PENGARUH LATIHAN BENCH PRESS DAN BERAT BADAN TERHADAP HASIL TOLAK PELURU GAYA O’BRIEN PADA PESERTA DIDIK PUTRA KELAS II SMK NEGERI 1 WANAREJA KABUPATEN CILACAP TAHUN PELAJARAN 2006/2007
TESIS Untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Muhlisin NIM 6301505005
PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM PENDIDIKAN OLAHRAGA 2007
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam tesis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini di kutip atau di rujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 22 Februari 2007
Muhlisin
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
1. Laailaahaillallah 2. Muhammadurrasuulullah
PERSEMBAHAN:
1. Untuk almamater PPs UNNES 2. Untuk keluarga tercinta
iv
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tesis dengan judul ”Pengaruh Latihan Bench Press dan Berat Badan terhadap Hasil Tolak Peluru Gaya O’Brien pada Peserta Didik Kelas II SMK Negeri 1 Wanareja Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2006/2007” ini dapat penulis selesaikan. Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dengan rendah hati dan tulus ikhlas penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan apapun bentuknya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat Bapak Rektor Universitas Negeri Semarang, Direktur, Asisten Direktur, Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga yang telah memberikan kesempatan yang luas kepada penulis untuk menyelesaikan studi. Terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat Prof. Dr. Dumadi selaku pembimbing I, dan Drs. Mugiyo Hartono, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Terima kasih kepada Bapak Kepala SMK Negeri 1 Wanareja Kabupaten Cilacap yang telah memberikan izin penelitian. Selanjutnya penulis sampaikan terima kasih kepada pengajar di PPs UNNES, atas bekal ilmu pengetahuan dan wawasan keilmuan yang telah diberikan serta kepada seluruh karyawan di lingkungan PPs UNNES yang telah
v
membantu dalam menyelesaikan administrasi sehingga dapat memperlancar penyelesaian penulisan tesis. Kepada teman-teman satu angkatan senasib dan seperjuangan, penulis ucapkan terima kasih atas kerjasamanya yang baik selama ini serta atas dukungannya sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak pengelola fitness center ” Singapore ” Majenang Kabupaten Cilacap yang telah menyediakan sarana dan prasarana selama penelitian ini berlangsung. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada keluarga besar SMK Negeri 1 Wanareja Kabupaten Cilacap, khususnya bapak Basro’i, S.Pd. dan Drs. Kasno selaku guru Pendidikan Jasmani, dan para peserta didik yang telah menjadi sampel dalam penelitian ini. Kepada teman-temanku di kost ” Afdhol ” dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Akhirnya penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada anak dan istriku yang selalu memberi motivasi hingga selesainya penulisan tesis ini. Semoga amal baik dari berbagai pihak yang telah penulis sebutkan di atas, Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Amin. Semarang, 22 Februari 2007
Muhlisin
vi
SARI Muhlisin. 2007. Pengaruh Latihan Bench Press dan Berat Badan terhadap Hasil Tolak Peluru Gaya O’Brien pada Peserta Didik Kelas II SMK Negeri 1 Wanareja Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2006/2007. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang. Pembimbing : Prof. Dr. Dumadi, dan Drs. Mugiyo Hartono, M.Pd. Kata Kunci: Latihan Bench Press, Berat Badan, Tolak Peluru Gaya O’Brien. Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui: 1) perbedaan pengaruh antara latihan bench press sudut 45° dan latihan bench press sudut 135° terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien, 2) perbedaan pengaruh antara berat badan normal kurus dan berat badan normal gemuk terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien, 3) interaksi antara latihan bench press dan berat badan terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas II putra SMK Negeri 1 Wanareja Kabupaten Cilacap tahun pelajaran 2006/2007 berjumlah 193 orang, sedangkan jumlah sampel 40 orang diambil berdasarkan hasil tes tinggi dan berat badan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah disain faktorial 2 x 2. Instrumen yang digunakan adalah: 1) instrumen untuk tes tinggi badan, 2) instrumen untuk tes berat badan, 3) instrumen untuk latihan bench press sudut 45°, 4) instrumen untuk latihan bench press sudut 135°, dan 5) instrumen untuk tes kemampuan tolak peluru. Hasil pengujian hipotesis penelitian menggunakan Analisis Varians (Anava) dua jalan dengan taraf signifikansi 95% (α = 0,05). Diperoleh hasil: hipotesis pertama menunjukkan harga F hitung sebesar 30,43 lebih besar dari F tabel α = 0,05 dk (1); (36) yaitu 4,11 (Fo = 30,43 > Ft = 4,11). Kesimpulannya terdapat pengaruh yang berbeda antara latihan bench press sudut 45° dan latihan bench press sudut 135°. Hipotesis kedua menunjukkan harga F hitung sebesar 59,71 lebih besar dari F tabel α = 0,05 dk (1); (36) yaitu 4,11 (Fo = 59,71 > Ft = 4,11). Kesimpulannya terdapat pengaruh yang berbeda antara berat badan normal kurus dan berat badan normal gemuk terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien. Hipotesis ketiga menunjukkan harga F hitung sebesar 4,01 lebih kecil dari F tabel α = 0,05 dk (1); (36) yaitu 4,11 (Fo = 4,01 > Ft = 4,11). Kesimpulannya Tidak terdapat interaksi antara latihan bench press dan berat badan terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien. Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi guru Pendidikan Jasmani dan pelatih yang berminat untuk mengembangkan tolak peluru, apabila menyusun program latihan hendaknya latihan bench press sudut 135° dimasukkan sebagai alternatif latihan, karena latihan bench press sudut 135° memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan latihan bench press sudut 45° terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien, dan memperhatikan faktor berat badan, karena dalam penelitian ini terbukti bahwa berat badan normal gemuk memberi pengaruh yang
vii
lebih baik dibandingkan dengan berat badan normal kurus terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien.
viii
ABSTRACT Muhlisin. 2007. The Effect of Bench Press Exercise and Body Weight to the O’Brien Style Student Shot Put Performance. Theses. Semarang Postgraduate Studies of Semarang State University. Supervisor: Prof. Dr. Dumadi, and Drs. Mugiyo Hartono, M.Pd. Key word: Bench Press Exercise, Body Weight, O’Brien Style Shot Put. The aims of this research was to investigate: 1) the difference of bench press exercise effect between 45° and 135° benches to the O’Brien Style Performance, 2) the difference between body weight thin normal and fat normal to the O’Brien Style Performance, 3) the interaction between the bench press exercise and the body weight to the O’Brien Style Performance. The research population were 193 male students in grade 2 of SMK Negeri 1 Wanareja, Cilacap during the academic year 2006/2007. There were 40 male students as the sample by using high and body weight test. The factorial 2x2 design was used in this research. Five instruments were used in this research, i.e,: 1) body high test, 2) body weight test, 3) 45° angle of bench press instrumen, 4) 135° angle of bench press instrumen, 5) shot put performance test. The result of the research hypothesis test was analysis using two ways Analysis of Variance (ANOVA) with significance degree 95% (α = 0,05), the result i.e,: the first hypotesis test show the value of count is 30,43 higher than the F table α = 0,05 dk (1); (36) as amount of 4,11 (Fo = 30,43 > Ft = 4,11). The summary: there is different effect bench press exercise effect between 45° and 135° benches the result of O’Brien style shot put. The second hypotesis test show the value of count is 59,71 higher than the F table α = 0,05 dk (1); (36) as amount of 4,11 (Fo = 59,71 > Ft = 4,11). The summary: there is different effect between body weight thin normal and fat normal the result of O’Brien style shot put. The third hypotesis test show the value of count is 4,01 lower than the F table α = 0,05 dk (1); (36) as amount of 4,11 (Fo = 4,01 > Ft = 4,11). The summary: there is no effect interaction between bench press exercise and body weight the result of O’Brien style shot put. Hopefully this research result will be usefull to physical education teacher and coaches who intent to develop shot put, if they want to create exercise program, bench press exercise with 135° bench in the alternative exercise, because bench press exercise with 135° bench proven gives better effect comparing with bench press exercise with 45° bench toward the result O’Brien style shot put and should give interest in the body weight, because in this research proven than body weight fat normal gives better effect comparing with body weight thin normal toward the result O’Brien style shot put.
ix
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ……………………………………………………………………
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………
ii
PENGESAHAN KELULUSAN ...............................................................
iii
PERNYATAAN .........................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................
v
KATA PENGANTAR ...............................................................................
vi
SARI ..........................................................................................................
viii
ABSTRACT ..............................................................................................
x
DAFTAR ISI .............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xvii
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................
1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................
9
1.3 Pembatasan Masalah ............................................................
11
1.4 Rumusan Masalah ................................................................
13
1.5 Tujuan Penelitian .................................................................
13
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................
14
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 LANDASAN TEORI..…………………….……..........…..
15
2.1.1
Pengertian Atletik …………………………......…..
15
2.1.2
Tolak Peluru ............................................................
16
2.1.3
Tolak Peluru Gaya O’Brien ....................................
17
2.1.4
Pengertian Latihan Bench Press …………….........
29
2.1.5
Pengertian Berat Badan ……………………....….
53
x
2.1.6
Perkembangan Fisik Adolesensi ...........................
2.2 Kerangka Teori ………………………….........……........ 2.2.1
59
Kerangka Relasi Teori Berat Badan dengan Tolak Peluru ............................................................
2.2.3
59
Kerangka Teori Relasi Latihan Bench Press dengan Tolak Peluru ............................................................
2.2.2
57
64
Kerangka Teori Relasi Interaksi Antara Latihan Bench Press dan Berat Badan Terhadap Hasil Tolak Peluru .................................
67
2.3 Rumusan Hipotesis.………………………………...........
71
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian .....………………………………...........
73
3.1.1
Populasi Penelitian ................................................
73
3.1.2
Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel ……....
73
3.2 Rancangan Penelitian ………….………………………....
75
3.3 Validitas Rancangan Penelitian ..........................................
77
3.4 Rancangan Instrumen Penelitian ………………………....
80
3.5 Waktu Dan Tempat Penelitian ….……………………......
80
3.6 Petugas Latihan ...……………………………....................
81
3.7 Teknik Penjaringan Data ..……………………………......
81
3.8 Teknik Analisis Data .........................................................
83
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data ......................................................................
86
4.2 Pengujian Persyaratan Analisis ............................................
89
4.3 Pengujian Hipotesis ..............................................................
91
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian .................................................
94
4.5 Keterbatasan Penelitian .........................................................
97
xi
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ...............................................................................
99
5.2 Saran .....................................................................................
99
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
101
LAMPIRAN .................................................................................................
104
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... 181
xii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Data Hasil Tolak Peluru POPDA Kabupaten Cilacap dan Jateng 2006 ...... 3 2. Ukuran Intensitas untuk Latihan Power...................................................... 34 3. Ukuran Intensitas Berdasarkan Sistem Energi yang Digunakan dalam Kegiatan Tertentu ....................................................……………………. 34 4. Ukuran Intensitas Berdasarkan Denyut Jantung terhadap Beban Latihan .. 35 5. Tingkat Intensitas Latihan .......................................................................... 6. Kelebihan dan Kekurangan Bench Press Sudut 45° dan 135° ………….
63
7. Pengelompokkan Sampel Eksperimen …………………………………... 75 8. Disain Faktorial 2 x 2 …………………………………………………… 76 9. Deskripsi Data Hasil Penelitian ……………………………………...…. 86 10. Deskripsi Hasil Uji Normalitas Sampel pada Taraf Signifikansi α = 0,05 …………………………………………………………………. 90 11. Deskripsi Hasil Uji Homogenitas Varians Populasi pada Taraf Signifikansi α = 0,05 ................................................................................. 91 12. Deskripsi Hasil Uji Anava Dua Jalan pada Taraf Signifikansi α = 0,05 …………………………………………………………………. 92
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.
Sikap Persiapan Awalan dalam Tolak Peluru Gaya O’Brien ………….. 19
2.
Sikap Awalan dalam Tolak Peluru Gaya O’Brien ……………………..
3.
Sikap Badan Menolakkan Peluru dalam Tolak Peluru Gaya O’Brien .... 22
4.
Sikap Melepas Peluru dalam Tolak Peluru Gaya O’Brien ..................... 23
5.
Sikap Gerakan Lanjutan atau Memelihara Keseimbangan dalam Tolak Peluru Gaya O’Brien ………………………………………………….
21
24
6.
Rangkaian Gerakan dalam Tolak Peluru Gaya O’Brien ……………... 24
7.
Persentase Pembebanan Latihan Sesuai Kebutuhan .............................. 42
8.
Jumlah Ulangan Latihan Sesuai Kebutuhan ..........................................
9.
Latihan Bench Press …………………………………………………………. 51
10.
Latihan Bench Press Sudut 45° ……………………………………….. 52
11.
Latihan Bench Press Sudut 135° ……………………………………… 53
12.
Otot-otot Pectoralis ………………………………………………..………..
13.
Otot-otot Deltoid, Trapezius, Latissimus Dorsi, dan Tricep ……………. 55
14.
Kurva Normal Standar ……………………………………………….... 56
15.
Latihan-latihan Khusus yang Sangat Penting dalam
44
54
Nomor Tolak Peluru …………………………………………………... 60 16.
Latihan-latihan Untuk Power Otot-otot Lengan, bahu, dan Dada …….……………………………………………………….... 61
17.
Grafik yang Menunjukkan Bahwa “Terdapat Interaksi
xiv
antara Latihan Bench Press (A) dan Berat Badan (B) terhadap Hasil Tolak Peluru Gaya O’Brien” ............................................ 70 18.
Grafik yang Menunjukkan Bahwa “Tidak Terdapat Interaksi antara Latihan Bench Press (A) dan Berat Badan (B) terhadap Hasil Tolak Peluru Gaya O’Brien” ........................................... 71
19.
Pelaksanaan Satuan Pelajaran Tolak Peluru Gaya O’Brien Kriteria Berat Badan Normal Gemuk .................................................... 178
20.
Pelaksanaan Satuan Pelajaran Tolak Peluru Gaya O’Brien Kriteria Berat Badan Normal Kurus ...................................................... 178
21.
Pelaksanaan Program Latihan Bench Press sudut 135° dan 45° ............ 179
22.
Tes Kemampuan Tolak Peluru Gaya O’Brien Kelompok Sampel Berat Badan Normal Gemuk .......………………... 179
23.
Tes Kemampuan Tolak Peluru Gaya O’Brien Kelompok Sampel Berat Badan Normal Kurus .......……………….
24.
180
Pelaksanaan Pengambilan Data Hasil Tolak Peluru Gaya O’Brien ................................................................................................
xv
180
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Halaman
Daftar Nama Peserta Didik Kelas II Putra dan Hasil Pengukuran Tinggi dan Berat Badan .................................................
2.
104
Daftar Urutan Peserta Didik Kelas II Putra Berdasarkan Kategori ................................................................................................. 108
3.
Daftar Nama Peserta Didik Kategori Normal Kurus ...........................
113
4.
Daftar Nama Peserta Didik Kategori Normal Gemuk .......................... 115
5.
Urutan Peserta Didik Kategori Normal Kurus ..................................... 116
6.
Urutan Peserta Didik Kategori Normal Gemuk ......................………. 118
7.
Kelompok Sampel Kategori Normal Gemuk Setelah di Lakukan Acak ..........………………………….................... 119
8.
Kelompok Sampel Kategori Normal Kurus Setelah di Lakukan Acak .........………………………….................... 120
9.
Pembagian Kelompok Latihan Bench Press dengan Pedoman a b b a ……………………………………………… 121
10.
Data Hasil Tes Tolak Peluru Gaya O’Brien ………………………….. 122
11.
Pengujian Normalitas Sampel Kelompok Berat Badan Normal Gemuk Dan Latihan Bench Press Sudut 135° Dengan Uji Lilliefors Taraf Kepercayaan 95% ……….......................... 123
12.
Pengujian Normalitas Sampel Kelompok Berat Badan Normal Gemuk Dan Latihan Bench Press Sudut 45° Dengan Uji Lilliefors Taraf Kepercayaan 95% ……………………...
xvi
124
13.
Pengujian Normalitas Sampel Kelompok Berat Badan Normal Kurus Dan Latihan Bench Press Sudut 135° Dengan Uji Lilliefors Taraf Kepercayaan 95% ………………………
14.
125
Pengujian Normalitas Sampel Kelompok Berat Badan Normal Kurus Dan Latihan Bench Press Sudut 45° Dengan Uji Lilliefors Taraf Kepercayaan 95% ………………………
15.
Perhitungan Homogenitas Varians Populasi Dengan Menggunakan Uji Bartlett ..................................................................
16.
127
Perhitungan Data Hasil Penelitian Dengan Analisis Varians (ANAVA) Dua Jalan Pada Taraf Signifikansi α = 0,05 .....................
17.
126
128
Satuan Pelajaran Tolak Peluru Gaya O’Brien ditambah Latihan Bench Press Sudut 135° Kriteria Berat Badan Normal Gemuk dan Normal Kurus .....................................................................................
18.
134
Satuan Pelajaran Tolak Peluru Gaya O’Brien ditambah Latihan Bench Press Sudut 135° Kriteria Berat Badan Normal Gemuk dan Normal Kurus .....................................................................................
144
19.
Instrumen untuk Perlakuan Latihan Bench Press Sudut 135° ………
154
20.
Instrumen untuk Perlakuan Latihan Bench Press Sudut 45° ………..
156
21.
Instrumen Tes untuk Mengukur Berat Badan ....................................
158
22.
Instrumen Tes untuk Mengukur Tinggi Badan ...................................
159
23.
Instrumen Tes untuk Mengukur Kemampuan Tolak Peluru .............
160
24.
Program Latihan .................................................................................
163
25.
Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ..........................................
165
xvii
26.
Surat Izin Penelitian ...........................................................................
166
27.
Sertifikasi Kalibrasi Timbangan Badan dan Tinggi Badan ...............
167
28.
Sertifikasi Kalibrasi Massa (Peluru) .................................................
170
29.
Sertifikasi Kalibrasi Stop Watch .......................................................
172
30.
Sertifikasi Kalibrasi Roll Meter .......................................................
174
31.
Nilai Kritis L untuk Uji Lilliefors ....................................................
176
32.
Nilai Persentil untuk Distribusi F ...................................................
177
33.
Dokumentasi Rangkaian Pelaksanaan Penelitian Pengaruh Latihan Bench Press dan Berat Badan terhadap Hasil Tolak Peluru Gaya O’Brein pada Peserta Didik Putra Kelas II SMK Negeri 1 Wanareja Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2006/2007 ............................................................
xviii
178
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran, dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani. Intensifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan Pendidikan Jasmani adalah sangat penting, yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan olahraga yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Pendidikan Jasmani
merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan
motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikapmental-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Dengan Pendidikan Jasmani peserta didik akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani,
1
2
kebiasaan hidup sehat, dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak manusia. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lainlain) serta pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosional, dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktikmetodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pembelajaran (Depdiknas. 2003:5-6). Salah satu tujuan Pendidikan Jasmani adalah meningkatkan keterampilan gerak dasar dalam berbagai cabang olahraga. Pendidikan Jasmani dalam pelaksanaannya dibedakan ke dalam 2 program, yaitu: 1) program kurikuler, yang lebih menekankan pada perbaikan gerak dasar dan pengenalan keterampilan dasar cabang-cabang olahraga, 2) program ekstrakurikuler, diperuntukkan bagi peserta didik yang ingin mengembangkan bakat dan kegemarannya dalam cabang olahraga. Tolak peluru merupakan salah satu nomor lempar dalam atletik yang diajarkan dalam program kurikuler dan dikembangkan untuk program ekstrakurikuler mulai dari tingkat SLTP sampai SMU/SMK. Dari hasil pembinaan para atlet tolak peluru tingkat pelajar yang telah dilakukan sampai saat ini baik melalui program ekstrakurikuler maupun pembinaan atlet usia dini, khususnya di Kabupaten Cilacap ternyata belum sesuai dengan yang
3
diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang dicapai atlet-atlet Kabupaten Cilacap bila dibandingkan dengan hasil POPDA Jateng, ternyata prestasinya masih jauh dibanding atlet dari daerah lain. Ketertinggalan atlet-atlet tersebut di nomor tolak peluru dapat digambarkan dengan melihat hasil tolak peluru pada POPDA 2006 (lihat tabel 1).
Tabel 1. Hasil Tolak Peluru POPDA Kabupaten Cilacap dan Jateng 2006 No.
Nama
Kabupaten
L/P
Prestasi
Juara
1
Dika
Cilacap
L
8,55 meter
I
2
Shodikun
Cilacap
L
8,52 meter
II
3
Gilas Saga
Cilacap
L
8,24 meter
III
4
Sri Lestari
Cilacap
P
7,05 meter
I
5
Yuliana R
Cilacap
P
6,38 meter
II
6
Almayanti
Cilacap
P
6,27 meter
III
7
Arif Wibowo
Karanganyar
L
12,33 meter
I
8
Suranto
Sukoharjo
L
11,72 meter
II
9
Angga Haris
Semarang
L
11,67 meter
III
10
Ikewati
Pekalongan
P
9,45 meter
I
11
Puji Astuti
Kendal
P
8,81 meter
II
12
Ayu Pramiswari
Semarang
P
8,47 meter
III
(Sumber: Laporan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) 2006. Binmudora Depdiknas Kabupaten Cilacap dan Laporan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) Jawa Tengah XII 2006. Koni Propinsi Jawa Tengah). Gambaran yang dihasilkan oleh atlet tingkat pelajar dari Kabupaten Cilacap pada nomor tolak peluru yang belum mampu bersaing dengan atlet
4
dari daerah lain tersebut, tentu perlu dicermati oleh semua pihak yang terkait dalam pembinaan olahraga di Kabupaten Cilacap untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi. Menurut H.P, Suharno (1985:2-3) ada banyak unsur penentu prestasi olahraga diantaranya adalah: 1) Keterampilan dan teknik-teknik yang diperlukan, dikembangkan, dikuasai dan dimantapkan
atau
diotomatisasikan, 2) Kemampuan-kemampuan yang
didasarkan pengaturan gerak badan, 3) Tingkah laku yang memadai untuk situasi sportif tertentu, misalnya: perubahan kompetitif, atau kondisi latihan, ketegangan, kekalahan, dan sebagainya, 4) Pengembangan strategi-strategi atau taktik, 5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial. Pendapat yang lain menyatakan bahwa faktor-faktor penentu pencapaian
prestasi
maksimal adalah faktor endogen, yang terdiri dari: 1) Kesehatan fisik dan mental yang baik, 2) Bentuk tubuh, proporsi tubuh selaras dengan macam cabang olahraga yang diikutinya, 3) Kondisi fisik dan yang
meliputi
kemampuan fisik
kekuatan,daya tahan kecepatan, kelincahan, kelentukan,
keseimbangan, koordinasi, ketepatan, power, reaksi, dan stamina, 4) Penguasaan teknik yang sempurna, 5) Menguasai masalah-masalah taktik, pola-pola, sistem-sistem, dan tipe-tipe permainan, 6) Memiliki aspek kejiwaan dan kepribadian yang baik, 7) Memiliki kematangan juara. Bentuk tubuh seseorang merupakan wujud dari perpaduan antara tinggi badan, berat badan, serta berbagai ukuran anthropometrik lainnya yang ada pada diri seseorang. Variasi dari ukuran-ukuran bagian tubuh akan membentuk kecenderungan tipe bentuk tubuh.
5
Pencapaian prestasi yang baik di suatu cabang olahraga ada hubungannya dengan tipe tubuh. Tipe tubuh tertentu cenderung cocok untuk mencapai prestasi di cabang olahraga tertentu. Hal ini disebabkan karena tipe tubuh tertentu mempunyai sifat kemampuan tertentu, sedangkan setiap cabang olahraga juga mempunyai sifat tertentu yang memerlukan sifat kemampuan tertentu pula agar bisa menguasai dengan baik. Tipe tubuh yang mendekati tipe mesomorph baik untuk mencapai prestasi pada cabang olahraga berat seperti tolak peluru, tipe tubuh yang mendekati tipe ectomorph baik untuk lari marathon, tipe tubuh yang berada antara tipe mesomorph dan endomorph baik untuk renang jarak jauh, dan sebagainya (Sugiyanto dan Sudjarwo. 1991:109110). Dari beberapa faktor penentu prestasi tersebut, faktor fisik merupakan salah satu faktor penting dan mutlak untuk dikembangkan secara optimal pada diri setiap atlet, termasuk atlet tolak peluru. Karena tanpa kondisi fisik yang prima sulit bagi atlet untuk berprestasi secara maksimal. Dalam pengembangan kondisi fisik atlet tolak peluru belum banyak pilihan metode latihan yang digunakan, khususnya dalam pengembangan power yang diperlukan. Pelatih di daerah dalam penyusunan program latihannya pada umumnya masih didasarkan pada pengalaman semata pada saat menjadi atlet, belum sampai pada tahapan mencari tahu informasi apa yang tepat untuk metode latihan yang sesuai dengan kondisi atletnya. Selain itu pembinaan olahraga prestasi di daerah terkesan berjalan sangat lamban bahkan cenderung tak berkembang, karena belum diterapkan pengembangan
6
olahraga melalui pendekatan ilmiah. Hal ini dapat dilihat dari sarana dan prasarana yang ada di Depdiknas daerah, yang pada umumnya masih sangat kurang. Program olahraga ekstrakurikuler di sekolah bagi peserta didik pada umumya belum menunjukkan suatu program yang diatur secara rapi dan terpisah. Penyebabnya mungkin adalah karena kurang didukungnya sarana dan prasarana yang memadai dan waktu pelaksanaan yang terbatas. Selain itu program latihan yang dibuat oleh guru Pendidikan Jasmani belum seluruhnya mengacu pada informasi ilmiah. Dengan melihat kenyataan tersebut, jelas akan terus mengalami kesulitan untuk menghasilkan calon atlet yang potensial bila tidak segera dicarikan jalan keluarnya, terutama yang terkait dengan pembinaan kondisi atlet. Power adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Dalam hal ini dinyatakan bahwa daya otot (power) = kekuatan (force) X kecepatan (velocity). Seperti dalam lompat tinggi, tolak peluru serta gerak lain yang bersifat eksplusif (Sajoto, M. 1995:8-9). Tenaga ledak otot (muscular power) adalah kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik secara eksplosif. Penggunaan tenaga oleh otot atau sekelompok otot secara eksplosif berlangsung dalam kondisi dinamis. Ii terjadi pada melemparkan benda, pemindahan tempat atau sebagian atau seluruh tubuh, dan sebagainya. Intensitas konyraksi otot tergantung kepada pengerahan sebanyak mungkin ”motor unit” serta kepada volume otot.
