PENGARUH KONSENTRASI INDOLE BUTYRIC ACID (IBA) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK PUCUK JAMBU AIR (Syzygium semarangense Burm. F. Alst) Yustina Sri Sulastri Staf Pengajar Kopertis Wil. I dpk Unika St Thomas SU Medan ABSTRAK Jambu air termasuk buah komersial yang kebutuhannya terus meningkat. Penyediaan bibit untuk skala besar melalui perbanyakan generatif tampaknya sulit dipenuhi selain hasil keturunannya yang kadang menyimpang. Penyediaan bibit melalui perbanyakan secara setek tampaknya lebih sesuai. Berdasarkan hal di atas maka dilakukan penelitian dengan tujuan melihat pengaruh IBA terhadap pertumbuhan setek pucuk jambu air. Penelitian ini disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dimana faktor pertama adalah konsentrasi IBA dan faktor kedua adalah lama perendaman dan dilakukan uji beda rataan untuk perlakuan yang nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi IBA hingga 90 ppm meningkatkan volume akar, ada tendensi meningkatkan jumlah akar, panjang akar dan bobot akar setek pucuk umur 56 hst. Perlakuan lama perendaman hingga 18 jam meningkatkan pertambahan tinggi setek, jumlah akar, bobot akar dan volume akar setek. Interaksi antara konsentrasi IBA dan lama perendaman tidak memberi pengaruh pada semua parameter yang diamati. Dari penelitian ini belum diperoleh baik konsentrasi IBA maupun lama perendaman yang optimum terhadap pertumbuhan setek pucuk jambu air, sehingga penelitian ini perlu diulang dengan meningkatkan konsentrasi hingga 120 ppm dan lama perendaman hingga 24 jam. Kata kunci: IBA, setek pucuk, akar, tanaman jambu air. PENDAHULUAN Di Indonesia, jambu air ditanam hampir di seluruh wilayah. Pusat penyebaran tanaman jambu air terdapat di Pulau Jawa. Jumlah tanaman yang menghasilkan di Pulau Jawa cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Jambu air yang dihasilkan memiliki nilai ekonomis yang tinggi (buah potensial) sebagai buah komersil, karena selain rasanya enak menyegarkan, juga mengandung gizi yang cukup tinggi dan lengkap.
Menurut Direktorat Gizi Depkes RI (1981) dalam Rukmana (1997) kandungan gizi dalam 100 g buah jambu air adalah 46 kal kalori, 0.60 g protein, 0.20 g lemak, 11.80 mg karbohidrat, 7.5 mg kalsium, 9 mg fosfor, 1.1 mg zat besi, 5.00 vitamin C, 87 g air, dan 90 % bagian yang dapat dimakan. Dewasa ini, jambu air termasuk buah komersil setelah bersama-sama dengan aneka jenis buah lainnya seperti durian, mangga, leci,
26 JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 2, Nomor 3, Desember 2004 : 25-34
rambutan, manggis, maupun lengkeng yang diancang sebagai salah satu sumber devisa negara. Peningkatan ekspor jambu air dalam beberapa tahun terakhir terjadi karena adanya dukungan dari perkebunan jambu air dalam skala besar, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, dan Yogyakarta (Rukmana, 1997). Demikian juga dengan Thailand yang menyadari bahwa potensi jambu air untuk ekspor sehingga menyusul Taiwan mengebunkan-nya secara komersial. Ekspor jambu air paling besar adalah ke Jepang (Anonimus, 2000). Kegiatan pengembangan buahbuahan perlu didukung oleh tersedianya bibit yang berkualitas dalam jumlah yang cukup. Tetapi penanganan perbanyakan tanaman sering diabaikan oleh petani tradisional, padahal perbanyakan tanaman yang tepat akan menguntungkan usahatani (Wudianto, 1992). Tanaman jambu air dapat diperbanyak secara generatif (biji) dan vegetatif (okulasi, cangkok, setek). Perbanyakan tanaman dengan biji sering mengecewakan karena selain umur mulai berbuah lama (panjang) juga sering terjadi penyimpangan sifat-sifat pohon induknya. Oleh karena itu perbanyakan tanaman jambu air dengan biji hanya dianjurkan untuk memproduksi batang bawah sebagai bahan penyambungan (Rukmana, 1997). Perbanyakan vegetatif pada tanaman buah-buahan dimaksud untuk mempertahankan sifat induk yang unggul, memperpendek masa vegetatif, sehingga tanaman tersebut dapat lebih cepat berproduksi. Perbanyakan vegetatif dengan setek
