Indonesia Chimica Acta, Vol. 5. No. 2, December 2012
Abd. Wahid Wahab, dkk.
ISSN 2085-014X
PENGARUH MEDIUM TERCEMAR LOGAM Pb DAN Cu TERHADAP PERTUMBUHAN Nannochloropsis salina Abd. Wahid Wahab∗, Yusafir Hala, Fibiyanthy Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin
Abstrak. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memanfaatkan fitoplankton Nannochloropsis salina sebagai biosorben untuk ion logam Pb dan Cu di perairan. Pada penelitian ini pemaparan ion logam Pb dan Cu dengan variasi konsentrasi masing-masing 10, 30, dan 50 ppm dilakukan di awal masa pertumbuhan fitoplankton N. salina dalam Medium Conwy pada salinitas 30 ‰, aerasi dan pencahayaan kontinyu, serta suhu ruangan 20 °C. Konsentrasi ion logam ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA). Pertumbuhan optimum fitoplankton N. salina sebagai kontrol diperoleh pada hari ke-8, sementara pertumbuhan fitoplankton N. salina setelah pemaparan ion logam menunjukkan populasi yang sangat rendah di awal kontak. Pola pertumbuhan meningkat seiring dengan bertambahnya waktu kontak N. salina dengan ion logam. Efisiensi adsorpsi ion logam Pb dan Cu oleh fitoplankton N. salina berbanding terbalik dengan bertambahnya waktu kontak.
Kata kunci: Nannochloropsis salina, ion Pb, ion Cu, bioremoval, SSA
Abstract. This research was conducted with the aim of utilizing phytoplankton Nannochloropsis salina as biosorbent for Pb and Cu metal ions in water. In this study, exposure to Pb and Cu metal ions with various concentrations of each of 10, 30, and 50 ppm conducted at the beginning of the growth of phytoplankton of N. salina in Conwy Medium at 30 ‰ salinity, aeration and continuous illumination, as well as room temperature 20 °C. Metals ion concentration was determined by atomic absorption spectrophotometer (AAS). Optimum growth of phytoplankton of N. salina as a control obtained on day 8, while the growth of phytoplankton of N. salina after exposure to metal ions showed very low population in the initial contact. Trend of growth increases with contact time of N. salina with metal ions. The metals ion adsorption efficiency of Pb and Cu by phytoplankton of N. salina inversely with increasing contact time. Keywords: Nannochloropsis salina, Pb ion, Cu ion, bioremoval, AAS
∗
Alamat korespondensi:
[email protected]
41
Indonesia Chimica Acta, Vol. 5. No. 2, December 2012
Abd. Wahid Wahab, dkk.
ISSN 2085-014X
salina bahkan dapat mematikan fitoplankton tersebut (Tambung, 2007). Hal ini disebabkan karena pada umumnya fitoplankton mempunyai kemampuan menjerap dan mengakumulasi logam berat dari lingkungannya (Hala, 2010). Pemanfaatan fitoplankton sebagai biosorben dalam penanganan kontaminasi logam berat di perairan merupakan alternatif dengan resiko yang lebih kecil, lebih murah dan biomassanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan (Arifin, 1997). Fitoplankton N. salina, merupakan salah satu mikroalga yang berfungsi sebagai produsen primer dalam rantai makanan di perairan laut, dengan waktu regenerasi relatif cepat, sehingga interaksinya dengan bahan pencemar di laut dapat menyebabkan perubahan perilaku kehidupan seperti perubahan populasi kecepatan pertumbuhan, biokimia dan morfologinya (Widowati, 2008). Berkaitan dengan uraian di atas telah dilakukan penelitian tentang kajian dampak medium tercemar logam Pb dan Cu terhadap pertumbuhan N. salina. Penelitian ini mengacu kepada penelitian yang telah dilakukan oleh Tambung dkk (2007) di mana pemaparan logam berat pada kultur N. salina dilakukan setelah pertumbuhan maksimum dicapai. Tetapi dengan pertimbangan bahwa pemanfaatan N. salina sebagai biosorben logam berat Pb dan Cu, maka dalam penelitian ini N. salina langsung ditumbuhkan pada medium yang telah terkontaminasi logam berat sejak awal. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebagai salah satu alternatif solusi atas pencemaran logam berat di perairan laut, sehingga kelak dapat dijadikan dasar bagi pemanfaatan N. salina sebagai biosorben sekaligus sebagai alternatif solusi atas kasus pencemaran logam berat di perairan.