7
Dengan kata lain: kekuatan yang lebih besar memungkinkan terjadinya kerja lebih banyak dalam setiap satuan waktu. Kecuali itu produksi kerja otot secara eksplosif menambahkan satu unsur baru, yaitu hubungan antara otot dengan sistem saraf, maka penentu-penentu tenaga-ledak otot (muscular power) adalah kekuatan otot dan kecepatan rangsang saraf serta kecepatan kontraksi otot (Bouchard, Claude; Brunelle, Jean dan Godbout, Paul. 1975:34). Dalam kelompok olahraga yang berciri power kita masukkan nomor atau cabang olahraga yang menuntut kemampuan menimbulkan akselerasi besar pada suatu massa, kerapkali melawan gaya tarik bumi (Bouchard, Claude; Brunelle, Jean dan Godbout, Paul. 1975:94). Dalam kelompok olahraga power ini sekali
lagi dinyatakan meliputi nomor atau cabang
olahraga yang memerlukan kapasitas mengakselerasi serta memasukkan kecepatan dalam suatu lintasan yang sepanjang mungkin, kepada berbagai macam benda. Walaupun teknik mengakselerasi benda tersebut berbeda-beda dalam nomor-nomor lempar (terbagi dalam akselerasi linear pada tolak peluru dan lempar lembing, serta akselerasi melingkar atau sentrifugal pada lempar cakram dan lontar martil), harus tetap diingat bahwa semua jenis tersebut menuntut kapasitas meluncurkan benda secepat mungkin ke dalam suatu parabola yang paling menguntungkan. Kegiatan yang memerlukan power juga meliputi nomor dimana massa yang terkena itu adalah badan olahragawan itu sendiri. Maka prestasi yang bagus berkaitan dengan kapasitas untuk meluncurkan badan atlet melalui gerakan-gerakan yang efisien ke dalam jalan (trajectory) yang sebesar
mungkin. Perlu ditekankan bahwa kelompok
8
olahraga yang memerlukan power ini tidak merangsang kapasitas anaerobik (karena tanpa hutang oksigen) atau kapasitas aerobik, karena sistem transportasi baru terpakai dalam mengembalikan hutang pada akhir kegiatan. Sebenarnya ”bahan bakar” yang diperlukan dalam olahraga kelompok ini telah ada di otot sehingga tidak memerlukan pelibatan sistem penyaluran energi lain (Bouchard, Claude; Brunelle, Jean dan Godbout, Paul. 1975:95). Dengan melihat karakter komponen kondisi fisik yang diperlukan seorang petolak peluru adalah power otot tersebut, maka dalam pemilihan metode latihan tentu harus disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu metode latihan yang dapat mengembangkan kekuatan dan kecepatan secara bersamasama. Menurut Sajoto, M (1993:10) dinyatakan bahwa perpaduan atau kombinasi antara kekuatan dan kecepatan yang disebut sebagai power adalah faktor utama dalam pelaksanaan segala macam keterampilan gerak berbagai macam keterampilan olahraga. Walaupun power terdiri dari komponen kekuatan dan kecepatan, pendekatan yang paling baik untuk meningkatkan power tersebut adalah dengan meningkatkan kekuatan otot. Program latihan peningkatan kekuatan otot yang paling efektif adalah program latihan dengan memakai beban atau “Weight Training Program” (Sajoto, M. 1995:30). Program latihan berbeban dalam beberapa hal hendaknya bersifat khusus. Misalnya pengembangan kekuatan adalah khusus bukan hanya bagi kelompok otot tertentu yang dilatih, tetapi juga terhadap pola gerakan yang dihasilkannya. Dengan kata lain latihan berbeban adalah juga latihan
9
keterampilan motorik khusus. Ini berarti bahwa latihan peningkatan kekuatan hendaknya melibatkan gerakan yang langsung menuju nomor-nomor gerakan cabang olahraga yang bersangkutan (Sajoto, M. 1995:32-33). Dari berbagai masalah-masalah yang dihadapi dalam pembinaan prestasi olahraga, yang antara lain adalah masih terbatasnya bentuk-bentuk latihan yang digunakan pelatih, maka tampaknya perlu diupayakan untuk mencari alternatif
bentuk
latihan
yang
lebih
efektif
dan
efisien.
Untuk
mengembangkan power otot lengan bagi seorang atlet tolak peluru dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan menggunakan latihan beban. Dalam hal ini peneliti
tertarik untuk mengadakan
penelitian
tentang: 1) pengaruh latihan beban, ada dua taraf, yaitu latihan beban bench press sudut 45° dan latihan beban bench press sudut 135°, 2) pengaruh berat badan, ada dua taraf, yaitu: berat badan normal kurus dan berat badan normal gemuk, 3) interaksi antara latihan beban bench press dan berat badan terhadap hasil belajar tolak peluru gaya O’Brien.
1.2 Identifikasi Masalah Latar belakang penelitian menunjukkan adanya permasalahan dalam usaha meningkatkan prestasi tolak peluru. Permasalahan yang cukup jelas adalah bahwa untuk meningkatkan prestasi tolak peluru, persiapan kondisi fisik secara umum harus mendapat prioritas utama. Dalam menyusun program latihan peningkatan kondisi fisik, salah satu faktor penting untuk meningkatkan kualitas semua keterampilan gerak adalah power. Untuk
10
meningkatkan power, dalam penelitian ini ada dua program latihan beban yang dipakai, pertama adalah program latihan bench press sudut 45° dan bench press sudut 135°. Kedua program latihan di atas diberikan kepada subyek yang mempunyai berat badan normal kurus dan kepada subyek yang mempunyai berat badan normal gemuk. Dari hal-hal yang telah disebut di atas, timbul pertanyaan-pertanyaan yang merupakan permasalahan dari upaya untuk meningkatkan prestasi tolak peluru, yaitu : a.
Apakah latihan terhadap
untuk
meningkatkan power otot
berpengaruh
prestasi tolak peluru gaya O’Brien
b. Bagaimanakah bentuk latihan yang tepat untuk meningkatkan power otot c. Latihan apakah yang tepat untuk meningkatkan power otot lengan d. Apakah penggunaan latihan yang berbeda menyebabkan perbedaan hasil e. Apakah power lengan dapat mempengaruhi prestasi tolak peluru f. Apakah latihan beban dengan menggunakan badan sendiri sebagai beban dapat meningkatkan power otot lengan g. Apakah latihan beban dengan menggunakan beban dari luar dapat meningkatkan power otot lengan h. Apakah latihan beban bench press sudut 135° dapat meningkatkan power otot lengan i. Apakah latihan beban bench press memberi pengaruh terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien
11
j. Apakah latihan beban bench press sudut 135° memberi pengaruh terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien k. Apakah latihan beban bench press sudut 45° memberi pengaruh yang berbeda terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien l.
Apakah berat badan mempengaruhi hasil tolak peluru
m. Apakah berat badan normal gemuk memberi pengaruh yang berbeda dibanding dengan berat badan normal kurus terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien n.
Apakah terdapat interaksi antara latihan beban dan berat badan terhadap hasil tolak peluru
o. Bagaimanakah cara melatih koordinasi saat melakukan keseluruhan gerakan dalam tolak peluru p. Bagaimanakah cara menjaga keseimbangan badan setelah melakukan gerakan menolakkan peluru . q. Apakah ada perubahan hasil variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat menurut tarafnya terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien.
1.3 Pembatasan Masalah Kegiatan olahraga memiliki cakupan atau ruang lingkup yang luas bidangnya ditinjau dari berbagai faktor yang mendukung serta bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan dalam prosesnya. Penelitian ini mengambil masalah yang berada dalam ruang lingkup olahraga prestasi, yang dapat dilakukan di sekolah-sekolah, di perkumpulan-perkumpulan olahraga atau di pusat-pusat
12
latihan. Dalam penelitian ini, perhatian lebih diarahkan pada masalah pengelolaan proses peningkatan prestasi olahraga, dengan mengambil materi peningkatan
kondisi
fisik.
Khususnya
terhadap
proses
peningkatan
kemampuan power otot bagian atas, yang meliputi otot-otot bahu, lengan, dan dada. Power, sebagaimana telah dikemukakan di depan adalah merupakan bagian penting bagi pelaksanaan segala macam keterampilan gerak berbagai cabang olahraga, lebih-lebih bagi olahraga prestasi, yang antara lain tolak peluru. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dalam penulisan ini, perlu diberi batasan, sehingga ruang lingkup penelitian ini menjadi cukup jelas dan terkontrol. Pembatasan masalah yang dimaksud meliputi: 1.3.1 Metode latihan untuk pengembangan power otot lengan, bahu, dan dada dibatasi pada latihan beban bench press sudut 45° dan latihan beban bench press sudut 135°. 1.3.2 Berat badan, yang terdiri dari berat badan normal kurus dan berat badan normal gemuk, sebagai variabel atribut. 1.3.3 Prestasi tolak peluru sebagai variabel terikat. Berdasarkan pembatasan tersebut di atas, berarti terdapat dua variabel bebas, yaitu latihan power dengan menggunakan latihan beban dan berat badan, serta satu variabel yang lain yaitu variabel terikat, ialah prestasi tolak peluru gaya O’Brien.
13
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah,
identifikasi
masalah
dan
pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka masalah yang akan dicari pemecahannya dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.4.1 Adakah perbedaan pengaruh antara latihan beban bench press sudut 45° dan latihan beban bench press sudut 135° terhadap prestasi tolak peluru gaya O’Brien ? 1.4.2 Adakah perbedaan pengaruh antara berat badan normal kurus dan berat badan normal gemuk terhadap prestasi tolak peluru gaya O’Brien ? 1.4.3 Adakah interaksi antara latihan beban dan berat badan terhadap prestasi tolak peluru gaya O’Brien ?
1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui: 1.5 1 Perbedaan pengaruh latihan beban antara latihan beban bench press sudut 45° dan latihan beban bench press sudut 135° terhadap prestasi tolak peluru gaya O’Brien. 1.5.2 Perbedaan pengaruh antara berat badan normal kurus dan berat badan normal gemuk terhadap prestasi tolak peluru gaya O’Brien. 1.5.3 Interaksi antara latihan beban dan berat badan terhadap prestasi tolak peluru gaya O’Brien.
14
1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berguna bagi para guru Pendidikan Jasmani, pembina dan pelatih atletik khususnya nomor tolak peluru dalam menyusun program
latihan untuk
menyiapkan atletnya menghadapi suatu kompetisi olahraga. Hasil penelitian ini merupakan salah satu dari beberapa komponen kondisi fisik dalam tolak peluru yang perlu dipadukan dengan aspek-aspek lain dalam penyusunan program latihan, yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi tolak peluru secaramaksimal.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Atletik Atletik merupakan cabang olahraga yang terdiri dari empat nomor, yaitu: jalan, lari, lempar, dan lompat. Istilah atletik berasal dari kata dalam bahasa Yunani, yaitu athlon yang berarti berlomba atau bertanding. Kalau kita mengatakan lomba atletik, pengertiannya adalah meliputi perlombaan jalan cepat, lari, lempar, dan lompat yang dalam bahasa Inggris digunakan istilah track and field atau kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah: perlombaan yang dilakukan di atas lintasan (track) dan di lapangan (field) (Syaifuddin, Aip. 1992:2). Atletik adalah induk dari semua olahraga, berisikan latihan fisik yang lengkap menyeluruh dan mampu memberikan kepuasan kepada manusia atas terpenuhinya dorongan nalurinya untuk bergerak, namun tetap mematuhi suatu disiplin dan aturan main. Atletik adalah aktivitas jasmani atau latihan fisik, berisikan gerakgerak alamiah/wajar seperti jalan, lari, lompat, dan lempar. Dengan berbagai cara, atletik telah dilakukan sejak awal sejarah manusia (Ballesteros, J.M. 1979:1). Atletik adalah salah satu cabang olahraga
15
16
yang tertua, yang telah dilakukan oleh manusia sejak zaman purba sampai dewasa ini. Bahkan boleh dikatakan sejak adanya manusia dimuka bumi ini atletik sudah ada, karena gerakan-gerakannya yang terdapat dalam cabang olahraga atletik, seperti berjalan, berlari, melompat, dan melempar adalah gerakan yang dilakukan oleh manusia di dalam kehidupannya sehari-hari (Syaifuddin, Aip.1992:1).
2.1.2 Tolak Peluru Salah satu nomor yang dilombakan dalam nomor lempar adalah tolak peluru. Tolak Peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau mendorong suatu alat yang bundar dengan berat tertentu yang terbuat dari logam (peluru) yang dilakukan dari bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya (Syaifuddin, Aip. 1992:144). Tolak
peluru
adalah
gerakan
menolakkan
peluru
dengan
menggunakan satu lengan, dimana teknik gerakannya terdiri dari lima bagian, yaitu: 1) persiapan awalan, 2) awalan, 3) tolakan, 4) lepasnya peluru, dan 5) gerak lanjutan atau memelihara keseimbangan (Basuki, Sunaryo. 1979:130). Khusus untuk teknik dasar persiapan awalan dan awalan dibedakan dalam dua gaya, yaitu: gaya Ortodoks atau gaya menyamping dan gaya O’Brien atau gaya membelakang (Basuki, Sunaryo. 1979:132).
17
2.1.3 Tolak Peluru Gaya O’Brien Dalam penelitian ini gaya yang digunakan subyek pada saat melakukan tes
kemampuan
tolak
peluru adalah gaya O’Brien.
Thompson, Peter J.L. (1993:33-34) mengatakan ada dua azas praktek/pelaksanaan yang digunakan khusus dalam lari, lompat, dan lempar dimana atlet berkepentingan untuk menciptakan kekuatan optimal dan kecepatan (power): 1) gunakan semua persendian yang dapat digunakan, 2) gunakan setiap sendi secara berurutan. Kekuatan/gaya dari tiap persendian harus dikombinasikan untuk menghasilkan efek/pengaruh yang maksimal. Hal ini yang terbaik dilakukan bila semua sendi yang dapat digunakan, ini akan membantu memperoleh kecepatan tinggi atau percepatan dari suatu gerakan. Pada tolak peluru, lutut, pinggang, bahu, siku, pergelangan tangan, dan sendi jari-jari tangan, semua harus digunakan untuk menggunakan kekuatan paling besar pada peluru. Bila beberapa persendian digunakan dalam melakukan suatu skill, maka urutan penggunaan dan ketepatan waktunya adalah penting. Azas ini menunjukkan pada kita kapan sendi itu digunakan. Gerakan itu dimulai dengan bekerjanya grup-grup otot besar dan terus bergerak secara progresif melalui otototot kecil, jadi dari otot besar menuju otot-otot kecil. Pola gerak ini menghasilkan kekuatan optimal dan gerakan mengalir terus menerus. Gerakan mengalir terus menerus ini menghasilkan suatu pengumpulan
18
kekuatan. Kekuatan ini digerakkan oleh satu bagian badan terbentuk oleh kekuatan dari sendi-sendi berikutnya. Dalam tolak peluru yang tepat, gerakan pinggul dimulai pada saat pelurusan tungkai memperlambatnya. Gerakan bahu dimulai pada saat putaran pinggang memperlambat dan seterusnya. Kecepatan lepasnya alat/peluru tergantung pada kecepatan bagian terakhir badan pada saat lepas. Urutan (gerakan) yang benar dan ketepatan waktu memungkinkan si atlet/pelontar mencapai kecepatan maksimal lepasnya peluru. Secara lebih rinci teknik dasar tolak peluru gaya O’Brien dapat diuraikan sebagai berikut: a. Persiapan Awalan Atlet memasuki lingkaran bagian belakang. Peluru dibawa dengan tangan kiri, tangan kanan masih bebas. 1) Mengatur posisi kaki: kaki kanan ditempatkan di muka batas belakang lingkaran, kaki kiri diletakkan di samping kiri selebar badan segaris dengan arah lemparan. 2) Peluru dipegang dengan tangan kanan dengan pegangan yang serasi. 3) Tangan yang memegang peluru mengatur letak peluru: peluru diletakkan pada batas leher dengan pundak, dibawah telinga; ketiak membuka lengan terentang segaris dengan pundak. 4) Lengan kiri di muka dada sedikit ditekuk.
19
5) Kaki kanan sedikit ditekuk dan berat badan berada pada kaki kanan. 6) Badan membungkuk dan sedikit condong ke depan, pandangan mata ditujukan kira-kira empat meter di depannya. 7) Mengadakan pemusatan pikiran. Jika dirasa bersifat psikologis untuk menenangkan dan merasa apakah kaki kanan telah memperoleh posisi yang kokoh (Basuki, Sunaryo 1979:133). (Lihat gambar 1).
Gambar 1: Sikap Persiapan Awalan dalam Tolak Peluru Gaya O’Brien (Sumber: Dumadi. 1986. Pengaruh Jumlah Latihan, Interval Waktu dan Kemampuan Strength terhadap Hasil Belajar Tolak Peluru Mahasiswa. Disertasi. IKIP Jakarta:286).
b. Awalan 1) Setelah ayunan kaki kiri yang merupakan persiapan awalan dirasa sudah cukup, kaki kanan ditekuk lebih rendah. 2) Kaki kiri dari posisi di belakang sewaktu melakukan ayunan persiapan, diayun ke samping kiri ke arah lemparan dan secepatnya mendarat di belakang balok.
20
3) Bersama dengan ayunan kaki kiri, kaki kanan menolak ke arah lemparan dan mendarat di pertengahan lingkaran. Sewaktu mendarat kaki ditekuk lebih rendah, berat badan seluruhnya berada pada kaki kanan ini. Pemindahan kaki kanan ini dilakukan dengan meluncur (glinding), tidak dengan melompat. Mendaratkan kaki kanan ini segera diikuti dengan mendaratkan kaki kiri yang semula diayun lebih dulu. Diperlukan kecepatan yang tinggi untuk meluncurkan kaki kanan dan mendaratkan kaki kiri agar dapat memberikan daya eksplosif yang tinggi pula. Sewaktu kaki kanan mendarat berat badan dalam keadaan makin condong ke samping kanan. Bahu kanan lebih rendah dari bahu kiri. Lengan kiri masih pada sikap seperti semula. Pegangan peluru jangan sampai bergeser pada waktu melakukan gerakan meluncur ke arah lemparan. Posisi ini adalah posisi siap melakukan tolak peluru (Basuki, Sunaryo. 1979:134). (Lihat gambar 2 halaman 21). Pada fase awalan ini, otot yang berfungsi adalah: 1) quadriceps group, diantaranya adalah rectus femoris, vastus lateralis, vastus medialis, dan vastus intermedius, 2) tibialis posterior,
penomeus
longus,
penomius
brevis,
3)
gastrocnemius, soleus, tibialis anterior. 4). erector spinae (Beachle, Thomas R. 2002:8-9).
21
Gambar 2: Sikap Awalan dalam Tolak Peluru Gaya O’Brien (Sumber: Dumadi. 1986. Pengaruh Jumlah Latihan, Interval Waktu dan Kemampuan Strength terhadap Hasil Belajar Tolak Peluru Mahasiswa. Disertasi. IKIP Jakarta:286).
c. Tolakan pada Peluru Dari sikap menolakkan peluru itu, tanpa saat berhenti harus segera diikuti dengan gerakan menolakkan peluru. 1). Tolakan kaki kanan dimulai, sampai kaki teregang lurus, panggul didorong ke atas depan disertai badan diputar ke kiri, dilanjutkan dengan dorongan atau tolakan pada peluru, mulai dari gerakan bahu dan lengan, dan yang terakhir dorongan jari-jari. Kaki kiri ikut membantu tolakan kaki kanan. 2). Lengan kiri digerakkan untuk membantu memutar badan. 3). Pandangan mata diarahkan pada lemparan. 4). Jalannya dorongan pada peluru harus lurus satu garis. Sudut lemparan kurang lebih 40° peluru (Basuki, Sunaryo. 1979:134). (Lihat gambar 3 halaman 22).
22
Gambar 3: Sikap Badan Menolakkan Peluru dalam Tolak Peluru Gaya O’Brien (Sumber: Dumadi. 1986. Pengaruh Jumlah Latihan, Interval Waktu dan Kemampuan Strength terhadap Hasil Belajar Tolak Peluru Mahasiswa. Disertasi. IKIP Jakarta:286).
Pada fase menolakkan peluru ini, otot yang berfungsi adalah: deltoid, trapezius, latissimus dorsi dan pectoralis. (Beachle, Thomas R. 2002:8-9).
d. Lepasnya Peluru Gerakan tolak peluru telah selesai dilakukan, dengan badan yang condong ke depan, menghabiskan daya dorong dari belakang. Saat terakhir dari lepasnya peluru disertai dengan tolakan jari-jari tangan (Basuki, Sunaryo. 1979:135). (Lihat gambar 4 halaman 23).
23
Gambar 4: Sikap Melepas Peluru dalam Tolak Peluru Gaya O’Brien (Sumber: Dumadi. 1986. Pengaruh Jumlah Latihan, Interval Waktu dan Kemampuan Strength terhadap Hasil Belajar Tolak Peluru Mahasiswa. Disertasi. IKIP Jakarta:286). Pada fase menolakkan peluru ini, otot yang berfungsi adalah: bracioradialis dan flexor of the wrist and fingers (Beachle, Thomas R. 2002:8-9).
e. Gerak Lanjutan atau Memelihara Keseimbangan Pada
saat
lepasnya
peluru, badan
dalam
keadaan
condong kedepan dan berada di luar lingkaran. Agar tidak jatuh keluar lingkaran, maka segera diikuti dengan kaki kanan dilangkahkan ke depan sampai ujung kaki menyentuh balok tolak. Bersamaan dengan mendaratnya kaki kanan, kaki kiri ditarik ke belakang,
demikian
pula
lengan
kiri,
untuk
memelihara
keseimbangan (Basuki, Sunaryo. 1979:136). (Lihat gambar 5 halaman
24).
Pada
fase
gerak
lanjutan
atau
memelihara
keseimbangan ini, otot yang berfungsi adalah: 1) quadriceps group, diantaranya adalah rectus femoris, vastus lateralis, vastus medialis,
24
dan vastus intermedius, 2) tibialis posterior, penomeus longus, penomius brevis, 3) gastrocnemius, soleus, tibialis anterior. 4). erector spinae (Beachle, Thomas R. 2002:8-9).
Gambar 5: Sikap Gerakan Lanjutan atau Memelihara Keseimbangan dalam Tolak Peluru Gaya O’Brien (Sumber: Basuki, Sunaryo. 1979. Atletik I. PT ”PERTJA OFFSET”. Jakarta:132).
Urutan gerak tolak peluru gaya O’Brien seperti terlihat pada gambar 6.
Gambar 6: Rangkaian Gerakan dalam Tolak Peluru Gaya O’Brien (Sumber: Basuki, Sunaryo. 1979. Atletik I. PT ”PERTJA OFFSET”. Jakarta:133).
