PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN MANAJERIAL, PANGSA PASAR, DAN PROFITABILITAS TERHADAP STATUS PEMERATAAN LABA
FIVI ANGGRAINI
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Manajerial, Pangsa Pasar dan Profitabilitas Terhadap Status Pemerataan Laba (Income Smothing) ABSTRACT
This study to investigate the effect of managerial ownership concentration, market share and profitability to ward income smothing for public company listing in Jakarta Stock Exchange. The sample is the campany listed from 1992 to 2002, manufacturing industry and have an accounting periode at December 31. Data collection is performed by purposive samling method. The data in this study is secondary data with 32 samples. The statistic method which is used to test on research hypothesis is logistic regression. The result documented that there is an negative relationship between profitability and income smothing. Other independen variables do not have significant relationship with income smothing. Key words, income smothing, market share, managerial ownership and profitability. PENDA HULUAN 1. Latar Belakang Praktik perataan laba1 (income smothing) dianggap rasional dan logis. Manajemen sebagai pihak yang berkepentingan dan bertanggung jawab atas kinerja perusahaan akan berusaha untuk mengurangi fluktuasi earning perusahaan. Kinerja manajemen akan dianggap kurang baik bila earning perusahaan bersifat fluktuatif sebab investor akan sulit membuat prediksi arus earning dan eksplotasi deviden investor menjadi tidak stabil. Hepwoth (1953), sebagaimana dikutip Ashari dkk (1994) menyebutkan ada beberapa alasan mengapa manajemen melakukan income smothing, (1) manajemen dapat mengurangi hutang pajak, (2) dapat menambah keyakinan investor terhadap perusahaan sebab earning yang stabil menghasilkan kebijakan deviden yang stabil pula, (3) dapat meningkatkan hubungan baik antara manajer dan pekerja, (4) akan memberi dampak psikologis sebab akan menurunkan harapan yang terlalu optimistik dan menaikkan harapan yang terlalu pesimistik. Adanya kepentingan kontraktual yang melibatkan banyak pihak semacam pekerja, kreditor dan pemasok juga menjadi pendorong praktik perataan laba. Godfrey dan Jones (1999) menemukan bahwa tingkat unionisasi pekerja pada perusahaan yang melakukan praktik perataan laba lebih besar bila dibandingkan dengan tingkat unionisasi pekerja pada perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba. Berkaitan dengan kepemilikan manajerial Kamin dan Ronen (1978) membuktikan bahwa praktik perataan laba berbanding terbalik dengan kendali kepemilikan manajer. Senada dengan Godfrey dan Jones (1999) menemukan bahwa tingkat diversifikasi kepemilikan manajer pada perusahaan yang 1
Istilah status perataan laba seringkali diidentikan dengan income smothing dalam akuntansi. Penulis juga menggunakan kedua istilah ini secara bergantian dalam arti yang sama.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
2
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
melakukan lebih besar bila dibandingkan dengan yang terjadi pada perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba. Penelitian tentang praktik peratan laba di Indonesia cukup banyak dilakukan seperti yang dilakukan oleh Ilmainir (1993), Zuhroh (1996), Jin (1997). Penelitian–penelitian di Indonesia tersebut kebanyakan memasukkan variabel-variabel seperti besarnya perusahaan, jenis industri, profitabilitas, leverage operasi perusahaan dan rasio hutang terhadap modal. Semua penelitian tersebut menunjukkan adanya praktik perataan laba diIndonesia. Ilmainir (1993) menyimpulkan bahwa faktor ukuran laba dan rencana bonus tidak signifikan dalam mempengaruhi praktik perataan laba. Jin (1997) berhasil menemukan bahwa leverage operasi merupakan bahwa leverage operasi merupakan faktor pendorong perataan laba, namun empat faktor lain tidak berhasil dia buktikan. Ghofar (2001) menunjukan perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan lima variabel yaitu size, pangsa pasar, konsentrasi kepemilikan, profitabilitas