Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061
PENGARUH KEMISKINAN, ANGKATAN KERJA PEREMPUAN DAN USIA KAWIN PERTAMA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI ACEH Suriani1 (
[email protected]) Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kemiskinan, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan dan usia kawin pertama terhadap pertumbuhan ekonomi di setiap kabupaten/kota Provinsi Aceh. Hasil estimasi menunjukkan bahwa kemiskinan dan usia angkatan kerja perempuan berpengaruh signifikan secara negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan usia kawin pertama berpengaruh signifikan secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Agar terwujudnya bonus demografi seperti yang diharapkan oleh pemerintah, maka diharapkan tingkat kemiskinan dapat diturunkan segera. Diharapkan selalu kiprah dan dukungan pemda untuk angkatan kerja perempuan dalam pemberdayaannya dan juga untuk usia kawin pertama antara 19-24 tahun yang merupakan usia pasangan produktif karena dapat meningkatkan produktivitas, sehingga dapat meningkatkan output daerah dan nasional. Kata Kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, Usia Kawin Pertama, Angkatan Kerja Perempuan Abstract The purpose of this study was to analyze the effect of poverty, women's labor force and age at first marriage for economic growth in each district/city in Aceh province. The estimation results show that poverty and the age of the female workforce negatively significant effect on economic growth, while the age at first marriage in a positive significant effect on economic growth. For the realization of the demographic bonus as expected by the government , it is expected that the level of poverty can be reduced immediately. Expected always gait and local government support for the empowerment of women in the labor force and also to the age at first marriage is between 19-24 years of age couples productive because it can increase productivity, thereby increasing regional and national output . Keywords : Economic Growth, Poverty, Age Marriage First, Labor of Women 1
Suriani, S.E., M.Si adalah Staf Pengajar pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
71
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061
1.
PENDAHULUAN Suatu daerah dalam melaksanakan pembangunan memiliki tujuan tunggal
yaitu mencapai kemakmuran. Hal ini bila tercapai maka akan menggambarkan tingkat kesejahteraan daerah tersebut. Dalam makroekonomi pendekatan yang dijadikan sebagai tolok ukur kesejahteraan yaitu dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi juga menjadi acuan bagi terwujudnya bonus demografi. Untuk saat ini diprediksikan secara nasional, Indonesia dan Aceh khususnya akan berada dalam kondisi bonus demografi dimulai sejak tahun 2010 sampai 2035. Dengan harapan pendapatan nasional meningkat dan jumlah penduduk dalam usia produktif berkurang dikarenakan adanya perencanaan jumlah kelahiran sehingga pendapatan nasional yang meningkat tersebut dapat dialihkan penggunaanya pada sektor yang produktif. Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970) dan T.W. Swan (1956). Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi (Mankiew: 2003). Aceh sebagai salah satu provinsi yang berada di negara sedang berkembang yaitu Indonesia maka perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi seperti yang dinyatakan oleh Solow yaitu besarnya peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya, karena bila tidak dimbangi dengan peningkatan sumber daya manusianya maka akan menjadi hambatan dalam pembangunan. Kebutuhan terhadap akumulasi modal perlu diperhitungkan setiap periode dan bagaimana menangani masalah kekurangan modal yang sering terjadi di daerah-daerah. Adanya penggunaan teknologi juga merupakan salah satu indikator dari suatu pertumbuhan ekonomi dan tentunya jumlah output menjadi capain akhir dari sebuah proses pembangunan yang sering disebut dengan PDB (Produk Domestik Bruto). Perkembangan data pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh dapat dilihat pada Gambar 1.
72
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061
2013
38012966.7
2012
36487880.12
2011
34704817.93
2010 2009
33103082.84 32219086.32
2008 28000000
34097992.47 30000000
32000000
34000000
36000000
38000000
40000000
Sumber BPS (2014).
Gambar 1. PDRB Provinsi Aceh (2008-2013) Data empiris untuk Provinsi Aceh menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan meningkat. Data kemiskinan pada Maret 2014, di mana jumlah penduduk miskin di Aceh mencapai 881 ribu orang (Azhar: 2015) Pelaksana Harian (Plh) Kepala BPS Provinsi Aceh, di Banda Aceh, Selasa (2/7) dalam Harian Serambi. Menurut dia, angka kemiskinan tersebut meningkat 0,45 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama, Maret 2013. Akankah hal ini dapat berpengaruh kepada kesejahteraan penduduk atau tidak? Hal ini menjadi pertanyaan besar yang diharapkan jawabannya oleh seluruh masyarakat Indonesia. Kenaikan jumlah penduduk miskin dapat diartikan suatu daerah memiliki tingkat kesejahteraan yang menurun. Ketimpangan pendapatan pasti akan terjadi antar daerah. Bila kemiskinan meningkat maka akan menjadi problem secara nasional karena banyak masalah yang akan terjadi seperti lingkaran setan (vicious circle). Dapat dicontohkan seperti karena pendapatan yang rendah, daya beli menjadi rendah, konsumsi rendah, produktivitas rendah, sehingga output juga rendah maka dapat kembali kepada permasalahan tingkat kesejahteraan yang rendah dikarenakan pendapatan yang rendah tadi. Oleh karena itu pengentasan kemiskinan harus dilakukan dengan tepat. Kenaikan jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh dapat dilihat pada Gambar 2.
