Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
2 PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN PROSEDUR REVIEW TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT PADA KAP DI SURABAYA Dian Atmaja Putri
[email protected]
Kurnia Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to test the influence of locus of control and review procedure to the premature termination of auditing procedure. The research population is KAP auditors in Surabaya with the samples are 50 respondents. The data collection is conducted by distributing questionnaires to the auditors’ respondents; the hypothesis test is done by using the multiple regressions method. The research result shows that locus of control and review procedure has significant influence to the premature termination of auditing procedure. Auditors who have external locus of control are tend to perform premature termination of auditing procedure while premature termination on infective audit procedure allows the premature termination to occur on auditing procedure. Keywords:
Locus of Control, Review Procedure, Auditing Procedure. ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh locus of control dan prosedur review terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Populasi penelitian ini adalah auditor KAP di Surabaya dengan sampel 50 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dikirim kepada responden auditor. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa locus of control dan prosedur review berpengaruh signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Auditor yang memiliki locus of control eksternal cenderung melakukan penghentian premature atas prosedur audit sementara itu audit yang tidak efektif dapat membolehkan terjadinya penghentian premature atas prosedur audit. Kata kunci:
Locus of Control, Prosedur Review, Prosedur Audit.
PENDAHULUAN Jasa audit dibutuhkan oleh pihak luar perusahaan, hal ini disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik untuk menentukan keandalan tanggung jawaban keuangan yang disajikan oleh manajemen dalam laporan keuangan. Profesi auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat, dari profesi auditor inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). A Statement Of Basic Auditing Concepts (ASOBAC) mendefinisikan audit sebagai suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai pernyataanpernyataan tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan (Abdul, 1997).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
3 Jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik digolongkan ke dalam dua kelompok : jasa assurance dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan, pengambil keputusan yang memerlukan berbagai informasi yang andal dan relevan sebagai basis untuk mengambil keputusan. Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang didalamnya tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan serta bentuk lain kenyakinan (Mulyadi, 2002). Proses audit merupakan bagian dari assurance services, pengauditan ini melibatkan usaha untuk meningkatkan kualitas informasi bagi pengambilan keputusan dan independensi serta kompetensi dari berbagai pihak yang melakukan audit, sehingga kesalahan yang terjadi dalam proses pengauditan akan berakibat berkurangnya kualitas informasi yang diterima oleh pengambil keputusan (Suryanita et al, 2007). Meskipun dalam hal ini proses mengaudit merupakan bagian dari assurance service, AICPA mendefinisikan assurance service sebagai “jasa professional independen yang dapat meningkatkan kualitas informasi bagi para pengambilan keputusan”. Dalam definisi tersebut mencakup salah satunya adalah informasi dimana assurance service dapat meningkatkan kepercayaan dan reliabilitas serta relevansi informasi. Pengauditan merupakan salah satu dari assurance service maka pengauditan melibatkan kualitas informasi untuk mengambil keputusan, independensi, dan kompentensi bagi pihak auditor. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik Per 1 Januari 2001, (2001) PSA 02 (SA 110) secara umum pengertian di atas dapat diartikan bahwa audit adalah proses sistematis yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip- prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penghentian premature atas prosedur audit merupakan salah satu perilaku pengurangan kualiatas audit (Malone dan Roberts, 1996; Coram et al., 2004). Berkaitan dengan penghentian terhadap prosedur audit yang dapat digambarkan sebagai tindakan tidak melakukan pekerjaan secara lengkap dan mengabaikan prosedur audit yang berarti di sisi lain seorang auditor tidak melakukan pekerjaan secara lengkap dan mengabaikan prosedur audit tetapi auditor berani mengungkan opini atas laporan keuangan yang mereka audit. Hal ini dianggap tidak dapat diterima dan paling berat hukuman berujung pada pemecatan. Dari penelitian