Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
PEMANFAATAN HERBAL DAN Cu-Zn PROTEINAT TERHADAP CEMARAN LOGAM BERAT PLUMBUM (Pb) (IN VITRO) (Use of Herb and Cu-Zn Proteinat on Plumbum (Pb) Contamination in Vitro) ELYZA NURDIN1, F. SUSANTI1, T. AMELIA2 dan U.H. TANUWIRIA3 1)
Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Kampus Unand limau Manis, Padang 25153 Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Kampus Unand limau Manis, Padang 25153 3) Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jl.Raya Jatinangor Km 21, Sumedang 2)
ABSTRACT The aim of this experiment was to find out the proper dosage of feed aditives containing herb and mineral to improve rumen ecology (total rumen bacteria, total and partial Vollatile Fatty Acid, profile of Pb ) in rumen fluid. Rumen fluid was sampled from dairy cattle slaughterhouse in RPH-Ciroyom (West Java). Completely Randomized Design in factorial (4x4) was applied in this experiment with Factor I for dosage of herb (A:Control; B. Curcuma zedoaria (0.02%); C. Curcuma mangga (0.06%); D. Cuminum cyminum (0.03%) and factor II was dosage of mineral Cu-Zn (Mo. 0%; M1. 1%; M2. 2%, and M3. 3%). The collected data were analyzed by Analysis of Variance and differences between the treatment was tested using Duncan’s Multiple Range Test. The best treatment was the one that produced the highest total rumen bacteria, lowest concentration of NH3, the highest total and partial VFA and containt of soluble Pb in rumen fluid. The content of soluble Pb in rumen fluid was found only in treatment without the use of herbal treatment. The results showed that the best dosage of feed additive was treatment with 0.03 % Cuminum cyminum with 0% mineral; 0.02 % Curcuma zedoaria with 2% mineral; 0.06 % Curcuma mangga with 1% mineral; and 0.03 % Cuminum cyminum with 1% mineral. Key Words: Herb, Organic Mineral, Rumen Ecology, Pb, Dairy Cow ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mendapatkan dosis dan kombinasi herbal dan Zn-Cu proteinat terbaik terhadap ekologi rumen sapi perah yang tercemar logam berat Pb (total bakteri rumen, Vollatile Fatty Acid (VFA) total dan parsial, profil dari Pb). Cairan rumen sapi perah berasal dari Rumah Potong Hewan (RPH) Ciroyom-Jawa Barat. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 4 × 4. Faktor I adalah A. Kontrol; B. Kunyit putih (0,06% bobot badan); C. Kunyit mangga (0,02% bobot badan); D. Jinten (0,03% bobot badan) . Faktor II adalah level mineral Zn-Cu propionat (0, 1, 2 dan 3%). Perubah adalah total bakteri rumen, VFA total dan parsial, pH rumen, produksi gas rumen, profil logam berat Pb dalam cairan rumen. Untuk menentukan perlakuan terbaik digunakan Uji Duncan. Perlakuan terbaik adalah perlakuan yang memberikan hasil jumlah bakteri rumen tertinggi, Konsentrasi NH3 terendah, pH optimum, Total VFA tertinggi, asam asetat, asam propionat, asam butirat dan asam valerat yang tertinggi dan Pb dalam cairan rumen. Kandungan logam berat (Pb) hanya ditemukan dalam perlakuan tanpa menggunakan herbal. Sedangkan seluruh perlakuan yang menggunakan kunyit putih, kunyit mangga dan jinten serta kombinasinya dengan mineral menunjukkan tidak adanya kandungan Pb yang terlarut dalam cairan rumen yaitu jinten 0,03% bobot badan, kunyit putih 0,06% bobot badan dengan mineral 2%, kunyit mangga 0,02% bobot badan dengan mineral 1% dan Jinten 0,03% dengan mineral 1%. Kata Kunci: Herbal, Mineral Organik, Ekologi Rumen, Pb, Sapi Perah
129
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
