PENGARUH KONFLIK PERNIKAHAN DAN KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TERHADAP KEPRIBADIAN REMAJA PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN IBU TIDAK BEKERJA
FENI PUSPITA SARI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Konflik Pernikahan dan Komunikasi Orang Tua-Anak terhadap Kepribadian Remaja pada Keluarga Ibu Bekerja dan Keluarga Ibu Tidak Bekerja adalah benar karya saya dengan arahan dari Dosen Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013 Feni Puspita Sari NIM I24090035
ABSTRAK FENI PUSPITA SARI. Konflik Pernikahan dan Komunikasi Orang Tua-AnakTerhadap Kepribadian Remaja pada Keluarga Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja. Dibimbing oleh DIAH KRISNATUTI dan ALFIASARI. Meningkatnya Angka Partisipasi Kerja Perempuan menunjukkan bahwa banyak keluarga yang memiliki ibu yang bekerja di luar rumah yang secara otomatis memiliki peran ganda. Permasalahan peran ganda ibu bekerja bukan saja pada peran itu sendiri, melainkan juga dampaknya terhadap keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja dan keluarga ibu tidak bekerja. Penelitian dilakukan di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor dengan mengambil dua kelurahan yaitu Kelurahan Kebon Pedes dan Kedung Badak. Penelitian ini melibatkan 100 keluarga yang dipilih secara acak dari kelompok ibu bekerja dan tidak bekerja. Responden dari penelitian ini adalah ibu dan anak remaja yang berusia 12-15 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Data dianalisis secara deskriptif dan analisis inferensia. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik keluarga dan karakteristik remaja dengan konflik pernikahan dan kepribadian remaja (kelainan kepribadian). Hubungan antara konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak dan kepribadian remaja (kelainan kepribadian). Hasil uji regresi menunjukkan pengaruh karakteristik remaja dan komunikasi orang tuaanak terhadap kepribadian remaja (kelainan kepribadian). Besaran dan arah hubungannya dibahas lebih lanjut. Kata kunci: status bekerja ibu, konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, kelainan kepribadian remaja ABSTRACT FENI PUSPITA SARI. The Influence Marital Conflict and Parent-Child Communication to Teenager’s Personality of Working and Non-Working Mother Families. Supervised by DIAH KRISNATUTI and ALFIASARI. The increasing of Labor Force Participation Rate shows that there are many families who have working mothers and contribute directly to double-burdens problem. The problem of double-burden also affects on family life. This research was aimed to analyze the correlations between marital conflict, parent-child communication, and teenager’s maladjustment of working and non-working mother families. The research was conducted at Subdistrict Tanah Sareal, Bogor City by undertaking two areas, i.e Kebon Pedes and Kedung Badak. The research involved 100 families wich were selected by random that were derived from working mothers group and non working mothers group. Respondents of this research were mother and 12-15 years old teenage children. The data collection was carried out by interviewing mother and her teenager using structural quetionnaires. The data were analyzed by descriptive and inferensia analysis. The results showed significant relationship between family’s characteristic, teenager’s characteristic, and marital conflict and teenager’s personality. Significant correlations also found between marital conflict, parent-child communication and teenager’s personality. The results showed teenager’s characteristic and parent-child communication influence on teenager’s personality (maladjustment personality). The strenght of linear correlations and are discussed. Keywords: Mother’s working status, marital conflict, parent-child communication, maladjustment personality
PENGARUH KONFLIK PERNIKAHAN DAN KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TERHADAP KEPRIBADIAN REMAJA PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN IBU TIDAK BEKERJA
FENI PUSPITA SARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Pengaruh Konflik Pernikahan dan Komunikasi Orang Tua-Anak terhadap Kepribadian Remaja pada Keluarga Ibu Bekerja dan Keluarga Ibu Tidak Bekerja Nama : Feni Puspita Sari NIM : I24090035
Disetujui oleh
Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS Pembimbing I
Alfiasari, S.P, M.Si Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Konflik Pernikahan dan Komunikasi Orang Tua-Anak Terhadap Kepribadian Remaja pada Keluarga Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja”. Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Dr Ir Diah Krisnatuti, MS selaku pembimbing akademik dan sekaligus pembimbing skripsi pertama dan kepada ibu Alfiasari S.P. M.Si selaku pembimbing skripsi kedua yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran, membimbing, mengarahkan, memberi saran serta dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini. 2. Ibu ir. Melly Latifah, M.Si dan ibu Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan agar skripsi ini lebih baik. 3. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga tersayang Papah, Mamah,Teteh Ratna, dan semua saudara atas kasih sayang yang melimpah dan doa yang tidak pernah putus. 4. Terimakasih kepada para pegawai BPS Kota Bogor, Kecamatan Tanah Sareal, Kelurahan Kebon Pedes, dan Kelurahan Kedung Badak yang telah mengizinkan peneliti untuk mengambil data penelitian, serta kepada 100 responden dalam penelitian yang telah banyak membantu dan bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan informasi dan keterbukaannya terkait penelitian. 5. Tidak lupa juga ucapan terimakasih kepada teman seperjuangan penelitian, Susanti, Pramasandya RN, Dian Febrina Naibaho, dan Siti Holilah, serta kepada ka Mustika Dewanggi, teman-teman SMA atas waktu, kebersamaan, dan, motivasinya. 6. Terimakasih pula kepada teman dekat peneliti Maulana Ibrahim Rau atas bantuan sejak penyusunan proposal hingga penyelesaian skripsi, doa, motivasi, serta dukungannya. Demikian ucapan terima kasih ini dipersembahkan dari hati yang paling dalam. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak, khususnya dalam pengembangan keilmuan bidang keluarga Indonesia. Bogor, Agustus 2013 Feni Puspita Sari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE
5
Desain, Lokasi, dan Waktu
5
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
6
Pengolahan dan Analisis Data
8
Definisi Operasional
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Hasil
10
Pembahasan
21
SIMPULAN DAN SARAN
23
Simpulan
23
Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
24
LAMPIRAN
26
RIWAYAT HIDUP
31
DAFTAR TABEL 1 Variabel, data yang diteliti, skala, dan jumlah pertanyaan 2 Sebaran karakteristik keluarga dan remaja berdasarkan usia, pendapatan, lama pernikahan, besar keluarga, dan usia remaja pada KIB dan KITB 3 Rata-rata skor sumber konflik pada KIB dan KITB 4 Rata-rata skor bentuk konflik pelaku suami pada KIB dan KITB 5 Rata-rata skor bentuk konflik pelaku istri pada KIB dan KITB 6 Rata-rata skor penyelesaian konflik pada KIB dan KITB 7 Rata-rata skor komunikasi orang tua-anak pada KIB dan KITB 8 Rata-rata skor kepribadian remaja pada KIB dan KITB 9 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, konflik pernikahan pada keluarga ibu bekerja 10 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja 11 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, konflik pernikahan pada keluarga ibu tidak bekerja 12 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu tidak bekerja 13 Koefisien korelasi konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja 14 Koefisien korelasi konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu tidak bekerja 15 Koefisien uji regresi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, dan komunikasi orang tua-anak terhadap kepribadian remaja
7 11 12 13 13 14 15 16 16
17 18
18 19 20 20
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka berpikir konflik pernikahan, komunikasi orang tua - anak, dan kepribadian remaja 2 Skema cara pengambilan contoh
5 6
DAFTAR LAMPIRAN 1 Persentase per item pertanyaan komunikasi orang tua-anak 2 Persentase per item pertanyaan kepribadian remaja
27 29
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era modernisasi ini semakin banyak perempuan yang memasuki dunia kerja dan memiliki karir yang sederajat dengan laki-laki. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya Angka Partisipasi Kerja Perempuan. Pada periode Februari 2006 – Februari 2007 jumlah pertambahan pekerja perempuan bertambah 93,55 persen. Menurut BPS (2007) pada saat tahun 2007 menunjukkan perbandingan peningkatan jumlah angkatan kerja perempuan jauh lebih besar dibandingkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja laki-laki. Hal ini disebabkan semakin terbukanya kesempatan kerja di berbagai sektor pekerjaan. Peningkatan jumlah tenaga kerja perempuan sebagian besar berasal dari perempuan yang sebelumnya hanya berstatus mengurus rumah tangga. Pada perempuan yang bekerja, peran dan beban ganda akan menjadi tanggung jawab yang tidak terelakkan. Peran ganda perempuan merupakan salah satu dari beberapa masalah yang sering dihadapi perempuan bekerja dikarenakan harus dapat menyeimbangkan antara peran publik dan juga domestik. Permasalahan peran ganda perempuan bukan hanya pada peran publik yang diemban, namun juga berdampak pada kehidupan keluarganya. Hal ini bisa terjadi bila ada satu posisi dalam rumah yang peranannya tidak dapat terpenuhi sehingga konflik akan terjadi karena tidak adanya kesepakatan diantara pasangan untuk memerankan tugasnya di dalam rumah (Levy 1969). Penelitian yang dilakukan oleh Gurin et. al. dalam Sears et. al. (1994) menyimpulkan bahwa konflik akan senantiasa terjadi dalam kehidupan pernikahan. Sebesar 45% orang yang sudah menikah mengatakan bahwa dalam kehidupan bersama akan selalu muncul berbagai masalah. Sementara itu, 32% pasangan yang menilai pernikahan sangat membahagiakan tetap mengalami pertentangan. Meskipun begitu, konflik pernikahan diantara orang tua dapat beresiko terhadap perkembangan anak. Menurut Puspitawati dan Herawati (2009) konflik yang terjadi diantara orang tua akan menyebabkan anak cenderung mengalami resiko gangguan kejiwaan dan tekanan batin. Hasil penelitian Adam dan Lursen (2001) menemukan bahwa konflik orang tua lebih sering berdampak saat anak berusia remaja bila dibandingkan dengan anak pada masa yang lain. Anak pada usia remaja sedang mengembangkan potensi dalam dirinya, oleh karena itu peran serta keluarga khususnya orang tua dapat mengarahkan dan membimbing para remaja (Mardiah 1999). Pada umumnya masa remaja dianggap sebagai masa yang paling sulit dalam tahap perkembangan individu. Menurut Lestari (2012) remaja banyak digambarkan sebagai masa penuh gejolak dan tekanan yang menurut paham psikoanalitik dikenal sebagi masa pertarungan antara id (hasrat untuk mencari kesenangan seksual) dan super-ego (tuntutan untuk mematuhi norma dan moral sosial). Pergolakan yang dialami masa remaja merupakan refleksi dari konflik internal dan ketidakseimbangan psikis, sehingga berbagai label pun disematkan pada remaja, seperti malas, kurang hormat, dan liar. Kemampuan orang tua dalam mengarahkan dan membimbing remaja ditentukan oleh faktor komunikasi. Komunikasi ini sangat penting bagi orang tua dalam upaya melakukan kontrol, pemantauan, dan dukungan pada anak.