Cohen Commision (1978), Rhoden (1978), Alderman dan Deitrick (1982), serta Raghunathan (1991) terdeteksi alasan-alasan mengapa auditor melakukan prosedur penghentian prematur prosedur audit, yaitu terbatasnya jangka waktu pengauditan yang ditetapkan, adanya anggapan prosedur audit yang dilakukan tidak penting (risiko kecil), prosedur audit tidak material, prosedur audit yang kurang dimengerti, adanya batas waktu penyampaian laporan audit, serta adanya pengaruh faktor kebosanan dari auditor. Dari alasan-alasan diatas Suryanita et al., (2006) menyimpulkan bahwa proses penghentian prematur atas prosedur audit tersebut dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor karakteristik personal dari auditor (faktor internal) dan faktor situasional saat melakukan audit (faktor eksternal). Menurut Jansen dan Glinow dalam Malone dan Roberts (1996) dalam Suryanita et al., (2006), perilaku individu merupakan refleksi dari sisi personalitas. Locus of control mencerminkan faktor personalitas seseorang yang mempengaruhi perilaku disfungsional audit secara aktual, kepuasan kerja, komitmen organisasional dan tuenover intention (Reed et al; 1994 dalam Puji, 2005; Donelly et al., 2003) dalam (Kartika et al., 2007).Locus of control didefinisikan sebagai persepsi seseorang tentang sumber nasibnya (Robbins, 2003). Locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia merasa dapat atau tidak dapat
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
4 mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya (Rotter, 1966). Konsep locus of control memiliki latar belakang teoritis dalam teori pembelajaran sosial. Prosedur review merupakan proses memeriksa / meninjau ulang suatu pekerjaan untuk mengatasi terjadinya indikasi ketika staf auditor telah menyelesaikan tugasnya, padahal tugas yang disyaratkan tersebut gagal untuk dilakukan. Prosedur ini berperan dalam memastikan bahwa bukti pendukung telah lengkap dan juga melibatkan pertimbangan ketika terdapat sugesti bahwa penghentian prematur telah terjadi. Sugesti bisa muncul, misalnya jika ada auditor yang selalu memenuhi target (baik waktu maupun anggaran) dan tampak memiliki banyak waktu luang. Heriyanto (2002) dalam Suryanita et al., (2007) mendefinisikan prosedur review sebagai “pemeriksaan terhadap kertas kerja yang dilakukan oleh auditor pada level tertentu”. Fokus dari prosedur review ini terutama pada permasalahan yang terkait dengan pemberian opini. Yang terjadi pada saat itu yang mendorong seseorang untuk membuat suatu keputusan. Review melibatkan tidak secara nyata prosedur keyakinan yang dipersyaratkan pada keseluruhan pemeriksaan sebagai suatu audit penilaian struktur pengendalian internal, pengujian catatan akuntansi, observasi dan konfirmasi serta pengumpulan bukti melalui inspeksi. Oleh karena itu lingkungan, waktu dan perluasan prosedur ditunjukan dalam suatu kewajiban review yang biasanya tidak menyediakan kecukupan bukti audit untuk memberikan suatu pendapat yang positif. Pada kesempatan ini penulis tertarik untuk meneliti pengaruh karakteristik personal locus of control dan prosedur review terhadap suatu perusahaan kantor akuntan publik karena merupakan profesi kepercayaan masyarakat dari profesi akuntan publik inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas serta tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan kantor akuntan publik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh locus of control dan prosedur review terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS Pengertian Audit Komite konsep audit dasar (committee on auditing concepts) telah merumuskan definisi umum dari audit: audit (auditing) adalah suatu proses sistematik mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan menetapkan kriteria serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Messier et al., 2008). Tipe Audit Pada umumnya dibagi menjadi 3 golongan yaitu : audit laporan keuangan, audit kepatuhan dan audit operasional (Mulyadi, 1990): Pertama; audit laporan keuangan (financial statement audit), audit yang dilakukan oleh auditor eksternal terhadap laporan keuangan kliennya untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan tersebut disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.Hasil audit lalu dibagikan kepada pihak luar perusahaan seperti pemegang saham. Kedua; audit kepatuhan (compliens audit), audit ini bertujuan untuk untuk menentukan apakah yang diperiksa sesuai dengan kondisi dan undang-undang tertentu. Kriteria yang ditetapkan dalam audit kepatuhan berasal dari sumber yang berbeda. Contohnya bersumber dari manajemen dalam bentuk prosedur pengendalian intern. Audit kepatuhan biasanya disebut fungsi audit internal karena oleh suatu pegawai perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