PENDAHULUAN Kegiatan industri, pertambangan, pembakaran bahan bakar serta kegiatan domestik lainnya telah meningkatkan kandungan logam berat di perairan laut. Adanya logam berat yang terdistribusi di perairan laut akan meningkatkan kandungan logam yang terakumulasi pada organisme yang hidup di perairan. Logam berat umumnya bersifat racun, korosif, serta sulit terdegradasi di alam. Logam berat juga dapat terakumulasi pada organisme dan mengakibatkan timbulnya efek negatif (Haryoto, 2004). Akan tetapi beberapa logam berat , dengan jumlah yang sangat kecil termasuk esensial bagi tubuh, seperti V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn dan Mo (Housecroft,2005). Logam berat yang sering ditemukan di lingkungan perairan adalah logam berat Pb, Cr, Cd, Mn, Co, Fe, Zn, dan Ni. Bila konsentrasi logam berat tersebut melebihi ambang batas yang diperbolehkan, maka dapat menimbulkan bahaya karena tingkat toksisitasnya akan mengganggu organisme yang ada diperairan maupun manusia sebagai konsumen, baik langsung maupun tidak langsung (Widowati, 2008). Masalah pencemaran logam berat khususnya di perairan dapat diatasi melalui beberapa teknik pengolahan limbah, salah satu diantaranya menggunakan teknik bioremoval dengan memanfaatkan fitoplankton. Keberadaan fitoplankton dapat dijadikan sebagai bioindikator terhadap perubahan lingkungan perairan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan ekosistem akibat pencemaran (Asrib, 2010). Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Astri tahun 2008 tentang fitoplankton Nannochloropsis salina yang menjerap ion Pb pada konsentrasi 40 ppm, dan berdampak pada penurunan jumlah populasi fitoplankton. Hal ini mengindikasikan bahwa ion Pb dapat menghambat pertumbuhan fitoplankton N.
42
Indonesia Chimica Acta, Vol. 5. No. 2, December 2012
Abd. Wahid Wahab, dkk.
ISSN 2085-014X
2.4 Prosedur Kerja Penelitian ini di lakukan 3 tahap yaitu: (1) Penentuan pertumbuhan optimum fitoplankton N.salina sebagai kontrol, (2) Pemaparan ion Pb dan Cu pada biakan N. salina dan penggamatan pertumbuhan populasi N. salina, dan (3) Pengukuran konsentrasi logam yang terjerap dengan menggunakan SSA.
BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, mulai dari Agustus sampai November 2012 di Laboratorium Kimia Analitik serta Laboratarium Kimia Anorganik Universitas Hasanuddin dan Laboratarium Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) Maros.
2.4.1 Pertumbuhan Optimum Fitoplankton N.salina Pengamatan pertumbuhan N. salina dilakukan dengan menggunakan medium air laut steril dan medium Conwy, pada kondisi: salinitas medium 30 ‰, pencahayaan yang kontinyu, aerasi dan suhu ruangan 20 °C. Pertumbuhan N. salina dilakukan dengan cara menghitung jumlah sel N. salina per mililiter medium setiap 24 jam dengan menggunakan hemositometer dan mikroskop. Pada Gambar 2 ditampilkan kultivasi terkontrol dari fitoplankton N. salina dengan menggunakan medium Conwy cair pada kondisi percobaan yang telah ditentukan dengan aerasi. Warna hijau dari kultur menunjukkan adanya pertumbuhan fitoplankton N. salina.