2 Komunikasi antara orang tua dan anak dapat menjadi indikator penting untuk melihat kualitas hubungan orang tua dan anak yang kemudian akan menjadi faktor penentu bagi kepribadian anak (Lestari 2012). Berbagai perilaku yang menggambarkan jurang komunikasi (communication gap) antara orang tua dan anak sehingga terkadang dapat menimbulkan konflik (Mardiah 1999). Banyak yang beranggapan bahwa konflik orang tua dan remaja disebabkan oleh sikap remaja yang menentang orang tuanya, namun disisi lain hal tersebut dapat disebabkan adanya hubungan orang tua dan anak yang dijelaskan dalam pendekatan teori penerimaan dan penolakan orang tua (parental acceptancerejection theory) yang dikembangkan oleh Rohner (1986). Penerimaan dan penolakan orang tua membentuk dimensi kehangatan (warmth dimention) dalam pengasuhan, yaitu suatu kualitas ikatan afeksi antara orang tua dan anak seperti kepedulian, kenyamanan, perhatian, perawatan dukungan, dan cinta. Adapun disisi lain ditandai oleh penolakan yang mencangkup ketiadaan atau penarikan berbagai perasaan atau perilaku yang menyakitkan secara fisik maupun psikologis, seperti tidak menghargai, penelantaran, tak acuh, caci maki, dan penyiksaan. Pendekatan komunikasi orang tua dan anak memfokuskan pada hubungan dua pihak (dyadic) dan memandang hubungan orang tua-anak sebagai bagian dari suatu keseluruhan. Hasil penelitian Christensen et. al. (1983) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara konflik keluarga dan ketidakmampuan anak dalam menyesuaikan dirinya, meskipun dalam penelitian tersebut tidak terlalu terlihat sejauh mana perilaku bermasalah anak seperti kemarahan, agresi, dan persepsi interaksi negatif di dalam keluarga. Dampak negatif dari perselisihan salah satunya adalah ketidakmampuan kepribadian anak dalam menyesuaikan diri. Kepribadian seseorang dibentuk dan terbentuk oleh faktor internal dan eksternal (Muhanifah 2009). Menurut Rohner et. al. (2009) persepsi anak terhadap penerimaan dan penolakan yang dilakukan orang tua akan mempengaruhi perkembangan kepribadian anak dan mekanisme yang dikembangkan dalam menghadapi masalah. Menurut Chen (2009) sikap orang tua yang memberikan kehangatan membuat anak merasa dicintai dan mengembangkan rasa percaya diri dan memberi konteks bagi afeksi positif yang akan meningkatkan mood untuk peduli dan tanggap terhadap satu sama lain. Adapun keterbatasan karakteristik kepribadian yang tampak pada ciri anak yang diberikan penolakan dan afeksi negatif dari orang tua akan berdampak ketika anak berusia dewasa. Karakteristik kepribadian tersebut meliputi ketergantungan terhadap orang tua, permusuhan atau agresi, harga diri negatif, kecukupan diri yang negatif, pendangan yang negatif terhadap dunia, dan ketidakstabilan emosi. Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis. Dalam hal ini orang tua memberikan curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan dalam kehidupan keluarga maka kepribadian anak cenderung positif dan sebaliknya lingkungan keluarga yang kurang harmonis dimana orang tua bersikap keras pada anak maka cenderung mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian diri anak (maladjustment). Pada keluarga ibu bekerja resiko anak mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian diri (maladjustment) sangatlah tinggi dikarenakan waktu bertemu dan komunikasi antara ibu dan anak sangat sedikit dibandingkan
3 anak pada ibu tidak bekerja yang selalu bersama setiap saat, namun menurut pandangan Douvan (1963) bahwa remaja yang memiliki ibu bekerja anak akan lebih mandiri, aktif, dan memiliki motivasi berprestasi dan self esteem yang tinggi. Remaja pada keluarga ibu bekerja menunjukan role model yang berbeda, dikarenakan pada ibu yang bekerja memiliki peran tambahan (sebagai pekerja) yang tidak dimiliki pada ibu yang tidak bekerja dan anak lebih dapat belajar mengenai konsep lain dari peran-peran seorang ibu yang bekerja (Hofman 1984). Dengan demikian dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian antara lain sebagai berikut: (1) apakah terdapat perbedaan antara karakteristik keluarga dan karakteristik remaja, konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja; (2) apakah terdapat hubungan antara karakteristik keluarga dan karakteristik remaja, konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja; dan (3) apakah karakteristik keluarga dan karakteristik remaja, konflik pernikahan, dan komunikasi orang tua-anak berpengaruh terhadap kepribadian remaja. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengetahui pengaruh karakteristik keluarga dan karakteristik remaja, konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak terhadap kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. Tujuan Khusus (1) Membandingkan karakteristik keluarga dan karakteristik remaja, konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. (2) Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dan karakteristik remaja, konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. (3) Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan karakteristik remaja, konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak terhadap kepribadian remaja.
KERANGKA PEMIKIRAN Pernikahan merupakan sebuah ikatan untuk membina hubungan antara suami dan istri dalam menyatukan perbedaan-perbedaan seperti latar belakang, kepercayaan, nilai-nilai, harapan-harapan, dan persepsi diantara keduanya dalam membentuk kesepakatan pembagian tugas dan peran di dalam sebuah keluarga. Pada era modernisasi ini pembagian tugas dan peran di dalam keluarga semakin memudar dikarenakan banyaknya kesempatan dan peluang kerja bagi perempuan untuk mencari nafkah tambahan. Oleh karena itu, pada pasangan yang sama-sama
4 bekerja keduanya membutuhkan keluwesan untuk melakukan pertukaran dan berbagi tugas dan peranannya dengan pasangan. Keberhasilan membangun kebersamaan dalam melaksanakan kewajiban keluarga menjadi salah satu indikasi dalam membentuk kualitas pernikahan pada pasangan yang sama-sama bekerja. Kualitas pernikahan dapat mempengaruhi berlangsungnya proses-proses lain dalam keluarga, misalnya seperti pengasuhan dan performasi individu. Pasangan yang memiliki derajat kepuasan pernikahan yang tinggi akan memberikan perhatian secara positif pada anak (Rickard el. al. 1982). Sementara itu, pada pasangan yang memiliki ketidakpuasan dalam pernikahan yang selalu ditenggarai dengan adanya kekerasan tehadap pasangan akan berdampak pada masalah perilaku dan penyesuaian anak (Stith et. al. 2008). Konflik pernikahan diantara orang tua lebih sering berdampak saat anak berusia remaja dibandingkan dengan anak pada masa yang lain, dikarenakan usia remaja adalah masa dalam pencarian identitas diri. Remaja membutuhkan bimbingan dari orang-orang terdekat yang ada di sekelilingnya dengan kata lain remaja memiliki sifat ketergantungan terhadap orang lain untuk mengembangkan kepribadian dirinya (Priyonggo 2002), untuk itu orang tua dan anak harus tetap dapat mereflesikan dan menjaga tingkatan mengenai kehangatan, rasa aman, kepercayaan, afeksi positif, dan ketanggapan diantara keduanya (Chen 2009). Oleh karena itu, diduga bahwa terdapat perbedaan dalam hal karakteristik keluarga (usia, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, besar keluarga, dan lama pernikahan), karakteristik remaja (jenis kelamin dan usia), ketidakpuasan pernikahan yang ditenggarai dengan adanya kekerasan terhadap pasangan, banyaknya sumber konflik, dan penyelesaian masalah yang dilakukan secara tidak efektif (konflik pernikahan), kualitas hubungan orang tua-anak, serta masalah perilaku dan kepribadian remaja (ketidakmampuan penyesuaian diri). Diduga terdapat kaitan antara karakteristik keluarga, karakteristik remaja, dengan konflik pernikahan pada pasangan yang sama-sama bekerja dan pasangan yang hanya memiliki satu orang yang bekerja di dalam keluarga, kaitan antara konflik pernikahan dengan masalah perilaku dan kepribadian remaja, serta dugaan bahwa karakteristik keluarga, karaktristik remaja, konflik pernikahan yang selalu terjadi diantara pasangan, dan hubungan orang tua-anak dapat berpengaruh terhadap masalah perilaku remaja yang tercermin pada kepribadian negatif remaja yang tidak mampu dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya (maladjustment personality) yang tampak saat anak usia dewasa.
5
Karakteristik Keluarga -
Usia Pendapatan Pekerjaan Pendidikan Besar keluarga Lama pernikahan
Karakteristik Remaja
Konflik Pernikahan - Sumber konflik - Bentuk konflik - Penyelesaian konflik suami-istri
Komunikasi orang tua anak
Kepribadian remaja
- Jenis kelamin - Usia
Gambar 1 Kerangka berpikir konflik pernikahan, komunikasi orang tua - anak, dan kepribadian remaja
METODE Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul “Interaksi Keluarga dan Perkembangan Remaja” penelitian ini memfokuskan pada interaksi antara ibu dengan anak. Desain penelitian yang digunakan adalah crosssectional study, yaitu pengukuran variabel-variabel penelitian dilakukan dalam satu kali waktu secara bersamaan pada obyek yang berbeda. Pemilihan lokasi dalam penelitian ini dilakukan secara purposive, yaitu di salah satu kecamatan di Kota Bogor dengan mengambil dua kelurahan yaitu Kelurahan Kebon Pedes dan Kedung Badak dengan pertimbangan bahwa dua kelurahan di Kecamatan tersebut memiliki keluarga yang termasuk dalam kategori Keluarga Sejahtera II (KSII) menurut BKKBN, yaitu dimana salah satu atau lebih anggota keluarga memiliki pekerjaan, dengan jumlah tertinggi menurut BPS Kota Bogor. Waktu penelitian yang mencangkup pengumpulan data, dan pengolahan data dilakukan dari bulan April 2013 sampai dengan Mei 2013.
6
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak usia remaja awal dengan status ibu bekerja dan ibu tidak bekerja yang berjumlah 100 keluarga. Remaja dalam penelitian ini berumur 12-15 tahun yang duduk di bangku SMP. Sebanyak 50 keluarga diambil dari keluarga dengan ibu bekerja, sedangkan 50 keluarga lainnya merupakan keluarga dengan ibu tidak bekerja. Teknik pengambilan contoh pada penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Berikut terdapat pada Gambar 2 teknik pengambilan contoh yang akan digunakan.