PENDAHULUAN Permintaan produk susu semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan penduduk. Tetapi kebutuhan susu tersebut belum bisa dipenuhi karena kemampuan berproduksi sapi perah di Indonesia masih rendah. Perkembangan kondisi kualitas susu yang ada di Indonesia sekarang ini dikhawatirkan tercemar oleh bahan-bahan racun seperti logam berat dan pestisida (INDRANINGSIH et al., 2003) dan beberapa diantaranya melampaui nilai ambang batas yang diijinkan. Kondisi ini juga terjadi di Australia, Yunani dan Hongkong, merupakan salah satu penyebab menurunnya kecerdasan anak (CORRIGAN dan SENEVIRATNA, 1990). Bahan-bahan ini berasal dari udara, air/instalasi dan tanah serta residu pestisida yang terdapat dalam bahan asal pertanian, dimakan oleh ternak dan selanjutnya akan terakumulasi di dalam tubuh ternak sehingga akan ikut keluar bersama produk ternak seperti susu. Keberadaan residu ini perlu disikapi untuk mengurangi risiko yang akan dihadapi oleh konsumen susu. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberikan pakan aditif yang mengandung bahan-bahan yang dapat menetralisir residu pestisida dan logam berat serta mengurangi penggunaan antibiotik untuk penyembuhan mastitis, yaitu dengan menggunakan bahan antioksidan alami dan mineral organik. Dilaporkan bahwa antioksidan alami seperti bunga matahari (NURDIN, 2006; NURDIN, 2007), jinten, kunyit putih, dan kunyit mangga (NURDIN, 2006; NURDIN, 2007, NURDIN, 2009) dapat meningkatkan produksi susu dan meningkatkan jumlah bakteri rumen. Peningkatan jumlah bakteri rumen dapat meningkatkan jumlah logam berat (timbal) yang keluar melalui faeces (SUNARYADI, 2006). Disamping itu pemanfaatan suplementasi Zn dan Cu proteinat pada ransum ternak perah akan sangat membantu meningkatkan kondisi kesehatan sapi perah (TANUWIRIA, 2007). Residu pestisida dan logam berat tidak dapat didegradasi dalam tubuh. Pemberian antioksidan alami dalam pakan akan meningkatkan jumlah mikroba rumen sehingga akan menetralisir pestisida, mengikat logam berat dan mengeluarkannya melalui faeces. Kombinasi herbal dan mineral Cu-Zn proteinat
130
diharapkan dapat meningkatkan kondisi kesehatan sapi perah, meningkatkan produksi dan kualitas susu serta menghasilkan susu organik yang bebas dari residu pestisida dan logam berat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan dosis herbal yang dapat berfungsi untuk memperbaiki ekologi rumen, mengurangi dan menghilangkan cemaran logam berat Pb yang ikut masuk ke dalam saluran pencemaran melalui pakan yang dikonsumsi, sehingga risiko didistribusikannya logam berat Pb ini ke dalam susu dapat dihindari dan konsumen dapat memperoleh susu yang aman dan berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan peternak karena harga susu yang tinggi dan meningkatkan kesehatan serta kecerdasan konsumen. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan secara in-vitro di laboratorium dengan menggunakan teknik pressure transducer (THEODOREU dan BROOKS, 1990), menggunakan cairan rumen sapi perah Friesian Holland betina yang dipotong di Rumah Potong Hewan di Ciroyom, Jawa Barat. Objek penelitian dikondisikan tercemar Plumbum (Pb), dengan cara menambahkan Pb sulfat sebanyak 2 ppm ke dalam cairan rumen. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak lengkap pola faktorial (4 × 4). Faktor pertama adalah A. Kontrol; B. Pemberian Curcuma zedoaria (0,02% bobot badan); C. Pemberian Curcuma mangga (0,06% bobot badan); D. Pemberian Cuminum cyminum (0,03% bobot badan). Faktor kedua adalah dosis mineral Zn-Cu proteinat yaitu, M0 (0%); M1 (1%); M2 (2%) dan M3 (3%). Perubah yang diukur adalah jumlah bakteri rumen (CFU/ml) dengan menggunakan metode OGIMOTO dan IMAI (1981), Konsentrasi asam lemak terbang (VFA) total dan VFA parsial (mg/100 ml) menggunakan Alat Gas Liquid Chromatograph Merk Chrompack CP 90022, profil dan kondisi logam berat Pb dalam cairan rumen diukur dengan Metode Absorbsion Atomic Spectrofotometer (AAS) alat AA 6300 dengan batas pembacaan minimal adalah 0,01 ppm. Selanjutnya data penelitian dianalisis dengan analisis keragaman untuk melihat