5 Ketiga; audit operasional (operational audit), audit operasional merupakan penelaah secara sistematik aktivitas operasi organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Dalam audit operasional diharapkan melakukan pengamatan yang objektif dan analisis yang komperehensif terhadap operasional tertentu. Jabatan auditor di Kantor Auditor Pembagian struktur organisasi kantor akuntan public secara umum biasanya pembagian menurut jenjang atau jabatan akuntan publik. Pembagian dapat dijelaskan sebagai berikut (Mulyadi, 2000):
Pertama, patner : menduduki jabatan tertinggi dalam penugasan audit; bertanggungjawab atas hubungan dengan klien; bertanggungjawab secara menyeluruh mengenai auditing. Patner menandatangani laporan audit dan management letter, dan bertanggung jawab terhadap penagihan fee audit dari klien. Kedua, manajer audit bertindak sebagai pengawas audit ; bertugas untuk membantu auditor senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit; mereview kertas kerja laporan audit dan manajemen letter. Biasanya manajer melakukan pengawasan terhadap pekerjaan beberapa auditor senior. Pekerjaan manajer tidak berada dikantor klien melainkan di kantor auditor dalam bentuk pengawasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan pada auditor senior. Ketiga, auditor senior bertugas untuk melaksanakan audit, bertanggungjawab untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana serta bertugas mengarahkan dan mereview pekerjaan auditor junior. Auditor senior biasanya hanya menetap di kantor klien sepanjang prosedur audit dilaksanakan. Umumnya auditor senior melakukan audit terhadap suatu obyek pada saat tertentu. Keempat, auditor junior melaksanakan prosedur audit rinci, membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksakan. Setiap kantor akuntan memiliki pembagian strukutur organisasi tersendiri kepada kebijakan perusahaan yang ditetapkan. Tahapan Audit Ada 4 tahap dalam melakukan audit, yakni (Messier, 2008):
Pertama, merencanakan dan merancang pendekatan audit dalam setiap audit ada bermacam-macam cara yang dapat ditempuh seorang auditor dalam mengumpulkan bahan bukti untuk mencapai tujuan atas audit secara keseluruhan. Dua perhitungan yang mempengaruhi pendekatan yang akan dipilih yakni bahan bukti kompeten yang cukup harus dikumpulkan untuk memenuhi tanggungjawab profesional dari auditor dan biaya pengumpulan bahan bukti yang harus dibuat seminim mungkin. Kedua, melakukan pengujian pengendalian dan transaksi jika auditor telah menetapkan tingkat resiko pengendalian yang lebih rendah berdasarkan identifikasi pengendalian, kemudian dapat memperkecil luas penilaiannya sampai suatu titik dimana ketepatan informasi keuangan yang berkaitan langsung dengan pengendalian itu harus diperiksa keabsahannya melalui pengumpulan bahan bukti. Tetapi ini membenarkan tingkat resiko lebih rendah yang ditetapkan ini, auditor harus menguji keefektifan pengendalian tersebut. Ketiga, melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo terdapat 2 kategori dalam prosedur ini yaitu prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo. Keempat, menyelesaikan audit dan menertibkan laporan audit setelah auditor semua prosedur adalah perlu menggabungkan seluruh informasi yang didapat untuk memperoleh kesimpulan menyeluruh mengenai kewajaran penyajian laporan keuangan. Ini merupakan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
6 proses yang sangat subyektif dan sangat tergantung pada pertimbangan profesional auditor. Dalam prakteknya seorang auditor secara berkesinambungan menggabungkan informasi yang didapat selama dia melaksanakan proses audit tersebut. Prosedur Audit Standar pekerjaan lapangan ketiga menyebutkan beberapa prosedur audit yang harus dilaksanakan oleh auditor dalam mengumpulkan berbagai tipe bukti audit. Prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Prosedur audit yang disebutkan dalam standart tersebut meliputi (Mulyadi, 2002): Pertama, inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik sesuatu. Prosedur audit ini banyak dilakukan oleh auditor. Dengan melakukan inspeksi terhadap sebuah dokumen, auditor akan dapat menentukan keaslian dokumen tersebut. Kedua, pengamatan merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan. Objek yang diamati auditor adalah karyawan, prosedur, dan proses. Ketiga, permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari prosedur ini adalah bukti lisan dan bukti dokumenter. Keempat, konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas. Disamping auditor memakai prosedur audit yang disebutkan dalam standart tersebut, auditor melaksanakan berbagai prosedur audit lainnya untuk mengumpulkan bukti audit yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Prosedur audit ini sangat diperlukan bagi asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif (Malone dan Roberts, 1996) dalam Suryanita (2007). Kualitas dari auditor dapat diketahui dari seberapa