Kota Bogor
Purposive
Kecamatan Tanah Sareal
Purposive
Kelurahan Kebon Pedes
25 keluarga dengan ibu bekerja dan anak remaja
25 keluarga dengan ibu tidak bekerja dan anak remaja
Kelurahan Kedung Badak
Purposive
25 keluarga dengan ibu bekerja dan anak remaja
Random sampling
25 keluarga dengan ibu tidak bekerja dan anak remaja
n = 100
Gambar 2 Skema cara pengambilan contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penggalian informasi dari responden baik keluarga maupun remaja, menggunakan teknik wawancara menggunakan kuesioner yang terdiri dari pertanyaan terbuka dan tertutup. Data primer yang digunakan meliputi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, konflik keluarga, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja yang mengacu pada pertanyaan mengenai ketidakmampuan beradaptasi remaja. Data sekunder berupa gambaran umum penelitian menurut lokasi penelitian. Uraian mengenai variabel, data yang diteliti, skala, dan jumlah pertanyaan yang disajikan pada Tabel 1. Data konflik pernikahan diukur menjadi tiga dimensi yaitu, sumber konflik, bentuk konflik, dan penyelesaian konflik. Sumber konflik pasangan dengan jumlah 29 pertanyaan yang meliputi lima dimensi sumber konflik dengan masingmasing jumlah pertanyaan perdimensi yang berbeda-beda. Hasil uji reabilitas pada
7 instrumen sumber konflik menunjukkan nilai Cronbach’s alpha 0,772. Bentuk konflik terbagi atas empat skala yaitu kekerasan fisik, kekerasan verbal, sikap menarik diri, sikap bertahan, dan tidak terjadi bentuk konflik. Bentuk konflik yang dibedakan berdasarkan dua pelaku yaitu pelaku suami dan istri. Nilai Cronbach’s alpha bentuk konflik pelaku suami adalah 0,776 dan nilai Cronbach’s alpha istri adalah 0,677. Pada penyelesaian konflik meliputi 16 pertanyaan dari empat dimensi penyelesaian konflik (memberi dan menerima, menyerang pasangan, menghindar, dan mengalah) yang terbagi atas dua pelaku yaitu suami dan istri dengan nilai Cronbach’s alpha pelaku suami 0,667 dan pelaku istri adalah 0,646 yang dikembangkan dari intrumen Kurdek (1994). Komunikasi orang tua-anak diukur 23 pertanyaan yang dimodifikasi dari Olson dan Barners (1985) yang terbagi ke dalam dua dimensi yaitu Open Family Communication yang berjumlah 11 pertanyaan dan Problem In Family Communication berjumlah 12 pertanyaan. Nilai Cronbach’s alpha untuk Open Family Communication yang dilakukan ibu adalah 0,613 dan komunikasi yang dirasakan anak adalah 0,783. Sementara itu, Problem In Family Communication yang dilakukan ibu memiliki nilai Cronbach’s alpha 0,717 dan komunikasi yang dirasakan anak adalah 0,758. Kepribadian remaja yang diukur menggunakan CPAQ (Child Personality Assessment Quetionnaire) yang dikembangkan dari teori PART (Parental Acceptance-Rejection Theory) dari Rohner (1986) yang berjumlah 42 pertanyaan yang terbagi atas tujuh dimensi nilai Cronbach’s alpha untuk kepribadian adalah 0,818. Tabel 1 Variabel, data yang diteliti, skala, dan jumlah pertanyaan No
Variabel
1
Karakteristik keluarga
2
Karakteristik remaja
3
Konflik pernikahan
4.
Komunikasi Orang tua-anak
Data yang diteliti
Skala
Usia Pendapatan Pekerjaan Pendidikan Besar keluarga Lama pernikahan Usia Jenis kelamin
Rasio (tahun) Rasio Nominal Rasio Rasio (orang) Rasio Rasio (tahun) Nominal
Sumber konflik: Masalah kesulitan keuangan keluarga, kesehatan keluarga, komunikasi pasangan, pemenuhan kebutuhan anak (instrumental dan ekspresif), dan masalah dengan anggota keluarga besar (ipar/mertua)
Ordinal (1-4) 1= tidak pernah 2= jarang 3= cukup sering 4= sering
Bentuk konflik yang dilakukan oleh pasangan ketika terjadi konflik yang di dalamnya terdapat pelaku dan korban yang bertindak dalam konflik
Ordinal (1-4) 1=kekerasan fisik 2= kekerasan secara verbal 3= sikap bertahan 4= menarik diri dari interaksi
Jumlah item pertanyaan 1 1 1 1 1 1 1 1 26
23
8 Tabel 1 (Lanjutan) No
5.
Variabel
Kepribadian Anak
Data yang diteliti Komunikasi yang dilakukan oleh orang tua dan anak meliputi Open Family Communication dan Problem in Family Communication (Olson dan Barners 1985) Suatu ciri khas yang dimiliki anak ketika dewasa yang dipengaruhi oleh faktor internal dan ekternal anak
Skala Ordinal (1-5) 1= sangat tidak setuju 2= tidak setuju 3= cukup setuju 4= setuju 5= sangat setuju Ordinal (1-4) 1= selalu benar 2= kadang-kadang 3= jarang 4= tidak pernah
Jumlah item pertanyaan
42
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data Data karakteristik keluarga meliputi usia orang tua, pendidikan terakhir orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, besar keluarga, dan lama pernikahan. Usia ayah dan ibu dikelompokkan dalam kategori usia menurut Hurlock (1980) meliputi kategori usia dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya (41-61 tahun), dan dewasa akhir (>61 tahun). Pada pendidikan orang tua dikategorikan ke dalam enam pendidikan terakhir orang tua yaitu, (1) Tidak sekolah; (2) SD/sederajat; (3) SMP/sederajat; (4) SMA/sederajat; (5) D1/D2/D3, dan 6) S1/S2/S3. Pengkategorian pekerjaan orang tua dikategorikan menjadi 14 jenis pekerjaan seperti: (1) Tidak bekerja; (2) Wiraswasta; (3) Pedagang; (4) PNS; (5) Pegawai Swasta; (6) TNI; (7) Buruh; (8) BHL (buruh harian lepas); (9) Pengajar; (10) Pensiun; (11) Supir; (12) BUMN; (13) BUMD; dan (14) PRT. Pendapatan keluarga didapat dari pendapatan per kapita keluarga per bulan dengan menjumlahkan pendapatan semua anggota keluarga yang bekerja dalam keluarga dibagi dengan banyaknya anggota keluarga di dalam keluarga, pendapatan keluarga dalam penelitian ini ditinjau dan diukur dari ketentuan Garis Kemiskinan (GK) menurut BPS (2010) sebesar RP287 000. Besar keluarga dikategorikan ke dalam tiga kategori menurut Hurlock (1980) yang meliputi, keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5 - 7 orang), dan keluarga besar (≥ 8 orang). Lama pernikahan dikategorikan menjadi tiga kategori lama usia pernikahan dengan menjumlahkan dan dikategorikan secara normatif dengan menggunakan interval kelas. Karakteristik remaja meliputi jenis kelamin, usia remaja, dan uang saku. Jenis kelamin remaja dikelompokkan menjadi laki-laki dan perempuan. Usia remaja dikategorikan kedalam usia remaja awal 12-15 tahun menurut Gunarsa (2004). Variabel konflik pernikahan dibedakan menjadi tiga variabel yaitu sumber, bentuk dan penyelesaian konflik. Hasil uji beda sumber konflik diperoleh dari rata-rata indeks persentase setiap dimensi. Demikian juga pada komunikasi orang tua-anak, hasil uji beda didasarkan pada rata-rata indeks persentase komunikasi orang tua-anak. Variabel kepribadian remaja dalam penelitian hasil skor menunjukkan bahwa semakin tinggi skor maka kepribadian remaja cenderung
9 negatif untuk menggambarkan ketidakmampuan beradaptasi. Hasil uji beda kepribadian yang dihitung dengan rata-rata indeks persentase skor variabel. Indeks persentase pada variabel konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja dihitung dengan rumus. skor diperoleh – skor minimum(NR) x 100% skor maksimum (NT) – skor minimum (NR) Analisis data Hasil data yang diperoleh kemudian akan dianalisis secara deskriptif. Uji inferensia yang digunakan adalah uji beda independent t-test, uji korelasi Pearson, dan uji regresi linier berganda. Analisis uji beda independent t-test untuk menguji perbedaan antara karakteristik keluarga (usia orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan, besar keluarga, dan lama pernikahan) dan remaja (jenis kelamin dan usia remaja), konflik pernikahan (sumber, bentuk, dan penyelesaian konflik), komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. Uji korelasi Person untuk melihat hubungan variabel konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja, serta uji regresi linier berganda untuk melihat pengaruh variabel konflik pernikahan dan komunikasi orang tua-anak terhadap kepribadian remaja.
Definisi Operasional Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga yang meliputi usia orang tua besar keluarga, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan, dan lama pernikahan. Besar keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah, dikelompokkan menjadi kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (≥ 7 orang) dengan menggunakan sumber daya yang sama. Pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal yang telah diselesaikan orang tua, sebagai contoh, meliputi SD sampai perguruan tinggi. Pekerjaan orang tua adalah jenis pekerjaan yang ditekuni orang tua (pekerjaan tetap). Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan anggota keluarga yang dinyatakan dalam rupiah. Lama pernikahan adalah lamanya hubungan suami-istri di antara orang tua sebagai contoh. Karakteristik remaja adalah ciri-ciri khas remaja sebagai contoh yang diteliti meliputi jenis kelamin dan usia remaja. Ibu bekerja adalah responden perempuan di dalam penelitian, berperan sebagai orang tua di dalam sebuah keluarga, dan memiliki peranan sebagai wanita karir atau bekerja di luar rumah. Ibu tidak bekerja adalah responden perempuan di dalam penelitian, berperan sebagai orang tua di dalam sebuah keluarga, dan memiliki peranan sebagai ibu rumah tangga.