sebetulnya paling efisien karena tidak memerlukan batang bawah seperti halnya dengan okulasi atau enten dan waktu yang dibutuhkan relatif singkat. Jika dibandingkan dengan perbanyakan generatif memerlukan waktu yang lebih lama (Anwarudin, Titin, dan Hendro, 1985). Setek pucuk merupakan salah satu perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian ujung atau pucuk tanaman. Bahan setek pucuk adalah pucuk ranting, pucuk cabang atau pucuk batang. Panjang setek sekitar 8 – 20 cm atau memiliki ruas sebanyak 5 buah. Sebagian daun dibuang dan disisakan 2 - 3 helai daun paling ujung (Raharja dan Wiryanta, 2003). Penggunaan zat pengatur tubuh (zpt) adalah untuk menambah kadar zpt yang ada, guna mempercepat pertumbuhan tanaman dengan harapan agar diperoleh hasil yang lebih cepat dan mungkin lebih besar. Tanggapan tanaman terhadap pemberian zpt sangat bervariasi dan tergantung pada fase perkembangan yang telah dicapainya (Kusumo, 1984). Zpt pembentuk perakaran adalah auksin. Indole Acetic Acid (IAA), Naftalena Acetid Acid (NAA), Indole Butyric Acid (IBA) adalah termasuk auksin. Indole Butyric Acid (IBA) lebih stabil sifat kimia dan mobilitasnya di dalam tanaman selain dari pada itu pengaruhnya lama. Sifat-sifat IBA inilah yang menyebabkan pemakaiannya lebih berhasil. Zpt ini tetap berada di dekat tempat ia diberikan dan tidak menyebar ke bagian setek lain sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan bagian lain. Cara pemakaian zat pengatur tumbuh seperti IBA bermacam-
27
macam antara lain dicampur dengan bubuk (powder), dilarutkan membentuk larutan atau dalam konsentrasi tinggi dalam bentuk konsentrat (500 – 10000 ppm). Hartmann (1960) menyebutkan, perendaman setek ± 1 inci di dalam larutan IBA dengan konsentrasi 20 ppm pada tanaman yang mudah berakar dan 200 ppm untuk tanaman yang sulit berakar selama 24 jam, sebelum setek di tanam pada media akan berpengaruh terhadap keberhasilan setek. Dalam kebiasaan mempergunakan zpt untuk setek dikenal dua cara untuk merangsang pertumbuhan akar, yaitu pertama membiarkan bagian setek dalam larutan dengan cara mencelupkan atau merendamnya (cara basah) dan kedua dengan mengolesi bagian dasar setek dengan bubuk zpt (cara kering). Perlakuan basah memudahkan setek menyerap zat dalam zpt perangsang. Tinggi rendahnya hasil dari penggunaan zpt tergantung pada beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah lamanya setek direndam dalam larutan. Semakin lama setek berada dalam larutan semakin meningkat larutan dalam setek (Panjaitan, 2000). Lama perendaman harus disesuaikan dengan konsentrasi larutan yang digunakan. Pada konsentrasi 1000 ppm dilakukan perendaman selama 1 – 2 jam, tetapi pada konsentrasi yang lebih rendah (50 ppm) dibutuhkan waktu selama 10 – 24 jam. Lamanya perendaman setek dalam larutan zpt bertujuan agar penyerapan zpt berlangsung dengan baik. Perendaman juga harus dilakukan di tempat yang teduh dan lembab agar penyerapan zpt yang diberikan berjalan teratur, tidak fluktuatif karena pengaruh lingkungan (Sunarjono, 2000).