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
Tabel 1. Rata-rata jumlah bakteri rumen (×109 CFU/ml) Mineral
Herbal A
B
C
D
M0
1,5567 ± 0,1778a
2,8333 ± 0,1463ab
2,8933 ± 0,9952ab
3,4067 ± 0,7094c
M1
2,9100 ± 0,5696ab
2,3567 ± 0,0900a
4,4833 ± 1,1191d
3,6767 ± 1,2595d
M2
b
2,7433 ± 0,2886
3,5367 ± 1,5742
c
b
2,9633 ± 0,5787
2,8867 ± 0,5573ab
M3
1,9800 ± 0,5603a
2,5567 ± 0,3883ab
4,0200 ± 1,5022d
2,7233 ± 0,7773ab
Huruf superskrip yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata; Herbal (A: Kontrol; B: Pemberian kunyit putih 0,02% BB; C: Pemberian kunyit mangga 0,06% BB; D: Pemberian jinten 0,03% BB); Mineral (M0: Kontrol; M1: 1% Mineral; M2: 2% Mineral; M3: 3% Mineral)
berkisar antara 109 CFU/ml sampai 1012 CFU/ml sesuai dengan yang dikemukakan oleh OGIMOTO dan IMAI (1981), CZERKWASKI (1986), MCDONALD et al. (1988). Kadar Vollatile Fatty Acid (VFA) total rumen berkisar antara 76,2400 mg/100ml sampai 197,3600 mg/100ml, dimana produksi VFA total tertinggi dihasilkan oleh perlakuan dengan pemberian jinten tanpa mineral yaitu 197,3600 mg/100ml, sedangkan produksi VFA terendah adalah perlakuan pemberian mineral saja sebanyak 2% tanpa herbal sebesar 76,2400 mg/100ml. Untuk pemberian kombinasi herbal dan mineral, pemberian kunyit putih dengan mineral 2%, pemberian kunyit mangga dengan mineral 1% dan jinten dengan mineral 1% memberikan hasil terbaik. Kadar VFA parsial (asam asetat, asam propionat, asam butirat dan asam valerat) berkisar antara yaitu berturut-turut 55,86 – 138,05 mg/100 ml; 15,40 – 42,10 mg/100 ml; 0,45 – 1,19 mg/100 ml; dan 0,31 – 0,95 mg/100 ml. VFA partial (asam asetat, asam propionat, asam butirat dan asam valerat) yang tertinggi yaitu berturut-turut 138,05 mg/100
pengaruh perlakuan antar perlakuan dilakukan uji jarak berganda Duncan (GASPERSZ, 1995). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis keragaman pada penelitian ini menunjukkan bahwa dosis pemberian Curcuma zedoaria, Curcuma mangga dan Cuminum cyminum serta kombinasinya dengan mineral Zn-Cu proteinat berpengaruh terhadap total bakteri rumen (Tabel 1.), VFA partial as asetat (Tabel 2.), propionat (Tabel 3.), butirat (Tabel 4.) dan valerat (Tabel 5). Rataan jumlah bakteri rumen berkisar antara 1,5567 × 109 CFU/ml sampai 4,4833 × 109 CFU/ml. Perlakuan CM1 yaitu pemberian kunyit mangga sebanyak 0,06% bobot badan memberikan hasil tertinggi dengan jumlah bakteri rumen yaitu 4,4833 × 109 CFU/ml, dan jumlah bakteri rumen terendah adalah perlakuan perlakuan A (kontrol) yaitu 1,5567 × 109 CFU/ml. Hasil ini mengindikasikan adanya peningkatan rata-rata jumlah bakteri rumen antara 26,11% sampai 188%. Hasil tersebut masih dalam batas kisaran normal, yaitu Tabel 2. Rataan asam asetat (mg/100 ml)
Herbal
Mineral A
B
C m
D
M0
82,38
c
143,76
M1
116,08j
73,63b
115,69i
104,32h
M2
55,86a
98,11g
86,36d
86,68d
M3
120,82k
82,62c
89,03e
88,55de
94,53
f
138,05e
Huruf superskrip yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata; Herbal (A: Kontrol; B: Pemberian kunyit putih 0,02% BB; C: Pemberian kunyit mangga 0,06% BB; D: Pemberian jinten 0,03% BB); Mineral (M0: Kontrol; M1: 1% Mineral; M2: 2% Mineral; M3: 3% Mineral)
131
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
Tabel 3. Rataan asam propionat (mg/100 ml) Herbal
Mineral A
B d
C
36,72
i
D
27,47
f
42,10j
M0
23,58
M1
36,75i
19,95b
31,72g
27,65f
M2
15,40a
26,73ef
23,63d
23,14d
M3
34,80h
26,27e
25,16e
21,19c
Huruf superskrip yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata Herbal (A: Kontrol; B: Pemberian kunyit putih 0,02% BB; C: Pemberian kunyit mangga 0,06% BB; D: Pemberian jinten 0,03% BB); Mineral (M0: Kontrol; M1: 1% Mineral; M2: 2% Mineral; M3: 3% Mineral) Tabel 4. Rataan asam butirat (mg/100 ml) Herbal