10 Anak remaja adalah anak yang berusia 12-15 tahun yang mana menjadi sampel di dalam penelitian dan bagian dari sebuah keluarga. Konflik pernikahan adalah kondisi yang terjadi diantara contoh dengan pasangan yang berdampak negatif atau positif yang mana merupakan salah satu variabel di dalam penelitian. Sumber konflik adalah penyebab timbulnya konflik yang terjadi diantara contoh dan pasangannya yang diukur dari beberapa pertanyaan yang terjadi dalam kurun waktu satu bulan. Bentuk konflik adalah jenis konflik yang dilakukan contoh dengan pasangannya ketika terjadi konflik yang diukur dari beberapa pertanyaan yang terjadi dalam kurun waktu satu bulan. Penyelesaian konflik suami-istri adalah kondisi yang harus di selesaikan diantara contoh dengan pasangan yang mana merupakan salah satu variabel di dalam penelitian akibat konflik perkawinan yang diukur dari beberapa pertanyaan yang terjadi dalam kurun waktu satu bulan. Komunikasi orang tua-anak adalah pertukaran informasi yang dilakukan ibu sebagai orang tua dengan anak dapat memiliki peran sebagai komunikator dan komunikan, serta mempunyai hubungan yang kuat dan jelas yang terukur mengenai hal-hal positif dan negatif yang dikomunikasikan diantara keduanya. Kepribadian remaja adalah Suatu ciri khas dalam diri remaja yang menunjukkan suatu kelainan kepribadian pada diri remaja (maladjustment personality).
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor dengan mengambil dua kelurahan sebagai tempat pengambilan data yaitu kelurahan Kebon Pedes dan Kedung Badak. Kelurahan Kebon Pedes memiliki luas wilayah 104 Ha dan berada pada ketinggian 250 M. Kelurahan Kebon Pedes dilalui oleh satu sungai besar yaitu Sungai Cipakancilan dan dua sungai kecil yaitu Sungai Cibalok dan Cikubang dan terdapat sumber mata air yg berlokasi di RW 1, 4, 6, 10, dan 13. Secara demografi penduduk Kelurahan Kebon Pedes berjumlah 22.178 jiwa dan memiliki 5.961 kepala keluarga dengan jumlah laki-laki 11.268 jiwa dan perempuan 10.910 jiwa. Jumlah RT pada kelurahan Kebon Pedes 74 RT dan 13 RW, sementara itu pada kelurahan Kedung Badak memiliki luas wilayah 200 Ha dan berada pada ketinggian +350-450 M dengan jumlah RT 99 dan RW 14. Secara demografi jumlah penduduk kelurahan Kedung Badak 28.714 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 6.996 KK.
11 Karakteristik Keluarga dan Remaja Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukan usia ayah pada keluarga ibu bekerja (KIB) mempunyai rata-rata 45,5±7,17 tahun dan pada keluarga ibu tidak bekerja (KITB) 44,7±5,48 tahun dan sebagian besar berada pada kategori dewasa madya (41-61 tahun). Usia ibu secara keseluruhan berkisar antara 30 hingga 59 tahun dengan rata-rata usia 41,8±6.2 tahun pada KIB yang tergolong usia dewasa madya (41-61 tahun) dan 40,2±5,35 tahun pada KITB tergolong usia dewasa awal (18-40 tahun). Rata-rata pendapatan per kapita per bulan pada adalah KIB Rp801 600 dan KITB adalah Rp397 000. Secara statistik pendapatan keluarga antara kedua keluarga berbeda sangat signifikan (p<0.01). Rata-rata lama pernikahan keluarga pada penelitian ini adalah 19 tahun. Sebagian besar keluarga pada KIB (56%) maupun KITB (70%) memiliki rentang lama pernikahan antara 16 hingga 27 tahun. Rata-rata besar keluarga pada KIB dan KITB adalah 5 orang (keluarga sedang). Pada KIB sebagian besar keluarga (56%) termasuk keluarga sedang (5-7 orang) dan separuh keluarga pada KITB juga termasuk dalam kategori keluarga sedang (50%). Hampir separuh ayah pada KIB (40%) dan KITB (42%) berpendidikan terakhir SMA/sederajat. Sama halnya dengan pendidikan ayah, persentase terbesar pendidikan ibu pada KIB (30%) dan KITB (36%) berpendidikan terakhir SMA/sederajat, namun terdapat satu ibu yang tidak bersekolah pada KITB. Hasil statistik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam usia orang tua, pendidikan orang tua, lama pernikahan, dan besar keluarga pada KIB dan KITB (Tabel 2). Sementara itu, dalam hal pekerjaan ayah proporsi terbesar ayah pada KIB (32%) dan KITB (38%) bekerja sebagai buruh, dan pada ibu yang bekerja, dua dari sepuluh ibu (24%) bekerja sebagai PNS. Usia anak yang diteliti adalah remaja awal berkisar antara 12 hingga15 tahun. Rata-rata usia remaja pada KIB 13,7±0,97 tahun dan KITB 13,6±1,11 tahun. Rata-rata uang saku remaja per bulan pada KIB adalah Rp261 500 dan pada KITB Rp235 500. Sebagian besar remaja pada KIB dan KITB mendapatkan uang saku antara Rp75 000 hingga Rp250 000 (74%). Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua keluarga dalam hal usia dan uang saku yang diterima remaja (Tabel 2). Jenis kelamin remaja terbanyak pada KIB berjenis kelamin perempuan (56%), sedangkan lebih dari separuh remaja pada KITB (52%) berjenis kelamin laki-laki. Tabel 2 Sebaran karakteristik keluarga dan remaja berdasarkan usia, pendapatan, lama pernikahan, besar keluarga, dan usia remaja pada KIB dan KITB Karakteristik Keluarga dan Remaja KIBa
Variabel Min
Max
Usia ayah (Tahun)
32
67
45,5
Usia ibu (Tahun)
30
59
125
Lama pernikahan (Tahun) Besar keluarga (Orang)
Pendapatan per kapita keluarga (Rp 000)
pvalue
KITBb
Rataan±SD
Min
Max
Rataan±SD
7,17
36
60
44,7
5,48
0,521c
41,8
6,20
30
56
40,2
5,35
0,322
2,000
801,6
534
109
1,040
397
212
000**
5
38
19
5,40
13
35
18,7
5.70
0,151
3
8
5
1,10
3
9
5
1,40
0,426
12 Tabel 2 (Lanjutan) Karakteristik Keluarga dan Remaja KIBa
Variabel
Usia remaja
Min
Max
12
15
Rataan±SD 13,7
pvalue
KITBb
0,97
Min
Max
12
15
Rataan±SD 13,6
1,11
0,436
Keterangan: a. Keluarga ibu bekerja; b. keluarga ibu tidak bekerja; c. uji beda t-test
Konflik Pernikahan Sumber konflik Konflik merupakan fenomena sosial dan kenyataan bagi masyarakat yang terlibat di dalamnya. Artinya masyarakat menyadari dan merasakan bahwa konflik tersebut muncul dalam kehidupan sehari-hari. Sadarjoen (2005) menyatakan bahwa konflik pernikahan adalah konflik yang melibatkan pasangan suami istri yang memberikan efek atau pengaruh yang signifikan terhadap relasi kedua pasangan. Hasil penelitian (Tabel 3) menunjukkan bahwa rata-rata sebesar 8,50% masalah atau sumber konflik pasangan pada keluarga ibu bekerja (KIB) dan 6,50% pasangan pada keluarga ibu tidak bekerja (KITB) berasal dari masalah keuangan sebagai sumber masalah yang memicu adanya perselisihan pada satu tahun kebelakang. Sementara itu, masalah komunikasi pasangan dapat menjadi sumber masalah lain yang dapat memicu adanya perselisihan baik pada pasangan KIB (5,40%) maupun KITB (2,93%). Standar deviasi pada masing-masing dimensi sumber konflik menunjukan skor simpangan baku yang lebih tinggi dibanding rataan, hal ini menunjukkan bahwa terdapat keluarga baik pada KIB maupun KITB yang tidak menjadikan lima sumber konflik tersebut sebagai sumber masalah dan adapun yang menjadikan lima dimensi sumber konflik tersebut menjadi sumber masalah di antara pasangan di dalam keluarga. Secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sumber konflik KIB dan KITB. Tabel 3 Rata-rata skor sumber konflik pada KIB dan KITB Sumber Konflik Dimensi Masalah kesulitan keuangan keluarga Masalah kesehatan keluarga Pemenuhan kebutuhan anak (finansial dan instrumental) Masalah komunikasi dengan pasangan Masalah dengan anggota keluarga besar (ipar/mertua)
KIBa
KITBb
Rataan±SD
Rataan±SD
p-value
8,50
14,35
6,50
9,42
0,412
1,00
7,07
0,17
1,18
0,413
3,90
8,22
2,67
4,00
0,379
5,40
8,54
2,93
3,41
0,061
3,00
7,67
0,83
2,53
0,061
Keterangan: a. Keluarga ibu bekerja; b. keluarga ibu tidak bekerja