73
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061
25
23.53
21.8
20.98
19.57
18.58
17.72
18.17
2011
2012
2013
2014
20 15 10 5 0 2008
2009
2010
Sumber: BPS (2014).
Gambar 2. Perkembangan Penduduk Miskin Di Provinsi Aceh. Jumlah penduduk di Provinsi Aceh saat ini sudah mencapai 4.906.835 orang (BPS, 2015). Penduduk merupakan potensial di suatu wilayah karena bisa menjadi sumber daya manusia yang handal bila penduduknya berkualitas dalam artian memiliki skill (kemampuan), kreatifitas, aktif dalam pembangunan, berilmu pengetahuan, dan menguasai teknologi. Penduduk juga bisa dikatakan sebagai motor penggerak pembangunan. Maka penduduk sebagai tenaga kerja haruslah berkualitas. Sukirno (2006) menyatakan bahwa para ahli ekonomi pada umumnya sependapat bahwa perkembangan penduduk dapat memberikan efek positif (pendorong pembangnan) karena pertambahan penduduk dapat memberikan sumbangan yang lebih besar bagi pengembangan kegiatan ekonomi. Penduduk yang dimaksud dalam hal ini adalah penduduk yang memiliki pendidikan sebelum menjadi tenaga kerja, tidak hanya tenaga kerja ahli tetapi juga terampil, terdidik dan entrepreneur yang berpendidikan. Dorongan lain yang timbul adalah perluasan pasar dengan adanya perkembangan penduduk. Efek negatif yang disampaikan oleh Sukirno (2006) bahwa perkembangan penduduk terhadap pembangunan akan tercipta bila produktivitas sektor produksi rendah dan banyaknya pengangguran. Di negara berkembang, perkembangan penduduk lebih merupakan penghambat pembangunan ekonomi. Dalam memanfaatkan bonus demografi bilakah hal ini terwujud jika perkembangan penduduk menjadi penghambat pembangunan?
74
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061
Tenaga kerja Perempuan merupakan penduduk yang juga memegang peranan penting dalam pembangunan dan dalam rumah tangga. Perempuan memiliki keistimewaan dengan potensi yang dimilikinya. Selain sebagai angkatan kerja, perempuan juga secara alamiah melakukan kegiatan reproduksinya (yang melahirkan) dan juga memiliki tanggung jawab untuk membesarkan anakanaknya bersama suami, memberikan kasih sayang, pendidikan, memenuhi kebutuhan hidup mereka. Data jumlah Angkatan kerja perempuan yang bekerja di Provinsi Aceh diatas umur 15 tahun untuk tahun 2013 meningkat sebesar 9,6 persen. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3. AKP 700000
692249
686015
680000 657213
660000 640000
631795
628302
620000 600000 580000 2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: BPS (2014, diolah).
Gambar 3 . Perkembangan Angkatan Kerja Perempuan (Umur 15 tahun ke atas) Kenaikan jumlah angkatan kerja perempuan ini menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhinya diantaranya tersedianya lapangan pekerjaan, kemampuan yang dimiliki juga adanya keinginan untuk membantu ekonomi keluarga. Data pada Gambar 3 adalah perempuan yang bekerja baik di sektor formal maupun informal. Terbukanya kesempatan kerja bagi wanita dapat mempengaruhi usia kawin pertama (UKP). Hal ini dikarenakan usia kawin pertama mempengaruhi jarak antar generasi, semakin muda usia kawin semakin pendek jarak usia ibu dan anak. Meningkatnya jumlah UKP yang berumur 19-24 tahun di provinsi Aceh dapat dilihat pada Gambar 4.
75
Persentase
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061
50 49 48 47 46 45 44 43 UKP
2009
2010
2011
2012
2013
45.59
46.35
48.88
49.17
48.98
Sumber BPS (2014, diolah).
