PENGARUH HARGA, KUALITAS, KONDISI PASAR DAN LOKASI PASAR TERHADAP PREFERENSI KONSUMEN DALAM MEMBELI SEMBILAN BAHAN POKOK DI PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Rebo Purwakarta) OLEH : ADE NURHAYATI KUSUMA DEWI DAN DJODI A HUSSAIN S
ABSTRACT The purpose of this study is to determine the effect of price, quality, market conditions and the location of the market for consumer preference in buying nine staples in traditional markets, Pasar Rebo Purwakarta district. Research using Multiple Linear Regression equations and correlation with a sample of 100 people. The result of the research conclude that the price, quality, market condition and location of the market is significantly affected (by partial as well as simultan) consumer preferences to buy nine staples in traditional markets. The results of this study also suggests that the lower prices, better quality, better market conditions and strategic location will increase consumer interest and satisfaction in shopping in traditional markets. Therefore, the traditional market superintendent have to pay more attention to variables which have been found in this study, sot the consumer preference to traditional market can be improved. Keywords : consumer preference, traditional market PENDAHULUAN Berdasarkan informasi dari para pedagang pasar di pasar tradisonal, ternyata kini jumlah konsumen yang berkunjung dan membeli di pasar tradisional semakin hari cenderung semakin berkurang. Omzet penjualan pun cenderung menurun. Bila dibandingkan dengan keadaan 5 tahun yang lalu, dimana waktu itu berjualan dimulai dari jam 4 pagi sampai dengan jam 12 siang, barang dagangan yang terjual sudah habis. Tetapi kini, dengan jumlah kuantitas barang yang ditawarkan relatif sama, namun memerlukan waktu yang lebih lama yaitu sejak jam 4 pagi sampai sore hari, bahkan seringkali barang dagangan yang ditawarkan tidak laku terjual. Hal tersebut tentu saja sangat merugikan para pedagang. Bergesernya preferensi pola pembelian konsumsi masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, disebabkan antara lain mulai pudarnya pamor pasar tradisional. Masyarakat saat ini tidak hanya sekadar
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
berbelanja untuk memenuhi kebutuhannya saja tetapi juga untuk bersosialisasi dan rekreasi. Waktu bukan merupakan hal yang baku,sehingga aktivitas belanja dapat dilakukan kapan saja, setiap waktu, terutama di kota-kota besar. Preferensi masyarakat (konsumen) dalam berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar-pasar tradisional cenderung menurun juga disebabkan karena masyarakat lebih memilih berbelanja di tempat lain yang menawarkan berbagai macam produk dengan harga bersaing dan kenyamanan dalam berbelanja. Hampir semua jenis barang yang diperdagangkan ada di sana, mulai dari kebutuhan sehari-hari sampai dengan barang elektronik. Memang harga produk di pasar tradisional lebih murah, namun selisih harganya tidak terlalu jauh dibandingkan dengan harga di tempat lain. Pasar tradisional merupakan tulang punggung perekonomian yang tak bisa dibiarkan tergerus oleh
1
PENGARUH HARGA, KUALITAS, KONDISI PASAR DAN LOKASI PASAR TERHADAP PREFERENSI KONSUMEN DALAM MEMBELI SEMBILAN BAHAN POKOK DI PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Rebo Purwakarta) Oleh : Ade Nurhayati Dewi dan Djodi Ahmad Husain
pasar moderen yang semakin menjamur, karena pasar ini melibatkan jutaan pedagang yang relatif berskala kecil. Menurut Dharma, Direktur Eksekutif Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (DPP APPSI), bahwa APPSI mempunyai anggota sebanyak 24.000 pasar, yang mencakup 12,60 juta pedagang yang tersebar di 26 provinsi. Pasar tersebut bervariasi, dari yang kecil yang terdiri dari sekitar 200-500 pedagang, hingga yang besar seperti Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen, yang memiliki anggota 10.000 sampai 20.000 pedagang (Republika, 2005). Dapat dibayangkan, jika separuh dari jumlah pedagang ini gulung tikar karena dagangannya selalu rugi dan tidak dapat bertahan di tengah derasnya persaingan usaha yang semakin ketat dibandingkan dengan pasar moderen, hasilnya adalah jumlah pengangguran Indonesia yang semakin meningkat. Selain itu, pasar tradisional juga dianggap sebagai pusat jalur pemasaran hasil produksi kalangan pengusaha kecil maupun sumber pasokan bahan baku yang dibutuhkan industri yang dinilai sangat strategis bagi pengembangan ekonomi masyarakat. Fakta lain juga terungkap dalam penelitian AC Nielson yang menyatakan bahwa pasar modern telah tumbuh sebesar 31,4%, sebaliknya bersamaan dengan itu, pasar tradisional tumbuh negative sebesar 8%. Berdasarkan kenyataan ini maka pasar tradisional diperkirakan akan habis dalam kurun waktu sekitar 12 tahun yang akan datang, sehingga perlu adanya langkah preventif untuk menjaga kelangsungan pasar tradisional (Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM No 1 TAHUN I – 2006) Jika pengelolaan terhadap kelangsungan hidup pasar tradisional tidak mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah, maka akan menimbulkan dampak sosial yang cukup signifikan, karena, di pasar tradisional terdapat ratusan pedagang yang bekerja secara infomal. Bila para pedagang mengalami kerugian secara permanen, mereka akan bangkrut, dan akibatnya akan kehilangan mata pencaharian. Hilangnya mata pencaharian akan mengakibatkan beban bagi dirinya sendiri, masyarakat dan pemerintah. Kerawanan sosial, ketidakpuasan, dan kualitas hidup yang semakin menurun, merupakan dampak yang harus diperhatikan. Meskipun pertumbuhan pasar modern tumbuh dengan pesat dan keberadaan pasar tradisional semakin terjepit, tetapi kenyataannya tetap masih ada pengunjung Pasar tradisional yang setia yang
2
berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama untuk produk-produk yang tidak dijual di pasar modern, meskipun tidak seramai dahulu. Pasar Tradisional yang dulu menjadi basis ekonomi rakyat kini semakin sepi peminatnya. Bukan saja kondisi pasar tradisional pada umumnya yang semrawut, kumuh, becek dan kotor, tetapi juga harga, kualitas produk dan juga lokasi yang jauh dari pemukiman sangat mempengaruhi konsumen. Namun bagaimanapun juga, keberadaan pasar tradisional harus tetap dipertahankan, karena selain memberikan lapangan pekerjaan di sektor informal dan menumbuhkan usaha mandiri, serta menjadi tempat bagi berjuta jiwa yang menggantungkan hidupnya, juga ada nilai-nilai luhur , keunikan dan kearifan lokal yang tidak ditemukan dipasar moderen. Faktor-faktor yang diindikasi mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional adalah: kondisi pasar, harga produk, kualitas produk dan lokasi pasar. Oleh karena itu, menjadi penting kiranya untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi variabel penelitian ini. Beranjak dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis memberi judul Tesis ini “ PENGARUH HARGA, KUALITAS, KONDISI PASAR DAN LOKASI PASAR TERHADAP PREFERENSI KONSUMEN DALAM MEMBELI SEMBILAN BAHAN POKOK DI PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Rebo Purwakarta)” IDENTIFIKASI MASALAH Dari pengamatan yang dilakukan peneliti mengindikasikan bahwa: 1. Harga bahan-bahan pokok kurang sesuai dengan harga produk sejenis ditempat lain 2. Kualitas produk menjadi sorotan konsumen ketika mereka berbelanja 3. Kondisi pasar tampak kumuh, kotor bahkan berbau 4. Lokasi pasar dari pemukiman penduduk menjadi suatu masalah tersendiri BATASAN MASALAH. Masalah yang diteliti dibatasi pada masalah yang berkaitan dengan faktor faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen untuk belanja di pasar tradisional Pasar Rebo yaitu: harga bahan pokok, kualitas produk , kondisi pasar dan lokasi pasar.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH HARGA, KUALITAS, KONDISI PASAR DAN LOKASI PASAR TERHADAP PREFERENSI KONSUMEN DALAM MEMBELI SEMBILAN BAHAN POKOK DI PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Rebo Purwakarta) Oleh : Ade Nurhayati Dewi dan Djodi Ahmad Husain
1. 2. 3. 4.
1.
2.
3.
4.
Perumusan masalah adalah: Apakah harga mempengaruhi preferensi konsumen pasar tradisional Apakah kualitas barang mempengaruhi preferensi konsumen pasar tradisional Apakah kondisi pasar mempengaruhi preferensi konsumen pasar tradisional Apakah lokasi pasar mempengaruhi preferensi konsumen pasar tradisional Tujuan penelitian adalah : Untuk mengetahui apakah harga mempengaruhi preferensi konsumen dalam membeli sembilan bahan pokok di pasar tradisional Untuk mengetahui apakah kualitas produk mempengaruhi preferensi konsumen dalam membeli sembilan bahan pokok di pasar tradisional Untuk mengetahui apakah kondisi pasar mempengaruhi preferensi konsumen dalam membeli sembilan bahan pokok di pasar tradisional Untuk mengetahui apakah lokasi pasar mempengaruhi preferensi konsumen dalam membeli sembilan bahan pokok di pasar tradisional
KERANGKA BERFIKIR Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Harga, kualitas, Kondisi Pasar dan lokasi pasar yang merupakan faktor-faktor yang dinilai penting dalam mempengaruhi preferensi konsumen dalam berbelanja di pasar tradisional. Untuk dapat mengetahuinya digunakan analisis deskriptif. Untuk lebih memudahkan pemahaman dan menganalisis berbagai faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen, maka membuat sebuah kerangka pemikiran sebagai berikut: Harga (X1)
Kualitas (X2) Kondisi psr (X3)
Preferensi konsumen (Y)
Lokasi (X4)
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
HIPOTESIS Hipotesis – hipotesis penelitian yang diajukan, sebagai berikut : 1. Diduga ada pengaruh Harga terhadap preferensi konsumen 2. Diduga ada pengaruh Kualitas produk terhadap preferensi konsumen 3. Diduga ada pengaruh Kondisi pasar terhadap preferensi konsumen 4. Diduga ada pengaruh Lokasi pasar terhadap preferensi konsumen Uji Hipotesis individual Dengan menggunakan Uji-t secara parsial Pengujian hipotesis individual merupakan pengujian koefisien regresi untuk mengetahui masingmasing sambungan variabel bebas secara parsial terhadap variabel tidak bebas, apakah mempunyai hubungan/ pengaruh yang bermakna atau tidak terhadap variabel terikat Rumusan Hipotesis: 1). Variabel X1 terhadap Y Ho:b1= 0 diduga tidak terdapat pengaruh Harga terhadap Preferensi pelanggan Ha:b1= 0 diduga terdapat pengaruh Harga terhadap Preferensi pelanggan 2). Variabel X2 terhadap Y Ho:b1= 0 diduga tidak terdapat pengaruh Kualitas terhadap Preferensi pelanggan Ha:b1= 0 diduga terdapat pengaruh Kualitas terhadap Preferensi pelanggan 3). Variabel X3 terhadap Y Ho:b3= 0 diduga tidak terdapat pengaruh Kondisi Pasar terhadap Preferensi pelanggan Ha:b3=0 diduga terdapat pengaruh Kondisi pasar terhadap Preferensi pelanggan 4). Variabel X4 terhadap Y Ho:b4= 0 diduga tidak terdapat pengaruh Lokasi Pasar terhadap Preferensi pelanggan Ha:b4= 0 diduga terdapat pengaruh Lokasi Pasar terhadap Preferensi pelanggan Uji statistiknya adalah Uji-t : T – hitung = ------------
3
PENGARUH HARGA, KUALITAS, KONDISI PASAR DAN LOKASI PASAR TERHADAP PREFERENSI KONSUMEN DALAM MEMBELI SEMBILAN BAHAN POKOK DI PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Rebo Purwakarta) Oleh : Ade Nurhayati Dewi dan Djodi Ahmad Husain
Dengan menggunakan probabilitas Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas adalah: Jika probabilitas (ñ) > 0,05, maka Ho diterima Jika probabilitas (ñ)< 0,05 maka Ho ditolak Analisis regresi berganda Penelitian ini ingin menjelaskan pengaruh secara serentak empat variabel bebas yakni: Harga (X1), Kualitas (X2), Kondisi pasar (X3) dan Lokasi pasar (X 4 ), sedangkan variabel terikatnya adalah Preferensi pelanggan (Y) yakni Pelanggan pasar Tradisional pasar Rebo Purwakarta, maka digunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara empat variabel bebas (X) dengan variabel tidak bebas (Y), hubungan tersebut dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4 Keterangan: Y = variabel tidak bebas dalam hal ini adalah Preferensi Pelanggan a = Nilai konstanta b1 = Koefisien regresi variabel bebas (X1) b2 = Koefisien regresi variabel bebas (X2) b3 = Koefisien regresi variabel bebas (X3) b4 = Koefisien regresi variabel bebas (X4) X1 = Variabel bebas (X1) dalam hal ini adalah harga X2 = Variabel bebas (X2) dalam hal ini adalah Kualitas X3 = Variabel bebas (X3) dalam hal ini adalah Kondisi Pasar X4 = Variabel bebas (X4) dalam hal ini adalah Lokasi Pasar a. Uji Hipotesis Dengan menggunakan statistik Uji F Untuk menguji keberartian secara simultan pengaruh keempat variabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y), yaitu Harga (X1), Kualitas (X2), Kondisi pasar (X3 ) dan Lokasi pasar (X4 ), sedangkan variabel terikatnya adalah Preferensi pelanggan (Y) yakni Pelanggan pasar Tradisional pasar Rebo Purwakarta, maka langkah uji hipotesis adalah sebagai berikut:
4
Rumusan Hipotesis Ho : diduga tidak terdapat pengaruh Harga, Kualitas, Kondisi Pasar, dan Lokasi Pasar terhadap Preferensi konsumen. Ha : diduga terdapat pengaruh Harga, Kualitas, Kondisi Pasar, dan Lokasi Pasar terhadap Preferensi Pelanggan. Atau Ho: b1=b2 = 0 Ha: b1‘“b2 = 0 Taraf signifikansi adalah 5% Statistik ujinya : Uji F Aturan pengambilan keputusan: Bila F-hitung < F-tabel berarti Ho diterima Bila F-hitung > F-tabel berarti Ho dtolak Atau pengujian serentak ini biasanya langsung dengan menggunakan rumus seperti yang dikatakan Gujarati (1999:120) yaitu formula uji F sebagai berikut: R2 (k-1) F = --------------------------
Dimana : R 2 : Koefisien determinasi k : Jumlah variabel N : Jumlah sampel Kriteria pengujian ini menggunakan uji sisi kanan seperti terlihat pada kurva dibawah ini: Gambar. 1.3
Daerah Penolakan
Daerah Penerimaan Ho
F α(v1;v2)
Sumber : Iqbal Hasan (1999)
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH HARGA, KUALITAS, KONDISI PASAR DAN LOKASI PASAR TERHADAP PREFERENSI KONSUMEN DALAM MEMBELI SEMBILAN BAHAN POKOK DI PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Rebo Purwakarta) Oleh : Ade Nurhayati Dewi dan Djodi Ahmad Husain
Dengan menggunakan probabilitas Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas adalah: Jika probabilitas (ñ)> 0,05, maka Ho diterima Jika probabilitas (ñ)< 0,05, maka Ho ditolak ANALISIS DAN PEMBAHASAN ANALISIS 1. Variabel Harga (X1) Data rekapitulasi dalam skor untuk masing-masing variabel tersebut diatas ditabulasi dengan bantuan komputer dan untuk selanjutnya akan diproses / analisis dengan program SPSS 17.0 for Windows setelah dilakukan standar residual terhadap data yang outlier maka hasil pengolahan data untuk variabel Harga (X1) memiliki: Mean : 7.24 Standar deviasi : 2.310 Range :8 Skor terendah :2 Skor tertinggi : 10 Skor frekwensi variabel Harga menyebar dari skor terendah 2 sampai skor tertinggi 10 dengan rentang nilai 8. Gambaran frekwensi hasil data penelitian variabel Preferensi Konsumen variable Harga (X1) dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:
Tabel Tanggapan responden tentang indikator Harga Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Netral
Setuju
Sangat setuju
F
%
f
%
f
%
F
%
f
%
Harga-harga produk lebih murah daripada di tempat belanja yang lainnya
2
0,55
26
14.4
13
10.8
26
28.7
33
45.6
Harga dapat ditawar
6
1,66
13
7,18
26
21,5
23
25,4
32
44,2
Sumber : Data Primer Tahun 2012 (diolah) Tanggapan responden terhadap Harga secara rinci menunjukkan bahwa responden yang menyatakan “,Harga-harga produk lebih murah daripada di tempat belanja yang lainnya”, responden yang menyatakan Sangat Setuju (SS) sebanyak 33 orang (45.6%), menyatakan Setuju (S) 26 orang (28,7%), menyatakan Netral (N) 13 orang (10.8%) dan menyatakan Tidak Setuju (TS) sebanyak 26 orang (14.4%) serta menyatakan Sangat Tidak Setuju (STS) sebanyak 2 orang (0.55%). Responden yang menyatakan “Harga dapat ditawar”, responden yang menyatakan Sangat Setuju (SS) sebanyak 32 orang (44.2%), menyatakan Setuju (S) 23 orang (25,4%), menyatakan Netral (N) 26 orang (21.5%) dan menyatakan Tidak Setuju (TS) sebanyak 13 orang (67.18%) serta menyatakan Sangat Tidak Setuju (STS) sebanyak 6 orang (1.66%). 2.
