PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP INTENSI MELAKUKAN WHISTLEBLOWING DENGAN RETALIASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Rizqi Awaliya Nikmah NIM: 1110082000123
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP INTENSI MELAKUKAN WHISTLEBLOWING DENGAN RETALIASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Rizqi Awaliya Nikmah NIM: 1110082000123
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Rizqi Awaliya Nikmah
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Kendal, 1 Februari 1992
3. Alamat
: Ds. Kalirejo Rt 03 Rw 03 Kec. Kangkung, Kab. Kendal, Semarang-Jateng 51353
II.
III.
4. Telepon
: 087871195980
5. Email
:
[email protected]
PENDIDIKAN 1.
SDN 02 Kalirejo
Tahun 1997-2003
2.
SMP N 1 Cepiring
Tahun 2003-2006
3.
SMA N 1 Kendal
Tahun 2006-2009
4.
S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2010-2014
LATAR BELAKANG KELUARGA 1.
Ayah
: Masduki
2.
Tempat, Tanggal Lahir
: Kendal, 25 Mei 1959
3.
Ibu
: Ninik Karyati
4.
Tempat, Tanggal Lahir
: Kendal, 28 Maret 1968
5.
Alamat
: Ds. Kalirejo Rt 03 Rw 03 Kec. Kangkung, Kab. Kendal, Semarang-Jateng 51353 vi
IV.
SEMINAR DAN WORKSHOP 1.
Seminar “Anti-Corruption Training Road to Campus” oleh KPK, Jakarta 21 Oktober 2010.
2.
Seminar Nasional “Menatap Masa Depan Demokrasi Indonesia” oleh BEM FEB, Jakarta 28 Februari 2011.
3.
Stadium General IESP oleh Fakulta Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta, Jakarta 28 Maret 2012.
4.
Seminar di Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI, Jakarta 4 Mei 2012.
5.
Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi oleh HMJ Akuntansi, Jakarta 3 Oktober 2012.
6.
Workshop “Hidup Positif Bermakna untuk Sesama Tanpa Narkoba” oleh Gerakan Nurani Nusantara, Jakarta 15 Desember 2012.
7.
Diskusi Interaktif “APEC di Mata Anak Muda” oleh Kompas, Jakarta 2 Oktober 2013.
vii
ABSTRACT The Effect of Auditors Professional Commitment on Whistleblowing Intention with Retaliation as Moderate Variable
The purpose this study to examine the effect of auditor’s professional commitment on whistleblowing intention with retaliation as moderate variable. Based on purposive sampling method, this study used a sample of 70 respondents who work as internal auditors in General Inspectorate in some ministries in Indonesia. This study used primary data with questionary. Data were analyzed using simple regression analysis and Moderated Regression Analysis (MRA) with SPSS 21 processing. The result indicates that auditors professional commitment effect on whistleblowing intention. While the effect auditors professional commitment on whistleblowing intention can not be a moderated variable by retaliation. Keyword: auditors professional commitment, retaliation, whistleblowing intention
viii
ABSTRAK Pengaruh Komitmen Profesional Auditor terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing dengan Retaliasi Sebagai Variabel Moderating
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh komitmen profesional auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing dengan retaliasi sebagai variabel moderating. berdasarkan metode purposive sampling, penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 70 responden yang berprofesi sebagai auditor internal yang bekerja di Inspektorat Jenderal pada beberapa kementerian di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data primer dengan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi sederhana dan Moderate Regression Analysis (MRA) yang pengolahannya melalui SPSS 21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen profesional auditor berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing. Sedangkan retaliasi tidak memoderasi pengaruh komitmen profesional auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing. Kata kunci: komitmen profesional auditor, retaliasi, intensi melakukan whistleblowing
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman , yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada: 1.
Bapak Masduki dan Ibu Ninik Karyati tercinta, terima kasih atas segala dukungan, perhatian, doa, serta bantuan moril dan materiil. Tiada kata yang mampu melukiskan rasa terima kasihku kepada kalian.
2.
Adikku M. Wahyu Adi Nugroho yang menjadi penyemangatku.
3.
Lutfil Khakim, Dini Indri Hapsari, keponakan-keponakan, dan seluruh keluarga di Depok, terima kasih atas semua yang diberikan selama ini, semangat, perhatian, kasih sayang.
4.
Bapak Prof. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.
5.
Ibu Dr. Rini selaku Ketua Jurusan Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6.
Bapak Hepi Prayudiawan SE., MM., Ak.,CA selaku Sekertaris Jurusan Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7.
Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan
x
dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini 8.
Bapak Abdul Hamid Cebba, MBA., CPA selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi nasihat, memberikan semangat dan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu yang sudah Bapak berikan selama ini.
9.
Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh masa studi.
10. Bapak/Ibu sekertaris, kepala bagian kepegawaian, kasubag kepegawaian, staff, dan auditor dari Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan RI, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Kementerian Agama RI, yang telah mengizinkan peneliti untuk menyebar kuesioner di sana. 11. Sahabat-sahabatku tersayang yang tergabung dalam Cossin Generation: Lenny Anggraeni, Ririn Annisa Priliani, Rizqi Awaliya Nikmah, Diah Anugraheni, dan Heva Nur Adri. Terima kasih atas segala bantuan, support, doa dan keceriaan yang telah kalian berkan. Terima kasih sudah mau menjadi sahabatku, yang mau menerima aku dengan segala kekuranganku. Semoga persahabatan ini akan tetap terjaga. 12. Sahabat-sahabatku tersayang yang tergabung dalam My Limun. Yang terdiri dari, Najibatul Labibah, Tika Zahara, Eka Novi Astria Beti, Rizka Dhiani, Husnul Khotimah. Terima kasih banyak sudah mau berbagi tempat tinggal denganku walaupun sempit-sempitan, berbagi kesedihan dan keceriaan. Pasti aku bakal merindukan saat-saat dimana kita tidur bareng, makan bareng, nonton tv bareng, becanda bareng. Semoga kebersamaan kita akan tetap ada walaupun nanti kita akan berpisah. 13. Teman-teman Akun D “Daeng Tata”, terima kasih atas dukungan, doa, keceriaan, dan kebersamaan yang telah kalian berikan. Pasti aku merindukan suasana kelas yang sarat akan kehangatan dan kebersamaan. Aku berharap suatu saat kita bisa jalan-jalan bareng sekelas.
xi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, 30 Juni 2014
(Rizqi Awaliya Nikmah)
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................... i Lembar Pengesahan Skripsi ..................................................................... ii Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .............................................. iii Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .......................................................... iv Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ........................................... v Daftar Riwayat Hidup ............................................................................... vi Abastract ..................................................................................................... viii Abstrak ........................................................................................................ ix Kata Pengantar ........................................................................................... x Daftar Isi ...................................................................................................... xiii Daftar Tabel ................................................................................................ xvii Daftar Gambar ........................................................................................... xix Daftar Lampiran ........................................................................................ xx BAB I
PENDAHULUAN .............................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
xiii
B. Perumusan Masalah ......................................................... 12 C. Tujuan Penelitian ............................................................. 12 D. Manfaat Penelitian .......................................................... 13 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 15 A. Tinjauan Literatur ............................................................ 15 1. Internal Audit ............................................................. 15 2. Aparat Pengawas Internal Pemerintah ........................ 18 3. Teori Perilaku Terencana ............................................ 19 4. Komitmen Profesional Auditor ................................... 22 5. Retaliasi ....................................................................... 25 6. Whistleblowing ............................................................ 27 B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ..................................... 30 C. Kerangka Pemikiran ........................................................ 39 D. Dasar Perumusan Hipotesis ............................................. 41 1. Komitmen Profesional Auditor dengan Intensi Melakukan Whistleblowing ........................................ 41 2. Retaliasi Memoderasi Komitmen Profesional Auditor terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing ........................................................... 43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ...................................... 46 A. Ruang Lingkup Penelitian.............................................. 46 B. Metode Penentuan Sampel............................................. 46 C. Metode Pengumpulan Data ........................................... 47
xiv
1. Penelitian Pustaka (Library Research) ....................... 47 2. Penelitian Lapangan (Field Research) ........................ 47 D. Metode Analisis Data ..................................................... 48 1. Analisis Deskriptif ...................................................... 48 2. Uji Kualitas Data ........................................................ 48 3. Uji Asumsi Klasik ...................................................... 49 4. Uji Hipotesis ............................................................... 52 E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................. 56 1. Komitmen Profesional Auditor .................................. 56 2. Retaliasi ...................................................................... 56 3. Intensi Melakukan Whistleblowing ............................ 57 BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN .............................. 60 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................. 60 1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................. 60 2. Karakteristik Profil Responden ............................... 61 B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ...................................... 65 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................... 65 2. Hasil Uji Kualitas Data ........................................... 66 3. Hasil Uji Asumsi Klasik .......................................... 69 4. Hasil Uji Hipotesis .................................................. 74 C. Pembahasan ................................................................... 78
BAB V
PENUTUP ......................................................................... 83
xv
A. Kesimpulan ................................................................... 83 B. Saran ............................................................................. 84 Daftar Pustaka ............................................................................................. 85 Lampiran-lampiran ...................................................................................... 90
xvi
Daftar Tabel
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ..................................................
31
3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................. 58
4.1
Data Sampel Penelitian ................................................................... 61
4.2
Data Distribusi Sampel Penelitian .................................................. 61
4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........... 62
4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia .......................... 63
4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir ......... 64
4.6
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ........................................................................ 64
4.7
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ........................................................................... 65
4.8
Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................... 66
4.9
Hasil Uji Validitas Komitmen Profesional ..................................... 67
4.10
Hasil Uji Validitas Retaliasi ............................................................ 68
xvii
No
Keterangan
Halaman
4.11
Hasil Uji Validitas Intensi Melakukan Whistleblowing ................. 68
4.12
Hasil Uji Reliabilitas ....................................................................... 69
4.13
Hasil Uji Multikolonieritas ............................................................. 70
4.14
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) ............................................. 71
4.15
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y dan X1 ............... 74
4.16
Hasil Uji Statistik t Variabel Y dan X1 ............................................ 75
4.17
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y, X1, dan X2 ......... 76
4.18
Hasil Uji Statistik t Variabel Y, X1, dan X2 ..................................... 77
xviii
Daftar Gambar
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Skema Kerangka Pemikiran ........................................................... 39
4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ........................ 72
4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ................. 72
4.3
Grafik Scatterplot ........................................................................... 73
xix
Daftar Lampiran
No
Keterangan
Halaman
1.
Surat Penelitian Skripsi......................................................................
90
2.
Surat Keterangan dari Kementerian...................................................
93
3.
Kuesioner Penelitian ..........................................................................
97
4.
Jawaban Responden ...........................................................................
108
5.
Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ...............................................
118
xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan profesi internal auditing dalam era globalisasi saat ini sangat pesat, bahkan internal auditor telah diakui keberadaannya sebagai bagian dari organisasi perusahaan (corporate governance) yang dapat membantu manajemen dalam meningkatkan kinerja pemerintah maupun perusahaan, terutama dalam aspek pengendalian. Dengan adanya hal tersebut, diharapkan supaya auditor dapat meningkatkan sistem pengendalian intern karena sistem pengendalian intern ini merupakan prasyarat bagi penyelenggaraan pemerintah dan pengelolaan keuangan negara yang baik. Sistem pengendalian intern ini merupakan salah satu unsur fungsi audit internal. Dengan demikian, fungsi audit internal yang berjalan dengan baik akan menghasilkan keluaran yang baik yang akan menjadi masukan bagi auditor eksternal, eksekutif, dan legislatif dalam memperbaiki pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan pada waktu yang akan datang. Oleh karena itu, sudah selayaknya fungsi pengawasan internal lebih diberdayakan dan dilaksanakan secara baik demi tercapainya tujuan berbangsa dan bernegara atau good governance pada sektor publik, yaitu terwujudnya transparansi, akuntabilitas, kejujuran, keadilan, dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut auditor internal
1
sebagai salah satu pengendali intern dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pengelolaan laporan keuangan negara harus mengeluarkan pendapat atau opini pada laporan keuangan yang akan diterbitkan. Auditor internal pemerintah tergabung dalam APIP. Menurut Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 1 ayat 11 menerangkan bahwa Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas intern pada institusi lain yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, review, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi. Tugas, fungsi, dan kewenangan APIP dapat dilihat di pasal-pasal lain dalam Perpres 54/2010, diantaranya yaitu Pasal 17, 32, 81, 99, dan 177. Kalau melihat pasal-pasal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa APIP sama dengan inspektorat di instansi pemerintah (Inspektorat Jenderal, Inspektorat, Inspektorat Kabupaten, Inspektorat Provinsi) dengan jabatan fungsional auditor sebagai SDM-nya. Akhir-akhir ini kasus whistleblowing banyak diperbincangkan. Whistleblowing dianggap sebagai sistem yang mempunyai manfaat memperkuat sistem pengendalian internal. Manfaat tersebut, antara lain tersedianya cara penyampaian informasi yang penting dan kritis, tersedianya mekanisme deteksi dini atas kemungkinan terjadinya masalah akibat suatu pelanggaran, adanya kesempatan untuk menangani masalah pelanggaran secara internal sebelum meluas, dan mengurangi adanya resiko dari dampak pelanggaran.
2
Di Amerika Serikat kasus whistleblowing yang paling terkenal adalah kasus pengungkapan kecurangan yang dilakukan oleh Jeffrey Wigand. Wigand merupakan direksi di bagian Riset dan Pengembangan (1988-1993) perusahaan rokok Brown and Williamson Tobacoo Corporation. Dia memberikan laporan mengungkap kesaksian adanya praktik manipulasi kadar rokok nikotin rokok di perusahaan tempatnya bekerja. Tidak
dapat
dipungkiri,
keberadaan
whistleblower
sangat
membantu dalam pengungkapan kecurangan/fraud. Apalagi, telah diketahui banyak kalangan, bahwasannya praktik kecurangan/fraud telah marak terjadi. Dalam buku Memahami Whistleblower, dikatakan bahwa whistleblower biasanya ditujukan kepada seseorang yang pertama kali mengungkapkan atau melaporkan suatu tindak pidana atau tindakan yang dianggap ilegal di tempatnya bekerja atau orang lain berada, kepada otoritas internal organisasi atau kepada publik, seperti media massa atau lembaga pemantau publik. Seorang whistleblower biasanya merupakan orang dalam, yaitu orang yang mengungkap dugaan pelanggaran dan kejahatan yang terjadi di tempatnya bekerja atau ia berada. Karena skandal kejahatan selalu terorganisir, maka seorang whistleblower kadang merupakan bagian dari pelaku kejahatan atau kelompok mafia itu sendiri. Dia terlibat dalam skandal lalu mengungkapkan kejahatan yang terjadi. Di dalam perusahaan, umumnya terdapat dua cara sistem pelaporan, yaitu sistem pelaporan internal dan sistem pelaporan eksternal.
3
Sistem pelaporan internal umumnya dilakukan melalui saluran-saluran komunikasi yang sudah baku dalam perusahaan. Sistem pelaporan internal whistleblower perlu ditegaskan kepada seluruh karyawan. Dengan demikian, karyawan dapat mengetahui otoritas yang dapat menerima laporan. Melalui sistem pelaporan internal, para karyawan dapat melaporkan adanya dugaan tindakan kecurangan kepada atasannya langsung. Perusahaan di Indonesia yang sudah menerapkan sistem pelaporan internal adalah Pertamina, United Tractors, Sinar Mas, dan beberapa perusahaan lainnya. Sedangkan sistem pelaporan eksternal, memerlukan lembaga di luar perusahaan yang memiliki wewenang dalam menerima pelaporan kecurangan. Di Indonesia, lembaga di luar perusahaan yang menangani laporan kecurangan belum berkembang. Berbeda dengan luar negeri. Di Luar negeri, misalnya di Australia sudah ada lembaga yang menangani laporan kecurangan yang dilakukan whistleblower dari sektor swata. Misalnya, Mission Australia. Lembaga ini memiliki komitmen tinggi terhadap perilaku yang mengedepankan standar legal, beretika, dan bermoral pada perusahaan. Di Amerika Serikat (AS), perusahaan-perusahaan swasta, khususnya perusahaan yang sudah go public, diwajibkan membuat sistem pelaporan yang memungkinkan seorang whistleblower melaporkan suatu pelanggaran. Kewajiban itu diatur dalam Sarbanes-Oxley Act yang disahkan tahun 2002. SarbanesOxley Act merupakan undang-undang yang disahkan guna menghindari
4
penyimpangan keuangan di perusahaan-perusahaan terbuka, termasuk penyimpangan laporan keuangan yang dibuat oleh kantor akuntan publik. Walaupun di Indonesia sudah terdapat Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) yang mempunyai tugas memberikan perlindungan bagi saksi dan korban, namun lingkup LPSK belum menjangkau whistleblower. UU No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban tidak mencantumkan bahwa pelapor atau whistleblower adalah pihak yang diberikan perlindungan. Oleh sebab itu, banyak kasus buram yang menimpa whistleblower. Seperti kasus Endin Wahyudin, pelapor kasus penyuapan tiga hakim agung, dipenjarakan karena dianggap mencemarkan nama baik. Khairiansyah Salman, mantan auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang melaporkan kasus korupsi di Komisi Pemilihan Umum (KPU), dijadikan tersangka dengan tuduhan korupsi atas Dana Abadi Umat Rp 10 juta. Dan lebih ironis lagi nasib Vincentius Amin Sutanto, yaitu pelapor dugaan mega skandal pajak Asian Agri Group milik taipan Sukanto Tanoto senilai Rp 1,3 triliun ini justru dijerat dengan dakwaan pencucian uang. Ia divonis 11 tahun penjara dan tidak ada pengurangan keringanan hukuman seperti yang dijanjikan dalam UndangUndang (Widayati, 2012). Munculnya kasus-kasus kecurangan keuangan harus diatasi secara cepat supaya tidak semakin membudidaya di Indonesia. Whistleblowing adalah suatu tindakan yang diharapkan dapat mengurangi tindakan kecurangan. Whistleblowing itu sendiri merupakan pelaporan oleh anggota
5
dari suatu organisasi (sekarang atau terdahulu) mengenai praktek ilegal, imoral, dan haram yang dilakukan oleh orang atau organisasi yang mungkin dapat mengakibatkan suatu tindakan (Elias, 2008). Atau suatu tindakan yang melaporkan adanya tindakan kecurangan atau perilaku tidak etis di dalam organisasi kepada pihak internal organisasi atau kepada pihak eksternal organisasi, yaitu media massa. Disini, profesi akuntansi yang memiliki peran yang penting dalam kasus kecurangan, seharusnya menjadi orang pertama yang dapat mendukung whistleblowing. Karir merupakan hal besar dalam kehidupan seseorang dan komitmen profesional memiliki implikasi yang penting terhadap hal tersebut. Selain memiliki implikasi bagi individu, komitmen profesi berimplikasi pula bagi organisasi (Mardikawati, 2012). Komitmen profesional dikaitkan dengan meningkatnya kinerja, turunnya niat untuk pindah kerja, serta kepuasan kerja yang lebih besar (Meixner dan Bline, 1989 dikutip oleh Elias, 2008). Whistleblowing sering dikaitkan dengan komitmen profesional. Menurut James (1995) dalam Jalil (2013), Whistleblowing merupakan usaha yang dilakukan seorang pekerja atau mantan pekerja suatu organisasi untuk mengungkap sesuatu yang dia yakini
merupakan
kesalahan
yang
terjadi
dalam
organisasinya.
