajat kristalinitas nanokapsul ekstrak mengkudu pelarut etanol
5 6 6
DAFTAR LAMPIRAN 4 5 6 7
Diagram alir penelitian Contoh perhitungan nilai IC50 ekstrak etanol mengkudu Hasil analisis PSA nanokapsul ekstrak mengkudu pelarut etanol Hasil Analisis PSA nanokapsul ekstrak mengkudu pelarut air
13 14 17 20
PENDAHULUAN Mengkudu mudah tumbuh pada berbagai lahan dan iklim dengan penyebaran dari dataran rendah hingga 1.500 m di atas permukaan laut. Mengkudu bahkan mampu tumbuh di kondisi tanah yang ekstrim seperti pada celah lava yang mengeras (Nelson 2006) sehingga budidaya mengkudu tergolong lebih mudah. Banyak penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa buah mengkudu dapat mengobati beberapa penyakit degeneratif seperti diabetes, kanker dan tumor. Selain penyakit degeneratif tersebut mengkudu juga dapat mengobati tekanan darah tinggi, radang ginjal, radang empedu, disentri, liver, cacingan, artritis, dan sakit perut (Wang and Su 2001). Mengkudu juga mempunyai khasiat sebagai antioksidan yang baik. Dalam penelitian Opiniwati, 2006 mengkudu mampu mengurangi bilangan asam, peroksida, dan TBA dalam minyak goreng bekas pakai. Mengkudu bahkan diketahui mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih baik dari vitamin E (Rohman et al 2006), namun pemanfaatan mengkudu sebagai antioksidan memang masih jarang, hal tersebut lebih dikarenakan bau mengkudu yang tidak enak, dan teknik pemanfaatannya yang masih konvensional seperti jus, sari buah, atau dalam bentuk kapsul. Mengkudu biasanya dimanfaatkan dengan meminum jus buah mengkudu yang sudah matang, namun akibat baunya yang menyengat khasiat mengkudu jarang dimanfaatkan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai pemanfaatan mengkudu secara efisien namun dengan tetap menjaga khasiat alami dari buah mengkudu tersebut. Teknologi nanokapsulasi dipilih sebagai inovasi dalam pemanfaatan mengkudu dalam penelitian ini. Tujuan utama proses nanokapulasi dalam sistem pengantar obat adalah untuk mengatur ukuran partikel, sifat-sifat permukaan, dan pelepasan zat aktif pada tempat yang spesifik di dalam tubuh sebagi sasaran pengobatan (Rachmania 2011). Saat ini, teknologi ini sedang banyak digunakan dan diteliti dalam pengembangan obat dan suplemen. Sehingga teknologi nanokapsulasi dipilih dalam pemanfaatan ekstrak mengkudu sebagai antioksidan. Nanokapsul adalah partikel berukuran nanometer yang tersusun atas dinding tipis dari polimer yang menyelimuti material inti berbentuk cairan atau padatan dengan diameter mulai dari 10 sampai 1000 nm. Dalam sistem pengantaran obat, nanokapsul berperan sebagai pembawa (carrier) dengan cara melarutkan, menjebak, mengenkapsulasi, atau menempelkan obat di dalam matriksnya. Barubaru ini, nanopartikel yang berasal dari bahan polimer digunakan sebagai sistem pengantaran obat yang potensial karena kemampuan penyebarannya di dalam organ tubuh selama waktu tertentu, dan kemampuannya untuk mengantarkan protein atau peptida (Mohanraj dan Chen 2006). Kitosan dipilih sebagai coating agent untuk diuji potensinya sebagai inovasi dalam pemanfaatan mengkudu sebagai antioksidan. Pemilihan kitosan yang merupakan hasil pengolahan kitin yang biasa diperoleh dari limbah udang sebagai coating agent karena sifatnya yang biodegradable, dan mempunyai efek antibakteri (Jazuli 2011) sehingga mampu menambah daya simpan sediaan nanokapsul. Kitosan sendiri sudah mulai banyak digunakan sebagai pengawet dalam bahan makanan seperti tahu (Hardjito 2006) dan bahan pengkelat logam berat (Suptijah 2006) penggunaan kitosan juga ditujukan untuk mengurangi
2 limbah kulit udang dan kepiting yang merupakan bahan dasar dari pembuatan kitosan. Proses nanokapsulasi ekstrak mengkudu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kemampuan ekstrak berikatan dengan kitosan, dan proses pengadukan. Oleh sebab itu dilakukan karakterisasi untuk menganalisis hasil dari proses nanokapsulasi yang meliputi analisis ukuran partikel dengan Particle Size Analyzer (PSA), analisis derajat kristalinitas dengan X-Ray Difractometry (XRD), dan analisis gugus fungsi dengan Fourier Transform Infra Red Spectrometer (FTIR), kemudian dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dan akan dianalisis perbedaan aktivitas antioksidan ekstrak mengkudu sebelum dan sesudah melalui proses nanokapsulasi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa pengaruh nanokapsulasi terhadap aktivitas antioksidan ekstrak mengkudu. Hipotesis dari penelitian ini adalah melalui proses nanokapsulasi dapat dihasilkan nanokapsul ekstrak mengkudu yang mampu memberikan efek pelepasan berkala (control release) meningkatkan daya tahan aktivitas antioksidan mengkudu dan menjadi inovasi baru dalam pemanfaatan mengkudu sebagai antioksidan.
BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah wadah untuk maserasi, timbangan, kertas saring, corong, gelas piala 500 mL, pipet mikro, pipet volumetrik, tip pipet, Particle Size Analyzer, X-Ray Difractometer, Fourier Transform Infra Red Spectroscopy , ELISA reader, labu Erlenmeyer, labu takar, dan Spray dryer Sedangkan bahan-bahan yang digunakan antara lain buah mengkudu kering yang diperoleh dari kebun Pusat Studi Biofarmaka-Cikabayan, Tripolifosfat (TPP), etanol 95%, aquades, kitosan, tween 80, reagen DPPH.
Metode Penelitian Ekstraksi Buah Mengkudu Ekstraksi dilakukan dengan cara menghaluskan simplisia buah mengkudu dengan blender, kemudian direndam dengan dua macam pelarut dengan perbandingan simplisia dan pelarut 1:10. Pelarut yang digunakan adalah air, dan etanol 95%.. Masing-masing direndam dengan pelarut selama enam jam sambil diaduk kemudian didiamkan selama 24 jam. setelah direndam selama 24 jam, maserat dipisahkan dengan cara disaring dengan kain kasa. Proses dilakukan sebanyak dua kali, maserat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotary evaporator (BPOM 2004). Pembuatan Nanokapsul Pembuatan gel kitosan dilakukan dengan melarutkan kitosan sebanyak 1.5 gram dalam 50 mL asam asetat 1%. Campuran dihomogenkan dengan magnetic stirrer kecepatan 1500 rpm. Kemudian ditambahkan akuades sebanyak 500 ml selama 1 jam. Pembentukan nanopartikel dilakukan melalui tahap emulsifikasi
3 dengan penambahan 50 mikroliter tween 0.1%, dengan sprayer sambil diaduk terus-menerus selama 30 menit untuk memperkecil ukuran, selanjutnya stabilisasi dengan 100 mL larutan tripoliposfat 0.1 % sambil terus diaduk. Penambahan tripoliposfat dilakukan setetes demi setetes dan diaduk selama 30 menit dimulai ketika seluruh tripoliposfat telah habis. Tambahkan ekstrak mengkudu sebanyak 1.5 gram dan diaduk selama 10-15 menit sampai homogen sehingga dihasilkan larutan nanokapsul mengkudu. Pengeringan dilakukan dengan cara spray drying, diperoleh kitosan nanopartikel dan siap untuk tahap karakterisasi (BPPT 2010). Analisis Particle Size Analyzer (PSA) Larutan nanokapsul mengkudu yang belum dikeringkan dengan spray dryer sebanyak 2-3 tetes dianalisis menggunakan instrumen PSA (Particle size Analyzer) untuk mengetahui distribusi ukuran partikel. Sampel yang masih berupa larutan diteteskan perlahan dengan menggunakan pipet tetes. Indikator pada PSA akan menunjukkan warna hijau jika sampel yang diteteskan sudah cukup. Setelah indikator berwarna hijau akan muncul peak pada layar. Hal tersebut menunjukkan bahwa PSA sudah mulai menganalisis sampel. Setelah sampel selesai dianalisis maka hasil akan keluar dan tersimpan dalam folder. Analisis dilakukan pada suhu 25oC, dengan pelarut air, indeks bias sebesar 1.36, derajat viskositas sebesar 1.074 cP. Hasil analisis yang diperoleh berupa grafik distribusi ukuran partikel dari sampel (Kim et al. 2006). Analisis Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) Sebanyak 2 mg sampel nanokapsul dicampur dengan 100 mg KBr untuk dibuat pellet dengan pencetak vakum. Pellet yang terbentuk dikenai sinar infra merah pada panjang gelombang 4000 – 400 cm-1. Latar belakang penyerapan dihilangkan dengan cara pellet KBr dijadikan satu pada setiap pengukuran (Kencana 2009). Analisis difraksi sinar-X (XRD) Sebanyak 200 mg sampel dicetak langsung pada aluminium berukuran 2 x 2.5 cm dengan menggunakan perekat. Derajat kristalinitas ditentukan dari hasil pembacaan dengan sumber sinar dari tembaga pada panjang gelombang 1.5406 A. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan literatur (Kencana 2009). Uji aktivitas antioksidan dengan DPPH Sebanyak 1 g sampel dilarutkan dalam 5 mL etanol absolut (200 ppm). Larutan dibuat dalam dua golongan, tanpa dan dengan DPPH. Larutan ditambahkan DPPH kemudian diinkubasi selama 30 menit di ruangan gelap. Selanjutnya aktifitas antioksidan dibaca dengan instrumen microplate reader dengan panjang gelombang 517 nm. Setiap sampel diukur aktifitas antioksidannya sebanyak tiga kali ulangan (Udenigwe et al 2009). Nilai IC50 (Inhibition Concentration 50) dihitung berdasarkan perhitungan selisih absorbans dari kelompok yang ditambahkan DPPH dan yang tidak ditambahkan DPPH, kemudian ditentukan nilai % Radical Scavenging. Nilai IC50 dihitung dari persamaan linier grafik hubungan nilai absorban dan % Radical Scavenging. Rumus Menentukan % Radical Scavenging: % Radical scavenging = (1- ((As-Asb)/(Ac-Acb))) x 100
4 Keterangan: AC = Absorbansi blanko ditambahkan DPPH As = Absorbansi sampel ditambahkan DPPH Asb = Absorbansi sampel tanpa DPPH Acb = Absorbansi blanko tanpa DPPH
HASIL Ekstraksi Mengkudu Ekstraksi menggunakan dua jenis pelarut, yaitu air dan etanol 95%. Bobot simplisia mengkudu yang digunakan untuk masing-masing pelarut sebesar 350 gram. Ekstraksi dengan pelarut air menghasilkan ekstrak sebanyak 77.6 gram dengan rendemen sebesar 22.16%. Esktraksi dengan pelarut etanol 95% dihasilkan ekstrak sebanyak 65.3 gram dengan rendemen sebesar 18.65%.