Sumber : Data Primer Tahun 2012 (diolah) Tanggapan responden dari kuesioner yang telah disebarkan , sebagaimana seperti pada tabel sebagai berikut :
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Variabel Kualitas (X2 ) Data rekapitulasi dalam skor untuk masing-masing variabel tersebut diatas ditabulasi dengan bantuan komputer dan untuk selanjutnya akan diproses / analisis dengan program SPSS 17.0 for Windows setelah dilakukan standar residual terhadap data yang outlier maka hasil pengolahan data untuk variabel Kualitas (X2) memiliki: Mean : 7.18 Standar deviasi : 2.430 Range :2 Skor tertinggi : 10 Skor frekwensi variabel kualitas menyebar dari skor terendah 2 sampai skor tertinggi 10 dengan rentang nilai 8. Gambaran frekuensi hasil data penelitian variabel kualitas (X2), dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:
5
PENGARUH HARGA, KUALITAS, KONDISI PASAR DAN LOKASI PASAR TERHADAP PREFERENSI KONSUMEN DALAM MEMBELI SEMBILAN BAHAN POKOK DI PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Rebo Purwakarta) Oleh : Ade Nurhayati Dewi dan Djodi Ahmad Husain
Sumber : Data Primer Tahun 2012 (diolah) Tanggapan responden dari kuesioner yang telah disebarkan , sebagaimana seperti pada tabel sebagai berikut : Tabel :Tanggapan responden tentang indikator Kualitas Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Netral
Setuju
analisis dengan program SPSS 17.0 for Windows setelah dilakukan standar residual terhadap data yang outlier maka Hasil pengolahan data untuk variabel Kondisi Pasar (X3) memiliki: Mean : 14.44 Standar deviasi : 4.606 Range : 15 Skor terendah :5 Skor tertinggi : 11 Skor frekwensi variabel kondisi pasar menyebar dari skor terendah 5 sampai skor tertinggi 11 dengan rentang nilai 15. Gambaran frekwensi hasil data penelitian variabel Kondisi Pasar (X3) dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:
Sangat setuju
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
kualitas produk rata-rata / sedang
9
2,5
14
7.78
14
15.8
24
26.7
34
47.2
kualitas produk tinggi
6
1,67
20
11,2
18
15,1
22
24,6
34
47,5
Sumber : Data Primer Tahun 2012 (diolah) Tanggapan responden terhadap Kualitas, secara rinci menunjukkan bahwa responden yang menyatakan “, kualitas produk rata-rata / sedang daripada di tempat belanja yang lainnya”, responden yang menyatakan Sangat Setuju (SS) sebanyak 34 orang (47.2%), menyatakan Setuju (S) 24 orang (26,7%), menyatakan Netral (N) 19 orang (15.8%) dan menyatakan Tidak Setuju (TS) sebanyak 14 orang (7.78%) serta menyatakan Sangat Tidak Setuju (STS) sebanyak 9 orang (2.5%). Responden yang menyatakan “Kualitas produk tinggi”, responden yang menyatakan Sangat Setuju (SS) sebanyak 34 orang (47.2%), menyatakan Setuju (S) 22 orang (24,6%), menyatakan Netral (N) 18 orang (15.1%) dan menyatakan Tidak Setuju (TS) sebanyak 20 orang (11.2%) serta menyatakan Sangat Tidak Setuju (STS) sebanyak 6 orang (1.67%).
Sumber : Data Primer Tahun 2012 (diolah) Tanggapan responden dari kuesioner yang telah disebarkan , sebagaimana seperti pada tabel sebagai berikut : Tabel Tanggapan responden tentang indikator Kondisi pasar Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Netral
Sangat setuju
Setuju
f
%
F
%
f
%
f
%
f
%
Lingkungan bersih dan tidak becek
8
2,25
18
10,1
21
18
17
19,1
26
50,6
Pengaturan kios rapi & teratur berdasarkan jenis yang dijual
8
2,14
18
9,45
12
9,65
17
18,2
45
60,3
Tersedia toilet umum
8
2,63
16
10,5
20
19,7
26
34,2
30
49,3
Tersedia tempat parkir yang aman
5
1,39
18
9,97
21
17,5
23
25,5
33
45,7
Sumber : Data Primer Tahun 2012 (diolah) 3.
Variabel Kondisi Pasar (X3 ) Data rekapitulasi dalam skor untuk masing-masing variabel tersebut diatas ditabulasi dengan bantuan komputer dan untuk selanjutnya akan diproses /
6
Tanggapan responden terhadap Kondisi Pasar secara rinci menunjukkan bahwa responden yang menyatakan “rasa nyaman”, responden yang
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH HARGA, KUALITAS, KONDISI PASAR DAN LOKASI PASAR TERHADAP PREFERENSI KONSUMEN DALAM MEMBELI SEMBILAN BAHAN POKOK DI PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Rebo Purwakarta) Oleh : Ade Nurhayati Dewi dan Djodi Ahmad Husain
menyatakan Sangat Setuju (SS) sebanyak 26 orang (50,6%), menyatakan Setuju (S) 17 orang (19,1%), menyatakan Netral (N) 21 orang (18%) dan menyatakan Tidak Setuju (TS) sebanyak 18 orang (10,1%), menyatakan Sangat Tidak Setuju (TS) sebanyak 8 orang (2.25%). .Responden yang menyatakan “Pengaturan kios rapi & teratur berdasarkan jenis yang dijual”, responden yang menyatakan Sangat Setuju (SS) sebanyak 45 orang (60.3%), menyatakan Setuju (S) 17 orang (18.2%), menyatakan Netral (N) 12 orang (9,65%) dan menyatakan Tidak Setuju (TS) sebanyak 18 orang (9,45%), menyatakan Sangat Tidak Setuju (TS) sebanyak 8 orang (2.14%). Responden yang menyatakan “Tersedia toilet umum”, responden yang menyatakan Sangat Setuju (SS) sebanyak 30 orang (49,3%), menyatakan Setuju (S) 26 orang (34,2%), menyatakan Netral (N) 20 orang (19,7%) dan menyatakan Tidak Setuju (TS) sebanyak 17 orang (10,5%), menyatakan Sangat Tidak Setuju (STS) sebanyak 8 orang (2,63%). Responden yang menyatakan “Tersedia tempat parkir yang aman”, responden yang menyatakan Sangat Setuju (SS) sebanyak 33 orang (45,7%), menyatakan Setuju (S) 23 orang (25,5%), menyatakan Netral (N) 21 orang (17,5%) dan menyatakan Tidak Setuju (TS) sebanyak 18 orang (9,97%), menyatakan Sangat Tidak Setuju (STS) sebanyak 5 orang (1.39%). 4.
Variabel Lokasi pasar (X4) Data rekapitulasi dalam skor untuk masing-masing variabel tersebut diatas ditabulasi dengan bantuan komputer dan untuk selanjutnya akan diproses / analisis dengan program SPSS 17.0 for Windows setelah dilakukan standar residual terhadap data yang outlier maka Hasil pengolahan data untuk variabel Lokasi Pasar memiliki: Mean : 10.91 Standar deviasi : 3.409 Range : 11 Skor terendah :4 Skor tertinggi : 15 Skor frekwensi variabel Lokasi Pasar menyebar dari skor terendah 4 sampai skor tertinggi 15 dengan rentang nilai 11. Gambaran frekwensi hasil data penelitian variabel Lokasi pasar (X4), dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Sumber : Data Primer Tahun 2012 (diolah) Tanggapan responden dari kuesioner yang telah disebarkan , sebagaimana seperti pada tabel sebagai berikut : Tabel :Tanggapan responden tentang indikator Lokasi Pasar Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Netral
Sangat setuju
Setuju
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
Lokasi pasar strategis
7
2,04
25
14,6
16
14
22
25,7
30
43,7
Dapat dijangkau dengan mudah.
11
3,08
10
5,6
24
20,2
21
23,3
34
47,6
Dilalui kendaraan umum
4
1,02
14
7,16
12
9,21
27
27,6
43
55
Sumber : Data Primer Tahun 2012 (diolah) Tanggapan responden terhadap Lokasi Pasar secara rinci menunjukkan bahwa responden yang menyatakan “Lokasi pasar strategis”, responden yang menyatakan Sangat Setuju (SS) sebanyak 30 orang (43,7%), menyatakan Setuju (S) 22 orang (25,7%), menyatakan Netral (N) 16 orang (14%) dan menyatakan Tidak Setuju (TS) sebanyak 25 orang (14,6%), dan menyatakan Sangat Tidak Setuju (TS) sebanyak 7 orang (2,04%). Responden yang menyatakan “Dapat dijangkau dengan mudah”, responden yang menyatakan Sangat Setuju (SS) sebanyak 34 orang (47,6%), menyatakan Setuju (S) 21 orang (23,3%), menyatakan Netral (N) 24 orang (20,2%) dan menyatakan Tidak Setuju (TS) sebanyak 10 orang (5,6%) menyatakan Sangat Tidak Setuju (TS) sebanyak 11 orang (3,08%). Responden yang menyatakan “Dilalui kendaraan umum” ,responden yang menyatakan Sangat Setuju (SS) sebanyak 43 orang (55%), menyatakan Setuju (S) 27 orang (27,6%), menyatakan Netral (N) 12
7
PENGARUH HARGA, KUALITAS, KONDISI PASAR DAN LOKASI PASAR TERHADAP PREFERENSI KONSUMEN DALAM MEMBELI SEMBILAN BAHAN POKOK DI PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Rebo Purwakarta) Oleh : Ade Nurhayati Dewi dan Djodi Ahmad Husain
orang (9,21%) dan menyatakan Tidak Setuju (TS) sebanyak 14 orang (7,16%) menyatakan Sangat Tidak Setuju (TS) sebanyak 4 orang (1,02%). PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Pengaruh harga (X1) terhadap preferensi konsumen (Y) pada pasar tradisional di pasar Rebo Purwakarta. Hasil dari analisis yang dilakukan terbukti bahwa terdapat pengaruh harga terhadap preferensi konsumen. Kuatnya pengaruh antara variabel harga terhadap preferensi konsumen tercermin pada besarnya nilai koefisien korelasi dan koefisien regresi (r) yang dihasilkan dari perhitungan antara variabel bebas harga (X1) terhadap variabel terikat preferensi konsumen (Y) yaitu sebesar 0.850. Koefisien determinasi atau R Square sebesar 0.723 adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh (X1 ) terhadap (Y) sebesar 72,3% sedangkan sisanya 27,7% ditentukan oleh faktor lain. Dari perhitungan SPSS 17,0 for Windows t-hitung variabel harga yang diperoleh adalah sebesar 15,989 dengan df 96 pada ½ á(0,05) diperoleh t-tabel 1.983. Dengan demikian t-hitung 15,989 > t-tabel 1.983, dengan probabilitas (p)=0,00 <0,05, maka Ho ditolak Ha diterima, dalam tingkat kepecayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel harga signifikan terhadap variabel preferensi konsumen pada pasar tradisional Pasar Rebo Purwakarta 2.
8
Pengaruh Kualitas (X2) terhadap Preferensi Konsumen (Y) pada pasar tradisional Pasar Rebo Purwakarta. Hasil dari analisis yang dilakukan terbukti bahwa terdapat pengaruh kualitas terhadap preferensi konsumen. Kuatnya pengaruh antara variabel kualitas terhadap preferensi konsumen tercermin pada besarnya nilai koefisien korelasi dan koefisien regresi (r) yang dihasilkan dari perhitungan antara variabel bebas kualitas (X2) terhadap variabel terikat preferensi konsumen (Y) yaitu sebesar 0.808. Koefisien determinasi atau R Square sebesar 0.669 adalah pengkuadratan dari koefisien
3.
4.
korelasi. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh (X2) terhadap Y 66.9%, sedangkan sisanya 33.1% ditentukan oleh faktor lain. Dari perhitungan SPSS 17,0 for Windows tvariabel kualitas yang diperoleh adalah hitung sebesar 14,080 dengan df 96 pada ½á(0,05) diperoleh t-tabel 1.995 Dengan demikian t-hitung 14,080 > t-tabel 1.983 dengan probabilitas (p)=0,00 <0,05, maka Ho ditolak Ha diterima, dalam tingkat kepecayaan 95%. Pengaruh Kondisi pasar (X 3 ) ter hadap Preferensi Konsumen (Y) pada pasar tradisional Pasar Rebo Purwakarta. Hasil dari analisis yang dilakukan terbukti bahwa terdapat pengaruh Kondisi Pasar terhadap Preferensi Konsumen. Kuatnya pengaruh antara variabel Kondisi Pasar terhadap Preferensi Konsumen tercermin pada besarnya nilai koefisien korelasi dan koefisien regresi (r) yang dihasilkan dari perhitungan antara variabel bebas Kondisi Pasar (X 3 ) terhadap variabel terikat preferensi konsumen (Y) yaitu sebesar 0.893. Koefisien determinasi atau R Square sebesar 0.797 adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh (X3) terhadap Y 79.7%. sedangkan sisanya 20.3% ditentukan oleh faktor lain. Dari perhitungan SPSS 17,0 for Windows t-hitung variabel Kondisi Pasar yang diperoleh adalah sebesar 19,603 dengan df 96 pada ½á(0,05) diperoleh t-tabel 1.983. Dengan demikian t-hitung 19,603 > t-tabel 1.983 dengan probabilitas (p)=0,00 <0,05, maka Ho ditolak Ha diterima, dalam tingkat kepecayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel Kondisi Pasar signifikan terhadap variabel Preferensi Konsumen (Y) pada pasar tradisional Pasar Rebo Purwakarta. Pengaruh Lokasi Pasar (X 4 ) terhadap Preferensi Konsumen (Y) pada pasar tradisional Pasar Rebo Purwakarta. Hasil dari analisis yang dilakukan terbukti bahwa terdapat pengaruh Lokasi pasar terhadap preferensi konsumen. Keeratan hubungan antara variabel Lokasi pasar terhadap preferensi konsumen tercermin pada besarnya nilai koefisien korelasi dan koefisien regresi (r) yang
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH HARGA, KUALITAS, KONDISI PASAR DAN LOKASI PASAR TERHADAP PREFERENSI KONSUMEN DALAM MEMBELI SEMBILAN BAHAN POKOK DI PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Rebo Purwakarta) Oleh : Ade Nurhayati Dewi dan Djodi Ahmad Husain
dihasilkan dari perhitungan antara variabel bebas Lokasi pasar (X4 ) terhadap variabel terikat preferensi konsumen (Y) yaitu sebesar 0.849. Koefisien determinasi atau R Square sebesar 0.722 adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh (X4) terhadap Y 72.2% sedangkan sisanya 27.3% ditentukan oleh faktor lain. Dari perhitungan SPSS 17,0 for Windows t-hitung variabel Lokasi pasar (X4) yang diperoleh adalah sebesar 15.935 dengan df 96 pada ½á(0,05) diperoleh t-tabel 1.983. Dengan demikian t-hitung 15.935 > t-tabel 1.983 dengan probabilitas (p)=0,00 <0,05, maka Ho ditolak Ha diterima, dalam tingkat kepecayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel Lokasi Pasar signifikan terhadap variabel Preferensi Konsumen (Y) pada pasar tradisional Pasar Rebo Purwakarta KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Harga berpengaruh secara signifikan terhadap preferensi konsumen. Bila harga lebih murah dan terjangkau maka prefe rensi konsumen ke pasar tradisional Pasar Rebo akan naik. 2. Kualitas berpengaruh secara signifikan terhadap preferensi konsumen. Bila kualitas produk lebih baik, maka preferensi konsumen ke pasar tradisional Pasar Rebo akan naik. 3. Kondisi pasar berpengaruh secara signifikan terhadap preferensi konsumen. Bila kondisi pasar bersih dan tidak becek, pengaturan kios rapi & teratur berdasarkan jenis yang dijual, ketersedian tempat parker, ketersediaan Toilet/ Mushola, maka preferensi konsumen ke pasar tradisional Pasar Rebo akan naik. 4. Lokasi Pasar, berpengaruh secara signifikan terhadap preferensi konsumen. Bila lokasi strategis, mudah dijangkau dan tersedia kendaraan umum, maka preferensi konsumen ke pasar tradisional Pasar Rebo akan naik. Saran 1. Harga harus lebih murah dan terjangkau serta tawar menawar harga dipertahankan. 2. Kualitas produk harus lebih baik dibandingkan dengan tempat belanja yang lain.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
3.