25
Pada saat jatuh dan yuri memberi tanda bahwa tolakan sah, atlet meninggalkan lingkaran melalui bagian belakang. Jika keluarnya lingkaran dengan melompat sebelum tolakan dinyatakan atau tidak melalui lingkaran bagian belakang, tolakan dinyatakan gagal (Basuki, Sunaryo. 1979:136). Hasil pengukuran yang diperoleh dari tolakan yang dilakukan adalah merupakan prestasi tolak peluru. Pada Peraturan Perlombaan Atletik (PASI. 1992:228229) disebutkan bahwa pengukuran setiap tolakan-peluru harus dilakukan segera, diukur dari bekas jatuhnya peluru terdekat ke sisi dalam garis lingkaran-tolak dengan alat pita (baja/fiber) pengukur yang ditarik dari bekas jatuhnya peluru menuju ke titik pusat lingkaran-tolak. Di sebutkan pula bahwa suatu tolakan peluru yang sah, peluru harus jatuh utuh di dalam sektor tolak peluru. Tolak peluru memerlukan banyak latihan agar dapat mengembangkan gaya teknik yang sesuai. Perbedaan gaya yang ada menimbulkan banyak perdebatan, karena tiap atlet merasa bahwa gaya atau teknik yang digunakannya adalah yang paling baik dan benar memenuhi prinsip-prinsip biomekanis yang diperlukan untuk menghasilkan prestasi maksimum. Power merupakan komponen gerak otot yang sangat penting untuk melakukan satuan aktivitas gerak dalam setiap cabang olahraga berat. Power otot akan menentukan seberapa keras seseorang atlet melakukan pukulan, seberapa jauh mereka melakukan lemparan
26
atau tolakan, seberapa tinggi mereka melompat, seberapa cepat mereka berlari dalam sprint maupun berlari cepat dengan mengubah arah dan lain-lain. Seperti telah dikemukakan pada bab pertama, bahwa rumus yang menyatakan besarnya power, oleh para ahli fisiologi dan ilmu gerak adalah: power = Force (strength) x Velocity (speed), atau power = kekuatan x kecepatan. Power menghasilkan momentum, dan momentum merupakan power apabila kontak terjadi. Jadi power memiliki banyak kegunaan dalam aktivitas gerak berbagai macam cabang olahraga. Dalam melaksanakan aktivitas olahraga, seseorang akan menggerakkan suatu obyek dengan melempar, memukul, menyepak, dan menendang, atau menggerakkan badan sendiri sebagai obyek, seperti dalam berlari, berenang, dan melompat. Gerak suatu obyek ini akan dicapai dengan baik apabila penerapan kekuatan maksimal dilakukan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Karena power terdiri dua komponen yaitu, komponen kekuatan dan kecepatan, maka power otot dapat ditingkatkan dengan pendekatan yang dilaksanakan dengan meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan atau dengan meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan, atau dengan meningkatkan keduanya yaitu baik kekuatan maupun kecepatan. Dikemukakan pula bahwa dalam berbagai kegiatan olahraga berat dibedakan dua
27
macam pelaksanaan power otot, yang keduanya bertumpu atas beberapa besar kemampuan kombinasi komponen kekuatan dan kecepatan kontraksi otot-otot tungkai dan pinggul masing-masing, yaitu power asiklik (acyclic power) seperti dalam melempar, menolak, dan melontar pada nomor-nomor olahraga atletik, elemen-elemen gerak dalam senam, anggar, loncat indah, dan semua cabang olahraga yang memerlukan lompatan-lompatan, yaitu dalam permainan bolavoli, bola basket, bulu tangkis, tenis lapangan, dan lainnya. Kemudian power lain yaitu yang bersifat siklik (cyclic power) ialah power otot yang diperlukan dalam cabang atletik nomor sprint, berenang, dan balap sepeda. Peningkatan power asiklik dan siklik secara benar dan teratur perlu diberikan bagi para peserta didik di sekolah-sekolah dalam proses belajar gerak, terutama berbagai macam gerak olahraga sesuai dengan yang tercantum pada kurikulum. Hal ini perlu dilaksanakan supaya para peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mempelajari dan meningkatkan keterampilan gerakannya. Salah satu cara untuk meningkatkan power otot adalah dengan menggunakan latihan beban atau weight training. Latihan beban
apabila
dilaksanakan
dengan
benar,
akan
dapat
memperkembangkan kecepatan, power, kekuatan, dan daya tahan yang merupakan faktor-faktor penting bagi setiap atlet (Harsono. 1988:186). Latihan power dalam weight training tidak boleh hanya
28
menekankan pada beban, tetapi harus pula pada kecepatan mengangkat, mendorong, atau menarik beban. Akan tetapi juga tidak boleh terlalu ringan, sehingga otot tidak merasakan rangsangan beban. Bebannya juga tidak boleh terlalu berat sehingga transfer optimal dari strength ke power tidak terjadi. Jadi bebannya adalah sedemikian rupa sehingga masih memungkinkan atlet untuk mengangkat beban dengan cepat (Harsono. 1988:200). Latihan beban bench press dibedakan menjadi 3 posisi: 1) bench press sudut 45°, 2) bench press sudut 90°, dan 3) bench press sudut 135° (Baechle, Thomas R. 2003:177). Dalam penelitian ini bentuk latihan yang digunakan adalah bench press, yang terdiri dari dua taraf, yaitu: 1) latihan bench press sudut 45°, dan 2) latihan bench press sudut 135°. Alasan menggunakan latihan bench press sudut 45° dan bench press sudut 135° adalah adanya perbedaan sudut yang hampir berlawanan. Dalam penelitian ini para peserta didik kelas II SMK Negeri 1 Wanareja, Kabupaten Cilacap sebagai sampel diwajibkan untuk mengikuti program latihan bench press dan tes kemampuan tolak peluru setelah program latihan beban selesai. Dengan tujuan agar dapat diketahui pengaruh mana diantara kedua macam program latihan beban, yaitu program latihan bench press sudut 45° atau program latihan bench press sudut 135° yang lebih baik hasilnya, terhadap
29
peningkatan prestasi tolak peluru, setelah menjalankan latihan beban terhadap otot-otot bahu dan lengan.
2.1.4 Pengertian Latihan Bench Press a. Latihan Banyak pengertian arti dari istilah latihan. Para ahli di bidang olahraga yang telah menyampaikan pengertian tentang latihan. Dalam olahraga “latihan” atau “training” dapat di artikan sebagai: “suatu proses penyesuaian tubuh terhadap tuntutan kerja yang lebih berat dalam mempersiapkan diri menghadapi situasi pertandingan dan meningkatkan keterampilan, skill atlet untuk nomor-nomor tertentu atau cabang olahraga tertentu” (Basuki, Sunaryo. 1979:13). Latihan adalah merupakan aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual, yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan (Bompa, Tudor O. 1986:4). Pendapat yang lain menyatakan bahwa latihan adalah proses penyempurnaan fisik dan mental atlet secara sistematis untuk mencapai mutu maksimal dengan diberi beban-beban fisik dan mental secara teratur, terarah, meningkat, dan berulang-ulang waktunya (H.P, Suharno. 1985:7). Seorang pelatih atau atlet dalam mengerjakan latihan harus berpegang teguh kepada prinsip-prinsip
30
latihan. Hal ini sangat penting demi tercapainya tujuan latihan baik bagi pelatih maupun atlet. Selanjutnya dikatakan bahwa latihan adalah suatu proses atau dinyatakan dengan kata lain periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun sampai olahragawan atau olahragawati tersebut mencapai standar penampilan yang tinggi (Nossek, Joseph. 1982:13). Nossek, Joseph (1982:12) yang memodifikasi istilah latihan menyatakan bahwa latihan adalah suatu proses penyempurnaan olahraga yang diatur dengan prinsip-prinsip yang bersifat ilmiah, khususnya prinsip-prinsip yang bersifat paedagogis.
Proses
ini
yang
direncanakan
dan
sistematis,
meningkatkan kesiapan untuk tampil dari seorang olahragawan atau olahragawati. Prestasi olahraga sekarang ini menjadi ciri khusus tujuan utama serta merupakan tolok ukur keberhasilan pembinaan olahraga. Untuk mencapai prestasi olahraga yang baik diperlukan sistem pembinaan olahraga yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dalam pembinaaan prestasi olahraga, latihan yang merupakan proses persiapan bagi para atlet menuju ke arah tingkat keterampilan yang paling tinggi perlu direncanakan secara matang. Agar tugas pokok latihan tersebut mencapai sasaran yang dikehendaki, ada faktor-faktor latihan dasar yang dipadukan dalam suatu program latihan secara keseluruhan. Faktor-faktor latihan tersebut meliputi latihan fisik, teknik, taktik, dan psikis yang
31
dilakukan secara
teoritik maupun praktik. Faktor-faktor latihan
tersebut berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya, dan agar persiapan
menuju prestasi puncak dapat dicapai dengan tepat,
latihan fisik dan teknik yang lebih kompleks perlu mendapat prioritas yang harus didahulukan dibanding faktor-faktor lainnya. Latihan yang modern harus secara hati-hati direncanakan. Sebuah rencana latihan mencakup semua tindakan yang diperlukan untuk mencapai sasaran-sasaran latihan. Ada rencana jenis jangka pendek, jangka menengah, dan rencana jangka panjang. Rencanarencana latihan demikian disusun khusus untuk satu sesi latihan mingguan, bulanan, tahunan, dan jangka waktu yang lebih panjang.
b. Intensitas Latihan Setiap kegiatan fisik yang ditampilkan atlet, akan mengarah kepada suatu perubahan anatomis, fisiologis, biokimia,
dan
kejiwaannya. Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah ulangan atau volume, beban dan kecepatan atau intensitas, serta frekuensi penampilan atau densitas. Bila seorang pelatih merencanakan suatu latihan yang dinamis, dia harus mempertimbangkan semua aspek yang menjadi komponen dan latihan tersebut di atas. Semua komponen itu harus dibuat sedemikian rupa dalam berbagai model yang sesuai dengan ciri-ciri fungsional dan ciri-ciri kejiwaan
32
pertandingannya. Jadi pelatih sepanjang program latihannya harus menentukan tujuan latihan secara pasti. Komponen mana yang menjadi tekanan latihan dalam usaha untuk mencapai tujuan penampilan yang telah direncanakan. Sebagai aturan yang sudah umum, olahraga yang membutuhkan kecepatan dan daya eksplosif, penekannya terletak pada intensitasnya, sedangkan daya tahan terletak pada volumenya. Akhirnya bagi cabang olahraga yang banyak menunjukkan atau menuntut keterampilan yang tinggi, maka kompleksitas latihan merupakan hal yang sangat diutamakan. Intensitas latihan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk dikaitkan dengan komponen kualitas kerja yang dilakukan dalam kurun waktu yang diberikan. Lebih banyak kerja yang dilakukan dalam satuan waktu akan lebih tinggi pada intensitasnya. Intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsang syaraf yang dilakukan dalam latihan. Kuatnya rangsangan tergantung dari beban kecepatan gerakannya, variasi interval atau istirahat di antara ulangannya. Elemen yang tidak kalah pentingnya adalah tekanan kejiwaan sewaktu latihan. Jadi intensitas tidak semata-mata diukur dari usaha yang dilakukan otot saja, tetapi juga pengeluaran tenaga pada syaraf selama melakukan latihan atau pertandingan (Bompa, Tudor O. 1983:79). Sangat penting sekali untuk mengetahui komponen kejiwaan selama latihan. Dengan demikian dapat diterima bahwa cabang olahraga yang hanya menurut tingkat usaha
33
fisik yang rendah (menembak, panahan, catur) juga memiliki komponen intensitas. Tingkat intensitas dapat diukur sesuai dengan jenis latihannya. Untuk latihan yang melibatkan kecepatan, diukur dalam meter perdetik tentang rata-rata gerakan yang dilakukan untuk setiap menitnya. Intensitas kegiatan yang dilakukan untuk melawan tahanan, dapat diukur dalam kg atau kgm (1 kg diangkat setinggi 1 m melawan gaya berat), sedang untuk olahraga beregu, irama permainan dapat membantu mengukur intensitasnya. Intensitas latihan berbeda satu dengan yang lainnya tergantung dari kekhususan cabang olahraga yang bersangkutan. Oleh karena tingkatan
variasi
pertandingan,
intensitas
disarankan
semua untuk
cabang
olahraga
memberlakukan
atau dan
mempergunakan tingkatan intensitas latihan yang berbeda. Ada beberapa cara untuk mengukur besarnya rangsangan terhadap kekuatan dan intensitasnya. Sebagai contoh, latihan melawan tahanan
atau
bentuk
latihan
yang
akan
mengembangkan
kecepatannya, adalah dengan melalui prosentase dari intensitas maksimalnya,
dimana
100%
merupakan
intensitas
tertinggi
(Bompa, Tudor O. 1983:79). Ukuran intensitas dalam latihan olahraga dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
34
1.
Ukuran intensitas untuk latihan power dengan penambahan, menurut (Harre, D. 1982:32). (Lihat tabel 2).
2.
Ukuran intensitas berdasarkan atas sistem energi yang dipakai dalam kegiatan tertentu. Klasifikasi ini (berdasarkan petunjuk dari Farfel, 1960, Astrand dan Saltin, 1961, Margaria dkk, 1963, dan Mathews dan Fox, 1971) seperti yang dikutip Bompa, Tudor O (1983:80) yang lebih tepat untuk cabang olahraga yang siklik seperti pada tabel 3.
Tabel 2. Ukuran Intensitas untuk Latihan Power Nomor Intensitas 1 2 3 4 5 6
Persentasi Penampilan Maksimal 30 – 50 % 50 – 70 % 70 – 80 % 80 – 90 % 90 – 100% 100 – 105 %
Intensitas Rendah Sedang Menengah Sub Maksimal Maksimal Super Maksimal
(Sumber: Bompa, Tudor O. 1983. Theoty and Methodology of Training. Dubuque IOWA: Kendall/Hunt Publishing Company:80). Tabel 3. Ukuran Intensitas Berdasarkan Sistem Energi yang Digunakan dalam Kegiatan Tertentu No. Daerah 1 2 3 4 5
Waktu Kerja 1-15 dt 15-60 dt 1-6 mn 6-30 mn lebih 30 mn
Tingkat Intensitas
Sistem Energi
Ergogenesis %
An Aerobik bts kemamp. ATP-PC 100-95 maksimal ATP-PC&LA 90-80 sub maksimal LA&Aerobik 70-(40-30) menengah Aerobik (40-30)-10 rendah Aerobik 5
Aerobik 0 - 5 10 - 20 30- (60 -70) (60-70) - 90 95
(Sumber: Bompa, Tudor O. 1983. Theoty and Methodology of Training. Dubuque IOWA: Kendall/Hunt Publishing Company:80).
35
3. Ukuran intensitas berdasarkan reaksi denyut jantung terhadap beban latihan (menurut Nikiforov, 1974) yang dikutip Bompa, Tudor O (1983:83) seperti yang ditunjukkan tabel 4. Tabel 4. Ukuran Intensitas Berdasarkan Denyut Jantung terhadap Beban Latihan Daerah 1 2 3 4
Jenis Intensitas Rendah Menengah Tinggi Maksimal
Denyut Jantung/Menit 120 – 150 150 – 170 170 – 185 lebih 185
(Sumber: Bompa, Tudor O. 1983. Theoty and Methodology of Training. Dubuque IOWA: Kendall/Hunt Publishing Company:83). Selama berlatih si atlet dipaksa untuk merasakan berbagai tingkatan intensitas. Organisme menyesuaikan fungsi fisiologinya untuk memenuhi tuntutan latihan. Berdasarkan atas perubahan fisiologis ini khususnya denyut jantung (Heart Rate), pelatih harus mendeteksi serta memantau intensitas program latihannya. Untuk mengembangkan kemampuan biomotorik, intensitas rangsangan harus mencapai atau melebihi ambang rangsang (trheshold) dimana pengaruh latihan secara nyata berada (Bompa, Tudor O. 1983:83). Selanjutnya dikemukakan bahwa intensitas latihan dicirikan dengan kualitas permainan (Nossek, Joseph. 1982:27). Intensitas latihan dapat ditunjukkan dengan 1) angka persen dari prestasi terbaik (%), 2) berat yang diangkat dalam satu usaha (Kp), 3) meter
36
per detik (m/dt), 4) langkah dari latihan (pelan-pelan, cepat, eksplosif, optimal). Sedangkan tingkat intensitas latihan adalah seperti yang ditunjukkan pada tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Tingkat Intensitas Latihan Angka % Prestasi terbaik 30 – 50 % 50 – 60 % 60 – 75 % 75 – 85 % 85 – 100 %
Kualitas Intensitas Rendah Mudah Sedang Sub Maksimal Maksimal
Denyut Nadi Per Menit 130 – 140 140 – 150 150 – 165 165 – 180 180 ke atas
(Sumber: Nossek, Joseph. 1982. General Theory of Training. Lagos. Pan African Ltd:27) Dijelaskan bahwa seseorang boleh saja meningkatkan intensitas latihan dengan cara: 1) meningkatkan kecepatan dalam jarak tertentu atau meningkatkan berat beban matinya, 2) meningkatkan rasio antara intensitas mutlak dan intensitas nisbi, sehingga intensitas absolutnya dapat dipakai, 3) mempersingkat istirahat interval di antara masing-masing pengulangan atau set, 4) menigkatkan densitas latihan, dan 5) meningkatkan jumlah pertandingan (Bompa, Tudor O. 1983:85). Dalam penelitian ini intensitas latihan yang digunakan adalah intensitas maksimal mengacu pembagian tingkat intensitas oleh Harre, D (1982:32).
37
c. Penambahan Beban Latihan Program latihan peningkatan kekuatan otot yang paling efektif adalah progra latihan memakai beban. Beban yang digunakan dapat berupa berat badan sendiri, latihan bersama teman, bola karet, tali elastis, dumbel, barbel, latihan menahan/menentang alat tertentu, dan menentang alat permanen seperti dalam latihan isometrik (Bompa, Tudor O. 1983:275). Ahli fisiologi olahraga yang lain menyatakan bahwa peningkatan kekuatan terbukti positif sangat menguntungkan bagi penampilan bermain berbagai cabang olahraga, serta latihan berbeban adalah latihan metode yang paling tepat guna meningkatkan kekuatan otot (O’Shea, P.J. 1976:1). Para pelatih olahraga prestasi dari semua cabang olahraga yang mengutamakan keterampilan gerak sebagai sasaran mencapai prestasi tinggi, hendaknya bukan hanya melaksanakan program latihan yang sudah ada, tetapi harus mengembangkan dan mencari metode-metode baru yang lebih efisien dan efektif dalam meningkatkan power otot para atletnya, dalam mempersiapkan kondisi fisik umum maupun kondisi fisik khusus masing-masing cabang olahraga yang bersangkutan. Agar program latihan beban dapat dicapai dengan benar dan teratur secara ilmiah, maka ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dan dipenuhi dalam pelaksanaannya. Dapat dikemukakan bahwa latihan berbeban mempunyai dua dasar fisiologis yang dapat meningkatkan kekuatan
38
secara maksimum. Pertama, bahwa semua program latihan harus berdasarkan SAID, yaitu: Spesific Adaptation Impose Demands. Prinsip tersebut menyatakan bahwa latihan bersifat khusus sesuai dengan sasaran yang akan dicapai. Maksudnya adalah apabila akan meningkatkan power, maka program latihan harus memenuhi syaratsyarat sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang memenuhi syarat sesuai untuk meningkatkan power (O’Shea, P.J. 1976:1-2). Dengan berprinsip pada SAID tersebut diharapkan agar pengaruh latihan dapat dirasakan hasilnya secara maksimum. Oleh karena itu maka besar beban latihan yang diberikan harus dapat diberikan oleh tubuh. Kedua, bahwa latihan haruslah diberikan dengan prinsip beban berlebih (overload). Prinsip ini akan menjamin agar sistem dalam tubuh mendapat beban yang besarnya makin ditingkatkan, serta diberikan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Apabila tidak diberikan secara bertahap, maka komponen kekuatan tidak akan dapat mencapai tahap potensi sesuai fungsi kekuatan secara maksimal. Dikemukakan secara lebih rinci oleh Harsono (1988:187-195) bahwa prinsip-prinsip latihan beban yang harus dipenuhi, agar program latihan menjamin tambahnya power tahap demi tahap, serta mengurangi resiko cedera pada serabut otot. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1. Latihan beban harus didahului dengan pemanasan secara menyuluruh. Bentuk-bentuk latihan pemanasan adalah lari di
39
2. 3.
4. 5.
6.
7.
8.
9.
tempat atau lari keliling, loncat-loncat, squat thrust, push ups, pull ups, bungkuk dan tegakkan badan, putar-putar tubuh dan sebagainya. Prinsip overload harus diterapkan, oleh karena perkembangan otot hanyalah mungkin apabila otot tersebut dibebani dengan tahanan yang kian bertambah berat. Sebagai patokan dianjurkan untuk melakukan tidak lebih dari 12 dan tidak kurang dari 8 RM (Repetisi Maksimal) unuk setiap bentuk latihan (exercise). Artinya, pada permulaan latihan tentukanlah suatu beban yang cukup berat sehingga 8 repetisi merupakan jumlah yang maksimal dapat kita lakukan untuk mengangkat beban tersebut. Perlu diperhatikan bahwa kedelapan ulangan angkatan tersebut haruslah dilakukan tanpa ketegangan yang berarti. Agar hasil perkembangan otot efektif, setiap bentuk latihan dilakukan dalam 3 set, dengan istirahat diantara setiap set sekitar 3-5 menit. Setiap mengangkat, mendorong atau menarik beban haruslah dilaksanakan dengan teknik yang benar. Bila dengan suatu bentuk latihan kita bermaksud untuk melatih suatu gumpalan otot tertentu, maka latihannya juga harus ditekankan dan dikonsentrasikan pada otot-otot tersebut, dan keterlibatan otototot lain sejauh mungkin dihindari, sehingga otot-otot tersebut benar-benar mengeluarkan usaha maksimalnya. Repetisi sedikit dengan beban berat akan menghasilkan adaptasi terhadap strenght, artinya akan membentuk kekuatan, sedang repetisi banyak dengan beban ringan akan menghasilkan perkembangan dalam kecepatan dan daya tahan. Setiap bentuk latihan haruslah dilakukan dalam ruang gerak (range of motion) yang seluas-lasnya, yatu dari ekstensi sampai kontraksi penuh. Kalau ruang geraknya tidak maksimal, maka otot tidak akan terlatih secara maksimal. Pada waktu melakukan ekstensi (gerak eksentrik), lakukan sampai batas atau sedikit melebihi batas gerak sendi, sehingga otot-otot agak tertarik sedikit. Dengan demikian fleksibilitas juga akan terlatih. Kebiasaan berlatih dengan melakukan gerakan-gerakan dalam ruang gerak yang sempit dan terbatas akan menghasilkan pemendekan otot yang permanen. Agar perkembangan otot tidak berat sebelah, latihlah agonis dan antagonisnya. Misal, pada umumnya atlet tidak seimbang kekuatan otot lengannya. Umumnya otot bisep lebih berkembang daripada antagonisnya, yaitu otot tricepnya. Selama latihan pengaturan pernapasan haruslah diperhatikan, Pengaturan napas sebaiknya adalah ekshalasi (keluarkan napas) pada waktu melakukan bagian yang terberat dari latihan tersebut, dan inhalasi (tarik napas) pada waktu melakukan bagian yang
40
teringan (relaksasi) dari latihan. Pada waktu melakukan press misalnya, keluarkan napas pada waktu mengangkat beban ke atas kepala, dan tarik napas pada waktu menurunkan kembali. 10. Setelah melakukan suatu bentuk latihan, atlet harus berada dalam keadaan lelah otot lokal yang berlangsung hanya sementara saja. Sedang pada waktu menyelesaikan keseluruhan latihan isotonik (suatu rangkaian bentuk-bentuk latihan), dia harus merasa agak lelah dalam otot keseluruhan (general muskular fatique). Lelah lokal harus sudah hilang dalam waktu satu atau dua jam. Kalau ternyata lelah ini masih terasa setelah jangka waktu cukup lama, maka hal ini menandakan bahwa latihan mungkin terlalu berat dan melelahkan. 11. Latihan beban sebaiknya dilakukan tiga kali seminggu, misalnya hari Senin, Rabu, dan Jumat dan diselingi dengan waktu istirahat satu hari di antara setiap hari latihan untuk memberikan kesempatan bagi otot untuk berkembang dan mengadaptasi diri pada waktu hari istirahat tersebut. 12. Latihan beban harus diawasi oleh seorang pelatih yang mengerti betul masalah latihan beban. Hal ini penting agar petunjukpetunjuk dan pengawasan dapat diberikan dengan teliti. Selain itu pengawasan yang teliti akan menghindarkan dari kemungkinan-kemungkinan sedera. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip latihan beban tersebut kemudian perlu disusun suatu program latihan yang sistematis, agar latihan dapat meningkatkan kekuatan secara efektif. Permasalahan yang menjadi dasar latihan beban yang sistematis antara lain adalah jumlah berat beban, jumlah ulangan (repetisi) dan jumlah rangkaian dari suatu masa latihan per hari, serta beberapa kali setiap minggu latihan dilakukan. Para ahli dalam mengembangkan dan mencari program latihan yang efektif biasanya melakukan berbagai manipulasi terhadap keempat masalah pokok tersebut, ditambah dengan waktu pemulihan atau waktu istirahat antara satu angkaian berikutnya.
41
Dikemukakan bahwa jumlah beban awal, jumlah ulangan, jumlah rangkaian, dan jumlah latihan setiap minggu terutama untuk menentukan beban awal tidak ada rumus yang pasti (O’Shea, P.J. 1976:36). Cara yang paling baik untuk menetapka berat beban adalah dengan berdasarkan kemampuan masing-masing. Untuk menentukan jumlah ulangan dalam setiap rangkaian dan berapa rangkaian latihan dilakukan, dikemukakan bahwa dengan beban yang relatif ringan maka dapat dilakukan antara 6-12 ulangan, tetapi apabila memakai beban 90% dari beban maksimum, maka ulangan cukup 1-3, sedang untuk beban medium yang kira-kira 70-80 persen beban maksimum, maka dapat dilakukan ulangan 5-6 kali. Sedang jumlah rangkaian yang disarankan antara 2-6 rangkaian untuk latihan tiap jenis otot yang terlatih. Selanjutnya dijelaskan bahwa untuk menetapkan berat beban latihan, tergantung cabang olahraga dan kebutuhan komponen apa yang ditingkatkan. Untuk itu berat beban latihan dibagi dalam beberapa kategori terdiri dari: 1) super maksimal, yaitu beban yang beratnya antara 100 sampai dengan 175 persen dari maksimum, 2) maksimal, yaitu beban yang beratnya antara 90 sampai dengan 100 persen dari maksimum, 3) besar, yaitu beban yang beratnya antara 60 sampai dengan 90 persen dari maksimum, 4) medium, yaitu beban yang beratnya antara 30 sampai dengan 60 persen dari maksimum, 5) rendah, yaitu beban yang beratnya di bawah 30
42
persen dari maksimum. Membahas tentang jumlah ulangan, terdapat kaitan dengan masalah irama atau kecepatan melakukan angkatan waktu latihan (Bompa, Tudor O. 1983:278-279). Dikemukakan bahwa makin berat beban, makin sedikit jumlah ulangan dan makin pelan pelaksanaan angkatanya. Gambar 7 menunjukkan persentase pembebanan latihan.
Gambar 7. Persentase Pembebanan Latihan Sesuai Kebutuhan (Sumber: Bompa, Tudor O. 1983. Theoty and Methodology of Training. Dubuque IOWA: Kendall/Hunt Publishing Company:277). Jadi apabila latihan ditujukan untuk meningkatkan kekuatan maksimum (90-100 persen), maka jumlah ulangan antara 1-3 kali dan dilaksanakan secara
perlahan-lahan. Untuk latihan dengan
tujuan meningkatkan power (30-80 persen) dari beban maksimum, jumlah ulangan 5-10 kali dan dilaksanakan secara dinamik. Apabila
43
akan meningkatkan daya tahan otot, seseorang dapat melakukan sejumlah ulangan sampai kelelahan sangat terasa (kira-kira sampai 250 kali atau lebih) dan dilakukan dengan irama pelan atau sedang. Apabila untuk tujuan daya tahan dalam gerak berulang dalam waktu tertentu atau cyclic (seperti dalam sprint, berenang dan bersepeda), maka jumlah ulangan mendekati batas kelelahan yang cukup terasa. Tentang banyaknya rangkaian setiap latihan, tergantung pada faktor intensitas dan potensi kemampuan latihan. Disarankan agar jumlah rangkaian berkisar antara 3-0 set dalam satu latihan (Bompa, Tudor O. 1983:279). (Lihat gambar 8 halaman 44). Ahli lain berpendapat bahwa untuk menetapkan beban berat awal dalam memulai suatu latihan adalah sesuai dengan kemampuan masing-masing (Fox, E. L. 1988:155). Namun kenyataannya di lapangan cara ini ternyata banyak memakan waktu. Maka ia mengemukakan dua cara yang cukup praktis dalam menentukan beban awal dimulainya suatu program latihan beban, terutama bagi mereka yang belum pernah menjalani program latihan beban. Cara pertama adalah apabila seseorang telah diketahui berat badannya, maka untuk latihan clean dan press serta arm curls berat beban awal yang setaraf dengan 10 Repetition Maximum (10-RM), sebesar 1/3 berat badan ditambah 10 Lb (4540 g).