Gambar 4. Perkembangan UKP (19-24 tahun) di Provinsi Aceh Ada beberapa faktor yang mempengaruhi UKP yaitu Interpretasi ajaran agama, tingkat pendidikan, keadaan sosial budaya, terbukanya kesempatan kerja bagi wanita, kesehatan, ekonomi, pasangan yang sesuai, kebebasan memilih pasangan, dll. Dari berbagai penjelasan dan informasi yang telah disampaikan maka kajian ini akan menganalisis bagaimakah pengaruh kemiskinan, angkatan kerja perempuan dan usia kawin pertama terhadap pertumbuhan di Provinsi Aceh. 1.1 Studi Kepustakaan Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sukirno (2006:423), pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barangbarang dan jasa-jasa. Dengan perkataan lain bahwa pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk kepada perubahan yang bersifat kuantitatif (quantitative change) dan biasanya diukur dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan atau nilai akhir pasar (total market value) dari barang-barang akhir dan jasa-jasa (final goods and services) yang dihasilkan dari suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun). Adapun teori-teori pertumbuhan yang berkembang menurut Sukirno (2006:243-270):
76
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061
Teori Pertumbuhan Klasik Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus, dan John Stuart Mill. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu jumlah penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi yang digunakan. Mereka lebih menaruh perhatiannya pada pengaruh pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut teori ini, pada mulanya pertambahan penduduk akan menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita. Namun jika jumlah penduduk terus bertambah maka hukum hasil lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi marginal akan mengalami penurunan, dan akan membawa pada keadaan pendapatan perkapita sama dengan produksi marginal. Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimal. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimal. Apabila jumlah penduduk terus meningkat
melebihi
titik
optimal
maka
pertumbuhan
penduduk
akan
menyebabkan penurunan nilai pertumbuhan ekonomi.
Teori Schumpeter Teori ini menekankan pada inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha dan mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh jiwa usaha (enterpreneurship) dalam masyarakat yang mampu melihat peluang dan berani mengambil risiko membuka usaha baru, maupun memperluas usaha yang telah ada. Dengan pembukaan usaha baru dan perluasan usaha, tersedia lapangan kerja tambahan untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap tahunnya.
Kemiskinan BPS mendefinisikan kemiskinan didasarkan pada garis kemiskinan (poverty line). Nilai garis kemiskinan yang digunakan untuk menentukan kemiskinan mengacu pada kebutuhan minimum yang dibutuhkan oleh seseorang yaitu 21,00 kalori per kapita per hari, ditambah dengan kebutuhan minimurn nonmakan yang merupakan kebutuhan dasar seseorang yang meliputi: papan,
77
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061
sandang, sekolah, transportasi, sera kebutuhan rumah tangga dan individu yang mendasari. UNDP dalam Cahyat (2004), kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memperluas pilihan-pilihan hidup, antara lain dengan memasukkan penilaian tidak adanya partisipasi dalam pengambilan kebijakan publik sebagai salah satu indikator kemiskinan. Pada dasarnya definisi kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu: Kemiskinan absolut yaitu kemiskinan yang dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan yang hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak dan Kemiskinan relatif yaitu kemiskinan dilihat dari aspek ketimpangan sosial, karena ada orang yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah dibanding masyarakat sekitarnya (lingkungannya). Dua indeks kemiskinan yang sangat sering digunakan karena memenuhi empat kriteria tersebut adalah Indeks Send dan Indeks Foster-Greer-Thorbecke (FGT) (P alpa). UNDP selain mengukur kemiskinan dengan parameter pendapatan pada tahun 1997 memperkenalkan apa yang disebut Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) (Human Poverty Indeks-HPI) atau biasa juga disebut Indeks Pembangunan Manuisia (Human Development Indeks-HDI), yakni bahwa kemiskinan harus diukur dalam satuan hilangnya tiga hal utama (theree key deprivations), yaitu kehidupan, pendidikan dan ketetapan ekonomi. Sedangkan kemiskinan menurut Bappenas (2004) adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang laki dan perempuan, yang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan
yang
bermartabat. Hak-hak dasar manusia tersebut meliputi: terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perunahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik.
78
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061
Usia Kawin Pertama Usia Kawin Pertama yang dilakukan oleh setiap wanita memiliki resiko terhadap persalinannya. Semakin muda usia kawin pertama seorang wanita, semakin besar resiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu maupun anak. Hal ini terjadi
dikarenakan belum matangnya rahim wanita usia muda untuk
memproduksi anak atau belum siapnya mental dalam berumah tangga. Demikian pula sebaliknya, semakin tua usia kawin pertama seorang wanita, semakin tinggi pula resiko yang dihadapi dalam masa kehamilan atau melahirkan. Hal ini terjadi karena semakin lemahnya kondisi fisik seorang wanita menjelang usia senja. Semakin muda usia kawin pertama yang dilakukan seseorang, maka akan semakin lama pula masa reproduksinya. Hal ini berpengaruh pada tingkat fertilitas wanita dan penduduk secara umumnya. Semakin lama masa reproduksi wanita, maka kemungkinan wanita tersebut melahirkan banyak anak akan semakin besar. Dalam persoalan makro, hal ini akan menyebabkan meningkatnya tingkat pertumbuhan penduduk suatu daerah (PKPP, 2015). Usia kawin pertama adalah waktu pertama kali sepasang suami istri melakukan hubungan intim. Usia kawin pertama mempengaruhi jarak antar generasi, semakin muda usia kawin semakin pendek jarak usia ibu dan anak. Suandi (2010) dalam penelitiannya berjudul analisis pengaruh sosial ekonomi demografi rumah tangga terhadap kesehatan reproduksi di Provinsi Jambi (analisis data sdki tahun 2007). Hasil pengujian menunjukkan bahwa bahwa variabel demografi, status sosial ekonomi rumah tangga baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh positif sangat nyata dan signifikan terhadap pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi (Reproductive Health). Angkatan Kerja Angkatan kerja ( labor force ) adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan. Arti dari mampu adalah mampu secara fisik dan jasmani, kemampuan mental dan secara yuridis mampu serta tidak kehilangan kebebasan untuk memilih dan melakukan pekerjaan serta bersedia secara aktif maupun pasif melakukan dan mencari pekerjaan ( Sumarsono, 2009 ).