Whistleblowing adalah fenomena yang komplek. Sebagai karyawan akan menghadapi dilema etika, dimana dia harus mengambil pilihan yang sangat sulit antara kesetiaan mereka terhadap organisasi atau moral dan sosial yang menekankan pada pelaporan tindak kecurangan.
6
Tidak semua karyawan atau pekerja yang mengetahui tindakan kecurangan akan melaporkan tindak kecurangan tersebut kepada pimpinan perusahaan atau publik. Whistleblower harus mempunyai motivasi pilihan etis yang kuat untuk berani mengungkapkan skandal kejahatan terhadap pimpinan perusahaan atau publik. Dengan berani mengungkapkan kebenaran dan kesalahan, diharapkan pelanggaran atau kejahatan dapat terungkap. Penekanan pada aspek moralitas itu sangat penting pada saat nilai-nilai yang dapat menjadi acuan hidup bersama menjadi kendur. Penekanan pada aspek moralitas itu sangat penting karena moralitas adalah sebuah aspek dari kehidupan sosial, dan hanya dengan demikian moralitas dapat digerakkan dan dihubungkan dengan praktik-praktik sosial yang ada. Selain itu, yang ditekankan dari seorang whistleblower dalam muatan informasi yang sangat penting bagi kehidupan publik, misalnya dalam skala yang besar tentu dapat menggoyahkan kondisi sebuah perusahaan, bahkan perekonomian sebuah negara. Penyalahgunaan keuangan akan membuat investor tidak mempercayai kinerja perusahaan, dan pada akhirnya mereka tidak akan mau menanamkan investasi pada perusahaan tersebut. Efek yang ditimbulkan dari adanya skandal keuangan akan panjang. Mulai dari keluarnya para investor, bangkrutnya perusahaan dan pemutusan hubungan kerja bagi karyawan atau pemecatan. Sehingga whistleblower memegang posisi yang penting guna menjaga kesehatan perusahaan dan perekonomian negara.
7
Seorang auditor
harus
memiliki
etika
dan moral
dalam
melaksanakan pekerjaannya. Sehingga apabila dia dihadapkan pada pilihan yang sulit, dia mampu memberikan keputusan yang tepat, yang sesuai dengan kode etik profesi akuntan. Taylor dan Curtis (2010) dalam Jalil (2013) mengatakan bahwa komitmen profesional merupakan salah satu faktor penentu dalam keputusan seseorang untuk melaporkan perilaku tidak etis yang mereka temukan. Auditor yang profesional diharapkan memiliki komitmen profesional yang tinggi sehingga lebih mengutamakan profesionalisme dan etika profesi yang mereka miliki. Menurut Tjiptohadi dalam Sagara (2013), profesionalisme bisa mempunyai beberapa makna. Pertama, profesionalisme berarti suatu keahlian, mempunyai kualitas tertentu, berpengalaman sesuai bidang keahliannya, atau memperoleh imbalan karena keahliannya. Seseorang bisa dikatakan profesional apabila telah mengikuti pendidikan tertentu yang menyebabkan mempunyai keahlian atau kualifikasi tertentu. Kedua, profesionalisme merujuk pada suatu standar pekerjaan, yaitu prinsipprinsip moral dan etika profesi. Prinsip-prinsip moral, seperti halnya norma umum masyarakat, mengarahkan auditor agar berperilaku sesuai dengan tatanan kehidupan seorang profesional. Ketiga, profesional berarti moral. Kadar moral seseorang yang membedakan antara auditor satu dengan auditor lainnya. Moral seseorang dan sikap menjunjung tinggi etika profesi bersifat sangat individual.
8
Penelitian mengenai komitmen profesional, pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Sagara (2013) meneliti mengenai profesionalisme internal auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing. Sagara (2013) menilai profesionalisme dengan menggunakan konsep dari Kalbers dan Forgathy (1995). Menurut mereka, terdapat empat dimensi untuk menilai profesionalisme, yaitu (1) afiliasi dengan komunitas; (2) tuntutan untuk mandiri; (3) keyakinan terhadap peraturan sendiri atau profesi; dan (4) kepentingan sosial. Dari hasil penelitian, hanya profesionalisme auditor internal dimensi tuntutan untuk mandiri yang berpengaruh positif terhadap intensi melakukan whistleblowing. Jalil (2013) juga melakukan penelitian mengenai pengaruh komitmen
profesionalisme
auditor
terhadap
intensi
melakukan
whistleblowing dengan locus of control sebagai variabel moderating. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa komitmen profesional tidak berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing. Hasil tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gani (2010). Dalam penelitian yang dilakukan Gani (2010) berhasil membuktikan bahwa komitmen profesional mahasiswa akuntansi (PPA dan Non-PPA) berpengaruh
positif
terhadap
persepsi
mereka
akan
pentingnya
whistleblowing dan intensi melakukan whistleblowing. Menurut Liyanarachchi dan Newdick (2009), terdapat dua faktor yang paling penting dan relevan untuk memahami kecenderungan seseorang melakukan whistleblowing adalah tingkatan moral reasoning
9
dan adanya retaliasi dalam whistleblowing. Mereka meneliti mengenai dampak moral reasoning dan retaliasi mahasiswa akuntansi tingkat akhir terhadap whistleblowing. Penelitian tersebut dilakukan di Selandia Baru. Liyanarachchi dan Newdick (2009) membagi moral reasoning menjadi dua tingkatan yaitu rendah dan tinggi. Sedangkan retaliasi dibagi juga menjadi dua tingkatan, yaitu kuat (penalti) dan lemah (afiliasi). Penelitian berhasil membuktikan bahwa dua tingkatan moral reasoning (rendah dan tinggi) dan retaliasi (kuat dan lemah) berpengaruh positif terhadap intensi melakukan whistleblowing. Jadi, pada saat individu berada dalam tingkatan moral reasoning yang tinggi lebih cenderung melakukan whistleblowing daripada individu dalam tingkatan moral reasoning yang rendah. Individu yang menghadapi retaliasi yang lemah akan lebih cenderung melakukan whistleblowing daripada individu yang mengalami retaliasi yang tinggi. Sedangkan
kekuatan retaliasi tidak signifikan
mempengaruhi hubungan antara penalaran moral dan kecenderungan individu untuk melakukan whistleblowing. Dalam Pedoman Pelaporan Sistem Pelanggaran yang diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Institute of Business Ethics (2007) diantara 4 karyawan yang mengetahui adanya pelanggaran, kurang dari 52% yang melaporkan adanya tindakan kecurangan. Dan sisanya hanya diam dan tidak berbuat apa-apa. Tindakan diam tersebut, bertentangan dengan profesionalisme auditor. Seorang auditor yang profesional haruslah
10
mengungkapkan kecurangan yang mereka temukan, walaupun mereka berpotensi mendapatkan retaliasi. Retaliasi dapat berupa pengucilan, pemberian tugas kerja yang berlebihan, mutasi kerja, dan bahkan yang lebih parah yaitu pemecatan kerja. Dengan adanya retaliasi tersebut, profesionalisme auditor diuji. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena pertama, seorang akuntan profesional diharapkan memiliki komitmen profesional yang tinggi dimana mereka lebih mengutamakan profesionalisme terhadap pekerjaannya. Seorang internal auditor yang memiliki komitmen profesional yang tinggi cenderung akan melakukan tindakan whistleblowing. Tetapi, apabila auditor internal dihadapkan dengan retaliasi, akankah mereka tetap untuk melakukan tindakan whistleblowing tersebut. Sehingga, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai interaksi antara retaliasi dengan komitmen profesional terhadap intensi melakukan whistleblowing. Kedua, karena dalam penelitian sebelumnya variabel locus of control (Jalil, 2013) tidak memoderasi hubungan antara komitmen profesional auditor dengan intensi melakukan whistleblowing. Dan Jalil (2013) menyarankan untuk meneliti mengenai retaliasi. Ternyata, penelitian mengenai retaliasi terhadap intensi melakukan whistleblowing masih sangat jarang dilakukan di Indonesia. Dan dalam penelitian sebelumnya mengenai whistleblowing, Jalil (2013), Sagara (2013), dan Elias (2008), menggunakan responden auditor KAP dan mahasiswa
11
akuntansi. Dan dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengambil responden auditor internal pemerintah yang bekerja di Inspektorat Jenderal Kementerian RI. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Komitmen Profesional Auditor terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing dengan Retaliasi Sebagai Variabel Moderating”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah yang selanjutnya akan diteliti adalah: 1. Apakah komitmen profesional auditor berpengaruh terhadap intensitas untuk melakukan whistleblowing? 2. Apakah retaliasi dapat memoderasi hubungan antara komitmen profesional auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing?
C. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan latar belakang dan perumusan masalah penelitian diatas, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atau hal-hal sebagai berikut: 1. Menguji pengaruh komitmen profesional auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing.
12
2. Menguji pengaruh retaliasi yang memoderasi pengaruh komitmen profesional auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing.
D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: a. Kontribusi Praktis 1) Auditor Internal Pemerintah, sebagai tinjauan yang diharapkan dapat
dijadikan
informasi
profesional sebagai
untuk
meningkatkan
komitmen
auditor supaya berani untuk melakukan
whistleblowing. Dan dapat mengambil sikap bila terjadi tindakan pembalasan, baik itu dari atasan, rekan kerja, maupun klien. 2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang intensi melakukan whistleblowing dan aspek keperilakuan yang dimiliki auditor dengan memberikan bukti yang empiris mengenai pengaruh interaksi antara retaliasi dengan komitmen profesional auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing inspektorat jenderal beberapa kementerian di Indonesia. b. Kontribusi Teoritis 1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan.
13
2) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini. 3) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai auditing, terutama mengenai intensi melakukan whistleblowing.
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur 1. Internal Audit a. Pengertian Internal Audit Sukrisno Agoes (2012:2004) mendefinisikan internal audit sebagai berikut: “Internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal perusahaan, terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku.” American
Accounting
Association
(Sawyer,
2005:8)
mendefinisikan audit internal sebagai: “proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan.” Guidance Task Force (GTF) (Sawyer, 2005:9) pada musim semi tahun 1999 menyerahkan definisi berikut untuk ditanggapi oleh para anggota IIA: “Audit internal adalah sebuah akivitas konsultasi dan keyakinan objektif yang dikelola secara independen di dalam organisasi dan diarahkan oleh filosofi penambahan nilai meningkatkan operasional perusahaan. Audit tersebut membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan
15
efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi.” “Audit internal merupakan profesi yang dinamis dan terus berkembang yang mengantisipasi perubahan dalam lingkungan operasinya dan beradaptasi terhadap perubahan dalam struktur organisasi, proses, dan teknologi. Profesionalisme dan komitmen yang tinggi difasilitasi dengan bekerja dalam kerangka praktik profesional yang dikembangkan oleh Institute of Internal Auditors.” Pada pemerintahan, auditor internal merupakan unit pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi. Auditor internal terdiri dari Inspektorat Jenderal Kementerian, Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga negara dan BUMN/BUMD,
Inspektorat
Wilayah
Kabupaten/Kota
(Itwilkab/Itwilkot),
dan
Pengawas
Keuangan
Badan
dan
Pembangunan (BPKP) yang merupakan lembaga pemeriksa independen. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa audit internal adalah suatu fungsi atau kegiatan yang bebas dalam suatu organisasi dan sebagai pelayanan jasa dalam organisasi tersebut. b. Fungsi Internal Audit Sawyer (2005) mengemukakan bahwa fungsi audit internal adalah suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu organisasi, guna menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaan untuk memberikan saran-saran kepada manajemen.
16
Tujuannya adalah membantu tingkatan manajemen, agar tanggung jawabnya dilaksanakan secara efektif. Adapun fungsi audit internal secara menyeluruh mengenai pelaksanaan kerja audit internal dalam mencapai tujuannya: 1) Membahas, menilai kebaikan dan ketepatan pelaksanaan pengendalian akuntansi, keuangan, serta operasi. 2) Meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksanaan, rencana, dan prosedur yang ditetapkan. 3) Meyakinkan
apakah
kekayaan
perusahaan/organisasi
dipertanggungjawabkan dengan baik dan dijaga dengan aman terhadap segala kemungkinan risiko kerugian. 4) Meyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara lainnya yang dikembangkan dalam organisasi. 5) Menilai kualitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan fungsi audit internal adalah untuk membantu manajemen dalam menilai kinerja, prosedur, dan kebijakan yang ditetapkan dalam organisasi agar dapat meyakinkan dan memperbaiki pelaksanaan tugas dan tanggung jawab manajemen untuk mengurangi risiko-risiko yang terdapat dalam organisasi sehingga dalam organisasi dapat berjalan efektif.
17
2. Aparat Pengawas Internal Pemerintah Auditor internal pemerintah merupakan auditor yang bekerja untuk melayani kebutuhan-kebutuhan pemerintah. Selanjutnya, auditor internal pemerintah disebut sebagai Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Pasal 47 ayat 2 (a), Aparat Pengawasan Intern Pemerintah merupakan
aparat
yang
melakukan
pengawasan
intern
atas
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara. Menurut Pasal 48 ayat 2, Aparat Pengawasan Intern Pemerintah melakukan pengawasan intern melalui audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah terdiri atas: a. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). b. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern. c. Inspektorat Provinsi. d. Inspektorat Kabupaten/Kota. Adapun masing-masing wewenang dan komponen Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yaitu:
BPKP melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi: a. kegiatan yang bersifat lintas sektoral;
18
b. kegiatan
kebendaharaan
umum
negara
berdasarkan
penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara; dan c. kegiatan lain berdasarkan penugasan dari presiden.
Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian negara/lembaga yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Inspektorat Provinsi melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah provinsi yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi.
Inspektorat Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota.
3. Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behaviour) Manusia adalah makhluk yang unik. Antara manusia satu dengan manusia yang lain memiliki perbedaan. Salah satu perbedaan yang dapat dilihat adalah dari tindakan yang mereka lakukan yaitu tindakan yang baik dan buruk. Setiap tindakan yang dilakukan
19
seseorang pasti memiliki latar belakang dan tujuan serta dampak bagi individu yang melakukan. Teori perilaku terencana (theory of planned behaviour) merupakan perluasan dari teori tindakan beralasan (theory of reasoned action) yang dikembangkan oleh Ajzen dan Martin Fishbein (1980). Dalam teori perilaku terencana (theory of planned behaviour) menambah satu komponen teori yang sebelumnya tidak ada di teori tindakan beralasan (theory of reasoned action), yaitu aspek perilaku kontrol yang dihayati (perceived behavioral control) yang sebelumnya tidak ada dalam teori tindakan beralasan. Teori perilaku terencana (theory of planned behaviour) bertujuan untuk memprediksi dan memahami dampak niat berperilaku, mengidentifikasi strategi untuk merubah perilaku serta menjelaskan perilaku nyata manusia. Faktor utama dari suatu perilaku yang ditampilkan individu adalah niat individu tersebut untuk menampilkan perilaku tertentu. Park dan Blenkinsopp (2009), mengatakan bahwa niat diasumsikan sebagai faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku. Niat merupakan indikasi seberapa keras seseorang berusaha atau seberapa banyak usaha yang dilakukan untuk menampilkan suatu perilaku. Jadi, semakin keras niat seseorang untuk terlibat dalam suatu perilaku, semakin besar kecenderungan orang tersebut untuk melakukan perilaku tersebut (Buchan, 2005). Niat untuk berperilaku dapat
20
menjadi perilaku sebenarnya apabila perilaku tersebut berada di bawah kontrol orang tersebut. Menurut Park dan Blenkinsopp (2009), teori perilaku terencana menjelaskan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi niat individu untuk berperilaku, yaitu: 1. Sikap terhadap perilaku (Attitude Toward The Behavior) Merujuk pada tingkatan yang dimiliki oleh seseorang dalam membuat evaluasi yang sifatnya baik dan tidak baik terhadap suatu perilaku. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat atau menghindar, merespon positif atau negatif terhadap berbagai keadaan sosial. Sikap terhadap perilaku yang dianggap positif yang nantinya akan dijadikan pilihan seseorang untuk membimbingnya dalam berperilaku di dalam kehidupan . 2. Norma Subjektif (Subjective Norm) Merujuk pada tekanan sosial yang dihadapi seseorang untuk dapat menampilkan perilaku tertentu atau tidak menampilkannya (Ajzen, 1991 dalam Park dan Blenkinsopp, 2009). Hal ini didasarkan oleh keyakinan normatif, yang merupakan pikiran seseorang tentang kemungkinan orang yang penting baginya akan mendukung atau tidak mendukung perilaku tersebut. 3. Persepsi kontrol perilaku (Perceived Behavioral Control) Merujuk pada faktor-faktor yang dapat berfungsi sebagai hambatan atau peluang untuk mencapai hasil yang diinginkan (Buchan,
21
2005). Ajzen (1991) dalam Park dan Blenkinsopp (2009) mengemukakan
bahwa
hambatan
dan
peluang
tersebut
diasumsikan bahwa keyakinan di dalamnya dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu. Kontrol perilaku menjadi faktor penentu intensi yang sangat penting ketika seseorang telah memilki pengalaman sebelumnya akan perilaku yang akan ditampilkan merupakan perilaku yang asing atau baru bagi seseorang. 4. Komitmen Profesional Auditor Smith dan Hall (2008) dalam Jalil (2013) mendefinisikan komitmen profesional sebagai suatu kecintaan yang dibentuk oleh seorang individu pada profesinya. Komitmen profesional dapat didefinisikan sebagai: (1) sebuah kepercayaan pada dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai dari profesi, (2) sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan profesi, dan (3) sebuah keinginan keanggotaan dalam profesi (Aranya et al. , 1981, dalam Restuningdiah, 2009). Komitmen profesional merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam penelitian maupun praktik akuntansi yang ada saat ini. Tranggono dan Kartika (2008) mendefinisikan komitmen profesional sebagai tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang telah dipersepsikan oleh individu tersebut. Agar seseorang dapat berperilaku dengan baik maka, dia harus memperhatikan etika profesional yang diatur dalam kode etik. Etika profesional yaitu standard perilaku seseorang
22
profesional yang dirancang untuk tujuan praktis dan idealistik sehingga mendorong perilaku seseorang yang ideal, bersifat realistis, dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Dalam suatu asosiasi profesi ditekankan akan adanya tingkat komitmen yang setinggi-tingginya yang diwujudkan dengan kerja berkualitas sekaligus sebagai jaminan keberhasilan atas tugas yang dihadapinya. Komitmen profesional merupakan kepercayaan dan penerimaan tujuan profesi dan bersedia untuk mengerahkan upaya yang keras atas namanya (Elias, 2008). Lee et al. (2000) Elias (2008) menekankan pentingnya kajian mengenai komitmen profesional karena karir seseorang merupakan bagian utama dalam hidup mereka dan komitmen profesional memiliki implikasi penting pada level individual maupun organisasional. Hall et al. (2005) mendefinisikan model tiga komponen dari komitmen
profesional.