4.
Kondisi pasar, dalam hal kebersihan, kerapian kios-kios dalam pasar ketersediaan toilet/ mushola, ketersediaan tempat parkir harus lebih ditingkatkan. Lokasi Pasar, dalam hal tempat yang strategis, mudah dijangkau, dan ketersediaan kendaraan umum, harus dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA Definisi Pasar .http://id.wikipedia.org/wiki/ Pasar#Pasar_tradisional/ diunduh pada Sabtu 06 Oktober2012 jam 22.12. Dean Winchester,http://id.shvoong.com/exact-sciences/statistics/2027990-pengertian-frekuensi, diunduh pada Selasa 09 Oktober 2012 jam 23.15. Devi Nurmalasari, Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing dan preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional. Departemen ilmu ekonomi Fakultas Ekonomi dan manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Fashbir Noor Sidin, SE, MSP. Mengembangkan pasar modern dan melindungi pasar tradisional Dilematika Kebijakan Pembangunan Ekonomi Lokal. diunduh pada Rabu 10 Oktober 2012 jam 23.05. Griffin, Jill, 2005. Customer Loyalti, How to earn it, How to Keep It. Erlangga. Jakarta. Heru Mulyanto & Anna Wulandari, 2010, Penelitian. Metode & Analisis, CV Agung, Semarang Istilah dan pengertian sembako. (Organisasi.org, komunitas dan perpustakaan online Indonesia) diunduh pada Sabtu 01 Oktober 2012 jam 23.20. Jide,aikonpurwakarta.wordpress.com/ J. Paul & Olson, 2006, Consumen Behavior, Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran, Edisi 4, Erlangga, Hermawan Kertajaya .2006. Marketing Plus 2000/ SC Siasat Memenangkan Persaingan Global.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Kasmir, 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media. Jakarta. Kotler, P & Keller.K 2008. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi Bahasa Indonesia. Erlangga. Jakarta. Kotler, P & Keller.K 2008. Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Edisi Bahasa Indonesia. Erlangga. Jakarta.
9
PENGARUH HARGA, KUALITAS, KONDISI PASAR DAN LOKASI PASAR TERHADAP PREFERENSI KONSUMEN DALAM MEMBELI SEMBILAN BAHAN POKOK DI PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Rebo Purwakarta) Oleh : Ade Nurhayati Dewi dan Djodi Ahmad Husain
KPPU. 2004. “Kajian Bidang Industri dan Perdagangan Sektor Ritel”. Jakarta Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Suprapti, S. 2009. Perilaku Konsumen. Udayana University Press. Denpasar Sugiyono, 2003, Statistik Untuk Penelitian, CV. Alpabeta, Bandung.,2007.Metode Penelitian Administrasi, CV. Alfabeta, Bandung.
10
Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen Teori dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta Tarigan, J. 2003. Sistem Informasi Geografis Untuk pengelolaan sumberdaya alam. Cifor.Jakarta. Ujang Sumarwan, dan rekan, 2011, Riset Pemasaran dan Konsumen, IPB Press, Bogor.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PEMANFAATAN KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DI KABUPATEN KARAWANG Oleh : Enjang Sudarman, Drs, M.Si, Dr. Dosen DPK STIMA IMMI Jakarta
ABSTRACT The purpose of this study is to examine the use of cultural village in Karawang district. This study uses qualitative methods to naturalistic inquiry approach. The results showed that Gerbang Karawang Cultural Village utilized in four functions: (1) as a means of promoting tourism and cultural arts. (2) development of art and culture. (3) preservation of cultural arts. and (4) inheritance of art and culture. Key word: utilization, cultural villages, promotion, tourism, construction, preservation, inheritance, art, culture. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Karawang memiliki banyak objek dan potensi wisata, khususnya pengembangan pariwisata alam sebagai sebuah komoditi wisata. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Barat, sumber daya alam di kabupaten Karawang merupakan salah satu potensi sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi bagi daerah. Melihat hal tersebut, pada tahap selanjutnya perlu diupayakan perencanaan yang matang melalui penataan ruang kawasan kampung budaya Gerbang Karawang. Penataan ruang mencakup upaya dan tindakan yang harus segera dilakukan untuk dapat lebih meningkatkan dan mengoptimalkan potensi yang ada. Selanjutnya diharapkan agar dalam upaya penyediaan fasilitas dan penataan ruang kawasan pada objek wisata, dalam perkembangannya, akan mampu merangsang tumbuhnya investasi dan peningkatan kegiatan pariwisata di kawasan kampung budaya Gerbang Karawang itu sendiri. Untuk menjaga kelestarian dan tidak lunturnya nilai seni budaya, perlu adanya upaya Pemerintah, Masyarakat dan Tokoh seni budaya untuk secara bersama sama membangun suatu kawasan yang disebut kampung budaya. Melalui upaya pelestarian dan pengembangan nilai budaya daerah di wilayah
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
kabupaten Karawang, akan membuat masyarakat sadar akan budaya daerahnya dan kemudian akan mempraktekkan budaya tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Kampung budaya juga bermanfaat sebagai sarana pendidikan nonformal sehingga dapat dijadikan sebagai wadah pengembangan dan pelestarian nilai budaya yang secara langsung akan menumbuhkan minat generasi muda untuk meningkatkan daya saing. Pendirian kampung budaya Gerbang Karawang bertujuan sebagai wadah bagi para pelaku seni dan budaya untuk mengembangkan potensi seni dan budaya di kabupaten Karawang, dan juga sebagai sarana obyek wisata untuk lebih memperkenalkan seni dan budaya tradisional khas Karawang. Pergeseran nilai, baik seni , budaya maupun segi arsitektur bangunan sunda yang hampir punah , perlu segera diupayakan penanganannya melalui promosi, pembinaan , pelestarian maupun pewarisan. Oleh sebab itu, keberadaan kampung budaya di kabupaten Karawang sangat diperlukan. Pembangunan kampung budaya Gerbang Karawang harus menampung semua aspek nilai seni dan budaya. Demikian pula letak lokasi harus memenuhi unsur strategis yang mudah dijangkau dari setiap penjuru. Oleh karena itu, lokasi kampung budaya Gerbang Karawang dibangung diatas tanah seluas 5 hektar
11
PEMANFAATAN KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DI KABUPATEN KARAWANG Oleh : Enjang Sudarman
di desa Wadas kecamatan Teluk Jambe Timur yang posisinya persis setelah pintu gerbang tol Karawang Barat. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis mengemukakan pokok permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pemanfaatan kampung budaya Gerbang Karawang. 2. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat pemanfaatan kampung budaya Gerbang Karawang.
Gambar: Kerangka Konseptual Aktivitas Kampung Budaya 1. 2. 3. 4.
B.
C. 1)
2)
Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan, tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui pemanfaatan kampung budaya Gerbang Karawang b. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat pemanfaatan kampung budaya Gerbang Karawang Kegunaan Penelitian 1. Dapat melahirkan konsep dan teori tentang pemanfaatan kampung budaya sebagai sarana promosi, pembinaan, pelestarian, dan pewarisan nilai seni budaya Karawang. 2. Memberikan saran dan rekomendasi kepada dinas Kebudayaan dan Pariwisata kabupaten Karawang dalam pengelolaan kampung budaya secara maksimal.
D. Kerangka Konseptual Dalam rangka meneliti pemanfaatan kampung budaya Gerbang Karawang maka terlebih dahulu harus diketahui pokok- pokok pengertian pemanfaatan kampung budaya Gerbang Karawang itu. Menurut Jakob Sumarjo (2011), kampung adalah suatu lingkungan masyarakat yang berfungsi untuk memelihara adat istiadat. Sedangkan Menurut I Made Ary Kurniawan, kampung seni budaya adalah tempat pusat pengembangan seni budaya yang terdiri dari komunitas Seniman dengan segala aktivitas seni budayany dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat digambarkan dalam bentuk Skema.
12
Pemanfaatan Kampung Budaya
Berkumpulnya Seniman Kolaborasi budaya Pertunjukan seni budaya Pengenalan seni budaya
1. 2. 3. 4.
Promosi wisata seni budaya Pembinaan seni budaya Pelestarian seni budaya Pewarisan seni budaya
Faktor Penghambat/Pendukung Dana, SDM, Sarana Prasarana
E.
Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran dari istilah atau konsep yang digunakan dalam penelitian ini, perlu kiranya dikemukakan definisi operasional, untuk menyamakan persepsi dan batasan istilah yang berhubungan dengan judul penelitian. Beberapa batasan pengertian adalah : 1. Kampung budaya adalah sebuah kawasan yang didalamnya terdapat keragaman wujud dan unsur budaya yang terpadu. Fasilitas yang dimiliki meliputi gedung teater terbuka, teater tertutup, galeri pamer tetap, sanggar seni, gedung kantor, wisma seni, musholla, area parkir, lanscap/taman, Gedung serbaguna untuk pertunjukan seni budaya, tempat promosi, bangunan tempat diskusi para Seniman, restoran dan tempat bengkel seni. 2. Pemanfaatan Kampung Budaya: untuk promosi wisata seni budaya, pembinaan seni budaya, pelestarian seni budaya dan pewarisan seni budaya F.
Metode Penelitian Dalam rangka penyelesaian penelitian ini, penulis berusaha menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naturalistic inquiry yang dianggap sesuai. 1. Waktu dan lokasi penelitian Penelitian berlangsung selama tiga bulan dari mulai 2 oktober 2011 sampai 30 Desember 2011 di kantor dinas Kebudayaan dan Pariwisata kabupaten Karawang, dan lokasi kampung budaya kabupaten Karawang. 2. Tipe Penelitian Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian maka tipe penelitian ini bersifat deskriptif, yang berusaha menggambarkan bagaimana pemanfaatan kampung budaya Gerbang Karawang itu
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PEMANFAATAN KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DI KABUPATEN KARAWANG Oleh : Enjang Sudarman
3.
4.
5.
Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Melalui teknik ini penulis mengumpulkan data dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk melihat fenomena yang ada. b. Wawancara. Dilakukan wawancara secara langsung dan mendalam terhadap informan, dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan yang erat kaitannya dengan pemanfaatan kampung budaya Gerbang Karawang, dan berpedoman pada daftar pertanyaan yang ada. c. Data sekunder Data yang diperoleh melalui kajian pustaka yang relevan dengan masalah yang diteliti. Teknik Penentuan Informan Informan ditentukan melalui teknik penetuan informan secara purposive sampling, …yaitu memilih informan yang memiliki karakteristik tertentu yang relevan dengan … … …penelitian ini. Adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang yaitu: Kepala …Dinas, Sekretaris Dinas, Kepala bidang seni budaya, Kepala seksi seni budaya, …Kepala bidang Pariwisata dan Kepala seksi Pariwisata. Teknik Analisis Data Berpedoman pada prinsip penelitian kualitatif, pengolahan data dan analisis data dilakukan secara bersamaan pada proses penelitian. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu: dari wawancara, yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen, dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari, ditelaah, kemudian mereduksi data dengan jalan membuat abstraksi (ini merupakan usaha membuat rangkuman yang merupakan inti dari pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya). Langkah selanjutnya adalah mengkategorikan data berdasarkan beberapa tema disesuaikan dengan fokus penelitian. Analisis data bersifat deskriptive yaitu identifikasi tema-tema menjadi kesatuan data yang sistematis dan berguna. Dari Identifikasi isu-isu dan permasalahan, kemudian dibuat peta konsep
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
mengenai faktor-faktor pendukung dan faktorfaktor penghambat. Temuan hasil analisis kemudian dihubungkan dengan teori atau permasalahan yang dihadapi. ACUAN TEORETIK A. Kampung Budaya Menurut Jakob Sumarjo (2011), kampung adalah suatu lingkungan masyarakat yang berfungsi untuk memelihara adat istiadat. Kampung sunda berfungsi mengurusi adat sunda dengan pengaturannya menggunakan 3 (tiga) kata yaitu tekad, ucap dan lampah yang dijabarkan dalam istilah silih asih (tekad), silih asah ((ucap), silih asuh (lampah). Jakob Sumarjo (2011) mengatakan bahwa bentuk fisik kampung sunda diwujudkan dalam rumah adat yang dipola tiga dan diwujudkan dalam bentuk atapnya yakni terdiri dari rarangki tukang(atap belakang panjang), rarangki pondok(atap tengah yang lebih pendek),rarangki panjang (atap depan yang panjang. Phenomena tersebut merupakan artefak artefak budaya sunda. Menurut I Made Ary Kurniawan, kampung seni budaya adalah tempat pusat pengembangan seni budaya yang terdiri dari komunitas seniman dengan segala aktivitas seni budayanya dalam jangka waktu tertentu. Kampung seni budaya berfungsi sebagai museum sejarah, perpustakaan galeri budaya, dan tempat berkumpulnya Seniman. Kampung budaya membawa tiga misi yaitu : (1) misi komunikatif yaitu sarana komunikasi dalam acara lokakarya dan diskusi tentang apresiasi seni. (2) misi edukatif sebagai sarana pendidikan masyarakat untuk menghargai karya seni melalui pengamatan visual dan pagelaran seni. dan (3) misi rekreatif sebagai sarana rekreasi/ hiburan yang memberikan kesegaran fikiran dan kebahagiaan. Aktivitas yang terjadi dalam kampung seni adalah interaksi antar seniman sehingga dapat menghasilkan karya seni baru atau menyelesaikan permasalahan seni budaya. Bisa terjadi, adanya pertukaran budaya, kolaborasi budaya dan transformasi budaya. Aktivitas pengunjung adalah kegiatan rekreasi sekaligus mengenal berbagai seni dan budaya yang ada di dalam kawasan. Fasilitas yang tersedia di kampung budaya adalah unit-unit hunian untuk Seniman, bengkel/ studio yang tersedia di unit unit hunian, ruang pertemuan, gedung untuk memamerkan dan mementaskan seni, gedung amphiteater, dan panggung terbuka lainnya.
13
PEMANFAATAN KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DI KABUPATEN KARAWANG Oleh : Enjang Sudarman
B . Pemanfaatan Kampung Budaya Menurut Undang undang No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berkewajiban mempertahankan nilai nilai budaya dengan cara menambah fasilitas berupa bangunan yang sesuai dengan gaya arsitektur dan keharmonisan estetika lingkungan sekitar. Pemerintah Daerah memfasilitasi pemanfaatan dan promosi cagar budaya untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan pariwisata. Pemerintah Daerah juga memfasilitasi Pemanfaatan dan pelestariaan peradaban bangsa dan pertukaran budaya lintas Negara atau lintas daerah yang terancam punah di masyarakat (seperti di kawasan permukiman tradisional : keberadaan kampung sunda) dan lanskap budaya. Permukiman kampung sunda merupakan cagar budaya . Pelestarian cagar budaya harus dilakukan berdasarkan hasil studi kelayakan yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, teknis, dan administrative. Pelestariaannya dilakukan oleh tenaga ahli dan didukung dengan pendokumentasian sebelum dilakukan kegiatan pelestarian yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan keasliannya. Warisan budaya yang bersifat wujud benda (tangible) dan yang bersifat nilai nilai budaya (intangible), merupakan bagian dari kebudayaan secara menyeluruh. Oleh karena itu upaya pelestariannya bertujuan untuk melindungi, mengembangkan dan memanfaatkannya. Upaya pelestarian perlu memperhatikan keseimbangan antara kepentingan akademis, ideologis, dan ekonomis. 1.