13 Bentuk Konflik Menurut Kurdek (1994) bentuk konflik dikelompokkan ke dalam 4 aspek yaitu kekerasan secara fisik, melontarkan kekerasan secara verbal, menarik diri, dan sikap bertahan. Bentuk konflik yang terjadi diantara pasangan pada keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja dikarenakan sumber konflik, dibagi menjadi dua pelaku yaitu bentuk konflik pelaku suami dan bentuk konflik pelaku istri. Proporsi terbesar bentuk konflik suami pada KIB dan KITB yaitu tidak terjadi apapun saat tidak ada sumber konflik (Tabel 4). Namun dilihat dari ratarata bentuk konflik pada KIB (8%) dan KITB (10%) yang dilakukan suami adalah cenderung menarik diri (diam) saat terjadi masalah keuangan. Sementara itu, adapun bentuk konflik yang dilakukan suami dengan rata-rata 6,5% pada KIB dan 5,5% pada KITB yaitu sikap bertahan saat terjadi masalah yang sama, dan adapun kekerasan fisik yang dilakukan suami pada saat terjadi masalah keuangan dan pemenuhan kebutuhan anak yang cenderung banyak dilakukan suami pada KIB. Tabel 4 Rata-rata skor bentuk konflik pelaku suami pada KIB dan KITB Bentuk Konflik Suami Tipe
Fisik a
Bertahan
Menarik diri
Tidak terjadi
KITB
KIB
KITB
KIB
KITB
6,5
5,5
8,0
10,0
83,0
83,5
0,0
0,0
0,5
0,0
0,0
99,0
99,5
0,0
0,1
3,1
2,0
2,9
4,3
93,4
90,6
0,0
2,2
0,2
4,4
3,4
4,4
4,2
89,0
92,2
0,0
0,5
0,0
0,5
2,0
2,5
0,5
96,0
96,0
KIB
KITB
KIB
0,2
0,0
7,4
2,5
0,0
0,0
1,0
0,2
0,0
0,0 0,0
KIB
Masalah kesulitan keuangan keluarga Masalah kesehatan keluarga Pemenuhan kebutuhan anak Masalah komunikasi dengan pasangan Masalah dengan anggota keluarga besar
Verbal b
KITB
Keterangan: a. Keluarga ibu bekerja; b. keluarga ibu tidak bekerja
Sama halnya dengan bentuk konflik suami, mayoritas bentuk konflik istri adalah tidak terjadi apapun saat tidak terdapat sumber konflik (Tabel 5). Proporsi rata-rata terbesar (5,8%) bentuk konflik istri pada KIB maupun KITB cenderung sikap bertahan pada saat terjadi masalah keuangan, sementara itu terdapat pula bentuk konflik lain yang dilakukan istri seperti sikap bertahan dan kekerasan verbal saat terjadi masalah yang sama. Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada bentuk konflik KIB maupun KITB dalam setiap sumber konflik. Tabel 5 Rata-rata skor bentuk konflik pelaku istri pada KIB dan KITB Bentuk Konflik Istri Tipe
Masalah kesulitan keuangan keluarga Masalah kesehatan keluarga Pemenuhan kebutuhan anak Masalah komunikasi dengan pasangan
Verbal
Bertahan
Menarik diri
Tidak terjadi
KIB
KIB
KIBa
KITBb
0,5
0,5
11,5
11,5
5,5
5,0
82,5
84,0
0,0 0,0
0,0 0,9
0,0 5,1
0,5 4,9
1,0 0,9
1,0 0,9
99,0 94,0
98,5 94,0
0,6
0,4
7,0
5,2
3,0
2,2
89,4
92,2
KIB
KITB
KITB
KITB
14 Tabel 5 (Lanjutan) Bentuk Konflik Istri Tipe
Verbal KIBa
Masalah dengan anggota keluarga besar
0,0
Bertahan
KITBb 0,5
KIB 4,0
KITB 2,5
Menarik diri
Tidak terjadi
KIB
KIB
1,0
KITB 0,0
KITB 97,0
95,0
Keterangan: a. Keluarga ibu bekerja; b. keluarga ibu tidak bekerja
Penyelesaian konflik Konflik memang tidak dapat terhindarkan ketika dua orang berinteraksi karena setiap orang memiliki perspektif dan tujuan berbeda. Semakin intim suatu hubungan interpersonal, semakin besar kemungkinan hubungan tersebut terlibat konflik (Olson dan Defrain 2006). Meskipun konflik tidak terhindarkan, banyak orang percaya bahwa konflik adalah sesuatu yang buruk dan harus dihindarkan dalam hubungan. Beragamnya konflik yang muncul ketika pasangan sudah menikah, kemampuan mengatasi konflik menjadi sesuatu yang perlu diperhatikan dalam hubungan. Berdasarkan cara konstruktif dan destruktif dalam menyelesaikan konflik, Kurdek (1994) mengembangkan suatu alat ukur untuk mengenali gaya resolusi konflik yang disebut dengan Conflict Resolution Style (CSRI). Alat ukur tersebut dibuat berdasarkan konsep bahwa ketahanan dan kestabilan hubungan dipengaruhi oleh gaya resolusi konflik masing-masing individu. Empat gaya resolusi konflik yang terdapat pada CSRI antara lain: Positive Problem Solving, Conflict Engagement, Withdrawal, dan Compliance. Proporsi terbesar penyelesaian konflik yang dilakukan oleh suami baik pada KIB (62%) dan KITB (60%), serta istri pada KIB (62,25%) maupun KITB (60,5%) adalah saling memberi dan menerima pendapat pasangan (positive problem solving) (Tabel 6). Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada penyelesaian konflik pada suami dengan cara menghindar (withdrawal) dan mengalah (compliance). Hasil rataan menunjukkan bahwa pada suami KIB mempunyai rataan lebih tinggi untuk menghindar dan mengalah ketika terjadi konflik dibanding suami pada KITB. Sementara itu, istri pada KIB mempunyai rataan lebih tinggi sikap menghindar dibanding istri pada KITB saat terjadi konflik. Hasil lainnya menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara istri KIB dan KITB pada penyelesaian konflik menyerang pasangan. Hasil rataan menunjukkan istri KIB cenderung lebih sering melontarkan hinaan, mengatakan hal-hal yang tidak semestinya, dan kehilangan kontrol (conflict engagement) dibandingkan istri pada KITB ketika menyelesaikan konflik dengan pasangan. Tabel 6 Rata-rata skor penyelesaian konflik pada KIB dan KITB Tipe
Memberi dan menerima Menyerang pasangan Menghindar Mengalah
Penyelesaian Konflik Istri pvalue KITBb KIB KITB Rataan±SD Rataan±SD Rataan±SD
Suami KIBa Rataan±SD
pvalue
62,00
20,16
60,00
16,85
0,592
62,25
20,79
60,50
16,53
0,642
37,12 35,12 42,00
20,76 14,50 18,39
30,62 20,30 26,80
8,95 5,57 7,08
0,045 0,000* 0,000*
34,62 38,00 40,00
1,80 15,96 17,22
21,59 21,36 36,75
6,22 5,21 14,15
0,000* 0,000* 0,305
Keterangan: a. Keluarga ibu bekerja; b. keluarga ibu tidak bekerja; *.signifika pada p<0,05; **.signifikan pada p<0,01
15 Komunikasi Orang Tua-Anak Komunikasi orang tua dan anak merupakan hal yang dapat mempengaruhi karakter dan perkembangan sikap seorang individu (Chaffee, McLeon, dan Wackman 1973 diacu dalam Huang 2010). Olson dan Barners (1985) membedakan komunikasi menjadi dua jenis sub skala, yaitu Open Family Communication atau komunikasi yang dilakukan secara positif dan Problem In Family Communication komunikasi yang dilakukan secara negatif. Proporsi terbesar komunikasi yang dilakukan ibu terhadap anak (74,25%) dan yang dirasakan anak terhadap ibu baik pada KIB (71,63%) dan KITB (72,17) terdapat pada Open Family Communication seperti orang tua dan anak saling tertawa bersama ketika terjadi hal-hal yang lucu dan sebagian anak mengatakan ibu selalu menjadi pendengar yang baik (Tabel 7). Sementara itu, dilihat dari proporsi rataan Problem in Family Communication, lebih dari separuh anak pada KIB (55,03%) dan KITB (55,37%) masih merasakan komunikasi yang negatif yang dilakukan ibu. Secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara komunikasi orang tua dan anak pada KIB dan KITB. Lebih lanjut terlampir pada lampiran 1. Tabel 7 Rata-rata skor komunikasi orang tua-anak pada KIB dan KITB Total Tipe
Open Family Communication Problem in Family Communication
Ibu – Anak KIBa KITBb Rataan±SD Rataan±SD
pvalue
74,25
7,79
74,25
6,04
1,000
71,63
11,06
72,17
11,42
0,813
53,03
8,04
54,77
6,93
0,251
55,03
10,25
55,37
9,81
0,868
KIB Rataan±SD
Anak – Ibu KITB Rataan±SD
pvalue
Keterangan: a. Keluarga ibu bekerja; b. keluarga ibu tidak bekerja
Kepribadian Remaja Menurut Sujanto et. al. (2004) kepribadian adalah suatu totalitas psikofisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah lakunya yang unik. Rohner (1986) mengukur kepribadian anak dalam teori kepribadian PART (Parental Acceptance-Rejection Theory) yang berfokus pada konstelasi keterbatasan karakteristik kepribadian yang tampak pada ciri anak yang ditolak oleh orang tua dalam hal pengasuhan dan berdampak ketika anak dewasa yang cenderung mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian diri anak (maladjustment). Hasil penelitian menunjukkan (Tabel 8), proporsi terbesar kepribadian remaja pada KIB (85,67%) dan KITB (87,67%) berkepribadian Immature Dependence/ Dependensive Independence, adapun kepribadian remaja baik pada KIB maupun KITB remaja cenderung berkepribadian Emosional Instability. Dilihat dari rata-rata kepribadian Hostility and Aggression, remaja pada KIB cenderung lebih berkpribadian agresif dan bermusuhan dibanding dengan remaja pada KITB. Berdasarkan hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kepribadian anak, diduga bahwa kepribadian itu sendiri diakibatkan adanya beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi baik dari dalam maupun luar dirinya. Lebih lanjut terlampir pada lampiran 2.