Model
tersebut
terdiri
dari
affective
professional commitment (APC) yang mencakup keinginan individu untuk
tetap
berada
dalam
sebuah
profesi
karena
mereka
mengidentifikasi tujuan dari suatu profesi dan ingin membantu profesi tersebut meraih tujuan itu. Yang kedua adalah continuance professional commitment (CPC) yang menjelaskan sejauh mana individu “harus tetap berada” dalam suatu profesi karena akumulasi dari investasi dan keterbatasan perbandingan alternative. Yang terakhir adalah normative professional commitment (NPC) yang menjelaskan
23
sejauh mana individu wajib tetap berada dalam suatu profesi karena memang itu suatu keharusan. Komitmen profesional mengacu pada kekuatan identifikasi individual dengan profesi. Individual dengan komitmen profesi yang tinggi dikarakterkan memiliki kepercayaan dan penerimaan yang tinggi dalam tujuan profesi, keinginan untuk berusaha sekuatnya atas nama profesi dan keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam profesi (Mowday et al., 1979) dalam Faisal (2007). Seorang internal auditor yang memiliki komitmen profesional yang tinggi, diharapkan dapat bertindak untuk kepentingan publik, bukan
malah
bertindak
sesuatu
yang
dapat
menjatuhkan
profesionalisme yang mereka miliki. Berbeda dengan internal auditor dengan komitmen profesional yang rendah. Mereka mungkin saja bertindak disfungsional (memihak kepentingan klien). Komitmen
profesi
dikaitkan
dengan
etika
dan
niat
whistleblowing. Penelitian Jeffrey (2006) dalam Elias (2008) mengungkap bahwa level komitmen profesi mempengaruhi level landasan etis seseorang. Lebih lanjut, Kaplan dan Whitecotton (2001) menemukan hubungan positif antara komitmen profesi auditor dan niat whistleblowing.
24
5. Retaliasi Retaliasi atau tindakan balas dendam adalah sebuah perilaku yang ditujukan untuk mengembalikan tindakan yang pernah dilakukan seseorang. Menurut Regh (1998) dalam Regh et al. (2008) retaliasi merupakan hasil dari konflik antara organisasi dan karyawannya, dimana anggota organisasi berupaya untuk mengontrol karyawan dengan mengancam untuk mengambil atau benar-benar mengambil suatu tindakan yang merugikan kesejahteraan dari karyawannya, menanggapi laporan karyawan yang dianggap merupakan tindakan yang salah. Jadi secara sederhana, retaliasi dapat didefinisikan sebagai tindakan yang tidak diinginkan terhadap
whistleblower yang
melaporkan kesalahan organisasi kepada pihak dalam maupun luar organisasi. Retaliasi dapat berupa pemberian pekerjaan yang lebih banyak, pengancaman, pengucilan, pemutusan hubungan kerja, dan lain-lain. Retaliasi tidak hanya dapat dilakukan kepada diri whistleblower itu sendiri, tetapi bisa menimpa keluarga dari whistleblower tersebut. Retaliasi mungkin didorong oleh keinginan organisasi untuk membuat whistleblower diam, mencegah pihak luar mengetahui, mendiskreditkan
whistleblower,
dan
mencegah
whistleblower
melakukan tindakan yang lain. Menurut Near dan Miceli (1996) dalam Liyanarachchi dan Newdick (2009) ketika seseorang memutuskan untuk melakukan whistleblowing dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadian
25
individu, lingkungan yang mengelilingi individu, dan takut akan pembalasan (retaliasi). Retaliasi mengambil peranan yang penting dalam memutuskan untuk melakukan tindakan whistleblowing. Menurut Mesmer-Magnus dan Viswesvaran (2005), prediktor antara retaliasi dengan whistleblower terdiri dari empat kategori, yaitu (a) karakteristik whitleblower, (b) tindakan yang diambil oleh whistleblower dalam pelaporan kesalahan organisasi, (c) variabel situasional atau lingkungan yang berkaitan dengan organisasi, dan (d) karakteristik kecurangan atau wrongdoer. Karakteristik whistleblower yang diperiksa dalam kaitannya dengan retaliasi, meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan, tanggung jawab peran, dan nilai keselarasan dengan organisasi. Tindakan yang diambil oleh whistleblower untuk melaporkan kesalahan organisasi menentukan seberapa besar retaliasi yang akan diterima. Tindakan pelaporan yang bisa diambil oleh whistleblower adalah melalui saluran pelaporan internal (dalam organisasi) atau saluran pelaporan eksternal (masyarakat dan media massa). Kurangnya dukungan dari supervisor dan manajer puncak memunculkan prediksi kemungkinan adanya retaliasi yang akan diterima oleh whistleblower, akan tetapi dukungan dari rekan kerja kurang berpengaruh terhadap seberapa besar retaliasi yang akan diterima (Near dan Miceli, 1986). Karakteristik kesalahan juga
26
menentukan seberapa besar retaliasi yang akan diterima. Karakteristik tersebut, misalnya frekuensi, keparahan, dan bukti kesalahan. Near dan Miceli (1987) dalam Regh
et
al. (2008)
memperkirakan ketergantungan terhadap whistleblower, kekuatan whistleblower mempengaruhi
dan
keseriusan
tindakan
kesalahan
pembalasan.
sebagai
Seandainya
hal
yang
organisasi
bergantung kepada whistleblower, maka tindakan pembalasan yang diterima oleh whistleblower akan kurang komprehensif. Tetapi, seandainya organisasi tidak bergantung kepada orang yang melakukan kesalahan, maka whistleblower akan menerima pembalasan yang kejam. Ini terjadi karena adanya hubungan kekuasaan. Dan hal tersebut sesuai dengan teori ketergantungan sumber daya. 6. Whistleblowing Elias (2008) mengatakan bahwa whistleblowing adalah pelaporan oleh anggota dari suatu organisasi (sekarang atau terdahulu) mengenai praktek ilegal, imoral, dan haram yang dilakukan oleh orang atau organisasi yang mungkin dapat mengakibatkan suatu tindakan. Sedangkan whistleblowing menurut KNKG di dalam Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran adalah pengungkapan tindakan pelanggaran atau pengungkapan perbuatan yang melanggar hukum, perbuatan tidak etis atau tidak bermoral atau perbuatan lain yang dapat merugikan organisasi atau pemangku kepentingan, yang dilakukan oleh karyawan atau pimpinan organisasi terhadap pimpinan organisasi atau lembaga
27
lain yang dapat mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut. Orang yang
melakukan
tindakan
whistleblowing
disebut
dengan
whistleblower (Sagara, 2013). Isu mengenai whistleblowing telah ada sejak akhir tahun 1960an dan berkembang hingga saat ini. Perkembangan tersebut disebabkan oleh beberapa hal (Rothschild dan Miethe, 1999) dalam Jalil (2013). Pertama, adanya pergerakan dalam perekonomian yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pendidikan, keahlian, dan kepedulian sosial dari para pekerja. Kedua, keadaan ekonomi sekarang telah memberi informasi yang intensif dan menjadi penggerak informasi. Ketiga, akses informasi dan kemudahan berpublikasi menuntun whistleblowing sebagai fenomena yang tidak bisa dicegah atas pergeseran perekonomian yang ada. Elias (2008) mengatakan bahwa whistleblowing dapat terjadi dari dalam (internal) maupun luar (eksternal). Internal whistleblowing terjadi ketika seorang karyawan mengetahui kecurangan yang dilakukan karyawan lainnya kemudian melaporkan kecurangan tersebut kepada atasannya. Dan eksternal whistleblowing terjadi ketika seorang karyawan mengetahui kecurangan yang dilakukan perusahaan lalu memberitahukannya kepada masyarakat karena kecurangan itu akan merugikan masyarakat. Miceli dan Near (2002) mengatakan bahwa kebanyakan whistleblower pertama kali mengungkapkan penemuannya kepada internal perusahaan sebelum melaporkannya
28
kepada publik. Lewis (2005) mengatakan bahwa whistleblowing dapat dipandang sebagai
bagian dari stragtegi untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas. Dari pandangan pemberi kerja, pekerja yang pertama kali melapor kepada menajernya atas pelanggaran yang terjadi dapat member kesempatan perusahaan untuk memperbaiki masalah tersebut sebelum berkembang semakin rumit. Mesmer-Magnus dan Viswesvaran (2005) melakukan meta-analisis terhadap 26 studi tentang whistleblowing dan menyimpulkan bahwa whistleblowers seharusnya
memiliki
kinerja
yang
baik,
beredukasi
tinggi,
berkedudukan sebagai pengawas, dan moral reasoning yang lebih tinggi dibandingkan seorang pengawas fraud yang tidak aktif (Elias, 2008).
Namun
pengungkapan
pelanggaran
pada
umumnya
menimbulkan konskuensi yang tidak diinginkan oleh pengungkap pelanggaran tersebut, seperti kehilangan pekerjaan, ancaman balas dendam, dan isolasi dalam bekerja (Lennane et al., 1996) dalam Chiu (2007). Dalam kasus whistleblowing, kebanyakan dari para karyawan yang mengetahui adanya kecurangan tidak melakukan tindakan apaapa. Hal tersebut dikarenakan adanya ancaman pembalasan yang dia terima. Menanggapi hal tersebut, negara Australia, Kanada, Perancis, India, Jepang, Selandia Baru, Inggris, dan Amerika Serikat sudah membuat Undan-Undang mengenai perlindungan terhadap pelapor atau whistleblower. Indonesia sudah memiliki Undang-Undang
29
mengenai saksi dan korban, yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006. Lembaga yang berwenang menangani perlindungan saksi dan korban bernama LPSK. Awalnya Undang-undang ada di Indonesia belum maksimal karena terdapat permasalahan, yaitu Pertama, terkait dengan rumusan pengertian-pengertian kunci, seperti pengertian mengenai whistleblower yang juga memiliki pengertian yang luas, yaitu pelapor dan juga pelapor pelaku. Dalam revisi UU No 13/2006, diperlukan penegasan pengertian yang ada, khususnya pengertianpengertian yang belum dicantumkan dalam UU No 13/2006. Kedua, perbaikan rumusan pasal undang-undang mengenai kelembagaan, kewenangan yang menyangkut substansi penjabaran dari tugas dan fungsi LPSK, dan hubungan/koordinasi antar lembaga (khususnya penegak
hukum)
dalam
melaksanakan
perlindungan.
Dengan
demikian, hubungan dan koordinasi antar lembaga tidak lagi terlalu menjadi hambatan untuk mengimplementasikan praktik pelaporan dan perlindungan whistleblower. B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini, dapat dilihat dalam tabel 2.1
30
Tabel 2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
No 1.
Peneliti (Tahun) Kaplan dan Whitecotton (2001)
Judul Penelitian An Examination of Auditors’ Reporting Intentions When Another Auditor is Offered Client Employment.
Metode Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Variabel independen komitmen profesional dan variabel dependen variabel intensi pelaporan.
1. Responden yang digunakan peneliti sebelumnya adalah auditor senior. Sedangkan peneliti menggunakan responden auditor internal pemerintah yang bekerja di Inspektorat Jenderal Kementerian RI. 2. Peneliti sebelumnya tidak menggunakan variabel retaliasi.
Hasil Penelitian 1. Komitmen profesional berpengaruh positif terhadap intensi pelaporan. 2. Tanggung jawab untuk melaporkan berpengaruh signifikan terhadap intensi pelaporan. 3. Personal cost berpengaruh signifikan terhadap intensi pelaporan.
Bersambung ke halaman selanjutnya
31
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No 2.
Peneliti (Tahun) Chiu (2002)
Judul Penelitian Ethical Judgment, Locus of Control, Whistleblowing Intention: A Case Study of Mainland Chinese MBA Students
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Variabel dependen intensitas melakukan whistleblowing
1. Responden yang digunakan peneliti sebelumnya adalah MBA students. Sedangkan peneliti menggunakan responden auditor internal pemerintah yang bekerja di Inspektorat Jenderal Kementerian RI. 2. Peneliti sebelumnya tidak menggunakan variabel komitmen profesional auditor dan retaliasi.
Hasil Penelitian 1. Ethical judgment berpengaruh positif dengan intensi melakukan whistleblowing, 2. Locus of control memoderasi hubungan antara ethical judgment dan intensi melakukan whistleblowing.
Bersambung ke halaman selanjutnya
32
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No 3.
Peneliti (Tahun) Mesmer-Magnus dan Viswesvaran (2005)
Judul Penelitian Whistleblowing in Organizations: An Examination of Correlates of Whistleblowing Intentions, Actions, and Retaliation
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Variabel independen retaliasi dan variabel dependen intensi melakukan whistleblowing.
1. Sampel yang digunakan peneliti sebelumnya adalah jurnal mengenai whistleblowing. Sedangkan peneliti menggunakan responden auditor internal pemerintah yang bekerja di Inspektorat Jenderal Kementerian RI. 2. Peneliti sebelumnya tidak menggunakan variabel komitmen profesional auditor.
Hasil Penelitian 1. Kepuasan bekerja dan hasil kerja berpengaruh terhadap whistleblowing. 2. Komitmen organisasi berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing. 3. Dukungan supervisor berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing. 4. Retaliasi bepengaruh negatif terhadap intensi melakukan whistleblowing. 5. Ethical judgment berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing
Bersambung ke halaman selanjutnya
33
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No 4.
Peneliti (Tahun) Elias (2008)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan
Hasil Penelitian
Auditing Students 1. Variabel 1. Responden yang 1. Komitmen profesional Professional Comitment independen digunakan dalam berpengaruh signifikan and Anticipatory komitmen penelitian terhadap intensi melakukan Socialization and Their profesional dan sebelumnya whistleblowing. Relationship to variabel adalah 2. Sosialisasi antisipatori Whistleblowing dependen mahasiswa berpengaruh signifikan whistleblowing. akuntansi.Sedan terhadap intensi melakukan gkan peneliti whistleblowing. menggunakan responden auditor internal pemerintah yang bekerja di Inspektorat Jenderal Kementerian RI. 2. Peneliti sebelumnya tidak menggunakan variabel retaliasi.
Bersambung ke halaman selanjutnya
34
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No 5.
Peneliti (Tahun) Liyanarachchi dan Newdick (2009)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan
The Impact of Moral 1. Variabel Reasoning and independen Retaliation on retaliasi dan Whistleblowing: dependen New Zealand whistleblowing. Evidence
1. Responden yang digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah mahasiswa akuntansi.Sedangkan peneliti menggunakan responden auditor internal pemerintah yang bekerja di Inspektorat Jenderal Kementerian RI. 2. Peneliti sebelumnya tidak menggunakan variabel komitmen profesional.
Hasil Penelitian 1. Moral reasoning berpengaruh signifikan terhadap intensitas melakukan whistleblowing, 2. Retaliasi berpengaruh signifikan terhadap intensitas melakukan whistleblowing. 3. Kekuatan retaliasi tidak berpengaruh terhadap hubungan antara moral reasoning dan intensi melakukan whistleblowing.
Bersambung ke halaman selanjutnya
35
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No 6.
Peneliti (Tahun) Jalil (2013)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan
Pengaruh Komitmen 1. Variabel Profesional Auditor independen terhadap Intensi komitmen Melakukan profesional Whistleblowing: auditor dan Locus of Control variabel sebagai variabel dependen intensi Pemoderasi melakukan whistleblowing.
1. Responden yang digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah akuntan publik yang bekerja di kantor KAP di Jakarta. Sedangkan peneliti menggunakan responden auditor internal pemerintah yang bekerja di Inspektorat Jenderal Kementerian RI. 2. Peneliti sebelumnya tidak menggunakan variabel retaliasi.
Hasil Penelitian 1. Variabel komitmen profesional auditor tidak berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing. 2. Variabel locus of control tidak memoderasi hubungan antara komitmen profesional auditor dengan intensi melakukan whistleblowing.
Bersambung ke halaman selanjutnya
36
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No 7.
Peneliti (Tahun) Sagara (2013)
Judul Penelitian Profesionalisme Internal Auditor dan Intensi Melakukan Whistleblowing.
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Variabel dependen intensi melakukan whistleblowing.
Hasil Penelitian
1. Responden yang 1. Profesionalisme internal digunakan dalam auditor dimensi afiliasi penelitian sebelumnya komunitas berpengaruh adalah auditor negatif terhadap intensi internal perusahaan. melakukan Sedangkan peneliti whistleblowing. menggunakan 2. Profesionalisme internal responden auditor auditor dimensi kewajiban internal pemerintah sosial berpengaruh negatif yang bekerja di terhadap intensi Inspektorat Jenderal melakukan Kementerian RI. whistleblowing. 2. Peneliti sebelumnya 3. Profesionalisme internal tidak menggunakan auditor dimensi dedikasi variabel retaliasi. terhadap pekerjaan berpengaruh negatif terhadap intensi melakukan whistleblowing.
Bersambung ke halaman selanjutnya
37
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan
Hasil Penelitian 4. Profesionalisme internal auditor dimensi keyakinan terhadap peraturan sendiri atau komunitas berpengaruh negatif terhadap intensi melakukan whistleblowing. 5. Profesionalisme internal auditor dimensi tuntutan untuk mandiri berpengaruh positif terhadap intensi melakukan whistleblowing.
38
C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Apartur Negara Nomor : PER/05/M.PAN/03/2008 “Terhadap temuan yang berindikasi adanya tindakan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan kecurangan, auditor harus membantu aparat penegak hukum terkait dalam upaya penindaklanjutan temuan tersebut”.
-----
GAP
----
Masih ada auditor internal pemerintah yang tidak mengungkapkan kecurangan yang mereka temukan.