Mineral A
B
C
D
M0
0,54
0,75
0,83
1,00
M1
0,72
0,61
1,19
0,61
M2
0,62
0,45
0,72
0,77
M3
0,76
0,71
0,58
0,84
Hasil uji tidak ada yang nyata (P > 0,05). Herbal (A: Kontrol; B: Pemberian kunyit putih 0,02% BB; C: Pemberian kunyit mangga 0,06% BB; D: Pemberian jinten 0,03% BB); Mineral (M0: Kontrol; M1: 1% Mineral; M2: 2% Mineral; M3: 3% Mineral) Tabel 5. Rataan asam volerat (mg/100 ml) Herbal
Mineral A
B
C
D
M0
0,57
0,89
0,52
0,95
M1
0,84
0,47
0,73
0,70
M2
0,31
0,71
0,57
0,70
M3
0,77
0,71
0,68
0,52
Hasil uji tidak ada yang nyata Herbal (A: Kontrol; B: Pemberian kunyit putih 0,02% BB; C: Pemberian kunyit mangga 0,06% BB; D: Pemberian jinten 0,03% BB); Mineral (M0: Kontrol; M1: 1% Mineral; M2: 2% Mineral; M3: 3% Mineral)
ml; 42,10 mg/100 ml;1,19 mg/ 100 ml; dan 0,95 mg/100 ml (Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5).
132
Peningkatan konsentrasi VFA ini sesuai dengan peningkatan jumlah bakteri rumen dari perlakuan perlakuan tersebut. Hal ini disebabkan karena pada dosis tersebut, kondisi ekosistem rumen menunjang untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba sehingga akan dihasilkan VFA yang lebih tinggi. Karena mikroba mempunyai peranan penting, yaitu sebagai sumber protein dari tubuhnya dan penghasil sumber energi hasil fermentasinya di rumen (THEODOROU dan FRANCE, 1993). Pada penderita mastitis akan terjadi perubahan keseimbangan mikroba dalam rumen yang mendukung ke arah berkembangnya mikroba patogen. Dengan pemberian herbal sebagai senyawa antioksidan dan antiinflamasi dapat meningkatkan keseimbangan ekologi rumen. Karena berdasarkan hasil skrining fitokimia jinten, kunyit putih dan kunyit mangga antara lain mengandung saponin yang dapat membantu keseimbangan mikroba di dalam rumen dengan menekan jumlah mikroba pathogen. Sesuai dengan pendapat NURDIN (2009) yang menyatakan bahwa pemberian Kunyit Putih (0,02% bobot badan), dan Kunyit Mangga (0,06% bobot badan) secara in vitro, dan NURDIN dan ARIEF (2009) pada pemberian Jinten (0,03 % bobot badan) secara in vitro akan memberikan kondisi ekologi rumen yang lebih baik. Akibatnya jumlah bakteri rumen, total VFA dan asam propionat akan meningkat. Kandungan yang terdapat pada kunyit putih, kunyit mangga dan jinten seperti flavanoid, fenolik dan saponin sebagai bahan yang bersifat antioksidan dan antiinflamasi dapat meningkatkan permeabilitas sel sehingga daya tahan akan meningkat pula (NURDIN, 2009). Susu termasuk ke dalam bahan makanan yang tercemar logam berat timbal (Pb). Tingkat cemaran Pb dalam susu mencapai 15 – 20 ppm. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena Pb menyebabkan penurunan kecerdasan orang yang mengkonsumsinya. Sebagian besar peternakan sapi perah terletak di pinggir jalan yang dilalui berbagai kendaraan bermotor. Ada juga lokasi peternakan sapi perah yang terletak bersebelahan dengan kebun Perhutani. Kemungkinan terjadinya pencemaran logam berat Pb pada makanan ternak karena letak sebagian besar peternakan sapi tersebut di pinggir jalan raya yang dilalui oleh berbagai
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bertimbal atau mengandung timbal. Menurut hasil penelitian WINUGROHO et al. (2009) sebagian besar bahan pakan yang diberikan kepada ternak di Lembang, Jawa Barat terkontaminasi oleh Pb. Konsentrasi berada di atas batas yang diizinkan yaitu 0,3 ppm sesuai dengan SNI (1998), sedangkan untuk pertanian dengan produknya yaitu 0,11 ppm. Berdasarkan hasil pengujian awal terhadap pakan ternak seperti rumput, daun jagung, ampas tahu, ampas tapioka dan limbah sayur kesemuanya mengandung Pb dengan berbagai kadar (NURDIN 2010). Data profil pengaruh perlakuan terhadap kandungan logam berat (Pb) dalam cairan rumen ditampilkan pada Tabel 6.