79
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061
Angkatan kerja dapat dibedakan menjadi dua sub kelompok yaitu : 1. Bekerja terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu : a. Bekerja penuh yaitu, orang yang memanfaatkan jam kerja secara penuh dalam pekerjaannya kurang lebih 8-10 jam per hari. Angkatan kerja yang digolongkan bekerja adalah mereka yang selama seminggu melakukan pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh penghasilan atas keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 2 hari. Dan mereka yang selama seminggu tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari dua hari, tetapi mereka adalah orang-orang yang bekerja dibidang keahliannya seperti dokter serta pegawai pemerintahan atau swasta yang sedang tidak masuk kerja karena sakit, cuti, mogok, dan sebagainya. b. Setengah menganggur , yakni mereka yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan. Setengah menganggur dapat digolongkan berdasarkan jumlah jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan dalam 2 kelompok yaitu setengah menganggur kentara yakni mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan setengah menganggur tidak kentara yakni mereka yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah. Pola TPAK perempuan dapat memberikan petunjuk yang berguna dalam mengamati arah dan perkembangan aktifitas ekonomi di suatu negara atau daerah. Berlainan dengan laki-laki, umumnya perempuan mempunyai peran ganda sebagai ibu yang melaksanakan tugas rumah tangga, mengasuh dan membesarkan anak dan bekerja untuk menambah penghasilan keluarga (Mantra,2000: 322 dalam setyowaty: 2009). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sinha (1965) dalam hakim (2011) yang menemukan teori bahwa terdapat pola partisipasi angkatan kerja wanita di berbagai dunia yang dikenal sebagai U-Shaped Female Participation Curve atau dikenal sebagai U-Curve Hypothesis. Teori ini menjelaskan bahwa negara yang berpengahasilan rendah memiliki TPAK perempuan yang tinggi, negara yang berpenghasilan menengah memiliki TPAK perempuan yang rendah sedangkan di negara maju memiliki TPAK perempuan yang tinggi.
80
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061
2.
METODOLOGI PENELITIAN Ruang lingkup penelitian ini adalah kajian bonus demografi dengan
memperhatikan tingkat pertumbuhan ekonomi sebagai variabel terikat (dependen) dan membahas pengaruh dari kemiskinan dan masalah kependudukan dengan pendekatan variabel yang dipakai adalah Tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan dan Usia Kawin Pertama sebagai variabel indpenden (bebas). Sumber data adalah hasil data yang sudah dipublikasikan oleh BPS provinsi Aceh dan IPADI atau disebut juga meggunakan data sekunder. Periode penelitian menggunakan data series dari tahun 2009-2013 dan cross section dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan persamaan Multiple Linear Regression. Gujarati (2009) membuat formula untuk itu sebagai berikut: ………………………….
(1)
Model data yang digunakan adalah panel. Sehingga model persamaan ditulis sebagai berikut: ....................................
(2)
diformulasikan menjadi : …………….
(3)
Di mana i adalah data cross section yaitu 23 Kab/Kota, t adalah data time series (2009-2013), P adalah pertumbuhan ekonomi, α adalah konstanta, β1, β2, β3 adalah koefisien regresi, KMS adalah kemiskinan, AKPp adalah tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan, UKP adalah usia kawin pertama, dan ε adalah error term. Data panel adalah gabungan antara data runtut waktu (time series) dan data silang (cross section). Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan data panel adalah: data panel merupakan gabungan data data time seris dan cross section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan degree of freedom yang lebih besar dan menggabungkan informasi dari data time series dan cross section. Jika hasil estimasi menggunakan Ordinary Least Square
81
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061
(OLS) dapat memenuhi syarat Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) maka metode OLS dapat digunakan tetapi jika tidak BLUE digunakan Generalized Least Square (GLS).