Basis Teori : Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behaviour) dan Internal Auditing
Pengaruh Komitmen Profesional Auditor terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing dengan Retaliasi Sebagai Variabel Moderating
Bersambung ke halaman selanjutnya
39
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Variabel Independen Komitmen Profesional (X1)
Variabel Dependen H1
H2
Intensi melakukan Whistleblowing (Y)
Retaliasi (X2) Variabel Moderating
Metode Analisis: Regresi
Metode Regresi Sederhana
Moderated Regression Analysis (MRA)
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, dan Saran Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
40
D. Dasar Perumusan Hipotesis 1. Komitmen
Profesional
Auditor
dengan
Intensi
Melakukan
Whistleblowing Beberapa pihak menjelaskan mengenai whistleblowing sebagai berikut: 1. Whistleblowing adalah pengungkapan yang dilakukan anggota organisasi atas suatu praktik-praktik illegal atau tanpa legitimasi hukum di bawah kendali pimpinan mereka kepada individu atau organisasi yang dapat menimbulkan efek tindakan perbaikan (Near dan Miceli, 1985). 2. Whistleblowing akan muncul saat terjadi konflik antara loyalitas karyawan dan perlindungan kepentingan publik (Varelius, 2008). 3. Whistleblowing dapat terjadi dari dalam (internal) maupun luar (eksternal) (Elias, 2008). Whistleblowing dapat digambarkan sebagai suatu proses yang melibatkan faktor pribadi dan faktor sosial organisasional. Penelitian yang ada telah menerangkan pentingnya pengungkapan pelanggaran, dan penelitian pengungkapan pelanggaran yang menguji hubungan antara
whistleblowing
dengan
komitmen
profesional
mulai
berkembang. Komitmen Profesional adalah suatu tindakan loyalitas terhadap pekerjaan yang sedang dijalani berdasarkan norma dan aturan yang berlaku secara umum. Dengan semakin maraknya tindak
41
kecurangan, sikap profesionalisme auditor sangat diperlukan untuk mengungkap tindak kecurangan tersebut. Karena internal auditor tidak hanya bekerja untuk kepentingan perusahaan saja, tetapi dia juga harus dapat
mempertanggungjawabkan
hasil
kinerjanya
terhadap
masyarakat. Tingkatan profesionalisme auditor menentukan intensitas untuk melakukan whistleblowing. Tingkatan profesionalisme internal auditor yang belum berpengalaman berbeda dengan internal auditor yang sudah berpengalaman. Auditor yang sudah berpengalaman biasanya memiliki tingkat komitmen profesional yang tinggi dibandingkan dengan auditor yang belum berpengalaman. Hal tersebut disebabkan karena kecintaan yang kuat yang dimiliki oleh auditor berpengalaman terhadap pekerjaannya. Banyak penelitian yang meneliti mengenai pengaruh komitmen profesional auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing. Elias (2008) melakukan studi tentang hubungan komitmen profesional dan sosialisasi
antisipatif
dengan
whistleblowing
pada
mahasiswa
akuntansi tingkat akhir. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan pada semua variabel. Semakin tinggi komitmen profesional dan tingkat sosialisasi antisipatif mahasiswa maka semakin tinggi pula kecenderungan mereka untuk menganggap whistleblowing menjadi suatu hal yang penting serta semakin tinggi pula kemungkinan mereka melakukan whistleblowing. Malik (2010) juga melakukan penelitian mengenai analisis perbedaan komitmen profesional dan
42
sosialisasi antisipatif mahasiswa PPA dan Non-PPA terhadap intensi melakukan whistleblowing. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh perbedaan komitmen profesional dan sosialisasi antisipatif mahasiswa PPA dan Non-PPA terhadap intensi melakukan whistleblowing. Berdasarkan temuan empiris penelitian-penelitian sebelumnya, tindakan whistleblowing dapat dipengaruhi oleh komitmen prefesi yang dimiliki oleh seseorang. Terdapat indikasi bahwa auditor yang lebih berkomitmen terhadap profesinya lebih cenderung untuk melakukan whistleblowing. Penemuan tersebut merupakan hal yang ideal karena level komitmen profesi yang tinggi seharusnya mampu mendorong akuntan untuk berperilaku sesuai dengan tugasnya yaitu bekerja untuk kepentingan publik. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : Komitmen profesional auditor berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing. 2. Retaliasi Memoderasi Komitmen Profesional Auditor Terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing Tugas dari seorang internal auditor adalah untuk memperbaiki kinerja oraganisasi. Tetapi tidak semua auditor yang menemukan kecurangan akan melaporkan kecurangan yang dia temukan kepada manajemen perusahaan (Sagara, 2013). Tindakan auditor yang tidak mau melaporkan hasil temuan kecurangan adalah suatu tindakan yang bertentangan dengan profesionalisme seorang auditor. Auditor
43
seharusnya berani mengungkap temuan kecurangan yang telah dia temukan. Ketidakberanian tersebut dikarenakan adanya suatu retaliasi yang akan diterima oleh auditor. Retaliasi tersebut dapat berupa pemotongan gaji, pemecatan bahkan pengencaman yang akan diterima oleh auditor. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mesmer-Magnus dan Viswesvaran (2005) menyatakan bahwa retaliasi berhubungan negatif dengan intensi melakukan whistleblowing. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Liyanarachchi dan Newdick (2009) yang menyatakan bahwa kekuatan retaliasi tidak mampu memoderasi hubungan antara moral reasoning dengan intensi melakukan whistleblowing. Tetapi dalam penelitian itu pula, ditemukan hasil bahwa retaliasi yang kuat berpengaruh
terhadap
intensi
melakukan
whistleblowing.
Liyanarachchi dan Newdick (2009) membagi moral reasoning menjadi dua tingkatan yaitu rendah dan tinggi. Sedangkan retaliasi dibagi juga menjadi dua tingkatan, yaitu kuat (penalti) dan lemah (afiliasi). Penelitian berhasil membuktikan bahwa dua tingkatan moral reasoning (rendah dan tinggi) dan retaliasi (kuat dan lemah) berpengaruh positif terhadap intensi melakukan whistleblowing. Jadi, pada saat individu berada dalam tingkatan moral reasoning yang tinggi lebih cenderung melakukan whistleblowing daripada individu dalam tingkatan moral reasoning yang rendah. Individu yang menghadapi retaliasi yang lemah akan lebih cenderung melakukan whistleblowing
44
daripada individu yang mengalami retaliasi yang tinggi. Sedangkan kekuatan retaliasi tidak signifikan mempengaruhi hubungan antara penalaran moral dan kecenderungan individu untuk melakukan whistleblowing. Hasil penelitian Near et al. (2004), juga menyatakan bahwa tipe kesalahan berpengaruh signifikan terhadap retaliasi. Jadi, kemungkinan kekuatan retaliasi akan mempengaruhi hubungan antara komitmen profesional auditor dengan intensi melakukan whistleblowing. Retaliasi dapat bertindak sebagai variabel moderator terhadap hubungan antara komitmen profesional dan intensi melakukan whistleblowing tergantung dari kekuatan dari retaliasi. Retaliasi
cenderung
akan
menurunkan
intensi
melakukan
whistleblowing. Berdasarkan pemaparan di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2 : Retaliasi dapat memoderasi pengaruh komitmen profesional audit terhadap intensi melakukan whistleblowing
45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu komitmen
profesional
terhadap
variabel
dependen,
yaitu
intensi
melakukan whistleblowing dengan retaliasi sebagai variabel moderating.
B. Metode Penentuan Sampel Sampel pada penelitian ini adalah auditor pemerintah yang bekerja di Inspektorat Jenderal Kementerian RI. Metode yang digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah pemilihan sampel bertujuan (purposive
sampling),
dengan
teknik
berdasarkan
pertimbangan
(judgement sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (umumnya disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian) (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:131) dengan kriteria sebagai berikut: 1. Sampel merupakan auditor internal pemerintah yang bekerja di Inspektorat Jenderal Kementerian RI. 2. Minimal bekerja 1 tahun.
46
C. Metode Pengumpulan Data Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan. 1.
Penelitian Pustaka (Library Research) Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
2.
Penelitian Lapangan (Field Research) Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah auditor internal
pemerintah
yang
bekerja
pada
Inspektorat
Jenderal
Kementerian RI yang berada di wilayah Jakarta. Peneliti memperoleh data dengan mengirimkan kuesioner kepada Inspektor Jenderal Kementerian RI secara tidak langsung melalui perantara yaitu bagian kepegawaian kementrian. Data primer diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari auditor yang bekerja pada Inspektorat Jenderal Kementerian RI sebagai responden dalam penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah skor masing-masing indikator variabel yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah dibagikan kepada auditor internal pemerintah yang bekerja di Inspektorat Jenderal Kementerian RI sebagai responden.
47
D. Metode Analisis Data Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum,
sum,
range,
kurtosis,
dan
skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011). 2. Uji Kualitas Data a. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten dari waktu ke waktu (Ghozali, 2011). Ghozali (2011) menyebutkan bahwa pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) Repeated Measure atau pengukuran ulang: Disini seseorang akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, dan kemudian dilihat apakah dia tetap konsisten dengan jawabannya. 2) One Shot atau pengukuran sekali saja.: Disini pengukurannya hanya sekali, dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan
48
pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha >0,70 (Nunnaly, 1994 dalam Ghozali, 2011). b. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2011). Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaanpertanyaan. Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki nilai dibawah 0,05, berarti data yang diperoleh adalah valid (Ghozali, 2011). 3. Uji Asumsi Klasik Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas, dan uji heteroskedastisitas. a. Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
49
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2011). Ciri-ciri yang paling sering ditemui apabila model regresi linier kita mengalami multikolinieritas adalah: 1. Diperoleh nilai R2 yang besar, sedangkan koefisien regresi tidak signifikan pada uji parsial. 2. Tanda (+ atau -) pada koefisien model regresi berlawanan dengan yang disebutkan dalam teori (atau logika). Misal, pada teori (atau logika) seharusnya b1 bertanda (+) , namun yang diperoleh justru yang bertanda (-). 3. Nilai standard error untuk koefisien regresi menjadi lebih besar dari yang sebenarnya. Untuk mendeteksi apakah model regresi kita mengalami multikolinieritas, dapat diperiksa menggunakan VIF atau Variance Inflation
Factor.
Nilai
VIF
>
10
berarti
telah
terjadi
multokolinieritas yang serius di dalam model regresi kita. b. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati
normal.
Dalam
penelitian
ini,
uji
normalitas
menggunakan Normal Probability Plot (P-P Plot), grafik histogram
50
dan Kolmogorov-Smirnov (K-S). Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal (Santoso, 2004). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis : Hipotesis Nol (Ho) : data terdistribusi secara normal Hipotesis Alternatif (HA) : data tidak berdistribusi normal Dasar pengambilan keputusan pada uji K-S ini adalah dengan melihat nilai probabilitas signifikansi data residual. Jika angka probabilitas kurang dari 0.05 maka variabel ini tidak berdistribusi secara normal. Sebaliknya, bila angka probabilitas di atas 0.05 maka HA ditolak yang berarti variabel terdistribusi secara normal (Ghozali, 2011). c. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas (Ghozali, 2011). Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot. Jika ada pola
tertentu,
berarti
mengindikasikan
telah
terjadi
51
heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta titiktitik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2011) 4. Uji Hipotesis a. Pengujian dengan Analisis Regresi Sederhana Regresi sederhana (simple regression) untuk menguji pengaruh satu variabel bebas (metrik) terhadap satu variabel terikat (metrik) (Ghozali, 2011). Persamaan regresi ganda dirumuskan: Y = a + b1X1 + e
Dimana: Y = Intensi Melakukan Whistleblowing X1 = Komitmen Profesional Auditor a = Konstanta b
= Koefisien Regresi
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan: 1) Uji Koefesien Determinasi Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinan adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel dependen amat terbatas. Kelemahan mendasar
52
penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Berbeda dengan R2, Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2011) 2) Uji Statistik t Analisis ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Dalam hal ini, probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka hasilnya signifikan, berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen secara individual terhadap dependen. Hipotesis yang akan diuji adalah: H1 : Komitmen profesional auditor berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing.
53
b. Pengujian dengan analisis regresi moderate (Moderated Regression Analysis – MRA) Uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linier, dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi dengan rumus persamaannya sebagai berikut: (Ghozali, 2011)
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3(X1X2) + e
Dimana: Y
= Variabel dependen
a
= Konstanta
b
= Koefisien regresi
X1
= Komitmen Profesonal Auditor
X2
= Retaliasi
X1X2 = Variabel perkalian X1 X2 yang menggambarkan pengaruh variabel moderating terhadap hubungan X1 dan Y e
= Error
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan: 1) Uji Koefesien Determinasi
54
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinan adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel
dependen
amat
terbatas.
Kelemahan
mendasar
penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Berbeda dengan R2, Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2011) 2) Uji Statistik t Analisis ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Dalam hal ini, probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka hasilnya signifikan, berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen secara individual terhadap dependen.
55
Hipotesis yang akan diuji adalah: H2
: Retaliasi
dapat memoderasi
profesional
auditor
pengaruh komitmen
tehadap
intensi
melakukan
whistleblowing. E. Operasionalisasi Variabel Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari maisng-masing variabel yang digunakan berikut dengan operasionalisasi dan cara pengukurannya. 1. Komitmen Profesional Auditor Komitmen profesional merupakan komitmen yang dibentuk oleh individu saat memasuki suatu profesi (Mowday et al., 1982). Komitmen profesional merupakan variabel bebas dalam penelitian ini. Variabel
ini
diukur
dengan
menggunakan
kuesioner
yang
dikembangkan oleh Dwyer et al. (2000) dengan berbagai penambahan. Mereka menganalisis skala komitmen profesional yang sering digunakan dan telah dikembangkan oleh Aranya et al. (1981). Instrumen Dwyer et al. (2000) ini terdiri dari 7 item pertanyaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan 7 point skala Likert, skala 1 berarti sangat tidak setuju dan skala 7 adalah sangat setuju. 2. Retaliasi Retaliasi (balas dendam) merupakan sebuah perilaku yang ditujukan untuk mengembalikan tindakan yang pernah dilakukan seseorang. Retaliasi merupakan hasil konflik antara organisasi dan karyawan.
56
Retaliasi dapat berupa pengucilan, pemberian tugas yang banyak, mutasi kerja, pemecatatan, dll. Pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner untuk variabel ini, dimodifikasi oleh peneliti dan disesuaikan terhadap responden dalam penelitian ini. Skala yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah skala likert diukur 7 point, skala 1 berarti sangat tidak setuju dan skala 7 adalah sangat setuju. 3. Intensi Melakukan Whistleblowing Keinginan untuk melakukan whistleblowing merupakan salah satu bentuk dari keseriusan dalam suatu situasi, tanggung jawab untuk melaporkan pelanggaran dan dampak negatif yang akan diterima sebagai akibat pelaporan tersebut. Intensi whistleblowing merupakan variabel terikat yang diukur dengan menggunakan kasus yang dikembangkan oleh Schultz et al. (1993). Hanya tiga dari enam kasus yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kasus yang terkait dengan kasus akuntansi untuk mengukur whistleblowing. Kasus pertama berkaitan dengan penemuan fraud yang dilakukan oleh manajemen. Kasus kedua, akuntan mengetahui akibat buruk bagi perusahaan jika dilakukan penyesuaian data laporan keuangan, dan di kasus ketiga akuntan
dituntut
untuk
melakukan
kecurangan
dengan
menggelembungkan laba perusahaan. Dari setiap kasus yang ada, responden diminta untuk menilai tingkat keseriusan kasus, tanggung jawab responden terhadap kasus, biaya yang mungkin dikeluarkan oleh
57
responden dalam mengungkap kasus, dan intensi responden untuk melakukan whistleblowing. Variabel ini diukur dengan menggunakan 7 point skala Likert terkait intensi melakukan tindakan whistleblowing, skala 1 berarti tidak akan melakukan whistleblowing dan skala 7 adalah selalu melakukan whistleblowing. Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran Variabel
Indikator
Intensi Melakukan Keseriusan kasus Whistleblowing (Y) Tanggungjawab terhadap kasus Biaya yang dikeluarkan Intensi melakukan whistleblowing Komitmen Ingin melakukan usaha Profesional yang luar biasa melebihi Auditor(X1) yang diharapkan. Bangga menjadi bagian dari profesi akuntansi. Peduli dengan nasib profesi akuntansi. Profesi akuntansi menginspirasi untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Menjadi anggota profesi akuntansi terbaik dari profesi lain. Bersedia bekerja pada profesi selama mampu melakukannya. Patuh terhadap peraturan profesi. Bersambung ke halaman selanjutnya
No. Butir Skala Pertanyaan Pengukuran 1,5,9 Interval 2,6,10 3,7,11 4,8,12 1
Interval
2 3 4
5
6
7
58
Tabel 3.1 (Lanjutan) Variabel Retaliasi (X2)
Indikator Sebagai auditor akan mengungkapkan kecurangan, walaupun ada resiko yang akan ditanggung. Auditor yang belum berpengalaman tidak akan melakukan whistleblowing karena takut adanya pembalasan. Melakukan pelaporan kecurangan ke luar organisasi akan meningkatkan tingkat balas dendam organisasi. Auditor yang memiliki tingkatan tinggi (baik dari segi usia, pengalaman, pendidikan, jabatan) akan melakukan pembalasan balik jika mengalami pembalasan. Adanya dukungan atasan akan meningkatkan keberanian dalam mengungkapkan kecurangan. Tingginya kebutuhan organisasi terhadap whistleblower akan mengurangi tindakan pembalasan atas tindakan pembalasan. Dampak yang besar bagi organisasi akan meningkatkan tindak pembalasan atas pengungkapan kecurangan.
No. Butir Skala Pertanyaan Pengukuran 1 Interval
2
3
4
5
6
7
59
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap auditor internal pemerintah yang bekerja di 3 Inspektorat Jenderal Kemeterian, yaitu Kementerian Agama RI, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dan Kementerian Keuangan RI. Auditor yang berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi anggota tim, ketua tim, manager, dan supervisor. Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara tidak langsung, yaitu melalui perantara bagian kepegawaian kementerian. Penyebaran serta pengembalian kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 26 April 2014 hingga 26 Mei 2014. Peneliti mengambil sampel sebanyak 3 kementerian RI. Jumlah kuesioner yang kembali adalah sebanyak 74 buah atau 67,27%. Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 36 buah atau 32,73%, hal ini dikarenakan waktu penyebaran yang kurang tepat. Kuesioner yang dapat diolah sebanyak 70 buah atau 63,64%, sedangkan kuesioner yang tidak dapat diolah karena tidak memenuhi kriteria sebagai sampel dan tidak diisi lengkap oleh responden sebanyak 4 buah atau 3,63%. Gambaran mengenai data sampel disajikan pada tabel 4.1.