jauh auditor menjalankan prosedur-prosedur audit yang tercantum dalam program audit. Pengembangan Hipotesis Pengaruh locus of control terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hyatt dan Prawitt (2001) membuktikan bahwa locus of control dapat memberikan pengaruh pada kinerja audit terhadap auditor internal dan juga pihak eksternal. Pada situasi tertentu dimana individu dengan lokus kendali eksternal akan merasa tidak mampu untuk mendapatkan dukungan kekuatan yang dibutuhkannya untuk bertahan dalam suatu organisasi, mereka memiliki potensi untuk mencoba ketidakjujuran objek lain sebagai kebutuhan pertahanan mereka (Solar dan Bruehl 1971). Lebih jauh, perilaku ini lebih jelas terlihat dalam situasi dimana pegawai akan merasakan tingkat struktur atau pengawasan kontrol yang tinggi (Gable dan Dangello 1994). Individu yang memiliki locus of control internal cenderung menghubungkan hasil atau outcome dengan usaha-usaha mereka atau mereka percaya bahwa kejadian-kejadian adalah dibawah pengendalian atau kontrol mereka dan mereka memiliki komitmen terhadap tujuan organisasi yang lebih besar dibanding individu yang memiliki locus of control eksternal. Sedangkan individu yang memiliki locus of control eksternal adalah individu yang percaya bahwa mereka tidak dapat mengontrol kejadian-kejadian dan hasil atau outcome (Spector, 1982 dalam Donelly et al., 2003). Dalam konteks auditing tindakan manipulasi atau penipuan akan terwujud dalam bentuk perilaku disfungsional. Perilaku ini memiliki arti bahwa auditor akan memanipulasi proses auditing untuk mencapai tujuan kinerja individu. Pengurangan kualitas auditing bisa dihasilkan sebagai pengorbanan yang harus dilakukan auditor untuk bertahan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
7 dilingkungan audit. Perilaku ini akan terjadi pada individu yang memiliki locus of control eksternal. Berdasarkan uraian dari hipotesis di atas dirumuskan sebagai berikut: H1: Locus of control berpengaruh terhadap penghentian premature audit. Pengaruh prosedur audit terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Kantor akuntan publik perlu melakukan prosedur review (prosedur pemeriksaan) untuk mengontrol kemungkinan akan terjadinya penghentian prematur atas prosedur audit yang telah dilakukan oleh auditornya (Waggoner dan Cashell, 1991) dalam Suryanita et al., (2007). Heriyanto (2002) dalam Suryanita et al., (2007) mendefinisikan prosedur review sebagai “pemeriksaan terhadap kertas kerja yang dilakukan oleh auditor pada level tertentu”. Fokus dari prosedur review ini terutama pada permasalahan yang terkait dengan pemberian opini. Berbeda dengan prosedur review yang berfokus pada pemberian opini. Pelaksanaan prosedur review yang baik akan meningkatkan kemungkinan terdeteksinya perilaku auditor yang akan menyimpang, seperti praktik penghentian prematur atas prosedur audit. Kemudahan pendeteksian ini akan membuat auditor berpikir dua kali ketika akan melakukan tindakan semacam penghentian prematur atas prosedur audit. Semakin tinggi kemungkinan terdeteksinya praktik penghentian prematur atas prosedur audit melalui prosedur review, maka semakin rendah kemungkinan auditor melakukan praktik tersebut. Penelitian ini akan menginvestigasi urutan dari prosedur audit yang sering dihentikan. Berdasarkan uraian dari hipotesis di atas dirumuskan sebagai berikut: H2 : prosedur review berpengaruh terhadap penghentian premature audit METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuisioner kepada kantor akuntan publik di surabaya. Variabel independen dalam penelitian ini karakteristik personal dan prosedur review dan variabel dependen adalan penghentian premature atas prosedur audit pada kantor akuntan publik di surabaya. Populasi pada penelitian ini adalah auditor kantor akuntan publik di surabaya, dengan jumlah sampel 50 responden. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini
pertama, locus of control, Duffy&Atwarer (2005) mengemukakan definisi locus of control adalah sumber keyakinan yang dimiliki oleh individu dalam mengendalikan peristiwa yang terjadi baik itu dari diri sendiri ataupun dari luar dirinya.Variabel ini dinilai dengan menggunakan enem belas pertanyaan Spector (1988) dalam Donnelly et al., (2003). Kuesioner menggunakan likert scale dengan skala 1 sampai 5 dimana semakin mendekati 1 maka responden semakin tidak setuju dan semakin mendekati 5 maka responden makin setuju. Kedua, prosedur review merupakan proses memeriksa /meninjau ulang suatu pekerjaan untuk mengatasi terjadinya indikasi ketika staf auditor telah menyelesaikan tugasnya, padahal tugas yang disyaratkan tersebut gagal untuk dilakukan. Prosedur ini berperan dalam memastikan bahwa bukti pendukung telah lengkap dan juga melibatkan pertimbangan ketika terdapat sugesti bahwa penghentian prematur telah terjadi. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Malone dan Roberts (1996). adalah