16 Tabel 8 Rata-rata skor kepribadian remaja pada KIB dan KITB Total KIBa KITBb Rataan±SD Rataan±SD 44,08 13,07 42,33 15,73
Tipe Hostility and Aggression Immature Dependence/ Dependensive Independence Negative Self Esteem Negative Self Adequacy Emotional Unresponsive Emotional Instability Negative Worldview
p-value
0,547
85,67
10,21
87,67
10,75
0,342
43,17 46,00 50,17 61,92 39,17
11,87 10,84 11,90 22,54 15,48
44,33 46,00 50,17 57,58 38,67
12,02 10,84 12,05 19,39 10,85
0,626 1,000 1,000 0,305 0,852
Keterangan: a. Keluarga ibu bekerja; b. keluarga ibu tidak bekerja; total (maladjustment personality)
Hubungan AntarVariabel Hubungan antara Karakteristik Keluarga, Karakteristik Remaja dengan Konflik Pernikahan pada Keluarga Ibu Bekerja Hasil uji hubungan karakteristik keluarga dan karakteristik remaja dengan konflik pernikahan menunjukkan terdapat hubungan negatif sangat signifikan antara pendidikan orang tua (ayah dan ibu) dan pendapatan perkapita keluarga dengan banyaknya sumber konflik dan konflik yang dilakukan suami (Tabel 9). Artinya semakin tinggi pendidikan orang tua (ayah dan ibu) dan tingginya pendapatan perkapita keluarga, maka banyaknya sumber konflik diantara pasangan dan konflik yang dilakukan suami semakin berkurang. Sementara itu, lama pernikahan berhubungan positif signifikan dengan konflik yang dilakukan suami. Hal ini menunjukan bahwa semakin lama usia pernikahan, maka konflik yang dilakukan suami terhadap istri semakin meningkat. Tabel 9 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, dan konflik pernikahan pada keluarga ibu bekerja Konflik Pernikahan Hubungan Antar Variabel
Banyaknya sumber konflik
Konflik yang dilakukan suami
Konflik yang dilakukan istri
Penyelesaian konflik suami
Penyelesaian konflik istri
Karakteristik keluarga Usia ayah Usia ibu Pendidikan ayah Pendidikan ibu Pendapatan per kapita keluarga
0,033 -0,029 -0,392** -0,428**
-0,056 -0,145 -0,411** -0,518**
-0,252 -0,077 -0,028 0,003
0,069 -0,021 0,058 0,095
-0,111 -0,127 0,029 0,063
-0,565**
-0,525**
0,127
0,020
-0,073
Besar keluarga
0,077
-0,105
-0,034
0,065
0,010
Lama pernikahan
-0,067
0,305*
0,039
0,009
-0,107
0,131
-0,053
-0,049
0,020
0,013
Karakteristik remaja Jenis kelamin
17 Tabel 9 (Lanjutan) Konflik Pernikahan Hubungan Antar Variabel
Banyaknya sumber konflik
Konflik yang dilakukan suami
Konflik yang dilakukan istri
Penyelesaian konflik suami
Penyelesaian konflik istri
-0,026
0,053
0,060
0,147
-0,046
Usia
Keterangan: *.signifikan pada p<0,05 **.signifikan pada p<0,01
Hubungan Antra Karakteristik Keluarga dan Karakteristik Remaja dengan Komunikasi Orang Tua Anak Dan Kepribadian Remaja pada Keluarga Ibu Bekerja Hasil uji hubungan pada Tabel 10 menunjuka hubungan positif signifikan antar usia remaja dengan kepribadian remaja. Artinya semakin tinggi usia remaja maka remaja semakin berkepribadian negatif. Tabel 10 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja Hubungan Antar Variabel Karakteristik keluarga Usia ayah Usia ibu Pendidikan ayah Pendidikan ibu Pendapatan per kapita keluarga
Komunikasi Orang tua-Anak
Kepribadian Remaja
0,067 0,132 0,066 0,153
-0,115 -0,194 -0,054 -0,070
-0,069
-0,063
-0,036
-0,063
-0,218
-0,187
0,072 -0,253
-0,085 0,292*
Status pekerjaan ibu Jumlah anggota keluarga Lama pernikahan Karakteristik remaja Jenis kelamin Usia Keterangan: *.signifikan pada p<0,05
Hubungan antara Karakteristik Keluarga, Karakteristik Remaja, dan Konflik Pernikahan pada Keluarga Ibu Tidak Bekerja Hasil lain pada KITB menunjukan hubungan negatif signifikan antara usia ibu dengan banyaknya sumber konflik (Tabel 11). Hal ini berarti bahwa semakin tua usia ibu, maka semakin sedikit sumber konflik yang dapat memicu adanya perselisihan. Pendapatan perkapita keluarga berhubungan negatif signifikan dengan banyaknya sumber konflik dan konflik yang dilakukan suami. Artinya semakin tinggi pendapatan keluarga, maka sumber konflik dan konflik yang
18 dilakukan suami akan semakin berkurang dan menurun. Sementara itu, terdapat hubungan negatif signifikan antar besar keluarga dengan konflik yang dilakukan suami terhadap istri. Artinya, semakin besar keluarga (banyaknya anggota dalam keluarga), konflik yang dilakukan suami semakin menurun terhadap istri. Tabel 11 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, dan konflik pernikahan pada keluarga ibu tidak bekerja Konflik Pernikahan Hubungan Antar Variabel
Banyaknya sumber konflik
Karakteristik keluarga Usia ayah Usia ibu Pendidikan ayah Pendidikan ibu Pendapatan per kapita keluarga Jumlah anggota keluarga Lama pernikahan Karakteristik remaja Jenis kelamin Usia
Konflik yang dilakukan suami
Konflik yang dilakukan istri
Penyelesaian konflik suami
Penyelesaian konflik istri
0,076 -0,300* 0,090 0,200 -0,370**
0,080 -0,108 0,038 0,120 -0,333*
-0,172 0,147 0,219 -0,108 0,036
0,048 -0,123 -0,008 0,128 0,162
-0,025 -0,116 0,027 0,114 0,025
0,164
-0,365**
0,041
-0,036
-0,043
-0,225
-0,227
0,095
-0,022
-0,095
-0,120 -0,020
-0,030 -0,018
0,208 -0,192
-0,041 0,021
-0,033 0,077
Keterangan: *.signifikan pada p<0,05 **.signifikan pada p<0,01
Hubungan Karakteristik Keluarga dan Karakteristik Remaja dengan Komunikasi Orang Tua-Anak dan Kepribadian Remaja pada Keluarga Ibu Tidak Bekerja Adapun hasil lain menunjukkan hubungan positif sangat signifikan antara pendapatan perkapita kelurga dengan kepribadian remaja (Tabel 12). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga, maka remaja semakin membentuk kepribadian yang negatif. Tabel 12 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu tidak bekerja Hubungan Antar Variabel
Komunikasi Orang TuaAnak
Kepribadian Remaja
Karakteristik keluarga Usia ayah
-0,152
-0,024
Usia ibu
0,077
-0,002
Pendidikan ayah
0,038
0,109
-0,097
0,011
Pendidikan ibu
19 Tabel 12 (Lanjutan) Hubungan Antar Variabel
Komunikasi Orang TuaAnak
Pendapatan per kapita keluarga
Kepribadian Remaja
-0,172
0,375**
Jumlah anggota keluarga
0,172
-0,164
Lama pernikahan
0,090
0,062
Jenis kelamin
0,071
0,226
Usia
0,062
-0,138
Status pekerjaan ibu
Karakteristik remaja
Keterangan: **.signifikan pada p<0,01
Hubungan antara Konflik Pernikahan, Komunikasi Orang Tua-Anak, dan Kepribadian Remaja Pada Keluarga Ibu Bekerja Hasil uji hubungan pada KIB menunjukkan hubungan negatif signifikan antara komunikasi orang tua-anak dengan kepribadian remaja (Tabel 13). Hal ini menunjukkan semakin orang tua dan remaja melakukan dan mempersepsikan komunikasi yang terjalin secara positif, maka remaja semakin membentuk kepribadian yang positif. Tabel 13 Koefisien korelasi konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu bekerja Hubungan Antar Variabel
Kepribadian remaja
Konflik pernikahan Banyaknya sumber konflik
-0,326
Konflik yang dilakukan suami
-0,430
Konflik yang dilakukan istri
0,027
Penyelesaian konflik yang dilakukan suami
-0,096
Penyelesaian konflik yang dilakukan istri
-0,002
Komunikasi orang tua-anak
-0,293*
Keterangan: *.signifikan pada p<0,05 **.signifikan pada p<0,01
Hubungan antara Konflik Pernikahan dan Komunikasi Orang Tua-Anak, dengan Kepribadian Remaja pada Keluarga Ibu Tidak Bekerja Hasil uji hubungan pada KITB memperlihatkan tidak terdapat hubungan antara konflik pernikahan (banyaknya sumber konflik, konflik yang dilakukan suami istri, dan penyelesaian konflik) dan komunikasi orang tua-anak dengan kepribadian remaja (Tabel 14).
20 Tabel 14 Koefisien korelasi konflik pernikahan, komunikasi orang tua-anak, dan kepribadian remaja pada keluarga ibu tidak bekerja Hubungan Antar Variabel
Kepribadian remaja
Konflik pernikahan Banyaknya sumber konflik
-0,011
Konflik yang dilakukan suami
-0,123
Konflik yang dilakukan istri
0,158
Penyelesaian konflik yang dilakukan suami
-0,026
Penyelesaian konflik yang dilakukan istri
-0,111
Komunikasi orang tua-anak
-0,168
Pengaruh Karakteristik Keluarga, Karakteristik Remaja, Konflik Keluarga, dan Komunikasi Orang Tua-Anak terhadap Ketidakmampuan Beradaptasi Remaja Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar 0,093 dan 9,68 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang diteliti (Tabel 15). Jenis kelamin remaja berpengaruh sangat signifikan terhadap kepribadian remaja. Artinya bahwa jenis kelamin remaja khususnya perempuan akan membentuk kepribadian yang negatif. Sementara itu, komunikasi orang tua-anak berpengaruh negatif signifikan terhadap ketidakmampuan beradaptasi remaja. Hal ini menunjukkan semakin orang tua dan anak melakukan dan mempersepsikan komunikasi diantara keduanya secara positif, remaja cenderung akan membentuk kepribadian yang positif. Tabel 15 Koefisien uji regresi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, konflik pernikahan, dan komunikasi orang tua-anak terhadap kepribadian remaja Kepribadian Remaja Variabel (Satuan)
Β (Tidak Terstandarisasi)
Konstanta Usia ayah (1= dewasa awal; 2=dewasa madya; 3= dewasa akhir)
Sig. 0,105
0,047
0,698
Usia ibu (1= dewasa awal; 2=dewasa madya; 3= dewasa akhir)
-0,146
0,219
Status bekerja ibu (0= tidak bekerja; 1= bekerja)
0,006
0,956
Pendapatan perkapita keluarga (0= di bawah GK*; 1= di atas GK)
0,058
0,631
-0,129
0,209
0,007
0,946
Besar keluarga (1= keluarga kecil; 2; keluarga sedang; 3= keluarga besar) Lama pernikahan
21 Tabel 15 (Lanjutan) Kepribadian Remaja Β (Tidak Terstandarisasi)
Variabel (Satuan) Jenis kelamin (1= laki-laki; 2= perempuan)
Sig.