dikeluarkan melalui faeces dan susu yang dihasilkan tidak mengandung logam berat Pb. Berdasarkan hasil penelitian maka perlakuan yang terbaik adalah perlakuan yang memberikan hasil jumlah bakteri rumen tertinggi, total VFA partial (asam asetat, asam propionat, asam butirat dan asam volerat) yang tertinggi serta profil logam berat dalam cairan rumen, yaitu untuk dosis pemberian Cuminum cyminum, Curcuma zedoaria dengan mineral 2%, Curcuma mangga dengan mineral 1% dan Cuminum cyminum dengan mineral 1%. KESIMPULAN 1.
Pemberian Cuminum zedoaria, Curcuma mangga dan Cuminum cyminum serta kombinasinya dengan mineral Zn-Cu proteinat memberikan efek yang baik terhadap ekologi rumen.
2.
Dosis terbaik secara in-vitro adalah pemberian jinten (Cuminum cyminum) sebanyak 0,03%, pemberian kombinasi kunyit putih (Cuminum zedoaria) 0,02 % dengan 2% mineral, pemberian kombinasi kunyit mangga (Curcuma mangga) 0,06% dengan 1% mineral. pemberian kombinasi jinten (Cuminum cyminum) 0,03% bobot badan dengan 1% mineral.
3.
Pemberian Cuminum zedoaria, Curcuma mangga dan Cuminum cyminum menunjukkan penurunan logam berat Pb (tidak terdeteksi), sedangkan pemberian Cu-Zn proteinat menunjukkan Pb tetap ada dalam cairan rumen.
Tabel 6. Profil kandungan Pb terlarut (ppm) Herbal
Mineral A
B
C
D
M0
0,0273
ttd
ttd
ttd
M1
0,0133
ttd
ttd
ttd
M2
0,0189
ttd
ttd
ttd
M3
0,0281
ttd
ttd
ttd
Herbal (A: Kontrol; B: Pemberian kunyit putih 0,02% BB; C: Pemberian kunyit mangga 0,06% BB; D: Pemberian jinten 0,03% BB); Mineral (M0: Kontrol; M1: 1% Mineral; M2: 2% Mineral; M3: 3% Mineral); ttd: tidak terdeteksi
Kandungan logam berat (Pb) hanya ditemukan dalam perlakuan AM0, AM1, AM2 dan AM3, yaitu perlakuan tanpa menggunakan herbal. Seluruh perlakuan yang menggunakan kunyit putih, kunyit mangga dan jinten serta kombinasinya dengan mineral menunjukkan tidak adanya kandungan Pb yang terlarut dalam cairan rumen. Pada tabel terlihat bahwa perlakuan dengan herbal dan mineral tidak terdeteksi (ttd). Hal ini disebabkan karena batas Pb yang bisa terbaca oleh alat minimal 0,01 ppm, sehingga angka-angka dibawah 0,01 ppm tidak terdeteksi atau tidak dapat terbaca oleh alat Absorbtion Atomic Spectrofotometer (AAS) ini. Dengan tidak terdeteksinya Pb terlarut berarti Pb tersebut tidak terikut dalam aliran darah ke seluruh tubuh dan ke ambing, sehingga diharapkan Pb yang ada atau yang ikut terkonsumsi oleh ternak sapi perah akan
Penelitian perlu dilanjutkan kepada penelitian in-vivo untuk melihat pengaruh herbal dan mineral Cu-Zn proteinat terhadap ternak secara langsung untuk melihat efeknya terhadap produksi susu, kualitas susu, kondisi mastitis, daya tahan tubuh, kandungan logam berat dalam susu dan kandungan antioksidan dalam susu yang dihasilkan sebagai akibat pemberian antioksidan alami yang terkandung dalam jinten, kunyit mangga dan kunyit putih. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini, ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Direktorat Pembinaan
133