60
Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian No. Keterangan 1. Jumlah kuesioner yang disebar 2. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 3. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 4. Jumlah kuesioner yang dapat diolah Sumber: Data primer yang diolah
Jumlah 110 36 4
Prosentase 100% 32,73% 3,63%
70
63,64%
Data distribusi penyebaran kuesioner penelitian ini, dapat dilihat dalam tabel 4.2 Tabel 4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian No.
Nama Kementrian
1. 2.
Kementerian Agama RI Kementerian Komunikasi dan Informatika RI 3. Kementerian Keuangan RI Sumber: Data Primer
Kuesioner dikirim 20 20
Kuesioner dikembalikan 11 14
70
45
2. Karakteristik Profil Responden Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Inspektorat Jenderal Kementerian RI. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, usia, posisi terakhir, pendidikan terakhir, dan pengalaman kerja responden. a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.3 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
61
Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Frequency
Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Laki-laki
59
84,3
84,3
84,3
Perempuan
11
15,7
15,7
100,0
Total
70
100,0
100,0
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sekitar 59 auditor atau 84,3% responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya sebesar 11 auditor atau 15,7% responden berjenis kelamin perempuan. Hal ini dikarenakan karakteristik profesi auditor yang memerlukan
curahan
waktu
yang
lebih
banyak
dalam
pekerjaannya, sehingga responden dalam penelitian ini mayoritas laki-laki. b. Deskripsi responden berdasarkan usia Tabel 4.4 menunjukkan responden yang bekerja pada kementrian sebesar 48,6% diantaranya berusia antara 21-30 tahun, 25,7% berusia antara 31-40 tahun, 14,3% berusia antara 41-50 tahun, dan 11,4% berusia antara 51-60 tahun. Mayoritas responden dalam penelitian ini berusia antara 21-30 tahun, yaitu sebanyak 34 auditor atau 48,6%. Hal ini mungkin dikarenakan responden penelitian ini yang didominasi oleh anggota tim, sehingga usia responden dalam penelitian ini mayoritas berusia relatif muda.
62
Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia Frequency
Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
21-30 th
34
48,6
48,6
48,6
31-40 th
18
25,7
25,7
74,3
41-50 th
10
14,3
14,3
88,6
51-60 th
8
11,4
11,4
100,0
70
100,0
100,0
Total
Sumber: Data primer yang diolah c. Deskripsi responden berdasarkan posisi terakhir Berdasarkan tabel 4.5 berikut ini, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden sebanyak 58 auditor atau sebanyak 82,9% menduduki posisi sebagai anggota tim. Responden yang menduduki jabatan sebagai ketua tim sebanyak 18 auditor atau 8,6%, sedangkan sisanya yang menduduki jabatan sebagai supervisor dan manager, masing-masing sebesar 4 dan 2 auditor atau sekitar 5,7% dan 2,9%. Hal tersebut mungkin dikarenakan semakin tinggi jabatan auditor di kementerian, semakin tinggi pula tingkat kesibukannya, sehingga responden dalam penelitian ini didominasi oleh anggota tim.
63
Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir
Frequency Anggota Tim
Valid
S
Valid Percent
Percent
Cumulative Percent
58
82,9
82,9
82,9
Ketua Tim
6
8,6
8,6
91,4
Supervisor
4
5,7
5,7
97,1
Manager
2
2,9
2,9
100,0
70
100,0
100,0
Total
u Sumber: Data primer yang diolah d. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir Tabel 4.6 menyajikan hasil uji deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir. Tabel 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Frequency
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
D3
12
17,1
17,1
17,1
S1
35
50,0
50,0
67,1
S2
19
27,1
27,1
94,3
S3
1
1,4
1,4
95,7
Lain-lain
3
4,3
4,3
100,0
70
100,0
100,0
Valid
Total
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 35 auditor atau 50%. Sedangkan sisanya, yaitu D3, S2, S3, dan lain-lain masing-masing sebesar 17,1%, 27,1%, 1,4%, 4,3% atau
64
sebanyak 12, 19, 1, dan 3 auditor. Hal ini diduga karena karena di Indonesia pada umumnya standar pendidikan untuk direkrut menjadi auditor internal kementerian adalah S1 (kecuali Sekolah Dinas). e. Deskripsi responden berdasarkan pengalaman kerja Berikut ini adalah hasil uji responden berdasarkan pengalaman kerja Tabel 4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1-3 th
14
20,0
20,0
20,0
>3 th
56
80,0
80,0
100,0
Total
70
100,0
100,0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden sebanyak 80% atau sekitar 56 orang memiliki pengalaman bekerja lebih dari 3 tahun, dan sisanya 20% atau sekitar 14 auditor memiliki pengalaman bekerja 1-3 tahun.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi komitmen
profesional
auditor,
retaliasi,
dan
intensi
melakukan
65
whistleblowing akan diuji secara statistik deskripsi seperti yang terlihat dalam tabel 4.8 Tabel 4.8 Statistik Deskriptif H Std. N TKP
Minimum 70
70 STRT 70 sTWB sValid N (listwise) 70 S Sumber: Data primer yang diolah
Maximum
Mean
Deviation
25
48
39,59
5,123
17
45
31,79
7,652
48
79
67,49
8,106
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa pada variabel komitmen profesional jawaban minimum responden sebesar 25 dan maksimum sebesar 48, dengan rata-rata total jawaban 39,59 dan standar deviasi sebesar 5,123. Variabel retaliasi jawaban minimum responden sebesar 17 dan maksimum sebesar 45, dengan rata-rata total jawaban 31,79 dan standar deviasi sebesar 7,652. Pada variabel intensi melakukan whistleblowing minimum jawaban responden sebesar 48 dan maksimum sebesar 79, dengan rata-rata total jawaban 67,49 dan standar deviasi 8,106. 2. Hasil Uji Kualitas Data a. Hasil Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat
66
dikatakan valid. Tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dari tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu komitmen profesional (KP), retaliasi (RT), dan intensi melakukan whistleblowing (WB), dengan 70 sampel responden. Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Komitmen Profesional Nomor Bukti Pearson Pertanyaan Corelation 1 (KP1) 0,688** 2 (KP2) 0,722** 3 (KP3) 0,751** 4 (KP4) 0,675** 5 (KP5) 0,649** 6 (KP6) 0,595** 7 (KP7) 0,534** Sumber: Data primer yang diolah
Sig (2-Tailed)
Keterangan
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Tabel 4.9 menunjukkan variabel komitmen profesional mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Retaliasi Nomor Bukti Pearson Pertanyaan Corelation 1 (RT1) 0,728** 2 (RT2) 0,780** 3 (RT3) 0,806** 4 (RT4) 0,393** 5 (RT5) 0,686** 6 (RT6) 0,746** 7 (RT7) 0,749** Sumber: Data primer yang diolah
Sig (2-Tailed)
Keterangan
0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
67
Tabel 4.10 menunjukkan variabel retaliasi mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Intensi Melakukan Whistleblowing Nomor Bukti Pearson Sig (2-Tailed) Keterangan Pertanyaan Corelation ** 1 (WB1) 0,544 0,000 Valid 2 (WB2) 0,604** 0,000 Valid ** 3 (WB3) 0,581 0,000 Valid 4 (WB4) 0,371** 0,002 Valid ** 5 (WB5) 0,659 0,000 Valid ** 6 (WB6) 0,579 0,000 Valid 7 (WB7) 0,400** 0,001 Valid ** 8 (WB8) 0,421 0,000 Valid 9 (WB9) 0,692** 0,000 Valid ** 10 (WB10) 0,639 0,000 Valid ** 11 (WB11) 0,572 0,000 Valid 12 (WB12) 0,714** 0,000 Valid Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.11 menunjukkan variabel intensi melakukan whistleblowing mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. b. Hasil Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha berada diatas 0,6. Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk tiga variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
68
Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Komitmen Profesional Auditor Retaliasi Intensi Melakukan Whistleblowing Sumber: Data primer yang diolah
Cronbach’s Alpha 0,781 0,835 0.801
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel
Tabel 4.12 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel komitmen profesional sebesar 0,781, retaliasi sebesar 0,835, dan intensi
melakukan
whistleblowing.
Dengan
demikian,
dapat
disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan mampu memperoleh data yang konsisten berarti bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban yang sebelumnya. 3. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Multikolonieritas Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Varian Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen.
69
Tabel 4.13 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
a
Std. Error
44,534
7,322
1 TKP
,672
,182
TRT
-,115
,122
t
Sig.
Collinearity Statistics
Beta
Tolerance
VIF
6,082
,000
,425
3,689
,000
,935 1,070
-,109
-,946
,348
,935 1,070
a. Dependent Variable: TWB
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.13 diatas terlihat bahwa nilai tolerance mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar angka 1 untuk setiap variabel, yang ditunjukkan dengan nilai tolerance untuk variabel komitmen profesional auditor dan retaliasi sebesar 0,935 serta VIF sebesar 1,070. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tidak terdapat multikolonieritas dan dapat digunakan dalam penelitian ini. b. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan metode uji non-parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S), P-P Plot, dan histogram. Dasar pengambilan keputusan pada uji K-S ini adalah
70
dengan melihat nilai probabilitas signifikansi data residual. Jika angka probabilitas kurang dari 0,05, maka variabel ini tidak terdistribusi secara normal. Sebaliknya, bila angka probabilitas di atas 0,05, maka HA ditolak, yang berarti variabel ini terdistribusi secara normal (Ghozali, 2009). Adapun hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S), dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4.14 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) Asymp. Sig (2-tailed)
Keterangan
0,363
Data terdistribusi normal
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.14, hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Hal ini dapat terlihat dari nilai probabilitas sebesar 0,363 lebih besar dari 0,05. Sehingga model penelitian ini memenuhi uji asumsi klasik normalitas.
71
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-P Plot
Sumber: Data primer yang diolah Hasil uji normalitas berdasarkan output histogram disajikan pada gambar berikut ini. Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Sumber: Data primer yang diolah 72
Gambar 4.1 dan 4.2 memperlihatkan penyebaran data yang berbeda disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. c. Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamat ke pengamat yang lain. Jika varians dari residual dari satu pengamat ke pangamat lain tetap, maka disebut homoskedastisitas.
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan gambar 4.3, grafik scatterplot menunjukkan bahwa data tersebut di atas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data
73
tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan regresi. 4. Hasil Uji Hipotesis a. Pengujian Hipotesis Regresi Sederhana 1) Komitmen Profesional Auditor (X1) Berpengaruh terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing (Y) a) Uji Koefisien Determinasi Berikut ini, disajikan hasil uji koefisien determinasi untuk variabel X1 dan Y. Tabel 4.15 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y dan X1 b
Model 1
R ,397
a
Model Summary R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate ,158 ,145 7,493
a. Predictors: (Constant), TKP b. Dependent Variable: TWB
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.15 menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,145. Hal ini menandakan bahwa variasi variabel komitmen profesional hanya bisa menjelaskan 14,5% variasi variabel intensi melakukan whistleblowing. Sedangkan sisanya, yaitu 85,5% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model, seperti pertimbangan etis, sikap, norma subyektif dan persepsi kontrol perilaku (Niyaratih, 2013).
74
b) Uji Statistik Parameter Individual (Uji t Statistik) Berikut ini disajikan hasil uji signifikansi parameter individual untuk variabel Y dan X1. Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik t Variabel Y dan X1 Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
42,609
Std. Error
t
Sig.
Beta
7,028
6,063
,000
3,569
,001
1 a.
TKP ,628 Dependent Variable: TWB
,176
,397
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.16 maka dapat diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut: Y = 42,609 + 0,628X1 + 7,028
X1
= Komitmen Profesional Auditor
Y
= Intensi Melakukan Whistleblowing Tabel 4.16 menunjukkan bahwa komitmen profesional
secara individual berpengaruh terhadap variabel intensi melakukan
whistleblowing,
yang
mempunyai
tingkat
signifikansi sebesar 0,001 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti menerima
H1
bahwa
komitmen
profesional
auditor
berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing.
75
b. Pengujian Hipotesis Regresi Moderate Uji Interaksi Uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linier dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (Ghozali, 2011). 1) Interaksi Retaliasi (X2) Memoderasi Komitmen Profesional (X1) Terhadap Intensitas Melakukan Whistleblowing (Y) a) Uji koefisien determinasi Berikut ini disajikan hasil uji koefisien determinasi untuk variabel Y, X1, dan X2. Tabel 4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y, X1, dan X2 b
Model Summary Model
1
R
,435
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,190
,153
7,461
a. Predictors: (Constant), moderate_TRT, TKP, TRT b. Dependent Variable: TWB
T Data primer yang diolah Sumber: Tabel 4.18 menunjukkan variasi komitmen profesional auditor dan moderasi TRT dapat menjelaskan 15,3% variasi intensi melakukan whistleblowing. Sisanya 84,7% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model, seperti pertimbangan etis, sikap,
norma
subyektif
dan
persepsi
kontrol
perilaku
(Niyaratih, 2013).
76
b) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t Statistik) Tabel 4.19 berikut ini disajikan hasil uji statistik t terhadap variabel Y, X1, dan X2. Tabel 4.18 Hasil Uji Statistik t Variabel Y, X1, dan X2 Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
95,666
40,079
TKP
-,593
,992
TRT
-1,768 ,041
t
Sig.
Beta 2,387
,020
-,375
-,598
,552
1,279
-1,669
-1,382
,172
,031
1,931
1,297
,199
1 moderate_TRT Dependent Variable: TWB
Sumber: Data primer diolah Tabel diatas menunjukkan bahwa variabel komitmen profesional auditor mempunyai tingkat signifikansi 0,552. Variabel retaliasi mempunyai signifikansi 0,172. Hal ini berarti, komitmen profesional auditor dan retaliasi tidak berpengaruh secara individual terhadap intensi melakukan whistleblowing, karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05. Dan variabel moderasi TRT mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,199. Hasil tersebut menolak H2 sehingga dapat dikatakan bahwa retaliasi tidak bisa menjadi variabel moderating antara komitmen profesional auditor dengan intensi melakukan whistleblowing.
77
Berdasarkan tabel 4.18 maka dapat diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 95,666 – 0,593X1 – 1,768X2 + 0,041X1X2 + 40,079 Keterangan: X1
= Komitmen Profesional Auditor
X2
= Retaliasi
X1X2
= Variabel perkalian antara komitmen profesional auditor dengan
retaliasi yang menggambarkan
pengaruh variabel moderating retaliasi terhadap hubungan antara komitmen profesional auditor dengan intensi melakukan whistleblowing Y
= Intensi Melakukan Whistleblowing
C. Pembahasan 1.
Pengaruh
komitmen
profesional
terhadap
intensi
melakukan
whistleblwoing. Hasil
uji
hipotesis
H1
menunjukkan
bahwa
komitmen
profesional berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat komitmen profesional
auditor,
semakin
tinggi
pula
intensi
melakukan
whistleblowing. Hasil uji menunjukkan bahwa variabel komitmen profesional mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,001 < 0,05,
78
sehingga dapat dikatakan bahwa komitmen profesional berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing dan artinya H1 dapat diterima. Hasil pengujian ini menggambarkan bahwa auditor yang mempunyai komitmen profesional yang tinggi akan meningkatkan intensi melakukan whistleblowing. Komitmen profesional didefinisikan sebagai kesukaan yang dibentuk oleh seseorang terhadap profesinya (Aranya et al., 1982 dalam Elias, 2008). Seseorang yang berkomitmen profesi mempercayai dan menerima tujuan profesi serta berkeinginan untuk melakukan berbagai upaya demi mencapai tujuan profesi tanpa diminta. Karena rasa cinta terhadap profesi yang tinggi, auditor internal pemerintah akan mengungkapkan kecurangan yang dia temukan. Dan intensi dalam mengungkapkan kecurangan tersebut akan semakin tinggi. Hal tersebut selaras dengan apa yang menjadi peraturan bagi auditor dan apa yang sudah menjadi tanggung jawab bagi auditor internal pemerintah. Tanggung jawab auditor internal pemerintah sangat tinggi, karena mereka bekerja untuk memajukan negara dan demi kepentingan masyarakat luas. Hal ini juga diungkapkan oleh Sorensen dan Sorensen (Kaplan dan Whitecotton, 2001) bahwa komitmen profesi merupakan bentuk dedikasi terhadap profesi dan karir profesional serta penerimaan etika-etika profesi dan tujuan organisasi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Malik (2010) dan Elias (2008) yang menyatakan bahwa tingkat
79
komitmen yang dimiliki oleh mahasiswa akuntansi berpengaruh positif terhadap persepsi mereka akan pentingnya whistleblowing dan keinginannya untuk melakukan whistleblowing, serta penelitian yang dilakukan
oleh
Sagara
(2013)
yang
menunjukkan
bahwa
profesionalisme internal auditor dimensi tuntutan untuk mandiri berpengaruh positif terhadap intensi melakukan whistleblowing. Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kaplan dan Whitecotton (2001) dan Taylor dan Curtis (2010). 2. Pengaruh interaksi antara komitmen profesional auditor dengan retaliasi terhadap intensi melakukan whistleblowing. Analisis uji interaksi komitmen profesional, retaliasi, dan moderasi TRT mampu menjelaskan 15,3% variasi variabel intensi melakukan whistleblowing. Variabel moderasi TRT menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,199 >0,05, hal ini menandakan bahwa retaliasi tidak bisa menjadi variabel moderating antara komitmen profesional dengan intensi melakukan whistleblowing, yang artinya menolak H2. Komitmen profesional mengacu pada kekuatan identifikasi individual dengan profesi. Individual dengan komitmen profesi yang tinggi dikarakterkan memiliki kepercayaan dan penerimaan yang tinggi dalam tujuan profesi, keinginan untuk berusaha sekuatnya atas nama profesi dan keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam profesi (Mowday et al., 1979) dalam Faisal
80
(2007). Auditor yang cinta dengan profesinya akan melakukan tindakan yang selaras dengan apa yang menjadi tugas dari auditor. Apalagi auditor internal pemerintah yang bekerja untuk kepentingan bangsa dan negara. Mereka akan tunduk terhadap peraturan yang berlaku. Salah satunya adalah dengan mengungkapkan kebenaran dari kecurangan yang dia temukan, walaupun akan ada akibat yang ditimbulkan dari tindakannya tersebut. Menurut Faisal (2007) secara khusus, komitmen profesi yang tinggi seharusnya mendorong auditor ke perilaku yang sesuai dengan kepentingan publik dan menjauh dari perilaku yang membahayakan profesi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa dengan adanya retaliasi tidak mempengaruhi komitmen profesional auditor untuk melakukan whistleblowing. Penelitian ini mendukung penelitian dari Liyanarachchi dan Newdick (2009) yang menyatakan bahwa kekuatan retaliasi tidak mampu memoderasi hubungan antara komitmen profesional dengan intensi melakukan whistleblowing. Tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mesmer-Magnus dan
Viswesvaran
(2005)
yang
menyatakan
bahwa
retaliasi
berhubungan negatif dengan intensi melakukan whistleblowing. Dan juga bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Near et al. (2004), yang menyatakan bahwa tipe kesalahan berpengaruh signifikan terhadap retaliasi.