2.2 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan Medium Conwy dengan komposisi yang tertera pada Lampiran 1, air laut steril, biakan murni N. salina yang semuanya diperoleh dari BPPBAP Maros, Larutan HNO3 p.a., akuabides, alumunium foil, kertas saring Whatman 42. Larutan induk Pb2+ 1000 ppm, yang dibuat dengan cara menimbang 1,5984 g Pb(NO3)2 dilarutkan dengan HNO3 p.a kemudian diencerkan dengan aquabides dalam labu ukur 1000 mL. Larutan induk Cu2+ 1000 ppm, yang dibuat dengan cara menimbang 3,8023 g Cu(NO3)2 3H2O dilarutkan dengan HNO3 p.a kemudian diencerkan dengan aquabides dalam labu ukur 1000 mL.
2.4.2 Pemaparan ion Pb dan ion Cu pada biakan N. salina dan perhitungan Populasi N. salina Erlenmeyer 500 mL disiapkan sebanyak 3 buah. Air laut steril dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 mL, kemudian 1 mL larutan Medium Conwy, 1 tetes vitamin B1 dan B12 dan 2 mL biakan N. salina ditambahkan ke dalam erlenmeyer tersebut lalu dipaparkan ion Pb dengan konsentrasi masing-masing Pb 10 ppm, 30 ppm dan 50 ppm. Volume medium dicukupkan hingga 500 mL dengan air laut steril. Larutan diaduk dan dihubungkan dengan aerator kemudian erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil
2.3 Alat Penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas yang umum digunakan di laboratorium, aerator merk Amara, alat pencacah hemositometer merk Marienfeld LOT-No 4551, hand counter, mikroskop Nikon SE dengan perbesaran sampai dengan 125 kali, sentrifus yang merupakan alat-alat pada Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA Unhas, Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Buck Scientific model 205 VGP pada Laboratorium Kimia Analitik FMIPA Unhas.
43
Indonesia Chimica Acta, Vol. 5. No. 2, December 2012
Abd. Wahid Wahab, dkk.
ISSN 2085-014X
(Ep) digunakan persamaan (2.2),. Dengan membandingkan nilai Cs dan Co diperoleh nilai Ep. Cs = C0 – Cf ………………………….… ……….. (1) 100%
lalu didiamkan dalam ruangan bersuhu tetap dengan cahaya cukup. Pengamatan pertumbuhan N. salina dengan menggunakan hemositometer dilakukan mulai pada hari setelah Pb dipaparkan, dan selanjutnya pengamatan dilakukan setiap hari. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap pemaparan ion Cu serta kontrol. Selanjutnya masing-masing larutan disaring dan kandungan ion Pb dan Cu dalam filtrat ditentukan dengan menggunakan SSA.
……………………………………(2)
HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Profil Pertumbuhan N. salina Secara alami pertumbuhan fitoplankton N. salina berlangsung dari populasi rendah, lalu mencapai pertumbuhan optimum, dan akhirnya mengalami penurunan jumlah populasi. Setelah pemaparan logam Pb dan logam Cu dengan konsentrasi masing-masing 10, 30, dan 50 ppm, yang telah dilakukan di awal pertumbuhan dengan populasi 30x104 sel/mL, pengamatan terhadap laju pertumbuhan fitoplankton N. salina dilakukan setiap 24 jam pada kondisi salinitas medium 30 ‰, pencahayaan yang kontinyu, aerasi dan suhu ruangan 20 °C. Hasil pengamatan laju pertumbuhan N. salina setiap 24 jam dapat disimak pada Gambar 1 yang menunjukkan bahwa pertumbuhan kontrol, yaitu perlakuan tanpa penamaparan ion logam, diperoleh pertumbuhan sebesar 91,25x104 sel/mL pada hari ke-8, dan pada hari ke-9 menunjukkan penurunan pertumbuhan yakni 70,25x104 sel/mL. Karena itu hari ke-8 disebut pertumbuhan optimum.