Pelestarian Seni Budaya Menurut Ahimsa Putra Hendi Shiri (2001), melestarikan seni budaya berdasarkan teori strukturisme kebudayaan, adalah aktivitas social seperti mitos upacara ritual. Hal ini akan dapat menyampaikan pesan mengenai fenomena budaya kepada generasi berikutnya. Teori strukturisme mengatakan: adanya relasi antara fenomena budaya dengan fenomena budaya lain akan melahirkan budaya baru. Hubungan sosial kebudayaan pada dasarnya adalah pertukaran budaya. Pertukaran merupakan hukum dari kehidupan sosial, sehingga pertukaran budaya dapat menjaga kelestarian budaya. Menurut Edi Sedyawati (1981), usaha melestarikan kesenian tradisional adalah dengan cara memelihara dan membina seni budaya yang dimiliki. Tindakan yang ditempuh untuk untuk memelihara
14
kebudayaan adalah : (1) mendokumentasikan secermat mungkin dengan menggunakan berbagai media yang sesuai . Hasil dokumentasi ini selanjutnya akan menjadi sumber acuan (tentunya apabila disimpan ditempat yang aman dan diregistrasi untuk memudahkan penelusuran).(2) pembahasan dalam rangka penyadaran tentang nilai nilai budaya dan estetika. Dan (3) pengadaan acara pertunjukan yang memungkinkan orang mengalami dan menghayati. 2.
Promosi Pariwisata dan Seni Budaya Menurut Undang-Undang Nomor: 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, digariskan bahwa pembangunan pariwisata perlu ditingkatkan untuk memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan penerimaan devisa, dan memperkenalkan alam kebudayaan bangsa Indonesia. Dalam menghadapi perubahan global dan penguatan hak pribadi masyarakat untuk menikmati waktu luang dengan berwisata, perlu dilakukan pembangunan kepariwisataan yang bertumpu pada keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan bangsa dengan tetap menempatkan kebhinekaan sebagai suatu yang hakiki dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, pembangunan kepariwisataan harus tetap memperhatikan dari segi kebudayaan, sektor pariwisata Indonesia memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada wisata asing. Jadi faktor pariwisata memiliki konstribusi yang cukup besar didalam pembangunan nasional Untuk itu, segala potensi yang ada di tanah air perlu dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya. Menurut Soedarsono (1999) tentang teori pengemasan seni wisata, pengembangan kesenian pariwisata sedapat mungkin mengutamakan keaslian , kekhasan, dan keunikan kesenian daerah yang normative, atraktif, berdaya pikat tinggi, dan biayanya terjangkau oleh pasar luas baik domestik maupun manca negara. Oleh sebab itu perlu adanya pengemasan seni wisata. Kaedah teori pengemasan seni wisata harus mempunyai lima ciri yaitu : (1) tiruan dari aslinya, (2) lebih singkat dari aslinya, (3) penuh variasi, (4) ditinggalkan nilai magis dan sakralnya, dan (5) murah. Dengan mengacu pada pemikiran tersebut, paling tidak akan dapat memberikan bentuk format didalam mengemas seni pertunjukan tradisional menjadi seni wisata.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PEMANFAATAN KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DI KABUPATEN KARAWANG Oleh : Enjang Sudarman
3.
Pewarisan dan pembinaan Seni Budaya Pewarisan disini diartikan dengan suatu kegiatan atau pembelajaran secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam ruang lingkup keluarga atau masyarakat setempat, meskipun dalam proses pewarisannya mengalami suatu perkembangan atau pengurangan dari nilai-nilai sebelumnya. Menurut Sujarwa (2010), proses pewarisan dari satu generasi kegenerasi berikutnya telah menyebabkan perubahan dalam tata nilai yang dianut oleh pewaris berikutnya. Menurut teori tranformasi budaya atau pewarisan kebudayaan yang diungkapkan oleh Anne Ahira (2006), transformasi budaya dilakukan secara sadar atau tidak sadar, dan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Masyarakat melalui anggota-anggotanya akan mengajarkan kebudayaannya. Proses mengajarkan inilah yang disebut sebagai transformasi budaya atau pewarisan kebudayaan. Proses pewarisan dilakukan melalui proses belajar yang selanjutnya bisa berupa internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi. i. Internalisasi Internalisasi merupakan suatu proses dari berbagai pengetahuan yang berada di luar diri individu, masuk menjadi bagian dalam diri individu. Dalam Internalisasi, proses pemasukan nilai pada seseorang, akan membentuk pola pikirnya. Individu akan melihat makna realitas pengalamannya. Nilai-nilai tersebut bisa jadi berasal dari berbagai aspek baik agama, budaya, maupun norma sosial. Pemaknaan atas nilai inilah yang mewarnai pemaknaan dan penyikapan manusia terhadap diri, lingkungan dan kenyataan di sekelilingnya. ii. Sosialisasi Menurut Anne Ahira (2006), sosialisasi adalah suatu proses ketika seseorang mempelajari cara hidup masyarakat untuk mengembangkan potensi dirinya. Proses sosialisasi diawali dari keluarga. Seorang anak yang baru lahir akan diajarkan berbagai kemampuan dan pengetahuan dasar yang ditentukan dengan kebiasaan atau kebudayaan tempat keluarga tersebut tinggal. iii. Enkulturasi Menurut Koentjaraningrat (1987), enkulturasi merupakan sebagai suatu Konsep proses pembudayaan. Proses ini diartikan sebagai
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
sosialisasi kebudayaan, terutama dalam kaitannya dengan pewarisan kebudayaan atau transformasi budaya. Sosialisasi merupakan pengenalan seseorang terhadap lingkungan sosial atau masyarakatnya, sedangkan enkulturasi merupakan proses pengenalan seseorang dengan budaya atau kebudayaan yang berlaku dalam masyarakatnya. 4.
Proses Pembelajaran dan pembinaan Proses belajar-mengajar merupakan suatu pewarisan melalui suatu transmisi sosial. Pembelajaran biasa dikategorikan kedalam pembinaan. Sebagai contoh: Pada pembinaan seni budaya, dikembangkan pelajaran muatan lokal dan pengembangan seni, baik seni tari, karawitan, musik, teater, maupun olah vokal lewat kegiatan intra maupun extra kurikuler. Dalam rangka mengevaluasi hasil binaan seni, diadakan pentas seni, lomba seni, maupun festival seni. Guna mepercepat dan meningkatkan proses pembinaan seni dan budaya, amat diperlukan pemenuhan peralatan yang meliputi berbagai cabang seni. Selain pembelajaran, diadakan pula pelatihan. Menurut Mangkunegara (2005), tahapan-tahapan dalam pelatihan dan pengembangan meliputi : (1) mengidentifikasi kebutuhan pelatih / need assesment; (2) menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan; (3) menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya; (4) menetapkan metode pelatihan; (5) mengadakan percobaan (try out) dan revisi; dan (6) mengimplementasikan dan mengevaluasi. TEMUAN HASIL PENELITIAN Kampung budaya Gerbang Karawang merupakan salah satu usulan wahana wisata yang berada di kabupaten Karawang yang bisa dimanfaatkan sebagai salah satu sumber sektor pariwisata. Dalam perkembangannya, pengelolaan wahana wisata di kampung budaya Gerbang Karawang kelak diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan daerah dan meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar lokasi objek wisata. a.
Tahap Perencanaan Kampung Budaya Metode kajian Kelayakan Kampung Budaya Merujuk pada karaktristik internal kawasan maupun eksternal, berdasarkan aspek fisik, sosial dan ekonomi, maka aspek kajian pengembangan
15
PEMANFAATAN KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DI KABUPATEN KARAWANG Oleh : Enjang Sudarman
pariwisata pada kawasan, perencanaan butuh suatu metode pendekatan. Hasil wawancara dengan Drs. Mamat Ruhimat (kepala seksi Pariwisata), tahapan pekerjaan perencanaan kampung budaya adalah sebagai berikut : a) Melakukan kajian terhadap kebijaksanaan dan peraturan yang ada, serta studi-studi terdahulu yang telah dilakukan. Ini sebagai dasar program pengembangan kepariwisataan daerah kabupaten Karawang pada khususnya. b) Identifikasi kondisi wilayah kawasan perencanaan, sebagai kajian untuk mengidentifikasi kedudukan kawasan dalam konteks perencanaan umumnya dan pengembangan kepariwisataan regional. Ini meliputi kondisi fisik, penduduk, sosial, ekonomi, dan kebudayaan, serta karakteristik kawasan yang potensial di bidang kepariwisataan. c) Identifikasi potensi pariwisata dari sisi produk wisata dan sarana prasarana yang ada pada kawasan studi, seperti jenis daya tarik wisata, sistem dan mekanisme pemasaran produk, pola aksesibilitas ke lokasi objek dengan sarana dan prasarana yang tersedia, termasuk identifikasi terhadap pelaku wisata yang ada. d) Melakukan penilaian terhadap kondisi fisik kawasan, pola penggunaan lahan, dan melakukan analisis terhadap kondisi tapak kawasan baik secara makro maupun mikro. e) Melakukan analisis terhadap pasar wisata dan proyeksi Wisatawan serta analisis kegiatan dan fasilitas wisata yaitu penilaian terhadap jenis kegiatan wisata dan kebutuhan fasilitas yang dapat dikembangkan. f) Melakukan pengelompokan kegiatan wisata sebagai satu kesatuan sistem pengembangan objek wisata atau daerah tujuan wisata, sebagai suatu konsepsi dan rencana pengembangan objek wisata yang meliputi rencana penataan ruang kawasan, mencakup rencana fasilitas wisata, tata letak bangunan, rencana tata hijau, infrastruktur dan rencana wujud bangunan. g) Menyusun strategi implementasi dan programprogram pengembangan kepariwisataan yang mencerminkan prioritas dan pentahapan pelaksanaan program dalam jangka pendek dan jangka panjang b.
Sasaran Perencanaan Kampung Budaya Sasaran yang dicapai adalah melakukan langkah awal penataan dan pengembangan lokasi wisata
16
kampung budaya Gerbang Karawang sebagai arahan rencana pengembangan dan penataan ulang seluruh kawasan obyek wisata di kabupaten Karawang di masa yang akan datang. Hal ini akan mewujudkan arahan rencana tata letak kawasan dan prioritas penanganan kegiatan wisata di objek wisata kampung budaya Gerbang Karawang di kabupaten Karawang. Ruang Lingkup Materi Tahap Pertama: Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, substansi pekerjaan yang harus dicapai dari ruang lingkup penyusunan perencanaan tersebut paling tidak akan mencakup : (1) Aspek ketersediaan sarana dan prasarana pariwisata (2) Pemanfaatan kembali potensi sumberdaya wisata alam dengan nuansa bahan dari bambu (3) Pemanfaatan kembali potensi sumberdaya wisata budaya di kawasan kabupaten Karawang (4) Pemikiran terhadap aksesibilitas terhadap seluruh potensi wisata di kawasan kabupaten Karawang (5) Pengadaan fasilitas penunjang pariwisata c.
Tujuan Akhir Perencanaan Tata Letak Kampung Budaya Tersusunnya rencana pengembangan kawasan wisata berdasarkan kebutuhan pariwisata , meliputi : (1) Target kunjungan Wisatawan dan pemanfaatan pola pergerakan Wisatawan (2) Hidupnya kembali event budaya dan kesenian daerah setempat (3) Semakin berkembangnya minat masyarakat setempat khususnya dalam pengembangan sektor usaha kecil dan menengah Tujuan kegiatan perencanaan tata letak kampung budaya Gerbang Karawang kabupaten Karawang merupakan kegiatan rencana penataan dan pengembangan kawasan wisata kampung budaya Gerbang Karawang, sebagai salah satu pusat objek wisata di kabupaten Karawang. Nantinya, diharapkan akan dapat dikembangkan sebagai salah satu tujuan wisata di kabupaten Karawang maupun provinsi Jawa Barat, yang dapat menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara. Salah satu langkah pengembangan yang ditempuh oleh pihak Pemerintah setempat adalah : program pengembangan nilai budaya dan seni melalui rencana pembangunan wahana budaya, sebagai wadah pengembangan budaya setempat khususnya serta fasilitas penunjang rekreasi lainnya di kampung budaya Gerbang Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PEMANFAATAN KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DI KABUPATEN KARAWANG Oleh : Enjang Sudarman
Karawang untuk pengembangan dan pelestarian budaya dan kesenian daerah. Kabupaten Karawang memiliki banyak objek dan potensi wisata, khususnya pengembangan pariwisata alam sebagai sebuah komoditi wisata. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Barat, pemanfaatan sumber daya alam di kabupaten Karawang merupakan potensi sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi bagi daerah. Melihat hal tersebut, pada tahap selanjutnya diperlukan upaya perencanaan yang matang melalui penataan ruang kawasan kampung budaya Gerbang Karawang, yang mencakup upaya dan tindakan yang harus segera dilakukan untuk lebih meningkatkan dan mengoptimalkan potensi yang ada. Selanjutnya diharapkan agar dalam upaya penyediaan fasilitas dan penataan ruang kawasan pada objek wisata, dalam perkembangannya terutama akan mampu merangsang tumbuhnya investasi dan peningkatan kegiatan pariwisata di kawasan kampung budaya Gerbang Karawang itu sendiri. Menurut hasil wawancara dengan Drs. Hardita (sekretaris dinas Kebudayaan dan Pariwisata Karawang), kabupaten Karawang memiliki aneka ragam seni budaya tradisi yaitu: kesenian Bajidoran, Topeng Banjet, Wayang Golek, Calung, Bedug, Berokan, Ajeng, Tanjidor, Ketuk Tilu, Jaipongan, Pencak Silat, Tembang Cianjuran, Reog, OdongOdong, Kosidah, Kliningan, dan Egrang. Kesenian tradisional yang popular dikenal dengan istilah “goyang karawang” awal mulanya berasal dari kesenian tradisonal “Topeng Banjet”. Selanjutnya dari hasil wawancara dengan Drs. Acep Jamhuri (kepala dinas Kebudayaan dan Pariwisata kabupaten Karawang), diketahui: tujuan kegiatan perencanaan pembangunan kampung budaya Gerbang Karawang yang merupakan kegiatan rencana penataan dan pengembangan kawasan wisata, adalah menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara. Salah satu langkah pengembangan yang ditempuh oleh pihak Pemerintah adalah program pengembangan nilai budaya dan seni, melalui pembangunan wahana budaya, sebagai wadah pengembangan budaya setempat serta fasilitas penunjang rekreasi pengembangan dan pelestarian budaya dan kesenian daerah. Dasar pemikiran perencanaan kampung budaya adalah upaya peningkatan sarana dan promosi seni budaya , yang terlahir dari enam konsep yaitu :
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Konsep 1. Upaya Pemerintah dalam memperkenalkan potensi seni budaya kepada Masyarakat. Konsep 2. Upaya Pemerintah untuk penataan dan rehabilitasi tempat pertunjukan di tempat strategis. Konsep 3. Upaya Pemerintah dalam penataan dan pengembangan seni budaya sebagai ruang publik yang memiliki daya tarik yang unik di bidang seni budaya dan pariwisata. Konsep 4. Upaya Pemerintah menjadikan kampung budaya sebagai pelestarian, pengenalan dan pengembangan seni budaya Konsep 5. Upaya Pemerintah dalam meningkatkan kampung budaya sebagai pusat rekreasi di bidang seni dan budaya. Konsep 6. Kampung budaya dijadikan wahana wisata. Wahana wisata dipengaruhi karakteristik produk wisata. Produk wisata adalah keseluruhan komponen dan pengalaman yang dimiliki oleh wisatawan dari mulai meninggalkan tempat tinggalnya sampai kembali ketempat tinggalnya. Perencanaan tata letak kawasan kampung budaya gerbang karawang merupakan penjabaran dari rencana tata ruang. Perencanaan penataan bangunannya merepresentasikan wujud tiga dimensi untuk memberikan arahan bentuk fisik berdasarkan kaidah dan norma sosio cultural setempat. Sehingga tercipta suatu lingkungan yang terencana, tertib, nyaman dan serasi, memberikan arahan arsitektur dengan penggunaan bahan bambu dalam rancang bangunnya (building design). Konsepsi dari studi tata letak ini dapat memberikan arahan pada kawasan kampung budaya gerbang karawang, agar memenuhi kepentingan atau aspirasi masyarakat sesuai dengan nilai budaya, dan memenuhi pemanfaatan sumberdaya pendukung yang optimal. Proses penyusunan perencanaan kawasan kampung budaya, sejalan dengan strategi kebijakan yang hendak diterapkan. Masyarakat kabupaten Karawang sebagian besar merupakan masyarakat suku sunda pembauran dengan aneka khazanah kebudayaan yang dimilikinya. Pluralitas yang terjadi di beberapa wilayah/daerah dapat diterima. Mereka hidup berdampingan secara rukun dan damai . Kehidupan beragama masyarakat karawang berjalan kondusif. Kerjasama antar umat beragama, dalam bentuk forum kerukunan umat beragama. Kawasan kampung budaya Gerbang Karawang menjadi salah
17
PEMANFAATAN KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DI KABUPATEN KARAWANG Oleh : Enjang Sudarman
satu potensi wahana budaya. Lokasi kampung budaya Karawang terdapat di dalam wilayah Desa Wadas Kecamatan Teluk Jambe Timur Karawang. Kawasan ini berada dalam satu wilayah kawasan Gerbang Karawang dengan akses gerbang tol Karawang Barat. Kampung budaya Gerbang Karawang berada di pinggir jalan utama kota Karawang, sehingga dari letak geografisnya, cukup strategis. Perencanaan kampung budaya mempertimbangkan beberapa konsep yaitu konmsep: (a) segi normative, meliputi tata nilai, pola sosial budaya, adat istiadat, hubungan antar individu, dan tradisi, (b) segi fungsional, meliputi lingkup aktivitas kampung budaya (esensi kegiatan), (c) visual fisik adalah gedung pinton , yang merefleksikan substansi budaya local indigenous culture. Gedung pinton berfungsi untuk pengembangan seni budaya, informasi, koleksi, edukasi, dan rekreasi. Gedung serbaguna dan restoran menggunakan interior bambu yang eksotik, dan bangunan penginapannya bernuansa budaya sunda dengan arsitektur bambu. Filosofi penggunaan bahan bambu (awi) menerangkan bahwa, bambu adalah budaya sunda, akar arsitektur pasundan yang memiliki prinsip green environment. Arsitektur bambu sangat fleksibel dan demokratis, serta dapat menyatu dengan alam, memperhatikan prinsip ekologis, ramah terhadap iklim dan konstruksi tahan gempa. Arsitektur bambu berangkat dari lingkungan tradisional, seperti: kampung Kanekes (Banten Kidul), kampung Naga (Tasikmalaya), kampung Pulo (Garut), kampung Genereh (Sumedang), kampung Palasah ( Majalengka), kampung Gabus (Cirebon) dan kampung Sembilan, Desa Gempol kecamatan Banyusari (Karawang). Studi bentuk dasar desain bangunan, berdasarkan citra visual ragam wujud yang serasi dan harmonis dengan akar budaya sunda, menghasilkan karya bangunan penginapan dengan bentuk atap pelana. Badan dengan struktur rangka dan kaki dengan tapakan batu, yang memberikan kesan rumah panggung. d.