28
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi Indole Butyric Acid (IBA) dan lama perendaman terhadap pertumbuhan setek pucuk jambu air (Syzygium semarangense Burm. F. Alst). BAHAN DAN METODA Penelitian ini dilaksanakan di jalan Sakti Lubis No. 100, Kelurahan Siti Rejo, Kecamatan Medan Kota, Medan. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Agustus 2003. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah setek pucuk jambu air varietas mutiara, ZPT IBA, aquades, alkohol 95 % sebagai pelarut, bambu, plastik transparan, polibag, dithane M-45, benlate, dan top soil sebagai media tumbuh. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan sartorius, pisau, handsprayer, gembor, mistar, ayakan pasir, beaker glass, batang pengaduk, pipet tetes, tali, gelas ukur, labu takar, dan alat-alat tulis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu: Faktor Pertama adalah konsentrasi IBA (K) yang terdiri dari empat taraf, yaitu: K0 = 0 ppm IBA, K1 = 30 ppm IBA, K2 = 60 ppm IBA, K3 = 90 ppm IBA. Faktor kedua adalah lama perendaman (P) yang terdiri empat taraf, yaitu: P0 = 0 Jam (kontrol), P1 = 6 Jam, P2 = 12 Jam, P3 = 18 Jam. Jumlah kombinasi perlakuan ada 16, jumlah ulangan 3 sehingga terdapat 48 plot sedangkan banyaknya tanaman per plot 6 yang semuanya dijadikan sampel dengan demikian jumlah tanaman keseluruhan 48 x 6 = 288 setek. Adapun peubah yang diamati adalah: persentase setek yang hidup, pertambahan tinggi setek, jumlah daun, jumlah akar, panjang akar, bobot akar, dan volume akar.
HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Setek yang Hidup Berdasarkan hasil sidik ragam diperoleh bahwa, perlakuan konsentrasi IBA, lama perendaman dalam larutan IBA serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap persentase setek pucuk jambu air yang hidup pada semua umur pengamatan. Rataan persentase setek pucuk jambu air yang hidup umur 28 - 56 HST akibat perlakuan konsentrasi dan lama perendaman dalam IBA disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Persentase Setek Pucuk Jambu Air yang Hidup Umur 28 - 56 HST Akibat JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN VolumePerendaman 2, Nomor 3, Desember 2004 IBA : 25-34 Perlakuan Konsentrasi dan Lama dalam Perlakua n
28 HST
K0 K1 K2 K3
84.72 (9.16) 63.89 (7.91) 65.28 (7.96) 69.44 (8.20)
P0 P1 P2 P3
76.39 (8.67) 73.61 (8.49) 68.06 (8.10) 65.28 (7.98)
35 HST
42 HST
49 HST
………………………………. % ……………………….. Konsentrasi IBA 70.83 (8.35) 61.11 (7.70) 58.33 (7.51) 54.17 (7.15) 47.22 (6.64) 41.67 (6.16) 54.17 (7.22) 43.06 (6.44) 37.50 (5.94) 54.17 (7.20) 43.06 (6.33) 38.89 (6.00) Lama Perendaman 58.33 (7.54) 68.06 (8.19) 44.44 (6.45) 58.33 (7.48) 47.22 (6.65) 52.78 (7.05) 44.44 (6.46) 54.17 (7.20)
52.78 (7.05) 43.06 (6.31) 38.89 (6.04) 41.67 (6.21)
Keterangan: - angka-angka dalam (…) merupakan data hasil transformasi
56 HST
50.00 (6.89) 36.11 (5.78) 37.50 (5.94) 37.50 (5.86) 44.44 (6.42) 40.28 (6.14) 38.89 (6.04) 37.50 (5.87)
%