dan hutang. Hasilnya menunjukkan hanya variabel profitabilitas yang secara signifikan berpengaruh terhadap perataan laba. Ada beberapa hal yang mendorong atau memotivasi penelitian ini yang sekaligus membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya di Indonesia. Penelitian ini mencoba menggunakan periode pengamatan yang panjang yaitu sepuluh tahun (1992-2002), dengan tujuan untuk memperoleh tingkat akurasi pengelompokan perusahaan berstatus perataan laba dan non perataan yang lebih baik. Penelitian ini menguji variabel yang dihubungkan dengan status perataan laba dengan setting Indonesia yaitu variabel konsentrasi kepemilikan manajerial dan pangsa pasar. 2. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Penelitian ini adalah dikembangkan dari penelitian yang dilakukan oleh Godfrey dan Jones (1999) di Australia. Dengan tujuan utama yaitu untuk memberikan bukti empiris adanya perataan laba (income smothing) di Indonesia dan menguji hubungan antara konsentrasi kepemilikan manajerial, pangsa pasar dan profitabilitas dengan status perataan laba (income smothing) di Indonesia. Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi investor sebagai pertimbangan dalam membuat keputusan investasi khususnya pada pemilihan perusahaan setelah mengetahui perilaku manajemen dalam perusahaan tersebut. 3. Perumusan Masalah Berdasarkan argumen yang diajukan dalam literatur diatas maka dapat dirumuskan masalah teoritis penelitian ini sebagai berikut: Apakah status perataan laba dipengaruhi oleh konsentrasi kepemilikan manajerial? Apakah status perataan laba dipengaruhi oleh pangsa pasar perusahaan? Apakah status perataan laba dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan?
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
3
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 1 Tinjauan Literatur Perataan laba sebenarnya merupakan salah satu hipotesis yang ada dalam earnings management. Earnings management adalah usaha yang dilakukan manajer untuk mengelola laba sehingga sesuai dengan tujuan manajer. Praktik semacam ini (earning management) dilakukan antara lain dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu yang sesuai dengan kepentingan manajer atau merubah estimasi-estimasi akuntansi. Cahan (1992) menemukan bahwa perusahaan yang cenderung bersifat monopoli ternyata memiliki insentif untuk memilih prosedur akuntansi yang membuat earning perusahaan rendah. Sedangkan perataan laba merupakan praktik dimana manajer memilih metode atau kebijakan akuntansi tertentu sehingga varian atau fluktuasi earning dapat dioptimalkan. Dalam praktik ini, manajer akan berusaha menurunkan earning ketika kinerja atau laba operasinya dianggap terlalu tinggi dan sebaliknya akan berusaha menaikkan earning yang dilaporkan bila kinerja operasi perusahaan dianggap terlalu rendah. Adanya praktik semacam ini akan menyebabkan pengungkapan income yang tidak memadai dan menyesatkan sehingga investor tidak dapat secara akurat mengevaluasi return dan resiko atas portofolio yang dibentuknya. Praktik perataan laba dapat muncul karena manajemen memiliki keleluasaan dalam memilih metode akuntansi. Keleluasaan semacam ini dapat digunakan manajemen untuk memilih metode-metode tertentu yang sesuai dengan kepentingannya. Praktik perataan laba (income smothing) dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu: 1. Perataan melalui waktu terjadinya event atau pengakuan terjadinya suatu event. Pihak management dapat menentukan waktu transaksi melalui kebijakan management sendiri (accrual), misalnya pengeluaran biaya riset dan pengembangan, sehingga variasi earning dapat dikurangi. 2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Management memiliki kewenangan untuk mengalokasikan pendapatan atau biaya tertentu untuk beberapa periode. 