Distribusi Ukuran Partikel Nanokapsul Ekstrak Mengkudu Analisis untuk mengetahui distribusi ukuran partikel nanokapsul ekstrak mengkudu menggunakan instrumen Particle Size Analyzer (PSA). Analisis menggunakan PSA dipilih karena mampu mendeteksi distribusi ukuran partikel dalam bentuk emulsi dan larutan, dan dalam analisisnya partikel terdispersi ke dalam media dan mencegah terjadinya penggumpalan dan agregarsi partikel (Helmiyati 2009). Pengukuran partikel dengan menggunakan PSA biasanya menggunakan metode basah. Metode ini dinilai lebih akurat jika dibandingkan dengan metode kering ataupun pengukuran partikel dengan metode ayakan dan analisa gambar. Terutama untuk sampel-sampel dalam orde nanometer dan submicron yang biasanya memliki kecenderungan aglomerasi yang tinggi. Hal ini dikarenakan partikel didispersikan ke dalam media sehingga partikel tidak saling beraglomerasi (menggumpal). Dengan demikian ukuran partikel yang terukur adalah ukuran dari single particle. Selain itu hasil pengukuran dalam bentuk distribusi, sehingga hasil pengukuran dapat diasumsikan sudah menggambarkan keseluruhan kondisi sampel (Kim et al 2006). Hasil analisis menunjukkan bahwa nanokapsul ekstrak dengan pelarut air mempunyai ukuran terbesar 9774.96 nm dan ukuran terkecil 89.15 nm, dengan rata-rata distribusi partikel sebesar 192.03 nm. Sedangkan dengan pelarut etanol diperoleh partikel dengan ukuran terbesar sebesar 338.93 nm dan partikel terkecil memiliki ukuran 48.99 nm dengan rata-rata distribusi partikel sebesar 152.89 nm.
Gugus Fungsi Nanokapsul Ekstrak Mengkudu Untuk mengetahui keberadaan ekstrak mengkudu dalam penyalut kitosan digunakan analisis dengan instrument Fourier Transform Infra Red Spectrometer (FTIR). Analisis didasarkan pada penyerapan sinar merah oleh molekul penyusun dalam suatu senyawa. Gugus fungsi suatu senyawa akan menyerap frekuensi sinar merah yang sama dengan vibrasi gugus tersebut, sehingga frekuensi sinar yang
5 diserap dapat menentukan jenis gugus fungsi dan senyawa yang terdapat dalam sampel. Hasil analisis yang dihasilkan berupa grafik dan nilai panjang gelombang yang terdeteksi. Sampel kitosan, nanokapsul ekstrak mengkudu air, dan nanokapsul ekstrak mengkudu etanol dianalisis dan dibandingkan hasil data FTIR masing-masing sampel. Grafik berwarna merah menunjukkan hasil analisis ekstrak mengkudu, grafik berwarna hijau menunjukkan hasil analisis nanokapsul ekstrak mengkudu dengan pelarut air, grafik berwarna biru menunjukkan hasil analisis nanokapsul ekstrak mengkudu dengan pelarut etanol, dan grafik berwarna hitam menunjukkan hasil analisis kitosan.
Gambar 4. Hasil analisis FTIR kitosan
Gambar 4. Hasil analisis FTIR nanokapsul ekstrak air
Gambar 5. Hasil analisis FTIR nanokapsul ekstrak air
Gambar 1. Hasil analisis dengan FTIR ekstrak mengkudu, nanokapsul, dan kitosan
6 Derajat Kristalinitas Nanokapsul Ekstrak Mengkudu Penentuan derajat kristalinitas nanokapsul ekstrak mengkudu diperlukan untuk mengetahui fasa materi dari sampel. Fasa materi ada dua jenis, yaitu fasa kristal dan amorf. Nilai derajat kristalinitas diperoleh melalui analisis dengan X Ray Difractometer (XRD). Hasil analisis berupa grafik dengan puncak (peak) kecil dan nilai derajat kristalinitas sampel. Fasa sampel akan ditentukan melalui derajat difraksi dan derajat kristalinitas. Hasil pengujian menunjukkan derajat kristalinitas nanokapsul ekstrak etanol dan air masing-masing sebesar 35.22% dan 34.83%.