44
Gambar 8. Jumlah Ulangan Latihan Beban Sesuai Kebutuhan (Sumber: Bompa, Tudor O. 1983. Theoty and Methodology of Training. Dubuque IOWA: Kendall/Hunt Publishing Company:278). Untuk latihan-latihan bench press, squat dan leg press, berat beban awal yang setaraf dengan 10-RM, diperkirakan ½ berat badan ditambah 10 Lb (4540 g). Cara kedua adalah, apabila berat maksimal yang dapat diangkat seseorang tersebut sebanyak satu kali telah diketahui, maka berat beban dalam latihan-latihan standing press, arm curls, dan squat kira-kira sekitar 40% berat maksimal. Dalam menentukan berat beban awal, dapat juga dengan berdasarkan persentase berat badan dan menyesuaikan bagian otot mana yang akan dilatih, yaitu: 1) untuk latihan kekuatan otot betis, beban awal yang diberikan: 50-100% berat badan, 2) untuk latihan kekuatan otot punggung, beban awal yang diberikan: 40-60% berat badan, 3) untuk latihan kekuatan otot perut, beban awal yang
45
diberikan: 0-20% berat badan, 4) untuk latihan kekuatan otot bahu, lengan, dan dada beban awal yang diberikan: 50-100% berat badan (Sajoto, M. 1995:34). Tentang jumlah ulangan dan rangkaian, berikutnya dijelaskan bahwa dalam tingkat awal suatu latihan hendaknya diberikan dengan jumlah ulangan banyak, beban ringan. Misalnya dengan ulangan 10 kali dalam satu rangkaian, yang kemudian berat beban bertambah, jumlah ulangan menjadi enam kali dan banyaknya rangkaian menjadi tiga rangkaian (Fox, E. L. 1988:154). Terhadap masalah jumlah berat beban awal, ulangan dan rangkaian tersebut, para ahli kesehatan olahraga mengemukakan pendapatnya antara lain, bahwa para pemula pada latihan minggu pertama sebaiknya berat beban cukup ringan dengan dengan jumlah ulangan 8-12 kali, dan jumlah rangkaian sebanyak tiga (Jackson, S.A dan Ross, M.R. 1986:74). Apabila secara teknis melakukannya sudah benar, maka program berikutnya dapat dilaksanakan sebagai berikut, misal kalau jumlah berat beban 65-75%, dari 1-RM, jumlah ulangan dilakukan sebanyak tiga rangkaian. Mengenai masalah adanya variasi jumlah ulangan, terjadi pula dalam menentukan masa istirahat antara satu rangkaian ke rangkaian berikutnya. Antara lain dikemukakan bila latihan lebih dari satu rangkaian, maka masa istrirahat antar rangkaian adalah 1-2 menit (O’Shea, P.J. 1976:35). Pendapat lain menyatakan bahwa interval
46
waktu istirahat antar rangkaian tergantung tipe latihan kekuatan, irama, dan lama pelaksanaan serta jenis otot yang terlibat (Bompa, Tudor O. 1983:279). Ozolin seperti yang dikutip Bompa, Tudor O (1983:29) menyatakan agar dalam latihan untuk meningkatkan kekuatan maksimum, maka interval waktu antar rangkaian adalah 2-5 menit. Dan apabila latihan dilakukan secara habis-habisan (all out), maka disarankan agar waktu interval adalah 5-10 menit. Berikutnya walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit berapa lama waktu istirahat waktu antar rangkaian, namun secara implisit dalam
menyampaikan
contoh
program
latihan
isotonik,
menyebutkan bahwa interval waktu istirahat antar rangkaian adalah 5-10 menit (Fox, E. L. 1988:155). Hal ini dimungkinkan karena kelompok otot yang dilatih cukup banyak sehingga otot-otot yang berperan sebagai agonis maupun antagonis serta stabilisator akan saling bekerja secara serentak, yang akan menimbulkan kelelahan yang cukup berat apabila waktu istirahat antar rangkaian lebih singkat. Selanjutnya tentang beberapa rangkaian dalam suatu latihan yang menyebabkan hasilnya cukup efektif, ternyata hampir tidak ada perbedaan pendapat yang berarti dan pada umumnya disepakati bahwa latihan dengan tiga rangkaian akan menghasilkan kenaikan kekuatan secara efektif. Demikian pula terhadap masalah banyaknya latihan setiap minggu, para ahli sepakat bahwa latihan tiga kali seminggu dengan selang waktu satu hari misalnya Senin, Rabu,
47
Jumat, dan seterusnya, akan mengakibatkan jaringan-jaringan otot telah pulih kembali (recovery) dari rasa lelah serta bertambah kuat karena secara fisiologis otot-otot telah beradaptasi terhadap beban latihan yang dilakukannya, dibanding dengan latihan yang lebih banyak dari itu. Pada suatu saat pada keadaan tertentu, otot tidak lagi bertambah kekuatannya, apabila kepadanya diberikan tekanan yang tidak menyebabkan rangsang yang cukup beratnya, yaitu beban yang lebih berat lagi. Dalam kondisi seperti ini, sesuai dengan prinsip overload, otot perlu memperoleh beban baru yang lebih berat sebagai rangsangan yang cukup mampu memberi tekanan kontraksi lebih kuat. Karena secara fisiologis beban yang ringan tidak lagi dapat memberikan rangsang terhadap enzim otot untuk berkontraksi maksimal yang ditimbulkan adanya rangsang dari beban lebih besar daripada normal. Untuk menentukan kapan tambahan berat beban latihan diberikan, tidak terdapat rumus secara pasti yang merupakan suatu standar. Menurut Sajoto, M. (1995:71) menyebutkan bahwa dalam menyusun program latihan beban hendaknya pemberian tambahan beban dilakukan setiap minggu. Tentang berapa jumlah beban yang harus ditambahkan setiap minggu, pada waktu mulai suatu latihan baru, dikemukakan bahwa jumlah tambahan berat beban maksimum untuk bench press dan power clean adalah lima pon, sedang untuk
48
squat adalah sepuluh pon (O’Shea, P.J. 1976:36). Dengan alasan untuk mencegah terjadinya cedera dan timbulnya rasa frustasi serta untuk menjamin kenaikan beban yang cukup sensitif secara progresif, dikemukakan bahwa tambahan beban baru hendaknya tidak lebih dari lima persen dari berat beban sebelumnya (Sajoto, M. 1995:71). Suatu program latihan perlu dievaluasi dan untuk dapat memberikan evaluasi yang diharapkan bisa menunjukkan
hasil
kemajuan yang berarti dari suatu program latihan yang telah dilaksanakan, diperlukan batas waktu. Dalam hal ini, dengan nmengemukakan
kecepatan
tambahnya
kenaikan
kekuatan,
menyatakan bahwa waktu lima minggu latihan merupakan batas waktu minimal yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk melakukan evaluasi suatu program latihan (O’Shea, P.J. 1976:74). Selanjutnya, ahli lain yang membicarakan masalah frekuensi dan lama latihan beban, mengemukakan bahwa hasil latihan kekuatan yang dicapai secara signifikan oleh seseorang, yaitu apabila dia telah menjalani program latihan selama enam minggu atau lebih (Fox, E. L. 1988:152). Sedang pendapat lain menyatakan bahwa tes untuk mengevaluasi hasil latihan kekuatan dapat dilaksanakan setelah antara 4-6 minggu dari suatu masa latihan mikro (Bompa, Tudor O. 1983:52).
49
Dengan memperhatikan berbagai teori yang dikemukakan oleh para ahli, tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan program latihan beban seperti yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya penambahan beban suatu program latihan kekuatan, adalah usaha meningkatkan intesitas latihan dengan melakukan manipulasi salah satu atau lebih dari faktor-faktor permasalahan, yaitu misal berat beban, frekuensi rangkaian dan faktor lainnya yang terkait. Sebagai contoh seorang pelatih boleh saja dalam menyusun program latihan beban bagi para atletnya tetap berpegang pada prinsip latihan secara overload dan progresif. Mereka meningkatkan intensitas latihan setiap minggunya hanya dengan menambah berat beban saja, sedang faktor-faktor lainnya seperti jumlah ulangan, jumlah rangkaian dan lainya tetap seperti semula. Prinsip-prinsip yang perlu ditaati dalam latihan meningkatkan power otot: 1) power otot dikembangkan melalui pembebanan-lebih otot secara eksplosif, 2) intensitas latihan; sebanding dengan tujuan yang
ingin dicapai yaitu 1/5 – 4/5
kekuatan maksimal, dan 3) lamanya latihan; kontraksi berlangsung dalam waktu yang sesingkat mungkin (Bouchard, Claude; Brunelle, Jean dan Godbout, Paul. 1975:34-35).
50
d. Latihan Bench Press Latihan bench press adalah merupakan salah satu bentuk latihan dengan menggunakan beban. Latihan ini berfungsi untuk mengembangkan power otot-otot tubuh bagian atas, yaitu otot bahu, lengan, dan dada dengan menggunakan beban eksternal ialah barbel. Latihan bench press dilakukan dengan cara memberikan beban pada tubuh berupa barbel, untuk peningkatan kekuatan, power, dan daya tahan otot. Hasil yang diperoleh dari latihan dengan menggunakan beban adalah kemampuan otot menjadi lebih baik daripada sebelum latihan dilakukan. Tujuan latihan bench press dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan power otot-otot tubuh bagian atas, yaitu: deltoid, upper pectoralis mayor, trapezius, latissimus dorsi, dan triceps, yang semuanya berfungsi untuk menggerakkan lengan dalam menolakkan peluru (lihat gambar 12 dan 13 halaman 54 dan 55). Cara melakukan latihan bench press adalah sebagai berikut: 1) Beban di dada dengan kedua tangan memegang tangkai (bar) barbel selebar bahu, 2) Sikap kedua kaki segaris dan terbuka kira-kira selebar bahu, 3) Mendorong barbel ke atas sampai lengan lurus, kemudian menurunkan kembali barbel di dada. (Lihat gambar 9 halaman 51).
51
e. Latihan Bench Press Sudut 45° Latihan ini dilakukan dengan sudut 45° pada sebuah bangku yang miring ke arah atas (kepala posisi miring ke arah atas). Penentuan sudut 135° diambil dari posisi bangku. Barbel diletakkan di atas dada dengan kedua tangan memegang tangkai (bar) barbel selebar bahu, sikap kedua kaki segaris dan terbuka kira-kira selebar bahu, kemudian kedua tangan mendorong barbel ke atas sampai tangan lurus, dan terakhir adalah menurunkan kembali barbel di dada. (lihat gambar 10 halaman 52).
Gambar 9: Latihan Bench Press (Sumber: Baechle, Thomas R. 2003. Latihan Beban. Terjemahan Razi Siregar. Jakarta. PT Raja Grafindo:177)
52
Gambar 10. Latihan Bench Press Sudut 45° (Sumber: Baechle, Thomas R. 2003. Latihan Beban. Terjemahan Razi Siregar. Jakarta. PT Raja Grafindo:177)
f. Latihan Bench Press Sudut 135° Latihan ini dilakukan dengan sudut 135° pada sebuah bangku yang miring ke arah bawah (kepala posisi miring ke arah bawah). Penentuan sudut 135° diambil dari posisi bangku. Barbel diletakkan di atas dada dengan kedua tangan memegang tangkai (bar) barbel selebar bahu, sikap kedua kaki segaris dan terbuka kira-kira selebar bahu, kemudian kedua tangan mendorong barbel ke atas sampai tangan lurus, dan terakhir adalah menurunkan kembali barbel di dada (lihat gambar 11 halaman 53) .
53
Gambar 11. Latihan Bench Press Sudut 135° (Sumber: Baechle, Thomas R.2003.Latihan beban.Terjemahan Razi Siregar.Jakarta. PT Raja Grafindo:177) 2.1.5 Pengertian Berat Badan Untuk mencapai prestasi dalam olahraga, diperlukan usaha upaya yang harus diperhitungkan dengan suatu pembinaan melalui suatu pembibitan yang dilakukan dengan baik. Sajoto, M (1995:2-3) menyatakan bahwa struktur dan postur tubuh, termasuk ukuran tinggi dan panjang tubuh, ukuran besar, lebar, dan berat badan serta bentuk tubuh merupakan salah satu faktor penentu pencapaian prestasi dalam olahraga. Berat badan adalah konsep yang diberikan pada ukuran dari jumlah massa tubuh (misalnya, tulang, otot, lemak, jaringan, dll.) yang dibawa oleh kita kemanapun. Semakin banyak jumlah massa dalam tubuh akan semakin berat (Mahendra, Agus. 2003:2).
54
Gambar 12.
Otot-otot Pectoralis (Beachle, Thomas R. 2002. Bugar dengan Latihan Beban. Terjemahan Razi Siregar. Jakarta. PT Raja Grafindo:8)
55
Gambar 13.
Otot-otot Deltoid, Trapezius, Latissimus Dorsi, dan Tricep. (Beachle, Thomas R. 2002. Bugar dengan Latihan Beban. Terjemahan Razi Siregar.Jakarta. PT Raja Grafindo:9)
56
Seseorang dikatakan mempunyai ukuran ideal apabila bentuk tubuhnya tidak terlalu kurus maupun terlalu gemuk dan terlihat serasi antara berat
dan tinggi badan (Wirakusumah, Emma S. 2001:3).
Banyak definisi untuk menyatakan berat badan ideal, kelebihan berat badan, dan kegemukan. Standar atau baku untuk menentukannya ternyata banyak ragamnya. Beberapa cara yang dapat dipakai antara lain: 1) Standar Brocca, 2) Harvard, 3) Metropolitan Life Insurance Company 4) Indeks Massa Tubuh (IMT) (Wirakusumah, Emma S. 2001:4-12). Kategori berat badan dihitung dari baku Harvard : gemuk 100%, ideal 90%, dan kurus 80%. Berdasarkan teori tersebut dapat kita simpulkan bahwa rentang untuk katagori berat badan adalah 10 % dari tinggi badan (cm) – 100 (Wirakusumah, Emma S. 2001:8). Berdasarkan sejumlah landasan teori tersebut dapat kita ambil kesimpulan untuk menentukan kategori berat badan dengan menggunakan Kurva Normal Standar dari Sudjana (Sudjana. 2002:139). (Lihat gambar 14 ).
Gambar 14. Kurva Normal Stardar (Sumber: Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung. Tarsito:139).
57
Mengacu pada Kurva Normal Stardar tersebut, Peserta didik dikatakan mempunyai berat badan ideal apabila berat badan ada pada titik 0. Kemudian peserta didik yang mempunyai berat badan lebih dan kurang dari berat badan ideal sampai dengan 10% dikategorikan normal. Peserta didik yang mempunyai berat badan melebihi dari berat badan ideal sampai dengan 10% dikategorikan normal dengan sebutan berat badan normal gemuk, dan peserta didik yang mempunyai berat badan kurang dari berat badan ideal sampai dengan 10 % dikategorikan normal dengan
sebutan berat badan normal kurus. Peserta didik yang
mempunyai berat badan melebihi berat badan ideal sampai dengan 20% dikategorikan gemuk, dan peserta didik yang mempunyai berat badan kurang dari berat badan ideal sampai dengan 20 % dikategorikan kurus. Peserta didik yang mempunyai berat badan melebihi berat badan ideal sampai dengan 30% dikategorikan gemuk sekali, dan peserta didik yang mempunyai berat badan kurang dari berat badan ideal sampai dengan 30 % dikategorikan kurus sekali.
2.1.6 Pertumbuhan Fisik Adolesensi Adolesensi atau masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa adolesensi terdiri dari serangkaian kejadian-kejadian secara biologi yang kompleks, meliputi berbagai perubahan ukuran, seperti percepatan pertumbuhan, perubahan proporsi bentuk tubuh, perubahan dalam komposisi tubuh, kematangan
58
ciri-ciri seks primer dan sekunder, perubahan pada sistem pernapasan dan kerja jantung, dan perubahan sistem syaraf dan endokrin yang memprakarsai dan mengkoordinasikan perubahan-perubahan tubuh, seksual dan fisiologis. Secara biologis dalam masa adolesensi ini adalah perkembangan sistem reproduksi mencapai taraf kematangan. Masa ini berlangsung antara umur 12 sampai 18 tahun. Anak laki-laki mengejar dan mengungguli tinggi dan berat badan anak perempuan, demikian pula ukuran-ukuran yang lain, seperti tinggi togok, panjang tungkai, lebar pundak, lebar pinggul, ukuran lengan dan sebagaiya mengikuti pertumbuhan tinggi dan berat badan yang berlangsung dengan cepat (Sugiyanto dan Sudjarwo. 1993:137). Perubahan secara proporsional terjadi pada tulang otot dan jaringan lemak pada masa adolesensi. Pertumbuhan tulang dan otot sejalan dengan peningkatan tinggi dan berat badan. Adolesensi ditandai oleh berbagai
macam perubahan-
perubahan fisiologis yang berhubungan dengan masa pubertas dan berpengaruh terhadap penampilan fisik
(Sugiyanto dan Sudjarwo.
1993:139). Perubahan-perubahan fisiologis dan struktur pada pertumbuhan yang cepat di masa adolesensi ditunjukkan dengan perbedaan peningkatan
yang
lebih
besar
dalam pengembangan
kekuatan
(Sugiyanto dan Sudjarwo. 1993:141). Hubungan yang erat dapat terjadi antara kekuatan dengan keluarnya hormon pada anak laki-laki.
59
Umumnya terjadi kira-kira satu tahun antara pencapaian ukuran berat badan secara penuh dengan pengembangan power otot secara penuh untuk anak laki-laki. Hal tersebut berpengaruh terhadap timbulnya hormon, protein dan enzym pada elastisitas otot. Dalam hal perkembangan power otot yang berhubungan dengan pertumbuhan tubuh dapat dinyatakan bahwa power otot dicapai secara penuh kirakira satu tahun sesudah pencapaian pertumbuhan tubuh sepenuhnya (Sugiyanto dan Sudjarwo. 1993:142). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan kelas 2 dan berumur antara 16 – 17 tahun. Jadi secara fisiologis dan psikis sampel dalam penelitian ini tidak ada masalah bahkan tepat sekali, karena menurut Thompson, Peter J.L (1993:78) bahwa pengembangan latihan umum khusus untuk even atau grup dan latihan beban dapat dimulai.
2.2 Kerangka Teori Atas dasar sejumlah teori yang telah di kaji pada awal bab ini, maka dapat disusun kerangka teori sebagai berikut: 2.2.1 Kerangka Teori Relasi Latihan Bench Press dengan Tolak Peluru Latihan fisik merupakan latihan yang sangat penting dan perlu mendapatkan prioritas utama di banding persiapan lainnya (Bompa, Tudor O. 1986:35). Latihan bench press yang terdiri dari latihan bench press sudut 45° dan bench press 135° adalah suatu bentuk latihan beban
60
untuk meningkatkan power otot bahu, lengan, dan dada yang sangat berpengaruh terhadap hasil tolak peluru. Tujuan utama latihan bench press adalah untuk meningkatkan power otot-otot bahu, lengan, dan dada. Hal ini sesuai dengan pendapat Ballesteros, J.M (1979:68) yang menyatakan bahwa latihan bench press merupakan salah satu bentuk latihan dari beberapa bentuk latihan beban yang sangat penting untuk power otot bahu, lengan, dan dada dalam menolak dalam nomor tolak peluru. (Lihat gambar 15). Masih sama dengan pendapat Ballesteros, J.M adalah Basuki, Sunaryo (1979:19-20) yang mengemukakan latihan untuk power otot-otot lengan, bahu, dan dada diantaranya adalah berbaring terlentang, barbel dipegang dengan telapak tangan menghadap ke atas di muka dada. Angkat barbel ke atas, lalu kembali turun (angkatan press) (Lihat gambar 16 halaman 61).
Gambar 15. Latihan-Latihan Khusus yang Sangat Penting dalam Nomor Tolak Peluru (Sumber: Ballesteros, J.M. 1979. Pedoman Latihan Dasar Atletik. Terjemahan SDS. PASI. Jakarta:68).
61
Gambar 16. Latihan-latihan untuk Power Otot-otot Lengan, Bahu, dan Dada (Sumber: Basuki, Sunaryo. 1979. Atletik I. PT ”PERTJA OFFSET”: Jakarta :20). Latihan bench press sudut 45° adalah suatu bentuk latihan beban, dimana posisi badan miring ke atas dengan beban berada diatas kepala.
62
Gerakan yang dilakukan adalah dengan mengangkat dan menurunkan beban dengan kedua tangan. Dalam latihan ini gerak persendian kurang luas bila dibandingkan dengan sudut 135°, karena pada saat mengangkat beban posisi badan miring ke atas, sehingga beban yang dirasakan lebih ringan daripada sudut 135°. Dalam hal ini otot akan menerima rangsang lebih kecil atau ringan, karena sudut yang khusus dimana satu otot dipanggil untuk beraksi menentukan seberapa jauh otot atau otot-otot akan dirangsang (Baechle, Thomas R.2003:176). Latihan bench press sudut 135° adalah suatu bentuk latihan beban, dengan posisi menurun (miring ke bawah). Gerakan yang dilakukan adalah dengan menaik-turunkan beban di tangan dalam keadaan posisi menurun. Dengan posisi menurun, maka akan terjadi ruang gerak yang lebih berat pada otot-otot bahu, lengan, dan dada pada saat tangan mengangkat dan menurunkan beban, sehingga otot akan menerima rangsang yang lebih besar. Sudut yang khusus dimana satu otot dipanggil untuk beraksi menentukan seberapa jauh otot atau otototot akan dirangsang (Baechle, Thomas R.2003:176). Hal ini berarti bahwa latihan bench press sudut 135° akan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan power otot bahu dan lengan, karena pada latihan ini otot-otot bahu, lengan, dan dada akan bekerja lebih keras pada saat mengangkat dan menurunkan beban yang berupa barbel. Power merupakan faktor kondisi fisik yang sangat penting dalam nomor tolak peluru. Karena dengan power otot bahu, lengan, dan dada
63
Tabel 6. Kelebihan dan Kekurangan Bench Press Sudut 45° dan 135° No Bench Press 1 2
1
Bench Press Sudut 45°
Kelebihan Kekurangan 3 4 a. Otot dada bagian atas dan a. Sudut sedang, titik berat badan kurang lebih pundak lebih terkena setinggi vertebra (Baechle, Thomas sacralis, sehingga R.2003.:177) gravitasi relatif stabil dan kurang b. Stabilitas tinggi (letak berat menyebabkan badan, makin rendah letak bertambahnya berat titik berat, makin stabil beban (Muryono, Sigit. posisi badan (Muryono, 2001:106) Sigit. 2001:107-108). b. Sudut yang kurang besar menghasilkan kurang besar pula otot-otot yang akan dirangsang (Baechle, Thomas R.2003.:176) Sudut besar akan a. Otot dada bagian bawah lebih terkena (Baechle, mengakibatkan titik berat Thomas R.2003.:177). badan naik yang akan menaikkan gravitasi yang b. Stabilitas rendah (letak berat badan, makin menyebabkan berat beban tinggi letak titik berat, akan bertambah berat. maka labil posisi Gravitasi ini memberi badan) (Muryono, Sigit. pengaruh pada saat badan 2001:107-108). bergerak (Muryono, Sigit. 2001:106) b. Sudut yang besar akan menentukan besarnya otototot yang akan dirangsang (Baechle, Thomas R.2003:176) . a
2
Bench Press Sudut 135°
yang kuat, maka akan dapat melakukan tolakan dengan cepat dan kuat, yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu tolakan yang lebih jauh. Latihan bench press sudut 135° dimana ruang geraknya lebih berat,
64
akan lebih meningkatkan unsur power karena otot-otot bahu, lengan, dan dada bekerja lebih keras untuk menolakkan peluru. Sedangkan latihan bench press sudut 45° dimana gerakan bahu, lengan, dan dada saat menaik-turunkan beban hanya dengan sudut yang ringan, dengan demikian beban yang ditanggung lebih ringan karena sudut yang khusus dimana satu otot dipanggil untuk beraksi yang menentukan seberapa jauh
otot
atau
otot-otot
akan dirangsang lebih kecil,
sehingga unsur kecepatannya lebih berkembang dari pada unsur powernya. Hal ini berarti bahwa latihan bench press sudut 135° akan memberikan pengaruh yang lebih besar daripada latihan bench press sudut 45° terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien.
2.2.2 Kerangka Teori Relasi Berat Badan dengan Tolak Peluru Struktur dan postur tubuh termasuk di dalamnya ukuran tinggi dan panjang tubuh, ukuran besar, lebar, dan berat badan serta bentuk tubuh merupakan faktor penentu pencapaian prestasi dalam olahraga (Sajoto, M. 1995:3). Pengalaman-pengalaman olahraga prestasi menyatakan bahwa faktor-faktor yang sangat mempengaruhi hasil prestasi yang akan dicapai oleh olahragawan adalah sebagai berikut: 1) Kondisi kesehatan, 2) Bentuk tubuh, 3) Nilai-nilai psychis, 4) Kesegaran jasmani keseluruhan ( general physical fitness), 5) Efisiensi teknik, 6) Kapasitas khas dari alat-alat tubuh (specific capacity of the organism ), 7) Kecakapan taktik/siasat, 8) Pengalaman bertanding (Siregar, M.F.