3. Perataan laba melalui klasifikasi. Management memiliki kewenangan atau kebijakan sendiri untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda (antara ordinary items dan extraordinary items). Ashari dan kawan-kawan (1994) penelitian dengan seting banyak negara telah membuktikan adanya praktik perata laba di Singapura dan Malaysia. Mereka menggunakan indeks Eckel untuk mendeteksi ada tidaknya praktik perataan laba. Variabel independen yang digunakan diantaranya ukuran perusahaan, profitabilitas, jenis industri, nasionlitas perusahaan. Hasil dari penelitian mereka menunjukkan bahwa faktor profitabilitas, nasionalitas dan jenis industri berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Penelitian yang dilakukan oleh Godfrey dan Jones (1999) di Australia tentang praktik perata laba melalui klasifikasi item luar biasa (extraordinary). Variabel-variabel independennya yaitu pangsa pasar, tingkat unionisasi Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
4
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
pekerja, tingkat upah manajemen. konsentrasi kepemilikan dan tingkat interest coverage. Hasilnya menunjukkan bahwa kecuali variabel interests coverage, semua variabel independen diatas berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
2. Pengembangan Hipotesis Konsep perataan laba (income smothing) mengasumsikan bahwa investor adalah orang yang menolak resiko (Fundenberg dan Tirole, 1995) dan manajer yang menolak resiko yaitu manajer yang menghindari pinjaman dan pemberian pinjaman dipasar modal, terdorong untuk melakukan perataan laba (Lambert, 1984 dan Dye, 1988). Berbagai penelitian untuk mendeteksi adanya perataan laba banyak dilakukan. Barnea, Sadan dan Ronen (1976) serta Godfrey dan Jones (1999) menemukan perataan laba melalui klasifikasi pos dalam laporan laba-rugi. Moses (1987) mendeteksi perataan laba melalui perubahan metode akuntansi yang digunakan oleh perusahaan. Penelitian-penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa beberapa instrumen yang banyak digunakan untuk melakukan perataan laba adalah dividen income, perubahan-perubahan dalam kebijakan akuntansi, investment tax credit, depreciation dan fixed charges, discretionary accounting decisions, exchange differences, accounting classifications, reserves dan provisions (Ashari dkk, 1994,292). Godfrey dan Jones (1999) menemukan bukti bahwa tingkat konsentrasi kepemilikan manajer memiliki hubungan dengan praktik perataan laba. Manajer dengan tingkat konsentrasi kepemilikan yang rendah (terdiversifikasi) akan memiliki insentif untuk melakukan perataan laba, disebabkan manajer berusaha menghindari revisi atas rencana kompensasi baginya yang mungkin timbul karena profit yang terlalu tinggi. Smith (1976) menemukan bukti yang sama bahwa dengan tingkat kepemilikan yang kecil atau mengetahui keberadaan earnings management maka manajer akan berusaha untuk melakukan perataan laba. Sedangkan pemilik dengan tingkat kepemilikan yang besar akan memiliki akses informasi yang lebih daripada pemilik kecil. Hal tersebut akan menghalangi manajer untuk melakukan manipulasi earning. Smith (1976) juga menyatakan bahwa pemilik besar kurang memiliki insentif untuk mengurangi fluktuasi laba. Oleh karena itu hipotesis yang dirumuskan adalah H1: Semakin kecil konsentrasi kepemilikan manajerial, semakin besar kemungkinan perusahaan melakukan status perataan laba (income smothing). Market share atau rasio konsentrasi industri juga sering digunakan sebagai proksi biaya politik. Market share digunakan sebagai proksi kemampuan perusahaan untuk mendapatkan tingkat monopoli tertentu. Perusahaan yang mendapat sorotan masyarakat dan pemerintah akan terbebani oleh biaya politik. Moses (1987) berpendapat bahwa fluktuasi earning yang berlebihan akan menarik perhatian pemerintah (regulator) dan dianggap sebagai signal adanya praktek monopoli. Sedangkan penurunan earning akan dianggap sebagai signal adanya krisis dan akan menyebabkan campur tangan pemerintah. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
5
