PENGARUH KANDUNGAN HIDROGEL DAN JADWAL IRIGASI PADA PEMBIBITAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)
OLEH: HERU AGUS SUBAGIO A24052086
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PENGARUH KANDUNGAN HIDROGEL DAN JADWAL IRIGASI PADA PEMBIBITAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh: Heru Agus Subagio A24052086
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN HERU AGUS SUBAGIO. Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi pada Pembibitan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) (Dibimbing oleh MARYATI SARI dan EDI SANTOSA).
Penelitiaan ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh kandungan hidrogel dan jadwal irigasi pada pembibitan tanaman jarak pagar, serta interaksi antara kedua faktor tersebut sehingga didapatkan dosis kandungan hidrogel dan jadwal irigasi yang tepat untuk mendukung pertumbuhan tanaman jarak pagar pada fase pembibitan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2009 bertempat di rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan IPB, dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor dengan tiga ulangan yang terdiri atas faktor taraf kandungan hidrogel: 0 g (tanpa kandungan hidrogel) 0.2 g/polybag, 0.4 g/polybag, dan 0.6 g/polybag dan faktor jadwal irigasi: 2, 4, dan 8 hari sehingga didapatkan 36 satuan percobaan. Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati dilakukan uji F dan apabila uji F nyata maka dilakukan uji lanjut dengan DMRT. Aplikasi hidrogel yang digunakan adalah aplikasi basah, hidrogel serbuk terlebih dahulu direndam dalam air selama 1 jam yaitu sampai hidrogel mengembang sempurna. Tiap satu satuan percobaan terdiri atas 10 polybag, pada setiap polybag ditanam 2 benih. Pengamatan fase perkecambahan meliputi daya tumbuh (DT) dan kecepatan tumbuh (KCT). Setelah lewat masa perkecambahan, hanya akan disisakan satu kecambah untuk dijadikan tanaman contoh. Perlakuan jadwal irigasi dilakukan setelah 2 MST (minggu setelah tanam). Hal tersebut untuk menjaga ketidakmampuan kecambah untuk tumbuh dan berkembang dalam cekaman kering. Pengamatan fase bibit meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, kadar air media, panjang akar, bobot kering tanaman, dan efisiensi pemakaian air.
Pengaruh jadwal irigasi secara umum berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati. Irigasi dua hari sekali memberikan pengaruh terbaik bagi pertumbuhan bibit jarak pagar. Hal tersebut dibuktikan dengan performa terbaik bibit jarak pagar siap tanam di lapang pada perlakuan irigasi dua hari sekali. Tidak terdapat interakasi antara kandungan hidrogel dan jadwal irigasi. Penambahan hidrogel dalam media tanam tidak dapat mengurangi pengaruh buruk cekaman kering akibat jadwal irigasi yang lebih lama. Pengaruh kandungan hidrogel secara umum tidak memberikan pengaruh yang nyata pada awal-awal pertumbuhan atau periode pengamatan 2-6 MST. Kandungan hidrogel memberikan pengaruh nyata pada akhir-akhir pengamatan yaitu 6-8 MST. Pada waktu tersebut, hidrogel memberikan pengaruh negatif terhadap beberapa karakter agronomi seperti jumlah daun dan bobot kering akar. Kondisi tersebut diduga akibat hidrogel secara total sudah terurai didalam tanah sehingga mengurangi volume media tanam.
Judul
: PENGARUH
KANDUNGAN
HIDROGEL
DAN
JADWAL IRIGASI PADA PEMBIBITAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Nama
: Heru Agus Subagio
NRP
: A24052086
Menyetujui, Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing 1.
Dosen Pembimbing 2.
Maryati Sari, SP. MSi
Dr. Edi Santosa, SP. MSi
NIP : 19700918 200003 2 001
NIP : 19700520 199601 1 001
Mengetahui : Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. NIP : 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus: ......................................
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Madiun, Jawa Timur pada tanggal 17 Februari 1986 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Bajuri dan Ibu Wiwik. Pendidikan sekolah dasar ditempuh penulis di SDN Bangun Sari II, selanjutnya melanjutkkan di SLTPN I Dolopo dan SMA I Geger. Pada tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2006 penulis diterima di mayor Agronomi dan Hortikultura (AGH) IPB. Selama kuliah penulis aktif di kegiatan organisasi kampus AGRIFARMA sebagai staf bagian produksi periode 2006-2007 dan direktur bagian produksi periode 2007-2008. Pada tahun 2005 penulis lolos seleksi penerima beasiswa Heinzh ABC periode 2005-2006 dan beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) periode 2006-2009. Selain itu, pada tahun 2009 penulis berkesempatan untuk menjadi asisten praktikum mata kuliah yaitu Dasar Ilmu dan Teknologi Benih dan DasarDasar Hortikultura.
KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahim. Alhamdulillahirrabbil ‘alamin. Segala puji selalu penulis panjatkan kehadirat ALLAH SUBHANAHU’WAATAALLA yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat melaksankan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2009 bertempat di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan IPB, dan laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB. Penelitian ini didasarkan atas perlunya teknik budidaya tanaman yang mampu menghemat penggunaan air atau irigasi. Khususnya pada pembibitan tanaman jarak pagar yang banyak dikembangkan pada lahan-lahan marjinal dengan ketersediaan air sebagai salah satu hambatan. Penambahan substrat hidrogel atau superabsorban didalam media tanam diharapkan dapat membantu mengatasi masalah irigasi, dengan cara menyimpan air irigasi yang berlebih dan melepaskannya ketika media tanam mengering. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Ibu Maryati Sari, SP. MSi dan Bapak Dr. Edi Santosa, SP. MSi selaku dosen pembimbing yang telah sabar dalam memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis semenjak awal penelitian hingga skripsi ini selesai. 2. Ibu dan keluarga yang selalu memberi semangat penulis. 3. Dr. Ir. Triekoesoemaningtyas, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan arahan dalam perencanaan studi. 4. Dr. Ir Ade Wachyar, MS, Selaku dosen penguji yang telah memberikan saran untuk perbaikan naskah sakripsi. 5. Mas Misnen, SP yang memberikan arahan, bantuan, dan saran terhadap pelaksanaan penelitian penulis.. 6. Teman-teman AGH 42: Esa, Yuyun, Tante Dwi, Verdha, dan lainlain yang banyak membantu dalam jalannya penelitian
Bogor, September 2009 Heru Agus Subagio
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................
ix
PENDAHULUAN ....................................................................................... Latar Belakang ........................................................................................ Tujuan...................................................................................................... Hipotesis..................................................................................................
1 1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ............................................ Pembibitan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ......................... Hubungan Antara Air dan Tanaman ....................................................... Respon Tanaman terhadap Cekaman Kekeringan .................................. Hidrogel...................................................................................................
3 3 3 4 5 6
BAHAN DAN METODE ............................................................................ Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................. Bahan dan Alat ........................................................................................ Metode Penelitian.................................................................................... Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ Pengamatan .............................................................................................
8 8 8 8 9 9
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... Pengaruh Kandungan Hidrogel terhadap Viabilitas dan Vigor Perkecambahan........................................................................................ Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal irigasi terhadap Karakter Agronomi, Bobot Kering Tanaman, Ratio Akar-Tajuk, Kadar Air Media, dan EfisiensiPemakaian Air (EPA)............................................
12
13
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... Kesimpulan.............................................................................................. Saran........................................................................................................
23 23 23
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
24
LAMPIRAN.................................................................................................
27
12
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman
Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel terhadap Viabilitas dan Vigor Perkecambahan...................................
12
Pengaruh Kandungan Hidrogel terhadap Daya Tumbuh (DT), Kecepatan Tumbuh (KCT), dan Tinggi Bibit 2 MST ..........................
12
4.
Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Karakter Agronomis, Bobot Kering Tanaman, Ratio Akar-Tajuk, Kadar Air Media Tanam dan Efisiensi Pemakaian Air (EPA) ......................................................... Pengaruh Jadwal Irigasi terhadap Pertambahan Tinggi Tanaman .....
14 15
5.
Pengaruh Jadwal irigasi terhadap Kadar Air Media ...........................
15
6.
Pengaruh Jadwal Irigasi terhadap Jumlah Daun .................................
16
7.
Pengaruh Kandungan Hidrogel terhadap Jumlah Daun......................
17
8.
Pengaruh Jadwal Irigasi terhadap Panjang Akar ..............................
19
9.