Pengelolaan Aktivitas Kampung Budaya Fungsi Kampung Budaya meliputi (1) pengembangan dan pembinaan seni budaya, (2) informasi pelayanan penyebaran informasi yang menjembatani komunikasi budaya seni, (3) koleksi mengumpulkan dan mengarsipkan benda seni budaya,
18
(4) promosi dan pameran seni budaya dan pariwisarta, (5) rekreasi objek wisata seni budaya dan teknologi, dan (6) edukasi peningkatan apresiasi masyarakat terhadap budaya tradisi, yang merupakan pengembangan wawasan terhadap isu isu seni budaya. Kampung budaya Gerbang Karawang dimanfaatkan untuk kegiatan promosi wisata (alam, kuliner), pelestarian nilai seni budaya, pembinaan seni budaya, dan pewarisan nilai seni budaya. Menurut Kepala Bidang Pariwisata, Drs. Ahmad Satibi mengemukakan tentang potensi wisata kabupaten Karawang sebagai berikut : Potensi wisata juga dapat dikembangkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada masa mendatang. Potensi wisata itu, diantaranya adalah: wisata seni (Tari Topeng Banjet, Odong-Odong & Kedok Menyon, Egrang, Jaipongan, Wayang Golek, Calung, Pencak Silat, Angklung, Liong Barongsay), wisata budaya (situs Candi Jiwa, Candi Blandongan,), wisata peninggalan sejarah perjuangan (Tugu Rengas Dengklok, Monumen Rawa Gede), wisata alam pegunungan ( Curug Cigentis, Curug Bandung), wisata bendungan (Bendungan Walahar, Danau Kali Mati, Danau Cipule), dan wisata pantai (Tanjung Pakis, Samudra Baru, Tanjung baru, Pisangan). Agar dapat meningkatkan kunjungan wisatawan, maka dinas Kebudayan dan Pariwisata kabupaten Karawang perlu melakukan promosi wisata yang terdiri atas promosi dalam dan luar negeri, menerbitkan leafleat, booklet, guide book, dan rekaman audio visual lainnya yang bermutu standar. Kemudian dilakukan juga pemasangan berbagai iklan dan artikel di majalah promo Karawang, berpartisipasi di dalam event-event internasional, nasional, dan regional yang berkaitan dengan promosi wisata. e.
Pembinaan Pelestarian dan Pewarisan Pariwisata Seni dan Budaya Pembinaan Kebudayaan dan Pariwisata di kabupaten Karawang seluruhnya meliputi 7 (tujuh) aspek yang terdiri : (1) aspek kesejarahan.(2) aspek seni dan nilai budaya. (3) aspek permuseuman. (4) aspek penghayatan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. (5) aspek pelestarian peninggalan sejarah dan kepurbakalaan. (6) aspek kebahasaan dan sastra, dan (7) aspek kepariwisataan. Dari ke 7 Aspek tersebut dapat dikemukakan kondisi yang sebenarnya berdasarkan realita masa kini secara rinci sebagai berikut :
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PEMANFAATAN KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DI KABUPATEN KARAWANG Oleh : Enjang Sudarman
1)
2)
Aspek Kesejarahan Penanaman kesadaran sejarah. Pemahaman manfaat dan fungsi sejarah di masyarakat masih rendah. Hal ini disebabkan karena belum dapat tergalinya seluruh potensi kesejarahan, dikarenakan: (a) faktor dana , (b) sumberdaya manusia (tenaga ahli sejarah) , (c) sarana informasi tentang peristiwa sejarah, dan (d) tokoh sejarah serta (e). sulitnya mencari narasumber kesejarahan sehingga diperlukan usaha pembinaan untuk merubah keadaan yang lebih baik . Aspek Seni Nilai Budaya : Inventarisasi dan Dokumen nilai-nilai budaya dan seni di Kabupaten Karawang saat ini baru tergarap sekitar 10 %. Kendalanya adalah: dana, SDM dan sarana prasarana. Dari hasil wawancara dengan Drs. Acep Munif (kepala seksi kesenian), upaya pelestarian dan revitalisasi seni budaya dilakukan melalui program revitalisasi dan pengembangan budaya lokal. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk inovasi pelestarian budaya lokal. Melalui pelatihan tari untuk para guru TK dan Paud, memiliki efek berantai yang positif terhadap pengembangan dan pelestarian budaya lokal. Mereka para guru bisa mengajarkan kembali tarian-tarian yang mereka kuasai dari pelatihan ini kepada anak-anak didiknya. Pembinaan kesenian saat ini dapat dikatakan cukup baik, namun harus terus ditingkatkan khususnya untuk jenis-jenis kesenian tradisional, sehingga dapat lebih berkembang, terutama dalam upaya regenerasi. Disamping faktor SDM, seniman masih harus terus di berikan pembinaan, sehingga dapat mengimbangi dan mengikuti perkembangan jaman, sehingga eksistensi kesenian dapat dipertahankan. Belum adanya gedung kesenian sebagai sarana kreatifitas dalam mengembangkan bakat / talenta berkesenian dan sarana hiburan bagi masyarakat, menyebabkan rendahnya apresiasi masyarakat terhadap kesenian. Sedangkan pembinaan perfilman Indonesia secara nasional mengalami kelesuan. Hal ini sebagai akibat era globalisasi, pertelevisian kian banyak. Ini mempengaruhi tingkat produktivitas perfilman itu sendiri. Dengan banyaknya stasiun-stasiun televisi, akan mempengaruhi usaha –usaha perfilman. Fakta menunjukkan, sudah banyak bioskop-bioskop, rental-rental VCD /DVD dan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
3)
4)
5)
6)
7)
playstation yang tidak beroperasi lagi. Diharapkan untuk kedepan agar perfilman Indonesia dapat berkembang dan lebih maju lagi, sehingga existensinya dapat diakui oleh dunia. Aspek Permuseuman: Di kabupaten Karawang sampai saat ini belum ada museum. Padahal potensi benda cagar budaya (BCB) cukup besar. Hal ini menyebabkan sulitnya usaha penitipan, sehingga mengakibatkan sulitnya usaha pengamanan BCB. Sulitnya usaha pengamanan, memungkinkan benda-benda itu bisa hilang atau dijual oleh pemiliknya. Walaupun sekarang di Karawang sudah ada gedung museum yang bertempat di situs Candi Jiwa, namun seluruh pembangunan dan pengelolaannya mutlak milik provinsi Jawa Barat sebagai sarana penunjang bagi situs Candi Jiwa. Aspek Penghayatan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa: Pembinaan penghayatan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa diarahkan kepada pembinaan organisasi dan Inventarisasi agar tidak membentuk agama baru. Akan tetapi pelaksanaannya belum efektif. Aspek Peninggalan Sejarah dan Purbakala: Tindakan pemeliharaan, perlindungan, pengamanan dan pelestarian terhadap potensi peninggalan sejarah dan kepurbakalaan masih rendah. Hal ini disebabkan oleh karena beberapa faktor, seperti: kurangnya juru pelihara, lambatnya tindakan penelitian, Eskapasi dan pemugaran arkeologi serta adanya instansi terkait. Sampai saat ini, potensi tersebut baru dapat dimanfaatkan sebagai objek penelitian sejarah dan budaya , dan belum menjadi objek yang memiliki daya tarik wisata yang dapat menghasilkan PAD. Aspek Kebahasaan: Pelestarian bahasa, khususnya bahasa ibu (sunda) belum mendapat dukungan yang signifikan dari masyarakat / pejabat. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya penggunaan bahasa sunda. Aspek Kepariwisataan Pada saat ini, kondisi objek wisata di Kabupaten Karawang belum tertata secara maksimal. Dari keseluruhan objek wisata yang ada, baru tertata sekitar 10 %. Hal ini disebabkan karena terbatasnya daya dukung infrastruktur yang menuju obyek wisata dan sta-
19
PEMANFAATAN KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DI KABUPATEN KARAWANG Oleh : Enjang Sudarman
tus kepemilikan hak atas tanah yang merupakan hak milik dari Perhutani dan Perum Jasa Tirta, sehingga sulit untuk pengembangannya. Perolehan retribusi dari sektor usaha kepariwisataan masih kecil, sehingga penyerapan Wisatawan domestik maupun Wisatawan asing belum mampu dilaksanakan. Untuk usaha bidang perhotelan, sampai saat ini masih dikategorikan lunak. Hal ini disebabkan karena kabupaten Karawang belum bisa dijadikan tujuan wisata sehingga jumlah kunjungan atau hunian masih relative rendah. PAD dari sektor kepariwisataan di kabupaten Karawang masih rendah / kecil. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN a. Perencanaan Kampung Budaya Menurut Jakob Sumarjo, kampung budaya adalah suatu lingkungan masyarakat yang berfungsi untuk memelihara adat istiadat, termasuk seni arsitektur bangunan. Dari hasil wawancara dengan Drs. Acep Jamhuri (kepala dinas Kebudayaan dan Pariwisata Karawang), kampung budaya Gerbang Karawang merupakan sarana dalam upaya promosi wisata, seni dan budaya Karawang. Bangunan yang ada mencerminkan seni arsitektur khas Karawang. Seni bangunan arsitektur yang berkembang di Karawang itu merupakan hasil pembauran yang dinamis dari budaya Mataram – Sunda dan Hindu – Islam, dan juga dipengaruhi dengan kondisi geografis yang ada, maka terdapat keunikan tersendiri seperti yang ditemukan di Kampung Sembilan, Desa Gempol, Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang. Keunikan itu yaitu: Jumlah penduduk selalu berjumlah akhir Sembilan dan rumah rumah penduduk memiliki arsitektur khas Sunda. Bentuk rumah selalu persegi panjang dengan bentuk atap seperti pelana, dan ada pengaturan ruang ruang didalam rumah. Dari hasil wawancara dengan Drs. Acep Jamhuri (kepala dinas Kebudayaan dan Pariwisata), kampung budaya Gerbang Karawang merupakan pusat miniatur seni budaya dan kuliner Karawang. Pembangunan kampung budaya Gerbang Karawang diatas tanah seluas 5 hektar dilokasi yang sangat strategis yang mudah dijangkau dari setiap penjuru. Yaitu di desa Wadas kecamatan Teluk Jambe Timur; posisinya persis setelah pintu gerbang Tol Karawang Barat. Karena letaknya yang strategis, diharapkan akan banyak menarik pengunjung dan meningkatkan perekonomian daerah.
20
b. 1.
2.
3.
Pengelolaan Aktivitas Kampung Budaya Tempat berkumpulnya Seniman Dengan dibangunannya fasilitas gedung serbaguna, galeri seni dan wisma seni, para Seniman dan Budayawan dapat berkumpul di kampung budaya Gerbang Karawang. Seniman dapat lebih mengedepankan komunikasi agar tidak terjadi miskomunikasi dalam memajukan budaya lokal. Jika terjadi masalah, agar bisa diselesaikan dengan berdialog. Seniman dapat menyelenggarakan lokakarya, misalnya pelatihan tentang penulisan seni rupa, baik itu kritik, resensi maupun laporan jurnalisme. Seniman juga bisa melaksanakan kajian atas seni rupa dan budaya, yang membahas materi-materi yang berkaitan dengan seni rupa dan budaya serta kaitannya dengan isu-isu sosial budaya. Lokakarya manajemen seni pertunjukan dapat mendapatkan bekal pematangan konsep, artistik, dan juga kemampuan manajerial pertunjukan seni. Seniman dapat mengetahui bagaimana manajemen harus bisa dengan peka mencari hal hal untuk bisa memasarkan pementasannya. Dilakukan juga lokakarya untuk menggodog aktivitas pengembangan seni budaya. Kolaborasi seni budaya Kolaborasi seni budaya dapat dilaksanakan di kampung budaya Gerbang Karawang, misalnya kolaborasi seni budaya tradisional dengan seni budaya kontemporer yang akan menghasilkan karya seni baru. Seperti kolaborasi musik gamelan dengan orchestra, akan menghasilkan karya seni luar biasa yang dibawakan oleh siswa siswi SMA Negeri 5 Karawang. Adanya kolaborasi seni budaya dapat melahirkan inovasi dan kreativitas. Pertunjukkan seni budaya Aktivitas kampung budaya mengisi pertunjukan berbagai kesenian seperti tari pameran dan pagelaran seni budaya dengan melibatkan pelajar dan mahasiswa. Melalui pameran yang digelar , pengunjung bisa menyaksikan pertunjukan seni seperti topeng banjet, teater rakyat tradisional khas Karawang, jaipongan khas Karawang dan rampak kendang, serta pameran sejarah Karawang dalam bentuk lukisan.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PEMANFAATAN KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DI KABUPATEN KARAWANG Oleh : Enjang Sudarman
4.
c. 1.