0,334**
0,002
Usia remaja (12-15 tahun)
0,088
0,420
Banyaknya sumber konflik
0,018
0,920
-0,167
0,319
0,066
0,612
-0,145
0,274
-0,212*
0,040
Konflik yang dilakukan suami Konflik yang dilakukan istri Penyelesaian konflik yang dilakukan ayah Komunikasi orang tua-anak N
100
Df
13
2
0,212
2
R adjusted
0,093
F
1,784
R
Keterangan: * GK= Garis Kemiskinan (BPS 2010); *.signifikan pada p<0,05 **.signifikan pada p<0,01
PEMBAHASAN Pendapatan keluarga mencerminkan kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar keluarga (BPS dan Departemen Sosial 2002). Terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara pendapatan KIB dan KITB. Semakin banyak terbukanya lapangan pekerjaan disetiap sektor pekerjaan untuk pekerja perempuan dan meningkatnya kebutuhan keluarga yang semakin bertambah menuntut sebagian besar ibu untuk bekerja agar pendapatan keluarga semakin bertambah (BPS 2007). Secara statistika penyelesaian konflik yang dilakukan istri cenderung bersikap menyerang pribadi pasangan dan bersikap menghindar dengan rataan tertinggi pada istri KIB, sementara itu penyelesaian konflik yang dilakukan suami cenderung bersikap menghindar dan mengalah yang memiliki rataan tertinggi pada suami KIB. Hal ini diduga bahwa dalam keadaan yang melelahkan setelah selesai bekerja dan terjadinya permasalahan dengan pasangan, istri lebih banyak menggunakan emosinya dalam menyelesaikan masalah dengan suami. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Gareis et. al. (2009) bahwa pada istri yang bekerja, istri cepat mengalami stres yang diakibatkan kelelahan setelah beraktivitas di luar rumah. Sikap wanita yang lebih banyak menggunakan emosinya dalam menyelesaikan konflik menggambarkan kepribadian seorang wanita yang merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi antara aspek-aspek emosional, rasional dan suasana hati, kesatuan yang terintegrasi tersebut memiliki ikatan yang kuat dan menguasai aspek berfikir wanita, sehingga menyebabkan kaum wanita cepat mengambil tindakan atas dasar emosinya (Gunarsa dan Gunarsa 1991). Pada saat istri bersikap menyerang pasangan dan menghindar lebih banyak suami untuk
22 melakukan sikap mengalah dan menghindar agar permasalahan tidak semakin berlarut. Hasil uji hubungan pada KIB menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan orang tua (ayah dan ibu), maka sumber konflik dan bentuk konflik yang dilakukan diantara pasangan akan semakin berkurang. Menurut Pulungan (1993) dalam Cahyaningsih (1999) orang tua yang berpendidikan tinggi cenderung lebih mengembangkan diri, pengetahuan, serta lebih terbuka untuk mengikuti perkembangan informasi dan masyarakat dibanding orang tua dengan pendidikan rendah. Hal inilah yang menjadikan orang tua sebagai pasangan yang berkonflik cenderung dapat beprilaku lebih dewasa dalam menyikapi adanya konflik. Sementara itu, pendapatan keluarga dapat menurunkan sumber dan bentuk konflik diantara pasangan. Hal ini diduga bahwa semakin tinggi pendapatan yang diperoleh keluarga dikarenakan pasangan yang sama-sama bekerja akan menurunkan masalah diantara pasangan terutama permasalahan keuangan, serta semakin lama usia pernikahan, maka konflik yang dilakukan suami terhadap istri semakin meningkat. Usia remaja yang semakin tua akan cenderung tidak mampu dalam beradaptasi dengan lingkungannya (maladjustment). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ibaniatia (2005) bahwa usia remaja yang relatif lebih tua dibanding dengan sebayanya memiliki keberanian yang lebih besar untuk melakukan berbagai tindakan kenakalan. Pada KITB bahwa semakin tua usia ibu sumber dan bentuk konflik yang terjadi diantara pasangan akan semakin menurun. Pada dasarnya kehidupan dalam ikatan pernikahan senantiasa dihadapkan dengan berbagai macam masalah dan menuntut kedewasaan dari pasangan suami istri untuk menyelesaikan masalah (Dewi 2008). Hal yang sama pada KIB bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga dapat menurunkan sumber dan bentuk konflik yang terjadi diantara pasangan. Diduga bahwa pada KITB yang memiliki pendapatan yang tinggi akan memungkinkan pasangan memiliki sumber konflik yang relatif lebih sedikit dan menurunkan perilaku berkonflik suami terhadap istri. Sementara itu, semakin besar keluarga maka suami cenderung menurunkan tindakan berkonflik. Hal ini berlawanan dengan pendpat Gunarsa dan Gunarsa (2002) bahwa besarnya keluarga dapat mengganggu pada corak hubungan anggota keluarga dan mengakibatkan munculnya reaksi otoriter, acuh tak acuh, sikap bersaing dan tersisih, kondisi tersebut tentu menimbulkan ketegangan yang dapat berakibat lebih buruk pada perilaku antar anggota itu sendiri. Pada KIB terdapat hubungan negatif signifikan antara komunikasi orang tua-anak dengan kepribadian remaja. Artinya, komunikasi yang terjalin secara positif antara orang tua dan anak akan membentuk kepribadian yang lebih positif. Hal ini sejalan dengan temuan Gozali (2011) yang menyatakan bahwa komunikasi yang terbuka, empati, rasa positif, dan kesetaraan yang terjadi antara orang tua dan anak terlihat dan dapat dirasakan oleh sebagian besar anak sehingga membentuk kepribadian anak lebih terbuka, berempati, percaya diri, pendengar, dan berkpribadian positif lainnya. Sementara itu pada KITB tidak terdapat hubungan antara konflik pernikahan, komunikasi orang tua, dan kepribadian remaja. Hasil uji regresi menunjukan jenis kelamin remaja perempuan dapat berpengaruh pada kepribadian remaja yang negatif. Konflik yang terjadi diantara orang tua, anak perempuan lebih banyak ikut campur terhadap konflik yang
23 terjadi dan akan dampak besar pada emosi anak perempuan (Eisenberg et. al. 1992). Komunikasi orang tua-anak yang dilakukan secara positif berdampak terhadap kepribadian yang positif. Interaksi orang tua yang berkonflik dapat berpengaruh langsung terhadap frekuensi dan kurangnya keterlibatan orang tua dengan anak yang akan mempengaruhi terhadap penyesuaian anak dan berdampak negatif pula terhadap psikologis anak (Gerard et. al. 2006). Menurut Huang (2010) komunikasi orang tua dan anak merupakan hal yang dapat mempengaruhi karakter dan perkembangan sikap seseorang. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan signifikan karakteristik keluarga (pendapatan keluarga) KIB dan KITB. Penyelesaian konflik yang dilakukan istri cenderung bersikap menyerang pribadi pasangan dan sikap menghindar, sementara itu penyelesaian konflik yang dilakukan suami cenderung bersikap menghindar dan mengalah dengan rataan tertinggi pada suami dan istri pada KIB. Berdasarkan hasil uji hubungan pada KIB semakin tinggi pendidikan orang tua (ayah ibu) akan menurunkan sumber dan bentuk konflik yang terjadi diantara pasangan. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh keluarga dikarenakan pasangan yang sama-sama bekerja akan menurunkan masalah diantara pasangan terutama permasalahan keuangan. Usia remaja yang lebih tua akan cenderung berkepribadian negatif. Semakin lama usia pernikahan, maka konflik yang dilakukan suami terhadap istri semakin meningkat. Sementara itu, semakin positif komunikasi yang terjalin diantara orang tua dan anak, maka anak membentuk kepribadian yang positif. Hasil uji hubungan pada KITB usia ibu yang lebih tua akan menurunkan sumber dan bentuk konflik suami dengan istri. Hal yang sama dengan KIB bahwa pendapatan yang tinggi akan menurunkan sumber dan bentuk konflik suami dan semakin tinggi pendapatan keluarga akan membentuk kepribadian remaja yang positif dan semakin besar keluarga, maka konflik yang dilakukan suami semakin menurun. Hasil uji regresi menunjukan remaja dengan jenis kelamin perempuan berpengaruh terhadap kepribadian remaja secara negatif. Hasil lain menunjukan komunikasi orang tua-anak yang dilakukan oleh ibu dan dirasakan oleh anak secara positif berpengaruh terhadap kepribadian remaja secara positif. Saran Konflik akan senantiasa terjadi di dalam kehidupan pernikahan,meskipun beberapa pasangan merasa bahwa dalam pernikahannya sangatlah menyenangkan. Meskipun pada hasil penelitian terbukti bahwa konflik tidak beresiko baik pada komunikasi orang tua-anak dan kepribadian remaja, namun orang tua terutama pada ibu yang bekerja perlu melakukan dan menjalin komunikasi yang lebih positif dengan anak terutama saat anak menginjak usia remaja, karena masa inilah
24 anak sedang mencari identitas diri dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu orang tua perlu banyak mengenali anak remajanya dengan cara meningkatkan kualitas hubungan orang tua-anak (berkomunikasi), orang tua perlu lebih banyak meluangkan waktu bersama anak meskipun sesibuk apapun untuk terlibat dalam kegiatan anak, hal ini juga dapat berpengaruh terhadap kepribadian positif remaja. Anak remaja perempuan lebih cenderung berkepribadian negatif ketika orang tua sedang berkonflik dan melakukan komunikasi negatif pada anak, untuk itu orang tua perlu berhati-hati dalam menyampaikan keluh kesah mengenai konflik tersebut dan orang tua perlu memperkenalkan pada anak suasa berkonflik dan cara penyelesaian konflik yang positif agar anak lebih memahami dan dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Bagi remaja sendiri terutama remaja perempuan untuk lebih memandang konflik bukan dipandang pada hal yang negatif saja dan remaja perlu memahami bahwa tidak semua konflik yang terjadi diantara orang tua berkaitan dengan dirinya dan konflik akan berujung dengan adanya kehancuran di dalam keluarga. Penelitian selanjutnya, penting untuk dilakukan penelitian konflik pernikahan menurut persepsi suami terhadap sumber, bentuk, dan penyelesaian konflik, serta konflik pasangan dapat dilihat dari persepsi anak agar dapat terlihat pengaruhnya pada anak.
DAFTAR PUSTAKA Adam R, Laursen B. 2001. The organization and dynamics of adolescent conflict with parents and friends. Journal of Marriage and Family. 63(1):97-110. doi: 10.1111/j.1741-3737.2001.00097.x [BPS], Departemen Sosial. 2002. Penduduk Fakir Miskin Indonesia 2002: Badan Pusat Statistika. ____. 2007. Angka Partisipasi Angkatan Kerja Wanita. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Cahyaningsih N. 1999. Persepsi Remaja Terhadap Gaya Pengasuhan Orang Tua dan Hubungannya dengan Remaja SMU di Jakarta Pusat [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Chen. 2009. Parent-child relationship, childhood and adolescence InD Carr (Ed). Encyclopedia of The Life Course and Human Development. 1: Childhood and Adolescence (pp.335-340). NewYork: The Gale Group Inc. Christensen A, et al. 1983. Parental characteristics and interactional dysfunction in families with child behavior problems: A preliminary i.facdefacebook.comnvestigation. Journal of Abnormal Child Psychology. 11: 153-166. Dewi EMP. 2008. Konflik pernikahan dan model penyelesaian konflik pada pasangan suami istri. Jurnal Psikologi. 2(1). Eisenberg, N, et. al. 1992. The relations of maternal practices and characteristics to children's vicarious emotional responsiveness. Child Development, 63, 583-602.