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
8 Kuesioner menggunakan likert scale dengan skala 1 sampai 5 dimana semakin mendekati 1 maka responden semakin tidak setuju dan semakin mendekati 5 maka responden makin setuju. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penghentian prematur atas prosedur audit yaitu penyelesaian tugas audit tanpa melengkapi keseluruhan rosedur yang telah ditetapkan, melaporkan waktu audit dengan total waktu yang lebih pendek daripada waktu yang sebenarnya dan merubah prosedur yang sebelumnya sudah ditetapkan. Kuisioner menggunakan likert scale dengan skala 1 sampai 5 dimana semakin mendekati 1 maka responden semakin tidak setuju dan semakin mendekati 5 maka responden semakin setuju. Pengujian Hipotesis Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linier berganda untuk menganalisis pengaruh locus of control dan prosedur review terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Analisis regresi linier berganda tersebut dirumuskan sebagai berikut: PSOi= α+b1X1+b2X2+e : dimana: PSOi : penghentian prematur atas prosedur audit α : konstanta b1-2 : koefisien regresi X1 : locus of control X2 : prosedur review E : error HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Validitas Ada syarat penting yang berlaku pada sebuah angket, yaitu keharusan sebuah angket untuk valid. Uji validitas merupakan pengujian seberapa cermat dan tepat kuesioner harus dapat melakukan fungsi ukur dengan kata lain suatu kuesioner dapat dikatakan valid (sah) jika pertanyaan dalam kuesioner mampu untuk mengungkap suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Adapun kriteria uji validitas adalah : a. Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel atau nilai α < 0,05 (5%) maka varibel tersebut valid. b. Jika r hasil negatif, serta r hasil < r tabel atau nilai α> 0,05 (5%) maka variabel tersebut tidak valid. Dengan mengunakan SPSS 13.00 for windows, adapun hasil uji validitas untuk masingmasing variabel adalah :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
9 Prosedur review Hasil uji validitas untuk variabel ini adalah : Tabel 1 Pertanyaan
uji validitas prosedur review rhitung rtabel Sig
Keterangan
X1_1 0,379 0.007 Valid X1_2 0.394 0.005 Valid X1_3 0.600 0.2732 0.000 Valid X1_4 0.698 0.000 Valid X1_5 0.614 0.000 Valid Sumber : hasil output SPSS Diolah Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pertanyaan untuk indikator prosedur review mempunyai nilai signifikansi dibawah 0,05 (5%) hal ini berarti semua pertanyaan untuk variabel ini adalah valid. Locus of control Hasil uji validitas untuk variabel ini adalah : Tabel 2 uji validitas locus of control Pertanyaan
rhitung
rtabel
Sig
Keterangan
Valid X2_1 0.42 0.02 Valid X2_2 0.61 0.00 Valid X2_3 0.54 0.00 Valid X2_4 0.60 0.00 Valid X2_5 0.51 0.00 Valid X2_6 0.58 0.00 Valid X2_7 0.42 0.00 Valid X2_8 0.60 0.00 0.2732 Valid X2_9 0.38 0.01 Valid X2_10 0.57 0.00 Valid X2_11 0.47 0.00 Valid X2_12 0.31 0.03 Valid X2_13 0.67 0.00 Valid X2_14 0.50 0.00 Valid X2_15 0.75 0.00 Valid X2_16 0.60 0.00 Sumber : hasil output SPSS Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pertanyaan untuk indikator locus of control mempunyai nilai signifikansi dibawah 0,05 (5%) hal ini berarti semua pertanyaan untuk variabel ini adalah valid.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
10 Penghentian prematur atas prosedur audit Hasil uji validitas untuk variabel ini adalah : Tabel 3 uji validitas penghentian prematur atas prosedur audit Pertanyaan
rhitung
Y1
0.67
rtabel
Sig
Keterangan
0.00
Valid
Y2 0.67 0.00 Valid 0.35 0.01 Valid Y Y4 0.36 0.01 Valid Y5 0.56 0.00 Valid 0.27 Y6 0.55 0.00 Valid Y7 0.57 0.00 Valid Y8 0.52 0.00 Valid Y9 0.43 0.00 Valid Y10 0.45 0.00 Valid Sumber : hasil output SPSS Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pertanyaan untuk indikator penghentian prematur atas prosedur audit mempunyai nilai signifikansi dibawah 0,05 (5%) hal ini berarti semua pertanyaan untuk variabel ini adalah valid. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk menuji sejauh mana jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu untuk menguji bahwa variabel dikatakan reliable jika nilai cronbach alpha > 0,6 (Nunnaly 1969, dalam Ghozali 2002:133). Adapun hasil SPSS untuk uji reliabilitas adalah : Tabel 4 Reliability Statistics Cronbach's Alpha .865
N of Items 31
Sumber : hasil output SPSS Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilia Cronbach’s Alpha sebesar 0.865, yang berarti lebih besar dari 0.6, artinya semua pertanyaan yang diajukan kepada responden reliabel. Analisis Regresi Linier Berganda Hasil perhitungan SPSS akan regresi linier berganda, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
11 Tabel 5 perhitungan regresi linier berganda Coeffi ci entsa
Model 1
(Constant) Locus Of Control Prosedur Rev iew