65
1982:3). Mengenai bentuk tubuh, Siregar, M.F (1982:4) lebih lanjut menyatakan: hubungan antara bentuk tubuh dan prestasi semenjak zaman dahulu sampai dengan sekarang masih tetap merupakan persoalan yang unik dibidang olahraga. Selain daripada itu terdapat perbedaan penting didalam tinggi dan berat badan antara kelompokkelompok olahragawan yang berprestasi dengan kelompok lainnya didalam Olympic Games. Oleh karena dibidang masing-masing
cabang
itu pada dewasa ini para ahli
olahraga sudah dapat menentukan
apa yang dimaksud dengan tinggi optimal dan minimal. Hal ini sangat penting didalam rangka pembibitan (talent scouting). Dari beberapa faktor penentu prestasi tersebut, faktor fisik merupakan salah satu faktor penting dan mutlak untuk dikembangkan secara optimal pada diri setiap atlet, termasuk atlet tolak peluru. Karena tanpa kondisi fisik yang prima sulit bagi atlet untuk berprestasi secara maksimal. Perkembangan ukuran dan proporsi tubuh erat kaitannya dengan keterbentukan setiap individu kearah tipe bentuk tubuh tertentu. Bentuk tubuh seseorang merupakan wujud dari perpaduan antara tinggi badan, berat badan, serta berbagai ukuran anthropometrik lainnya yang ada pada diri seseorang. Untuk mencapai prestasi dalam olahraga, diperlukan usaha upaya yang harus diperhitungkan dengan suatu pembinaan melalui suatu pembibitan yang dilakukan dengan baik. Berat badan adalah konsep yang diberikan pada ukuran dari jumlah massa tubuh (misalnya, tulang, otot, lemak, jaringan, dll.) yang
66
dibawa oleh kita kemanapun. Semakin banyak jumlah massa dalam tubuh akan semakin berat. Sajoto, M (1995:2-3) menyatakan bahwa struktur dan postur tubuh, termasuk ukuran tinggi dan panjang tubuh, ukuran besar, lebar, dan berat badan serta bentuk tubuh merupakan salah satu faktor penentu pencapaian prestasi dalam olahraga. Dengan demikian berat tubuh sangat dibutuhkan dalam olahraga berat seperti tolak peluru, karena dengan berat badan disitulah ditentukan jumlah massa tubuh yang terdiri dari tulang, otot, lemak, jaringan, dan lain-lain. Semakin besar tulang, kuatnya otot-otot yang diperlukan semakin cemerlang
pula
prestasi
olahraga
khususnya
olahraga
yang
membutuhkan kekuatan. Sebagaimana diutarakan Syaifuddin, Aip (1992:145) bahwa persyaratan untuk menjadi seorang pelempar umumnya dan seorang penolak peluru yang baik, antara lain sebagai berikut: a) harus memiliki pemahaman dan penguasaan terhadap prosedur gerakan untuk melakukan tolak peluru, serta konsep cara untuk melakukannya, b) harus memiliki power, daya ledak, kecepatan, daya tahan, kelentukan, dan koordinasi gerakan, c) harus memiliki badan yang tinggi dan besar, serta lincah dalam melakukan gerakan, d) harus memiliki semangat yang besar untuk selalu melakukan latihan secara teratur dan terus menerus. Hal ini berarti bahwa berat badan normal gemuk akan memberikan pengaruh yang lebih besar daripada berat badan normal kurus terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien.
67
2.2.3 Kerangka Teori Interaksi Antara Latihan Bench Press dan Berat Badan terhadap Hasil Tolak Peluru Latihan fisik merupakan latihan yang sangat penting dan perlu mendapatkan prioritas utama di banding persiapan lainnya (Bompa, Tudor O. 1986:35). Tujuan utama latihan bench press adalah untuk meningkatkan power otot-otot bahu, lengan, dan dada. Hal ini sesuai dengan pendapat Ballesteros, J.M (1979:68) yang menyatakan bahwa latihan bench press merupakan salah satu bentuk latihan dari beberapa bentuk latihan beban yang sangat penting untuk power otot bahu, lengan, dan dada dalam menolak dalam nomor tolak peluru. Masih sama dengan pendapat Ballesteros, J.M adalah Basuki, Sunaryo yang mengemukakan latihan untuk power otot-otot lengan, bahu, dan dada diantaranya adalah berbaring terlentang, barbel dipegang dengan telapak tangan menghadap ke atas di muka dada. Angkat barbel ke atas, lalu kembali turun (angkatan press) (Basuki, Sunaryo. 1979:19-20). Struktur dan postur tubuh termasuk di dalamnya ukuran tinggi dan panjang tubuh, ukuran besar, lebar, dan berat badan serta bentuk tubuh merupakan faktor penentu pencapaian prestasi dalam olahraga (Sajoto, M. 1995:3). Pengalaman-pengalaman olahraga prestasi menyatakan bahwa faktor-faktor yang sangat mempengaruhi hasil prestasi yang akan dicapai oleh olahragawan adalah sebagai berikut: 1) Kondisi kesehatan, 2) Bentuk tubuh, 3) Nilai-nilai psychis, 4) Kesegaran jasmani keseluruhan ( general physical fitness), 5) Efisiensi teknik, 6) Kapasitas khas dari alat-alat tubuh (specific capacity of the organism ), 7)
68
Kecakapan taktik/siasat, 8) Pengalaman bertanding (Siregar, M.F. 1982:3). Sajoto, M (1995:2-3) menyatakan bahwa struktur dan postur tubuh, termasuk ukuran tinggi dan panjang tubuh, ukuran besar, lebar, dan berat badan serta bentuk tubuh merupakan salah satu faktor penentu pencapaian prestasi dalam olahraga. Dengan demikian berat tubuh sangat dibutuhkan dalam olahraga berat seperti tolak peluru, karena dengan berat badan disitulah ditentukan jumlah massa tubuh yang terdiri dari tulang, otot, lemak, jaringan, dan lain-lain. Semakin besar tulang, kuatnya otot-otot yang diperlukan semakin cemerlang pula prestasi olahraga khususnya olahraga yang membutuhkan kekuatan. Sebagaimana diutarakan Syaifuddin, Aip (1992:145) bahwa persyaratan untuk menjadi seorang pelempar umumnya dan seorang penolak peluru yang baik, antara lain sebagai berikut: a) harus memiliki pemahaman dan penguasaan terhadap prosedur gerakan untuk melakukan tolak peluru, serta konsep cara untuk melakukannya, b) harus memiliki power, daya ledak, kecepatan, daya tahan, kelentukan, dan koordinasi gerakan, c) harus memiliki badan yang tinggi dan besar, serta lincah dalam melakukan gerakan, d) harus memiliki semangat yang besar untuk selalu melakukan latihan secara teratur dan terus menerus. Interaksi adalah kerjasama (saling mempengaruhi) dua variabel bebas atau lebih dalam mempengaruhi variabel terikat (Kerlinger, Fred N. 2000:398). Dalam banyak penelitian, kita sering terlibat dengan
69
lebih dari satu macam variabel bebas yang memberikan efek, pengaruh, atau akibat pada variabel tak bebas atau variabel respon yang hasilnya ingin diketahui. Bisa juga kita berhadapan dengan variabel respon yang nilainya berubah-ubah dikarenakan efek variabel bebas dengan nilai yang berubah-ubah pula. Untuk keperluan disain, variabel bebas akan dinamakan faktor dan nilai-nilai atau klasifikasi-klasifikasi dari pada sebuah faktor dinamakan taraf faktor (Sudjana. 1982:13). Antara faktor-faktor yang memberikan efek pada variabel respon, bias bebas atau indipenden satu sama lain atau bias (pada umumnya demikian) interdipenden, sehingga akan terjadi interaksi diantara faktor-faktor (Sudjana. 1982:14). (Lihat contoh grafik yang menunjukkan terjadinya interaksi diantara faktorfaktor pada gambar 17 halaman 70). Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa latihan bench press sudut 135° akan memberi pengaruh yang lebih besar daripada latihan bench press sudut 45° terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien, begitu pula berat badan normal gemuk akan memberi pengaruh yang lebih besar daripada berat badan normal kurus terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien, sehingga tidak terjadi interaksi (perubahan) dua variabel bebas atau lebih dalam mempengaruhi suatu variabel terikat. (Lihat contoh grafik yang menunjukkan tidak terdapat interaksi diantara faktor-faktor pada gambar 18 halaman 71).
70
Hasil tolak peluru (meter) 7,36 7,34 7,32 7,30 7,28 7,26 7,24 7,22 7,20 7,18 7,16 7,14 7,12 7,10 7,08 7,06 7,04
(A1)
(B1)
A1 (Bench press sudut 45°) B1 (Berat badan normal kurus)
Hasil tolak peluru (meter) 7,36 7,34 7,32 7,30 7,28 7,26 (B2) 7,24 7,22 7,20 7,18 7,16 (A2) 7,14 7,12 7,10 7,08 7,06 7,04
A2 (Bench press sudut 135°) B2 (Berat badan normal gemuk)
Gambar 17. Grafik yang Menunjukkan Bahwa ”Terdapat Interaksi antara Latihan Bench Press (A) dan Berat Badan (B) terhadap Hasil Tolak Peluru Gaya O’Brien”. Latihan bench press dan berat badan merupakan variabel bebas (faktor). Latihan bench press mempunyai taraf faktor yaitu latihan bench press sudut 45° dan sudut 135°. Sedangkan berat badan mempunyai taraf faktor yaitu berat badan normal kurus dan berat badan normal gemuk Apabila dalam grafik tampak sejajar/ tidak bias atau hampir sejajar/ hampir bias, maka dapat dibuat kesimpulan tidak terjadi interaksi antara faktor. Secara umum interaksi didefinisikan sebagai berikut: apabila perubahan dalam sebuah faktor mengakibatkan perubahan nilai variabel respon, yang berbeda pada taraf untuk faktor lainnya. Maka antara kedua faktor itu terjadi interaksi (Sudjana. 1995:111).
71
Hasil tolak peluru (meter) 7,36 7,34 7,32 7,30 7,28 7,26 7,24 7,22 7,20 7,18 7,16 7,14 7,12 7,10 7,08 7,06 7,04
(A1)
(B1)
A1 (Bench press sudut 45°) B1 (Berat badan normal kurus)
Hasil tolak peluru (meter) 7,36 7,34 (A2) 7,32 7,30 7,28 7,26 7,24 (B2) 7,22 7,20 7,18 7,16 7,14 7,12 7,10 7,08 7,06 7,04
A2 (Bench press sudut 135°) B2 (Berat badan normal gemuk)
Gambar 18. Grafik yang Menunjukkan Bahwa ”Tidak Terdapat Interaksi antara Latihan Bench Press (A) dan Berat Badan (B) terhadap Hasil Tolak Peluru Gaya O’Brien”.
2.3 Rumusan Hipotesis Berpikir dari landasan teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 2.3.1 Terdapat perbedaan pengaruh antara latihan bench press sudut 45° dan sudut 135°, dan latihan bench press sudut 135° memberikan pengaruh yang lebih baik daripada latihan bench press sudut 45° terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien. (Lihat halaman 64). 2.3.2 Terdapat perbedaan pengaruh antara peserta didik yang mempunyai berat badan normal kurus dan berat badan normal gemuk, dan didik yang mempunyai berat badan normal gemuk memberikan pengaruh yang lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai berat badan
72
normal kurus terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien. (Lihat halaman 66). 2.3.3 Tidak terdapat interaksi antara latihan bench press dan berat badan terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien. (Lihat halaman 69).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian 3.1.1 Populasi Penelitian Populasi sasaran atau target population dalam penelitian ini adalah peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Wanareja Kabupaten Cilacap, sedangkan populasi terjangkau atau accessible population adalah peserta didik putra kelas II SMK Negeri 1 Wanareja Kabupaten Cilacap tahun pelajaran 2006/2007 yang berjumlah 193 peserta didik.
3.1.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling atau sampel bertujuan, yaitu untuk memilih sampel yang memiliki berat badan normal kurus dan normal gemuk setelah semua sampel diberi tes tinggi dan berat badan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 orang peserta didik yang diambil dari populasi terjangkau yang berjumlah 193 orang peserta didik. Teknik pengambilan sampel sebagai berikut: (1) melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan terhadap seluruh anggota populasi, (2) mengatagorikan berat badan berdasarkan dari pengukuran berat badan dan tinggi badan, (3) menetapkan sampel dengan cara mengambil
73
74
kelompok yang mempunyai berat badan normal gemuk dan berat badan normal kurus, (4) membagi kelompok berat badan normal gemuk maupun berat badan normal kurus masing-masing menjadi dua bagian sama besar sehingga terbentuk empat kelompok eksperimen, (5) menetapkan perlakuan bench press sudut 45° dan bench press sudut 135° terhadap kelompok eksperimen. Dalam teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak atau random sampling dan untuk menentukan berat badan normal kurus dan normal gemuk dengan menggunakan rumus berat ideal dari Brocca, yaitu = tinggi badan (cm) – 100 cm - 10% x {tinggi badan – 100} (Wirakusumah, Emma. S. 2001:4). Kemudian peserta didik yang mempunyai berat badan melebihi berat badan ideal sampai dengan 10% dikategorikan berat badan normal gemuk, dan peserta didik yang mempunyai berat badan kurang dari berat badan ideal sampai dengan 10 % dikategorikan berat badan normal kurus. Dalam penelitian ini terdapat empat kelompok eksperimen dengan dua jenis perlakuan. a. Sepuluh peserta didik yang memiliki berat badan normal kurus diberi perlakuan bench press sudut 45°. b. Sepuluh peserta didik yang memiliki berat badan normal kurus diberi perlakuan bench press sudut 135°. c. Sepuluh peserta didik yang memiliki berat badan normal gemuk diberi perlakuan bench press sudut 45°.
75
d. Sepuluh peserta didik yang memiliki berat badan normal gemuk diberi perlakuan bench press sudut 135°. Untuk jelasnya pembagian kelompok eksperimen tersebut dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini: Tabel 7. Pengelompokkan Sampel Eksperimen KELOMPOK I II III IV
JENIS PERLAKUAN Kelompok yang memiliki berat badan normal kurus dan dilatih bench press sudut 45° Kelompok yang memiliki berat badan normal kurus dan dilatih bench press sudut 135° Kelompok yang memiliki berat badan normal gemuk dan dilatih bench press sudut 45° Kelompok yang memiliki berat badan normal gemuk dan dilatih bench press sudut 135° JUMLAH
JUMLAH SUBYEK 10 10 10 10 40
3.2 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan eksperimen faktorial 2x2. Eksperimen faktorial adalah eksperimen yang semua (hampir semua) taraf sebuah faktor tertentu dikombinasikan atau disilangkan dengan semua (hampir semua) taraf tiap faktor lainnya yang ada dalam eksperimen itu (Sudjana. 1982:87). Dalam penelitian ini terdapat dua jenis latihan bench press yaitu bench press sudut 45° dan bench press sudut 135°. Sedangkan berat badan merupakan variabel atributif dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok yang memiliki berat badan normal kurus dan kelompok yang memiliki berat badan normal gemuk. Latihan bench press dan
76
berat badan sebagai variabel bebas, sedangkan variabel terikatnya adalah tolak peluru gaya O’Brien. Dengan demikian ada 4 kelompok perlakuan dalam eksperimen yaitu: a. Kelompok latihan bench press sudut 45° bagi sampel yang memiliki berat badan normal kurus b. Kelompok latihan bench press sudut 45° bagi sampel yang memiliki berat badan normal gemuk c. Kelompok latihan bench press sudut 135° bagi sampel yang memiliki berat badan normal kurus d. Kelompok latihan bench press sudut 135° bagi sampel yang memiliki berat badan normal gemuk. Tabel 8. Disain Faktorial 2x2 Latihan Beban (A) Berat Badan Hasil tolak peluru
(B)
Lat. Bench Press
Lat. Bench Press Sudut
Sudut 45° (A1)
135° (A2)
Normal Kurus (B1)
Normal Gemuk (B2)
Normal Kurus (B1)
Normal Gemuk (B2)
A1 B1
A1 B2
A2 B1
A2 B2
gaya O’Brien
Keterangan: A1: Hasil tolak peluru gaya O’Brien kelompok yang dilatih bench press sudut 45° dan memiliki berat badan normal kurus A2: Hasil tolak peluru gaya O’Brien kelompok yang bench press sudut 45° dan memiliki berat badan normal gemuk B1: Hasil tolak peluru gaya O’Brien kelompok yang dilatih bench press sudut 135° dan memiliki berat badan normal kurus B2: Hasil tolak peluru gaya O’Brien kelompok yang dilatih bench press sudut 135° dan memiliki berat badan normal gemuk.
77
3.3 Validitas Rancangan Penelitian Agar diperoleh kemurnian pengaruh latihan yang menunjukkan hasil perlakuan yang diberikan dan dapat digeneralisasikan kepada populasi maka perlu diadakan kontrol validitas rancangan penelitian internal dan eksternal. 3.3.1 Langkah-langkah dalam Pengontrolan Validitas Internal a.
Pengaruh Sejarah, dikontrol dengan menghindarkan adanya aktivitas lain yang bukan merupakan bagian dari perlakuan eksperimen. Hal ini dilakukan dengan mengatur jadwal latihan di luar jam-jam mata pelajaran dan selama eksperimen berlangsung subyek penelitian dibebaskan dari ekstrakurikuler olahraga dan mencegah subyek melakukan aktivitas fisik di rumah.
b. Pengaruh Pematangan, dikontrol dengan memberikan latihan selama satu setengah bulan. Dalam hal ini perlakuan diberikan setiap dua hari satu kali, atau latihan dilakukan tiga kali dalam satu minggu dengan selang satu hari istirahat. c. Pengaruh Tes, dikontrol dengan jalan memberikan selang waktu yang cukup untuk mengembalikan kondisi badan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah setelah pelaksanaan latihan yang terakhir dilakukan. d. Pengaruh Instrumen Pengukuran, dilakukan dengan cara mentera alat pengukuran yang digunakan dalam eksperimen di Bidang Metrologi Kanwil Departemen Perdagangan Propinsi Jawa Tengah seperti tertera pada lampiran 30 halaman 74.
78
e.
Pengaruh Pemilihan Subyek, dikontrol dengan cara terlebih dahulu menyingkirkan (eliminate) subyek yang tidak memenuhi persyaratan sebagai sampel. Dengan demikian karakteristik populasi dan karakteristik sampel dari mana sampel diambil diasumsikan sama.
f. Kehilangan Subyek Eksperimen, untuk mencegah terjadinya subyek eksperimen yang tidak hadir atau mengundurkan diri, maka usaha yang yang dilakukan adalah dengan terus menerus memonitor kehadiran subyek. 3.3.2 Langkah-langkah dalam Pengontrolan Validitas Eksternal 3.3.2.1 Validitas Populasi a. Generalisasi. Agar hasil dari eksperimen dapat di generalisasikan
ke
populasi
terjangkau
dengan
karakteristik yang sesuai karakteristik sampel, maka karaakteristik sampel didiskripsikan secara jelas dan terukur. b. Pengaruh interaksi antara efek perlakuan dan variabel personal, dikontrol dengan memberikan batasan yang jelas terhadap kriteria karakter subyek eksperimen (sampel) maupu populasi. Dalam hal ini batasan yang diberikan terhadap sampel maupun populasi adalah: 1) berjenis kelamin laki-laki, 2) berusia antara 16-17 tahun, 3) bukan atlet daerah atau atlet yang terlatih.
79
3.3.2.2 Validitas Ekologi a. Diskripsi
Eksplisit
Perlakuan.
Agar
perlakuan
pada
eksperimen ini dapat digeneralissikan atau digunakan pada kesempatan yang lain, maka seluruh perlakuan yang diberikan telah didiskripsikan secara eksplisit. Diskripsi yang telah dilakukan meliputi: 1) bentuk kegiatan, 2) waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan, 3) kapan dan di mana kegiatan dilaksanakan, 4) pengadministrasian kegiatan, dan 5) karakteristik subyek yang melakukan kegiatan. b. Efek
Hawthorne.
Untuk
memperkecil
kemungkinan
terjadinya efek Hawthorne setiap subyek eksperimen dibekali dengan
program
latihan
lengkap
dengan
petunjuk
pelaksanaannya. c. Pengaruh Pelaksanaan Eksperimen. Dikontrol dengan cara membatasi keterlibatan langsung pelaksana eksperimen di dalam pelaksanaan perlakuan. Dalam eksperimen pelaksana hanya
sebagai
”pengawas”
ketepatan
subyek
dalam
melakukan latihan. d. Sensitivitas Tes. Dikontrol dengan jalan memberikan percobaan sehingga tiap subyek dapat melakukannya secara teknis benar. e. Interaksi Sejarah dengan Perlakuan. Agar Efek perlakuan masih dapat digeneralisasikan dalam jangka waktu yang
80
relatif panjang, maka perlakuan yang diberikan dalam eksperimen ini disusun berdasarkan konsep dasar fisiologi kemampuan gerak manusia. Dengan demikian diharapkan perlakuan dalam eksperimen ini masih relevan
untuk
beberapa waktu yang akan datang. f. Pengaruh Variabel Terikat. Dalam eksperimen ini variabel terikat diukur dengan menggunakan pita ukur yang sudahg lazim dipergunakan untuk mengukur hasil tolak peluru. Oleh karena itu pengukuran variabel terikat dalam eksperimen ini dapat digeneralisasikan pada kesempatan yang lain.
3.4 Rancangan Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 3.4.1 Satuan Pelajaran Tolak Peluru gaya O’Brien 3.4.2 Program latihan bench press sudut 45° 3.4.3 Program latihan bench press sudut 135° 3.4.4 Pengukuran berat badan 3.4.5 Pengukuran tinggi badan 3.4.6 Tes tolak peluru gaya O’Brien.
3.5 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai 1 Nopember sampai 18 Desember 2006 dengan menggunakan lapangan tolak peluru di SMK Negeri 1 Wanareja
81
Kabupaten Cilacap. Perlakukan yang diberikan dalam penelitian ini sebanyak 18 kali pertemuan, dengan frekuensi latihan setiap minggunya sebanyak 3 kali. Setiap kali pertemuan dilakukan selama kurang lebih 70 menit. Penelitian ini dilaksanakan pada waktu sore hari, baik untuk kelompok sampel yang diberi latihan bench press sudut 45° maupun kelompok sampel yang diberi latihan bench press sudut 135° di ”Singapore” fitness center Majenang Kabupaten Cilacap.
3.6 Petugas Latihan Pelatih dalam tes tolak peluru adalah sebagai berikut: 3.6.1 1 Pelatih satuan pelajaran tolak peluru latihan bench press sudut 45° untuk berat badan normal kurus, 3.6.2 1 Pelatih satuan pelajaran tolak peluru latihan bench press sudut 45° untuk berat badan normal gemuk, 3.6.3 1 Pelatih satuan pelajaran tolak peluru latihan bench press sudut 135° untuk berat badan normal kurus, 3.6.4 1 Pelatih satuan pelajaran tolak peluru latihan bench press sudut 135° untuk berat badan normal gemuk.
3.7 Teknik Penjaringan Data Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Disain eksperimen yaitu suatu rancangan percobaan (dengan tiap langkah tindakan yang betulbetul terdefinisikan) sedemikian sehingga informasi yang berhubungan
82
dengan atau diperlukan untuk persoalan yang sedang diselidiki dapat dikumpulkan. Dengan kata-kata lain, disain sebuah eksperimen merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar supaya data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa kepada analisis objektif dan kesimpulan yang berlaku untuk persoalan yang sedang dibahas (Sudjana. 1982:7). Disain suatu eksperimen bertujuan untuk memperoleh atau mengumpulkan sebanyakbanyaknya yang diperlukan dan berguna dalam melakukan penyelidikan persoalan yang akan dibahas. Meskipun demikian, dalam rangka mendapatkan semua informasi yang berguna itu, disain hendaknya dibuat sesederhana mungkin. Penyelidikannya juga hendaknya dilakukan seefisien mungkin mengingat waktu, biaya, tenaga, dan bahan yang harus digunakan. Hal ini penting mengingat pada kenyataan bahwa disain yang sederhana akan mudah dilaksanakan, dan data yang diperoleh berdasarkan disain demikian akan dapat cepat dianalisis di samping juga akan bersifat ekonomis. Jadi jelas hendaknya, bahwa disain eksperimen berusaha untuk memperoleh informasi yang
maksimum
dengan
menggunakan
biaya
yang
minimum
(Sudjana.1982:8). Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes yang terdiri: 3.7.1 Untuk mendapat data berat badan dan tinggi badan dengan pengukuran berat dan tinggi badan. Caranya adalah dengan membagi menjadi 2 taraf menggunakan dengan Statistik Distribusi Normal dari Sudjana (Sudjana. 1982:139) dengan cara mengukur berat badan dan tinggi badan, kemudian diambil berat badan yang lebih 10% dari berat ideal
83
sebagai berat badan normal gemuk dan berat badan yang kurang 10% dari berat badan ideal sebagai berat badan normal kurus. 3.7.2 Untuk mendapat data hasil tolak peluru gaya O’Brien digunakan tes tolak peluru gaya O’Brien, dengan alat ukur roll meter. Instrumen ini diambil dari buku Perwasitan dan Penjurian Atletik (1992:228-229).