Pengenalan seni budaya Dilakukan revitatalisasi seni budaya dalam upaya menumbuh kembangkan seni dan budaya lokal Karawang. Tujuannya adalah untuk menghidupkan dan memperkenalkan kembali entitas seni tradisi yang telah lama menghilang dari khasanah seni budaya lokal Karawang. Isu yang muncul adalah menumbuh kembangkan seni dan budaya tradisi ( art and culture sustainability). Terdapat beberapa seni dan budaya tradisi Karawang yang hampir punah seperti tari Ajeng, maka di kampung budaya Gerbang Karawang dipentaskan kembali. Untuk aktivitas di kampung budaya Gerbang Karawang, terdapat bangunan sanggar budaya, pusat kuliner, dan sarana pendukung pariwisata lainnya. Sehingga dalam satu kunjungan orang dapat mengenal potensi apa saja yang ada di Karawang. Selain itu kampung budaya dijadikan pusat transit dari kampanye wisata. Jadi bagi para pengunjung dari luar kota, mereka bisa mengetahui apa saja yang bisa dikunjungi objek wisata di Karawang. Kampung budaya Karawang dapat memetakan objek kunjungan berdasarkan karakteristik objek seperti; wisata sejarah, wisata industri, wisata heritage, wisata pantai, wisata pegunungan dan lainnya. Dari aspek lokasi, kampung budaya cukup strategis karena berada di jalan interchange Karawang Barat. Transportasi cukup mudah dan tidak terlalu jauh dari pintu tol Karawang Barat. Dengan menyajikan keragaman seni budaya Karawang yang belum semua penduduk mengenalnya, maka kampung budaya Karawang akan menjadi icon kota Karawang. Para Budayawan, Pelaku Seni dan Masyarakat pencinta seni budaya Karawang menjadi senang dengan kehadiran kampung budaya Karawang. Pemanfaatan Kampung Budaya Promosi pariwisata dan seni budaya Menurut Undang Undang No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berkewajiban mempertahankan nilai nilai budaya dengan cara menambah fasilitas berupa bangunan yang sesuai dengan gaya arsitektur dan keharmonisan estetika lingkungan sekitar. Pemerintah Daerah memfasilitasi pemanfaatan dan promosi seni budaya untuk kepentingan agama, social, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
2.
pariwisata, pemanfaatan dan pelestarian peradaban bangsa serta pertukaran budaya lintas Negara atau lintas daerah yang terancam punah di masyarakat (kawasan permukiman tradisional seperti keberadaan kampung sunda), dan lanskap budaya. Warisan budaya yang bersifat wujud benda (tangible) dan yang bersifat nilai nilai budaya (intangible) merupakan bagian dari kebudayaan secara menyeluruh. Oleh karena itu upaya pelestariannya bertujuan untuk melindungi, mengembangkan dan memanfaatkannya. Hal ini berarti upaya pelestarian perlu memperhatikan keseimbangan antara kepentingan akademis, ideologis, dan ekonomis. Objek wisata yang sudah berjalan di kabupaten Karawang baru sebatas wisata pantai dan wisata alam. Berdasarkan data yang telah dihimpun oleh Disbudpar hingga bulan Oktober 2011, jumlah wisatawan pengunjung obyek wisata utama di kabupaten Karawang menunjukkan angka yang cukup tinggi. Di pantai Samudera Baru, jumlah wisatawan telah mencapai 135.556 orang, Tanjung Pakis 109.178 orang, wisata alam Mekar Buana 64.616 orang, dan wisata pantai Tanjung Baru 14.052 orang. Jadi total jumlah wisatawan di keempat obyek wisata unggulan tersebut telah mencapai 324.402 orang. Pembinaan seni budaya. Kampung budaya Gerbang Karawang dijadikan sarana pembinaan seni budaya. Pembinaan aspek kesejarahan, dilakukan penggalian nilai sejarah melalui lokakarya sejarah kabupaten Karawang, dan menyediakan tempat untuk menyimpan benda benda sejarah. Hasil wawancara dengan Drs. Acep Jamhuri (kepala dinas kebudayaan dan pariwisata Karawang) mengatakan: puluhan naskah kuno asli yang berisikan sejarah kabupaten Karawang masih tercecer dimasyarakat. Dinas budaya dan pariwisata belum bisa menguasai naskah tersebut karena terkendala oleh tidak adanya tempat yang aman, seperti museum untuk menyimpan naskah kuno itu. Naskah kuno asli Karawang jumlahnya puluhan, namun, data yang pastinya masih belum ada. Naskah tersebut kebanyakan berbentuk pantun. Selain itu, ada juga naskah yang menceritakan soal sejarah suatu daerah. Akan tetapi, saat ini
21
PEMANFAATAN KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DI KABUPATEN KARAWANG Oleh : Enjang Sudarman
naskah-naskah itu masih tercecer di masyarakat. Naskah kuno tersebut, belum bisa dikuasai Pemerintah karena sampai saat ini Pemda belum memiliki tempat yang representatif untuk menyimpan naskah tersebut. Jadi, jika sekarang naskah tersebut dikuasai Pemda, dikhawatirkan naskah itu justru hilang ataupun rusak. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diajukanlah anggaran untuk membangun museum. Tempat untuk menyimpan naskah kuno itu direncanakan bernama Museum Sunda Pura. Selain naskah, pihaknya juga akan menguasai sejumlah benda pusaka peninggalan masa purbakala. Karawang cukup kaya akan peninggalan sejarah. Salah satu contoh, telah ditemukannya sejumlah candi dan situs. Berdasarkan sejarahnya, Karawang ada kaitannya dengan Kerajaan Tarumanagara. Terkait dengan pembangunan museum, Karawang sudah memiliki rencana membangun museum sejak dulu. Namun, karena keterbatasan anggaran rencana itu belum juga terealiasi. Akan tetapi, pada tahun ini pihaknya akan merumuskan soal desain enginering detail (DED). Jika sudah ada DED, maka akan terlihatlah besaran biaya untuk pembuatan museum itu. Kampung budaya Gerbang Karawang di kabupaten Karawang dapat dimanfaatkan untuk pembinaan kesenian dengan melakukan kegiatan kegiatan diantaranya : 1) Melakukan kegiatan-kegiatan pementasan kesenian secara terbuka baik yang diselenggarakan secara sendiri maupun dengan cara kerjasama dengan pihak lain. 2) Melakukan usaha pelatihan-pelatihan kesenian yang bersifat praktis kepada masyarakat guna meningkatkan kecintaan terhadap kesenian yang berakar pada budaya asli Karawang. 3) Melakukan seminar-seminar yang bertujuan untuk menggali potensi kepariwisataan budaya. 4) Melakukan pengkajian dan penelitian guna meningkatkan kualitas pemahaman tentang kebudayaan sunda. 5) Melakukan kontak kerjasama dengan pihak luar guna mempromosikan hasil karya kesenian para anggota Dewan Kesenian Karawang, dan hasil karya kesenian masyarakat.
22
3.
4.
5.
Pelestarian seni budaya Program pelestarian seni dan budaya di kampung budaya Gerbang Karawang, telah menjalankan sejumlah kegiatan dalam upaya promosi dan menarik minat masyarakat dan generasi muda untuk ikut peduli terhadap seni dan budaya asli Karawang. Salah satunya adalah dengan menggelar Festival Kaulinam Budak Lembur; Workshop Teater Antar Pelajar dan Festival Musik; Gelaran Hajat Budaya Tatar Karawang; Festival Juru Kawih dan Rebab; Pemilihan Mojang Jajaka Karawang; Pameran Budaya; serta Revitalisasi Kreatifitas Budaya Lokal. Pewarisan seni budaya Menurut Ahimsa Putra Hendi Shiri (2001), melestarikan seni budaya berdasarkan teori strukturisme kebudayaan, dilihat melalui aktivitas social. Aktivitas yang biasa dilakukan di kampung budaya dalam rangka pelestarian adalah seminar dan lokakarya tentang seni budaya, pertunjukan seni, pameran seni budaya, bengkel seni, dan pertukaran budaya dengan daerah lain. Dari hasil pertukaran budaya dengan daerah lainnya dapat menghasilkan budaya baru. Pertukaran merupakan hukum dari kehidupan social, sehingga pertukaran budaya dapat menjaga kelestarian budaya. Menurut Edi Sedyawati (1981), usaha melestarikan kesenian tradisional dengan cara memelihara dan membina seni budaya yang dimiliki, ditempuh dengan : (1) mendokumentasikan secermat mungkin dengan menggunakan berbagai media yang sesuai . Hasil dokumentasi ini selanjutnya menjadi sumber acuan, tentunya apabila disimpan ditempat yang aman dan diregistrasi untuk penelusuran dengan mudah. (2) pembahasan dalam rangka penyadaran tentang nilai nilai budaya dan estetika. (3) pengadaan acara pertunjukan yang memungkinkan orang mengalami dan menghayati. Faktor Pendukung dan Penghambat a. Faktor Pendukung Kampung Budaya 1. Karawang memiliki aneka ragam seni budaya tradisi yaitu ; kesenian Bajidoran, Topeng Banjet, Wayang Golek, Calung, Bedug, Berokan, Ajeng, Tanjidor, Ketuk Tilu, Jaipongan, Pencak Silat, Tembang Cianjuran, Reog, Odong-Odong, Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PEMANFAATAN KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DI KABUPATEN KARAWANG Oleh : Enjang Sudarman
b.
Kosidah, Kliningan, dan Egrang. Kesenian tradisional yang popular dikenal dengan istilah “goyang karawang” awal mulanya berasal dari kesenian tradisonal “Topeng Banjet”. 2. Potensi pariwisata juga dapat dikembangkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada masa mendatang, diantaranya wisata seni (tari Topeng Banjet, Odong-Odong & Kedok Menyon, Egrang, Jaipongan, Wayang Golek, Calung, Pencak Silat, Angklung, Liong Barongsay), wisata budaya (situs Candi Jiwa, Candi Blandongan,), wisata peninggalan sejarah perjuangan (tugu Rengas Dengklok, monumen Rawa Gede), wisata alam pegunungan ( Curug Cigentis, Curug Bandung), wisata bendungan (Bendungan Walahar, Danau Kali Mati, Danau Cipule), wisata pantai (Tanjung Pakis, Samudra Baru, Tanjung baru, Pisangan). 3. Lokasi kampung budaya Karawang terdapat di dalam wilayah Desa Wadas Kecamatan Teluk Jambe Timur Karawang. Kawasan ini berada dalam satu wilayah kawasan Gerbang Karawang dengan akses gerbang tol Karawang Barat. Kampung budaya Gerbang Karawang berada di pinggir jalan utama kota Karawang sehingga secara geografis, letaknya cukup strategis. 4. Dukungan Pemerintah Daerah dalam program pembinaan dan pelestarian seni budaya 5. Dukungan anggaran untuk pembangunan kampung budaya Gerbang Karawang Faktor penghambat 1. Anggaran untuk pembinaan dan pelestarian seni budaya masih kurang 2. Sumber daya manusia tenaga: ahli sejarah kepurbakalaan, ahli seni, ahli perfilman masih kurang.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
3. 4.
Sarana prasarana untuk kesenian masih kurang. Belum memiliki gedung museum untuk penempatan benda sejarah
KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan uraian diatas, penulis menarik kesimpulan dengan melihat pemanfaatan kampung budaya Gerbang Karawangsebagai berikut: 1. Kampung budaya Gerbang Karawang di rencanakan berdasar-kan konsep : Memperkenalkan potensi seni budaya kepada masyarakat; Rehabilitasi tempat pertunjukan di tempat strategis; Penataan dan pengembangan seni budaya sebagai ruang publik yang memiliki daya tarik yang unik di bidang seni budaya dan pariwisata; Menjadikan kampung budaya sebagai pelestarian, pengenalan dan pengembangan seni budaya untuk meningkatkan kampung budaya sebagai pusat rekreasi di bidang seni dan budaya; Kampung budaya dijadikan wahana wisata. 2. Desain bangunan kampung budaya menggunakan bahan bambu (awi) yang mencerminkan budaya sunda, akar budaya arsitektur pasundan yang memiliki prinsip green environment. Arsitektur bambu sangat fleksibel dan demokratis, serta dapat menyatu dengan alam, memperhatikan prinsip ekologis, ramah terhadap iklim dan konstruksi tahan gempa. Arsitektur bambu berangkat dari lingkungan tradisional seperti kampung Kanekes (Banten Kidul), kampung Naga (Tasikmalaya), kampung Pulo (Garut), kampung Genereh ( Sumedang), kampung Palasah (Majalengka), kampung Gabus (Cirebon), kampung sembilan Desa Gempol Kecamatan Banyusari Karawang. 3. Keberadaan kampung budaya di kabupaten Karawang sangat diperlukan. Pemanfaatannya, sebagai promosi pariwisata, seni budaya, pembinaan seni budaya, pelestariaan seni budaya, dan pewarisan seni budaya. Pembangunan kampung budaya Gerbang Karawang diatas tanah seluas 5 hektar. letak lokasi sangat strategis, mudah dijangkau dari setiap penjuru, yaitu di desa Wadas kecamatan
23
PEMANFAATAN KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DI KABUPATEN KARAWANG Oleh : Enjang Sudarman
4.
B. 1.
2.
3.
4.
C.
Teluk Jambe Timur; Posisinya persis setelah pintu gerbang tol Karawang Barat. Karena letaknya yang strategis, akan dapat menarik pengunjung dan meningkatkan perekonomian daerah. Kendala yang dihadapi adalah faktor dana, sumberdaya manusia dan fasilitas untuk menjalankan fungsi promosi wisata, pembinaan seni budaya, pelestarian seni budaya dan pewarisan seni budaya. Saran saran. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata perlu menambah tenaga ahli dibidang sejarah, kepurbakalaan, kesenian dan perfilman. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata perlu menambah anggaran untuk kegiatan promosi, pariwisata, pembinaan, pelestarian dan pewarisan seni budaya. Dinaas Kebudayaan dan Pariwisata perlu mengadakan kerja sama dengan berbagai fihak untuk pengelolaan Kampung Budaya. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata perlu sarana prasarana terutama museum
Rekomendasi Agar dapat meningkatkan kunjungan Wisatawan, maka Dinas Kebudayan dan Pariwisata kabupaten Karawang perlu melakukan promosi wisata yang terdiri atas promosi dalam dan luar negeri, menerbitkan leafleat, booklet, guide book, dan rekaman audio visual lainnya yang bermutu standar, pemasangan berbagai iklan dan artikel majalah promo Karawang, berpartisipasi di dalam event-event internasional, nasional, dan regional yang berkaitan dengan promosi wisata.