Unstandardized Coef f icients B St d. Error .968 .523 .323 .144 .428 .131
St andardized Coef f icients Beta .298 .433
t 1.850 2.244 3.263
Sig. .071 .030 .002
Zero-order
Correlations Part ial
.531 .594
Part
.311 .430
.250 .364
a. Dependent Variable: Penghentian Audit
Sumber : hasil output SPSS Dari tabel dapat dituliskan persamaan regresi linier bergandanya adalah : Y= 0,968 + 0,323X1 + 0,428X2 Berikut ini adalah analisis terhadap koefisien regresi α = konstanta α = 0,968 artinya penghentian prematur atas prosedur audit akan bernilai 0,968 apabila locus of control dan prosedur review bernilai nol atau konstan. = koefisien regresi karakteristik locus of control 1 = 0,323 artinya apabila nilai locus of control naik satu satuan maka penghentian 1 prematur atas prosedur audit akan naik sebesar 0,323 dengan asumsi prosedur review bernilai konstan. = koefisien regresi prosedur review 2 = 0,528 artinya apabila nilai prosedur review naik satu satuan maka nilai penghentian 2 prematur atas prosedur audit akan naik sebesar 0,428 dengan asumsi locus of control konstan. Uji koefisien determinasi berganda secara simultan (R2) Yaitu digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas yang terdiri dari : locus of control dan prosedur review terhadap variabel terikat yaitu penghentian prematur atas prosedur audit. Adapun hasil SPSS untuk perhitungan koefisien determinasi berganda (R2) dapat dilihat pada tabel. Tabel 6 perhitungan koefisien determinasi berganda (R2) Model Summary Change Statistics Model 1
R .644a
R Square .415
Adjusted R Square .390
St d. Error of the Estimate .34973
R Square Change .415
F Change 16.665
df 1
df 2 2
47
Sig. F Change .000
a. Predictors: (Constant), Prosedur Rev iew, Locus Of Cont rol
Sumber : hasil output SPSS Dari tabel diatas nilai R2 sebesar 0,415 artinya kontribusi variable bebas yang terdiri dari : locus of control dan prosedur review terhadap variabel terikat yaitu penghentian prematur atas prosedur audit sebesar 41,5 % dan sisanya 58.5,% dipengaruhi oleh variabel lain. Sedangkan nilai R (koefisien korelasi berganda) sebesar 0,644 (64,4%), hal ini berarti hubungan antara variable bebas yang terdiri dari : locus of control dan prosedur review terhadap variabel terikat yaitu penghentian prematur atas prosedur audit adalah sedang.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
12 Uji F Dilakukan pengujian dengan menggunakan uji F yang menyatakan ada tidaknya pengaruh secara signifikan dari variabel yang terdiri dari : locus of control dan prosedur review terhadap variabel terikat yaitu penghentian prematur atas prosedur audit secara bersama – sama terhadap variabel terikat yaitu PPA, dengan tingkat sig 0,05 (5%) dan df (41 – 2 – 1= 38.) Kriteria pengujiannya adalah : 1. Apabila tingkat sig < 0,05 (5%) maka terdapat pengaruh yang nyata antara variabel locus of control dan prosedur review secara simultan terhadap variabel terikat yaitu penghentian prematur atas prosedur audit. 2. Apabila tingkat sig > 0,05 (5%) maka terdapat pengaruh yang nyata antara variabel locus of control dan prosedur review secara simultan terhadap variabel terikat yaitu penghentian prematur atas prosedur audit.
Dari hasil pengujian SPSS.13 untuk uji F dapat dilihat pada tabel Tabel 7 Uji F ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 4.076 5.749 9.825
df 2 47 49
Mean Square 2.038 .122
F 16.665
Sig. .000a
a. Predictors: (Const ant), Prosedur Rev iew, Locus Of Control b. Dependent Variable: Penghentian Audit
Sumber : hasil output SPSS Dari hasil pengujian SPSS.13 diketahui tingkat sig untuk uji F sebesar = 0.000 < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti secara simultan variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Hal ini berarti locus of control dan prosedur review berpengaruh signifikan penghentian prematur atas prosedur audit. Pengujian secara parsial (Uji t) Untuk membuktikan kebenaran analisis secara parsial, dilakukan dengan menggunakan uji t yang menyatakan ada tidaknya pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel. Adapun hasil SPSS 13 untuk uji t adalah : Tabel 8 Uji t thit ttabel Variabel Tingkat Sig Kriteria Sig Simpulan 2,244 karakteristik personal 0,030 Signifikan 2.024 0,05 (5%) prosedur review 3,263 0,002 Signifikan Sumber : hasil output SPSS diolah
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