2.5 Pengukuran Konsentrasi Logam dengan Menggunakan SSA 1. Pembuatan larutan standar. Sebanyak 1 mL larutan standar logam 1000 ppm dipipet untuk membuat 100 ppm kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, selanjutnya ditambahkan akuabides sampai tanda batas. Dibuat larutan standar dengan konsentrasi Pb 1; 2,5; 5; 10; 20; 30 dan 50 ppm, konsentrasi ion Cu 0,5; 1; 2; 3; 5; dan 10 ppm 2. Efisiensi penjerapan ion Pb dan Cu Efisiensi penjerapan ion Pb dan Cu oleh fitoplankton N. salina dihitung berdasarkan perbandingan konsentrasi campuran ion Pb dan Cu yang terjerap, pengukuran konsentrasi dilakukan dengan SSA pada filtrat medium setelah pemaparann. Konsentrasi ion yang terjerap oleh fitoplankton N. salina dapat dihitung menggunakan persamaan (2.1), di mana Cs adalah konsentrasi ion logam yang terjerap oleh fitoplankton, (Co) adalah konsentrasi awal, dan (Cf) adalah konsentrasi ion logam dalam filtrat medium. Untuk mendapatkan nilai efisiensi penjerapan
44
Indonesia Chimica Acta, Vol. 5. No. 2, December 2012
Abd. Wahid Wahab, dkk.
ISSN 2085-014X
Gambar 1. a). Pertumbuhan fitoplankton N. salina setelah pemaparan ion Pb dan b). Pertumbuhan fitoplankton N. salina setelah pemaparan ion Cu setelah pemaparan ion logam menunjukkan pola pertumbuhan yang acak jika dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan karena ion-ion logam merupakan material toksik yang sudah tentu menghambat pertumbuhan N. salina. Setelah pemaparan logam Pb 10, 30, dan 50 ppm pertumbuhan awal fitoplankton N. salina mengalami penurunan yang signifikan toksik terhadap pertumbuhan fitoplankton N. salina dikarenakan aktivitas fitoplankton N. salina untuk membelah diri terhambat dengan adanya logam yang toksik dimana jumlah populasinya sangat jauh dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan karena ion Pb bersifat toksik, akan tetapi pada pemaparan logam Pb 10 ppm, terjadi kecenderungan meningkatnya populasi sampai hari ke-5 dengan jumlah populasi 15,25x104 sel/mL. Demikian juga dengan kasus pemaparan ion Pb 30 dan 50 ppm, menunjukkan peningkatan jumlah
Pertumbuhan fitoplankton N. salina berlangsung dengan pembelahan sel sehingga jumlah populasinya semakin bertambah dan setelah pertumbuhan optimum dicapai jumlah populasinya pun mengalami penurunan dalam medium. Hal ini diakibatkan karena ketersediaan nutrien dalam medium yang semakin berkurang seiring dengan meningkatnya jumlah fitoplankton yang hidup dan mengkonsumsi nutrien tersebut. Jumlah populasi akan semakin menurun dengan adanya bahan organik (fitoplankton) yang mati dan mengendap ke dasar medium yang berperan sebagai kompetitor baru bagi fitoplankton yang masih hidup dalam penggunaan oksigen terlarut dalam lingkungan media pertumbuhan. Oleh karena itu pertumbuhan fitoplankton akan semakin terhambat (Astri, 2008). Dari Gambar 1 tampak juga bahwa hasil pengamatan pertumbuhan N. salina
45
Indonesia Chimica Acta, Vol. 5. No. 2, December 2012
Abd. Wahid Wahab, dkk.