2.1 Teknik Penafsiran Model Ada tiga teknik analisis dalam menggunakan data panel yaitu common effect, fixed effect model, dan random effect model. Untuk memilih model yang tepat dari ketiga teknik analisis tersebut, maka perlu dilakukan beberapa pengujian, yaitu Uji Chow, Uji Hausman, serta Uji Lagrange Multiplier (LM) Menurut Widarjono (2009). Uji Lagrange Multiplier (LM) perlu dilakukan apabila hasil F test menunjukkan Common Effect sebagai model yang sesuai sementara Uji Hausman menunjukkan bahwa Random Effect sebagai model yang sesuai, sehingga perlu dibandingkan antara kedua model melalui uji LM. a. Uji Chow; terlebih dahulu dilakukan uji spesifikasi apakah Fixed Effects yaitu antara common (pool) dengan Fixed Effects. Untuk pendekatan Fixed Effects atau common menggunakan uji F statistik. Dengan hipotesa sebagai berikut: H0 : metode pooled least square H1 : metode fixed effects Kriteria jika Fhitung > FTabel maka tolak H0 b. Uji Hausman; bertujuan untuk memilih apakah menggunakan metode fixed effects atau random effects yang paling baik untuk digunakan. Dengan hipotesa sebagai berikut: H0 : metode random effects H1 : metode fixed effects kriteria jika X2hit > X2(p,α), (di mana P adalah jumlah koefisien slope) atau p-value<α maka tolak H0.
Pertimbangan-pertimbangan dalam memilih fixed effects atau random effects adalah sebagai berikut (Judge dalam Widarjono, 1985):
82
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061
1. Jika T (banyaknya unit time series) besar sedangkan N (jumlah unit cross section) kecil, maka hasil fixed effects dan random effects tidak jauh berbeda sehingga dapat dipilih pendekatan yang lebih mudah dihitung yaitu fixed effects model. 2. Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan akan berbeda jauh. Jadi apabila kita meyakini bahwa unit cross section yang dipilih dalam penelitian diambil secara acak (random) maka random effects harus digunakan. Sebaliknya, apabila diyakini bahwa unit cross section yang dipilih dalam penelitian tidak diambil secara acak maka kita harus menggunakan fixed effects. 3. Apabila komponen error individual (εit) berkorelasi dengan variabel bebas X maka parameter yang diperoleh dengan random effects akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan fixed effects tidak bias. 4. Apabila N besar dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari random effects dapat terpenuhi, maka random effects lebih efisien dibandingkan fixed effects.
2.2 Definisi Operasional 1. Pertumbuhan Ekonomi adalah (PDRB/ Pertumbuhan Domestik Regional Bruto) Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh atas dasar harga konstan dengan satuan ukur dalam juta rupiah. 2. Tingkat kemiskinan (K) adalah variabel sosial ekonomi yang menjelaskan banyaknya jumlah penduduk miskin di kabupaten/kota provinsi Aceh dengan satuan ukur dalam persen. 3. Angkatan Kerja Perempuan (AKP) adalah pendekatan untuk variabel demografi yaitu jumlah penduduk perempuan yang bekerja baik di sektor formal dan informal yang berusia di atas 15 tahun dengan satuan ukur jiwa.
83
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061
4. Usia Kawin Pertama (UKP) adalah variabel yang mewakili dari salah satu sasaran Program Keluarga Berencana pada usia 19-24, dengan satuan ukur tahun.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini memakai data panel, maka untuk itu perlu dilakukan
penentuan model estimasi dengan pendekatan 3 teknik analisis yaitu model Common Effect, Fixed Effect, dan Random Effect. Kemudian baru dilakukan pengujian untuk pemilihan model mana yang lebih tepat dengan Uji F (Chow Test) dan Uji Huasman. Tabel 1. Penentuan Model Estimasi Dengan 3 Teknik Analisis Pool (Common) Variabel
Koefisien
Std. Err0r
T-Statistik
C
6,879
0,177
38,830***
AKP
0,158
0,045
3,496***
KMS
-0,041
0,007
-5,967***
UKP
-0,015
0,004
-3,612***
C
6,318
0,033
190,991***
AKP
-0,018
0,004
-4,904***
KMS
-0,015
0,001
-10,735***
UKP
0,001
0,000
3,957***
C
6,324
0,060
105,344***
AKP
-0,018
0,004
-4,822***
KMS
-0,015
0,001
-11,006***
UKP
-0,000
0,000
-3,819***
Fixed Effect
Random Effect
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2015). Keterangan: tingkat signifikansi ***(1%), **(5%), dan *(10%)
Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil estimasi yang memiliki nilai signifikan adalah ada pada semua pendekatan model yaitu dengan cara Common, Fixed
84
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061
Effect dan Random karena α lebih kecil dari 5 persen. Namun masih diperlukan uji untuk memilih model mana yang tepat, maka dipakai Uji Chow Test antara Pool dengan Fixed Effect dan Uji Hausman untuk memilih antara Random Effect dengan Fixed Effect.
Tabel 2. Hasil Uji F Test (Chow Test) Redundant fixed effects test Pool :untitled Test cross-section fixed effect Effects Test
Statistic
d.f.
Prob.
Cross-section F
1571,876
(22,112)
0,000
791,541
22
0,000
Cross-section Chi-square
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2015). Berdasarkan hasil uji pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai F test dan Chi square sebesar 1571,876 dan 791,541 dengan probabilitas sebesar 0.000 dan 0.0000 atau lebih kecil dari α = 5 persen, sehingga kita menolak H0 dan menyimpulkan bahwa Fixed Effect Model sebagai teknik analisis yang lebih sesuai. Namun masih perlu membandingkan hasil uji Chow dengan Uji Husman.
Tabel 3. Hasil Pengujian Hausman Test Correlated random effect-hausman test Pool:untitled Test cross-section random effect Test Summary Chi-Sq. Statistik Cross-section 32,404 random Sumber : Pengolahan Data (2015).
Chi-Sq-Sq. d.f. 3
Prob. 0,000
85
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061
Berdasarkan hasil uji dari Tabel 3, nilai Chi Square sebesar 32,404 dengan probabilitas sebesar 0.000 atau lebih kecil dari α = 5 persen, sehingga tolak H0. Berdasarkan hasil Chow Test Dan Hausman Test dapat disimpulkan bahwa Fixed Effect Model merupakan teknik analisis yang paling sesuai untuk digunakan dalam analisis data panel ini. Dengan demikian LM test, yaitu pengujian untuk memilih antara Common Effect atau Pool Effect Model dengan Random Effect Model menjadi tidak diperlukan lagi.
3.1 Hasil Analisis Regresi Dalam penelitian dilakukan studi empirik dengan analisis data yang diperoleh dari sumber data. Analisis yang akan dilakukan adalah pengaruh variabel kemiskinan, angkatan kerja perempuan dan usia kawin pertama terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Aceh (23 kabupaten/kota). Adapun hasil dari analisis tersebut adalah: Tabel 4. Estimasi Model Fixed Effect Variabel Dependen
Pertumbuhan Ekonomi (PE)
Variabel Independen
Koefisien
S.E
T-Statistik
C
6,317
0,033
190,991***
AKP
-0,018
0,004
-4,904***
KMS
-0,014
0,001
-10,735***
UKP
0,001
0,000
3, 957***
R
2
0,998
Adjusted R2
0,997
Prob. F-Statistik
0,000
Sumber : Hasil pengolahan Data (2015).
Apabila diasumsikan Angkatan Kerja Perempuan (AKP), Kemiskinan (K) dan Usia Kawin Pertama (UKP) adalah konstan (tidak mengalami perubahan), maka jumlah Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Aceh akan meningkat sebesar 6.3 persen per tahunnya. Bila AKP meningkat sebesar 1 persen maka pertumbuhan
86
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061
eonomi akan menurun 0,018 persen. Hal ini dikaitkan dengan jumlah angkatan kerja perempuan yang sebagian besar ada pada sektor informal karena kurangnya skill yang dimiliki. Begitu pula halnya dengan tingkat kemiskinan, bila penduduk miskin bertambah 1 persen maka pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar 0,014 persen. Namun jika jumlah UKP meningkat sebanyak 1 persen maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0,0014 persen per tahun. Bila ditelaah lagi dari penelitian sebelumnya maka AKP merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) perempuan. Sehingga bila AKP bertambah menyebabkan TPAK perempuan meningkat. Hasil estimasi menunjukkan bahwa AKP berpengaruh negatif teerhadap pertumbuhan ekonmomi di Provinsi Aceh, hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Sinha (1965) dalam Hakim (2011) yang menyatakan hubungan TPAK perempuan dengan pembangunan ekonomi suatu negara berbentuk kurva U. Suatu kesimpulan yang dapat diambil pula bila dikaitkan dengan teori ini bahwa penghasilan daerah Provinsi Aceh secara nasional masih rendah karena menurut Sinha, negara yang berpenghasilan rendah akan memiliki TPAK perempuan yang tinggi. Untuk variabel kemiskinan (K) hasil estimasi pada Tabel 4 menunjukkan hubungan yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini sesuai dengan penelitian (Jonaidi: 2012) hasil estimasInya menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan berkorelasi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa semakin menurun tingkat kemiskinan, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin meningkat. Sesuai juga dengan pendapat Todaro (2004), bahwa faktor kemiskinan dapat berpengaruh terhadap pencapaian laju pertumbuhan ekonomi. Variabel usia kawin pertama (UKP) bila ditijau dari teori maka tidak ada hubungan langsung dengan pertumbuhan ekonomi. Tapi dari hasil estimasi menunjukkan bahwa UKP berpengaruh positif dan signifikan dengan α = 1 persen terhadap pertumbuhan ekonomi. UKP adalah salah satu variabel yang menjadi sasaran dari program Kb agar pasangaan subur dapat mengatur dan merencanakan tingkat kelahiran dengan cara memberikan penyuluhan, sosialisasi dan
87
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061
pengetahuan terhadap perempuan yang muda dan yang sudah lanjut usia untuk melahirkan agar ibu dan anak sehat. UKP memengaruhi tingkat fertilitas atau jumlah kelahiran. Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Sebagai negara sedang berkembang, laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Aceh masih tinggi. Pertumbuhan penduduk bisa membawa dampak positif dan dampak negatif dalam pembangunan ekonomi. Oleh karena itu UKP harus mendapat perhatian yang khusus dari BkkbN dalam menjalankan program untuk mendukung tujuan pembangunan nasional untuk mencapai kesejaheraan masyarakat.
4.
KESIMPULAN Tujuan papaer ini adalah untuk menginvestigasi pengaruh kemiskinan,
angkatan kerja perempuan dan usia kawin pertama terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh. Metode analisis yang digunakan yaitu model panel. Hasil uji pemilihan model analisis yang tepat untuk studi ini yaitu model Fixed Effect. Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel sosial yaitu kemiskinan menunjukkan pengaruh yang negatif terhadapa pertumbuhan ekonomi, angkatan kerja perempuan adalah bagian dari penduduk yang bekerja, namun hasilnya masih berpengaruh negatif di Provinsi Aceh, sementara itu usia kawin pertama berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya tingkat fertilitas di Provinsi Aceh mempengaruh jumlah pertambahan penduduk. Penduduk bisa berdampak positif dan negatif. Jika penduduk yang dilahirkan itu berkualitas maka pembangunan ekonomi menjadi lebih baik.
5.
IMPLIKASI KEBIJAKAN Dalam mewujudkan bonus demografi di Provinsi Aceh, maka perlu
memperhatikan masalah sosial ekonomi dan demografi. Semakin banyak penduduk miskin maka pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut dapat menurun atau dapat dikatakan tingkat kesejahteraan masyarakatnya menjadi rendah. Perlu perhatian dari pemerintah daerah dalam pemberdayaan perempuan di Aceh agar memiliki skill/ keahlian dan mendapatkan jaminan atas pekerjaannya karena sebagian besar angkatan kerja perempuan di sektor informal.
88
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061
DAFTAR PUSTAKA Agus, W. (2009). Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Penerbit Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. (2014). Aceh dalam Angka. www.bps.go.id Badan Pusat Statistik. (2015). Jumlah Penduduk Aceh 2012-2014. www.bps.go.id Cahyat, A (2004). Bagaimana Kemiskinan Diukur? Beberapa Model Perhitungan Di Indonesia. Poverty dan decentralization project CIFOR (center for international forestry research. November 2004:2. Damodar N. G. (2009). Basic Econometrics fourth edition McGraw-Hill, York.
New
Jonaidi, A. (2012). Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi. Vol 1. No.1, April 2012. Azhar, M. Y. (2015). Penduduk Miskin Aceh Bertambah Lagi. Harian Serambi Indonesia tanggal 2 Juli 2014. Mankiw, G. (2004). Teori Ekonomi Makro. Erlangga. PKPP. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Usia Kawin Pertama Pada Perempuan Di Indonesia. PPKP.go.id Setyowati, E. (2009). Analisis Tingkat Partisipasi Wanita. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol.10. No.2 Tahun 2009. Suandi. (2010). Analisis Pengaruh Sosial Ekonomi Demografi Rumah Tangga Terhadap Kesehatan Reproduksi di Provinsi Jambi (Analisis Data SDKI tahun 2007). Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora, 12(2): 63-70. Sukirno, S. (2006). Ekonomi Pembangunan. Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan. Penerbit Kencana, Edisi ke dua: 243-270 . Sumarsono, S. (2009). Ekonomi Somber Daya Manusia Teori dan Kebijakan Publik. Jogyakarta: Graha Ilmu. Todaro, M. P. (2004). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi kedelapan. Penerbit Erlangga
89
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061
LAMPIRAN Common (Pool) model Dependent Variable: LPE? Method: Pooled Least Squares Date: 05/03/15 Time: 09:09 Sample: 2008 2013 Included observations: 6 Cross-sections included: 23 Total pool (balanced) observations: 138 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LAKP? KMS? UKP?
6.879310 0.157688 -0.040651 -0.015154
0.177164 0.045103 0.006817 0.004195
38.83013 3.496164 -5.963305 -3.612041
0.0000 0.0006 0.0000 0.0004
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.238610 0.221564 0.336963 15.21493 -43.67015 13.99798 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
6.006069 0.381919 0.690872 0.775720 0.725352 0.102509
Fixed model Dependent Variable: LPE? Method: Pooled Least Squares Date: 05/03/15 Time: 06:04 Sample: 2008 2013 Included observations: 6 Cross-sections included: 23 Total pool (balanced) observations: 138 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C AKP? KMS? UKP? Fixed Effects (Cross) _ACEHBARAT—C _ACEHBARATDAYA —C _ACEHBESAR—C _ACEHJAYA—C _ACEHSELATAN—C _ACEHSINGKIL—C _ACEHTAMIANG—C _ACEHTENGAH—C _ACEHTENGGARA— C _ACEHTIMUR—C _ACEHUTARA—C
6.317563 -0.018267 -0.014781 0.001402
0.033078 0.003725 0.001377 0.000354
190.9911 -4.904397 -10.73499 3.957106
0.0000 0.0000 0.0000 0.0001
0.177524 -0.165443 0.378082 -0.554087 0.061412 -0.322167 0.086155 0.076418 -0.187675 0.377200 0.705548
90
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061 _BANDAACEH—C _BENERMERIAH—C _BIREUEN—C _GAYOLUES—C _LANGSA—C _LHOKSEUMAWE—C _NAGANRAYA—C _PIDIE—C _PIDIEJAYA—C _SABANG—C _SIMEULUE—C _SUBUSSALAM—C
0.306695 -0.041152 0.427984 -0.320791 -0.132958 0.522165 0.052956 0.293926 -0.087050 -0.595885 -0.543158 -0.515698 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.997542 0.996993 0.020942 0.049118 352.1002 1818.149 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
6.006069 0.381919 -4.726090 -4.174578 -4.501969 0.864354
Random Model Dependent Variable: LPE? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 05/03/15 Time: 06:11 Sample: 2008 2013 Included observations: 6 Cross-sections included: 23 Total pool (balanced) observations: 138 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LAKP? KMS? UKP? Random Effects (Cross) _ACEHBARAT--C _ACEHBARATDAYA-C _ACEHBESAR--C _ACEHJAYA--C _ACEHSELATAN--C _ACEHSINGKIL--C _ACEHTAMIANG--C _ACEHTENGAH--C _ACEHTENGGARA--C _ACEHTIMUR--C _ACEHUTARA--C _BANDAACEH--C _BENERMERIAH--C
6.324115 -0.017951 -0.015059 0.001352
0.060033 0.003723 0.001368 0.000354
105.3435 -4.822103 -11.00619 3.818742
0.0000 0.0000 0.0000 0.0002
0.178619 -0.165599 0.377231 -0.553709 0.059961 -0.321840 0.085556 0.076476 -0.188244 0.376196 0.705117 0.303417 -0.039368
91
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061 _BIREUEN--C _GAYOLUES--C _LANGSA--C _LHOKSEUMAWE--C _NAGANRAYA--C _PIDIE--C _PIDIEJAYA--C _SABANG--C _SIMEULUE--C _SUBUSSALAM--C
0.427088 -0.319209 -0.134089 0.519926 0.053858 0.294426 -0.085705 -0.594488 -0.541638 -0.513980 Effects Specification S.D.
Cross-section random Idiosyncratic random
0.240909 0.020942
Rho 0.9925 0.0075
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.617927 0.609373 0.023126 72.23944 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.213010 0.037001 0.071662 0.589484
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.101485 17.95512
Mean dependent var Durbin-Watson stat
6.006069 0.002353
Redundant Test (Chow Test) Redundant Fixed Effects Tests Pool: POOL01 Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
d.f.
Prob.
1571.875968 791.540699
(22,112) 22
0.0000 0.0000
Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: LPE? Method: Panel Least Squares Date: 05/03/15 Time: 06:22 Sample: 2008 2013 Included observations: 6 Cross-sections included: 23 Total pool (balanced) observations: 138 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LAKP? KMS? UKP?
6.879310 0.157688 -0.040651 -0.015154
0.177164 0.045103 0.006817 0.004195
38.83013 3.496164 -5.963305 -3.612041
0.0000 0.0006 0.0000 0.0004
92
Jurnal Demografi Aceh, 1(1):71-93, Juni 2015 ISSN:2460-7061 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.238610 0.221564 0.336963 15.21493 -43.67015 13.99798 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
6.006069 0.381919 0.690872 0.775720 0.725352 0.102509
Hausman Test Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: POOL01 Test cross-section random effects Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
32.404387
3
0.0000
Cross-section random effects test comparisons: Variable Fixed Random
Var(Diff.)
Prob.
-0.017951 -0.015059 0.001352
0.000000 0.000000 0.000000
0.0109 0.0721 0.0003
Test Summary Cross-section random
LAKP? KMS? UKP?
-0.018267 -0.014781 0.001402
Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: LPE? Method: Panel Least Squares Date: 05/03/15 Time: 09:16 Sample: 2008 2013 Included observations: 6 Cross-sections included: 23 Total pool (balanced) observations: 138 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LAKP? KMS? UKP?
6.317563 -0.018267 -0.014781 0.001402
0.033078 0.003725 0.001377 0.000354
190.9911 -4.904397 -10.73499 3.957106
0.0000 0.0000 0.0000 0.0001
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.997542 0.996993 0.020942 0.049118 352.1002 1818.149 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
6.006069 0.381919 -4.726090 -4.174578 -4.501969 0.864354
93