3.8 Teknik Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan teknik Analisis Varian (ANAVA) dua jalan, dengan taraf signifikan 95%. Kerlinger, Fred N (2000:395) mengatakan bahwa analisis varian adalah metode statistik yang menganalisis akibat-akibat mandiri maupun akibat-akibat interaksi dari dua variabel atau lebih terhadap suatu variabel terikat. Langkah-langkah menghitung dengan ANAVA dua jalan: 1) uji atau asumsikan bahwa data masing-masing dipilih secara acak, 2) uji atau asumsikan bahwa data masingmasing berdistribusi normal, 3) uji atau asumsikan bahwa data masing-masing homogen, 4) tulis Ha dan Ho dalam bentuk kalimat, 5) tulis Ha dan Ho dalam bentuk statistik, dan 6) buat tabel ANAVA penolong (Usman, Husaini. 2003:159). Untuk uji normalitas digunakan uji Lilliefors (Sudjana. 1982:467). Asumsi bahwa populasi berdistribusi normal, asumsi normalitas, telah melancarkan teori dan metoda sebegitu rupa dan cepat. Karenanya, cukup mudah
dimengerti
keberlakuannya
kiranya agar
bahwa
asumsi
langkah-langkah
normalitas
perlu
selanjutnya
dicek dapat
dipertanggungjawabkan. Jika ternyata asumsi yang diambil tidak benar atau
84
terlalu menyimpang, tidak hanya mengenai normalitas tetapi juga pengamatan bersifat independen (sampel acak), tidak terdapat kesalahan ketika mencatat hasil pengamatan, homogenitas tentang varians dan sebagainya, bukan saja langkah-langkah penelitian tidak dapat dipertanggungjawaban tetapi juga ternyata salah (Sudjana. 2002:291-292). Pengujian normalitas data digunakan untuk menguji apakah data kontinu berdistribusi normal sehingga analisis dengan validitas, reliabilitas, uji t, korelasi, regresi dapat dilakukan (Usman, Husaini. 2003:109). Uji homogenitas digunakan uji Bartlett (Sudjana.1982:261-262). Ketika menaksir selisih rata-rata dan menguji kesamaam atau perbedaan dua rata-rata telah berulang kali ditekankan adanya asumsi bahwa kedua populasi mempunyai varians yang sama agar menaksir dan menguji bisa berlangsung. Oleh karena itu terasa perlu untuk melakukan pengujian mengenai kesamaan dua varians atau lebih. Populasi-populasi yang sama besar dinamakan populasi dengan varians yang homogen (Sudjana.1982:261-249). Uji kesamaan dua varians digunakan untuk menguji apakah kedua data tersebut homogen yaitu dengan membandingkan kedua variansnya. Jika kedua varians sama besarnya, maka uji homogen tidak perlu dilakukan lagi karena datanya sudah dapat dianggap homogen. Namun untuk varians yang tidak sama besarnya, perlu diadakan pengujian homogenitas melalui uji kesamaan dua varians ini (Usman, Husaini. 2003:133). Untuk pengujian lanjut sesudah eksperimen dilakukan dengan uji Scheffe (Sudjana. 1982:36-41).
85
Untuk pengujian hipotesis penelitian, perlu disusun hipotesis nihil (Ho) dan alternatif (Ha) nya sebagai berikut: Hipotesis Pertama Ho: Tidak terdapat pengaruh yang berbeda antara latihan bench press sudut 45° (A1) dan sudut 135° (A2) terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien. μ A1 = μ A 2 Ha: Terdapat pengaruh yang berbeda antara latihan bench press sudut 45° (A1) dan sudut 135° (A2) terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien. μ A1 ≠ μ A2 Hipotesis Kedua Ho: Tidak ada pengaruh yang berbeda antara berat badan normal kurus (B1) dan berat badan normal gemuk (B2) terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien. μ B1 = μ B2 Ha: Terdapat pengaruh yang berbeda antara berat badan normal kurus (B1) dan berat badan normal gemuk (B2) terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien. μ B1 ≠ μ B2 Hipotesis Ketiga Ha: Terdapat interaksi antara latihan bench press (A) dan berat badan (B) terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien. μAxμB=0 Ho: Tidak terdapat interaksi antara latihan bench press (A) dan berat badan (B) terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien. μAxμB≠0
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Data lengkap yang terkumpul sebagai hasil penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 9. Deskripsi Data Hasil Penelitian Berat Badan (B)
Latihan Bench Press (A) Sudut 45° (A1) ΣX3
Normal Kurus (B1)
Normal Gemuk (B2)
Jumlah
= 72,44
X3rat =
7,24
Jumlah
Sudut 135° (A2) ΣX4
= 71,05
X4 rat =
7.10
ΣXb2 = 144,27 Xb2 rat =
7,21
ΣX3 ² = 564,35
ΣX4 ² = 480,67
ΣXb2 ² =1045,02
n3
= 10
n4
=
n b2
= 20
ΣX1
= 73,45
ΣX2
= 72,24
ΣXb1
= 145,69
10
X1 rat = 7,34
X2 rat =
ΣX1²
=543,98
ΣX2 ² = 525,80
ΣXb1² = 1069,78
n1
= 10
n2
nb 1
=
ΣXk1 = 145,89
ΣXk2
Xk1 rat =
Xk2 rat =
7,29
7,22
10
= 143,29 7,16
Xb1 rat =
=
7,28
20
ΣXt = 289,18 Xt rat =
7,24
ΣXk1² = 1108,33
ΣXk2² =1006,47
ΣXt² = 2114,80
nk1
n k2
nt
=
20
=
20
=
40
Keterangan : Harga-harga tersebut dihitung dengan menggunakan SPSS versi 12. (Lihat lampiran 16 halaman 128).
86
87
4.1.1 Data Hasil Latihan Bench Press Sudut 45° pada Tolak Peluru Gaya O’Brien untuk Kelompok Sampel yang Memiliki Berat Badan Normal Kurus. Data hasil tolak peluru gaya O’Brien bagi kelompok sampel yang memiliki berat badan normal kurus dan diberi latihan bench press sudut 45° menunjukkan rentang skor antara 6,36 meter sampai dengan 7,89 meter dengan harga rata-rata sebesar 7,10 meter dan standar deviasi sebesar 0,35. Distribusi skor yang diperoleh peserta didik adalah sebagai berikut : peserta didik yang mendapat skor di atas ratarata sejumlah 5 orang atau 50% dan peserta didik yang mendapat skor di bawah rata-rata sejumlah 5 orang atau 50%.
4.1.2 Data Hasil Latihan Bench Press Sudut 45° pada Tolak Peluru Gaya O’Brien untuk Kelompok Sampel yang Memiliki Berat Badan Normal Gemuk. Data hasil tolak peluru gaya O’Brien bagi kelompok sampel yang memiliki berat badan normal gemuk dan diberi latihan bench press sudut 45° menunjukkan rentang skor antara 6,12 meter sampai dengan 8,17 meter dengan harga rata-rata sebesar 7,22 meter dan standar deviasi sebesar 0,66. Distribusi skor yang diperoleh peserta didik adalah sebagai berikut : peserta didik yang mendapat skor di atas rata-rata sejumlah 6 orang atau 60% dan peserta didik yang mendapat skor di bawah rata-rata sejumlah 4 orang atau 40%.
88
4.1.3
Data Hasil Latihan Bench Press Sudut 135° pada Tolak Peluru Gaya O’Brien untuk Kelompok Sampel yang Memiliki Berat Badan Normal Kurus. Data hasil tolak peluru gaya O’Brien bagi kelompok sampel yang memiliki berat badan normal kurus dan diberi latihan bench press sudut 135° menunjukkan rentang skor antara 6,00 meter sampai dengan 7,91 meter dengan harga rata-rata sebesar 7,24 meter dan standar deviasi sebesar 0,41. Distribusi skor yang diperoleh peserta didik adalah sebagai berikut : peserta didik yang mendapat skor di atas rata-rata sejumlah 5 orang atau 50% dan peserta didik yang mendapat skor di bawah rata-rata sejumlah 5 orang atau 50%.
4.1.4 Data Hasil Latihan Bench Press Sudut 135° pada Tolak Peluru Gaya O’Brien untuk Kelompok Sampel yang Memiliki Berat Badan Normal Gemuk. Data hasil tolak peluru gaya O’Brien bagi kelompok sampel yang memiliki berat badan normal gemuk dan diberi latihan bench press sudut 135° menunjukkan rentang skor antara 6,02 meter sampai dengan 8,79 meter dengan harga rata-rata sebesar 7,34 meter dan standar deviasi sebesar 0,71. Distribusi skor yang diperoleh peserta didik adalah sebagai berikut : peserta didik yang mendapat skor di atas rata-rata sejumlah 5 orang atau 50% dan peserta didik yang mendapat skor di bawah rata-rata sejumlah 5 orang atau 50%.
89
4.2 Pengujian Persyaratan Analisis Untuk memenuhi persyaratan analisis data, dilakukan pengambilan sampel, pengujian normalitas sampel dan homogenitas varians populasi. 4.2.1 Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling (pengambilan sampel dengan cara di acak), yaitu dari populasi sejumlah 193 peserta didik diambil 40 peserta didik, kemudian dibagi menjadi dua kelompok yang seimbang dengan pedoman a b b a. Dari populasi 193 di ukur tinggi badan dan di timbang berat badan, kemudian dikategorikan sesuai dengan tinggi dan berat badan. Maka diperoleh tujuh kategori, yaitu: kurus sekali, kurus, normal kurus, ideal/ normal, normal gemuk, gemuk, dan gemuk sekali. Karena sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kategori normal gemuk dan kategori normal kurus, maka peserta didik yang masuk dalam kategori selain normal gemuk dan normal kurus tidak dipakai, akhirnya didapat 27 peserta didik dengan berat badan kategori normal gemuk dan 61 peserta didik dengan berat badan kategori normal kurus. Dari 27 peserta didik dengan berat badan kategori normal gemuk diambil 20 peserta didik sebagai sampel, begitu pula dengan 61 peserta didik dengan berat badan kategori normal kurus diambil 20 peserta didik sebagai sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara di acak.
90
4.2.2 Uji Normalitas Sampel Untuk menguji normalitas sampel dapat dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors (Sudjana;1996:466). Hasil perhitungan uji Lilliefors secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 11-14, halaman 123-126. Sedangkan deskripsinya seperti pada tabel 10 sebagai berikut : Tabel 10. Deskripsi Hasil Uji Normalitas Sampel pada Taraf Signifikansi α = 0,05 No.
Kelompok Data
n
Lo
Lt
Kesimpulan
1
A1B1
10
0,1613
0,258
Normal
2
A2B1
10
0,2554
0,258
Normal
3
A1B2
10
0,1215
0,258
Normal
4
A2B2
10
0,1797
0,258
Normal
Keterangan: n : jumlah sampel Lo : nilai observasi Lt : nilai tabel Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa harga Lo untuk semua kelompok data lebih kecil dibandingkan harga Lt, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa data untuk semua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
4.2.3 Uji Homogenitas Varians Populasi Untuk menguji homogenitas varians populasi dilakukan dengan mengadakan uji Bartlet (Sudjana. 1996:261). Taraf signifikansi yang
91
digunakan adalah 95% (α = 0,05). Perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 127, sedangkan deskripsinya seperti pada tabel 11 sebagai berikut: Tabel 11. Deskripsi Hasil Uji Homogenitas Varians Populasi pada Taraf Signifikansi α = 0,05 Kelompok Variansi Data Gabungan 1
1,5208
2
2,3198
3
3,9415
4
4,3900
1,6340
Harga B
dk
Xo²
0,2405
3
6,75 7,81
Xt²
Kesimpulan
Homogen
Keterangan: Kelompok 1 (A1B1): Kelompok yang diberi latihan bench press sudut 45° dan memiliki berat badan normal kurus. Kelompok 2 (A2B1): Kelompok yang diberi latihan bench press sudut 135° dan memiliki berat badan normal kurus. Kelompok 3 (A1B2): Kelompok yang diberi latihan bench press sudut 45° dan memiliki berat badan normal gemuk. Kelompok 4 (A2B2): Kelompok yang diberi latihan bench press sudut 135° dan memiliki berat badan normal gemuk.. Harga X² hitung = 6,75 lebih kecil dari harga X² tabel = 7,81 pada taraf signifikansi α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap kelompok memiliki varians populasi yang homogen.
4.3 Pengujian Hipotesis Untuk pengujian hipotesis yang diajukan, digunakan teknik Analisis Varians (ANAVA) dua jalan pada taraf signifikan α = 0,05. Hasil pengujian
92
Anava secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 132, dan deskripsinya seperti pada tabel 12. Tabel 12. Deskripsi Hasil Perhitungan Anava Dua Jalan pada Taraf Signifikansi α = 0,05 Sumber Variansi
JK
dk
0,169
1
11,34
JKT
Fo
Ft
Ket.
0,169
30,43
4,11
S
1
11,34
59,71
4,11
S
4,01
1
4,01
4,01
4,11
TS
Antar Kelompok
17,34
3
5,78
Dalam Kelompok
6,84
36
0,189
24,18
39
1. Antar Kolom (A) Lat. Bench Press 2. Antar Baris (B) Berat Badan 3. Interaksi
(AxB)
Total
Keterangan : S : Signifikan dk : Derajat kebebasan Fo : F hitung
Ft JK JKT
: F tabel : Jumlah Kuadrat : Jumlah Kuadrat Tengah
4.3.1 Pengujian Hipotesis Pertama yaitu Perbedaan Pengaruh antara Latihan Bench Press Sudut 45° dan Bench Press Sudut 135° Terhadap Hasil Tolak Peluru Gaya O’Brien. Hasil perhitungan Anava seperti tampak pada tabel 12 menunjukkan bahwa harga Fo = 30,43 sedangkan Ft dengan dk (1); (36) pada taraf signifikansi = 0,05 diperoleh harga sebesar 4,11. Dengan demikian harga F hitung lebih besar dari F tabel (Fo > Ft), sehingga dapat
diambil
kesimpulan
bahwa hipotesis nol yang menyatakan
bahwa “ Tidak terdapat pengaruh yang berbeda antara latihan bench
93
press sudut 45° (A1) dan sudut 135° (A2) terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien ” ditolak. Sebaliknya hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa “Terdapat pengaruh yang berbeda antara latihan bench press sudut 45° (A1) dan sudut 135° (A2) terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien ” diterima, karena kebenarannya terbukti dalam penelitian ini
4.3.2 Pengujian Hipotesis Kedua yaitu Perbedaan Pengaruh antara Berat Badan Normal Kurus dan Berat Badan Normal Gemuk terhadap Hasil Tolak Peluru Gaya O’Brien. Hasil perhitungan Anava seperti tampak pada tabel 12 menunjukkan bahwa harga Fo = 59,71 sedangkan Ft dengan dk (1); (36) pada taraf signifikansi = 0,05 diperoleh harga sebesar 4,11. Dengan demikian harga F hitung lebih besar dari F tabel (Fo > Ft), sehingga dapat
diambil
kesimpulan
bahwa hipotesis nol yang menyatakan
bahwa “Tidak ada pengaruh yang berbeda antara berat badan normal kurus (B1) dan berat badan normal gemuk (B2) terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien ” ditolak. Sebaliknya hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa “Terdapat pengaruh yang berbeda antara berat badan normal kurus (B1) dan berat badan normal gemuk (B2) terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien ” diterima, karena kebenarannya terbukti dalam penelitian ini.
94
4.3.3 Pengujian Hipotesis Ketiga yaitu Interaksi antara Latihan Bench Press (A) dan Berat Badan (B) terhadap Hasil Tolak Peluru Gaya O’Brien. Hasil perhitungan Anava seperti tampak pada tabel 12 menunjukkan bahwa harga Fo = 4,01 sedangkan Ft dengan dk (1); (36) pada taraf signifikansi = 0,05 diperoleh harga sebesar 4,11. Dengan demikian harga F hitung lebih kecil dari F tabel (Fo > Ft), sehingga dapat
diambil
kesimpulan bahwa hipotesis nol yang menyatakan bahwa “Tidak terdapat interaksi antara latihan bench press (A) dan berat badan (B) terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien ” diterima. Sebaliknya hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa “Terdapat interaksi antara latihan bench press dengan sudut (A) dan berat badan (B) terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien ” ditolak, karena tidak terbukti dalam penelitian ini.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara latihan bench press sudut 45° dan bench press sudut 135° terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien. Latihan bench press sudut 135° mempunyai keunggulan untuk meningkatkan power dibanding latihan bench press sudut 45°. Hal ini disebabkan karena latihan bench press sudut 135° adalah suatu bentuk latihan beban, dengan posisi menurun (miring ke bawah). Gerakan yang dilakukan adalah dengan menaik-turunkan beban di tangan dalam keadaan posisi menurun. Dengan posisi menurun, maka akan terjadi ruang gerak yang lebih berat pada otot-otot bahu, lengan, dan dada
95
pada saat tangan mengangkat dan menurunkan beban, sehingga otot akan menerima rangsang yang lebih besar. Sudut yang khusus dimana satu otot dipanggil untuk beraksi menentukan seberapa jauh otot atau otot-otot akan dirangsang (Baechle, Thomas R.2003:176). Hal ini berarti bahwa latihan bench press sudut 135° akan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan power otot bahu dan lengan, karena pada latihan ini otot-otot bahu, lengan, dan dada akan bekerja lebih keras pada saat mengangkat dan menurunkan beban yang berupa barbel. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara berat badan normal kurus dan berat badan normal gemuk terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien. Berat badan normal gemuk dalam penelitian ini terbukti memberi pengaruh yang lebih baik terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien dibandingkan dengan berat badan normal kurus. Hal ini menunjukkkan bahwa bentuk tubuh seseorang merupakan wujud dari perpaduan antara tinggi badan, berat badan, serta berbagai ukuran authropometrik lainnya yang ada pada diri seseorang. Variasi dari ukuran-ukuran bagian tubuh akan membentuk kecenderungan tipe bentuk tubuh. Pencapaian
prestasi
yang
baik
disuatu
cabang
olahraga
ada
hubungannya dengan tipe tubuh. Tipe tubuh tertentu cenderung cocok untuk mencapai prestasi di cabang olahraga tertentu. Hal ini disebabkan karena tipe tubuh tertentu mempunyai sifat kemampuan tertentu, sedangkan setiap cabang olahraga juga mempunyai sifat tertentu yang memerlukan sifat kemampuan
96
tertentu pula agar bisa menguasai dengan baik. Tipe tubuh yang mendekati tipe mesomorph baik untuk mencapai prestasi pada cabang olahraga berat seperti tolak peluru, tipe tubuh yang mendekati tipe ectomorph baik untuk lari marathon, tipe tubuh yang berada antara tipe mesomorph dan endomorph baik untuk renang jarak jauh, dan sebagainya (Sugiyanto dan Sudjarwo. 1993:109110). Pendapat-pendapat diatas memperkuat hasil penelitian ini, dimana petolak peluru yang mempunyai berat badan normal gemuk terbukti tolakannya lebih jauh dibandingkan petolak peluru yang mempunyai berat badan normal kurus. Dengan demikian jelaslah bahwa berat badan normal gemuk memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingka berat badan normal kurus. Hasil pengujian hipotesis yang ketiga menunjukkan tidak adanya interaksi yang signifikan antara latihan bench press dan berat badan terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara latihan bench press sudut 45° dan bench press sudut 135° terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien. Latihan bench press sudut 135° mempunyai keunggulan untuk meningkatkan power dibanding latihan bench press sudut 45°. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara berat badan normal kurus dan berat badan normal gemuk terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien. Berat badan normal gemuk dalam penelitian ini terbukti memberi pengaruh yang lebih baik terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien
97
dibandingkan dengan berat badan normal kurus. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama dan kedua didapat hasil pengujian hipotesis ketiga yang menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara latihan bench press dan berat badan terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien, karena Interaksi adalah kerjasama (saling mempengaruhi) dua variabel bebas atau lebih dalam mempengaruhi suatu variabel terikat (Kerlinger. Fred N. 2000:398). Kesimpulannya: Berat badan normal gemuk memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan berat badan normal kurus terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien pada peserta didik putra SMK Negeri 1 Wanareja Kabupaten Cilacap tahun pelajaran 2006/2007, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi yang signifikan antara latihan bench press dan berat badan terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien.
4.5 Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini telah diupayakan agar dapat memperoleh data yang akurat dari penentuan sampel, langkah-langkah pelaksanaan eksperimen sampai dengan pelaksanaan tes kemampuan tolak peluru agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan mempunyai manfaat untuk waktu yang akan datang. Namun demikian dengan adanya keterbatasan baik yang bersifat teknis maupun non teknis, menyebabkan penelitian ini terdapat kekurangan-kekurangan. Keterbatasan-keterbatasan yang timbul pada saat penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut;
98
4.5.1 Keterbatasan alat, sehingga tidak dapat menyediakan alat untuk setiap subyek. Hal ini tentu saja kurang memenuhi prinsip individualitas latihan. Selain ini penerapan beban individual memerlukan persiapan dan pelaksanaan administrasi yang kompleks dan diluar kemampuan penulis, sehingga lebih tepat diterapkan pada penelitian dengan jumlah subyek yang lebih sedikit. 4.5.2 Jarak tempat tinggal subyek dengan sekolah rata-rata jauh. Hal ini menyebabkan kondisi subyek menjadi terpengaruh. 4.5.3 Kesungguhan antara subyek yang satu dengan yang lainnya dalam melakukan latihan mulai dari awal sampai dengan akhir eksperimen sulit diprediksi, sehingga melemahkan tingkat obyektivitas dari data yang masuk. 4.5.4 Kehidupan subyek yang menyangkut gizi, waktu istirahat dan aktivitas fisik dirumah selama waktu eksperimen ini juga sulit dikontrol, sehingga ada pengaruh positif dan negatif terhadap hasil eksperimen. 4.5.5 Kondisi kesehatan sampel pada saat eksperimen berlangsung maupun pada saat tes tolak peluru dilaksanakan dapat mempengaruhi data hasil penelitian. 4.5.6 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah peserta didik putra, sehingga hasil penelitian ini kemungkinan tidak dapat diterapkan
pada
peserta
didik-peserta
didik
putri.
99
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan penelitian sebagai berikut: 1) Terdapat perbedaan pengaruh antara latihan bench press sudut 45° dan latihan bench press sudut 135°, dan latihan bench press sudut 135° memberi pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan latihan bench press sudut 45° terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien. 2) Terdapat perbedaan pengaruh antara berat badan normal kurus dan berat badan normal gemuk, dan berat badan normal gemuk memberi pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan berat badan normal kurus terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien. 3) Tidak terdapat interaksi antara latihan bench press dan berat badan terhadap hasil tolak peluru gaya O’Brien.
5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, maka kepada guru Pendidikan Jasmani dan pelatih olahraga atletik khususnya pelatih nomor tolak peluru dapat dikemukakan saran sebagai berikut; 5.2.1 Hasil ini menunjukkan bahwa latihan bench press sudut 135° mempunyai pengaruh yang lebih baik dibanding latihan bench press sudut 45°, maka didalam menyusun program latihan disarankan untuk
100
memakai latihan bench press sudut 135° dalam program latihan guna meningkatkan power otot lengan. 5.2.2 Dalam
menyusun
program
latihan
beban,
sebaiknya
pelatih
menerapkan prinsip individualitas, agar latihan beban tersebut lebih efisian dan efektif bagi peningkatan power otot. 5.2.3 Penelitian ini hanya memiliki dua faktor yang dianggap terjangkau dalam menentukan hasil tolak peluru yaitu power dan berat badan. Disarankan kepada para peneliti yang lain untuk mengadakan penelitian terhadap faktor penentu yang lain, misalnya fleksibilitas, koordinasi, keseimbangan, dan kekuatan bagian tubuh yang lain.
101
DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Yusuf. 1992. Olahraga Pilihan Atletik.. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Baechle, Thomas R. 2002. Bugar dengan Latihan Beban. Terjemahan Razi Siregar. Jakarta: PT Raja Grafindo. ______. 2003. Latihan Beban. Terjemahan Razi Siregar. Jakarta: PT Raja Grafindo. Ballesteros, J. M. 1979. Pedoman Latihan Dasar Atletik. Terjemahan SDS. Jakarta: PASI. Basuki, Sunaryo. 1979a. Atletik I. PT ”PERTJA OFFSET”: Jakarta. _____. 1979b. Atletik II. Jakarta: PT ”PERTJA OFFSET”: Jakarta. Bompa, Tudor O. 1986. Teori dan Metodologi Latihan. Toronto. Ontario Canada: Kendall/Hun Publishing Company. Bouchard, Claude; Brunelle, Jean dan Godbout, Paul. 1975. Masalah-masalah dalam Kedokteran, Latihan Olahraga dan Coaching. Terjemahan Moeh. Soebroto. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta. Depdiknas Kabupaten Cilacap. Laporan Pekan Olahraga Daerah (PORDA) Jawa Tengah XII 2006. Cilacap: Binmudora. Dumadi. 1986. Pengaruh Jumlah Latihan, Interval Waktu dan Kemampuan Strength terhadap Hasil Belajar Tolak Peluru Mahasiswa. Disertasi. Jakarta: Program Doktoral: IKIP Jakarta. Fox, E. L. 1988. The Phisiological Basic of Phisical Education an Athletics. Philadelpia: Sounders College Phublishing. Harre, D. 1982. Principles of Sport Training. Berlin: Sportverlag. Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma. H.P, Suharno. 1985. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
102
Jackson, S.A dan Ross, M.R. 1986. Understanding Exercise Health and Fitness. Houston: MacJ-R Publishing Company. Kerlinger, Fred N. 2000. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. KONI Propinsi Jawa Tengah. 2006. Laporan Pekan Olahraga Daerah (PORDA) Jawa Tengah XII 2006. Semarang. Mahendra, Agus. 2003. Mekanika Gerak. Makalah disajikan dalam Penataran Kurikulum Berbasis Kompetensi.Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Semarang. 23 April 2004. Muryono, Sigit. 2001. Anatomi Fungsional Sistem Lokomosi. Semarang: Bagian Anatomi, Fakultas kedokteran Universitas Diponegoro. Nossek, Joseph. 1982. General Theory of Training. Lagos: Pan African Press Ltd. O’Shea, P.J. 1976. Scientific Principles and Methods of Strength Fitness. Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company. PASI. 1992. Perwasitan dan Penjurian. Jakarta. Sajoto, M. 1992. Efek Program Metode Pliometrik dan Isotonik terhadap Kemampuan Daya Eksplosif Otot Tungkai dan Pinggul. Disertasi. Jakarta: Program Doktoral IKIP Jakarta. .1993. Program Latihan Dengan Metode Pliometrik dan Isotonik terhadap untuk Meningkatkan Kemampuan Daya Eksplosif Otot Tungkai dan Pinggul. Disertasi. Jakarta: Program Doktoral IKIP Jakarta. .1995. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang: Dahara Prize. Siregar, M.F. 1982. Ilmu Pengetahuan Melatih. Jakarta. Sofwan, Achmad. 2003. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Tesis, dan Disertasi Program Pascasajana.. Semarang: UNNES. Sudjana. 1982. Disain dan Analisis Eksperimen. Bandung: Tarsito. _______. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyanto dan Sudjarwo. 1991. Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta.