81
Gagalnya penelitian yang mendukung hipotesis, mungkin disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, responden kurang teliti dan memahami dalam membaca setiap pertanyaan yang diajukan dalam variabel ini. Auditor yang sedang dalam penugasan audit sangat sibuk sehingga kurangnya waktu auditor untuk memahami dan membaca setiap pertanyaan yang ada. Kedua, kemungkinan responden belum pernah mengalami retaliasi secara langsung, sehingga belum mampu menjawab pertanyaan secara tepat. Ketiga, belum adanya perlindungan yang resmi terhadap whistleblower. Walaupun sudah ada UndangUndang mengenai saksi dan korban, yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006. Akan tetapi Undang-Undang tersebut masih memerlukan revisi, dimana di dalamnya terdapat secara tegas menyebutkan peraturan yang mengatur perlindungan whistleblower. Hal ini akan membuat whistleblower enggan untuk mengungkapkan kecurangan yang dia temukan.
82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komitmen profesional auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing dengan retaliasi sebagai variabel moderating. Responden penelitian ini berjumlah 70 auditor internal pemerintah yang bekerja di 3 Inspektorat Jenderal Kemeterian, yaitu Kementerian Agama RI, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dan Kementerian Keuangan RI. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi berganda dan model regresi moderate uji interaksi, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan uji analisis regresi sederhana, komitmen profesional auditor berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Kaplan dan Whitecotton (2001), Elias (2008), Malik (2010), Taylor dan Curtis (2010), dan Sagara (2013). 2. Berdasarkan uji analisis Moderated Regression Analysis (MRA), Retaliasi tidak memoderasi komitmen profesional auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing. Hal ini dapat dijelaskan oleh besarnya tingkat sifnifikansi variabel moderating sebesar 0,199. Hasil
83
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Liyanarachchi dan Newdick (2009) yang menyatakan bahwa kekuatan retaliasi tidak mampu memoderasi hubungan antara moral reasoning dengan intensi melakukan whistleblowing.
B. Saran Saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya, adalah sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel lainnya, seperti pemberian reward, moral reasoning, kepastian perlindungan hukum yang akan diterima oleh whistleblower. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel dan memperluas wilayah sampel penelitian, bukan hanya di tiga inspektorat jenderal kementerian saja, tetapi di kementerian lain dan lembaga-lembaga lain, seperti BPK dan KPK. 3. Penelitian selanjutnya agar dapat memperhatikan waktu penelitian. Waktu penelitian diharapkan tidak dilakukan pada waktu sibuk auditor. Sehingga tingkat pengembalian (respon rate) kuesioner dapat lebih tinggi, dan mendapatkan hasil yang lebih akurat.
84
DAFTAR PUSTAKA Ayers, Susan, Steven E. Kaplan, “Wrongdoing by Consultants: An Examination of Employees’ Reporting Intentions”, Journal of Business Ethics, Vol. 57, No. 2, pp. 121-137, 2005. Agoes, Sukrisno, “Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik 2”, Salemba Empat, Jakarta, 2012. Boynton, William C, Raymond N. Johnson, Walter G. Kell, “Modern Auditing: Assurance Services and The Intregity of Financial Reporting”, 8th edition, John Wiley&Sons Inc, United States of America, 2006. Buchan, Howard F, “Ethical Decision Making in the Public Accounting Profession: An Extension of Ajzen’s Theory of Planned Behavior”, Journal of Business Ethics, 61, 165-181, 2005. Chiu, Randy K, “Ethical Judgement, Locus of Control, and Whistleblowing Intention: A Case Study of Mainland Chinese MBA Students”, Managerial Auditing Journal, 17, 581-587, 2002. Dalton, Derek, dan Robin R. Radtke, “The Joint Effects of Machiavellianism and Ethical Environment on Whistle-Blowing”, Journal of Business Ethics, 117, 153-172, 2013. Elias, Rafik, “Auditing Students’ Professional Commitment and Anticipatory socialization and Their Relationship to Whistleblowing”, Managerial Auditing Journal, Vol. 23, No. 3, pp. 283-294, 2008. Hall, Matthew, Smith David, Langfield-Smith Kim, “Accountants’ Commitment to Their Profession: Multiple Dimensions of Professional Commitment and Opportunuties for Future Research”. Behavioural Research in Accounting, pg. 89, 2005. Hamid, Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012.
85
Imam Ghozali, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011. Indriantoro dan Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama Cetakan Kedua, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 2002. Jalil, Fitri Yani, “Pengaruh Komitmen Profesional Auditor terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing: Locus of Control sebagai Variabel Pemoderasi”, Simposium Nasional Akuntansi Manado XVI, 2013. Kaplan, S.E. dan Joseph J. Schultz, “Intentions to Report Questionable Acts: An Examination on the Influence of Anonymous Reporting Channel, Internal Audit Quality, and Setting”, Journal of Business Ethics, Vol. 71, pp. 109124, 2007. Kaplan, S.E. dan S.M. Whitecotton, “An Examination of Auditor’s Reporting Intentions when Another Auditor is offered Client Employment”, Auditing: A Journal of Practice & Theory, Vol. 20, No. 1, pp. 45-63, 2001. Liyanarachchi, Gregory dan Chris Newdick, “The Impact of Moral Reasoning and Retaliation on Whistle-Blowing: New Zealand Evidence”, Journal of Business Ethics, 89, 39-57, 2009. Marcia P. Miceli dan Janet P. Near, “The Relationships among Beliefs, Organizational Position, and Whistle-Blowing Status: Adiscriminant Analysis”, The Academy of Management Journal, Vol. 27, No. 4, pp. 687705, Desember 1984. Marcia P. Miceli dan Janet P. Near, “Whistleblowing: Reaping the Benefits”, The Academy of Management Executive (1993-2005), Vol. 8, No. 3, pp. 6572, Agustus 1994. Mesmer-Magnus, Jessica R dan Chockalingam Viswesvaran, “Whistleblowing in Organizations: An Examination of Correlates of Whistleblowing Intentions, Actions, and Retaliation”, Journal of Business Ethics, 62:277297, 2005.
86
Near, J.P., dan M.P. Miceli, “Effective Whistle-Blowing”, The Academy of Management Review, Vol. 20, No. 3, pp. 679-708, Juli 1995. Near, J.P., dan M.P. Miceli, “Organizational Dissidence: The Case of WhistleBlowing”, Journal of Business Ethics, Vol. 4, No. 1, pp. 1–16, 1985. Near, J.P., Michael T. Regh, James R. Van Scotter, dan M.P. Miceli, “Does Type of Wrongdoing Affect the Whistleblowing Process”, Business Ethics Quarterly, Vol. 14, Issue 2, pp. 219-242, 2004. Near, J.P., Terry Morehead Dworkin, dan M.P. Miceli, “Explaining the WhistleBlowing Process: Suggestions From Power Theory and Justice Theory”, Organization Science, Vol. 4, No. 3, 1993. Niyaratih, Daivitri, “Pengaruh Pertimbangan Etis dan Komponen Perilaku Terencana pada Niat Whistleblowing Internal dengan Locus of Control sebagai Variabel Pemoderasi”, Tesis Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2013. Park, Heungsik, John Blenkinsopp, dan Myongsik Park, “The Influence of an Observer’s Value Orientation and Personality Type on Attitudes Toward Whistleblowing”, Journal Business Ethics, 120, 121-129, 2014. Parmerlee, Near, dan Jensen. “Correlates of Whistle-Blowers' Perceptions of Organizational Retaliation”, Administrative Science Quarterly, Vol. 27 No. 1, pp. 17-34, Maret 1982. Rahayu, Dyah Sih, dan Faisal, “Pengaruh Komitmen Atas Respon Auditor Atas Tekanan Sosial: Sebuah Eksperimen”, JAAI Vol. 9, No. 1, JUNI, 2005.
Rehg Michael T., Marcia P. Miceli, Janet P. Near dan James R. Van Scotter, “Antecedents and Outcomes of Retaliation against Whistleblowers: Gender Differences and Power Relationships”, Organization Science, Vol. 19, No. 2, pp. 221-240, Maret – April 2008.
87
Restuningdiah, Nurika, “Pengaruh Komitmen Profesional terhadap Kepuasan Kerja Akuntan Pendidik melalui Komitmen Organisasional”, Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 14, No. 3, November 2009. Robinson, Shani N, Jesse C. Robertson, dan Mary B. Curtis, “The Effect of Contextual and Wrongdoing Attributes on Organizational Employees’ Whistleblowing Intentions Following Fraud”, Journal of Business, 106, 213-227, 2012. Rufus, Robert J, “Whistleblowers: Truth, Justice, and the American Way”, Journal of Applied Management and Entrepreneurship, Vol. 9, No. 4, 2004. Sagara, Yusar, “Profesionalisme Internal Auditor dan Intensi Melakukan Whistleblowing”, Jurnal Liquidity, Vol.2, No.1, Hal. 34-44, Januari-Juni 2013. Sawyer, Lawrence B. 2005. “Internal Auditing Buku I Edisi 5”. Jakarta: Salemba Empat. Schultz, J.J., dan Karen L. Hooks, “The Effect of Relationship and Reward on Reports of Wrongdoing”, A Journal of Practice & Theory, Vol. 17, No. 2, 1998. Semendawai, Abdul Haris dkk, “Memahami Whistleblower”, Edisi Pertama, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Jakarta, 2011. Singer, Ming, Sarah Mitchell, dan Julie Turner, “Consideration of Moral Intensity in Ethicality Judgements: Its Relationship with Wishtle-blowing and Needfor-Cognition”, Journal of Business Ethics, 17, 527-541, 1998. Singgih, Santoso, “Buku Latihan Statistik Parametrik”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004. Sugianto, Abdul Hamid Habbe dan Tawakkal, “Hubungan Orientasi Etika, Komitmen Profesional, Sensitivitas Etis dengan Whistleblowing Perspektif Mahasiswa Akuntansi”, Tesis, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, 2011.
88
Sugiyono, “Statistika untuk Penelitian”, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2010. Tandiontong, Mathius, “Komitmen Profesi Akuntan dan Komitmen Kantor Akuntan Publik Determinan terhadap Kualitas Audit”, Simposium Nasional Akuntansi XVI Manado, 2013. Taylor, Eileen Z, dan Mary B. Curtis, “An Examination of the Layers of Workplace Influence in Ethical Judgment: Whistleblowing Likelihood and Perseverance in Public Accounting”, Journal of Business Ethics, 93, pp. 21-37, 2010. Taylor, Eileen Z, dan Mary B. Curtis, “Whistleblowing in Public Accounting: Influence of Identity Disclosure, Situasional Context, and Personal Characteristics”, API Volume Nine, 2009. Tranggono, Rahadyan Probo dan Andika Kartika, “Pengaruh Komitmen Organisasional dan Profesional terhadap Kepuasan Kerja Auditor dengan Motivasi sebagai Variabel Intervening”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 15, No. 1, Maret 2008. Utami, Intiyas dan Yefta Andi Kus Noegroho, “Pengaruh Locus of Control, Komitmen Profesional, Pengalaman Audit terhadap Perilaku Akuntan Publik dalam Konflik Audit dengan Kesadaran Etis Sebagai Variabel Pemoderasi”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 4 No. 2 hal. 193-210, Desember 2007. Widayati, Lidya Suryani, “Peran Whistleblower dalam Pengungkapan Kasus Suap Pegawai Pajak”, ISSN, Vol. IV, No. 14, 2012. Zhang, Julia, Randy Chiu, dan Liqun Wei, “Decision-Making Process of Internal Whistleblowing Behavior in China: Empirical Evidence and Implication”, Journal of Business, 88, 25-41, 2009.
89
LAMPIRAN 1
SURAT PENELITIAN SKRIPSI
90
Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner
Jakarta, 12 Januari 2014
Kepada Yth. Bapak/Ibu/Sdr/i Responden Di Tempat
Dengan hormat, Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswi Program Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya: Nama
: Rizqi Awaliya Nikmah
NIM
:1110082000123
Fak/Jur/Smtr : Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi/VIII bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Komitmen Profesional Auditor Terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing dengan Retaliasi sebagai Variabel Moderating”. Untuk itu, saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk menjadi responden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan sebelumnya saya mohon maaf telah menganggu waktu bekerja Bapak/Ibu/Sdr/i. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat Bapak/Ibu/Sdr/i bekerja, sehingga kerahasiaannya akan saya jaga sesuai dengan etika penelitian. Informasi yang diperoleh atas partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/i merupakan faktor kunci untuk mengetahui pengaruh komitmen profesional terhadap intensi melakukan whistleblowing dengan retaliasi sebagai variabel moderating.
Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan secara hati-hati dan menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, karena apabila terdapat salah satu nomor yang tidak diisi maka kuesioner dianggap tidak berlaku. Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan anda, yang penting memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.
91
Apabila diantara Bapak/Ibu/Sdr/i ada yang membutuhkan hasil penelitian ini, maka Bapak/Ibu/Sdr/i dapat menghubungi saya (telpon dan e-mail tertera di bawah). Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab semua pertanyaan dalam eksperimen ini, saya sampaikan banyak terima kasih.
Dosen Pembimbing
Hormat saya, Peneliti
(Dr. Amilin, SE, Ak, M.Si)
(Rizqi Awaliya Nikmah)
92
LAMPIRAN 2 SURAT KETERANGAN
DARI KEMENTERIAN
93
94
LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN
97
KUESIONER PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP INTENSI MELAKUKAN
WHISTLEBLOWING DENGAN RETALIASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435H/2014
98
Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner
Jakarta, 12 Januari 2014
Kepada Yth. Bapak/Ibu/Sdr/i Responden Di Tempat
Dengan hormat, Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswi Program Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya: Nama
: Rizqi Awaliya Nikmah
NIM
:1110082000123
Fak/Jur/Smtr : Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi/VIII bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Komitmen Profesional Auditor Terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing dengan Retaliasi sebagai Variabel Moderating”. Untuk itu, saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk menjadi responden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan sebelumnya saya mohon maaf telah menganggu waktu bekerja Bapak/Ibu/Sdr/i. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat Bapak/Ibu/Sdr/i bekerja, sehingga kerahasiaannya akan saya jaga sesuai dengan etika penelitian. Informasi yang diperoleh atas partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/i merupakan faktor kunci untuk mengetahui pengaruh komitmen profesional terhadap intensi melakukan whistleblowing dengan retaliasi sebagai variabel moderating.
Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan secara hati-hati dan menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, karena apabila terdapat salah satu nomor yang tidak diisi maka kuesioner dianggap tidak berlaku. Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan anda, yang penting memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.
99
Apabila diantara Bapak/Ibu/Sdr/i ada yang membutuhkan hasil penelitian ini, maka Bapak/Ibu/Sdr/i dapat menghubungi saya (telpon dan e-mail tertera di bawah). Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab semua pertanyaan dalam eksperimen ini, saya sampaikan banyak terima kasih.
Dosen Pembimbing
Hormat saya, Peneliti
(Dr. Amilin, SE, Ak, M.Si)
(Rizqi Awaliya Nikmah)
100
Nomor : ....... (diisi oleh peneliti)
IDENTITAS RESPONDEN
Nama
: ............... (boleh tidak diisi)
Jenis Kelamin
:
Umur
: ............................................ tahun
Pendidikan Terakhir
:
Jabatan
Pengalaman Kerja
:
:
Laki-laki
Perempuan
D3
S1
S3
Lain-lain .......
S2
Anggota Tim
Supervisor
Ketua Tim
Manajer
1-3 tahun
> 3 tahun
BAGIAN 1 Pada bagian ini, terdapat 3 (tiga) macam kasus. Anda diminta memberikan tanggapan untuk setiap pertanyaan yang paling menggambarkan persepsi anda.
Kasus 1 Santoso adalah seorang akuntan dan auditor internal pada perusahaan farmasi multinasional yang sahamnya diperdagangkan kepada publik. Setelah dua tahun ditempatkan di Yogyakarta, Santoso dipindahkan ke cabang Jakarta. Salah satu pekerjaan rutin Santoso adalah mereview rekening pengeluaran. Ketika Andre, sebagai wakil presiden pemasaran cabang Jakarta, melakukan penggantian pengeluarannya (reimbursement), Santoso curiga mengingat reputasi Andre sebagai wakil presiden pemasaran yang sangat boros. Kecurigaan Santoso berubah menjadi sebuah kekhawatiran ketika menemukan permintaan penggantian atas pengeluaran dari barang-barang seperti kalung, syal, dan tagihan sekretaris pribadi Andre tanpa pembenaran yang jelas. Santoso mengetahui barang-barang ini tidak termasuk dalam kebijakan penggantian atas beban perusahaan.
101
Santoso memutuskan untuk menanyakan hal tersebut kepada Andre. Andre marah besar dan merespon pertanyaan Santoso, “Lihat tanda tangan direktur keuangan di permintaan ini. Dokumen apalagi yang anda butuhkan? Dia tahu saya yang bertanggung jawab akan kesuksesasn perusahaan ini. Selain itu, saya adalah wakil presiden disini”. Selama perjalanan kembali ke kantornya, Santoso menyadari walaupun ada tanda tangan direktur keuangan, Andre juga sebagai seorang play boy dan hampir tidak pernah di kantor. Berdasarkan kasus ini, apa yang harus dilakukan oleh Santoso? Haruskah Santoso melaporkan hal tersebut ke tingkat manajemen yang lebih tinggi?
Berdasarkan kasus I tersebut, silahkan memberi tanda silang (X) pada (garis lurus) untuk setiap pertanyaan yang paling menggambarkan persepsi Anda. Menurut Anda, seberapa seriuskah kasus 1 tersebut?
Sangat
Sangat
Tidak
Serius
Serius Bagaimana kesan Anda terhadap tingkat tanggung jawab Santoso untuk melaporkan kasus 1 tersebut?
Sangat
Sangat
Rendah
Tinggi
Bagaimana kesan Anda terhadap tingkat resiko bagi pribadi Santoso jika ia melaporkan kasus 1 tersebut?
Sangat
Sangat
Rendah
Tinggi
Jika Anda seorang karyawan yang mengetahui tindakan tersebut, apakah Anda akan melaporkannya kepada tingkat manajemen yang lebih tinggi?