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Perusahaan dengan tingkat market share yang tinggi akan memiliki potensi biaya politik yang tinggi seperti penghapusan subsidi dan pengenaan tarif pajak tertentu (Jones, 1991; Godfey dan Jones, 1999). Perusahaan yang memiliki market share yang tinggi cenderung melakukan perataan laba daripada harus menekan kenaikan earning. Hal ini disebabkan selain menghindari biaya politik, perusahaan juga masih menginginkan hubungan baik dengan konsumen, pekerja dan pemasoknya. Watts dan Zimmerman (1978) juga beragrumen yang senada. Menurut mereka, kemampuan pasar (market power) akan menimbulkan kemungkinan aktivitas antitrust. Market share merupakan proksi dari market power. Secara empiris Moses (1987) menemukan bahwa ukuran perusahaan dan market share berhubungan positif dengan perataan laba. Godfrey dan Jones (1999) dengan sampel perusahaan di Australia menemukan hubungan yang signifikan antara perataan laba dengan market share. Oleh karena itu hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut: H2: Semakin besar pangsa pasar perusahaan, semakin besar kemungkinan perusahaan berstatus perataan laba (income smothing). Archibold (1967) seperti dikutip dari Ashori dkk (1994) menyimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas yang rendah cenderung melakukan income smothing. Hal ini disebabkan adanya pengaruh buruk yang lebih besar atas aliran pendapatan pada perusahaan dengan laba rendah daripada perusahaan dengan laba tinggi. Oleh karena itu, perusahaan dengan profitabilitas rendah akan lebih cenderung melakukan perataan laba jika dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi. Ashari dkk (1994) membuktikan bahwa profitabilitas perusahaan yang melakukan perataan laba lebih rendah secara signifikan daripada perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Mereka juga berkesimpulan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap status perataan laba. Zuhroh (1996) dan Jin (1997), dengan menggunakan ukuran rasio laba atas modal dan sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, menguji apakah profitabilitas berpengaruh terhadap perataan laba. Hasilnya menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Pengajuan kembali hipotesis ini untuk mengklarifikasikan penelitian sebelumnya mengingat periode pengamatan dalam penelitian ini lebih panjang daripada penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, hipotesis yang ketiga dirumuskan sebagai berikut: H3: Semakin rendah profitabilitas perusahaan, semakin besar kemungkinan perusahaan melakukan status perataan laba (income smothing). METODA PENELITIAN 1. Sumber Data, Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Sampel dipilih dari populasi perusahaan yang sahamnya terdaftar dan diperdagangan di Bursa Efek Jakarta berdasarkan penyampelan bersasaran (purposive sampling). Sampel diambil berdasarkan kriteria antara lain: terdaftar di BEJ sejak 1992 hingga 2002, laporan keuangan tiap perusahaan dipublikasikan sejak tahun 1992 hingga 2002, perusahaan manufacturing, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
6
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
memiliki akhir tahun fiskal 31 Desember, data yang dibutuhkan perusahan yang tidak melakukan restrukturisasi (merger ataupun akuisisi) selama periode pengamatan. Data time series digunakan untuk memisahkan perusahaan yang melakukan praktik laba dari perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba. Data time series ini dapat diperoleh dari Capital Market Directory dan Laporan Keuangan tahunan perusahaan, dengan kriteria diatas terpilih sampel. Proses Pemilihan Sampel Keterangan Jumlah perusahaan yang terdaftar sampai dengan 31 Desember 2002 Perusahaan non-manufakturing Perusahaan yang delisting/tidak eksis hingga 31 Desember 2002 Laporan keuangan tidak berakhir 31 Desember Perusahaan yang melakukan restrukturisasi selama 1992-2002 Data tidak lengkap dan tidak mendukung Jumlah sampel
Jumlah 122 (52) (13) (3) (14) (8) 32
2. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel 2.1 Variabel Dependen Variabel dependen dari penelitian ini adalah status pemerataan laba (income smothing). Untuk menentukan status perataan laba (income smothing) digunakan indeks Eckel dengan rumus: Indeks income smothing = (CV ∆I / CV∆S) Keterangan: ∆I = perubahan laba dalam 1 periode ∆S = perubahan penjualan dalam 1 periode CV = koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan CV∆I adalah koefisien variasi untuk perubahan laba CV∆S adalah koefisien variasi untuk perubahan penjualan Dimana koefisien variasi perubahan laba dan penjualan dihitung dengan cara: CV∆I dan CV∆S =
Variance ExpectedVa lue
Indeks Eckel ini digunakan untuk mengklasifikasikan sampel sebagai perataan laba atau non-perataan laba. Status perataan laba ditandai dengan nilai indeks Eckel yang kurang dari satu dan sebaliknya status non-perataan laba ditunjukkan oleh indeks Eckel yang lebih dari satu. Menurut Albercht dan Richardson (1990) kelebihan indeks ini antara lain: 1. Indeks ini hanya mengukur variabilitas yang dilaporkan tanpa menggunakan prediksi laba sehingga hasilnya tidak mudah dipengaruhi oleh model-model prediksi laba. 2. Indeks ini tidak menggunakan baik pengujian univariate maupun multivariate atas biaya. 3. Laba dan penjualan yang diuji adalah laba dan penjualan untuk beberapa periode waktu.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
7
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
2.2 Variabel Independen Konsentrasi kepemilikan manajerial, diukur dengan persentase kepemilikan terbesar yang dimiliki oleh sesorang pemegang saham (pemilik). Konsentrasi kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Pangsa Pasar, diukur dengan perbandingan antara sales suatu perusahaan dengan penjualan seluruh industri yang sejenis. Penggolongan industri akan didasarkan pada penggolongan yang terdapat dalam Capital Market Directory. Profitabilitas, diukur dengan rasio antara laba atas total asset dan rasio laba atas penjualan. 3. Model Pengujian Hipotesis 3.1. Pengujian Hipotesis Sebelum pengujian dilakukan terlebih dahulu dilakukan pengujian sampel dengan indeks Eckel untuk memisahkan perusahaan perataan laba dan nonperataan laba. Hipotesis akan diuji dengan menggunakan analisis regresi logistik (Logistic Regresion Analysis), karena pada pengujian ini memiliki variabel dependen yang menggunakan dummy dan memiliki variabel independen yang diukur dengan skala rasio (Cooper dan Emory, 1995). Model logit yang akan digunakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: SPL = β0 + β1 KSM +β2 PP +β3 PRF + e Keterangan SPL = 1 untuk status perata laba dan 0 untuk non-status perata laba KSM = Konsentrasi kepemilikan manajerial PP = Pangsa Pasar PRF = Profitabilitas e = error ANALISIS HASIL PENELITIAN 1. Statistik Deskriptif Gambaran umum data penelitian dapat dilihat pada statistik deskriptif penelitian pada tabel 2 berikut ini: TABEL 1 Statistik Deskriptif Variabel Status PEMILIK PANGSA ROA Valid N (listwise)
N 32 32 32 32 32
Minimum .00 .097 .004 -.030
Maximum 1.00 .850 .870 .277
Mean .3438 .50888 .16978 .07531
Std. Deviation .4826 .20110 .19383 .06828
Pada Tabel 1 diatas menyajikan ringkasan hasil analisis statistik deskriptif keseluruhan variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Sampel perusahaan yang diteliti terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara nilai maksimum dan minimum data yang disajikan. Diantaranya tampak terlihat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
8
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
bahwa status kepemilikan minimum 0.00 dan maksimum 1.00, rata-rata sebesar 0.34, dengan data valid yang dapat digunakan untuk me-regress semua variabel independen adalah 32 sampel. Sedangkan untuk data ROA terdapat perbedaan yang cukup signifikan disebabkan oleh adanya perusahaan perataan laba yang secara keseluruhan lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan lain.