Gambar 2. Derajat kristalinitas nanokapsul ekstrak mengkudu pelarut air
Gambar 3. Derajat kristalinitas nanokapsul ekstrak mengkudu pelarut etanol Uji Aktivitas Antioksidan Nanokapsul Ekstrak Mengkudu Uji aktivitas antioksidan dilakukan untuk menguji efektivitas proses nanokapsulasi terhadap aktivitas antioksidan yang terdapat pada mengkudu. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan microplate dan dibaca dengan mikroplate reader pada panjang gelombang 517 nm.
7 Tabel 1. Nilai IC50 Ekstrak mengkudu dan Nanokapsul ekstrak mengkudu Nilai IC50 (Inhibition Ekstrak Concentration Etanol 50) dan waktu inkubasi Nilai IC50 154.0446 (ppm) 30 menit
Ekstrak Air
Jenis Sampel Nanokapsul Nanokapsul Ekstrak Ekstrak Air Etanol
Asam Askorbat (Kontrol Positif)
340.8684
48705.13
13322.59
6.8495
Nilai IC50 (ppm) 60 menit
-
-
6192.021
9136.522
-
Nilai IC50 (ppm) 90 menit
-
-
449.8407
1244.319
-
PEMBAHASAN Ekstraksi Mengkudu Ekstraksi adalah suatu proses transfer solut dari satu fase ke fase yang baru. Berdasarkan cara ekstraksi, proses ekstraksi dibagi menjadi empat jenis diantaranya maserasi, perkolasi, refluks, dan sokhlet. Metode maserasi dipilih karena metode ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya efektif, praktis, aman, dan ekonomis. Selain itu, metode maserasi juga dapat memperkecil kerusakan sampel dan zat aktif, karena metode ini tidak menggunakan panas sebagai katalisator dan tidak terjadi penguapan pada saat ekstraksi berlangsung (Hwang et al 2000). Pemilihan pelarut didasari oleh pemanfaatan mengkudu yang umum digunakan. Pelarut air dipilih berdasarkan cara pemanfaatan mengkudu yang dilakukan secara tradisional, yaitu dengan cara dibuat jus atau dikeringkan lalu direbus dengan air. Sedangkan pemilihan pelarut etanol didasari oleh cara ekstraksi mengkudu yang dianjurkan BPOM. Etanol merupakan pelarut yang umum digunakan dalam ramuan jamu dan obat fitofarmaka karena dinilai lebih aman, tidak beracun dan mampu menarik senyawa bioaktif dengan lebih murni (Darusman et al 2001). Berdasarkan persentase rendemen, ekstraksi dengan pelarut air lebih besar. Pelarut air mampu menarik senyawa aktif mengkudu lebih banyak dari pelarut etanol. Hasil tersebut dapat disebabkan oleh banyaknya senyawa aktif pada mengkudu yang bersifat polar dan lebih mudah terlarut di dalam air, sehingga presentase rendemen ekstrak dengan pelarut air lebih besar dibandingkan ekstraksi dengan pelarut etanol. Ekstrak yang diperoleh berbentuk padat karena telah dipekatkan dengan rotary evaporator. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya akan disalut dengan kitosan dan dibuat menjadi nonkapsul untuk selanjutnya dilakukan analisis karakterisasi dan pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH.