Pertambahan Tinggi Setek Berdasarkan hasil sidik ragam diperoleh bahwa, perlakuan konsentrasi IBA, serta interaksinya dengan lama perendaman dalam larutan IBA berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi setek, sedangkan perlakuan lama perendaman dalam larutan IBA berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi setek pucuk jambu air pada umur 42, 49, dan 56 HST sedangkan pada umur 35 HST berpengaruh tidak nyata. Rataan pertambahan tinggi setek pucuk jambu air umur 56 HST akibat perlakuan konsentrasi dan lama perendaman dalam IBA disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Pertambahan Tinggi Setek Pucuk Jambu Air Umur 56 HST Akibat Perlakuan Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam IBA Perlakuan P0 P1 P2
K0
K1 K2 K3 Rataan ………………………….………. cm………………………………… 0.00 (1.00) 0.00 (1.00) 0.00 (1.00) 0.13 (1.06) 0.03 (1.01) a 0.08 (1.04) 0.17 (1.07) 0.00 (1.00) 0.00 (1.00) 0.06 (1.03) a 0.58 (1.22) 0.00 (1.00) 0.00 (1.00) 0.62 (1.23) 0.30 (1.11) ab
29
P3 Rataan
0.67 (1.24) 0.33 (1.13)
0.61 (1.26) 1.71 (1.59) 0.19 (1.08) 0.43 (1.15) BNJ P (4, 30) = 0.29
Keterangan: - angka-angka dalam (…) merupakan data hasil transformasi
0.67 (1.24) 0.35 (1.14)
0.91 (1.33) b
x +1
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa, pertambahan tinggi setek antar taraf perlakuan konsentrasi IBA dan antar taraf lama perendaman setek dalam larutan IBA tidak berbeda nyata satu sama lain. Walaupun demikian pertambahan tinggi setek pucuk jambu air tertinggi pada perlakuan konsentrasi IBA diperoleh pada perlakuan K2 yaitu 0.43 cm dan sedangkan setek paling pendek pada perlakuan K1, yaitu 0.19 cm. Belum nyatanya pertambahan tinggi setek akibat pengaruh konsentrasi IBA bisa disebabkan oleh waktu pengamatan yang kurang lama sehingga sampai dengan 56 HST masih belum tampak perbedaan yang nyata. Pada Tabel 2 dapat juga dilihat bahwa, pertambahan setek tertinggi pada perlakuan lama perendaman dalam larutan IBA diperoleh pada perlakuan P3, yaitu 0.91 cm dan pertambahan setek paling pendek pada perlakuan P0, yaitu 0.03 cm. Pertambahan setek pada perlakuan P3 nyata lebih tinggi dibanding pada P0 dan P1, tetapi berbeda tidak nyata dengan P2. Antar perlakuan P0, P1, dan P2, saling berbeda tidak nyata. Hubungan pertambahan tinggi setek pucuk jambu air dengan lama perendaman dalam larutan IBA berbentuk linier positif yang menunjukkan bahwa semakin lama perendaman dalam larutan IBA maka pertambahan tinggi setek semakin meningkat. Pertambahan yang semakin meningkat ini disebabkan perendaman yang semakin lama dalam larutan IBA menyebabkan semakin meningkatkan kandungan auksin yang diserap dimana auksin berfungsi dalam merangsang pertumbuhan akar adventif dengan demikian proses penyerapan air dan larutan hara dapat berlangsung yang akan mendukung pertumbuhan setek. Jumlah Daun Berdasarkan sidik ragamnya didapat bahwa, perlakuan konsentrasi IBA, lama perendaman dalam larutan IBA, serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun setek pucuk jambu air pada semua umur pengamatan. Rataan jumlah daun setek pucuk jambu air umur 56 HST akibat perlakuan konsentrasi dan lama perendaman dalam IBA disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Daun Setek Pucuk Jambu Air Umur 56 HST Akibat Perlakuan Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam IBA Perlakuan P0 P1 P2 P3 Rataan