103
Syaifuddin, Aip. 1992. Atletik. Jakarta: Depdikbud proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Thompson, Peter J.L. 1993. Pengenalan Kepada Teori Pelatihan. (Terjemahan) SDS. PASI: Jakarta. Usman, Husaini. 2003. Pengantar Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Wirakusumah, Emma S. 2001. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
104
Lampiran 1 DAFTAR PESERTA DIDIK KELAS II PUTRA DAN HASIL PENGUKURAN TINGGI DAN BERAT BADAN
Nomor
Urut
Induk Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
1000 1001 1002 1003 1004 1005 1006 1007 1008 1009 1010 1011 1013 1015 1016 1017 1018 1019 1020 1021 1022 1023 1024 1025 1026 1027 1028 1029 1030 1031 1032 1033 1034 1036 1037 1038 1039 1040 1041 1042 1043 1044
NAMA SISWA
Agus Hermawan Agus Heryadi Agus Supriyatno Ahmad Fawzi Ali Mustakim Ari Purnomo Atang Dedi Ari Susanto Dhinar Paramahadi Dhodhi Sugi Saputro Doni Eko Pribadi Edi Sugiatno Feri Setiyadi Filang Mahesa Kencana Kamali Kharyono Kustono Marsiman Nurohman Permana Komara Puji Ananto Rano Riki Rianto Rudi Yulianto Rujianto Saiman Slamet Riyadi Solikhan Sultoni Surman Tatang Ramdani Teten Aji Nugraha Toni Wage Rudolf T M Yogi Okta Pradana Abdul Rohman Adi Nugroho Agung P
Adi Thias Purnomo Andi Hermawan Andi Teja Sukmana Cahyadi Dian Eka Herdiana
L/P
KELAS
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B
TINGGI BADAN (CM)
BERAT BADAN (KG)
163 160 160 170 163 152 167 179 166 165 162 172 172 160 165 166 166 164 156 166 167 159 160 165 155 172 163 165 165 165 167 164 165 160 160 165
55 41 55 57 50 41 50 59 65 53 58 55 60 47 51 62 73 50 48 57 53 40 50 57 42 58 60 45 50 55 57 48 46 55 78 48
169
93
177 166 160 171 167
54 52 59 53 60
KATEGORI
NORMAL KURUS KURUS SEKALI NORMAL GEMUK NORMAL KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS NORMAL GEMUK NORMAL KURUS NORMAL GEMUK KURUS NORMAL KURUS KURUS KURUS NORMAL GEMUK GEMUK SEKALI KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS KURUS KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS KURUS NORMAL KURUS NORMAL GEMUK KURUS SEKALI KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS KURUS KURUS NORMAL GEMUK GEMUK SEKALI KURUS GEMUK SEKALI KURUS KURUS NORMAL GEMUK KURUS NORMAL KURUS
105
Lanjutan lampiran 1 1
2
3
4
5
6
7
8
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97
1048 1049 1050 1051 1052 1053 1054 1055 1056 1057 1058 1059 1060 1061 1062 1063 1064 1065 1066 1067 1068 1069 1070 1071 1072 1073 1074 1075 1076 1077 1078 1079 1080 1081 1082 1083 1084 1085 1086 1087 1088 1089 1090 1091 1092 1093 1094 1095 1096 1097 1098 1100 1101 1102 1103
Hantiyo Argowibowo Haryadi Hendra Sudarmanto Idrus Wardana Iman Kartiman Irfan Susanto Iwan Desviana Jaka Nugraha Koko Handoko Mei Mulyono Mulyana Nasrul Hadi Nofri Karwanto Poniran Rahmat Fauzi Roi Andriyanto Sudaryanto Trio S Supriyanto Taryanto Toharun Tugino Vycky Widyasworo Wahyuman Wawan Karnawan Wawan Tarwanto Widi Hartanto Yudiana Aji Bagus Pradana Amin Sukir Andi Prasetyo Anwar Baydhowi Aris Yuli Setiawan Atang Cahyadi Carseno Dady Hardadi Dasmono Dedi Wahyudin Defriana Deni Sugianto Deny Sutirja Diarresa Febrianto Dias Helwa G E P Febriyanto Kusnendar Irfan Firmansyah Irham Baihaqi Ismail Saleh Jamilludin Khanif Setiawan Koko Winarko Krisna Subchi Morisko Muslihin Nagita Liosa Nur Hafid
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A
169 163 161 154 165 168 158 158 164 167 155 157 167 168 172 171 153 165 166 169 161 164 168 162 167 171 163 164 170 165 167 175 165 167 161 166 168 170 163 162 161 165 162 160 167 166 163 167 162 160 165 161 162 175 165
58 58 54 46 58 50 47 53 48 53 43 49 48 55 59 50 37 55 59 55 44 53 58 49 52 55 54 49 58 47 60 58 62 55 51 61 49 49 37 49 48 59 48 42 52 54 55 60 81 49 59 63 46 59 57
KURUS NORMAL GEMUK NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS KURUS NORMAL KURUS NORMAL GEMUK KURUS KURUS KURUS NORMAL KURUS KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS KURUS KURUS SEKALI NORMAL KURUS NORMAL KURUS KURUS SEKALI KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS NORMAL KURUS KURUS NORMAL GEMUK NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL GEMUK KURUS KURUS SEKALI KURUS SEKALI KURUS KURUS NORMAL GEMUK KURUS KURUS KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS GEMUK SEKALI NORMAL KURUS NORMAL GEMUK GEMUK KURUS KURUS NORMAL KURUS
L
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
106
Lanjutan lampiran 1 1
2
98 99 100 101 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155
1104 1105 1106 1108 1113 1114 1115 1116 1117 1118 1119 1120 1121 1122 1123 1124 1125 1126 1127 1128 1129 1130 1131 1132 1133 1134 1135 1136 1137 1138 1139 1140 1141 1142 1143 1144 1145 1146 1147 1148 1149 1150 1151 1152 1153 1154 1155 1156 1157 1158 1159 1161 1162 1163
3
Riana Marsum Ricky Ariyanto Saefur Rohman Syaefuddin Aan Septiyana Abas Riadi Ahmad Nurholis Badrus Syamsi Bayu Setiadi Budi Wahyono Budianto Dwi P Carso Caso Saepuloh Darkim Dede Apriliana Eko Yulianto Fandi Ahmad Fitriana Bayu Apriadi Ginanjar Prabowo Irpan Rasmadi Ivan Riyadi Karto Karyadi Karyanto M. Qoffal Aoji Nur Wahidin Nurhidayat Oki Hartanto Okky Sorry Adam Padang Pradipta Ramadhan Priyo W Riana Rudi Kurniawan Rusyanto Solehudin Sukamto Suroso Tarwan Taufik Ismail Tirwanto Tri Suyono Trisnawanto Ade Supriyanto Ade Turijo Aep Saefulloh Ahmad Arifudin Ahmad Saripudin Carkim Doni Hermawan Dudung Adi Prasetyo Fajri Purnomo Hidayat Santoso Irawan Nur Agustina Iwan Setiawan
4
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
L L L L L L L L L L L L L L
5
II MO A II MO A II MO A II MO A II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A
6
7
8
174 160 161 163 166 174 174 155 167 158 167 161 166 160 172 156 162 165 167 168 160 161 168 170 170 167 158 158 154 168 156 166 154 163 158 168 169 169 170 159 160 161 170 175 165 164 161 160 164 166 170 169 160 166
55 68 57 51 48 57 58 48 70 53 53 45 45 51 61 45 48 55 60 52 54 53 51 47 50 52 44 53 60 58 46 46 42 52 54 51 58 53 47 55 44 49 59 54 55 53 51 62 53 47 59 54 43 59
KURUS GEMUK SEKALI NORMAL GEMUK NORMAL KURUS KURUS KURUS KURUS NORMAL KURUS GEMUK NORMAL GEMUK KURUS KURUS KURUS SEKALI NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS KURUS IDEAL NORMAL KURUS KURUS KURUS SEKALI KURUS KURUS KURUS NORMAL GEMUK GEMUK SEKALI NORMAL KURUS NORMAL KURUS KURUS KURUS NORMAL KURUS NORMAL GEMUK KURUS KURUS KURUS SEKALI KURUS SEKALI NORMAL GEMUK KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS GEMUK NORMAL KURUS KURUS NORMAL KURUS KURUS SEKALI KURUS NORMAL KURUS
107
Lanjutan lampiran 1 1
2
156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193
1164 1165 1166 1167 1168 1171 1172 1173 1174 1180 1182 1183 1184 1185 1187 1188 1189 1190 1191 1193 1195 1196 1198 1199 1201 1202 1203 1204 1207 1208 1209 1210 1211 1213 1214 1215 1216 1217
3
Jejen Sukrilah Joko Supriyanto Jumari Aris Munandar Kushendy Setyawan Kuwat Setiyawan Rahmat Purwono Rasko Rawin Samsuar Anam Wanto Witantra Yedi Andriyanto Agung Budiarto Ajat Sudrajat Ario Dermawan Aris Subakti Ary Budianto Darsun Daryono Aditya P Disman Engkos Kosasih Erik Pratikno Hadiono Ilzam Habik Kuswanto Novianto Ori Pujianto Sukidi Sumarwan Tarheman Tatang Soleman Triyono Wahyu Akbar W Wina Widiana Wisnu Satria W Zodi Prasetyo Zuli Nurhidayat
4
5
6
7
8
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B
166 166 168 164 168 170 168 159 166 165 168 169 152 173 163 156 161 154 166 171 160 162 160 167 168 157 161 160 163 157 152 161 165 148 157 148 168 164
45 44 67 52 60 65 52 50 46 46 52 49 49 56 48 46 47 54 50 57 40 43 45 57 47 46 56 47 51 44 47 58 49 43 55 39 50 53
KURUS SEKALI KURUS SEKALI NORMAL GEMUK NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL GEMUK KURUS NORMAL KURUS KURUS SEKALI KURUS KURUS KURUS SEKALI NORMAL GEMUK KURUS KURUS NORMAL KURUS KURUS NORMAL GEMUK KURUS NORMAL KURUS KURUS SEKALI KURUS SEKALI KURUS NORMAL KURUS KURUS SEKALI NORMAL KURUS NORMAL GEMUK KURUS NORMAL KURUS KURUS NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK KURUS NORMAL KURUS NORMAL GEMUK NORMAL KURUS KURUS NORMAL KURUS
108
Lampiran 2 DAFTAR URUTAN PESERTA DIDIK KELAS II PUTRA BERDASARKAN KATEGORI Nomor
Urut
Induk
NAMA SISWA
L/P
KELAS
TINGGI BADAN (CM)
BERAT BADAN (KG)
KATEGORI
160 159 165 153 169 170 163 166 170 169 170 169 166 166 166 169 160 162 168 163 152 167 179
41 40 45 37 55 49 37 45 47 53 47 54 45 44 46 49 40 43 47 50 41 50 59
KURUS SEKALI KURUS SEKALI KURUS SEKALI KURUS SEKALI KURUS SEKALI KURUS SEKALI KURUS SEKALI KURUS SEKALI KURUS SEKALI KURUS SEKALI KURUS SEKALI KURUS SEKALI KURUS SEKALI KURUS SEKALI KURUS SEKALI KURUS SEKALI KURUS SEKALI KURUS SEKALI KURUS SEKALI KURUS KURUS KURUS KURUS
172 160 165 164 167 155 165 164 165 165 177 166 171 169
55 47 51 50 53 42 50 48 46 48 54 52 53 58
KURUS
Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1001 1023 1029 1064 1067 1085 1086 1121 1132 1146 1147 1161 1164 1165 1174 1183 1195 1196 1201 1004 1005 1006 1007
Agus Heryadi Rano Solikhan Sudaryanto Trio S Toharun Dedi Wahyudin Defriana Caso Saepuloh Karyanto Tarwan Taufik Ismail Hidayat Santoso Jejen Sukrilah Joko Supriyanto Samsuar Anam Yedi Andriyanto Engkos Kosasih Erik Pratikno Kuswanto Ali Mustakim Ari Purnomo Atang Dedi Ari Susanto
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
L
II KB A II KB A II KB A II KB B II KB B II MO A II MO A II MO B II MO B II MO B II MO B II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT B II BT B II BT B II KB A II KB A II KB A II KB A
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
1011 1015 1016 1019 1022 1026 1030 1033 1034 1038 1040 1041 1043 1048
Edi Sugiatno Filang Mahesa K Kamali Marsiman Puji Ananto Rujianto Sultoni Teten Aji Nugraha Toni Abdul Rohman Adi Thias Purnomo Andi Hermawan Cahyadi Hantiyo A
L L L L L L L L L L L L L L
II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B
L L L
KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS
109
Lanjutan lampiran 2 1
2
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
1053 1056 1057 1058 1060 1063 1068 1071 1072 1073 1074 1075 1076 1077 1079 1084 1087 1088 1090 1091 1092 1101 1102
61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
1104 1112 1113 1114 1115 1119 1120 1125 1128 1131 1133 1134 1135 1140 1141 1144 1145 1149 1152 1158
79 80
3
4
5
6
7
8
Irfan Susanto Koko Handoko Mei Mulyono Mulyana Nofri Karwanto Roi Andriyanto Tugino Wawan Karnawan Wawan Tarwanto Widi Hartanto Yudiana Aji Bagus Pradana Amin Sukir Andi Prasetyo Aris Yuli Setiawan Dasmono Deni Sugianto Deny Sutirja Dias Helwa G E P Febriyanto K Irfan Firmansyah Muslihin Nagita Liosa
L L L L L L L L L
II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A
168 164 167 155 167 171 161 162 167 171 163 164 170 165 175 168 162 161 162 160 167 162 175
50 48 53 43 48 50 44 49 52 55 54 49 58 47 58 49 49 48 48 42 52 46 59
KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS
Riana Marsum Warsito Aan Septiyana Abas Riadi Ahmad Nurholis Budianto Dwi P Carso Fandi Ahmad Irpan Rasmadi Karyadi Muhamad Q A Nur Wahidin Nurhidayat Riana Rudi Kurniawan Sukamto Suroso Tri Suyono Ade Turijo Dudung Adi P
L L
II MO A II MO A II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II BT A II BT A
174 159 166 174 174 167 161 162 168 168 170 167 158 166 154 168 169 160 175 166
55 42 48 57 58 53 45 48 52 51 50 52 44 46 42 51 58 44 54 47
KURUS
L
L L L L L L L L L L L L L
L L L L L L L L L L L L L L L L L L
KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS
110
Lanjutan lampiran 2 1
2
3
4
5
6
7
8
81
1162 1172 1180 1182 1185 1187 1189 1191 1198 1204 1208 1211 1216 1000 1003 1009 1013 1020 1021 1024 1025 1027 1031
Irawan Nur A Rasko Wanto Witantra Ajat Sudrajat Ario Dermawan Ary Budianto Daryono A P Hadiono Pujianto Sumarwan Triyono Zodi Prasetyo Agus Hermawan Ahmad Fawzi Dhodhi Sugi S Feri Setiyadi Nurohman Permana Komara Riki Rianto Rudi Yulianto Saiman Surman
L L L L L L L L L L L L L
160 168 165 168 173 163 161 166 160 160 157 165 168 163 170 165 172 156 166 160 165 172 165
43 52 46 52 56 48 47 50 45 47 44 49 50 55 57 53 60 48 57 50 57 58 55
KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS KURUS
L
II BT A II BT A II BT A II BT A II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A
1032 1044 1050 1051 1052 1054 1059 1061 1062 1065 1066 1069 1070 1078 1081 1082 1093 1094 1095 1097
Tatang Ramdani Dian Eka H Hendra S Idrus Wardana Iman Kartiman Iwan Desviana Nasrul Hadi Poniran Rahmat Fauzi Supriyanto Taryanto Vycky W Wahyuman Anwar B Cahyadi Carseno Irham Baihaqi Ismail Saleh Jamilludin Koko Winarko
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
II KB A II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A
167 167 161 154 165 158 157 168 172 165 166 164 168 167 167 161 166 163 167 160
57 60 54 46 58 47 49 55 59 55 59 53 58 60 55 51 54 55 60 49
82 83 84 85 86
87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123
L L L L L L L L L
NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS
111
Lanjutan lampiran 2 1
2
3
4
5
6
7
8
124
1103 1108 1110 1116 1122 1123 1124 1126 1127 1130 1138 1139 1142 1150 1151 1153 1154 1155 1157 1159 1163 1167 1168
Nur Hafid Syaefuddin Topis Aryadi Badrus Syamsi Darkim Dede Apriliana Eko Yulianto Fitriana B A Ginanjar Prabowo Karto Padang Pradipta Ramadhan P W Rusyanto Trisnawanto Ade Supriyanto Aep Saefulloh Ahmad Arifudin Ahmad Saripudin Doni Hermawan Fajri Purnomo Iwan Setiawan Kushendy S Kuwat Setiyawan
L L
II MO A II MO A II MO A II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A
165 163 163 155 160 172 156 165 167 161 168 156 163 161 170 165 164 161 164 170 166 164 168
57 51 54 48 51 61 45 55 60 53 58 46 52 49 59 55 53 51 53 59 59 52 60
NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS
1173 1188 1193 1199 1202 1207 1213 1215 1217 1111 1129 1002 1008 1010 1017 1028 1036 1042 1049 1055
Rawin Aris Subakti Disman Ilzam Habik Novianto Sukidi Wahyu Akbar W Wisnu Satria W Zuli Nurhidayat Tri Wahyudi Ivan Riyadi Agus Supriyatno Dhinar Paramahadi Doni Eko Pribadi Kharyono Slamet Riyadi Wage R T M Andi Teja S Haryadi Jaka Nugraha
II BT A II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II MO A II MO B II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB B II KB B II KB B
159 156 171 167 157 163 148 148 164 170 160 160 166 162 166 163 160 160 163 158
50 46 57 57 46 51 43 39 53 63 54 55 65 58 62 60 55 59 58 53
NORMAL KURUS
125 126 127 128 129
130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166
L
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS IDEAL / NORMAL IDEAL / NORMAL NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK
112
Lanjutan lampiran 2
1
2
3
4
5
6
7
8
167
1080 1083 1089 1098 1106 1109 1118 1136 1143 1148 1166 1171 1184 1190 1203 1209 1210 1214 1117 1156
Atang Dady Hardadi Diarresa F Krisna Subchi Saefur Rohman Taryanto Budi Wahyono Oki Hartanto Solehudin Tirwanto Jumari Aris M Rahmat Purwono Agung Budiarto Darsun Ori Tarheman Tatang Soleman Wina Widiana Bayu Setiadi Carkim
L L L L L L L L L
II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO B II MO B II MO B II MO B II BT A II BT A II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B II MO B II BT A
165 166 165 165 161 151 158 158 158 159 168 170 152 154 161 152 161 157 167 160
62 61 59 59 57 46 53 53 54 55 67 65 49 54 56 47 58 55 70 62
NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK
63
168 169 170 171 172
173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187
1100
Morisko
188
1018
Kustono
189
1037
Yogi Okta Pradana
190
1039
L
L L L L L L L L L L L L
II MO A
161
II KB A
166
73
160
78
Adi Nugroho A P
L L
II KB A II KB B
169
93
GEMUK GEMUK GEMUK GEMUK SEKALI GEMUK SEKALI
191
1096
Khanif Setiawan
L
II MO A
162
81
GEMUK SEKALI GEMUK SEKALI
192
1105
Ricky Ariyanto
L
II MO A
160
68
GEMUK SEKALI
193
1125
Sajidin
L
II MO A
158
67
GEMUK SEKALI
113
Lampiran 3 DAFTAR PESERTA DIDIK KATEGORI NORMAL KURUS
Nomor
Urut
Induk
NAMA SISWA
L/P
KELAS
TINGGI BADAN (CM)
BERAT BADAN (KG)
KATEGORI
II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B II KB B
163 170 165 172 156 166 160 165 172 165 167 167 161 154 165 158 157 168 172 165 166 164 168
55 57 53 60 48 57 50 57 58 55 57 60 54 46 58 47 49 55 59 55 59 53 58
NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS
II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO B II MO B II MO B
167 167 161 166 163 167 160 165 163 163 155 160 172
60 55 51 54 55 60 49 57 51 54 48 51 61
NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS
Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1000 1003 1009 1013 1020 1021 1024 1025 1027 1031 1032 1044 1050 1051 1052 1054 1059 1061 1062 1065 1066 1069 1070
Agus Hermawan Ahmad Fawzi Dhodhi Sugi Saputro Feri Setiyadi Nurohman Permana Komara Riki Rianto Rudi Yulianto Saiman Surman Tatang Ramdani Dian Eka Herdiana Hendra Sudarmanto Idrus Wardana Iman Kartiman Iwan Desviana Nasrul Hadi Poniran Rahmat Fauzi Supriyanto Taryanto Vycky Widyasworo Wahyuman
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
1078 1081 1082 1093 1094 1095 1097 1103 1108 1110 1116 1122 1123
Anwar Baydhowi Cahyadi Carseno Irham Baihaqi Ismail Saleh Jamilludin Koko Winarko Nur Hafid Syaefuddin Topis Aryadi Badrus Syamsi Darkim Dede Apriliana
L L L L L L L L L
L
L
L L L
NORMAL KURUS
114
Lanjutan lampiran 3 1
2
3
4
5
6
7
8
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
1124 1126 1127 1130 1138 1139 1142 1150 1151 1153 1154 1155 1157 1159 1163 1167 1168 1173 1188 1193 1199 1202 1207
Eko Yulianto Fitriana Bayu A Ginanjar Prabowo Karto Padang Pradipta Ramadhan Priyo W Rusyanto Trisnawanto Ade Supriyanto Aep Saefulloh Ahmad Arifudin Ahmad Saripudin Doni Hermawan Fajri Purnomo Iwan Setiawan Kushendy S Kuwat S Rawin Aris Subakti Disman Ilzam Habik Novianto Sukidi
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II MO B II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT A II BT B II BT B II BT B II BT B II BT B
156 165 167 161 168 156 163 161 170 165 164 161 164 170 166 164 168 159 156 171 167 157 163
45 55 60 53 58 46 52 49 59 55 53 51 53 59 59 52 60 50 46 57 57 46 51
NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS
60 61 62
1213 1215 1217
Wahyu Akbar W Wisnu Satria W Zuli Nurhidayat
L L L
II BT B II BT B II BT B
148 148 164
43 39 53
NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS
115
Lampiran 4 DAFTAR PESERTA DIDIK KATEGORI NORMAL GEMUK Nomor
Urut
Induk
NAMA SISWA
L/P
KELAS
TINGGI BADAN (CM)
BERAT BADAN (KG)
KATEGORI
160 166 162 166 163 160 160 163 158 165 166 165 165 161 151 158 158 158 159 168 170 152 154
55 65 58 62 60 55 59 58 53 62 61 59 59 57 46 53 53 54 55 67 65 49 54
NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK
161 152 161 157
56 47 58 55
NORMAL GEMUK
Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1002 1008 1010 1017 1028 1036 1042 1049 1055 1080 1083 1089 1098 1106 1109 1118 1136 1143 1148 1166 1171 1184 1190
Agus Supriyatno Dhinar Paramahadi Doni Eko Pribadi Kharyono Slamet Riyadi Wage R T M Andi Teja S Haryadi Jaka Nugraha Atang Dady Hardadi Diarresa F Krisna Subchi Saefur Rohman Taryanto Budi Wahyono Oki Hartanto Solehudin Tirwanto Jumari A M Rahmat P Agung B Darsun
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB A II KB B II KB B II KB B II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO A II MO B II MO B II MO B II MO B II BT A II BT A II BT B II BT B
24 25 26 27
1203 1209 1210 1214
Ori Tarheman Tatang S Wina Widiana
L L L L
II BT B II BT B II BT B II BT B
L
NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK
116
Lampiran 5
URUTAN PESERTA DIDIK KATEGORI NORMAL KURUS
Nomor
Urut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Induk
NAMA SISWA
L/P
KELAS
TINGGI BADAN (CM)
BERAT BADAN (KG)
KATEGORI
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
II MO B II KB A II KB B II MO A II MO A II MO B II BT A II KB B II KB B II BT A II BT A II BT A II KB A II KB B II KB B II MO B II KB A II KB A II KB A II KB A II MO A II BT B II BT B II KB A II KB A II KB B II KB B II MO A II MO A II MO B II BT A II KB B II MO A II MO A II KB A II KB B