8 Distribusi Ukuran Partikel Nanokapsul Ekstrak Mengkudu Hasil analisis PSA menunjukkan ukuran partikel dan distribusi ukuran antara nanokapsul ekstrak mengkudu dengan pelarut etanol dan air. Ukuran dan jarak distribusi ukuran partikel nanokapsul yang diekstrak dengan pelarut etanol lebih kecil daripada nanokapsul yang diekstrak dengan pelarut air. Hal tersebut bisa disebabkan karena senyawa yang diekstrak dengan pelarut etanol berikatan lebih baik dengan kitosan sebagai coating agent dibandingkan senyawa yang di ekstrak menggunakan pelarut air. Besarnya jarak atau range distribusi ukuran suatu partikel dapat dilihat dari nilai PdI (Polydispersity Index). Berdasarkan nilai PdI, distribusi ukuran partikel dapat dibedakan menjadi monodisperse dan polydisperse. Monodisperse menunjukkan bahwa jarak distribusi ukuran partikel yang terdapat dalam suatu sampel lebih sempit dan sebaran ukuran lebih merata. Sedangkan polydisperse menunjukkan bahwa jarak distribusi ukuran partikel suatu sampel tergolong lebar dan ukuran partikel lebih beragam. Jarak distribusi ukuran partikel dalam suatu sampel dapat dikatakan monodisperse jika nilai PdI kurang dari 0.1 (Ahmed et al 2003). Nilai PdI yang didapat melalui analisis dengan instrument PSA adalah sebesar 0.032 untuk nanokapsul ekstrak mengkudu dengan pelarut etanol dan 1.717 untuk nanokapsul ekstrak mengkudu dengan pelarut air. Nilai PdI di bawah 0.1 menunjukkan besarnya distribusi ukuran pada nanokapsul ekstrak dengan pelarut etanol lebih sempit dan tergolong monodisperse, sedangkan nanokapsul ekstrak dengan pelarut air mempunyai nilai PdI di atas 0.1 tergolong polydisperse. Lebarnya jarak distribusi ukuran partikel pada nanokapsul ekstrak dengan pelarut air dapat terjadi akibat senyawa aktif dalam ekstrak mengkudu dengan pelarut air tidak mampu berinteraksi dengan baik terhadap kitosan sebagai coating agent dan menimbulkan efek aglomerasi lebih besar dibandingkan ekstrak dengan pelarut etanol. Gugus Fungsi Nanokapsul Ekstrak Mengkudu Analisis gugus fungsi dilakukan dengan FTIR, spectrum inframerah terletak pada daerah dengan panjang gelombang 12.800 sampai 10 -7. Aplikasi spektroskopi inframerah sagat luas, baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif. Kegunaan yang paling penting adalah untuk identifikasi senyawa organik, karena spektrumnya sangat kompleks dan mempunyai cirri yang khas, artinya kecil kemungkinan dua senyawa mempunyai spectrum yang sama (Bintang 2010). Hasil analisis gugus fungsi dengan Fourier Transform Infra-Red Spectroscopy (FTIR) berupa pola spectrum yang khas untuk kemudian di analisis untuk mengetahui gugus fungsi apa yang terkandung dalam sampel yang dianalisis. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan data FTIR dari masingmasing sampel. Komponen senyawa dari ekstrak mengkudu dan kitosan akan dibandingkan dengan komponen senyawa yang terdapat pada nanokapsul ekstrak mengkudu. Ekstrak mengkudu mempunyai senyawa khas xeronine dengan gugus fungsi yang khas yaitu gugus C-H, N-H, C-O dan –OH, yang terdeteksi pada nanokapsul ekstrak mengkudu. Analisis dengan FTIR juga menunjukkan gugus O-H dan N-H yang merupakan gugus fungsi khas kitosan. Pada nanokapsul ekstrak mengkudu dengan pelarut etanol maupun air, spektrum khas yang dihasilkan hampir sama. Masing-masing terdeteksi gugus C-H, N-H, C-O, dan
9 gugus O-H. Namun pada nanokapsul ekstrak etanol terdeteksi gugus C=C yang merupakan struktur khas cincin pada senyawa aromatik. Senyawa aromatik yang terdapat pada mengkudu adalah antrakuinon dan skolopetin yang merupakan zat antibakteri pada mengkudu (Sarida 2010). Senyawa tersebut terlarut dalam etanol dan tidak larut dalam pelarut air sehingga tidak terdeteksi pada ekstrak kasar mengkudu dan nanokapsul ekstrak mengkudu dengan pelarut air. Tabel 2. Bilangan gelombang gugus fungsi spesifik kitosan dan nanokapsul ekstrak mengkudu. Gugus Fungsi Khas
Ekstrak Mengkudu
Regang –OH 3402.56 Regang N-H 1627.70 Regang C=C ( aromatik) Lentur C-H 1417.09 Lentur C-O 1242.36
3363.54 1573.46 -
Bilangan gelombang (cm-1) Nanokapsul Nanokapsul ekstrak air ekstrak etanol 3397.31 3412.21 1632.37 1637.94 1560.24
Acuan (Creswel et al 2011) 3750-3000 1660-1500 1600-1500
1410-1317 1258-1073
1410.34 1252-1074
1475-1300 1300-1000
Kitosan
1411.60 1249 – 1074
Pola spektrum nanokapsul ekstrak mengkudu menunjukkan gugus fungsi khas yang juga terdapat pada pada kitosan dan ekstrak mengkudu. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nanokapsul ekstrak mengkudu terdiri dari kitosan dan senyawa aktif ekstrak mengkudu yang berinteraksi dan tergabung menjadi suatu nanokapsul.
Derajat Kristalinitas Nanokapsul Ekstrak Mengkudu Analisis derajat kristalinitas pada nanokapsul ekstrak mengkudu dilakukan untuk mengetahui fasa struktur fisik dari nanokapsul ekstrak mengkudu yang dihasilkan. Fasa struktur suatu partikel terdiri atas fasa kristalin dan fasa amorf. Fasa kristalin terjadi pada padatan dengan partikel penyusun yang teratur, sedangkan fasa amorf terjadi pada padatan dengan partikel penyusunnya tidak memiliki keteraturan sempurna. Padatan dengan fasa kristalin mempunyai sifat fisik lebih keras, dan kaku dibandingkan padatan amorf, sehingga partikel obat dengan fasa kristalin akan lebih sulit larut dan dicerna (Raini 2010). Hasil analisis dengan XRD berupa puncak atau peak dan nilai derajat kristalinitas. Jika peak yang dihasilkan semakin besar dan derajat kristalinitas melebihi 50%, maka fasa suatu padatan akan semakin mendekati fasa kristalin, sedangkan peak berukuran kecil dan nilai derajat kristalinitas dibawah 50% mengindikasikan fasa padatan bersifat amorf. Dari hasil analisis derajat kristalinitas dengan XRD didapat hasil bahwa baik nanokapsul ekstrak air dan etanol bersifat amorf. Nilai derajat kristalinitas nanokapsul berada dibawah 50%. dengan derajat kristalinitas masingmasing sebesar 34.83% untuk ekstrak dengan pelarut dan 35.22% untuk pelarut. Derajat kristalinitas pada fasa amorf memungkinkan nanokapsul tetap memberi efek pelepasan berkala namun masih mampu dicerna oleh enzim pencernaan (Citrawani 2012).