24
DAFTAR PUSTAKA Ahimsa Putra Hendi Shiri Strukturalisme, Levi Straus, Mitosdan Karya Sastra, Gelang Press, Yogyakarta, 2001. Ahimsa-Putra . Pola Komunikasi Budaya Antaretnik. Bogor. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Depdikbud. 1999. Anne Ahira. Trasformasi Budaya. http:// www.anneahira.com/transformasi-budaya.htm Jacob Sumarjo, Sunda Pola Rasionalitas Budaya , penerbit Kelir Bandung, 2011. I Made Ary Kurniawan , Kampung Seni, http:// digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-69703201100078-abstrak.pdf Koentjaraningrat , sejarah Teori Antropologi, UI press, Jakarta, 1987. Koentjaraningrat.. Pengantar Ilmu Antropologi.:Rineka Cipta, Jakarta 2000. Sejarah Antropologi.UI Press, 1990 Pengantar Antropologi .:Asti Mahasatya, Jakarta, 1997 Mangkunegara, A.A.. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT Remaja Rosda Karya, Bandung. 2001 Mangkunegara, Pembelajaran selama pelatihan. 2005, http://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/ 2011-1-00006-PL%20BAB%202.pdf Sedyawati, Edi. . Tari. Tinjauan Dari Berbagai Segi. Jakarta: Pustaka Jaya.1980 Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan, 1981 Soedarsono, R M, Seni Pertunjukkan dan Pariwisata . rangkuman Esai tentang Seni Pertunjukkan Indonesia dan Pariwisata, Badan Penerbit ISI Yogyakarta, Yogyakarta 1999. Sujarwa.. Manusia dan Fenomena Budaya. :Pustaka Pelajar Yogyakarta 1999 Undang-Undang Nomor: 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Undang-Undang Nomor: 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN NET INTEREST MARGIN (NIM) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) (STUDI KASUS PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk) OLEH : Ekky Febriansyah dan IndraSiswanti
ABSTRACT This study aimed to analyze the effect of variable non-performing financing (NPF) and the net interest margin (NIM) of the return on assets (ROA). The method used in this study is a quantitative method. The aim is to provide a general overview of the data obtained and then calculated using linear regression analysis, the coefficient of determination, t test, and F test the results of this study show that these three variables has a coefficient of determination of 52.2% and the rest is influenced by other variables. Then partially through t test, non-performing financing (NPF) to obtain the equationY = 0,832 - 0,208 X and generate t hitung> ttabel with significance probability 0.006 significance <0.05 so as to have a significant effect on return on assets (ROA). While the net interest margin (NIM) yields the equation Y = 0.832 + 0.283 X and obtain thitung> ttabel with probability significance 0.000 <0.05 so as to have a significant effect on return on assets (ROA). Through the F test, the results obtained are Fhitung at 17.387> F table 3.10 with a significance level of 0.000 <0.05, which means that the non-performing financing (NPF) and the net interest margin (NIM) simultaneously have a significant effect on return on assets (ROA). Keywords: Non-Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM) and Return on Assets (ROA). PENDAHULUAN Perbankan syariah memiliki tujuan yang sama seperti perbankan konvensional, yaitu agar lembaga perbankan dapat menghasilkan keuntungan dengan cara meminjamkan modal, menyimpan dana, membiayai kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai. Sistem yang dianut dalam perbankan syariah sistem ekonomi islam, ekonomi islam itu sendiri menurut Sudarsono (2008:5) bertujuan mewujudkan tingkat pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia. Perkembangan jumlah lembaga keuangan syariah di Indonesia yang terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) ditunjukkan dalam Tabel berikut: Tabel 1 PerkembanganKelembagaanPerbankanSyariah Kelompok
Tahun
Bank
1992
1999
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
BUS
1
2
3
3
3
3
5
6
11
11
UUS
-
1
15
19
20
26
27
25
23
23
BPRS
9
78
86
92
105
114
131
139
150
154
Sumber: StatistikPerbankanSyariah (2011)
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa perkembangan kelembagaan perbankan syariah semakin meningkat sejak dikeluarkannya UndangUndang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dimana pada tahun 1992 hanya terdapat satu Bank Umum Syariah yang beroperasi di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia dan Sembilan Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Perkembangan kelembagaan bank syariah menunjukkan bahwa dengandilakukannya amandemen UU No. 7 tahun
25
PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN NET INTEREST MARGIN (NIM) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) (STUDI KASUS PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk) OLEH : EkkyFebriansyah dan IndraSiswanti
1992 menjadi UU No. 10 tahun 1998yang memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah diresponpositif oleh pelaku industri perbankan dengan adanya penambahan satu Bank UmumSyariahdansatu Unit Usaha Syariah, serta 69 Bank Perkreditan Rakyat Syariahpadatahun 1999. Sehinggapadatahun 2010, jumlah Bank UmumSyariah yang beroperasimenjadi 11, diikutioleh 23 Unit Usaha Syariah, dan 150 Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Peningkataneksistensi bank syariah di Indonesia juga didorong oleh tingginya minat masyarakat untuk menempatkan dananya di bank syariah sebagai akibat berkembangnya bank syariah. Perkembangan Perbankan Syariah tersebut dikarenakan produk dana perbankan syariah cukup memiliki daya tarik bagi deposan mengingat nisbah bagi hasil dan margin produk tersebut cukup kompetitifdibandingbunga di bank konvensional. Untukmenjaga agar perbankan syariah tetap dapat berkembang maka bank syariah harus selalu senantiasa dapat menjaga kinerjanya agar tetapsehat. Dan untuk dapat mengukur kinerjanya antara lain adalah bank syariah harus senantiasa menjaga agar nilai Non Performance Financing(NPF) bisa ditekan dibawah angka lima persen sebagaimana ketentuan dari Bank Indonesia. Selain itu untuk menjaga kinerjanya maka bank syariah pun dituntut agar bisa menghasilkan pendapatan dari pembiayaan yang disalurkan, dan ratio yang bisa mengukur pendapatan dari pembiayaan adalah ratio Net Interest Margin (NIM). Hal lain yang digunakanuntukmengukurkinerja bank syariahadalah agar bank senantiasa bisa memperoleh keuntungan secara keseluruhan melalui ratio Return on Asset (ROA). Kajian Literature Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Menurut Ismail (2011:32) Bank Syariah adalah bank yang kegiatannya mengacu pada hukum islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan syariah
26
harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam syariah Islam. Dalam menjalankan usahanya bank syariahpun harus senantiasa menjaga kinerjanya baik yang menyangkut masalah sumber pendanaan, pembiayaan maupun kemampuan bank untuk bisa memperoleh pendapatan. Sebagaiindikator yang menunjukkan kerugian akibat risiko kredit adalah tercermin dari besarnya Non Performing Loan (NPL), dalam terminologi bank syariah disebutNon Perfoming Financing (NPF).Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalur kanoleh bank Syariah. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank, semakin tinggi Inilai NPF (di atas 5%) maka bank tersebut dapat dikategorikan sebagai bank yang tidak sehat..Non Performing Financing (NPF) atau kredit bermasalah merupakan indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank.Menurut Mudrajad dan Suhardjono (2002:462)pengertian kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimanana sabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan. SementaraRasio NIM (Net Interest Margin) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan (Mahardian, 2008 dalam Puspitasari, 2009), sedangkan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan income daripengelolaan asset yang dimilikidapatdiukurdengan ratio Return on Asset (ROA) (Yuliani, 2007). Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu, Pratiwi (2010) meneliti tentang pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap ROA pada bank umum syariah. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa CAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Sedangkan BOPO dan NPF berpengaruh negatif dan signifikan ROA, sementara FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Mawardi (2005) melakukan penelitian tentang analisa faktor-faktor yang mempengaruhi kenerja keuangan bank umum di Indonesia. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa BOPO dan NPL
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN NET INTEREST MARGIN (NIM) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) (STUDI KASUS PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk) OLEH : EkkyFebriansyah dan IndraSiswanti
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, sedangkan NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sementara CAR tidak berpengaruh terhadap ROA. Selanjutnya, Anggraeni (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh kualitas aktiva produktif dan kredit bermasalah terhadap profitabilitas pada PT Bank BNI. Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa kualitas aktiva produktif berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, sementara NPL berpengaruh negatif terhadap dan signifikan terhadap ROA. Tujuan studi ini adalah untuk menganalisa pengaruh variabelNonPerforming Financing (NPF)danNet Interest Margin (NIM) terhadapReturn On Asset (ROA) pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk periode 2005-2012. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah di Indonesia, sedangkan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Pemilihan sampel ini didasarkan karena PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk merupakan bank syariah yang pertama di Indonesia. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan yang dipublikasikan oleh PT Bank Muamalat, Tbk. Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari Lembaga Riset Infobank periode penelitian tahun 2005 sampai dengan tahun 2012. Alat Analisis Dalam penelitian ini variabel independen (bebas) dan variabel independen (terikat) akan dijelaskan melalui teknik analisis data dengan menggunakan model regresi linier berganda karena variabel bebasnya lebih dari satu. Untuk melakukan peramalan maka dibuatlah persamaan sebagai berikut:
Untuk menganalisis data, penulis menggunakan uji t-statistik untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dan uji F-statistik untuk menguji pengaruh variable independen secara bersama-sama terhadap variable dependen, apakah ada pengaruh signifikan atau tidak. Analisis koefisien determinasi (R 2 ) digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari pengolahan data diperoleh data variavel independen dan variabel dependen sebagaimana nampak pada tabel dibawah ini: Tabel 1 Data Non Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM) dan Return On Asset (ROA) pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk periode 2005-2012 (Dalam Presentase) Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Y’ = β0 + β1X1 + β2X2 Y’
Dimana: = Return On Asset (ROA)
β0
= nilai Y’ jika X=0 (konstan)
β1β2
= KoefisienRegresivariabel X1, X2,
X1
= Non Performing Financing (NPF)
X2
= Net Interest Margin (NIM)
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
2011
2012
Mar-05
NPF (X1) 2,15
NIM (X2) 6,71
ROA (X3) 2,54
Jun-05
2,25
6,75
2,74
Sep-05
2,62
8,25
2,85
Des-05
2,00
6,29
2,53
Mar-06
2,01
7,59
2,96
Jun-06
2,99
6,77
2,60
Sep-06
3,50
8,59
2,36
Des-06
4,84
6,10
2,10
Mar-07
2,70
8,27
3,26
Jun-07
3,93
13,87
3,03
Sep-07
4,96
8,43
2,41
Des-07
1,33
7,60
2,27
Mar-08
1,61
8,26
3,04
Jun-08
3,72
8,41
2,77
Sep-08
3,88
8,31
2,62
Des-08
3,85
7,42
2,60
Mar-09
5,82
6,75
2,76
Jun-09
3,23
6,69
1,83
Sep-09
7,32
6,09
0,53
Des-09
4,10
5,15
0,45
Mar-10
5,83
6,39
1,48
Jun-10
3,93
6,32
1,07
Sep-10
3,36
6,44
0,81
Des-10
3,51
5,24
1,36
Mar-11
3,99
4,88
1,38
Jun-11
3,57
5,22
1,74
Sep-11
3,71
6,09
1,55
Des-11
1,78
5,01
1,52
Mar-12
1,97
4,40
1,51
Jun-12
1,94
4,11
1,61
Sep-12
1,61
4,51
1,62
Triwulan
Sumber: PT Bank Muamalat Indonesia, data diolah
27
PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN NET INTEREST MARGIN (NIM) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) (STUDI KASUS PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk) OLEH : EkkyFebriansyah dan IndraSiswanti
Dari data tersebut diatas dapat dilihat besaran nilai Non Performing Finance (NPF) rata-rata sebesar 2.35% dengan demikian nilai NPF bank Muamalat pada periode tersebut berada dibawah batas minimum NPF yang di tentukan Bank Indonesiayaitu sebesar 5 %. Dari data tersebut diatas dapat dilihat nilai NetInterest Margin (NIM) rata-rata sebesar 6.08 %, dengan demikian dapat dikatakan bahwa perolehan laba Bank Muamalat cukup baik dari tahun ketahun. Sedangkan nilai rata-rata Return on Asset (ROA) sebesar 2.06 %, dengan ratio tersebut menunjukan bank Muamalat semakin baik dalam penggunaan asset serta memanfaatkan seluruh dana yang ada untuk memperoleh keuntungan. Selanjutnya dari table tersebut di atas akan diuji dengan menggunakan Uji-t dan Uji-F sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Model Persamaan Regresi Linier Berganda Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Std. Model 1
B (Constant)
Error
,832
,421
NPF
-,208
,070
NIM
,283
,053
Beta
T
Sig.
1,977
,058
-,376
-2,968
,006
,680
5,360
,000
Sumber: output SPSS 19.00, data diolah (thn. 2012)
Berdasarkan tabel 2diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = 0,832 - 0,208 X-1+ 0,283 X Pengujian secara parsial variabel independent terhadap variabel dependent digunakan Uji-t dengah hasil seperti pada tabel 3 dibawah ini: Tabel 3 Hasil Uji t Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
,832
,421
NPF
-,208
,070
NIM
,283
,053
Beta
T
Sig.
1,977
,058
-,376
-2,968
,006
,680
5,360
,000
Performing Financing (NPF) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA).Dengan a =5% dan n = 31 diperoleh ttabel sebesar 2,048 dan thitung sebesar 5,360. Nilai thitung > ttabel dengan probabilitas signifikansi 0,000< 0,05 sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa secara parsialNet Interest Margin (NIM) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Tabel 4 Hasil Uji F ANOVAb Sum of Model 1
Squares
Mean Df
Square
Regression
9,976
2
Residual
8,032
28
18,008
30
Total
F
Sig.
4,988 17,387
,000a
,287
Sumber: outout SPSS 19.0, data diolah (2012)
Pada hasil perhitungan SPSS versi 19 diperoleh nilai Fhitung sebesar17,387. Berdasarkan hal tersebut, diperoleh nilai F hitung> F tabel atau 17,387>3,340dandenganprobabilitas signifikansi 0,000 < 0,05 artinya secara simultanNon Performing Financing (NPF) danNet Interest Margin (NIM) secara bersama-samamempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA). KoefisienDeterminasi Tabel 5 Hasil Uji Koefisien Determinasi b
Model Summary
Model
R
1
,744a
R Square ,554
Adjusted R
Std. Error of
Durbin-
Square
the Estimate
Watson
,522
,53561
1,466
Sumber : output SPSS 19.0, data diolah (2012)
Dari tabel Model Summary diatas dapat diketahui nilai R 2 (Adjusted R Square) adalah 0,522. Jadi, pengaruh variabel Non Performing Financing (NPF) danNet Interest Margin (NIM) terhadap Return On Asset (ROA) sebesar 52,2% sedangkan sisanya sebesar 47,8% dipengaruhi oleh variabel lain.
Smber: output SPSS 19, data diolah (2012)
Berdasarkanhasiluji-t pada table 3 diperolah hasil sebagai berikut: Dengan a=5% dan n = 31 diperoleh t tabel sebesar2,048dan thitung sebesar2,968.Jadi thitung> ttabel dengan probabilitas signifikansi 0,006< 0,05 sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa secara parsial Non
28
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Hasil analisis regresi menunjukan bahwa Non Performing Financing (NPF) danNet Interest Margin (NIM) berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Pengaruh hubungan antara Non Performing Financing (NPF) danNet Interest Margin (NIM) terhadap Return On Asset (ROA)
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN NET INTEREST MARGIN (NIM) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) (STUDI KASUS PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk) OLEH : EkkyFebriansyah dan IndraSiswanti
ditunjukkan melalui koefisien determinasi (R2) analisis regresi. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian terdahulu dimana Mawardi (2005) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Net Interest Margin (NIM) terhadap Return On Asset (ROA), dan Non Performing Loan (NPL) mempunyai pengaruh negative dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Hasil peneliti terdahulu yaitu Pratiwi (2010) juga menyatakan bahwa Non Performing Finance (NPF) memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap Return On Assets (ROA). Begitu hasil penelitian Anggraeni (2009) yang menyatakan bahwa Non Performance Loan (NPL) mempunyai pengaruh negative dansignifikan terhadap Return On Asset (ROA). KESIMPULAN Dari analisis yang telah dilakukan peneliti maka dapat disimpulkan bahwa secara partial Non Performing Financing (NPF) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA)danNet Interest Margin (NIM) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA), sedangkansecara simultanNon Performing Financing (NPF) danNet Interest Margin (NIM) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadapReturn On Asset (ROA). Saran Agar penelitian ini bis lebih lengkap diharapkan peneliti yang akan datang bisa memasukan variable independent lainya seperti Finance to Deposit Ratio (FDR), dengan demikian diharakan hasil penelitian yang akan datang akan lebih melengkapi hasil peneliti terdahulu yang belum memasukan variable FDR sebagai variable independent. DAFTAR PUSTAKA Almilia, Luciana Spica, dan Winny Herdiningtyas, 2005. “Analisa Rasio Camel terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 7 Nomor 2, STIE Perbanas, Surabaya, hal 12. Arthesa. Ade, dan Handiman. Edisi 2006. Bank Dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Jakarta. Indeks.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Dewi, Gemala. (2005). Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia. Jakarta: Kencana. Ericsson, S., & Loen, B. (2005). Manajemen Aktiva Passiva Bank Non Devisa. Jakarta: STIEP Press. Ghozali. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hassanudin, A. (2004). Perbankan Syariah di Indonesia. Banda Aceh : Yayasan Pena. Heri Sudarsono. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia Info Bank. Laporan Keuangan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. 2005 – 2012 per triwulan. Ismail. (2011). Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana. Kasmir. (2004). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kasmir. (2011). Manajemen Perbankan. Edisi 2008. Jakarta: PT Rajawali Pers. Kuncoro, M. (2003). Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Laporan Perkembangan Perbankan Syariah (2009) Luthfihani, Chindy Anggreani. (2009). Pengaruh Kualitas Aktifa Produktif (kap) Dan Kredit Bermasalah Terhadap Profitabilitas Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Tahun 2004-2009. Bandung: Program Studi Manajemen Universitas Komputer Indonesia. Mahardian, Pandu, 2008, Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM, dan LDR Terhadap ROA (Studi Kasus Perusahaan Perbankan yang Tercatat di BEJ Periode Juni 2002-Juni 2007), TESIS Program Pascasarjana Magister Manajemen UNDIP (tidak dipublikasikan). Mahmoeddin, H. A. (2010). Melacak Kredit Bermasalah. Jakarta: PT Pustaka Sinar Harapan. Mawardi, Wisnu. (2005). Analisis Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum Indonesia Tahun 1998-2001. Semarang: Program Studi Manajemen Universitas Diponegoro. Peraturan Bank Indonesia No. 13/3/PBI/2011 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank
29
PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN NET INTEREST MARGIN (NIM) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) (STUDI KASUS PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk) OLEH : EkkyFebriansyah dan IndraSiswanti
Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Pratiwi, Dhian Dayinta (2010). Pengaruh CAR, BOPO, NPF, dan FDR terhadap ROA Bank Umum Syariah. Priyatno, Duwi. (2009). SPSS untuk Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate. Yogyakarta: Gava Media. Purwoto, A. (2008) Modul Laboratorium S1 Manajemen. Jakarta: ABFI Institute Perbanas Santoso, Singgih. (2001). Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Efex Media Komputindo. Siamat, Dahlan. (2005). Manajemen Bank Umum. Jakarta: Intermedia. Sjahdeni, Sutan Remy. (2001). Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. Slamet Riyadi, 2006 Banking Assets And Liability Management. Edisi Ketiga. Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2012 Suhardjono, & Kuncoro, M. (2002). Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.