2. Hasil Pengujian dan Analisis Hasil Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisa regresi logistik, dengan tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0.05. Hasil pengujian regresi logistik secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut ini: TABEL 2 Hasil Uji Hipotesis 1, 2 dan 3 Model Analisis Regresi Logistik Status Perataan Laba Persamaan Regresi Logistik Y = 0.383 + 0.407 KSM + 2.552 PP – 28.622 PRF Variabel B S.E Wald KSM 0.407 2.435 0.0280 PP 2.552 2.645 0.930 PRF -28.622 12.180 5.522 Constant 0.383 1.164 0.108 32 N 41.187 -2 Log Likelihood Block 0 30.099 -2 Log Likelihood Block 1 5.135 Hosmer and Lemesshow Test 0.332 Sig (Hosmer and Lemeshow Test) 0.460 Nagelkerke R Square
Df 1 1 1 1
Sig 0.867 0.335 0.019 0.742
Pengujian model penelitian dilihat dari nilai Hosmer and Lemeshaw test sebesar 5.135 dan nilai profitabilitas signifikan sebesar 0.311, lebih besar dari tingkat signifikan 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa model ini sudah cukup baik, artinya tidak ditemukan perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan yang diamati dan model regresi binary ini layak dipakai untuk analisis selanjutnya. Untuk melihat kecocokan model (model fit), kriteria yang digunakan adalah nilai –2 Log Likehood (-2 LL). Adanya penurunan nilai dari 41.187 menjadi 30.099, mengindikasikan bahwa model regresi ini baik. 3. Hasil Pengujian dan Analisis Hasil untuk Hipotesis 1 Pada perusahaan yang memiliki tingkat konsentrasi kepemilikan manajerial, koefisien regresi untuk kepemilikan manajerial adalah positif, secara statistik p < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tingkat keyakinan 95% kepemilikan manajerial tidak mempengaruhi pilihan perusahaan untuk melakukan status pemerataan laba. Tanda positif menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat kepemilikan manajerial maka perusahaan cenderung tidak akan melakukan status pemerataan laba. Penelitian ini tidak dapat membuktikan adanya hubungan antara perataan laba dengan konsentrasi kepemilikan. Hal ini bisa jadi disebabkan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
9
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
kekurang canggihan investor atau pemilik modal di Indonesia sehingga manajemen tidak perlu melakukan manajemen laba. Hal ini berbeda dengan penelitian Moses (1987) dan Godfery & Jones (1999) menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan saham merupakan pendorong praktik perataan laba. Mereka menemukan semakin besar konsentrasi kepemilikan, semakin besar kecenderungan manajemen tidak melakukan perataan laba. 4. Hasil Pengujian dan Analisis Hasil untuk Hipotesis 2 Koefisien regresi untuk pangsa pasar juga menunjukkan tanda positif, secara statistik p < 0.05. Tanda positif menunjukkan semakin tinggi pasar pasar maka perusahaan cenderung tidak melakukan status pemerataan laba. Penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa pangsa pasar dapat dikaitkan dengan status perataan laba. Peneliti berpendapat bahwa pangsa pasar merupakan proksi dari biaya politik maka akan sangat tergantung pada keadaan negara dimana penelitian di lakukan. Di Indonesia sebelum tahun 1999 tidak terdapat undang-undang yang membatasi atau melarang praktek monopoli dan persaingan tidak sehat. \hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Moses (1987) dengan setting Amerika Serikat serta Godfrey dan Jones (1999) dengan setting Australia telah membuktikan adanya hubungan antara kekuatan pasar (market share) perusahaan dengan perataan laba. 5. Hasil Pengujian dan Analisis Hasil untuk Hipotesis 3 Pada perusahaan yang mengalami penurunan profitabilitas, koefisien regresi untuk profitabilitas adalah negatif secara statistis signifikan pada p < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat keyakinan 95% profitabilitas mempengaruhi pilihan manajer untuk melakukan status pemerataan laba. Penelitian ini berhasil membuktikan adanya hubungan antara profitabilitas, baik yang diukur dengan ROA dengan status perataan laba. Hubungan antara perataan laba dan profitabilitas bersifat negatif. Ashari dkk. (1994) menemukan bukti bahwa ada hubungan antara profitabilitas dengan perataan laba. Sedangkan penelitian-penelitian yang dilakukan di Indonesia tidak berhasil membuktikan adanya hubungan tersebut. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Zuhroh (1996) dan Jin (1997).