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional sebagai penyandang dana (Hibah Kompetitif Penelitian Strategis Nasional, No kontrak: 511/SP2H/PP/DP2M/VII/2010). DAFTAR PUSTAKA CORRIGAN, P.J. and P. SENEVIRATNA. 1990. Occurence of organochlorine residues in Australia meat. Aust. Vet. J. 67(2): 56 – 58. CZERKWASKI, J.W. 1986. An Introduction to Rumen Studies. Perganon Press. Oxford, Toronto, Sydney, Frankfurt. pp. 3 – 10; 19 – 27. GASPERSZ, V. 1995. Tekhnik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Tarsito, Bandung. INDRANINGSIH, R. WIDIASTUTI, E. MASBULAN, Y. SANI dan G.A. BONWIK. 2003. Minimalisasi Residu Pestisida Pada Produk Ternak Dalam Rangka Meningkatkan Keamanan Pangan Dalam Minimalisasi Residu Pestisida Untuk Keamanan Pangan. Balai Penelitian Veteriner, Bogor. MCDONALD, P., R.A. EDWARDS, and J.F.D. GREENHALGH. 1988. Animal Nutrition, 4th Ed. Longman Scientific and Technical. Hongkong. pp.: 142 – 153, 179. NURDIN, E. 2006. Pengaruh pemberian bunga matahari dan bioplus terhadap produksi susu dan efisiensi ransum sapi FH. J. Agrisistem Vol. 2: 59 – 62. NURDIN, E. 2007. Pengaruh pemberian tongkol bunga matahari dan probiotik terhadap penurunan derajat mastitis pada sapi perah FH penderita mastitis subklinis. J. Pengembangan Peternakan Tropis. 32(2): 76 – 79. NURDIN, E. 2009. Utilization of natural antioxidants for mastitis dairy cow. Proc. International Seminar of Dairy Cattle, 2 – 3 Mei 2009. NURDIN, E. dan ARIEF. 2009. The effectivity of cumin as natural anti-oxidant to improve rumen ecology of mastitis dairy cows. J. Anim. Product. 11(3): 160 – 164.
134
NURDIN, E. dan U.H. TANUWIRIA. 2010. Penyediaan Pakan Aditif Herbal Bermineral Organik untuk Menghasilkan Susu Organik. Penelitian Strategis Nasional (No kontrak: 511/SP2H/PP/DP2M/VII/2010). OGIMOTO, K. and S. IMAI. 1981. Atlas of Rumen Microbiology. Jpn. Sci. Soc. Press. Tokyo, Japan. p: 122, 158, 164, 171 – 186. SUNARYADI. 2006. Peredaman Toksitas Timbal (Pb) Dengan Suplementasi Mineral Organik, Khitosan dan Ekstrak Rumput Laut Coklat. Disertasi. Program Pascasarjana Doktoral, Institut Pertanian Bogor, Bogor. TANUWIRIA, U.H., D. TASRIPIN dan E. HARLIA. 2007. Pengaruh penambahan Zn-organik, Cuorganik dan tepung kunyit dalam ransum terhadap produksi dan kualitas susu sapi perah FH mastitis subklinis. Pros. Simposium Kebudayaan Indonesia-Malaysia (SKIM) ke10. di University Kebangsaan Malaysia, Bangi, Selangor, Malaysia. THEODOROU, M.K. dan A.E. BROOKS. 1990. Evaluation of a New Laboratory Procedure for Estimating the Fermentation Kinetics of Tropical Feeds. AFRC Institute for Grassland and Environmental Research. Hurley. Meidenhead. Berkshire. SLGSLR. UK. pp. 1 – 9. THEODOROU, M.K. and J. FRANCE. 1993. Rumen Microorganism and Their Interaction. In: FORBES, M. and J. FRANCE. Ed. Quantitative Aspect of Ruminant Digestion and Metabolism. CAB International, Northampton. pp. 145 – 161. WINUGROHO, M., Y. WIDIAWATI and I. PRIHARTINI. 2009. Organic Milk Production in Rural Dairy Farms in Lembang West Java – Indonesia. The 1st International Seminar on Animal Industry 2009. Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural Institute, Bogor.