Tidak
Selalu
Pernah 102
Kasus 2 Rully adalah seorang akuntan perusahaan komputer ZommCom, yaitu perusahaan multinasional yang sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). ZommCom telah berhasil menembus seluruh pasar di Indonesia melalui perjanjian pembiayaan inovatif kepada pelanggan, yakni kebijakan kebebasan melakukan retur atas transaksi sewa guna usaha komputer. Dengan mengikuti praktik akuntansi yang diterima, ZommCom telah memperlakukan sewa guna usaha jangka panjang sebagai penjualan di tahun pertama sewa guna usaha tersebut. Masalah terjadi ketika pesaing menciptakan teknologi lebih canggih dan memiliki keuntungan biaya yang lebih rendah. Rully mendapat berita dari seorang salesman bahwa salah satu klien terbesar ZommCom berencana untuk menggunakan klausal retur tersebut yang akan berdampak secara material pada pendapatan perusahaan saat ini. Setelah berdiskusi dengan salesman lain, Rully menemukan bahwa retur akan membengkak dan ia menyiapkan estimasi untuk menghapus keuntungan sesuai praktik akuntansi yang diterima. Rully menyerahkan proposal ini kepada penyelianya, Ary. Namun Ary tidak mendiskusikan isu tersebut bahkan mengabaikannya. Setelah memikirkan masalahnya, Rully teringat kembali akan rumor mengenai perusahaannya, yaitu ZommCom membutuhkan sebuah merger yang penting dalam dua bulan kedepan. Merger ini melibatkan bursa saham. Rully mempertimbangkan atas penurunan tajam pada pendapatan akan menyebabkan harga saham ZommCom jatuh dan mungkin menghentikan merger tersebut. Meskipun begitu, secara prosedur akuntansi mengenai retur tersebut jelas akan menyebabkan penurunan laba. Apa yang harus dilakukan oleh Rully? Haruskah ia melaporkan kasus tersebut kepada Direktur Keuangan ZommCom? Berdasarkan kasus 2 tersebut, silahkan memberi tanda silang (X) pada (garis lurus) untuk setiap pertanyaan yang paling menggambarkan persepsi Anda. Menurut Anda, seberapa seriuskah kasus 2 tersebut?
Sangat
Sangat
Tidak
Serius
Serius
103
Bagaimana kesan Anda terhadap tingkat tanggung jawab Rully untuk melaporkan kasus 2 tersebut?
Sangat
Sangat
Rendah
Tinggi
Bagaimana kesan Anda terhadap tingkat resiko bagi pribadi Rully jika ia melaporkan kasus 2 tersebut?
Sangat
Sangat
Rendah
Tinggi
Jika Anda seorang karyawan yang mengetahui tindakan tersebut, apakah Anda akan melaporkannya kepada tingkat manajemen yang lebih tinggi?
Tidak
Selalu
Pernah
Kasus 3 Sukma adalah seorang akuntan PT ABC, perusahaan konglomerasi di Indonesia yang sahamnya diperdagangkan di BEI. Sukma menikmati pekerjaannya dan karirnya terus berkembang sejak ia lulus kuliah dan menempati posisi sebagai pengawas PT ABC di Surabaya. Kesempatannya untuk maju bersama PT ABC terlihat cukup baik. Bagus, manajer perencanaan PT ABC, telah memberikan hasil kinerja yang baik untuk PT ABC setelah menyingkirkan pesaingnya empat tahun lalu. Bagus dan Sukma berteman baik. Menjelang akhir tahun, Bagus meminta Sukma untuk mencatat pengiriman barang dalam jumlah besar ke PT XYZ sebagai penjualan. Sukma menolak ketika ia tahu bahwa pengiriman tersebut adalah konsinyasi (sebuah pinjaman peralatan dengan opsi dijual di masa mendatang) dan seharusnya tidak dimasukkan ke dalam pendapatan penjualan sampai penjualan tersebut benar-benar terjadi. Sukma juga merasa bahwa pengiriman tersebut terlalu besar sehingga membuat pencatatan laba terlalu tinggi dan sangat material (signifikan).
104
Bagus merespon dengan marah: “Pada akhirnya PT XYZ membeli konsinyasi tersebut. Kita membutuhkan penjualan ini untuk menghasilkan bonus. Selain itu, jumlahnya tidaklah terlalu besar untuk membuat perbedaan dalam laporan keuangan PT ABC secara keseluruhan, dan ini dapat mempromosikan saya menjabat sebagai manager divisi”. Berdasarkan kasus 3 tersebut, silahkan memberi tanda silang (X) pada (garis lurus) untuk setiap pertanyaan yang paling menggambarkan persepsi Anda. Menurut Anda, seberapa seriuskah kasus 3 tersebut?
Sangat
Sangat
Tidak
Serius
Serius Bagaimana kesan Anda terhadap tingkat tanggung jawab Sukma untuk melaporkan kasus 3 tersebut?
Sangat
Sangat
Rendah
Tinggi
Bagaimana kesan Anda terhadap tingkat resiko bagi pribadi Sukma jika ia melaporkan kasus 3 tersebut?
Sangat
Sangat
Rendah
Tinggi
Jika Anda seorang karyawan yang mengetahui tindakan tersebut, apakah Anda akan melaporkannya kepada tingkat manajemen yang lebih tinggi?
Tidak
Selalu
Pernah
105
BAGIAN II Pernyataan-pernyataan di bawah ini tidak berhubungan dengan kasus sebelumnya. Silahkan memberi tanda silang (X) pada angka untuk setiap pernyataan yang paling menggambarkan persepsi Anda. 1
=
Sangat Tidak Setuju (STS)
2
=
Tidak Setuju (TS)
3
=
Cukup Tidak Setuju (CTS)
4
=
Netral (N)
5
=
Cukup Setuju (CS)
6
=
Setuju (S)
7
=
Sangat Setuju (SS)
Variabel Komitmen Profesional Auditor (X1) Komitmen profesional auditor adalah suatu kecintaan yang dibentuk oleh seorang auditor pada profesinya. No 1.
2.
3. 4.
5.
6. 7.
Pernyataan Saya ingin melakukan usaha yang luar biasa melebihi yang diharapkan untuk kesuksesan/keberhasilan profesi akuntansi saya. Saya bangga bercerita kepada orang lain bahwa saya mencintai profesi akuntansi. Saya sangat peduli dengan nasib profesi akuntansi. Menjadi anggota profesi akuntansi sangat menginspirasi saya untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Bagi saya, menjadi anggota profesi akuntansi adalah pilihan yang terbaik. Saya bersedia bekerja pada profesi saya selama saya mampu. Saya patuh terhadap peraturanperaturan dalam profesi saya.
STS
TS
CTS
N
CS
S
106
SS
Variabel Retaliasi (Tindak Pembalasan) (X2) Retaliasi (tindakan pembalasan) adalah sebuah perilaku yang ditujukan untuk mengembalikan tindakan yang pernah dilakukan seseorang. No. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pernyataan STS Sebagai auditor, saya akan mengungkapan kecurangan yang saya temukan walaupun ada resiko yang akan saya hadapi. Auditor yang belum berpengalaman, akan diam saja apabila mengetahui tindak kecurangan karena takut terhadap pembalasan yang akan diterima. Auditor yang melaporkan kecurangan organisasi ke luar organisasi akan mengalami pembalasan yang lebih kejam dari pada melaporkan ke dalam organisasi. Auditor yang memiliki tingkatan tinggi (baik dari segi usia, pengalaman, pendidikan, dan jabatan) akan melakukan pembalasan balik jika dia mengalami pembalasan. Adanya dukungan dari manajemen puncak dan supervisor akan membuat saya semakin berani untuk melaporkan kecurangan yang saya temukan. Semakin tinggi ketergantungan organisasi terhadap karyawan, maka tindakan pembalasan atas pengungkapan kecurangan akan semakin rendah. Semakin besar dampak pengungkapan kecurangan bagi organisasi, maka tindakan pembalasan akan semakin kejam.
TS
CTS
N
CS
S
SS
Terima Kasih 107
LAMPIRAN 4
JAWABAN RESPONDEN
108
JAWABAN RESPONDEN MENGENAI IDENTITAS No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39.
Jenis Kelamin 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
Usia 2 4 2 4 2 2 4 4 1 3 4 4 1 1 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 1 3 3 2 1 1 3 1 1 1
Posisi Pendidikan Pengalaman Terakhir Terakhir Kerja 1 2 2 1 2 2 1 3 2 2 3 2 1 3 2 1 2 1 1 5 2 3 3 2 1 2 1 2 3 2 3 2 2 3 3 2 1 2 2 1 2 1 4 3 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 5 1 1 2 2 1 3 1 1 2 2 1 2 2 3 3 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2
109
JAWABAN RESPONDEN MENGENAI IDENTITAS (Lanjutan) No. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70.
Jenis Kelamin 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2
Usia 2 4 2 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 4 2 3 1 2 1 1 3 2 1 1 1 2 1
Posisi Pendidikan Pengalaman Terakhir Terakhir Kerja 1 3 1 1 2 2 1 2 2 1 3 2 1 2 2 1 2 2 1 5 2 1 1 2 1 3 2 4 1 2 1 2 1 2 3 2 1 2 2 1 3 2 2 3 2 1 3 2 1 2 1 2 3 2 1 3 1 2 4 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 3 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1
110
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KOMITMEN PROFESIONAL AUDITOR Responden KP1 KP2 KP3 KP4 1 3 3 5 5 2 6 7 6 6 3 7 7 6 6 4 5 5 6 6 5 5 5 5 5 6 3 5 5 5 7 6 6 7 6 8 6 3 7 7 9 6 6 5 3 10 3 5 5 5 11 6 6 7 6 12 7 6 7 7 13 5 6 6 3 14 6 6 7 6 15 5 5 6 5 16 5 6 5 5 17 5 3 5 5 18 2 3 3 5 19 6 5 6 3 20 5 7 6 2 21 6 5 5 3 22 5 5 3 3 23 2 2 6 3 24 6 6 6 6 25 7 7 6 5 26 5 6 5 5 27 6 6 7 6 28 5 5 6 5 29 5 6 6 5 30 6 6 6 5 31 3 3 5 5 32 7 7 6 5 33 6 6 5 5 34 3 5 5 5 35 7 5 7 6 36 3 3 6 5 37 6 5 5 5 38 7 6 6 6 39 5 3 5 3 40 6 6 6 6 Bersambung pada halaman selanjutnya
KP5 5 5 5 6 6 6 6 1 7 5 6 6 6 7 7 6 6 5 3 5 5 3 2 6 5 7 7 5 6 7 6 6 5 6 6 6 5 6 5 6
KP6 6 7 7 6 6 6 7 7 7 5 7 6 7 7 7 6 6 5 3 5 5 5 7 5 6 6 5 6 7 6 6 5 6 5 6 6 6 7 3 6
KP7 3 7 7 6 6 7 7 7 7 5 7 6 7 7 6 6 7 6 5 6 6 5 7 5 6 6 7 6 6 6 6 6 6 7 6 6 5 6 3 6
TKP 30 44 42 40 38 37 45 38 41 33 45 45 40 46 41 39 37 29 31 36 35 29 29 40 42 40 44 38 41 42 34 42 39 36 43 35 37 44 27 42
111
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KOMITMEN PROFESIONAL AUDITOR (LANJUTAN) Responden KP1 41 5 42 6 43 5 44 5 45 7 46 6 47 3 48 5 49 6 50 5 51 7 52 7 53 5 54 5 55 6 56 6 57 7 58 3 59 7 60 6 61 7 62 6 63 6 64 7 65 5 66 5 67 6 68 6 69 5 70 5
KP2 5 6 6 5 7 6 3 5 6 6 6 6 5 5 3 7 5 5 7 6 6 5 6 7 5 6 6 6 6 7
KP3 5 7 6 6 7 6 3 3 6 6 6 6 6 6 6 7 6 6 6 6 7 5 6 7 6 6 6 7 6 5
KP4 5 5 5 5 6 5 3 3 6 6 6 6 5 6 6 7 7 6 6 7 6 5 7 3 5 7 5 6 6 6
KP5 5 6 6 6 7 6 3 5 7 6 6 7 6 6 5 6 7 7 6 6 7 6 7 7 6 7 5 7 6 6
KP6 5 7 7 6 7 6 5 3 7 6 7 6 3 6 7 7 5 7 6 7 7 6 6 5 6 6 6 7 5 7
KP7 5 6 7 6 7 6 5 6 6 5 6 6 6 7 7 7 6 7 6 7 5 6 7 7 6 6 7 7 5 7
TKP 35 43 42 39 48 41 25 30 44 40 44 44 36 41 40 47 43 41 44 45 45 39 45 43 39 43 41 46 39 43
112
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL RETALIASI Responden RT1 RT2 RT3 RT4 1 6 7 5 7 2 7 5 5 7 3 7 7 5 6 4 5 2 2 6 5 5 5 5 5 6 2 2 2 6 7 5 5 3 7 8 7 3 3 7 9 6 6 3 5 10 5 3 3 5 11 5 5 3 5 12 5 7 7 7 13 6 3 3 5 14 2 2 2 6 15 5 3 5 6 16 3 6 3 7 17 5 5 3 7 18 2 3 3 6 19 5 5 3 5 20 2 3 3 7 21 2 2 2 6 22 5 6 5 5 23 7 6 2 6 24 5 5 6 6 25 5 6 7 6 26 7 6 5 7 27 7 5 5 6 28 2 1 1 7 29 2 2 2 7 30 3 3 3 6 31 6 3 3 5 32 2 2 3 6 33 3 3 3 3 34 5 5 5 5 35 5 2 2 6 36 3 3 5 6 37 5 3 5 6 38 6 6 6 7 39 3 5 3 5 40 2 2 2 6 Bersambung pada halaman selanjutnya
RT5 6 6 6 2 3 4 7 7 3 5 3 6 3 6 5 5 5 3 5 5 5 5 6 6 7 7 7 3 3 5 3 5 5 5 3 6 5 2 5 6
RT6 5 6 5 2 3 6 6 3 5 5 3 6 3 6 3 6 6 5 5 5 2 5 2 6 7 7 6 2 2 5 5 5 3 5 3 5 5 6 3 2
RT7 5 7 5 2 2 6 6 5 3 5 3 6 3 2 3 5 2 3 3 3 2 3 2 6 5 2 5 1 2 3 3 5 3 5 2 5 6 2 3 2
TRT 41 43 41 21 28 28 39 35 31 31 27 44 26 26 30 35 33 25 31 28 21 34 31 40 43 41 41 17 20 28 28 28 23 35 23 33 35 35 27 22
113
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL RETALIASI (LANJUTAN) Responden KP1 41 2 42 2 43 5 44 3 45 5 46 5 47 3 48 3 49 6 50 6 51 6 52 6 53 2 54 5 55 6 56 5 57 6 58 5 59 7 60 7 61 6 62 5 63 3 64 2 65 3 66 6 67 2 68 6 69 3 70 2
KP2 3 3 3 5 5 7 3 3 7 6 6 6 3 3 6 6 3 5 6 6 5 6 3 3 5 5 3 6 2 2
KP3 3 2 5 3 5 6 3 3 6 7 7 7 2 3 5 6 5 5 6 6 3 5 3 3 3 6 3 3 3 5
KP4 5 5 6 5 7 6 6 5 5 6 6 6 6 6 7 6 6 7 7 7 7 7 5 7 5 7 7 6 3 7
KP5 5 2 6 5 5 7 5 3 5 7 6 6 2 6 6 2 3 3 7 7 7 6 5 3 5 7 3 5 2 3
KP6 5 2 6 3 6 6 5 5 6 6 5 5 3 5 6 5 6 5 6 6 7 6 3 2 3 7 3 3 2 6
KP7 2 2 3 3 5 5 5 1 5 6 6 6 3 3 5 5 5 2 6 6 3 7 5 2 3 5 2 5 2 3
TKP 25 18 34 27 38 42 30 23 40 44 42 42 21 31 41 35 34 32 32 45 38 42 27 22 27 43 23 34 17 28
114
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL INTENSI MELAKUKAN WHISTLEBLOWING Responden WB1 WB2 WB3 WB4 1 3 3 5 3 2 5 5 5 5 3 5 5 5 5 4 7 6 7 7 5 5 5 5 6 6 5 6 7 6 7 7 6 6 5 8 6 5 3 5 9 6 6 7 3 10 6 7 5 5 11 6 7 7 7 12 5 6 6 6 13 7 7 7 6 14 6 6 6 6 15 3 3 5 5 16 7 7 6 6 17 1 6 3 7 18 5 7 5 7 19 6 7 6 6 20 6 6 7 7 21 6 5 5 3 22 7 7 1 7 23 5 6 3 6 24 6 6 6 6 Bersambung pada halaman selanjutnya
WB5 5 5 3 7 3 7 6 5 7 7 6 6 5 5 6 6 6 6 5 6 3 5 5 5
WB6 3 6 6 5 3 6 7 6 7 7 6 6 6 5 6 6 6 7 5 5 5 2 6 6
WB7 6 6 6 7 5 6 6 7 7 6 7 6 6 5 3 5 1 2 5 6 3 3 6 5
WB8 3 6 6 7 5 6 7 6 7 6 6 6 6 5 7 6 6 7 5 6 5 3 6 6
WB9 3 5 3 7 3 5 6 6 3 7 5 6 7 7 6 6 6 5 6 6 5 7 6 5
WB10 WB11 WB12 TWB 5 5 5 49 5 5 5 63 3 3 3 53 7 6 6 79 3 3 3 49 6 6 6 72 7 6 7 76 5 7 6 67 7 3 6 69 7 6 7 76 5 5 6 73 6 6 6 71 7 7 7 78 7 7 7 72 7 5 7 63 6 5 6 72 6 2 6 56 6 3 7 67 6 6 7 70 7 7 6 75 3 3 3 49 7 5 7 61 6 7 5 67 5 5 5 66
116
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL INTENSI MELAKUKAN WHISTLEBLOWING (LANJUTAN) Responden WB1 WB2 WB3 25 7 5 5 26 6 7 5 27 6 7 5 28 7 5 5 29 6 6 7 30 6 7 7 31 7 3 7 32 5 5 3 33 4 5 2 34 5 5 5 35 6 5 3 36 7 6 7 37 5 5 6 38 5 7 5 39 5 6 6 40 7 6 7 41 5 7 6 42 7 6 6 43 6 6 7 44 4 3 3 45 5 6 6 46 5 7 7 47 5 5 5 48 5 6 5 Bersambung pada halaman selanjutnya
WB4 7 7 7 5 6 6 5 6 6 5 6 6 5 7 7 7 6 7 6 3 6 5 3 6
WB5 6 6 7 6 7 6 5 5 3 3 3 5 5 3 2 6 7 7 6 6 7 6 6 6
WB6 5 6 6 6 7 7 5 5 5 3 5 5 5 7 3 7 6 7 6 6 5 6 6 7
WB7 5 3 6 6 6 7 5 5 5 5 3 3 6 5 3 7 5 5 5 6 6 7 5 2
WB8 7 7 5 6 7 5 5 6 5 3 5 5 5 7 5 5 5 5 6 6 7 7 5 7
WB9 5 7 7 6 5 6 5 5 3 3 2 7 5 6 4 7 7 6 6 4 3 5 5 5
WB10 6 7 6 6 6 5 6 5 5 5 5 7 6 7 5 6 6 7 6 5 6 7 5 6
WB11 6 3 6 5 5 6 5 5 5 3 3 6 4 3 5 6 5 6 4 5 6 5 5 6
WB12 7 7 7 6 6 7 5 6 5 5 3 6 6 7 5 6 5 7 5 5 7 7 5 6
TWB 71 71 75 69 74 75 63 61 53 48 49 70 63 69 56 77 70 76 69 56 70 74 60 67
117