Pengaruh Jadwal Irigasi terhadap Bobot Kering akar (BKA), Bobot Kering Tajuk (BKT), dan Ratio Akar-Tajuk (RAT)................
20
10.
Pengaruh Hidrogel terhadap Bobot kering akar Tanaman..................
21
11.
Pengaruh Jadwal Irigasi terhadap Nilai EPA....................................
22
2. 3.
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Rumus Bangun Hidrogel .........................................................................
6
2. Penyusun Media Tanam ..........................................................................
18
3. Media Tanam Pada Akhir Pengamatan ...................................................
18
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Halaman
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel terhadap Daya Tumbuh ...............................................................................................
28
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel terhadap Kecepatan Tumbuh ..............................................................................................
28
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Tinggi Bibit 2 MST..............................................................
28
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Pertambahan Tinggi 2 sampai 4 MST..................................
29
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Pertambahan Tinggi 4 Sampai 6 MST .................................
29
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Pertambahan Tinggi 6 Sampai 8MST ..................................
30
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Jumlah Daun 4 MST ............................................................
30
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Jumlah Daun 6 MST ............................................................
31
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Jumlah Daun 8 MST ............................................................
31
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Panjang Akar........................................................................
32
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Bobot Tajuk..........................................................................
32
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Bobot Akar ...........................................................................
33
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Ratio Akar-Tajuk .................................................................
33
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Kadar Air 30 HST ...............................................................
34
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Kadar Air 46 HST ................................................................
34
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Efisiensi Pemakaian Air.......................................................
35
Lay Out Percobaan.............................................................................
36
PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis energi bahan bakar minyak yang berasal dari fosil adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Salah satu alternatif sumber energi dari bahan baku nabati ialah kandungan minyak dari biji tanaman jarak pagar. Saat ini tanaman jarak pagar sudah mulai dikembangkan secara intensif. Pengembangan tanaman jarak pada lahan marjinal bertujuan agar tidak menganggu lahan-lahan subur yang diperuntukkan untuk tanaman pangan. Kusdyana (2007) menyatakan luas lahan marjinal di Indonesia lebih dari 20 juta ha dan sebagian besar berada di luar kawasan hutan. Daerah tersebut berpotensi besar untuk dijadikan pengembangan tanaman jarak pagar. Dalam pemanfaatan lahan marjinal tersebut, ketersedian air adalah salah satu hambatan terbesar. Rodrigues dan Perez (2005) menyatakan bahwa perkecambahan dan ketahanan bibit merupakan tahapan kritis dalam siklus hidup tanaman pada ekosistem kering. Kondisi stres air secara terus menerus pada tanaman akan dapat mengurangi pertumbuhan dan asimilasi CO2 (Brake dan Allen, 1995). Fase pembibitan, adalah fase yang paling memerlukan jadwal irigasi yang tinggi (Nurcholis dan Sumarsih, 2007). Pemakaian hidrogel dalam media tanam merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi jadwal irigasi. Pada Penelitian Arbona
et al. (2005) menyatakan
penambahan substrat hidrogel 0.4 % pada media dengan campuran sphagnum peat dan perlite pembibitan jeruk dapat meningkatkan air tersedia, potensial daun, jumlah daun, biomasa akar, dan asimilasi CO2 dibandingkan dengan media tanpa penambahan substrat hidrogel, selain itu bibit jeruk tumbuh vigor pada kondisi stres air. Konsentrasi hidrogel yang terlalu tinggi pada media tanam akan menimbulkan efek negatif bagi pertumbuhan tanaman, karena kelembaban dalam media tanam terlalu tinggi. Berangkat dari permasalahan tersebut, diperlukan adanya penelitian tentang jumlah konsentrasi hidrogel yang tepat dan jadwal irgasi yang sesuai, agar
2
diperoleh kondisi media tanam yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman jarak pagar, khususnya pada waktu pembibitan. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan hidrogel yang tepat dan jadwal irigasi yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan bibit tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini adalah : 1. Kandungan hidogel pada media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit tanaman jarak pagar. 2. Jadwal irigasi pada media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit tanaman jarak pagar. 3. Terdapat kombinasi terbaik antara kandungan hidrogel dan jadwal irigasi pada media tanam yang mampu mendukung pertumbuhan bibit tanaman jarak pagar.
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L. ) Jarak pagar menjadi tanaman yang dibudidayakan secara besar-besaran terkait dengan potensi pada bijinya yang dapat dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan biodiesel. Nurcholis dan Sumarsih (2007) menyatakan bahwa tanaman jarak pagar dapat tumbuh dan berkembang pada kondisi lahan yang marjinal, berdasarkan sifatnya tanaman ini dapat digunakan sebagai tanaman pionir di lahan-lahan kritis. Menurut Nail (2008) tanaman jarak pagar di India tumbuh baik secara liar maupun secara budi daya. Di India penanaman tanaman jarak sudah mencapai ribuan hektar, terutama wilayah Rasashtan, Orissa, dan Chatisgarh. Pada pertumbuhan jarak pagar umur 8 bulan (Wijaya et al., 2007) menyatakan bahwa perlakuan tingkat kadar air tanah selama empat bulan tidak akan memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan batang utama, tapi pada pertumbuhan batang tajuk dan jumlah biji per buahnya memberikan pengaruh yang nyata.
Pembibitan Tanaman Jarak Pagar Perbanyakan menggunakan biji merupakan alternatif yang paling banyak digunakan dalam pembibitan tanaman jarak pagar. Perbanyakan dengan biji akan menghasilkan bibit jarak pagar yang memiliki perakaran yang kuat. Waktu yang diperlukan untuk pembibitan dari mulai penanaman benih sampai bibit siap di tanam antara 2-3 bulan. Selama dalam pembibitan perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan seperti pemberian naungan, penyiraman, penyiangan dan seleksi. Pemberian naungan dapat menggunakan daun kelapa, jerami atau paranet. Penyiangan dilakukan saat bibit berumur 1.5 bulan, dengan menghilangkan gulma di dalam dan sekitar polybag. Seleksi dilakukan untuk memilih bibit jarak pagar yang sehat dan vigor, sehingga diperoleh performa pertumbuhan tanaman yang baik ketika di tanam di lapang. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari, pagi dan sore hari (Hambali et al., 2007). Penyiraman 2 hari sekali yang juga memberikan pengaruh pertumbuhan bibit jarak pagar yang siap tanam pada umur 2-3 bulan (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).
4
Hubungan Antara Air dan Tanaman Kecepatan
maksimum
pertumbuhan
tanaman
terdapat
pada
kondisi
kelembaban tanah disekitar kapasitas lapang, hal tersebut disebabkan oleh ketersediaan oksigen yang cukup dan tegangan air yang rendah sehingga memudahkan absorbsi air. Ketika air diserap, lapisan air menipis, tegangan air meningkat, dan absorbsi air menurun. Peristiwa tersebut berlangsung sampai kadar air mendekati titik layu permanen. Secara umum pemberian air yang ideal pada tanaman dilakukan pada kondisi 60 % air tersedia dalam daerah perakaran (Hakim et al., 1986). Gomez-Cadena et al. (1992) menyatakan di bawah kondisi stres air pada tanaman akan terjadi penutupan stomata secara cepat dan diikuti perubahan aliran air secara terus menerus selama 2 jam. Air yang tersedia di dalam tanah dapat diserap oleh tanaman apabila molekulmolekul air berada pada permukaan akar. Selanjutnya air bersama zat-zat yang terlarut akan diangkut menuju pembuluh xilem. Lintasan pergerakan air dari permukaan akar menuju xilem disebut lintasan radial pergerakan air. Jaringan xilem berkembang di sebelah jaringan floem, yang dikelilingi oleh jaringan vasekular dan persikel yang membentuk tabung atau stele. Bagian luar stele terdapat sel-sel endodermis. Pada dinding-dinding bagian dalam dan luar sel-sel endodermis yang sejajar dengan permukaan akar disebut sel-sel korteks. Sel korteks bersifat permeabel sehingga besar kemungkinan air bergerak dari permukaan akar menuju xilem melewati sel-sel korteks ini ( Lakitan, 1996). Pada kondisi media tanam yang terbatas, volume media tanam sangat mempengaruhi perakaran. Pada kondisi lapangan, volume tanah secara keseluruhan sangat besar, memungkinkan terjadinya pengurangan air secara lebih lambat. Dalam tanah, dimana kandungan air yang tidak seragam sepanjang profil tanah mengakibatkan akar akan mencari dan menembus daerah baru yang memiliki potensil lebih tinggi. Sedangkan pada kondisi volume tanah yang terbatas perubahan potensial tanaman berubah sangat cepat dan tanaman tidak memiliki cukup kesempatan yang cukup untuk menyesuaikan diri dengan potensial tanaman yang lebih rendah ( Mietchel et al., 1991).
5
Respon Tanaman terhadap Cekaman Kekeringan Apabila tanaman dihadapkan pada kondisi kering terdapat dua macam tanggapan yang dapat memperbaiki status air, yaitu (1) tanaman mengubah distribusi asimilat baru untuk mendukung pertumbuhan akar dengan mengorbankan tajuk, sehingga dapat meningkatkan kapasitas akar menyerap air serta menghambat pemekaran daun untuk mengurangi transpirasi; (2) tanaman akan mengatur derajat pembukaan stomata untuk menghambat kehilangan air lewat transpirasi (Mansfield dan Atkinson, 1990). Menurut Pugnaire et al. (1999), respon tanaman terhadap kekeringan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: (1) tanaman yang menghindari kekeringan (drought avoiders) dan (2) tanaman yang mentoleransi kekeringan (drought tolerans). Pada respon pertama, tanaman yang menghindari kekeringan membatasi aktivitasnya pada periode air tersedia atau akuisisi air maksimum antara lain dengan meningkatkan jumlah akar dan modifikasi struktur dan posisi daun. Tanaman yang mentoleransi kekeringan mencakup penundaan dehidrasi atau mentoleransi dehidrasi. Penundaan dehidrasi mencakup peningkatan sensitivitas stomata dan perbedaan jalur fotosintesis, sedangkan toleransi dehidrasi mencakup penyesuaian osmotik. Mietchel et al. (1991) menyatakan pemanjangan akar dan bobot kering akar tidak dipengaruhi sebesar luas daun dan bobot kering bagian tajuk. Perakaran akan meluas menuju ke daerah yang memiliki persediaan air, mengakibatkan akar tidak terlalu menurunkan perpanjangan selnya. Hasil penelitian (Purwoko dan Iskandar, 2008) menyatakan bahwa ratio tajuk-akar pada cekaman 80 % dan 60 % kadar air kapasitas lapang pada pembibitan tanaman jarak belum berbeda nyata, dimana ratio tajuk-akar menggambarkan perimbangan pertumbuhan tajuk dan akar. Netting (2000) menyatakan pada umumnya perpanjangan sel pada organ yang masih muda memiliki kepekaan yang yang sangat tinggi terhadap perubahan kelembaban, misalnya tanaman barley pada kondisi normal perpanjangan sel daun mudas sebesar 15-20 um/menit, namum dalam kondisi kering berubah menjadi 0 atau terhenti. Hasil penelitian (Purwoko dan Iskandar, 2008) menghasilkan hal yang
6
serupa. Semua genotipe tanaman jarak pagar ( Palu, NTB, IP Asembagus dan IP Pakuwon) tidak terdapat genotipe yang toleran kekeringan pada masa pembibitan. Hidrogel Hidrogel
adalah
polimer
hidrofilik
yang
mempunyai
kemampuan
mengembang dalam air dan membentuk keadaan kesetimbangan (Herdiyanto et al.,2007). Polimer superabsorban dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Berdasarkan morfologinya diklasifikasikan menjadi polimer superabsorban serbuk, bola, dan
serat. Ditinjau dari jenis bahan penyusunnya terdiri dari polimer
superabsorban makromolekul alam, semipolimer sintetis dan polimer sintetis sedangkan dilihat dari proses pembuatannya dapat dibedakan menjadi polimer cangkokan dan polimer ikatan silang. Ikatan utama polimer superabsorban adalah gugus hidrofilik karena terdiri dari gugus asam karboksilat (-COOH) yang mudah menyerap air. Ketika polimer superabsorban dimasukkan dalam air atau pelarut akan terjadi interaksi antara polimer dengan molekul air. Interaksi yang terjadi adalah hidrasi. Mekanisme hidrasi yang terjadi adalah ion dari zat terlarut dalam polimer seperti COO- dan Na+ akan tertarik dengan molekul polar air. Adanya ikatan silang dalam polimer superabsorban menyebabkan polimer tidak larut dalam air atau pelarut (Saptadji et al.,2008).
CH2---CH
CH2---CH
C =O
C =O m
n NH2
O-K
Gambar 1. Rumus Bagun Hidrogel. Sumber : SNF (2002)
SNF (2002) menyatakan bahwa seri aquasorb 3005 terbuat atas polimer acriylamide dan potasium acrylate memilki keefektifan dalam tanah sampai periode
7
waktu 5 tahun. Polimer sejenis aquasorb terdiri atas pasangan ikatan rantai yang terhubung secara pararel dan saling silang membentuk suatu jaringan. Ketika salah satu ikatan rantai kontak dengan air, air akan masuk melalui mekanisme osmosis. Air secara cepat bermigrasi kedalam interior jaringan polimer untuk disimpan. Ketika tanah kering, aquasorb akan melepaskan air sampai 95 % dari air yang telah diserap ke dalam tanah. Pembibitan jeruk pada media pasir dengan tambahan hidrogel memberikan peningkatan pertumbuhan, efisiensi penggunaan air, dan mengurangi leaching N (Syvertsen dan Dunlop, 2004). Penambahan substrat hidrogel pada media pembibitan jeruk dapat meningkatkan air tersedia, potensial daun, jumlah daun, biomasa akar, dan asimilasi CO2 dibandingkan dengan media tanpa penambahan substrat hidrogel selain itu bibit jeruk tumbuh vigor pada kondisi stres air (Arbona et al.,2005). Hasil berbeda didapat pada penelitian Santana et al. (2007) yang menyatakan bahwa penggunaan hidrogel dengan berbagai tingkat dosis pada tanaman Brachiaria spp tidak berpengaruh nyata pada semua varibel pengamatan. Sarvas et al. (2007 ) menyatakan bahwa aplikasi pemakaian hidrogel sebagai media campuran media tanam sangat sederhana, namun akan sangat rumit jka terjadi pemakaian dosis yang berlebihan, hal tersebut dapat menyebabkan tingginya kapasitas penyimpanan hidrogel. Pemakaian hidrogel diharapkan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan jenis tanaman yang berbeda. Saptadji et al. (2008) menyatakan bahwa polimer superabsorban yang berasal dari bahan organik seperti tepung selulosa dan polivinil alkohol memiliki kelemahan yaitu kurang stabil terhadap perubahan suhu, keasaman, dan sifat fisik yang kurang bagus. Penambahan zeolit dalam konsentrasi tertentu diperlukan untuk memperkuat kekuatan fisik hidrogel yang mudah dipengaruhi oleh perubahan suhu dan keasaman. Banyak penelitian yang dilakukan untuk memodifikasi polimer dengan bahan lain untuk meningkatkan absorsbi dan ketahanan fisiknya dengan memanfaatkan radiasi.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2009, dan berakhir bulan Juli 2009 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, Darmaga, dengan suhu udara ruangan rata-rata sebesar 32 0C dan kelembaban udara rata-rata 69%.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah benih jarak pagar asesi Lampung,wadah media tanam dengan polybag 10
20 cm, media tanam terdiri atas top soil (tanah lapisan
atas), pupuk kandang, dan hidrogel. Alat yang digunakan adalah gelas ukur, timbangan, oven, penggaris, jangka sorong, dan termometer ruangan.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua faktor dengan tiga ulangan yang terdiri atas faktor taraf kandungan hidrogel: 0 g ( tanpa kandungan hidrogel ), 0.2 g/polybag, 0. 4 g/polybag, dan 0.6 g/polybag dan faktor jadwal irigasi: 2 hari, 4 hari, dan 8 hari sehingga didapatkan 36 satuan percobaan. Model rancangan disusun sebagai berikut :
Yijk
=
µ + ki + αj + βk + (αβ)jk + εijk
Yij
=
Hasil pengamatan pengaruh taraf kandungan hidrogel ke-i, jadwal irigasi ke-j dan kelompok ke-i.
µ
=
Rataan umum pengamatan.
ki
=
Pengaruh kelompok ke-i
αi
=
Pengaruh taraf kandungan hidrogel pada media tanam ke-j.
βj
=
Pengaruh jadwal irigasi ke-k.
(αβ)ij =
Interaksi antara pengaruh taraf kandungan hidrogel ke-i dan jadwal irigasi ke-j.
εijk
=
Galat percobaan
9
Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap parameter yang akan diamati dilakukan uji F dan apabila uji F nyata maka dilakukan uji lanjut dengan DMRT.
Pelaksanaan Penelitian Benih ditanam pada media tanam dalam polybag yang komposisinya tanah lapisan atas (top soil) dan pupuk kandang dari kotoran ternak sapi dengan perbandingan 1 : 1, serta pemberian berbagai taraf kandungan hidrogel (0 g/polybag (tanpa kandungan hidrogel), 0.2 g/polybag, 0.4 g/polybag, dan 0.6 g/polybag (serbuk)). Aplikasi hidrogel yang digunakan adalah aplikasi basah, dimana hidrogel serbuk terlebih dahulu direndam dalam air selama 1 jam sampai hidrogel mengembang sempurna. Sebelum dilakukan penanaman, tanah kompos dan hidrogel dicampur secara merata per polybag. Setiap satu satuan percobaan terdiri atas 10 polybag, pada setiap polybag ditanam 2 benih. Setelah lewat masa perkecambahan atau 2 MST (minggu setelah tanam), hanya akan disisakan satu kecambah untuk dijadikan tanaman contoh.
Pengamatan Pengamatan dilakukan sejak awal perkecambahan, yaitu kecepatan tumbuh (KCT), dan daya tumbuh (Dt). Setelah melewati masa perkecambahan, pengamatan difokuskan pada karakter agronomi seperti: tinggi tanaman, jumlah daun, dan pada akhir pengamatan yaitu bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan panjang akar. Pengamatan kondisi fisik media tanam dilakukan pada 36 HST dan 46 HST (hari setelah tanam) yaitu kadar air media tanam. Metode pengamatan dari awal perkecambahan sampai umur tanaman siap pindah ke lapang dilakukan sebagai berikut:
1. Daya Tumbuh (Dt) Daya tumbuh dihitung berdasarkan jumlah benih yang telah berkecambah normal dengan rumus:
10
Dt(%) Keterangan:
KN 1 : Jumlah kecambah normal pada pengamatan I (7 HST). KN 2 : Jumlah kecambah normal pada pengamatan II (14 HST).
2. Kecepatan Tumbuh (KCT) Kecepatan tumbuh kecambah diukur dengan menghitung jumlah kecambah normal setiap hari selama masa perkecambahan atau 2 MST. Setiap pengamatan jumlah kecambah normal dibagi etmal (1 etmal = 24 jam). KCT merupakan nilai
kumulatif persen jumlah kecambah normal per etmal
dihitung mulai saat benih ditanam sampai saat pengamatan daya berkecambah berakhir atau 14 HST.
KCT(%/etmal) Keterangan: Ni : Persentase kecambah yang telah normal pada etmal ke-i Wi : Waktu pengamatan dalam etmal ke-i 3. Tinggi Tanaman Tinggi tanaman diukur ketika kecambah telah menjadi tanaman sempurna setiap 2 minggu sekali. Tinggi tanaman diukur mulai dari 5 cm ke atas dari pangkal akar sampai titik tumbuh. 4. Panjang Akar Pajang akar diukur mulai dari pangkal akar sampai ujung akar dengan terlebih dahulu mencabut tanaman yang telah direndam dalam air bersama media tanamnya. 5. Jumlah Daun Jumlah daun dihitung mulai 2 MST atau sewaktu tanaman sudah memiliki daun yang sempurna.
11
6. Kadar Air Tanah Untuk menghitung kadar air tanah, tanah dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105 Co selama 24 jam. Pengambilan sampel tanah diambil sebelum perlakuan. Kadar air tanah diukur dengan menggunakan rumus: KA Keterangan:
KA
: Kadar air tanah
BB
: Berat basah tanah
BK
: Berat kering tanah
7. Efisiensi Penggunaan Air (EPA) Efisiensi penggunaan air dihitung pada waktu akhir penelitian dengan menggunakan rumus: EPA Keterangan:
BKT : Berat kering tanaman JAI : Jumlah air yang digunakan dalam irigasi dihitung dari awal penelitian sampai akhir penelitian
8. Bobot Kering Tajuk dan Akar Bobot kering tajuk dan akar diperoleh dengan memisahkan tanaman antara bagian tajuk dan akar dengan memotong tepat pada pangkal akar. Selanjutnya tajuk dan akar dioven selama 72 jam dengan suhu 80 C0. 9. Ratio Akar-Tajuk Ratio akar-tajuk menggambarkan perimbangan pertumbuhan antara organ akar dan tajuk. Ratio akar-tajuk diperoleh dengan rumus: RAT Keterangan: RAT : Ratio Akar-Tajuk BKA : Bobot Kering Akar BKT : Bobot Kering Tajuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Kandungan Hidrogel terhadap Viabilitas dan Vigor Perkecambahan Rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa hidrogel berpengaruh sangat nyata terhadap kecepatan tumbuh dan tinggi bibit 2 MST. Pada respon daya tumbuh hidrogel tidak berpengaruh nyata. Hasil sidik ragam selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 1, 2, dan 3. Faktor irigasi dianggap tetap karena interval irigasi diberikan setelah fase perkecambahan yaitu setelah 2 MST. Tabel 1. No
Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Viabilitas dan Vigor Perkecambahan Peubah H KK
1.
Daya Tumbuh
tn
21.03
2.
Kecepatan tumbuh
**
18.25
3.
Tinggi bibit 2 MST
**
9.02
Keteranagan: * = nyata, ** = sangat nyata, tn = tidak nyata, H = Hidrogel, KK = Koefisien Keragaman
Tabel 2 menunjukkan bahwa kandungan hidrogel berpengaruh nyata terhadap kecepatan tumbuh dan tinggi bibit 2 MST. Pada respon daya tumbuh hidrogel tidak berpengaruh nyata. Tabel 2.
Pengaruh Kandungan Hidrogel terhadap Daya Tumbuh (DT), Kecepatan Tumbuh (KCT), dan Tinggi Bibit 2 MST Hidrogel DT(%) KCT (%/etmal) Tinggi bibit 2 MST Kontrol
59.4
8.05a
18.14a
0.2 g/polybag
61.1
8.06a
17.30a
0.4 g/polybag
56.6
6.56b
15.48b
0.6 g/polyabg
47.7
5.72b
14.67b
Ket: Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf DMRT 5 %.
13
Perlakuan penambahan hidrogel 0.2 g/polybag memberikan pengaruh kecepatan tumbuh (KCT) sama dengan kontrol, hal tersebut diduga akibat kondisi media tanam yang sesuai untuk pertumbuhan kecambah. Pada perlakuan hidrogel 0.4 g/polybag dan 0.6 g/polybag terlihat memberikan pengaruh negatif terhadap KCT. Semakin tinggi kandungan hidrogel KCT akan semakin menurun. Meningkatnya kandungan hidrogel tentu akan semakin meningkatkan kadar air media, yang selanjutnya berpengaruh pada kondisi yang sangat lembab, dimana kandungan O2 untuk respirasi perkecambahan semakin menurun. Faktor kandungan hidrogel pada masa perkecambahan atau 2 MST berpengaruh sangat nyata pada tinggi bibit. Pada Tabel 2 terlihat tinggi bibit sebelum diberi perlakuan penjarangan jadwal irigasi, tampak nyata lebih rendah pada perlakuan 0.4 g/polybag dan 0.6 g/polybag dibandingkan dengan perlakuan 0.2 g/polybag dan kontrol. Hal tersebut diduga diakibatkan kelembaban media tanam yang terlalu tinggi pada media, sehingga menggangu aktivitas akar dalam penyerapan unsur hara. Indriati (2006) menyatakan bahwa pada keadaan kelembaban tanah yang tinggi menyebabkan tanaman tidak dapat berespirasi dan aktivitas akar terhadap penyerapan hara terganggu.
Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Karakter Agronomi, Bobot Kering Tanaman, Kadar Air Media Tanam, dan Efisiensi Pemakaian Air (EPA). Hasil sidik ragam pada Tabel 3, tidak menunjukkan adanya interaksi antara kandungan hidrogel dan jadwal irigasi terhadap karakter agronomi bibit jarak pagar, bobot kering tanaman, dan kadar air media tanam. Faktor jadwal irigasi berpengaruh sangat nyata pada pada semua peubah, kecualai pada nilai ratio akar-tajuk dan faktor kandungan hidrogel hanya berpengaruh nyata pada jumlah daun dan bobot kering akar. Hasil sidik ragam selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 4 sampai 16.
14
Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Karakter Agronomis, Bobot Kering Tanaman, Kadar Air Media Tanam dan Efisiensi Pemakaian Air (EPA) Peubah H I H*I KK Pertambahan tinggi : 2-4 MST
tn
**
tn
26.07
4-6 MST
tn
**
tn
37.00
6-8 MST
tn
**
tn
17.20
4 MST
tn
**
tn
7.60
6 MST
tn
**
tn
8.52
8 MST
**
**
tn
4.58
Panjang akar
tn
**
tn
4.41
Bobot Kering Tajuk tn
**
tn
25.80
Bobot Kering Akar
*
**
tn
1.28
Ratio Akar-Tajuk
tn
tn
tn
13.26
36 HST
tn
**
tn
8.60
46 HST
tn
**
tn
5.82
tn
**
tn
23.88
Jumlah daun :
Bobot Kering Tanaman :
Kadar Air Media :
EPA
Keteranagan: * = nyata, ** = sangat nyata, tn = tidak nyata, H = Hidrogel, I = Irigasi, H*I = Interaksi antara hidrogel dan jadwal irigasi, KK = Koefisien Keragaman
Pertambahan Tinggi Tanaman. Tabel 4 menunjukkan respon pertambahan tinggi tanaman dipengaruhi secara sangat nyata oleh jadwal irigasi. Pertambahan tinggi tanaman tertinggi terjadi pada taraf jadwal irigasi 2 hari sekali, diikuti jadwal irigasi 4 hari sekali dan terendah pada jadwal irigasi 8 hari sekali. Kondisi tersebut sesuai dengan kadar air media tanam. Kadar air media tanam tertinggi diperoleh pada jadwal irigasi 2 hari sekali baik pada pengamatan 30 HST dan 46 HST. Respon kadar air media terhadap jadwal irigasi dapat dilihat pada Tabel 5.
15
Periode pengamatan 6-8 MST, menunjukkan jadwal irigasi 2 hari dan 4 hari memberikan pengaruh pertambahan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata. Hal tersebut menandakan bahwa bibit jarak pagar siap ditanam di lapang karena mulai toleran terhadap penjarangan jadwal irigasi. Berdasarkan penelitian tanaman jarak berumur 8 bulan Wijaya et al. (2007) menyatakan bahwa perlakuan tingkat kadar air tanah selama empat bulan tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan batang utama. Meskipun demikian penjarangan jadwal irigasi 8 hari sekali memberikan kondisi cekaman kekeringan pada tanaman, sehingga pertambahan tinggi nyata lebih rendah dibanding jadwal irigasi 2 hari dan 4 hari. Tabel 4. Pengaruh Jadwal Irigasi terhadap Pertambahan Tinggi Tanaman Irigasi Pertambahan Tinggi (cm) 2-4 MST
4-6 MST
6-8 MST
2 hari
6.75a
5.50a
3.78a
4 hari
4.49b
2.55b
3.96a
8 hari
2.30c
1.25c
2.40b
Ket: Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf DMRT 5 %.
Tabel 5. Pengaruh Jadwal Irigasi terhadap Kadar Air Media Tanam Irigasi Kadar Air Media (%) 30 HST
46 HST
2 hari
23.50a
22.83a
4 hari
20.50b
19.00b
8 hari
18.67c
16.16c
Ket: Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf DMRT 5 %.
Respon tinggi tanaman pada pembibitan tanaman jarak pagar yang dipengaruhi oleh cekaman kering pada penelitian Syafi (2006) menunjukkan hal serupa. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan tinggi tanaman secara nyata pada penurunan kadar air media 40% menjadi 32%. Kadar air media
16
yang optimum, menyebabkan pembelahan, perbesaran dan pemanjangan sel dalam tanaman berjalan dengan baik, sebaliknya pada kadar air yang lebih rendah pembelahan, perbesaran dan pemajangan sel terhambat.
Jumlah Daun Pemberian air irigasi yang optimum akan memberikan kondisi terbaik bagi pertumbuhan bibit. Yanuar (2005) menyatakan bahwa frekuensi irigasi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun nilam pada umur 3 BSP dan 4 BSP (Bulan Sebelum Panen), dimana frekuensi irigasi setiap hari memberikan pengaruh jumlah daun paling tinggi. Tabel 6 menunjukkan faktor irigasi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 4, 6, dan 8 MST. Jumlah daun tertinggi diperoleh pada perlakuan irigasi 2 hari. Pengaruh
irigasi 4 hari sekali terihat sudah memberikan pengaruh negatif
terhadap jumlah daun. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan (Purwoko dan Iskandar, 2008) bahwa semua genotipe jarak pagar, baik yang berasal dari daerah kering maupun basah pada saat pembibitan tidak ada yang toleran terhadap cekaman kekeringan. Kondisi tersebut diakibatkan organ tanaman yang masih muda sehingga sangat peka terhadap cekaman kekeringan. Selain itu, Mitchell et al. (1991) menyatakan bahwa sintesis klorofil dibatasi pada kondisi kekurangan air yang lebih besar.
Berkurangnya
kelembaban
akan
mengakibatkan
kebanyakan
enzim
menunjukkan aktivitas yang menurun. Tabel 6. Pengaruh Jadwal Irigasi terhadap Jumlah Daun Irigasi Jumlah Daun 4 MST
6 MST
8 MST
2 hari
4.98a
7.38a
9.25a
4 hari
4.15b
6.06b
7.36b
8 hari
3.00c
4.10c
5.74c
Ket: Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf DMRT 5 %.
17
Tabel 7 menunjukkan pengaruh faktor tunggal hidrogel terhadap jumlah daun. Hidrogel tidak berpengaruh nyata pada umur 4 MST dan 6 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 8 MST. Perlakuan penambahan hidrogel pada media tanam memberikan pengaruh negatif terhadap jumlah daun dibandingkan media kontrol atau tanpa hidrogel. Tabel 7. Pengaruh Kandungan Hidrogel terhadap Jumlah Daun Hidrogel Jumlah Daun 4 MST
6 MST
8 MST
g/polybag
4.24
6.13
8.15a
0.2 g/polybag
4.02
5.77
7.32b
0.4 g/polybag
3.93
5.95
7.06b
0.6 g/polybag
3.97
5.33
7.26b
0
Ket: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf DMRT 5 %.
Kondisi tersebut diduga disebabkan oleh penurunan volume media tanam. Semakin tinggi kandungan hidrogelnya semakin besar terjadi penurunan volume media tanam. Selama periode pembibitan terdapat dua kemungkinan penyebab berukrangnya volume media dengan penambahan hidrogel.
Kemungkinan yang
pertama, diduga disebabkan oleh ketidakmampuan hidrogel untuk mengikat air atau mengembang sempurna dalam waktu yang singkat karena air irigasi terlebih dahulu terperkolasi atau terevaporasi. Kemungkinan yang kedua diduga hidrogel mengalami penguraian. Berdasarkan dua dugaan tersebut, menurunnya volume media tanam diduga lebih kuat akibat hidrogel yang merupakan bagian dari volume media tanam mengalami penguraian. Pada Gambar 3 dapat dilihat pada media dengan perlakuan hidrogel 0.6 g/polybag diakhir pengamatan tidak ditemukan hidrogel kering seperti pada Gambar 2 (a). Media dengan perlakuan hidrogel terlihat tidak berbeda dengan media perlakuan kontrol.
18
Gambar 2.
Penyusun media tanam (A): Hidrogel kering (a), Tanah kering (b) dan (B) Hidrogel yang mengembang setelah ditetesi air.
Gamabar 3. Media tanam pada akhir pengamatan : Media tanam kontrol atau tanpa hidrogel (A) dan Media tanam yang pada awalnya diberi perlakuan 0.6 g hidrogel/polybag (B). Saptadji et al. (2008) menyatakan bahwa dari hasil studi literatur diperoleh informasi bahwa polimer superabsorban semisal hidrogel yang dibuat dari polimer organik mempunyai kelemahan yaitu kurang stabil terhadap perubahan suhu, keasaman, dan sifat fisik yang kurang bagus. Pengaruh berkurangnya volume media terhadap menurunya pertumbuhan tanaman juga didapatkan pada penelitian Totok (2001) yang menyatakan bahwa tanaman bawang merah yang ditanam pada perbedaan volume dengan kedalaman dan diameter media 5 cm memberikan respon berat kering yang berbeda. Penurunan kedalaman media tanam memberikan pengaruh negatif terhadap peubah yang diamati. Harjadi (1996) menyatakan bahwa volume media yang lebih besar akan memberikan serapan hara lebih besar, dimana pada kondisi tersebut ekstrasi air lebih besar.
19
Panjang Akar Panjang akar merupakan salah satu respon tanaman terhadap cekaman kering, dimana pemanjangan akar sangat diperlukan untuk memperbesar penyerapan air dari partikel tanah. Mitchel et al. (1991) menyatakan bahwa pada kondisi lapangan, volume tanah secara keseluruhan lebih besar, dan memungkinkan pengurangan isi air yang lebih lambat. Kandungan air tanah yang tidak seragam sepanjang profil tanah, menyebabkan akar akan berusaha menembus daerah baru dalam tanah yang memiliki potensial air yang lebih tinggi. Hal tersebut memungkinkan akar tanaman yang mengalamai cekaman kering memiliki panjang akar yang lebih panjang. Tabel 8. Pengaruh Jadwal Irigasi terhadap Panjang Akar Irigasi Panjang Akar (cm) 2 hari
17.67a
4 hari
13.84b
8 hari
11.83c
Ket: Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf DMRT 5 %.
Respon tersebut tidak terjadi pada percobaan ini, diakibatkan oleh keterbatasan volume media tanam yang menyebabkan pengurangan kadar air media tanam yang lebih cepat. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Totok (2001) bahwa peningkatan kedalaman media tanam akan menurunkan kehilangan air selama pengeringan dan berlaku sebaliknya. Tabel 8 menunjukkan panjang akar dipengaruhi oleh jadwal irigasi. Perlakuan irigasi 2 hari sekali memberikan pengaruh panjang akar tertinggi sebesar 17.67 cm. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Syafi (2008) yang menyatakan bahwa dengan perlakuan perbedaan kadar air media sebesar 4 % pada pembibitan tanaman jarak pagar akan memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar. Perlakuan kadar air tertinggi sebesar 40% memberikan respon panjang akar tertinggi. Mitchel et al. (1991) menyatakan bahwa kondisi volume tanah yang terbatas menyebabkan perubahan potensial tanaman yang sangat cepat sehingga tanaman tidak cukup waktu untuk menyesuaikan diri.
20
Bobot Kering Akar, Bobot Kering Tajuk, dan Ratio Akar-Tajuk Akar merupakan organ tanaman yang bertangung jawab dalam absorbsi air untuk kegiatan metabolisme tanaman. Tabel 9 menunjukkan pengaruh faktor tunggal irigasi terhadap bobot akar. Jadwal irigasi 4 hari sekali menyebabkan penurunan bobot kering akar sebesar 0.47 g dan irigasi 8 hari sekali menyebabkan penurunan sebesar 0.64 g dibandingkan kontrol. Lakitan (1996) menyatakan bahwa absorbsi air oleh akar dipengaruhi oleh laju transpirasi, ketersediaan air, dan sistem perakaran. Secara umum bobot kering akar pada semua jenis tanaman akan mengalami penurunan bobot ketika diberi perlakuan cekaman kekeringan. Kondisi stres air ditambah kondisi akar yang kurang baik semakin memperparah pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Tabel 9.
Pengaruh Jadwal Irigasi terhadap Bobot kering akar (BKA), Bobot Kering Tajuk (BKT) dan Ratio Akar-Tajuk (RAT) Irigasi BKA (g) BKT (g) RAT
2 hari
0.76a
5.89a
0.135
4 hari
0.29b
2.29b
0.131
8 hari
0.12c
0.91c
0.130
Ket: Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf DMRT 5 %.
Pada Tabel 9 juga menunjukkan pengaruh jadwal irigasi terhadap bobot kering tajuk. Respon tertinggi bobot kering tajuk terjadi pada perlakuan irigasi 2 hari sebesar 5.89 g, sedangkan pada perlakuan irigasi 4 hari terjadi penurunan 3.69 g dan pada irigasi 8 hari terjadi penurunan yang sangat ekstrim yaitu sebesar 4.98 g. Cekaman kekeringan pada
irigasi 4 hari sekali dan 8 hari sekali menyebabkan
penurunan bobot kering tajuk, hal ini menunjukkan tanaman mengalami cekaman kekeringan sehingga menghambat pertumbuhan dan mengurangi jumlah biomas yang akan dihasilkan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Netting (2000), bahwa pada organ tanaman yang masih muda secara umum memiliki respon kepekaan yang sangat tinggi terhadap perubahan kelembaban, misalnya tanaman barley pada kondisi
21
normal perpanjangan sel daun muda sebesar 15-20 µm/menit, namun dalam kondisi kering berubah menjadi 0 atau terhenti. Nilai ratio akar-tajuk menggambarkan perimbangan pertumbuhan antara organ akar dan tajuk. Pada Tabel 9 menunjukkan, faktor jadwal irigasi yang tidak berpengaruh nyata terhadap ratio akar-tajuk. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitiaan (Purwoko dan Iskandar, 2008) yang menyatakan bahwa ratio tajuk-akar pada cekaman 80 % dan 60 % kadar air kapasitas lapang pada pembibitan tanaman jarak belum berbeda nyata. Tabel 10 menunjukkan pengaruh kandungan hidrogel berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar. Perlakuan kontrol dan 0.2 g menunjukkan bobot kering akar yang tidak berbeda nyata. Pemberian hidrogel 0.4 g/polybag dan 0.6 g/polybag memberikan pengaruh bobot kering akar yang tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata lebih rendah dibanding perlakuan kontrol atau tanpa hidrogel dan perlakuan hidrogel 0.2 g/polybag. Tabel 10. Pengaruh Kandungan Hidrogel Terhadap Bobot Kering Akar Hidrogel Bobot Kering Akar (g) 0 (kontrol)
0.42a
0.2 g/polybag
0.39ab
0.4 g/polybag
0.37b
0.6 g/polybag
0.37b
Ket: Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf DMRT 5 %.
Pada perlakuan hidrogel, volume media tanam lebih rendah dibanding kontrol. Hal tersebut diduga menjadi penyebab rendahnya bobot kering akar pada perlakuan hidrogel 0.4 g/polybag dan 0.6 g/polybag. Penurunan volume media tanam dapat terlihat dari permukaan media tanam dengan perlakuan hidrogel lebih rendah dibanding kontrol. Pada penelitian Febriyanti (2005) pada bibit lada, menyimpulkan bahwa semakin besar volume media tanam akan meningkatkan kemampuan dalam menyerap air semakin tinggi. Hal tersebut juga menyebabkan kelembaban dan suhu pada daerah akar terjaga.
22
Efisiensi Pemakaian Air (EPA) Efisiensi
pemakaian
air
merupakan
salah
satu
respon
tanaman
yang
menggambarkan efisiensi irigasi terhadap pertumbuhan tanaman. Tabel 11 menunjukkan pengaruh faktor jadwal irigasi berpengaruh nyata terhadap nilai efisiensi pemakaian air. Irigasi 2 hari sekali memberikan pengaruh nilai EPA tertinggi sebesar 6.02 g/l, lebih tinggi dibanding perlakuan 4 hari dan 8 hari sekali yang hanya sebesar 2.54 g/l dan 1.15 g/l. Hal tersebut menunjukkan bahwa irigasi 2 hari sekali merupakan irigasi yang sangat tepat untuk mendukung pertumbuhan pembibitan tanaman jarak pagar. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Nurcholis dan Sumarsih (2007), yang menyatakan bahwa irigasi 2 hari sekali merupakan salah satu prosedur baku dalam pembibitan tanaman jarak pagar.
Tabel 11. Pengaruh Jadwal Irigasi terhadap Efisiensi Pemakaian Air (EPA) Irigasi
EPA(g/l)
2 hari
6.02a
4 hari
2.54b
8 hari
1.15c
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf DMRT 5 %.
Penggunaan hidrogel pada pembibitan tanaman jarak pagar, ditujukan untuk mendapat efisiensi irigasi. Penelitian ini menunjukkan, bahwa hidrogel tidak berpengaruh nyata pada efisiensi pemakian air. Perlakuan kontrol menunjukkan respon nilai EPA paling tinggi yaitu 3.66 g/l, sedangkan perlakuan hidrogel 0.2 g, 0.4 g, dan 0.6 g masing-masing sebesar 3.17 g/l, 2.94 g/l dan 3.42 g/l. Meskipun pada penelitian Arbona et al. (2005) pada pembibitan tanaman jeruk, penambahan substrat hidrogel memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan bibit, tetapi Santana et al. (2007) menyatakan hasil yang serupa dengan penelitian ini, yaitu pada berbagai tingkat dosis konsentrasi hidrogel tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati pada tanaman Brachiaria spp.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pengaruh jadwal irigasi secara umum berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati. Irigasi dua hari sekali memberikan pengaruh terbaik bagi pertumbuhan bibit jarak pagar. Hal tersebut dibuktikan dengan performa terbaik bibit jarak pagar siap tanam di lapang pada perlakuan irigasi dua hari sekali. Bibit jarak pagar pada perlakuan irigasi 2 hari sekali pada 8 MST memiliki tinggi sebesar 34.5 cm, pertambahan tinggi sebesar 3.78 cm, jumlah daun rata-rata terbaik sebesar 9.25, bobot kering tajuk dan akar 5.89 g dan 0.76 g, dan nilai EPA terbaik sebesar 6.02 g/l. Tidak terdapat interakasi antara kandungan hidrogel dan jadwal irigasi. Penambahan hidrogel dalam media tanam tidak dapat mengurangi pengaruh buruk cekaman kering akibat jadwal irigasi yang lebih lama. Pengaruh kandungan hidrogel secara umum tidak memberikan pengaruh yang nyata pada awal-awal pertumbuhan atau periode pengamatan 2-6 MST. Kandungan hidrogel memberikan pengaruh nyata pada akhir-akhir pengamatan yaitu 6-8 MST. Pada waktu tersebut, hidrogel memberikan pengaruh negatif terhadap beberapa karakter agronomi seperti jumlah daun dan bobot kering akar. Kondisi tersebut diduga akibat hidrogel secara total sudah terurai didalam tanah sehingga mengurangi volume media tanam.
Saran Irigasi dua hari sekali merupakan rekomendasi yang tepat untuk mampu memberikan pertumbuhan terbaik pada pembibitan tanaman jarak pagar. Perlu dicari hidrogel yang memliki sifat fisik yang kuat untuk tujuan efisiensi irigasi agar hidrogel tidak cepat terurai.
DAFTAR PUSTAKA Arbona, V., D.G. Iglesias., J. Jagas., E. Primo-Melo., M. Talo., and A. CandenaGomez. 2005. Hidrogel subtrate amendment alliviates drought effect on young citrus plant. Plant and soil journal. 270: 73-82 Brake, B, and L.H Allen. 1995. Gas-excahnge of citrus seedling at different tempertur, vapour-presure defiisit, and water contens. J, AM. Soc. Hort. Sci. 120:497-504. Febriyanti, N. 2005. Pengaruh Jenis dan Volume Media Selama Penyimpanan terhadap Pertumbuhan Bibit Lada Perdu (Piper nigrum. L). Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian IPB. 46 hal. Gomez-Cadena, A., F.R. Tadeo., M. Talon., and E. Primo-Milo. 1996. Leaf abscision induce by etylene in water stres intact seedlings of Cleopatra mandarin reqiuries previsius abscisic acid accumulation in roots. Plant, Physiol. 112. 401-408 Harjadi, S.H. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 197 hal Hambali, E., A. Suryani., Dadang., Hariyadi., H. Hanafie., I.K. Reksowardjo., M. Rivai., M. Ihsanur., P. Suryadarma., S. Tjitrosoedirjo., T.H. Soerawidja., T. Prawitasari., T. Prakoso., W. Purnama. 2007. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodisesel. Penerbit Swadaya. Jakarta Hakim, N., Y.N, Muhamad., A.M. Lubis., N.G. Sutopo., M.R. Saul., M.A. Amin., G.B. Hong, dan H.H. Bailey. 1986. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung Herdiyanto,. Erizal, dan S.R. Tamat. 2007.Pengaruh iradiasi gamma dan konsentrasi polivinilpirolidon pada pembuatan hidrogel serta kemampuan imobilisasi dan pelepasan kembali propranolol HC. Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia. Tangerang. Vol. VIII:1-16. Indriati. 2006. Pengaruh Jadwal Irigasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kencur (Kaempferia galanga L.). Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. 90 hal. Kusdyana, IP.A. 2007. Budidaya jarak pagar sebagai sumber bahan baku alternatif biofuel. http://www.infotecnojatropha.com. [23, September 2008]. Lakitan, B. 1996. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
25
Mietchel, R.L., R.B. Pearce., and F.P. Gardner. 1991. Fisioogi Tanaman Budidaya. Penenrjemah: Herwati. Universitas Indonesia. Jakarta. Mansfield., T.A, and C. J. Atkinson. 1990. Stomatal behavior in water stressed plants. P. 241-246. In Alscher ang Cumming (Ed.). Stress respons in plant: adaptation and acclimation mechanisms. Wiley-Liss, Inc., New York Nail.
2008. Jalan panjang minyak jatropha menjadi http://www.biomaundip.com.[28, November 2008]
biofuel.
Netting. 2000. Respon tinggi tanaman jarak terhadap cekaman kering, hal 23. Dalam Iskandar dan Purwoko, B.S. 2008. Evaluasi Beberapa genotipe Jarak Pagar Untuk Toleransi Cekaman Kekeringan. Buletin Agronomi. Vol. VIIII:263-269. Nurcholis, M, dan S. Sumarsih. 2007. Jarak Pagar dan Pembuatan Biodiesel. Kanisius. Yogyakarta. Purwoko, B.S, dan Iskandar. 2008. Evaluasi beberapa genotipe jarak pagar untuk toleransi cekaman kekeringan. Buletin Agronomi. Vol. VIIII:263-269. Pugnaire, F. I., L. Serrano, and J. Pardos. 1999. Constrains by Water Stress on Plant Growth. p 271-283. In M. Pessarakli (Ed.). Handbook of plant and crop stress. 2nd. Marcell Dekker. New York Rodrigues and Perez. 2005. Germination and water stress. Agro jorn. California. VXXI: 24-35. Saptadji, R,. K. Megasari, dan D. Swantomo. 2008. Pembuatan komposi polymer superabsorbent dengan mesin berkas electron. Jurnal sttn-batan. 12/18: 207-215. Sarvas, M,. P. Pavlenda and P. Takacova. 2007. Effect of hydrogel application on survival and growth at pine seedlings reclamations. Journal Forest Science. 53: 204-209. Santana, H.B., A.P. Martinez., S. Esmetica, and G.G. Reyes. 2007. Effect of hidrogel on yield of seed of three cultivars of Brachiaria ssp in the valley of Iguala guerrero Mexico. REDVET. Revista electrónica de Veterinaria. VIII: 1-10. SNF Floreger. 2002. Aquasorb tm: Water Retains for Soil and Substrates. SNF Floreger. France. 11p.
26
Syafi, S. 2008. Respon Morfologis dan Fisiologis Bibit Dari Berbagai Genotipe Jarak Pagar (Jatropha curcas. L) terhadap Cekaman Kekeringan. Tesis. Progam Studi Agronomi Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 80 hal. Syvertsen, J. P and J.M. Dunlop. 2004. Hydrophilic gel amendments to sand soil can increase growth and nitrogen uptake efficiency of citrus seedlings. HortSci. 39, 267–271. Totok, S. 2001. Pengaruh Volume Media Tanam dan Jumlah Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Klon Bawang Merah. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian IPB. Bogor. 60 hal Wijaya., A, Munandar, dan H. Adam. 2007. Pengaruh kadar air tanah terhadap pertumbuhan dan produksitanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.). prosiding konferensi jarak pagar menuju bisnis jarak pagar yang feasibel. Citra Widya Education. Bogor Yanuar, S. 2005. Pengaruh Frekuensi Irigasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Daun Nilam (Pogostemon cablin. Banth). Skrisi. Departemen Budidaya Pertanian IPB. 46 hal.
LAMPIRAN
28
Lampiran 1. Sumber
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel terhadap Daya Tumbuh DB JK KT F-Hitung Pr>F
Kelompok
2
716.66
358.3 2.56tn
0.09
Faktor H
3
952.08
317.3 2.27tn
0.1
Galat
30
4200
140
Total
35
5868.75
KK
21.03
Ket: ** = sangat nyta pada p = 1%,
Lampiran 2. Sumber
tn = tidak nyata
Sidik Ragam Pengaruh Kecepatan Tumbuh DB JK
Kandungan KT
Hidrogel F-Hitung
terhadap Pr>F
Kelompok
2
20.65
10.32 6.14tn
0.058
Faktor H
3
36.2
12.07 7.18**
0.0009
Galat
30
50.04
1.68
Total
35
107.33
KK
18.25
Ket: ** = sangat nyta pada p = 1%,
Lampiran 3. Sumber
tn = tidak nyata
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel terhadap tinggi bibit 2 MST DB JK KT F-Hitung Pr>F
Kelompok
2
1.76
Faktor H
3
68.84
Galat
30
65.75
Total
35
136.36
KK
9.0
Ket: ** = sangat nyta pada p = 1%,
tn = tidak nyata
0.84
0.40tn
22.94 10.47** 2.19
0.67 0.0001
29
Lampiran 4. Sumber
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap pertambahan tinggi 2 sampai 4 MST DB JK KT F-Hitung Pr>F
Kelompok
2
0.12
0.06
Faktor I
2
118.38
59.19 42.66**
Faktor H
3
5.82
1.94
Interaksi IH
6
3.4
0.57
Galat
22
30.52
1.38
Total
35
158.31
KK
26.07
Ket: ** = sangat nyta pada p = 1%,
Lampiran 5.
0.04tn
1.4
tn
0.42
tn
0.9 0.0001 0.2 0.86
tn = tidak nyata
Sumber
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Pertambahan Tinggi 4 Sampai 6 MST DB JK KT F-Hitung Pr>F
Kelompok
2
3.02
1.51
Faktor I
2
113.71
56.85 42.33**
Faktor H
3
4.25
1.41
1.06tn
0.3
Interaksi IH
6
7.98
1.33
0.99tn
0.4
Galat
22
29.54
1.34
Total
35
158.52
KK
37
Ket: ** = sangat nyta pada p = 1%,
tn = tidak nyata
1.13tn
0.34 0.0001
30
Lampiran 6. Sumber
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Pertambahan Tinggi 6 Sampai 8 MST DB JK KT F-Hitung Pr>F
Kelompok
2
5.96
2.98
8.89**
0.001
Faktor I
2
16.92
8.46
25.24**
0.0001
Faktor H
3
1.48
0.49
Interaksi IH
6
2.15
0.35
Galat
22
7.37
0.33
Total
35
33.90
KK
17.2
Ket: ** = sangat nyta pada p = 1%,
Lampiran 7.
1.47
tn
0.2
1.07
tn
0.4
tn = tidak nyata
Sumber
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap jumlah daun 4 MST DB JK KT F-Hitung Pr>F
Kelompok
2
0.33
0.16
1.77tn
0.1
Faktor I
2
23.8
11.9
125.21**
0.0001
Faktor H
3
0.51
0.17
1.81tn
0.1
Interaksi IH
6
0.06
0.01
0.11tn
0.9
Galat
22
2.09
0.09
Total
35
26.8
KK
7.6
Ket: ** = sangat nyta pada p = 1%,
tn = tidak nyata
31
Lampiran 8. Sumber
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap jumlah daun 6 MST DB JK KT F-Hitung Pr>F 2.58tn
Kelompok
2
1.28
0.64
Faktor I
2
65.52
32.76 131.85**
Faktor H
3
1.77
0.59
Interaksi IH
6
1.66
0.27
Galat
22
5.46
0.24
Total
35
75.71
KK
8.52
Ket: ** = sangat nyta pada p = 1%,
Lampiran 9.
0.09 0.0001
2.38
tn
0.09
1.12
tn
0.3
tn = tidak nyata
Sumber
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap jumlah daun 8 MST DB JK KT F-Hitung Pr>F
Kelompok
2
1.15
0.57
Faktor I
2
73.98
36.99 282.31**
0.0001
Faktor H
3
6.25
2.08
15.9**
0.0001
Interaksi IH
6
1.64
0.27
2.09tn
0.09
Galat
22
2.88
0.13
Total
35
85.9
KK
4.58
Ket: ** = sangat nyta pada p = 1%,
tn = tidak nyata
4.39*
0.02
32
Lampiran 10. Sumber
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi Terhadap Panjang Akar DB JK KT F-Hitung Pr>F
Kelompok
2
3.81
1.90
Faktor I
2
211.41
105.7 260.17**
Faktor H
3
0.69
0.23
Interaksi IH
6
1.80
0.30
Galat
22
8.93
0.40
Total
35
226.67
KK
4.41
Ket: ** = sangat nyta pada p = 1%,
Lampiran 11.
4.69**
0.02 0.0001
0.57
tn
0.63
0.74
tn
0.62
tn = tidak nyata
Sumber
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Bobot Tajuk DB JK KT F-Hitung Pr>F
Kelompok
2
10.36
5.18
Faktor I
2
158.37
79.18 129.21**
Faktor H
3
2.37
0.79
1.29tn
0.30
Interaksi IH
6
3.06
0.51
0.83tn
0.55
Galat
22
13.84
0.61
Total
35
187.66
KK
25.80
Ket: ** = sangat nyta pada p = 1%,
tn = tidak nyata
8.46**
0.001 0.0001
33
Lampiran 12. Sumber
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Bobot Akar DB JK KT F-Hitung Pr>F
Kelompok
2
0.03
0.01
11.95**
0.0003
Faktor I
2
2.62
1.31
805.50**
0.0001
Faktor H
3
0.01
0.006 4.00*
0.02
tn
0.21
Interaksi IH
6
0.01
0.002 1.54
Galat
22
0.03
0.001
Total
35
2.73
KK
1.28
Ket: ** = sangat nyta pada p = 1%,
Lampiran 13.
tn = tidak nyata
Sumber
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Ratio Tajuk-Akar DB JK KT F-Hitung Pr>F
Kelompok
2
0.001
0.0007
2.26tn
0.12
tn
0.70
Faktor I
2
0.0002
0.0001
0.35
Faktor H
3
0.0007
0.0002
0.82tn
0.49
Interaksi IH
6
0.001
0.0003
1.02tn
0.43
Galat
22
0.006
0.0003
Total
35
0.01
KK
13.26
Ket: ** = sangat nyta pada p = 1%,
tn = tidak nyata
34
Lampiran 14. Sumber
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Kadar Air 30 HST DB JK KT F-Hitung Pr>F
Kelompok
2
2.72
1.36
Faktor I
2
145.72
72.86 22.70**
Faktor H
3
5.63
1.87
Interaksi IH
6
12.94
2.15
Galat
22
70.61
3.20
Total
35
237.63
KK
8.6
Ket: ** = sangat nyta pada p = 1% *,
Lampiran 15.
0.42tn
0.65 0.0001
0.59
tn
0.63
0.67
tn
0.67
tn = tidak nyata
Sumber
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Kadar Air 46 HST DB JK KT F-Hitung Pr>F
Kelompok
2
13.1
6.58
Faktor I
2
268.6
134.3 104.9**
Faktor H
3
0.66
0.22
0.17tn
0.91
Interaksi IH
6
9.33
1.55
1.21tn
0.33
Galat
22
28,16
1.28
Total
35
320
KK
5.82
Ket: ** = sangat nyta pada p = 1%,
tn = tidak nyata
5.14**
0.01 0.0001
35
Lampiran 16. Sumber
Sidik Ragam Pengaruh Kandungan Hidrogel dan Jadwal Irigasi terhadap Efisiensi Pemakaian Air DB JK KT F-Hitung Pr>F
Kelompok
2
11.59
5.78
Faktor I
2
163.49
81.74 131.35**
Faktor H
3
2.65
0.88
Interaksi IH
6
3.10
0.51
Galat
22
13.69
0.62
Total
35
194.52
KK
23.88
Ket: ** = sangat nyta pada p = 1%,
tn = tidak nyata
9.29**
0.001 0.0001
1.42
tn
0.26
0.83
tn
0.55
36
LAY OUT PERCOBAAN
UI H0P1
H0P3
H1P1
H1P2
H3P3
H1P3
H3P2
H2P1
H0P2
H2P2
H2P3
H3P1
U III H0P2
H2P3
H1P1
H3P2
H3P1
H1P3
H1P2
H2P2
H0P1
H2P1
H0P3
H3P3
U II H0P3
H2P3
H0P1
H1P2
H2P1
H1P3
H3P2
H0P3
H1P1
H3P1
H2P2
H3P3