10 Uji Aktivitas Antioksidan Nanokapsul Ekstrak Mengkudu Pada penelitian ini, pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH. Reaksi penangkapan senyawa radikal dari DPPH oleh sampel akan ditandai dengan reduksi warna ungu dari DPPH menjadi kuning yang merupakan warna dari senyawa DPPH-H. Pengukuran kapasitas antioksidan menggunakan metode DPPH, prinsip dari metode DPPH adalah penangkapan atom hidrogen (reduksi DPPH) dari sampel yang berperan sebagai antioksidan oleh DPPH. Reagen DPPH berperan sebagai radikal bebas yang dicampur dengan sampel yang mengandung senyawa antioksidan. Reaksi yang terjadi adalah reduksi reagen DPPH yang berwarna ungu menjadi DPPH-H yang berwarna kuning DPPH digunakan karena stabil pada suhu ruang. Ketika bereaksi dengan senyawa antioksidan, DPPH akan membentuk molekul diamagnetik yang stabil. Interaksi antioksidan dengan DPPH, baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH (Bintang 2010). Penurunan intensitas warna ungu dari senyawa DPPH disebabkan oleh reaksi antara DPPH dengan senyawa bioaktif pada ekstrak yang berperan sebagai antioksidan yang menyebabkan terbentuknya warna kuning dari senyawa DPPH-H (Molyneux 2003). Alasan lain pemilihan metode DPPH dalam penentuan aktivitas antioksidan didasarkan pada keunggulannya yang mudah, cepat, sederhana, baik untuk sampel dengan polaritas tertentu, dan hanya membutuhkan sedikit sampel (Koleva et al. 2002). Besaran aktivitas antioksidan akan ditentukan melalui nilai IC50 (Inhibition Concentration 50). Nilai IC50 adalah besaran konsentrasi yang diperlukan suatu senyawa antioksidan untuk menangkal 50% dari konsentrasi radikal bebas yang diujikan. Pada penelitian ini, nilai IC 50 ditentukan melalui perhitungan nilai antara konsentrasi senyawa antioksidan dengan nilai % radical scavenge atau persentasi penangkapan senyawa radikal oleh senyawa antioksidan melalui perhitungan regresi linier. Contoh perhitungan IC50 dapat dilihat pada lampiran 2. Ekstrak etanol, ekstrak air, nanokapsul ekstrak etanol, dan nanokapsul ekstrak air dari mengkudu diuji aktivitas antioksidannya dan dibandingkan sedangkan asam askorbat digunakan sebagai kontrol positif. Dari keempat sampel tersebut, esktrak etanol mempunyai aktivitas antioksidan paling tinggi dengan nilai IC50 sebesar 154.0446 ppm. Hasil tersebut menandakan bahwa aktivitas antioksidan yang terdapat dalam mengkudu tergolong antioksidan kuat, karena nilai IC50 masih berada di bawah 200 ppm (Hanani et al 2005). Sementara nilai IC50 Nanokapsul mengkudu baik yang di ekstrak dengan etanol maupun air berada di atas 200 ppm. Meskipun nilai IC50 nanokapsul masih berada diatas 200 ppm, namun proses nanokapsulasi mampu meningkatkan daya tahan aktivitas antioksidan yang terdapat pada mengkudu. Proses nanokapsulasi dengan kitosan sebagai coating agent memberi efek control release terhadap ekstrak mengkudu dan senyawa aktif didalamnya, ekstrak membutuhkan waktu lebih untuk bereaksi dengan DPPH karena tersalut didalam kitosan dan memperpanjang daya aktif antioksidan yang terdapat dalam ekstrak mengkudu. Penurunan nilai IC50 yang drastis pada ekstrak etanol memperlihatkan bahwa ukuran partikel yang lebih kecil memberikan luas permukaan yang lebih besar dan ikatan dengan ekstrak yang lebih lemah sehingga membuat pelepasan ekstrak menjadi lebih mudah (Mohanraj dan Chen 2006).