25 Fincham FD, Osborne LN. 1995. Understanding marriage and marital distress do miliseconds matter. Journal of Family Psychology. 9(1):24-27.doi: 0893/320095/53.00. Gerard JM, et. al. 2006. Marital conflict, parent-child relations, and youth maladjusment: A longitudinal investigation of spillover effect. Journal of Family. Vol 27, 291. Gozali J. 2011. Komunikasi Interaksi Orang Tua Dan Guru Pada Anak Dalam Pembentukan Kepribadian Anak [skripsi]. Bandung (ID). Universitas Komputer Indonesia. Gunarsa SD, Gunarsa SD. 1991. Psikologi untuk Muda Mudi. Gunung Mulia: Jakarta. Harold GT, et al. 1997. Marital conflict and adolescent distress: The role of adolescent awarness child development. 68: 333-350. Huang Y. 2010. Family communication patterns, communication apprehension and socio-communicative orientative orientation: A study of Chinese Studen [thesis]. Ohio: The University of Akron. Ibaniatia R. 2005. Pengaruh Tingkat Depresi dan Jenis Kepribadian Remaja Terhadap Tingkat Kenakalannya [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Jaycox LH, Repetti RL. 1993.Conflict in families and the psycological adjusment of preadolescent children. Journal of Family Psycology. 7(3): 344-355. American Psycological Association Inc. doi: 0893-320/93. Kurdek LA. 1994. Conflict resolution style in gay, lesbian, heterosexual parent couple. Journal of Marriage and The Family. 56: 705-722. Lestari S.2012. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik Dalam Keluarga. Jakarta. Kencana Predana Media Group. Levy SC. 1969. The Elementary Structur of Kinship. London: Eyre and Spottiswoode. Mardiah. 1999. Hubungan interaksi antra orang tua dan anak dengan kenakalan remaja [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Muhanifah A. 2009. Interaksi antara remaja, ayah, dan sekolah serta hubungannya dengan tingkat stres dalam menghadapi ujian nasional [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Olson, Barners H. 1998. Family Communication. Minneapolis (US): Life Innovation, Inc. Puspitawati H, Herawati T. 2009. M K Pengantar Ilmu Keluarga. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Priyonggo. 2002. Jadikan keluarga sebagai tempat berdiskusi. [www.suaramerdeka.com]. waktu diunduh [12 Juli 2013] Rickard, et. al.1982. An examination of the relationship of marital satisfaction and divorce with parent-child interactions. Journal of Clinical Child Psychology.11(1): 61-65. doi: 10.1080/1537441. Rohner RP. 1986. The Warmth Dimention Foundation of Parental AcceptanceRejection Theory. Sage Publications. USA. _________, et al. 2009. Introduction to parental acceptance-rejection theory, methods, evidence, and implication. [www.cspar.unconn.edu/intropartheory.html]. waktu diunduh [11 Juli 2013].
26 Sadarjoen SS. 2005. Konflik Perkawinan: Pemahaman Konseptual, Actual, dan Solusi Alternatif. Bandung. Refika Aditama Bandung. Sears, et al. 1994 Psikologi social. Jakarta: Erlangga Jakarta. Stith SM, et. al. 2008. Marital satisfaction and marital discord as risk markers for intimate partner violence: a meta-analytic review. Journal of Family Violence. 23(3): 149-160. doi: 10. 1007/s.10896-007-9137-4. Sujanto, et al. 2004. Psikologi perkembangan. Bumi Aksara: Jakarta.
LAMPIRAN
27 Lampiran 1 Persentase per item pertanyaan komunikasi orang tua-anak Tidak Bekerja (n=50) Ibu
Komunikasi orang tua-anak
Bekerja (n=50)
Anak
1
5
1
Ibu 5
Anak
1
5
1
5
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Pendengar yang baik
0
0
3
6
0
0
12
24
0
0
5
10
1
2
11
22
Peraturan didiskusikan terlebih dahulu
0
0
7
14
1
2
5
10
0
0
6
12
3
6
3
6
Teman untuk mengobrol
0
0
6
12
1
2
11
22
1
2
4
8
2
4
5
10
Anggota lain memiliki andil
0
0
3
6
5
10
4
8
0
0
5
10
2
4
6
12
Tidak terlalu memaksa
0
0
0
0
0
0
2
4
0
0
1
2
2
4
3
6
Menceritakan pada orang tua
0
0
5
10
2
4
5
10
0
0
3
6
4
8
7
14
Mengungkapkan perasaan sayang secara langsung
1
2
6
12
3
6
5
10
0
0
3
6
1
2
9
18
Saling tertawa bersama
0
0
34
68
2
2
30
60
0
0
41
82
0
0
33
66
Menghargai pendapat dan perbuatan
0
0
2
4
0
0
6
12
0
0
3
6
0
0
6
12
Memperlakukan dengan hangat
0
0
4
8
1
2
8
16
0
0
4
8
0
0
11
22
Mudah mengekspresikan emosi
0
0
3
6
3
6
6
12
0
0
5
10
2
4
5
10
Mematuhi perintah
0
0
9
18
0
0
20
40
1
2
8
16
2
4
25
50
Menggunakan kata-kata yang bersifat memerintah
0
0
2
4
0
0
7
14
1
2
0
0
1
2
6
12
Mengancam
3
6
1
2
6
12
0
0
3
6
0
0
6
12
4
8
Mengkritik dan mencerca
0
0
1
2
2
4
1
2
1
2
2
4
2
4
5
10
Berkata kasar dan menyakitkan
5
10
0
0
9
18
1
2
4
8
0
0
14
28
2
4
Memanggil panggilan jelek
7
14
0
0
18
36
0
0
5
10
0
0
15
30
0
0
28 Menyindir dan sumpah serapah
27
54
0
0
14
28
0
0
27
54
0
0
23
46
0
0
Memojokkan
6
12
0
0
7
14
2
4
3
6
0
0
8
16
2
4
Memukul
7
14
0
0
16
32
0
0
10
20
0
0
19
38
0
0
Mengabaikan
4
8
0
0
4
8
0
0
5
10
0
0
7
14
1
2
Membentak dan berteriak
2
4
0
0
4
8
1
2
2
4
0
0
5
10
2
4
Mengomeli anak
1
2
5
10
0
0
8
16
2
4
1
2
1
2
8
16
Keterangan: 1= sangat tidak setuju; 5 = sangat setuju
29 Lampiran 2 Persentase per item pertanyaan kepribadian remaja 1
Kepribadian remaja Bertengkar/berbuat jahat Memukul seseorang l Merasa sangat marah Senang melihat melakukan hal-hal buruk Menggerutu, mencibir, dan bersungut-sungut Mudah marah yang meledakledak Sangat merasa prihatin ketika sakit Memberikan banyak kasih sayang setiap saat Tidak bahagia menyelesaikan masalah Senang jika ibu anda memberikan perhatian Senang diberi dukungan menyukai ketika orang tua anda sibuk terhadap saya Menyukai diri sendiri* Merasa buruk Berfikir seseorang tersebut lebih baik Berfikir bahwa diri sendiri adalah orang Merasa diri lumayan hebat Merasa tidak senang kepada diri sendiri Dapat melakukan hal-hal yang inginkan Merasa tidak bisa melakukan hal apapun Merasa bisa berkompetisi Berfikir orang yang gagal Seringkali merasa sulit untuk mencoba melakukan sesuatu Merasa sukses tidak mudah mengungkapkan perasaan Mudah dicintai Memiliki masalah Mudah menunjukkan rasa cinta Sulit menyatakan rasa cinta Mudah untuk menunjukkan rasa suka Mudah marah Seringkali merasa kesal Marah dalam masalah Periang dan kemudian muram
Tidak bekerja (n=50) 4
Bekerja (n=50) 1
4
n
%
n
%
n
%
n
%
31 30 34
62 60 68
1 10 7
2 20 14
30 27 30
60 54 60
3 6 2
6 12 4
46
92
1
2
43
86
1
2
21
42
15
30
19
38
19
38
39
78
4
8
35
70
4
8
43
86
0
0
43
86
1
2
44
88
1
2
46
92
1
2
13
26
18
36
9
18
22
44
48
96
1
2
46
92
0
0
46
92
1
2
45
90
1
2
34
68
8
16
29
58
10
20
35 38
70 76
1 3
2 6
43 36
86 72
0 0
0 0
26
52
10
20
25
50
13
26
29
58
2
4
28
56
2
4
13
26
8
16
15
30
11
12
24
48
3
6
32
64
4
8
31
62
0
0
30
60
2
4
23
46
4
8
27
54
4
8
31 35
62 70
1 2
2 4
31 38
62 76
2 3
4 6
13
26
18
36
10
20
18
36
25
50
1
2
19
38
5
10
8
16
18
36
7
14
21
42
31 30
62 60
2 4
4 8
40 25
80 50
0 7
0 14
28
56
9
18
27
54
11
22
18
36
18
36
18
36
20
40
35
70
4
8
40
80
3
6
15 19 23 22
30 38 46 44
13 12 10 14
26 24 20 28
12 15 23 16
24 30 46 32
17 14 9 19
34 28 18 38
30 Tidak terbiasa untuk marah Merasa marah a dalam masalah Hidup menyenangkan Hidup itu penuh bahaya Dunia tempat menyenangkan Dunia bukan tempat menyenangkan dunia sebagai tempat berbahaya kehidupan sesuatu yang baik
15
30
12
24
14
28
17
34
25
50
10
20
18
36
14
28
36 23 42
72 46 84
1 8 3
2 16 6
37 27 38
74 54 76
3 11 3
6 22 6
38
76
7
14
38
76
7
14
35
70
5
10
35
70
7
14
39
78
1
2
39
78
0
0
keterangan: 1 = selalu benar; 4 = tidak pernah
31
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 4 Februari 1991 dari pasangan Eri Gunawan dan Nuryani. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang memiliki kakak perempuan Ratna Aryani. Penulis dibesarkan di Kota Bogor. Mulai pada tahun 1995 sampai 1997 penulis bersekolah di TK Negeri Mexindo Bogor, pada tahun 1997 sampai 2003 penulis bersekolah di SDN Pengadilan 4 Bogor, kemudian melanjutkan sekolah di SMP Negeri 5 Bogor pada tahun 2003 sampai 2006 dan melanjutkan sekolah di SMA Negeri 2 Bogor pada tahun 2006 sampai 2009. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia pada bulan Juni 2009 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB ). Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis pernah menjadi salah satu pengurus di Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) Divisi Enterpreneur selama dua tahun kepengurusan dan bergabung di UKM Gentrakaheman selama satu tahun.