ISSN 2085-014X
bertahan karena logam Cu merupakan logam yang esensial dan dibutuhkan dalam tubuh fitoplankton. Pertumbuhan fitoplankton N. salina mengalami penurunan berturut-turut pada hari ke-5, hari ke-4 dan hari ke-3 dengan jumlah populasi 18,00x104 sel/mL, 22x104 sel/mL dan 25,75x104 sel/mL.
populasi sampai hari ke-3 dan hari ke-4 dengan jumlah populasi berturut-turut 14,25x104 sel/mL dan 17,0x104 sel/mL. Hal ini disebabkan karena pada akhir proses pertumbuhan, fitoplankton N. salina sudah mati (biomassa) juga mampu menjerap logam. Di samping itu terjadi pembelahan sel baru sehingga populasinya bertambah. Setelah pemaparan ion Cu dengan konsetrasi berturut-turut 10, 30, dan 50 ppm, pertumbuhan awal dari N. salina hampir sama dengan pertumbuhan kontrol. Hal ini disebabkan karena setelah pemaparan ion Cu jumlah populasi dapat
3.2 Profil Penjerapan Ion Logam Berdasarkan persamaan (2), hasil perhitungan efisiensi penjerapan masingmasing ion logam dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. a) Koefisien penjerapan ion Pb, b) Koefisien penjerapan ion Cu 10 ppm, yaitu sebesar 49,85%, meskipun jika dibandingkan dengan pertumbuhan N. salina setelah pemaparan logam Pb yang mengalami penurunan jumlah populasi yang sangat signifikan. Hal ini
Logam Pb yang dijerap oleh fitoplankton N. salina diawal pertumbuhan mengalami penjerapan logam yang tinggi terutama ion Pb dengan konsentrasi
46
Indonesia Chimica Acta, Vol. 5. No. 2, December 2012
Abd. Wahid Wahab, dkk.
mengindikasikan bahwa ion logam dapat menghambat pertumbuhan dari fitoplankton N.salina. Di samping itu biomassa fitoplankton N. salina masih dapat menjerap ion logam. Demikian pula dengan penjerapan ion logam setelah pemaparan ion Pb dengan konsentrasi 30 dan 50 ppm, efisiensi penjerapan sedikit lebih rendah dibanding dengan konsentrasi Pb 10 ppm. Di awal pertumbuhan fitoplankton N. salina setelah pemaparan logam Cu dengan konsentrasi 10, 30, dan 50 ppm, efisiensi penjerapan ion logam oleh fitoplankton N. salina cukup tinggi yaitu berturut-turut 49,85%, 13,32 dan 7,73%. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan fitoplankton N. salina setelah pemaparan ion Cu menunjukkan jumlah populasi yang hampir sama dengan populasi kontrol. Jika dibandingkan dengan ion Pb, jumlah populasi fitoplankton N. salina setelah pemaparan logam Cu relatif lebih tinggi. Hal ini juga disebabkan karena ion Cu adalah termasuk dalam kelompok ion logam yang esensial, tetapi jika konsentrasinya tinggi tetap berpotensi menjadi toksik. Hal ini dapat dilihat pada efisiensi penjerapan ion logam Cu fitoplankton N. salina pada konsentrasi 30 dan 50 ppm yang lebih rendah. Semakin tinggi konsentrasi ion logam dan semakin lama waktu kontak, menyebabkan efisiensi penjerapan ion logam Pb dan Cu oleh fitoplankton N. salina semakin menurun. Hal ini disebabkan karena bertambahnya kandungan bahan organik mati dalam medium sebagai akibat semakin banyaknya fitoplankton N. salina yang mati. Kondisi ini diperparah dengan berkurangnya kandungan oksigen terlarut dalam air, yang berpotensi menyebabkan pertumbuhan fitoplankton menjadi tidak terkontrol (blooming).