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL INTENSI MELAKUKAN WHISTLEBLOWING (LANJUTAN) Responden WB1 49 6 50 5 51 6 52 6 53 6 54 6 55 7 56 7 57 6 58 5 59 6 60 6 61 7 62 5 63 6 64 6 65 5 66 6 67 3 68 7 69 7 70 6
WB2 6 5 6 5 6 6 7 7 7 5 6 6 7 5 7 6 5 6 7 6 6 6
WB3 6 5 6 6 6 7 7 7 7 5 7 6 6 6 6 5 5 5 5 6 7 5
WB4 7 5 6 6 6 5 3 7 7 5 7 6 2 6 7 7 5 7 7 6 6 6
WB5 6 5 7 7 5 6 7 5 5 5 7 6 7 5 6 5 7 5 5 6 6 6
WB6 7 5 6 6 6 7 7 6 7 5 7 7 7 5 6 5 7 7 6 6 6 5
WB7 7 5 6 6 5 5 3 5 6 5 6 6 2 3 6 5 3 5 5 6 5 5
WB8 7 5 7 6 5 5 6 5 7 6 7 5 7 6 7 6 7 5 7 6 6 3
WB9 6 5 6 6 5 7 7 7 5 7 5 6 7 3 6 5 6 6 5 7 7 6
WB10 WB11 WB12 TWB 6 3 6 73 5 5 5 60 7 5 7 75 7 5 7 73 5 5 5 65 6 6 7 73 7 6 5 72 7 7 7 77 6 7 6 76 6 6 6 66 3 5 3 69 5 6 6 71 7 2 7 68 6 3 5 58 7 7 7 78 6 6 7 69 6 2 6 64 6 7 7 72 6 5 7 68 6 6 6 74 7 7 7 77 7 7 5 67
118
LAMPIRAN 5
HASIL PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN
118
HASIL UJI VALIDITAS Hasil Uji Validitas Variabel Komitmen Profesional Auditor
Correlations KP1 Pearson Correlation KP1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation KP3
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
KP4
Sig. (2-tailed) N
KP5
1
Sig. (2-tailed) N
KP2
KP2
70 ,643
**
KP3
,643
**
,525
,321
,128
,688
**
,291
,000
70
70
70
70
70
70
70
1
**
*
**
,179
,259
*
,405
,405
**
,138
,030
,000
70
70
70
70
70
70
1
**
**
**
**
70
70
**
*
**
,492
,492
,351
,751
**
,000
,003
,000
70
70
70
70
70
1
**
**
*
,000
70
70
70
70
*
**
**
**
,004
,429
,004
,046
,336
,336
,000
,007
,000
,722
,000
70
,487
,487
,046
,001
,239
,239
,001
,000
,019
,126 ,298
**
Sig. (2-tailed)
TKP
,019
70
,279
,279
KP7
,007
**
Pearson Correlation
KP6 *
,000
70
,321
KP5 **
,000
,000
,525
KP4 **
,371
,002
,371
,434
,245
,675
**
,002
,000
,041
,000
70
70
70
70
1
*
,216
,047
,073
,238
,649
**
,000
119
N
KP6
70
70
70
**
**
*
1
,000
,000
,047
70
70
70
70
70
Pearson Correlation
,128
,259
*
**
*
,216
Sig. (2-tailed)
,291
,030
,003
,041
,073
,000
70
70
70
70
70
70
70
70
**
**
**
**
**
**
**
1
Sig. (2-tailed)
,722
,751
,675
,649
,000
,000
70
70
70
**
1
,496
,595
,534
**
,000
,534
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
70
70
70
70
70
70
70
N
,595
**
,138
,688
,496
70
,298
,245
,238
**
Sig. (2-tailed)
,351
,434
70
,179
Pearson Correlation
,429
70
,126
N
TKP
70
Pearson Correlation
N
KP7
70
70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Variabel Retaliasi Correlations RT1
RT2
RT3
RT4
RT5
RT6
RT7
TRT
120
Pearson Correlation RT1
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
RT2
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
RT3
Sig. (2-tailed) N
RT4
,000
,000
,150
,004
,004
,001
,000
70
70
70
70
70
70
70
1
**
,171
**
**
**
,000
,157
,001
,000
,000
,000
70
70
70
70
70
70
,210
**
**
**
,000 70
70
**
**
,564
,664
,000
,000
70
70
,664
1
70
70
,228
,187
,057
,006
,122
,001
70
70
70
70
1
**
**
**
,228
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1
70
,004
,001
,004
,057
70
70
70
70
70
**
**
**
**
**
,323
,510
,004
,000
,000
,006
,000
70
70
70
70
70
**
**
**
,187
**
,381
,429
,556
**
70
70
N
,806
**
**
**
Sig. (2-tailed)
,780
**
70
70
,558
,556
,728
70
**
,421
,429
**
70
70
,344
,558
,381
,000
,081
Sig. (2-tailed)
,421
**
,000
,157
,343
,343
,344
,000
,150
,385
,385
**
,004
Sig. (2-tailed)
,343
,343
,081
,210
Pearson Correlation
TRT
,174
,564
,171
N
RT7
,658
**
**
,174
Pearson Correlation
RT6
70
**
,658
Pearson Correlation
N
RT5
1
,542
,323
,510
,542
,393
,686
**
**
,000
,000
,000
70
70
70
1
**
,533
,746
**
,000
,000
70
70
70
**
1
,533
,749
**
,001
,000
,000
,122
,000
,000
70
70
70
70
70
70
70
70
**
**
**
**
**
**
**
1
,728
,780
,806
,393
,686
,746
,000
,749
,000
,000
,000
,001
,000
,000
,000
70
70
70
70
70
70
70
70
121
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Variabel Intensi Melakukan Whistleblwoing Correlations WB1 Pearson Correlation WB1
1
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
WB2
WB2
Sig. (2-tailed) N
70 ,343
**
WB3
WB5
WB6
WB7
WB8
WB9
,091
,205
,161
,225
-,007
,004
,000
,452
,089
,184
,061
,952
70
70
70
70
70
70
1
*
**
,235
**
,015
,000
,050
70
70
70
,004 70
WB4 **
,343
**
70
,417
,289
,427
WB10
WB11 *
,344
,000
,023
,00
70
70
70
7
,010
,202
**
**
,17
,006
,938
,093
,000
,002
,14
70
70
70
70
70
7
,328
,418
,457
122
**
,272
,360
Pearson Correlation WB3
Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation
,091
Sig. (2-tailed)
,452
,000
,719
70
70
70 **
-,042
**
**
,312
**
,237
*
,230
,224
,21
,002
,003
,008
,048
,055
,062
,07
70
70
70
70
70
70
70
70
7
,044
1
-,042
-,015
,062
,100
,184
,146
,25
,728
,900
,609
,409
,127
,229
,03
70
70
70
70
70
70
7
1
**
,193
**
**
**
,20
,000
,110
,001
,000
,000
,08
70
70
70
70
70
7
,150
**
**
,211
,06
,365
70
,235
Sig. (2-tailed)
,089
,050
,002
,728
70
70
70
70
70
Pearson Correlation
,161
**
**
-,015
**
Sig. (2-tailed)
,184
,006
,003
,900
,000
70
70
70
70
70
**
,062
,328
,354
,719
,205
,354
1
,385
,585
,462
,347
,478
,215
,000
,003
,080
,59
70
70
70
70
70
7
,193
,150
1
,051
-,008
-,055
,426
,674
,948
,654
,00
,225
,010
Sig. (2-tailed)
,061
,938
,008
,609
,110
,215
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
7
-,007
,202
,237
*
,100
**
**
,051
1
,086
,213
-,12
,952
,093
,048
,409
,001
,000
,674
,480
,077
,32
70
70
70
70
70
70
70
70
70
7
**
**
,230
,184
**
**
-,008
,086
1
**
,403
,000
,000
,055
,127
,000
,003
,948
,480
,000
,00
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
7
*
**
,224
,146
**
,211
-,055
,213
**
1
,29
Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
,418
,457
,385
,462
,478
,585
,347
70
Pearson Correlation
,272
Sig. (2-tailed)
,023
,002
,062
,229
,000
,080
,654
,077
,000
70
70
70
70
70
70
70
70
70
N
,360
,312
,538
,538
Pearson Correlation
N
WB10
,427
,365
Pearson Correlation
Pearson Correlation
WB9
,044
**
N
WB8
1
70
N
WB7
*
70
N
WB6
,289
,015
N
WB5
**
,000
N
WB4
,417
,564
123
,564
,01 70
7
**
,177
,216
,255
*
,205
,064
,004
,143
,072
,033
,088
70
70
70
70
Pearson Correlation
,178
**
,161
,275
*
Sig. (2-tailed)
,141
,000
,182
,021
70
70
70
**
**
**
Pearson Correlation WB11
Sig. (2-tailed) N
WB12
N Pearson Correlation TWB
Sig. (2-tailed) N
,344
,544
,422
,604
,581
**
-,121
,598
,000
,320
,001
,012
70
70
70
70
70
70
7
**
**
,076
**
**
**
,370
,000
,006
,532
,006
,000
,000
,00
70
70
70
70
70
70
70
7
**
**
**
**
**
**
**
,572
,371
,482
,659
,324
,579
,426
,400
,324
,421
,403
,573
,692
**
,298
,757
,639
*
,000
,000
,000
,002
,000
,000
,001
,000
,000
,000
,00
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
7
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
124
HASIL UJI RELIABILITAS Hasil Uji Reliabilitas Variabel Komitmen Profesional Case Processing Summary N Valid Cases
% 70
100,0
0
,0
70
100,0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's
Cronbach's
N of Items
Alpha
Alpha Based on Standardized Items ,781
,785
7
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
KP1
5,40
1,290
70
KP2
5,40
1,221
70
KP3
5,77
,951
70
KP4
5,21
1,190
70
KP5
5,74
1,176
70
KP6
5,94
1,034
70
KP7
6,11
,860
70
125
Inter-Item Correlation Matrix KP1
KP2
KP3
KP4
KP5
KP6
KP7
KP1
1,000
,643
,525
,321
,279
,126
,128
KP2
,643
1,000
,405
,239
,487
,179
,259
KP3
,525
,405
1,000
,492
,336
,429
,351
KP4
,321
,239
,492
1,000
,371
,434
,245
KP5
,279
,487
,336
,371
1,000
,238
,216
KP6
,126
,179
,429
,434
,238
1,000
,496
KP7
,128
,259
,351
,245
,216
,496
1,000
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance
Corrected Item-
Squared
Cronbach's
Item Deleted
if Item Deleted
Total
Multiple
Alpha if Item
Correlation
Correlation
Deleted
KP1
34,19
18,820
,515
,533
,754
KP2
34,19
18,704
,573
,538
,740
KP3
33,81
19,835
,651
,471
,730
KP4
34,37
19,425
,515
,357
,752
KP5
33,84
19,816
,482
,323
,759
KP6
33,64
21,016
,439
,383
,766
KP7
33,47
22,282
,397
,297
,773
Scale Statistics Mean 39,59
Variance 26,246
Std. Deviation 5,123
N of Items 7
126
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Retaliasi
Case Processing Summary N
%
Valid Cases
70
100,0
0
,0
70
100,0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's
Cronbach's
N of Items
Alpha
Alpha Based on Standardized Items ,835
,827
7
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
RT1
4,47
1,726
70
RT2
4,26
1,665
70
RT3
3,97
1,579
70
RT4
6,00
,917
70
RT5
4,76
1,592
70
RT6
4,57
1,566
70
RT7
3,76
1,610
70
127
Inter-Item Correlation Matrix RT1
RT2
RT3
RT4
RT5
RT6
RT7
RT1
1,000
,658
,564
,174
,343
,344
,381
RT2
,658
1,000
,664
,171
,385
,421
,429
RT3
,564
,664
1,000
,210
,343
,558
,556
RT4
,174
,171
,210
1,000
,228
,323
,187
RT5
,343
,385
,343
,228
1,000
,510
,542
RT6
,344
,421
,558
,323
,510
1,000
,533
RT7
,381
,429
,556
,187
,542
,533
1,000
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance
Corrected Item-
Squared
Cronbach's
Item Deleted
if Item Deleted
Total
Multiple
Alpha if Item
Correlation
Correlation
Deleted
RT1
27,31
42,306
,591
,470
,812
RT2
27,53
41,441
,668
,570
,798
RT3
27,81
41,574
,711
,597
,791
RT4
25,79
53,881
,284
,113
,848
RT5
27,03
44,376
,549
,398
,818
RT6
27,21
43,127
,631
,468
,805
RT7
28,03
42,695
,630
,466
,805
Scale Statistics Mean 31,79
Variance 58,548
Std. Deviation 7,652
N of Items 7
128
Hasil Uji Reliablitas Variabel Intensi Melakukan Whistleblowing
Case Processing Summary N
%
Valid Cases
a
Excluded Total
70
100,0
0
,0
70
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's
Cronbach's
Alpha
Alpha Based on
N of Items
Standardized Items ,801
,807
12
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
WB1
5,67
1,139
70
WB2
5,84
1,016
70
WB3
5,56
1,337
70
WB4
5,77
1,218
70
WB5
5,54
1,212
70
WB6
5,79
1,115
70
WB7
5,09
1,412
70
WB8
5,80
1,044
70
WB9
5,50
1,294
70
WB10
5,91
1,032
70
WB11
5,13
1,403
70
WB12
5,89
1,174
70
129
Inter-Item Correlation Matrix WB1
WB2
WB3
WB4
WB5
WB6
WB7
WB8
WB9
WB10
WB11
WB12
WB1
1,000
,343
,417
,091
,205
,161
,225
-,007
,418
,272
,344
,178
WB2
,343
1,000
,289
,427
,235
,328
,010
,202
,457
,360
,177
,422
WB3
,417
,289
1,000
,044
,365
,354
,312
,237
,230
,224
,216
,161
WB4
,091
,427
,044
1,000
-,042
-,015
,062
,100
,184
,146
,255
,275
WB5
,205
,235
,365
-,042
1,000
,538
,193
,385
,462
,478
,205
,482
WB6
,161
,328
,354
-,015
,538
1,000
,150
,585
,347
,211
,064
,324
WB7
,225
,010
,312
,062
,193
,150
1,000
,051
-,008
-,055
,426
,076
WB8
-,007
,202
,237
,100
,385
,585
,051
1,000
,086
,213
-,121
,324
WB9
,418
,457
,230
,184
,462
,347
-,008
,086
1,000
,564
,403
,573
WB10
,272
,360
,224
,146
,478
,211
-,055
,213
,564
1,000
,298
,757
WB11
,344
,177
,216
,255
,205
,064
,426
-,121
,403
,298
1,000
,370
WB12
,178
,422
,161
,275
,482
,324
,076
,324
,573
,757
,370
1,000
130
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance
Corrected Item-
Squared
Cronbach's
Item Deleted
if Item Deleted
Total
Multiple
Alpha if Item
Correlation
Correlation
Deleted
WB1
61,81
56,965
,433
,367
,788
WB2
61,64
56,784
,515
,443
,781
WB3
61,93
54,908
,455
,351
,786
WB4
61,71
59,859
,231
,313
,806
WB5
61,94
54,229
,560
,504
,775
WB6
61,70
56,474
,477
,547
,784
WB7
62,40
58,533
,240
,363
,809
WB8
61,69
59,668
,307
,475
,798
WB9
61,99
52,855
,594
,574
,771
WB10
61,57
56,075
,554
,659
,778
WB11
62,36
54,668
,437
,457
,788
WB12
61,60
53,490
,631
,696
,769
Scale Statistics Mean 67,49
Variance 65,703
Std. Deviation 8,106
N of Items 12
132
HASIL UJI MULTIKOLONIERITAS
Coefficient Correlations Model
a
TRT
TKP
TRT
1,000
-,255
TKP
-,255
1,000
TRT
,015
-,006
TKP
-,006
,033
Correlations 1 Covariances a. Dependent Variable: TWB
Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant) 1
a
Std. Error
44,534
7,322
TKP
,672
,182
TRT
-,115
,122
t
Sig.
Collinearity Statistics
Beta
Tolerance
VIF
6,082
,000
,425
3,689
,000
,935
1,070
-,109
-,946
,348
,935
1,070
a. Dependent Variable: TWB
133
HASIL UJI NORMALITAS MENGGUNAKAN KOLMOGOROV-SMIRNOV (K-S) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
70 a,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation
,0000000 7,29727876
Absolute
,110
Positive
,077
Negative
-,110
Kolmogorov-Smirnov Z
,922
Asymp. Sig. (2-tailed)
,363
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
HASIL UJI NORMALITAS MENGGUNAKAN GRAFIK HISTOGRAM
134
HASIL UJI NORMALITAS MENGGUNAKAN P-P PLOT
135
HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
136
HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI PADA REGRESI SEDERHANA
b
Model Summary Model
R
1
R Square
,397
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,158
,145
7,493
a. Predictors: (Constant), TKP b. Dependent Variable: TWB
HASIL UJI STATISTIK t PADA REGRESI SEDERHANA Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
a
Std. Error
t
Sig.
Beta
42,609
7,028
,628
,176
Collinearity Statistics
Tolerance 6,063
,000
3,569
,001
VIF
1 TKP
,397
1,000
a. Dependent Variable: TWB
HASIL KOEFISIEN DETERMINASI PADA MODERATED REGRESSION ANALYSIS (MRA)
b
Model Summary Model
1
R
,435
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,190
,153
7,461
a. Predictors: (Constant), KPRT, TKP, TRT b. Dependent Variable: TWB
137
1,000
HASI UJI STATISTIK t PADA MODERATED REGRESSION ANALYSIS (MRA) Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
1
Std. Error
95,666
40,079
TKP
-,593
,992
TRT
-1,768 ,041
moderate
a
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
2,387
,020
-,375
-,598
,552
,031
32,021
1,279
-1,669
-1,382
,172
,008
118,776
,031
1,931
1,297
,199
,006
180,488
_TRT a. Dependent Variable: TWB
138