172 172 167 167 167 167 168 172 166 170 170 166 172 165 168 168 170 166 165 167 165 171 167 163 165 168 165 167 163 165 165 161 166 163 165 164
61 60 60 60 60 60 60 59 59 59 59 59 58 58 58 58 57 57 57 57 57 57 57 55 55 55 55 55 55 55 55 54 54 54 53 53
NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS
Siswa
1123 1013 1044 1078 1095 1127 1168 1062 1066 1151 1159 1163 1027 1052 1070 1138 1003 1021 1025 1032 1103 1193 1199 1000 1031 1061 1065 1081 1094 1126 1153 1050 1093 1110 1009 1069
Dede Apriliana Feri Setiyadi Dian Eka Herdiana Anwar Baydhowi Jamilludin Ginanjar Prabowo Kuwat Setiyawan Rahmat Fauzi Taryanto Ade Supriyanto Fajri Purnomo Iwan Setiawan Saiman Iman Kartiman Wahyuman Padang Pradipta Ahmad Fawzi Permana Komara Rudi Yulianto Tatang Ramdani Nur Hafid Disman Ilzam Habik Agus Hermawan Surman Poniran Supriyanto Cahyadi Ismail Saleh Fitriana Bayu A Aep Saefulloh Hendra S Irham Baihaqi Topis Aryadi Dhodhi Sugi S Vycky W
L
L L
117
Lanjutan lampiran 5 1
2
3
4
5
6
7
8
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61
1130 1154 1157 1217 1142 1167 1082 1108 1122 1155 1207 1024 1059 1097 1150 1020 1116 1054 1051 1139 1188 1202 1124 1213 1215
Karto Ahmad Arifudin Doni Hermawan Zuli Nurhidayat Rusyanto Kushendy S Carseno Syaefuddin Darkim Ahmad S Sukidi Riki Rianto Nasrul Hadi Koko Winarko Trisnawanto Nurohman Badrus Syamsi Iwan Desviana Idrus Wardana Ramadhan P W Aris Subakti Novianto Eko Yulianto Wahyu AW Wisnu S W
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
II MO B II BT A II BT A II BT B II MO B II BT A II MO A II MO A II MO B II BT A II BT B II KB A II KB B II MO A II MO B II KB A II MO B II KB B II KB B II MO B II BT B II BT B II MO B II BT B II BT B
161 164 164 164 163 164 161 163 160 161 163 160 157 160 161 156 155 158 154 156 156 157 156 148 148
53 53 53 53 52 52 51 51 51 51 51 50 49 49 49 48 48 47 46 46 46 46 45 43 39
NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS
118
Lampiran 6 URUTAN PESERTA DIDIK KATEGORI NORMAL GEMUK
Nomor
Urut
Induk
NAMA SISWA
L/P
KELAS
TINGGI BADAN (CM)
BERAT BADAN (KG)
KATEGORI
L
II BT A II KB A II BT A II KB A II MO A II MO A II KB A II KB B II MO A II MO A II KB A II KB B II BT B II MO A II BT B II KB A II KB A II MO B II BT B II MO B II BT B II KB B II MO B
168 166 170 166 165 166 163 160 165 165 162 163 161 161 161 160 160 159 157 158 154 158 158
67 65 65 62 62 61 60 59 59 59 58 58 58 57 56 55 55 55 55 54 54 53 53
NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK
II MO B II BT B II BT B II MO A
158 152 152 151
53 49 47 46
NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK
Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1166 1008 1171 1017 1080 1083 1028 1042 1089 1098 1010 1049 1210 1106 1203 1002 1036 1148 1214 1143 1190 1055 1118
Jumari Aris M Dhinar P Rahmat Purwono Kharyono Atang Dady Hardadi Slamet Riyadi Andi Teja S Diarresa F Krisna Subchi Doni Eko Pribadi Haryadi Tatang Soleman Saefur Rohman Ori Agus Supriyatno Wage R T M Tirwanto Wina Widiana Solehudin Darsun Jaka Nugraha Budi Wahyono
24 25 26 27
1136 1184 1209 1109
Oki Hartanto Agung Budiarto Tarheman Taryanto
L L L L L L L L L L L L L L L L L
L L L L L L L L L
NORMAL GEMUK
119
Lampiran 7 KELOMPOK SAMPEL KATEGORI NORMAL GEMUK SETELAH DILAKUKAN ACAK/ UNDI
Nomor
Urut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Induk
NAMA SISWA
L/P
KELAS
TINGGI BADAN (CM)
BERAT BADAN (KG)
KATEGORI
Jumari A M Rahmat P Kharyono Dady Hardadi Andi Teja S Diarresa F Krisna Subchi Doni Eko Pribadi Haryadi Tatang Soleman Ori Agus Supriyatno Wage RTM Wina Widiana Darsun Jaka Nugraha Budi Wahyono Oki Hartanto Agung Budiarto Taryanto
L L
II BT A II BT A II KB A II MO A II KB B II MO A II MO A II KB A II KB B II BT B II BT B II KB A II KB A II BT B II BT B II KB B II MO B II MO B II BT B II MO A
168 170 166 166 160 165 165 162 163 161 161 160 160 157 154 158 158 158 152 151
67 65 62 61 59 59 59 58 58 58 56 55 55 55 54 53 53 53 49 46
NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK
Siswa
1166 1171 1017 1083 1042 1089 1098 1010 1049 1210 1203 1002 1036 1214 1190 1055 1118 1136 1184 1109
L L L L L L L L L L L L L L L L L L
120
Lampiran 8
KELOMPOK SAMPEL KATEGORI NORMAL KURUS SETELAH DILAKUKAN ACAK/ UNDI Nomor
Urut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Induk
NAMA SISWA
L/P
KELAS
TINGGI BADAN (CM)
BERAT BADAN (KG)
KATEGORI
L L L L L L
II MO B II KB B II MO B II KB B II KB B II BT A II KB B II MO B II KB A II MO A II BT B II KB B II MO A II BT A II MO B II BT B II MO A II KB A II KB B II MO B
172 167 167 172 166 170 165 168 170 165 171 168 167 165 161 164 161 160 157 161
61 60 60 59 59 59 58 58 57 57 57 55 55 55 53 53 51 50 49 49
NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS
Siswa
1123 1044 1127 1062 1066 1159 1052 1138 1003 1103 1193 1061 1081 1153 1130 1217 1082 1024 1059 1150
Dede Apriliana Dian Eka Herdiana Ginanjar Prabowo Rahmat Fauzi Taryanto Fajri Purnomo Iman Kartiman Padang Pradipta Ahmad Fawzi Nur Hafid Disman Poniran Cahyadi Aep Saefulloh Karto Zuli Nurhidayat Carseno Riki Rianto Nasrul Hadi Trisnawanto
L L L L L L L L L L L L L L
121
Lampiran 9 PEMBAGIAN KELOMPOK DENGAN PEDOMAN a b b a TINGGI BADAN (CM)
BERAT BADAN (KG)
KATEGORI
KETERANGAN
Jumari A M Dady Hardadi Andi Teja S Doni Eko Pribadi Haryadi Agus Supriyatno Wage Rudolf TM Jaka Nugraha Budi Wahyono Taryanto
168 166 160 162 163 160 160 158 158 151
67 61 59 58 58 55 55 53 53 46
NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK
Kelompok sampel yang memiliki berat badan normal gemuk dan diberi latihan bench press sudut 135°
Rahmat P Kharyono Diarresa F Krisna Subchi Tatang Soleman Ori Wina Widiana Darsun Oki Hartanto Agung Budiarto
170 166 165 165 161 161 157 154 158 152
65 62 59 59 58 56 55 54 53 49
NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK NORMAL GEMUK
Kelompok sampel yang memiliki berat badan normal gemuk dan diberi latihan bench press sudut 45°
Dede Apriliana Rahmat Fauzi
172 172
61 59
NORMAL KURUS NORMAL KURUS
Taryanto Padang Pradipta Ahmad Fawzi Poniran Cahyadi Zuli Nurhidayat Carseno Trisnawanto
166 168 170 168 167 164 161 161
59 58 57 55 55 53 51 49
NORMAL KURUS
Kelompok sampel yang memiliki berat badan normal kurus dan diberi latihan bench sudut press 135°
37 38
Dian Eka Herdiana Ginanjar Prabowo Fajri Purnomo Iman Kartiman Nur Hafid Disman Aep Saefulloh Karto
167 167 170 165 165 171 165 161
60 60 59 58 57 57 55 53
NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS
30
Riki Rianto
160
50
NORMAL KURUS NORMAL KURUS
40
Nasrul Hadi
157
49
NORMAL KURUS
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
NAMA
NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS NORMAL KURUS
Kelompok sampel yang memiliki berat badan normal kurus dan diberi latihan bench press sudut 45°
122
Lampiran 10 DATA HASIL TES TOLAK PELURU GAYA O’BRIEN NO
NAMA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Jumari A M
36
Disman
37 38
Aep Saefulloh
39
Riki Rianto
40
Nasrul Hadi
Dady Hardadi Andi Teja S Doni Eko Pribadi Haryadi Agus Supriyatno Wage RTM Jaka Nugraha Budi Wahyono Taryanto Rahmat P Kharyono Diarresa F Krisna Subchi Tatang Soleman Ori Wina Widiana Darsun Oki Hartanto Agung Budiarto Dede Apriliana Rahmat Fauzi Taryanto Padang Pradipta Ahmad Fawzi Poniran Cahyadi Zuli Nurhidayat Carseno Trisnawanto Dian Eka Herdiana Ginanjar Prabowo Fajri Purnomo Iman Kartiman Nur Hafid
Karto
HASIL (Meter)
7,03 7,52 7,18 6,02 8,79 7,80 6,94 7,35 7,17 7,65 6,80 7,23 8,17 6,79 7,68 6,54 6,12 7,45 7,13 8,01 7,50 7,50 7,91 7,18 7,00 7,82 6,89 7,55 7,09 6,19 7,39 7,09 7,89 7,00 6,36 7,00 6,87 7,35 6,80 7,30
KETERANGAN Kelompok sampel yang memiliki berat badan normal gemuk dan diberi latihan bench press sudut 135°
Kelompok sampel yang memiliki berat badan normal gemuk dan diberi latihan bench press sudut 45°
Kelompok sampel yang memiliki berat badan normal kurus dan diberi latihan bench press sudut 135°
Kelompok sampel yang memiliki berat badan normal kurus dan diberi latihan bench press sudut 45°
123
Lampiran 11 Pengujian Normalitas Sampel Kelompok Berat Badan Normal Gemuk dan Latihan Bench Press Sudut 135º dengan Uji Lilliefors Taraf Kepercayaan 95%
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Mean S
Keterangan
Xi 6,02 6,94 7,03 7,17 7,18 7,35 7,52 7,65 7,80 8,79 73,45 7,345 0,706749
Xi2 36,2404 48,1636 49,4209 51,4089 51,5524 54,0225 56,5504 58,5225 60,8400 77,2641 543,9857
zi -1,8748 -0,5730 -0,4457 -0,2476 -0,2335 0,0071 0,2476 0,4316 0,6438 2,0446
f(zi) 0,2797 0,0261 0,0158 0,0049 0,0043 0,0000 0,0049 0,0148 0,0330 0,3327
S(Zi) 0,1000 0,2000 0,3000 0,4000 0,5000 0,6000 0,7000 0,8000 0,9000 1,0000 Lo=
[f(zi)-S(Zi) 0,1797 -0,1739 -0,2842 -0,3951 -0,4957 -0,6000 -0,6951 -0,7852 -0,8670 -0,6673 0,1797
:
Xi
: Skor data pengamatan
Zi
: Skor baku
F (zi) : Nilai peluang S (zi) : Nilai proporsi Lo
: Skor Lilliefors hasil pengamatan (nilai maksimum selisih f (zi)- s (zi) Karena Lo hasil pengamatan lebih kecil daripada Lt (0,1797 < 0,258), maka
data kelompok sampel tersebut berdistribusi normal.
124
Lampiran 12 Pengujian Normalitas SAmpel Kelompok Berat Badan Normal Gemuk dan Latihan Bench Press Sudut 45º Dengan Uji Lilliefors Taraf Kepercayaan 95%
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Mean S
Keterangan
Xi 6,12 6,54 6,79 6,80 7,13 7,45 7,23 7,68 8,01 8,17 72,24 7,224 0,661785
Xi2 37,4544 42,7716 46,1041 46,2400 50,8369 55,5025 57,0025 58,9824 64,1601 66,7489 525,8034
zi -1,6682 -1,0336 -0,6558 -0,6407 -0,1420 0,3415 0,4926 0,6890 1,1877 1,4295
f(zi) 0,2215 0,0850 0,0342 0,0327 0,0016 0,0093 0,0193 0,0378 0,1123 0,1626
S(Zi) 0,1000 0,2000 0,3000 0,4000 0,5000 0,6000 0,7000 0,8000 0,9000 1,0000 Lo=
[f(zi)-S(Zi) 0,1215 -0,1150 -0,2658 -0,3673 -0,4984 -0,5907 -0,6807 -0,7622 -0,7877 -0,8374 0,1215
:
Xi
: Skor data pengamatan
Zi
: Skor baku
F (zi) : Nilai peluang S (zi) : Nilai proporsi Lo
: Skor Lilliefors hasil pengamatan (nilai maksimum selisih f (zi)- s (zi) Karena Lo hasil pengamatan lebih kecil daripada Lt (0,1215 < 0,258), maka
data kelompok sampel tersebut berdistribusi normal.
125
Lampiran 13 Pengujian Normalitas Sampel Kelompok Berat Badan Normal Kurus dan Latihan Bench Press Sudut 135º dengan Uji Lilliefors Taraf Kepercayaan 95%
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Mean S
Keterangan
Xi 6,19 6,89 7,00 7,09 7,18 7,50 7,50 7,55 7,82 7,91 72,63 7,263 0,507719
Xi2 38,3161 47,4721 49,0000 50,2681 51,5524 56,2500 56,2500 57,0025 61,1524 62,5681 529,8317
zi -2,1134 -0,7347 -0,5180 -0,3407 -0,1635 0,4668 0,4668 0,5653 1,0971 1,2743
f(zi) 0,3554 0,0429 0,0214 0,0092 0,0021 0,0173 0,0173 0,0254 0,0958 0,1292
S(Zi) 0,1000 0,2000 0,3000 0,4000 0,5000 0,6000 0,7000 0,8000 0,9000 1,0000 Lo=
[f(zi)-S(Zi) 0,2554 -0,1571 -0,2786 -0,3908 -0,4979 -0,5827 -0,6827 -0,7746 -0,8042 -0,8708 0,2554
:
Xi
: Skor data pengamatan
Zi
: Skor baku
F (zi) : Nilai peluang S (zi) : Nilai proporsi Lo
: Skor Lilliefors hasil pengamatan (nilai maksimum selisih f (zi)- s (zi) Karena Lo hasil pengamatan lebih kecil daripada Lt (0,2554 < 0,258), maka
data kelompok sampel tersebut berdistribusi normal.
126
Lampiran 14 Pengujian Normalitas Sampel Kelompok Berat Badan Normal Kurus dan Latihan Bench Press Sudut 45º dengan Uji Lilliefors Taraf Kepercayaan 95%
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Mean S
Keterangan
Xi 6,36 6,80 6,87 7,00 7,00 7,09 7,30 7,35 7,39 7,89 71,05 7,105 0,411103
Xi2 40,4496 46,2400 47,1969 49,0000 49,0000 50,2681 53,2900 54,0225 54,6121 62,2521 506,3313
zi -1,8122 -0,7419 -0,5716 -0,2554 -0,2554 -0,0365 0,4743 0,5960 0,6933 1,9095
f(zi) 0,2613 0,0438 0,0260 0,0052 0,0052 0,0001 0,0179 0,0283 0,0382 0,2902
S(Zi) 0,1000 0,2000 0,3000 0,4000 0,5000 0,6000 0,7000 0,8000 0,9000 1,0000 Lo=
[f(zi)-S(Zi) 0,1613 -0,1562 -0,2740 -0,3948 -0,4948 -0,5999 -0,6821 -0,7717 -0,8618 -0,7098 0,1613
:
Xi
: Skor data pengamatan
Zi
: Skor baku
F (zi) : Nilai peluang S (zi) : Nilai proporsi Lo
: Skor Lilliefors hasil pengamatan (nilai maksimum selisih f (zi)- s (zi) Karena Lo hasil pengamatan lebih kecil daripada Lt (0,1613 < 0,258), maka
data kelompok sampel tersebut berdistribusi normal.
Lampiran 15
127
PERHITUNGAN HOMOGENITAS VARIANS POPULASI DENGAN MENGGUNAKAN UJI BARTLETT Tabel Perhitungan Harga-harga untuk Uji Bartlett Sampel X1 X2 X3 X4 Jumlah
n 10 10 10 10 40
dk 9 9 9 9
si2 Log si2 1,393056 0,143969 0,589316 -0,22965 1,982372 -0,08568 2,571688 -0,31533
(dk).Log si2 1,295717717 -2,06686599 -0,771148274 -2,838014264 -4,38031
S2 1,639983 2 Log S 0,240545 B 2,164905 X2 6,752922 X2tabel 7,84 Kriteria Homogen Varian gabungan semua kelompok (s2):
S2 =
9(1,393) + 9(0,589) + 9(1,982) + 9(2,571) 36
=
12,538 + 5,304 + 17,841 + 23,145 36
=
58,828 36
= 1,634 Log s2 = Log (1,634) = 0,2405 Harga satuan B B = (-0,2405) (36) = 2,165 X2 = (2,3026) {2,165 – (-4,38031)} = 6,752922 Untuk α = 0,05 % dengan dk = k-1 = 4-1 =3 diperoleh X2 tabel = 7,84 Karena X2 tabel ( 6,75 < 7,84) maka varians populasi adalah homogen. Lampiran 16
128
Perhitungan Data Hasil Penelitian dengan Analisis Varians (ANAVA) Dua Jalan pada Taraf Signifikansi α = 0,05. A. RANGKUMAN HASIL PENELITIAN Latihan Bench Press (A) Sudut 135º (A2) Sudut 45º (A1)
∑
∑X
73,45
6,80 7,23 8,17 6,79 7,68 6,54 6,12 7,45 7,13 8,01 72,24
ΣX2
543,9857
525,8034
571,7457
SD
0,706749
0,661785
1,368535
7,345
7,224
72,44
7,39 7,09 7,89 7,00 6,36 7,00 6,87 7,35 6,80 7,30 71,05
144,27
ΣX2
564,347
480,6713
564,347
SD
0,414589
0,351986
0,766576
7,24
7,10
145,89
143,29
289,18
1108,333
1006,475
2114,807
0,206588
0,219061
0,00882
7,4235
7,0745
Normal Gemuk (B2)
Berat badan (B)
Total
7,03 7,52 7,18 6,02 8,79 7,80 6,94 7,35 7,17 7,65
Mean
Normal Kurus (B1)
ΣX
Mean ΣX ΣX2 SD Lanjutan lampiran 16 Mean
7,50 7,50 7,91 7,18 7,00 7,82 6,89 7,55 7,09 6,00
B. Perhitungan Jumlah Kuadrat (JK)
145,69
Mean
7,2845
7,2135
7,249
129
1.
JK Total ( JKt)
JKt = ΣXt 2 −
(ΣXt ) 2 N
JKt = 2114,807 −
(289,18) 2 20
= 2114,807 – 2090, 267 = 24,181
2.
JK Antar Kelompok (JKak) JKak =
(ΣX 1 ) 2 (ΣX 1 ) 2 (ΣX 1 ) 2 (ΣX 1 ) 2 (ΣXt ) 2 + + + − n1 n2 n3 n4 N
JKak =
(73,45) 2 (72,24) 2 (72,44) 2 (71,05) 2 (289,18) 2 + + + − 10 10 10 10 40
= 17,34
3.
JK Dalam Kelompok/JK Kekeliruan (JK kek) JK kek = JKt –JK ak = 24,181-17,34 = 6,841
4.
JK Latihan Bench Press (JK Faktor A ) JKFA =
(ΣA1 ) 2 (ΣA1 ) 2 (ΣXt ) 2 + − nA1 nA1 N
JKFA =
(145) 2 (143) 2 (289,18) 2 + − 40 20 20
= 0,169 5.
JK Berat Badan (JK Faktor B) JKFB =
(ΣXB1 ) 2 (ΣXB2 ) 2 (ΣXt ) 2 + + 20 20 N
JKFB =
(145,69) 2 (144,27) 2 (289,18) 2 + − 20 20 40
Lanjutan lampiran 16 = 11,34 6.
JK Interaksi A dab B (JK int AB)
130
JK int AB = (JK ak – (JK FA+ JKFB) = 17,34 – (0,169 + 11,34) = 4,01
C. Perhitungan Derajat Kebebasan (dk) 1.
Derajat kebebasan antar kelompok Dk ak = JK -1
JK= jumlah kelompok
= 4-1 =3 2.
Derajat kebebasan antar kolom Dk FA = k-1
k = jumlah kolom
= 2-1 =1 3.
Derajat kebebasan antar baris Dk FB = b -1
b = jumlah baris
= 2-1 =1 4.
Derajat kebebasan untuk kuadrat total Dk total = JK (n-1) = 4 (10-1)
JK = jumlah kelompok n=jumlah sampel dalam tiap kelompok
= 4 (9) = 36 5.
Derajat kebebasan untuk jumlah kuadrat total Dk kek = JK (n-1) = 4 (10-1)
JK = Jumlah kelompok n = jumlah sampel dalam tiap kelompok
= 4 (9) = 36 6.
Derajat kebebasan interaksi
Dk = Int (k-1) (b-1) Lanjutan lampiran 16 = (2-1)(2-1)
k = jumlah kolom b = jumlah baris
=1
D.
Perhitungan Jumlah Kuadrat Tengah (JKT)
131
JKT antar kelompok (JKT ak) JKT ak = =
JKak dkak 17 ,34 3
= 5,78 1.
JKT dalam kelompok (JKT kek) JKkek dkkek
=
JKTkek
=
6,83 36
= 0,1899 2.
JKT antar kelompok A (JKT FA)
JKTFA = =
JKFA dkFA 0,169 1
= 0,169 3.
JKT antar baris (JKT FB)
JKTFB = =
JKTFB dkFB 11,34 1
=11,34 4.
JK interaksi (JKT int)
JKT int = =
JK int dk int 4,01 1
= 4,01
132
Lanjutan lampiran 16
E. Perhitungan Rasio F 1. Rasio F untuk latihan bench press (FA)
JKTA JKTkek
FA =
5,78 3
=
= 30,43 2. Rasio F untuk berat badan (FB) FA =
=
JKTB JKTkek 11,34 0,19
= 59,71 3. Rasio F untuk interaksi ( F int) F int = =
JKT int JKTkek 4,01 1
= 4,01 F.
Deskripsi Perhitungan Signifikan α = 0,05
Analisis
Varians
Dua Jalan pada Taraf
Sumber variansi
JK
dk
JKT
Fo
Ft
Keterangan
Faktor A
0,169
1
0,169
30,43
4,11
Signifikan
11,34
1
11,34
59,71
4,11
Signifikan
Interaksi AB
4,01
1
4,01
4,01
4,11
Tidak Signifikan
Antar Kelompok
17,34
3
5,78
Dalam Kelompok
6,84
36
0,189
Total
24,18
39
Latihan Bench Press Faktor B Berat Badan
133 Lanjutan lampiran 16
Keterangan: JK : Jumlah kuadrat Dk : Derajat kebebasan JKT : Jumlah kuadrat tengah Fo : F observasi Ft : F tabel = α = 0,05 atau, dk= n-1-k = 4,11 Kesimpulan analisis:
1. Harga Fo latihan bench press (FA) = 30,43 lebih besar dari F tabel α 0,05 = 4,11, sehingga terdapat perbedaan secara signifikan. 2. Harga Fo berat badan (FB) = 59,71 lebih besar dari F tabel α 0,05 = 4,11 sehingga terdapat perbedaan secara signifikan. 3. Harga Fo interaksi antara latihan bench press sudut 135º dan berat badan normal gemuk = 4,01 lebih kecil dari F tabel α 0,05 = 4,11 sehingga tidak terdapat interaksi secara signifikan.
Lampiran 17
134
Lanjutan Lampiran 17
135
Lanjutan Lampiran 17
136
Lanjutan Lampiran 17
137
Lanjutan Lampiran 17
138
Lanjutan Lampiran 17
139
Lanjutan Lampiran 17
140
Lanjutan Lampiran 17
141
Lanjutan Lampiran 17
142
Lanjutan Lampiran 17
143
Lampiran 18
144
Lanjutan Lampiran 18
145
Lanjutan Lampiran 18
146
Lanjutan Lampiran 18
147
Lanjutan Lampiran 18
148
Lanjutan Lampiran 18
149
Lanjutan Lampiran 18
150
Lanjutan Lampiran 18
151
Lanjutan Lampiran 18
152
Lanjutan Lampiran 18
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
Lampiran 26
167
Lampiran 27
168
Lanjutan Lampiran 27
169
Lanjutan lampiran 27
170
Lanjutan Lampiran 27
171
Lanjutan Lampiran 28
172
173
174
Lampiran 30
175
Lanjutan lampiran 30
176
177
178
Lampiran 33
Gambar 15. Pelaksanaan Satuan Pelajaran Tolak Peluru Gaya O’Brien Kriteria Berat Badan Normal Gemuk.
Gambar 16. Pelaksanaan Satuan Pelajaran Tolak Peluru Gaya O’Brien Kriteria Berat Badan Normal Kurus.
179
Lanjutan Lampiran 33
Gambar 17. Pelaksanaan Program Latihan Bench Press Sudut 135° dan Sudut 45°.
Gambar 18. Tes Kemampuan Tolak Peluru Gaya O’Brien Kelompok Sampel Berat Badan Normal Gemuk.
180
Lanjutan lampiran 33
Gambar 19. Tes Kemampuan Tolak Peluru Gaya O’Brien Kelompok Sampel Berat Badan Normal Kurus.
Gambar 20. Pelaksnaan Pengambilan Data Hasil Tolak Peluru Gaya O’Brien.
181
RIWAYAT HIDUP
MUHLISIN, lahir di Grobogan – Jawa Tengah pada 8 Agustus 1973, merupakan anak ke empat dari enam bersaudara dari ayah Daman dan ibu Satiyem. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan tahun 1986 di Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Riyadlatul-Mubtadiin Panunggalan – Grobogan. Menyelesaikan pendidikan sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun 1990 di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) Miftahul-Huda Panunggalan – Grobogan. Menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Nahdlatul-Ulama Panunggalan – Grobogan dan lulus tahun 1993. Melanjutkan studi di Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) IKIP Semarang pada tahun 1993 jurusan Pendidikan Olah Raga dan lulus pada tahun 1998. Mulai mengajar sebagai guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan pada tahun 1997 di SMA “Widya-Wiyata”, dan SMEA “Gedong-Songo” Manyaran – Semarang Barat. Tahun 1998 mengajar sebagai guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di SMA “Kesatrian I“ Kali Banteng – Semarang Barat. Tahun 1999 mengajar sebagai guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di SMA Negeri 1 Kedungreja – Cilacap. Dari tahun 2000 sampai sekarang mengajar sebagai guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di SMK Negeri 1 Wanareja - Kab. Cilacap. Terhitung mulai tanggal 1 Januari 2005 diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), dan terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2006 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).