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
10
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
SIMPULAN DAN KERTEBATASAN Simpulan 1. Dari hasil analisis regresi logistik terlihat hanya variabel profitabilitas yang diukur dengan ROA yang berpengaruh secara statistik signifikan terhadap perataan laba. Dengan kata lain disimpulkan bahwa hipotesis alternatif ke tiga dapat diterima. Atau semakin kecil profitabilitas, semakin besar kecenderungan perusahaan berstatus laba. Variabel-variabel pangsa pasar, dan konsentrasi kepemilikan tidak terbukti berpengaruh terhadap status perataan laba. 2. Penelitian ini lebih memperkuat lagi penelitian sebelumnya yang menemukan adanya bukti perataan laba di Indonesia. Penelitian ini juga menyetujui pendapat peneliti-peneliti sebelumnya bahwa keleluasaan dalam pemilihan teknik, metode dan prosedur akuntansi seringkali disalahgunakan oleh manajemen untuk melakukan perataan laba. Keberadaan perataan laba seharusnya menggugah pembuat standar akuntansi untuk memikirkan perbaikan atas standar yang ada sehingga praktik semacam ini tidak merugikan pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan. Keterbatasan Adapun keterbatasan penelitian ini yang perlu diperbaiki pada penelitian selanjutnya adalah 1. Sampel hanya memasukkan jenis industri manufakturing dengan seluruh subkategorinya, sehingga jenis industri lain tidak tercover dalam penelitian ini yang sangat menggangu interpretasi hasil penelitian. 2. Perhitungan pangsa pasar hanya memperhitungkan penjualan sub industri dari perusahaan–perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan tidak mempertimbangkan jumlah penjualan perusahaan yang memiliki kategori sub industri yang sama mana tidak terdaftar di BEJ. Hal ini bisa menggangu hasil analisis mengingat baru sedikit perusahaan yang terdaftar di BEJ. 3. Penelitian ini tidak melihat pengaruh perubahaan peraturan perpajakkan yang terjadi selama periode pengamatan yang dapat mempengaruhi besarnya laba bersih setelah pajak yang dijadikan tujuan perataan laba dalam penelitian ini.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
11
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
DAFTAR PUSTAKA Albercht, W. D and Ricardson, 1990, Income Smoothing by Economy Sector. Journal of Business Finance and Accounting. Winter. P:713-730. Ashari N., hian C.K., Soh L. T., and Wei H. W., 1994, Factor Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in Singapura, Accounting and Bussines Research, Vol. 24, No. 96, pp. 291-301. Assih, Prihat, 1998, Hubungan Tindakan Perataan Laba dan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di BEJ, Tesis Msi, UGM, Yogyakarta. Barnea, Amir. Joshua Ronen, Simcha Sadan, 1976, Classificatory Smoothing of Income with Extraordinary Items, The Accounting Review. Jan, p: 111-122. Copeland, Ronald M and Ralph D. Licastro, 1968, A Note on Income Smoothing, The Accounting Review, July 1968, p 540-545. Ghofar Abdul, 2001, Pengaruh Size, Pangsa pasar, Konsentrasi Kepemilikian, Profitabilitas dan Hutang Terhadap Status Perataan Laba, Tesis S2, Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ilmaniar, 1993, Perataan Laba dan Faktor-faktor Pendorongnya pada Perusahaan Publik di Indonesia, Tesis S2, Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Jin, Liaw She, 1997, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa efek Jakarta, Tesis S2, Msi UGM, Yogyakarta. Kiswara, Endang, 1990, Indikasi Keberadaan Unsur Manajemen Laba (Earnings Management) dalam Laporan Keuangan Perusahaan Publik, Tesis S2, Msi, UGM, Yogyakarta.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
12
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
CURRICULUM VITAE Nama: Tempat/Tanggal lahir: Alamat: HP/Telepon: NIP: Jabatan: Hatta
FIVI ANGGRAINI, S.E., M.Si. Padang, 6 Oktober 1973 Jl. Aur Duri No. 56 Padang 08126771734/ 0751 22323 995.000.410 Dosen Tetap Fak. Eko. Univ. Bung
Riwayat Pendidikan: 1980 – 1986: SDN No. 36 Padang 1986 - 1989: SMP 9 Padang 1989 - 1992: SMA Negri 1 Padang 1992 - 1996: Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Univ Bung Hatta 2000 - 2002: Magister Sains Fak. Ekonomi Univ. Gadjah Mada Pengalaman Penelitian: 2002:
Penelitian “Pengaruh Customization dan Interdependensi terhadap Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen Broad Scope dan Agregation” .
2004:
Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Manajerial, Pangsa Pasar dan Profitabilitas Terhadap Status Pemerataan Laba (Income Smothing)
Sertifikat: 1. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) V sebagai Pemakalah, di Semarang 5-6 September 2002 2. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IV sebagai Peserta, di Bandung, 30-31 Agustus 2001 3. Pratikum Analisis Statistik (PAS) Yogyakarta, Semester Ganjil T.A 2000/2001 4. Audit Training sebagai Peserta, Yogyakarta, 3-6 April 2001 5. Seminar Bersama Bidang Ilmu Ekonomi Kerjasama Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah X, Padang 12 Oktober 2002 Hormat saya,
Fivi Anggraini,SE., MSi Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
13