13 Pembahasan Pada bagian ini akan dilakukan analisis pembahasan atas hasil penelitian tentang “ pengaruh locus of control dan prosedur review terhadap penghentian prematur atas prosedur audit “ yang sudah dilakukan. Analisis atau pembahasan dibagi menjadi pengaruh locus of control terhadap penghentian prematur atas prosedur audit dan pengaruh prosedur review terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Pengaruh locus of control terhadap penghentian prematur atas prosedur audit Berdasarkan tabel 4.48 nilai t hasil perhitungan dari variabel karakteristik personal 2,244 dengan tingkat signifikan 0,030. Oleh karena tingkat nilai signifikansi ini kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa “ Pengaruh locus of control terhadap penghentian premature atas prosedur audit pada kantor akuntan publik di surabaya, (menolak H0 dan menerima H1), sehingga pernyataan tersebut mendukung hipotesis.. Besarnya pengaruh locus of control terhadap penghentian premature atas prosedur audit pada kantor akuntan publik di surabaya adalah sebesar 31,1 % pengaruh locus of control terhadap penghentian premature, dari hasil regresi linier berganda dapat diketahui nilai koefisien regresinya sebesar 0,266 hal ini berarti pengaruh locus of control terhadap penghentian premature adalah positif. Locus of control berpengaruh signifikan terhadap penghentian premature atas prosedure audit artinya, auditor yang memiliki locus of control eksternal cenderung untuk melakukan penghentian premature atas prosedure audit. Sebaliknya auditor yang memiliki locus of control internal cenderung untuk tidak melakukan penghentian premature atas prosedur audit. Locus of control yang merupakan keyakinan dari individu untuk mengendalikan suatu kejadian baik dari internal maupun eksternal (Rotter, 1990) dalam (Hyat & Prawit, 2001). Dalam penelitian ini locus of control yang diteliti merupakan sumber keyakinan dari internal auditor . Memandang hidup mereka dikendalikan oleh kekuatan pihak luar disebut memiliki eksternal locus of control (Robbins, 1996) dalam (Kartika et al., 2007). Locus of control berperan dalam motivasi, locus of control yang berbeda bias mencerminkan motivasi yang berbeda dan kinerja yang berbeda. Internal akan cenderung lebih sukses dalam karier dari pada eksternal, mereka cenderung mempunyai level kerja yang lebih tinggi, promosi yang lebih cepat dan mendapatkan uang yang lebih. Sebagai tambahan, internal dilaporkan memiliki kepuasan yang lebih tinggi dengan pekerjaan mereka dan terlihat lebih mampu menahan stres daripada eksternal (Baron & Greenberg, 1990 dalam Puji, 2005) dalam (Kartika et al., 2007). Penelitian Rotter, (1990) dalam Hyatt &Prawitt, (2001) menjelaskan bahwa eksternal secara umum berkinerja lebih baik ketika pengendalian dipaksakan atas mereka (Kartika et al., 2007). Penghentian premature yang merupakan penyelesain tugas audit tanpa melengkapi keseluruhan yang telah ditetapkan. Penghentian premature biasanya terlihat dari jangka waktu yang lebih pendek dan merubah prosedure yang telah ditetapkan (Malone dan Roberts, 1996). Ketika individu merasa yakin untuk mengendalikan suatu kejadian maka auditor biasanya lebih leluasa untuk melakukan perubahan terhadap prosedur audit yng telah ditetapkan sehingga jangka waktu penyelesainnya lebih pendek. Pengaruh prosedur review terhadap penghentian prematur atas prosedur audit Penelitian tentang pengaruh posedur review terhadap penghentian prematur atas prosedur audit terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Berdasarkan tabel 4.48 nilai t hasil perhitungan dari variabel prosedur review 3,263 dengan tingkat signifikan 0,002. Oleh karena tingkat signifikansi ini kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa prosedur review berpengaruh signikansi terhadap penghentian prematur atas prosedur audit pada kantor akuntan publik di surabaya, (menolak H0 dan menerima H1), sehingga pernyataan tersebut mendukung hipotesis. Besarnya pengaruh
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
14 prosedur review terhadap penghentian prematur atas prosedur audit adalah sebesar 43 %. Pengaruh prosedur review terhadap penghentian premature, dari hasil regresi linier berganda dapat diketahui nilai koefisien regresi sebesar 0,524 hal ini berarti hubungan antara prosedur review dengan penghentian premature adalah positif. Prosedur review yang merupakan proses memeriksa / meninjau ulang suatu pekerjaan untuk mengatasi terjadinya indikasi ketika staf auditor telah menyelesaikan tugasnya. Dari hasil kuisioner kebanyakan responden menjawab sangat setuju hal ini berarti responden merasa prosedur review sangat penting dilakukan untuk mendapatkan hasil audit yang diinginkan (Heriyanto, 2002). Ketika prosedur review dilakukan oleh auditor maka kebanyakan terjadi auditor kesulitan data mengumpulkan bukti pendukung atau kelengkapan dokumen, hal ini membuat kecenderungan bagi auditor untuk merubah prosedur audit yang sudah ditetapkan (Waggoner dan Cashell, 1991) dalam Suryanita et al., (2007). Prosedur review merupakan proses memeriksa /meninjau ulang suatu pekerjaan untuk mengatasi terjadinya indikasi ketika staf auditor telah menyelesaikan tugasnya, padahal tugas yang disyaratkan tersebut gagal untuk dilakukan. Prosedur ini berperan dalam memastikan bahwa bukti pendukung telah lengkap dan juga melibatkan pertimbangan ketika terdapat sugesti bahwa penghentian prematur telah terjadi. Pelaksanaan prosedur review yang baik akan meningkatkan kemungkinan terdeteksinya perilaku auditor yang akan menyimpang, seperti praktik penghentian prematur atas prosedur audit. Kemudahan pendeteksian ini akan membuat auditor berpikir dua kali ketika akan melakukan tindakan semacam penghentian prematur atas prosedur audit. Semakin tinggi kemungkinan terdeteksinya praktik penghentian prematur atas prosedur audit melalui prosedur review, maka semakin rendah kemungkinan auditor melakukan praktik tersebut. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil pembahasan dan analisa yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Locus of control berpengaruh signifikan terhadap penghentian premature atas prosedure audit artinya, auditor yang memiliki locus of control eksternal cenderung untuk melakukan penghentian premature atas prosedure audit. Sebaliknya auditor yang memiliki locus of control internal cenderung untuk tidak melakukan penghentian premature atas prosedur audit. 2. Prosedure review berpengaruh signifikan terhadap penghentian premature atas prosedure audit artinya, pengehentian premature atas prosedure audit dapat dikurangi jika KAP mempunyai prosedur review yang ketat / efektif. Sebaliknya jika prosedur review tidak efektif maka penghentian premature atas prosedur audit akan cenderung untuk terjadi. Saran Dari hasil analisa dan kesimpulan diatas, didapat beberapa saran antara lain: 1. Locus of control harus dipertimbangkan oleh KAP sebagai salah satu cara untuk mengurangi terjadinya penghentian premature. Sebaiknya KAP merekrut staf-staf auditor yang memiliki locus of control internal. 2. Prosedur review sebaiknya digunakan oleh KAP sebagai salah satu cara untuk mengurangi terjadinya penghentian prematur karena prosedur review yang efektif dapat mengurangi terjadinya penghentian prematur.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
15 DAFTAR PUSTAKA Alderman, C. W., & Deitrick, J. W. (1982). Auditor’s Perceptions of Time Budget Pressure and Premature Sign-Offs: A Replication and Extensions. Auditing: A Journal of Practice and Theory, 1(2):54-58. Blau, G. (1993). “Testing The Relationship Of Locus Of Control to Different Performance Dimensions”. Journal Of Occupational and Organizational Psychology. 66: 125-138.
Brownell, P. (1981), ”Participation in Budgeting, Locus of control and Organizational Effectiveness”, Journal Accounting Review, 106 (4) Oct
Donnely, David P., Jeffrey J. Q, and David., (2003) “Auditor Acceptance of Dysfunctional Audit Behavior : An Explanatory Model Using Auditors’ Personal Characteristics.” Journal of Behavioral Research In Accounting, 15
Elen, Ilha, Sabarudin. (2001), ”Metodologi Auditing (Pendekatan Prosedur Audit),”Jurnal Bisnis dan Akuntansi,. 3 (3)
Gable, M., and F. Dangello. (1994). “Locus of Control, Machiavellianism, and Managerial Job Performance. “ Journal of Psychology 128
Ghozali, Imam. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi ketiga, Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Herningsih, Sucahyo. (2002), “Penghentian prematur atas prosedur audit : Studi empiris pada kantor akuntan publik. Wahana,. 5 (2) Hyatt, T., and D. Prawitt. (2001), “Does Congruence Between Audit Structure and Auditors Locus of control Affect Job Performance”. The Accounting Review, 76
Ikatan Akuntansi Indonesia, (2002), Standar Profesional Akuntan Publik, IAI-KAP, Jakarta, Salemba Empat
Indriantoro, N dan Bambang Supomo. 2002, Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi kedua, Yogyakarta: BPFE.
Indri, K. dan Provita Wijayanti. (2007), “Locus Of Control sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai dan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit”, Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar Malone, Charles. F. and Roberts. (1996). “Factor Associated With the Incidence Of Reduced Audit Quality Behaviour”. Auditing. September
Messier, W.F.2000. Auditing and Assurance Services: A Systematic Approach. United States of America : Mc Graw-Hill Companies Marzuki (2005). Metodologi Riset : Edisi Kedua, Ekonisia, Yogyakarta Mulyadi. (2002). Auditing 1 : Edisi Enam, Salemba Empat, Jakarta Raghunathan, Bhanu. (1991). “Premature Signing-Off Audit Procedures: An Analysis”. Accounting Horizons. Robbins, P. Stephen. (1996). “Organizational Behavior: Concept, Controversies”. Application. Seventh Edition. Prentice Hall Inc
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
16 Rotter, J.B. (1966), “Generalized Expectancies For Internal Versus External Control Of Reinforcement”. Psychological Monographs. 80: 1-28 Sekaran, Uma. (2000), Research Method for Bussiness, a Skill Building Approach :Third Edition, John Wiley and Sons Inc Suryanita. 2006. Penghentian Prematur atas Prosedur Audit. Di Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang