PENGARUH IMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT KARKAS DAN BOBOT LEMAK ABDOMINAL AYAM BROILER UMUR 3-5 MINGGU oleh Syzka Mita Gultom, Rd. Hery Supratman, Abun Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh imbangan energi dan protein ransum yang menghasilkan bobot karkas tertinggi dan bobot lemak abdominal terendah pada ayam broiler umur 3-5 minggu. Penelitian mengunakan 120 ekor ayam broiler dengan menggunakan metode eksperimental, Rancangan Acak Lengkap yang terdiri atas 6 perlakuan yaitu P1 (EM 3200 kkal/kg : P 18%), P2 (EM 3000 kkal/kg : P 18%), P3 (EM 3200 kkal/kg : P 20%), P4 (EM 3000 kkal/kg : 20%), P5 (EM 3200 kkal/kg : P 22%) dan P6 (EM 3000 kkal/kg : P 22%) yang diulang sebanyak 4 kali. Hasil penelitian diperoleh bahwa ransum dengan kandungan EM 3000 kkal/kg dan Protein 20% (P4) menghasilkan bobot karkas yang tinggi dan bobot lemak abdominal yang rendah pada ayam broiler umur 3-5 minggu. Kata Kunci: Energi, protein, karkas, lemak abdominal, broiler THE EFFECT OF ENERGY AND PROTEIN BALANCE IN RATIONS ON CARCASS WEIGHT AND ABDOMINAL FAT WEIGHT OF BROILER CHICKENS 3-5 WEEKS ABSTRACT This research was to obtain energy and protein balance in rations that produce high carcass weight and low abdominal fat weight of broiler chicken 3-5 weeks. The treatment was used 120 broiler chickens by using experimental methods, Completely Randomized Design (CRD), consisting of six treatments P1 (EM 3200 kcal/kg : P 18%), P2 (EM 3000 kcal/kg : P 18%), P3 (EM 3200 kcal/kg : P 20%), P4 (EM 3000 kcal/kg : 20%), P5 (EM 3200 kcal/kg : P 22%), P6 (EM 3000 kcal/kg : P 22%) and repeated four times. The results obtained that rations containing Metabolic Energy 3000 kcal/kg and Protein 20% (P4) produced high carcass weight and low abdominal fat weight of broiler chicken 3-5 weeks. Keywords: Energy, protein, carcass, abdominal fat, broiler. Pendahuluan Pertumbuhan ayam broiler dari waktu ke waktu semakin baik, ditunjukkan dengan semakin cepatnya umur panen dan semakin optimalnya angka Feed Conversion Ratio (FCR). Hal ini disebabkan karena perbaikan genetik yang didukung oleh faktor lingkungan yang sesuai. Faktor lingkungan salah satunya adalah pakan. Keseimbangan energi dan protein memiliki peranan yang sangat penting dalam menyusun ransum ayam broiler, apabila tidak seimbang akan mengakibatkan kelebihan atau kekurangan asupan energi dan protein dalam tubuhnya (Wahyu, 1997). Banyaknya pakan yang dikonsumsi akan mempengaruhi daya produksi dari
ternak tersebut, apabila energi yang dikonsumsi berlebih maka dimanfaatkan untuk disimpan dalam bentuk lemak tubuh (Tillman, 1998; Jull, 1979). Sehingga untuk mencegah lemak yang berlebih, maka ransum yang dikonsumsi harus memiliki kandungan energi yang tepat. Tingkat protein
ransum sangat berpengaruh terhadap pencapaian bobot badan ternak. Kandungan
protein dalam ransum diperlukan ternak untuk pertumbuhan jaringan, perbaikan jaringan dan pengelolaan produksi serta bagian dari struktur enzim, sehingga protein dikenal sebagai salah satu unsur pokok penyusun sel tubuh dan jaringan (Ahmad dan Herman, 1982). Hal ini menunjukkan bahwa protein berperan penting dalam pencapaian bobot karkas yang diinginkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk memperoleh imbangan energi dan protein ransum yang menghasilkan bobot karkas tertinggi dan bobot lemak abdominal terendah pada ayam broiler umur 3-5 minggu. Materi dan Metode Penelitian menggunakan ayam broiler berumur satu hari (DOC) sebanyak 120 ekor tanpa pemisahan jenis kelamin. Susunan ransum penelitian sebagai berikut: P1 ( Energi 3200 Kkal/kg dan protein 18%); P2 (Energi 3000 Kkal/kg dan protein 18%); P3 (Energi 3200 Kkal/kg dan protein 20%); P4 (Energi 3000 Kkal/kg dan protein 20%); P5 (Energi 3200 Kkal/kg dan protein 22%) dan P6 (Energi 3000 Kkal/kg dan protein 22%). Tahap persiapan meliputi persiapan kandang, penyediaan bahan baku, pembuatan ransum serta pengadaan ternak. Kemudian tahap pemeliharaan dimana ayam dipelihara dari umur satu hari sampai umur 14 hari dan diberikan ransum yang sama dengan protein 23% dan energi 3200 Kkal/kg (Wahju, 1997). Setelah berumur 14 hari (2 minggu), ayam diberikan ransum perlakuan. Ransum perlakuan diberikan secara ad-libitum pagi dan sore hari, demikian pula air minum selalu tersedia dalam keadaan segar dan bersih. Pencegahan stress pada ayam akibat gangguan perjalanan, penimbangan bobot badan, vaksinasi atau cuaca buruk digunakan Vita Stress yang diberikan melalui air minum. Pencegahan penyakit New Castle Disease atau ND dilakukan melalui vaksinasi dengan cara tetes mata pada waktu anak ayam berumur 3 hari dan diulang pada umur 21 hari melalui air minum.
Data diambil pada minggu kelima pemeliharaan, diperoleh
dengan cara mengambil sampel 1 ekor ayam dari tiap kandang yang bobot badannya mendekati berat rata-rata ayam setiap kandang tersebut lalu disembelih. Sebelum dipotong ayam ditimbang dahulu untuk mendapatkan bobot hidup, data yang diamati meliputi bobot karkas yaitu tubuh tanpa darah, bulu, leher, kaki, kepala, dan seluruh isi rongga perut dan bobot lemak abdominal yaitu bobot lemak yang diperoleh dari lemak yang berada di sekeliling gizzard, organ reproduksi dan lemak yang terdapat diantara otot abdominal, usus serta disekitar kloaka. Analisis statistik yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan, dan untuk membedakan antara kelompok perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil dan Pembahasan Pengaruh imbangan energi dan protein ransum terhadap bobot karkas dan bobot lemak abdominal ayam broiler dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Karkas dan Bobot Lemak Abdominal Ayam Broiler umur 3-5 Minggu. Perlakuan Parameter Bobot Karkas (gram) Bobot Lemak (gram) a a 567,25 17,25 P1 a ab 632,00 20,75 P2 b b 769,25 25,00 P3 bc b 840,00 24,25 P4 c b 880,25 31,75 P5 c c 890,75 23,75 P6 Keterangan : Huruf yang tidak sama pada kolom memperlihatkan adanya perbedaan yang nyata. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot karkas dan bobot lemak abdominal ayam broiler. Perbedaan antar perlakuan diketahui melalui uji Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan bobot karkas dari P1 menuju P6 sejalan dengan peningkatan kadar protein (18%, 20% dan 22%) ransum. Bobot karkas yang tertinggi diperoleh dari perlakuan yang memiliki kandungan protein tinggi yaitu P4, P5 dan P6. Ramina (2001) menyatakan bahwa dengan meningkatkan kandungan protein dalam ransum
secara nyata dapat meningkatkan berat karkas dan persentase karkas. Selain memiliki bobot karkas tertinggi, P6 juga memiliki konsumsi protein yang tertinggi dari perlakuan lain, sehingga asupan protein dan asam-asam amino tercukupi di dalam tubuhnya dan metabolisme sel-sel dalam tubuh berlangsung secara normal. Rizal (2006) juga menyatakan bahwa konsumsi protein yang tinggi akan menghasilkan pertumbuhan yang lebih cepat sehingga juga berpengaruh terhadap karkas ayam. Konsumsi ransum setiap perlakuan menunjukkan tidak adanya perbedaan secara nyata, sehingga dengan konsumsi yang sama menunjukkan dampak yang berbeda yaitu perlakuan P4, P5 dan P6 menghasilkan bobot karkas yang lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya. Semakin rendah energi dan protein dalam ransum menyebabkan harga ransum lebih murah, sehingga apabila dilihat dari sisi ekonomis P4 (EM 3000 Kkal/kg : P 20 %) adalah ransum yang memiliki harga lebih murah. Perlakuan P5 memiliki rataan bobot lemak abdominal yang paling tinggi dibandingkan dengan ransum perlakuan lainnya. Holsheimer dan Veerkamp (1992) menyatakan bahwa pakan yang mengandung energi tinggi secara nyata meningkatkan kandungan lemak abdominal. Pada penelitian ini pun tampak bahwa lemak abdominal yang tinggi diperoleh P3 dan P5 yang masing-masing mengandung EM 3200 kkal, sebab energi apabila dikonsumsi berlebih maka akan disimpan dalam bentuk lemak sebagai cadangan energi. Kecilnya bobot lemak abdominal P1 sejalan dengan kecilnya bobot badan akhir yang diperoleh dari hasil penelitian. Berdasarkan hasil penelitian Littlefielt (1972) dan Deaton,dkk., (1973) menyatakan bahwa berat lemak abdominal cenderung meningkat dengan bertambahnya berat badan, demikian sebaliknya. Bobot badan yang kecil disebabkan karena konsumsi protein dari P1 (Protein 18%) menunjukkan angka yang terkecil yang mengakibatkan asupan protein untuk pertumbuhan tidak tercukupi dalam tubuhnya sehingga ayam tidak tumbuh dengan baik dan berpengaruh ke bobot lemak abdominal yang dihasilkan rendah. Rataan bobot lemak abdominal terendah yang memiliki bobot karkas yang tinggi terdapat pada P4 dan P6 yang menunjukkan tidak terjadinya perbedaan secara nyata sehingga apabila dilihat dari sisi ekonomis P4 (EM 3000 Kkal/kg : P 20 %) adalah ransum yang memiliki harga lebih murah.
Kesimpulan Ransum yang mengandung Energi Metabolis 3000 kkal/kg dan Protein 20% (P4) memiliki bobot karkas yang tinggi dan bobot lemak abdominal yang rendah pada ayam broiler umur 3-5 minggu. Daftar Pustaka Ahmad BH., Herman R. 1982. Perbandingan produksi antara ayam kampung dan ayam petelur. Media Peternakan 7 : 19-34. Deaton, J. W., F. W. Reece, L. F. Kubena and J. D. May. 1973. Rearing Broiler Sexes Separate versus Combined. Poultry Sci. 52 : 16-19. Holsheimer, J.P. and C.H. Veerkamp. 1992. Effect of dietary energy, protein and lysine content on performance and yields of two strains of male broiler chicks. Poultry Sci. 71:872879. Jull, M.A. 1979. Poultry Nutrition. 5th Edition. Tata McGraw-Hill Publishing.Co. Inc. New Delhi. Littlefielt, L. H. 1972. Strain Different and Quantity of Abdominal Fat in Broiler. Poul. Sci. 51 :1829. Ramia, I. K. 2001. Suplementasi Probiotik dalam RansumuBerprotein Rendah Terhadap Bobot dan Komposisi Fisik Karkas. Karya Ilmiah. Majalah Ilmiah Peternakan. Fakultas Peternakan. Universitas Udayana. Denpasar. 3. 82-86. Tillman, A.D., 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Rizal, Yose. 2006. Ilmu Nutrien Unggas. Andalas University Press. Padang. Wahju, 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke - 4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.