30
K0
K1 K2 K3 Rataan ………………………….………. helai………………………………… 0.17 (1.17) 0.67 (1.24) 0.00 (1.00) 0.33 (1.14) 0.29 (1.11) 0.47 (1.21) 0.00 (1.00) 0.00 (1.00) 0.67 (1.24) 0.28 (1.10) 0.83 (1.35) 0.00 (1.00) 0.00 (1.00) 0.22 (1.10) 0.26 (1.08) 0.83 (1.32) 1.22 (1.43) 1.00 (1.38) 0.67 (1.24) 0.93 (1.34) 0.58 (1.24) 0.47 (1.18) 0.25 (1.09) 0.47 (1.18)
Keterangan: - angka-angka dalam (…) merupakan data hasil transformasi
x +1
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa, jumlah daun setek antar taraf perlakuan konsentrasi IBA dan antar taraf lama perendaman setek dalam larutan IBA tidak berbeda nyata satu sama lain. Walaupun demikian jumlah daun setek pucuk jambu air terbanyak pada perlakuan konsentrasi IBA diperoleh pada perlakuan K0, yaitu 0.58 helai dan paling sedikit pada K2, yaitu 0.25 helai sedangkan pada perlakuan lama perendaman dalam larutan IBA jumlah daun terbanyak diperoleh pada perlakuan P3, yaitu 0.93 helai dan paling sedikit pada P2, yaitu 0.26 helai. Jumlah Akar Hasil sidik ragam diperoleh bahwa, perlakuan konsentrasi IBA, serta interaksinya dengan lama perendaman dalam larutan IBA berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah akar setek pucuk jambu air. Akan tetapi perlakuan lama perendaman setek dalam larutan IBA berpengaruh nyata terhadap jumlah akar setek pucuk jambu air. Uji beda rataan jumlah akar setek pucuk jambu air pada perlakuan berbagai konsentrasi dan lama perendaman dalam IBAdi sajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Akar Setek Pucuk Jambu Air Akibat Perlakuan Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Larutan IBA Perlakuan P0 P1 P2 P3 Rataan Keterangan:
K0
K1 K2 K3 Rataan ………………………….………. helai………………………………… 6.83 (2.75) 4.17 (2.20) 7.83 (2.93) 2.508 (1.87) 5.33 (2.44) a 6.17 (2.63) 6.00 (2.52) 9.50 (3.07) 7.67 (2.90) 7.33 (2.78) a 7.00 (2.72) 16.17 (4.08) 15.00 (3.98) 19.00 (4.39) 14.29 (3.79) ab 12.33 (3.62) 31.17 (5.13) 22.83 (4.84) 23.83 (4.55) 22.54 (4.54) b 8.08 (2.93) 14.38 (3.48) 13.79 (3.71) 13.25 (3.43) BNJ P (4.30) = 1.25 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%. - Angka-angka dalam (…) merupakan data hasil transformasi
x +1
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa,jumlah akar setek pucuk jambu air terbanyak di peroleh pada perlakuan konsentrasi 30 ppm, yaitu 14,38 helai dan paling sedikit pada perlakuan kontrol, yaitu 8.08 helai. Meskipun konsentrasi berpengaruh tidak nyata, tetapi ada tendensi bahwa IBA berpengaruh positif terhadap peningkatan jumlah akar. Perlakuan dengan lama perendaman 18 jam memberikan jumlah akar terbanyak yaitu 22.54 yang berbeda secara nyata dengan perlakuan lama perendaman 0 jam dan 6 jam tetapi berbeda secara tidak nyata dengan perlakuan 12 jam. Hubungan jumlah akar setek pucuk jambu air dengan lama perendaman dalam larutan IBA menunjukkan hubungan linier positif dimana semakin lama perendaman setek pucuk dilakukan dalam larutan IBA hingga 18 jam maka menyebabkan larutan IBA yang diserap meningkat dengan demikian proses inisiasi akar berlangsung lebih baik yang memberikan bobot akar yang semakin tinggi.
31
Panjang Akar Hasil sidik ragam diperoleh bahwa, perlakuan konsentrasi IBA, lama perendaman dalam larutan IBA serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar setek pucuk jambu air. Panjang akar setek jambu air pada berbagai konsentrasi dan lama perendaman dalam larutan IBA disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Panjang Akar Setek Pucuk Jambu Air Akibat Perlakuan Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Larutan IBA Perlakuan K0 K1 K2 K3 Rataan ………………………….………. cm………………………………… 9.33 (3.20) 5.25 (3.16) 13.08 (3.71) 8.83 (2.94) P0 10.17 (3.29) 8.85 (3.10) 9.00 (2.73) 9.83 (3.26) 8.83 (3.06) P1 7.75 (2.93) 10.38 (3.35) 9.67 (3.26) 10.33 (3.35) 11.25 (3.47) 10.25 (3.33) P2 10.79 (3.36) 15.67 (3.67) 11.67 (3.55) 8.50 (2.95) 7.33 (2.85) P3 Rataan 8.88 (3.10) 9.35 (3.11) 11.23 (3.47) 9.90 (3.14) Keterangan: - angka-angka dalam (…) merupakan data hasil transformasi
x +1
Dari Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa auksin lebih berperan dalam memacu inisiasi akar sehingga untuk pemanjangan akar kurang terpacu. Bobot Akar Hasil sidik ragam diperoleh bahwa, perlakuan konsentrasi IBA, serta interaksinya dengan lama perendaman dalam larutan IBA berpengaruh tidak nyata terhadap bobot akar setek pucuk jambu air. Akan tetapi perlakuan lama perendaman setek dalam larutan IBA berpengaruh nyata terhadap bobot akar setek pucuk jambu air. Bobot akar setek pucuk jambu air pada berbagai konsentrasi dan lama perendaman dalam larutan IBA disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Bobot Akar Setek Pucuk Jambu Air Akibat Perlakuan Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Larutan IBA Perlakuan
K0
K1 K2 K3 Rataan ………………………….………. g………………………………… 0.864 1.369 0.443 (1.357) (1.536) (1.199) P0 0.698 0.904 (1.361) 1.476 1.179 0.763 (1.310) a P1 (1.295) 0.753 (1.306) (1.555) (1.472) 0.979 (1.388) ab P2 0.850 1.755 (1.650) 1.485 1.720 1.484 (1.564) b P3 (1.350) 1.430 (1.530) (1.569) (1.648) 1.684 (1.614) b 1.116 1.848 2.261 (1.435) (1.686) (1.791) 0.803 1.533 1.410 Rataan 1.164 (1.445) (1.327) (1.563) (1.523) BNJ P 0.05 (4.30) = 0.240 Keterangan: -Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%. -Angka-angka dalam (…) merupakan data hasil transformasi
32
x +1
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa, bobot akar saling berbeda tidak nyata antar taraf konsentrasi IBA, walaupun demikian bobot akar terberat diperoleh pada perlakuan 60 ppm IBA yaitu 1.533 g dan bobot paling ringan diperoleh pada perlakuan 0 ppm yaitu 0.803 g. Meskipun perlakuan konsentrasi IBA berpengaruh JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 2, Nomor 3, Desember 2004 : 25-34 tidak nyata, tetapi ada kecenderungan bahwa IBA berpengaruh meningkatkan bobot akar setek pucuk jambu air. Perendaman dalam larutan IBA selama 18 jam memberikan bobot akar setek paling berat yaitu 1.684 g yang nyata berbeda dibanding kontrol tetapi berbeda tidak nyata dengan perendaman lainnya. Hubungan bobot akar setek pucuk jambu air dengan lama perendaman dalam larutan IBA menunjukkan hubungan yang linier positif dimana semakin semakin lama perendaman setek dalam larutan IBA maka semakin banyak larutan IBA yang terserap dan semakin meningkat pula bobot akar setek. Bobot akar setek ini tentunya terkait dengan jumlah akar setek yang terbentuk dimana semakin banyak akar setek yang terbentuk maka bobot akar juga meningkat. Volume Akar Berdasarkan sidik ragamnya diperoleh bahwa, perlakuan konsentrasi IBA dan lama perendaman dalam larutan IBA berpengaruh nyata terhadap volume akar tetapi interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar setek pucuk jambu air. Volume akar setek pucuk jambu air pada perlakuan konsentrasi dan lama perendaman dalam larutan IBA disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Volume Akar Setek Pucuk Jambu Air Akibat Perlakuan Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Larutan IBA Perlakuan
K0 K1 K2 K3 ……………………………….. cm3 …………………………………. 0.133 P0 0.737 (1.301) 1.000 (1.414) 0.203 (1.093) (1.064) P1 0.670(1.270) 1.567 (1.566) 1.250 (1.498) P2 0.533 1.677 (1.609) 1.767 (1.624) 2.000 (1.721) (1.232) P3 1.367 (1.504) 2.167 (1.771) 2.500 (1.850) 0.700 (1.292) 0.767 (1.292) Rataan 0.533 1.110 (1.421) 1.625 (1.594) 1.488 (1.520) (1.220) a ab b b BNJ K dan P 0.05 (3,40) = 0.293 Keterangan: - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata menurut uji BNJ pada taraf 5 % - angka-angka dalam (…) merupakan data hasil transformasi
Rataan 0.518 (1.218) a 1.005 (1.392) ab 1.533 (1.562) b 1.700 (1.604) b
dan baris yang
x +1
33
diperoleh pada P3, yaitu 1.700 cm3 dan paling kecil pada P0, yaitu 0.518 cm3. Volume akar pada perlakuan P3 dan P2 nyata lebih besar dibanding pada P0, tetapi berbeda nyata dengan P1. Perla-kuan P0 berbeda tidak nyata dengan P1.
Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa, volume akar terbesar pada perlakuan konsentrasi IBA diperoleh pada K2, yaitu 1.625 cm3 dan paling kecil pada K0, yaitu 0.533 cm3. Volume akar pada perlakuan K2 dan K3 nyata lebih besar dibanding pada K0, tetapi berbeda nyata dengan K1. Perlakuan K0 berbeda tidak nyata dengan K1.
Hubungan lama perendaman dalam larutan IBA dengan volume akar berbentuk linier positif (Gambar 2). Hal ini berarti bahwa semakin lama setek direndam dalam larutan IBA sampai dengan 18 jam maka semakin banyak pula larutan IBA yang terserap yang menyebabkan peningkatan volume akar. Perendaman 18 jam ini belum memberikan pertumbuhan perakaran yang optimal ditandai dengan respon pertumbuhan akar yang masih positif terus meningkat.
Hubungan konsentrasi IBA dengan volume akar berbentuk linier positif (Gambar 1), yang artinya bahwa semakin tinggi konsentrasi IBA sampai dengan 90 ppm menyebabkan volume akar semakin meningkat. Sampai dengan konsentrasi 90 ppm pertumbuhan akar masih positif yang artinya bahwa belum diperoleh konsentrasi yang optimum. Menurut Lakitan (1996) IBA yang digunakan untuk pembentukan akar adventif pada setek batang harus juga memperhatikan kandungan hormon internal. Dari penelitian ini tampaknya bahwa kandungan auksin endogen masih rendah. Diketahui bahwa mekanisme aksi auksin didalam memacu pembentukan akar adventif melalui pelonggaran dinding sel khususnya sel-sel yang berada di dekat atau di antara jaringan pembuluh xylem dan floem (Salisbury dan Ross,1992).