ISSN 2085-014X
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Adanya ion Pb dan Cu di dalam medium menghambat pertumbuhan fitoplankton N. salina 2. Trend pertubuhan fitoplankton N. salina dalam medium yang tercemar ion logam Pb dan Cu meningkat seiring dengan bertambahnya waktu kontak, walau di awal proses mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan kontrol. 3. Efisiensi penjerapan ion logam Pb dan Cu oleh fitoplankton N. salina berbanding terbalik dengan bertambahnya waktu kontak. DAFTAR PUSTAKA Andarias, I., 1982, Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Populasi Chlorella sp, Majalah Universitas Hasanuddin, (1-2). Andersen, R. A., Brett, R. W., Potter, D., and Sexton, J. P., 1998, Phylogeny of the Eustigmatophyceae Based Upon 185 rDNA with Emphasit on Nannochloropsis, Protist, 14, 6174. Anonim A, 2009, Gambar Nannochloropsis sp (online), http://rockncritters.co.uk, diakses tanggal 28 September 2011. Arifin, dan Raya, I., 1997, Studi Interaksi Antara Kadmium dan Tetracelmis di Lingkungan Perairan Laut, Laporan Hasil penelitian FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar. Arinardi, O.,H., 1997, Status Pengetahuan Plankton di Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan
47
Indonesia Chimica Acta, Vol. 5. No. 2, December 2012
Abd. Wahid Wahab, dkk.
ISSN 2085-014X
Gonzalez-Davila, M., 1995, The Role of Phytoplankton Cells on The Control of Heavy Metal Concentration in Seawater, Marine Chemistry 48, 215-236. Grill, E., Winnacker, E., L., dan Zenk, M., H., 1987, Phytochelatins, a class of Heavy metal Binding Peptides from Plants Functionally Analogous to Metallothioneins, Proc. Natl. Acad. Sci. USA, 84, 439-443 Hala, Y., Taba, P., dan Mariani, M., 2010, Fitosorpsi Bi-Logam Cd(II) dan Cu(II) oleh Chaetoceros Calcitrans Dalam Medium Conwy, Marina Chimica Acta, 30-35. Haryoto, dan Wibowo, A., 2004, Kinetika Bioakumulasi Logam Berat Kadmium oleh Fitiplankton Chorella sp Lingkungan Laut Perairan Laut, 5 (2), 89-103. Herman, D.,Z., 2006, Tinjauan Terhadap Tailing Mengandung Unsur Pencemar Arsen (As), Merkuri (Hg), Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) dari Sisa Pengolahan Bijih Logam, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. , Maret 2006, 31-36. Housecroft, C.E., Sharpe, A.G., 2005, Inorganic Chemistry, 2nd.Ed., Pearson Education, England, 830. Hu H., and Gao K., 2003, Optimization of growth and fatty acid composition of a unicellular marine picoplankton, Nannochloropsis sp., with enriched carbon sources , Biotechnol. Lett., 25 (5), 421–425. Murtini, J.T., Yennie, Y., and Peranginangin, R. 2003b, Kandungan logam berat pada kerang darah (Anadara granosa), air laut dan sedimen di perairan Tanjung Balai dan Bagan Siapi-api. J. Penel. Peri Indonesia, 9 (5) : 77– 84. Nayar, S., Goh, B. P. L., and Chou, L. M., 2004, Environmental Impact of
Oseonologi-LIPI, Jakarta, 30, 6364. Asrib, F., 2010, Fitosorpsi Biologam Pb(II) dan Zn(II) oleh Chaetoceros calcitrans dalam Medium Conwy, Skripsi tdak dipublikasikan, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar. Astri., 2008 Pemanfaatan Fitoplankton Nannochloropsis salina Sebagai Penjerap Logam Berat Pb, Skripsi tidak dipublikasikan, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar. Becker, E.W, 1994, Microalgae, Biotechnology and Microbiology, Cambridge University Press, 293. Chilmawati, D., dan Suminto, 2008, Penggunaan Media Kultur Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Chlorella sp, Jurnal Saintek Perikanan, 4 (1), 42 – 49 Cobbet, C., S., 2000, Phytochelatin Biosynthesis and Function in Heavy Metal Detoxification, Curr. Opin. Plant. Biol, 30 (4), 211-216. Darmono, 1995, Logam dalam Sistim Biologi Makhluk Hidup, Universitas Indonesia Pers, Jakarta. de Knecht, J., A., van Dillen, M., Koevoets, P.L., Schat, H., Verkleij, J., A., C., dan Erst, W., H., O., 1994, Phytochelatins in Cadmium Sensitive and Cadmium Tolerant Siline Vulgaris, Plant. Physiol, 104, 255-261. Fogg, G. E., 1985, Algae Culture and Phytoplankton Ecology, 2nd Ed, The University of Wisconsin Press. Ghosal, S., Rogers, M., and Wray, A., 2000, The Turbulent Life of Phytoplankton, Center for Turbulence Research Proceedings of The Summer Program 2000 (online), diakses : 12 September 2011.