11
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Nilai rendemen yang diperoleh dari masing-masing jenis pelarut adalah sebesar 22.16% untuk ekstrak dengan pelarut air dan 18.65% untuk ekstrak dengan pelarut etanol. Hasil analisis dengan PSA menunjukkan ukuran nanokapsul dan jarak distribusi ukuran ekstrak mengkudu dengan pelarut air lebih besar daripada ukuran nanokapsul ekstrak mengkudu dengan pelarut etanol. Karakterisasi dengan FTIR menunjukkan bahwa ekstrak telah tersalut dengan kitosan membentuk nanokapsul. Analisis dengan XRD menunjukkan fasa nanokapsul ekstrak mengkudu bersifat amorf. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini sesuai dengan hipotesis karena nanokapsulasi menyebabkan ekstrak mengkudu membutuhkan waktu lebih lama untuk lepas dari nanokapsul dan bereaksi dengan DPPH, sehingga membuat aktivitas antioksidan bertahan lebih lama.
Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai variasi konsetrasi surfaktan dan Tripoliposfat (TPP). Selain itu, perlu diadakan penelitian tentang pengaruh variasi waktu inkubasi, konsentrasi DPPH, dan penelitian terkait hubungan waktu yang diperlukan nanokapsul untuk melepas ekstrak mengkudu yang terdapat didalamnya (time release) secara in vivo dan penggunaan bahan lain sebagai coating agent nanokapsul ekstrak mengkudu.
DAFTAR PUSTAKA Ahmed et al. 2003. Polydispersity control in ring opening metathesis polymerization of amphiphilic norbornene diblock copolymers. ElsevierPolymer 44: 4943-4948. Bintang M. 2010. Teknik Penelitian Biokimia. Jakarta: Erlangga. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan (ID). 2004. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Volume 1. Jakarta: Badan POM RI. [BPPT] Balai Pengkaji dan Penerapan Teknologi (ID). 2010. Pembuatan Partikel Nano Kitosan dengan Metode Gelasi Ionik Menggunakan Magnetic Stirrer. Tanggerang: Balai Pengkaji dan Penerapan Teknologi. Citrawani E. 2012. Antiproliferasi sel kanker dan karakterisasi nanokapsul ekstrak mengkudu (Morinda citrifolia) [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Dartiawati. 2011. Perilaku disolusi nanokapsul ketoprofen tersalut gel kitosanalginat secara in vitro [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Darusman LK, Rohaeti E, Sulistyani. 2001. Kajian senyawa golongan flavonoid asal tanaman bangle sebagai senyawa peluruh lemak melalui aktivasi
12 lipase [Laporan penelitian]. Bogor: Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Falah S, Sulistyani, Andrianto D. 2011. Pengembangan nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni sebagai suplemen antioksidan dalam upaya pemanfaatan limbah industri pengolahan kayu rakyat [Laporan Akhir Penelitian Unggulan Fakultas]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Hardjito L. 2006. Aplikasi kitosan sebagai bahan tambahan makanan dan pengawet. Prosiding Seminar Nasional Kitin-Kitosan: 1-13. Helmiyati, Budiyanto E, Arinda N. 2009. Polimerisasi emulsi etil akrilat: Pengaruh konsentrasi surfaktan, inisiator dan teknik polimerisasi terhadap distribusi ukuran partikel. Makara Sains 13(1): 59-64. Hermanus ND. 2012. Sintesis dan karakterisasi nanopartikel ekstrak kulit kayu mahoni (swietenia macrophylla King) sebagai bahan suplemen antihiperkolesterolemia [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Hwang JK, Shim JS, Pyun YR. 2000. Antibacterial activity of Xanthorryzol from Curcuma xanthorriza against oral pathogens. Fitotherapia. 71: 321-323. Jazuli A. 2011. Stabilitas nanopartikel ketoprofen tersalut gel kitosan alginat [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Kencana AL. 2009. Perlakuan sonikasi terhadap viskositas dan bobot molekul kitosan [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Kim et al. 2006. Retinol-encapsulated low molecular water soluble chitosan nanoparticles.International Journal of Pharmaceutics 319: 130-138. Koleva I, van Beek T, Linnssen JPH, de Groot A, Evstarieva LN. 2002. Screening of plant extracts for antioxidant activity: A comparative study on three testing methods: Phytochem Anal 13: 494-500. Mohanraj VJ, Chen Y. 2006. Nanoparticles – a review. Tropical Journal of Pharmaceutical Research. 5(1): 561-573. Molyneux P. 2003. The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity. Songklanarin J.Sci. Technol 26: 211-219. Nelson SC. 2006. Morinda citrifolia (Noni). Species Profiles for Pacific Island Agroforestry 4: 1-19. Opiniwati Y. 2011. Efek penambahan sari buah mengkudu (Morinda Citrifolia Linn) terhadap bilangan asam, peroksida dan TBA (Thio Barbituric Acid) minyak goreng bekas pakai [skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Indonesia. Rachmania D. 2011. Karakterisasi nanokitosan cangkang udang vannamei (Litopenaeus vannamei) dengan metode gelasi ionik [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Raini M, Mutiatikum D, Lastari P. 2010. Uji disolusi dan penetapan kadar tablet loratadin innovator dan generik bermerek. Media Litbang Kesehatan 20(2): 59-64. Rohman A, Riyanto S, Utari D. 2006. Aktivitas antioksidan, kandungan fenolik total dan kandungan flavonoid total ekstrak etil asetat buah mengkudu serta fraksi-fraksinya. Majalah Farmasi Indonesia 17(3): 136– 142.