1.60
1.50
1.40
1.30 y =0.0221P + 1.2446; r =0.97 1.20
1.10 0
Volume Akar (cm3 )
1.40 y = 0.0038K + 1.2738; r = 0.88
1.20 1.10 30
60
Konsentrasi IBA (ppm)
18
Gambar 2. Hubungan Volume Akar Setek Pucuk Jambu Air dengan Lama Perendaman dalam Larutan IBA
1.50
0
12
La ma P e re nda ma n (ja m)
1.60
1.30
6
90
Peningkatan volume akar erat kaitannya dengan peningkatan jumlah akar dan bobot akar yang terjadi akibat semakin lamanya perendaman. Jumlah dan bobot akar yang meningkat secara otomatis akan meningkatkan volume akar setek.
Gambar 1. Hubungan Volume Akar Setek Pucuk Jambu Air dengan Konsentrasi IBA
Pada Tabel 7 juga dapat dilihat bahwa, volume akar terbesar pada perlakuan lama perendaman
34 JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 2, Nomor 3, Desember 2004 : 25-34
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian dan analisis secara statistik dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Konsentrasi IBA hingga 90 ppm nyata meningkatkan volume akar, dan ada tendensi konsentrasi IBA meningkatkan jumlah akar, panjang akar, dan bobot akar setek pucuk jambu air pada umur 56 HST. Konsentrasi IBA berpengaruh tidak nyata terhadap persentase setek yang hidup, pertambahan tinggi setek, dan jumlah daun setek pucuk jambu air pada semua umur pengamatan. 2. Perendaman pangkal setek pucuk jambu air hingga selama 18 jam dalam larutan IBA nyata meningkatkan pertambahan tinggi setek umur 42, 49, dan 56 HST, jumlah akar, bobot akar, dan volume akar setek jambu air, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap persentase setek yang hidup, pertambahan tinggi setek umur 35 HST, pertambahan jumlah daun pada semua umur pengamatan, dan panjang akar setek pucuk jambu air. 3. Interaksi antara konsentrasi dan lama perendaman dalam larutan IBA berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah yang diamati. Saran Perlu dilakukan penelitian ulang untuk mengetahui konsentrasi IBA yang optimum untuk mendukung pertumbuhan setek pucuk jambu air khususnya varietas mutiara dengan melakukan perendaman lebih dari 18 jam dengan waktu penelitian yang lebih lama (3 bulan) sehingga mungkin dapat terlihat pengaruhnya terhadap komponen pertumbuhan yang lain seperti tinggi tanaman dan jumlah daun.
DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 2000. Jambu Taiwan Asli Demak. Majalah Trubus No. 366 Edisi Mei 2000 – Tahun XXXI. Jakarta. Anwarudin, M. J. , Titin, T. , dan Hendro, S. 1985. Pengaruh Penggunaan Indol Butyric Acid Terhadap Perakaran Jambu Biji. Jurnal Hortikultura No: 4 Vol. XII. Balai Penelitian Hortikultura. Jakarta. Hartmann, H. T. 1960. Plant Propagation. Principles and Practices. Prentice-Hall. California. Kusumo, S. 1984. Zpt Yasaguna. Jakarta.
Tanaman.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Panjaitan, M. 2000. Pengaruh Konsentrasi IBA dan Lama Perendaman terhadap Persentase Keberhasilan Pertumbuhan Setek Pucuk Jeruk Nipis. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara, Medan. Raharja, P. C., Wiryanta, W. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Jakarta. Rukmana, R. 1997. (Tabulampot). Yogyakarta.
Jambu Air Kanisius.
Salisbury, F. B. dan Cleon. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3 (Diterjemahkan oleh Diah. R. Lukman dan Sumaryo). ITB Bandung. Bandung. Widianto, R. 1992. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya. Jakarta.
35