48
Indonesia Chimica Acta, Vol. 5. No. 2, December 2012
Abd. Wahid Wahab, dkk.
Heavy Metals From Dredged And Resuspended Sediments on Phytoplankton and Bacteria Assessed in in Situ Mesocoms, Exotoxicology and Environmental Safety, 59 (2004), 349-369. Nontji, A., 1987, Laut Nusantara, Djambatan, Jakarta Palar, H., 1994, Pencemaran dan Toksikologi logam Berat , PT Rineka Cipta, Jakarta. Patabang, A., 2008, Pemanfaatan Fitoplankton Nannochloropsis salina Sebagai Penjerap Logam Berat Cd, Skripsi tidak dipublikasikan, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar Seadragon, 2011, Chorella sp, (online), http://kuliahitukeren. blogspot.com /2011/02/chlorella-sp.html, diakses tanggal 10 Agustus 2011. Sembiring, Z., Suharso, Regina, Marta, F., dan Murniyarti, 2008, Studi Proses Adsorpsi-Desorpsi Ion Logam Pb(II), Cu(II), dan Cd(II) Terhadap Pengaruh Waktu dan Konsentrasi pada Biomassa Nannochloropsis sp. Yang Terenkapsulasi Aqua-gel Silika dengan Metode Kontinyu, Makalah disajikan dalam seminar Nasional Sains dan Teknologi-II, Universitas Lampung, 17-18 November 2008. Siregar, T., dan Murtni, J. T., 2005, Kandungan Logam Berat Pada Beberapa Lokasi Perairan Indonesia Pada Tahun 2001 Sampai Dengan 2005, Squalen, 3 (1). Suhendrayatna, 2001, Bioremoval Logam Berat dengan Menggunakan Mikroorganisme: Suatu Kajian Kepustakaan, Makalah disajikan dalam Seminar on-Air Bioteknologi untuk Indonesia Abad 21, Sinergi Forum- PPI Tokyo Institute of Technology, 1-14 Februari 2001.
ISSN 2085-014X
Sunardi, 2004, Cara Alternatif untuk Mengolah Limbah Padat yang Mengandung Merkuri dan Arsen, Merujuk Kasus Buyat, http://www.kompas.co.id, diakses tanggal 6 Juli 2011. Supriharyono, 2000, Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Supriyanto C., Samin, dan Kamal Z., 2007, Analisis Cemaran Logam Berat Pb, Cu, dan Cd pada Ikan Air Tawar dengan metode Spektrometri Nyala Serapan Atom (SSA), Makalah disajikan dalam Seminar Nasional III SDM Teknologi Nuklir, Yogyakarta, 21-22 November 2007. Tambung, A., Patabang, A., Astri., dan Hala, Y., Taba, P., 2007, Kajian interaksi Ion Logam Pb, Cd, dan Zn dengan Fitoplankton Nannochloropsis salina, Marina Chimica Acta, 42-46 dan 61-65. Widowati, W., Sastiono., A., dan Rumampuk, R., J., 2008, Efek Toksik Logam, ANDI Yogyakarta, Yogyakarta. Wiguna, E., 2010, Nannochloropsis sp, (online), htpp://EW.blogspot.com/2011/02/N annochloropsis-sp.html, diakses tanggal 10 September 2011. Yudha, I., G., 2011, Pesisir Kota Makin Tercemar, (online) http://www.radarlampung.co.id/rea d/bandarlampung/metropolis/3561 4-pesisir-kota-makin-tercemar, akses 1 Maret 2012.
49