13 Sarida M, Tarsim, Faizal I. 2010. Pengaruh ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri vibrio harveyi secara in vitro. Jurnal Penelitian Sains 13(3): 59-63. Suptijah P. 2006. Deskripsi karakteristik fungsional dan aplikasi kitin kitosan. Prosiding Seminar Nasional Kitin-Kitosan: 14-24. Udenigwe et al 2009. Flaxseed protein-derived peptide fractions: Antioxidant properties and inhibition of lipopolysaccharide-induced nitric oxide production in murine macrophages. Food Chemistry 116(1): 277–284. Wang MY, Su C. 2001. Cancer preventive effect of Morinda citrifolia (Noni). Annals New York Academy of Sciences. 161-168.
14
Lampiran Lampiran 1. Diagram alir penelitian Simplisia buah mengkudu
Ekstraksi dengan Etanol 95 %
Nanokapsulasi
Spray Drying
Karakterisasi
FTIR
X-Ray Difractometry (XRD)
Uji aktivitas antioksidan DPPH
PSA
15 Lampiran 2. Contoh perhitungan aktivitas antioksidan ekstrak mengkudu. Nilai absorbansi uji aktivitas antioksidan DPPH ekstrak etanol mengkudu. As Ekstrak EtOH 2
1 200 100 50 25 12.5 Ac
3
0.195 0.328 0.39
0.212 0.384 0.437
0.217 0.35 0.441
0.45 0.487 0.498
0.451 0.463 0.486
0.453 0.464 0.48
Selisih nilai absorbansi sampel dengan dan tanpa DPPH EtOH Ac-Acb As-Asb (200ppm) As-Asb (100ppm) As-Asb (50ppm) As-Asb (25ppm) As-Asb (12.5ppm)
Keterangan:
0.456 0.107 0.278 0.343 0.406 0.444
0.447 0.146 0.325 0.39 0.407 0.42
0.438 0.158 0.3 0.392 0.408 0.42
AC = Absorbansi blanko ditambahkan DPPH As = Absorbansi sampel ditambahkan DPPH Asb = Absorbansi sampel tanpa DPPH Acb = Absorbansi blanko tanpa DPPH
Persentase nilai Radical Scavenging (RS) Konsentrasi larutan sampel 200 100 50 25 12.5
Keterangan:
1 76.53509 39.03509 24.7807 10.96491 2.631579
%RS EtOH 2 67.33781 27.29306 12.75168 8.948546 6.040268
% Radical scavenging = (1- ((As-Asb)/(Ac-Acb))) x 100
3 63.92694 31.50685 10.50228 6.849315 4.109589
16 Nilai IC50 berdasarkan perhitungan regresi linear Y 1 2 3
A 50 50 50
B 25.37 20.33 20.81
ln X X = IC50 -68.47 4.669688609 106.6645 -55.07 5.168224299 175.6027 -58.05 5.192215281 179.8666 154.0446
70 60 y = 20.81ln(x) - 58.05 R² = 0.826
50 40 30 20 10 0
-10
0
50
100
150
200
250
Grafik hubungan konsentrasi sampel dan persentase radical scavenging ulangan I 90 80 y = 25.37ln(x) - 68.47 R² = 0.914
70 60 50 40 30 20 10 0
-10
0
50
100
150
200
250
Grafik hubungan konsentrasi sampel dan persentase radical scavenging ulangan II
17 80 70
y = 20.33ln(x) - 55.07 R² = 0.774
60 50 40 30 20 10 0 -10
0
50
100
150
200
250
Grafik hubungan konsentrasi sampel dan persentase radical scavenging ulangan III
25
RIWAYAT HIDUP Daniel Rolas Surung Nainggolan adalah mahasiswa departemen Biokimia IPB angkatan 2008. Penulis lahir di Aekkanopan, Sumatera Utara pada tanggal 3 Juli 1990, penulis merupakan putra pertama dari lima bersaudara dari bapak R. Nainggolan dan ibu S.H. Sitorus. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Kualuh Hulu sejak tahun 2006 dan menjadi mahasiswa IPB pada tahun 2008 dengan program studi S1 Biokimia. Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah aktif sebagai anggota dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Forum For Scientific Studies (FORCES IPB) dan sebagai wakil koordinator bidang pembinaan Komisi Pembinaan Pemuridan (KPP) dalam UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB (PMK IPB), prestasi yang pernah diraih penulis selama menjalani studi di IPB adalah lolos seleksi proposal dan didanai dalam Program Kretivitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P) yang diselenggarakan oleh DIKTI. Adapaun judul penelitian yang telah lolos uji proposal dan didanai oleh DIKTI antara lain, Pemanfaatan Ampas Spirulina sp. Sebagai Bahan Dasar Bioplastik Berbasis Polylactid Acid yang dibuat pada tahun 2009, dan Uji Aktivitas Nanokapsul Ekstrak Mengkudu (Morinda citrifolia) Terhadap Proliferasi Sel Kanker yang dibuat pada tahun 2012.