30
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tahun 2004 Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30 DPNP taggal 14 Desember 2001 Surat keputusan direksi Bank Indonesia No. 31/147/ Kep/DIR tanggal 12 November 1998 tentang kualitas aktiva produktif pasal 6 ayat 1 Taswan. (2006). Manajemen Perbankan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Yuliani. (2007). Hubungan Efisiensi Operasional Dengan Kinerja Profitabilitas Pada Sektor Perbankan Yang Go Publik Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya. Volume 5, No.10. Jakarta.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGUKURAN KINERJA PT. BUKIT ASAM TBK DENGAN ANALISA RASIO KEUANGAN (STUDI KASUS TAHUN 2009-2011) OLEH : Sumarsid
ABSTRACT To get an overview of a company's financial development , it is necessary that we make the data interpretation and analysis of the company concerned , where financial data will be reflected in the financial statements . Conduct analysis and interpretation of financial statements of a company are also useful to know the state and financial development of the company concerned . Based on the foregoing, the authors chose the problem of how " performance measurement PT Bukit Asam Tbk with financial ratio analysis (case study 2009-2011 ) Based on the analysis of liquidity ratios obtained results in 2009 , 2010 and 2011 PT Bukit Asam Tbk , has the ability to pay short-term obligations are immediately due to smooth assets . Because the current ratio , quick ratio , cash ratio , accounts receivable turnover and inventory turnover is high indicates the company is not investing , but the company has excess cash than needed at the time. Based on analysis of the results obtained solvency ratio of capital to assets ratio PT Bukit Asam Tbk from 2009 to 2011 in the amount of 70.57 % , 72.99 % and 70.95 % , meaning that the company has the ability to pay for long-term obligations and all liabilities the capital or assets of the company From the results of the profitability ratios obtained results with operating income assets Ratio of PT Bukit Asam Tbk from 2009 to 2011 in the amount of 43.9 % , 26.4 % , 31.8 % . The results of the activity ratio PT Bukit Asam Tbk Total Asset Turn Over Ratio from 2009 to 2011 in the amount of 610.92 % , 217.03 % and 609.12 % . And earnings each period was changed from 2009 to 2011 increased by 154 % . As for suggestions that can convey the writer as an input for companies such as : should the company improve the cash to better use , both for investment and for other operations since the company has excess cash than needed at the time. Companies should increase the company's revenue , to cover operational costs . Hendakya companies should further improve the company's sales revenue in order to make it better again . PENDAHULUAN 1.1 Masalah Untuk mendapatkan gambaran tentang perkembangan keuangan suatu perusahaan, perlulah kita mengadakan interpretasi dan analisa terhadap data perusahaan yang bersangkutan, di mana data keuangan akan tercermin di dalam laporan keuangan tersebut. Mengadakan analisa dan interpretasi terhadap laporan keuangan suatu perusahaan juga bermanfaat untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Dengan mengadakan analisa terhadap laporan keuangan dari perusahaan tersebut dapat dinilai sukses atau tidaknya manajemen perusahaan yang telah diberikan kepercayaan oleh para pemegang saham. Sukses atau tidaknya manajemen akan menentukan kesinambungan dari perusahaan, di samping itu tentunya para pemilik mengharapkan juga imbalan berupa deviden yang diharapkan dapat dicapai oleh perusahaan. Manajer atau pimpinan akan dapat mengetahui posisi keuangan pada masa lalu dan yang sedang berjalan, sehingga pimpinan akan dapat menyusun suatu neraca atau kebijakan yang
31
PENGUKURAN KINERJA PT. BUKIT ASAM TBK DENGAN ANALISA RASIO KEUANGAN (STUDI KASUS TAHUN 2009-2011) Oleh : Sumarsid
baik guna memperbaiki cara kepemimpinan yang lalu memperbaiki pengawasan intern yang ada serta hasil yang diharapkan pada masa mendatang akan lebih baik dan meningkat. PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk adalah perusahaan pertambangan batubara sesuai dengan anggaran dasar perseroan pasal 3, maksud dan tujuan perseroan adalah berusaha dalam bidang pengembangan bahan-bahan galian, terutama pertambangan batubara sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas. Pada 23 Desember 2002, perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan Public di Bursa Efek Indonesia dengan kode “PTBA”. PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk berkantor pusat di Jl. Perigi No. 1 Tanjung Enim 31716 Sumatera Selatan, serta kantor perwakilan Jakarta yaitu di Menara Kadin Indonesia 15th Floor, Jl. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 2-3, Jakarta 12950. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian “Bagaimanakah kinerja perusahaan pertambangan PT. Bukit Asam Tbk periode 2009, 2010 dan 2011 yang dianalisis dari pendekatan keuangan?” 1.2 Asumsi Sebagai bahan pemahaman agar tidak menimbulkan persepsi yang salah terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka perlu ditetapkan dengan jelas asumsi yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian. Asumsi yang ditetapkan adalah : Data laporan keuangan yang digunakan oleh penulis adalah lengkap dan akurat, Data keuangan yang dianalisis merupakan laporan keuangan periode tahun anggaran 2009, 2010 dan 2011, Penelitian ini hanya ditujukan kepada bagian keuangan perusahaan pertambangan PT. Bukit Asam Tbk. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah : mengetahui kinerja laporan keuangan perusahaan pertambangan PT. Bukit Asam Tbk, baik secara teoritis maupun praktisi. Laporan keuangan yang ada akan dihitung, dianalisa dan interprestasikan agar diketahui bagaimana kinerja perusahaannya, dan untuk mengevaluasi situasi dan kondisi keuangan
32
perusahaan dengan memprediksi kondisi keuangan pada masa yang akan datang. TINJUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan dan Analisa Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil dari suatu proses akuntansi dan juga merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik perusahaan. Selain itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar persahaan. Agar pemakai laporan keuangan dapat memperoleh gambaran yang jelas, maka laporan keuangan yang disusun harus berdasarkan pada prinsip akuntansi. Banyak para ahli akuntansi memberikan pengertian dan definisi yang berbeda mengenai akuntansi dan laporan keuangan, akan tetapi mengandung pengertian yang sama. Menurut Committee to prepare of basic accounting theory of the American Accounting Association, sebagaimana dikutip oleh Eldon S., Hendriksen dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Marianus Sinaga “Theory Akuntansi” (1993, p 4), mendefinisikan pengertian akuntansi sebagai berikut : “Akuntansi adalah proses pengindentifiasikan, pengukuran dan mengkomunikasikan informasi ekonomi untuk memungkinkan para pemakai informasi membuat pertimbangan dan keputusan yang tepat”.(1993, p 64) Dari definisi diatas mengandung beberapa pengertian yaitu : a. Bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri dari indentifikasi, pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi (bagian ini menjelaskan tentang kegiatan akuntansi). b. Bahwa informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi diharapkan berguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan (segi kegunaan dari akuntansi). Tujuan utama akuntansi adalah menyajikan ekonomi (economic information) dari suatu kesatuan ekonomi (economic entity) kepada pihak-
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGUKURAN KINERJA PT. BUKIT ASAM TBK DENGAN ANALISA RASIO KEUANGAN (STUDI KASUS TAHUN 2009-2011) Oleh : Sumarsid
pihak yang berkepentingan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan kesatuan ekonomi adalah badan usaha (business enterprice). Untuk menghasilkan informasi ekonomi, perusahaan perlu menciptakan suatu metode pencatatan, penggolongan, analisa dan pengendalian transaksi serta kegiatan-kegiatan keuangan, kemudian melaporkan hasilnya. Kegiatan akuntansi meliputi : a. Pengidentifikasikan dan pengukuran data yang relevan untuk suatu pengambilan keputusan. b. Pemprosesan data yang bersangkutan kemudian pelaporan informasi yang dihasilkan. c. Pengkomunikasikan informasi kepada pemakai laporan. Kegiatan-kegiatan tersebut diatas merupakan suatu proses akuntansi. 2.2 Analisa dan Interprestasi Agar berguna dalam proses pengambilan keputusan, laporan akuntansi perlu dianalisa dan diinterprestasikan. Analisa laporan keuangan (Financial Statement Analysis) pada hakekatnya adalah menghubungkan angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan dengan angka lain atau menjelaskan arah perubahannya. Interprestasi laporan keuangan (Financial Statement Interpretasi) menghubungkan angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan, menghasilkan analisa dengan keputusan yang akan diambil. Pengertian dari analisa laporan keuangan yang diikuti dari S.R., dalam bukunya akuntansi pengantar (1994, p 430). “Analisa laporan keuangan adalah hubungan antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna atau dapat menjelaskan arah perubahan. Di mana angka-angka dalam laporan keuangan akan sedikit artinya kalau dilihat secara sendiri-sendiri. Dengan analisa pemakai laporan keuangan lebih mudah menginterprestasikannya”(1994, p 430) Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk dapat menentukan posisi keuangan dan hasil usaha serta perkembangan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak adalah dengan cara menganalisa laporan keuangan yang dilakukan dengan mempelajari pos-pos laporan keuangan tersebut. Analisa tersebut dapat dilakukan pada laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya.Meskipun laporan keuangan meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
laba ditahan, pada umumnya untuk tujuan analisa lebih banyak digunakan neraca dan perhitungan laba-rugi. Selain itu juga definisi rasio menurut Djarwanto (2004, p 123) adalah “suatu angka yang menunjukan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan”. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Rasio-rasio keuangan yang dihitung menurut Suad Husnan (2004, p 78) bisa ditafsirkan dengan : a. Membandingkan dengan rasio-rasio keuangan perusahaan di masa lalu. b. Membandingkan dengan rasio-rasio keuangan lain dalam satu industri. Dari hasil analisa atas laporan keuangan tersebut, maka akan diketahui tentang : a. Kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan. b. Efisiensi dan perkembangan perusahaan. 2.3 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan Sebagaimana telah dijelaskan di muka, jika dilihat dari keberadaan pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan dapat dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu : 2.3.1Pihak-pihak di dalam perusahaan. a. Pemilik perusahaan. Para pemilik perusahaan berkepentingan untuk mengetahui perkembangan dan kondisi keuangan perusahaan. Dalam hal ini untuk mengetahui penggunaan dana dibandingkan dengan laba yang diperoleh, baik untuk cadangan perusahaan maupun bagian laba yang akan dinikmati oleh para pemilik perusahaan. b. Manajemen atau pimpinan perusahaan. Bagi manajemen atau pimpinan perusahaan akuntansi yang menyajikan laporan keuangan dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Diantaranya yaitu informasi bagi manajemen sebagai bahan analisa dan interprestasi dalam melakukan evaluasi atas kegiatan dan pencapaian hasil yang direncanakan perusahaan, yang akan digunakan untuk perusahaan pada kegiatan usaha pada periode mendatang. 2.3.2Pihak-pihak di luar perusahaan. a. Yang berkepentingan langsung dengan perusahaan.
33
PENGUKURAN KINERJA PT. BUKIT ASAM TBK DENGAN ANALISA RASIO KEUANGAN (STUDI KASUS TAHUN 2009-2011) Oleh : Sumarsid
1.
b.
Investor. Para investor luar yang bermaksud menginvestasikan modalnya ke dalam suatu perusahaan, untuk pelaksanaan investasinya harus terlebih dahulu mengetahui kemampuan perusahaan yang bersangkutan, maka investor sudah pasti akan memerlukan laporan keuangan perusahaan tersebut. 2. Kreditur. Para kreditur sangat memerlukan laporan keuangan perusahaan yang akan diberikan kredit untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan keputusan pemberian kredit. Hal ini dihubungkan dengan analisa positif atas kemampuan perusahaan mengembalikan pinjaman. Yang berkepentingan tidak langsung dengan perusahaan. Kelompok ini berkepentingan dengan perusahaan sehubungan dengan fungsifungsinya, di lingkungan dunia usaha, kelompok ini meliputi : 1. Pemerintah. Pemerintah sangat berkepentingan dalam menilai maju mundurnya perusahaan yang ada di negaranya, untuk memberikan kebijaksanaan dari sektor pajak atau kebijaksanaan lain yang berkaitan dengan pemberian fasilitas tertentu dari pemerintah. 2. Auditor dan analis keuangan. 3. Serikat pekerja. Bagi para karyawan atau pegawai perusahaan sebenarnya sangat berkepentingan untuk mendapatkan informasi keuangan perusahaan, hal ini dihubungkan dengan hak-hak pegawai dalam bidang penggajian, bonus serta fasilitas social dari perusahaan untuk tujuan kesejahteraan perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan pengabdian pegawai pada perusahaan.
2.4 Komponen Laporan Keuangan 2.4.1Neraca / Balance Sheet. Neraca menggambarkan keuangan perusahaan posisi aktiva, kewajiban dan modal suatu
34
perusahaan.Laporan ini disusun setiap saat dan merupakan opname situasi posisi keuangan pada setiap periode (bulan). 2.4.2 Laporan Laba Rugi. Laporan laba rugi merupakan laporan yang menggambarkan pendapatan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan aktivitasnya selama periode tertentu. 2.5 Analisa Rasio Menurut Arief Sugiono dan Edy Untung (2008, p 56), pengertian analisa rasio adalah suatu angka yang menunjukan hubungan antara unsur-unsur dalam laporan keuangan. Rasio keuangan yang dilakukan untuk melihat kondisi keuangan perusahaan dapat diklasifikasian menjadi lima kelompok, yaitu : 2.5.1Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas yaitu : rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi jangka pendeknya. Suatu perusahaan dikatakan likuid apabila : a. Mampu untuk memenuhi kewajiban-kewajiban tepat waktu (kewajiban keuangan pada pihak eksternal). b. Mampu memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi normal (kewajiban keuangan pada pihak internal). c. Membayar bunga dan tingkat deviden yang dibutuhkan. d. Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan. 2.5.2Rasio laverage Rasio laverageyaitu : rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang. a. Rasio aktivitas, yaitu : rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menggunakan kekayaan (assets) yang dimilikinya. b. Rasio profitabilitas, yaitu : rasio yang digunakan untuk mengukur hasil akhir yang dicapai dari serangkaian kebijaksanaan dan keputusan dalam perusahaan. c. Market value ratio, yaitu : rasio yang mengukur nilai perusahaan di pasar modal. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 3.1 Penyajian Data Salah satu hal yang perlu kita perbaiki dalam analisa kasus seperti kasus keuangan ini adalah pemahaman mengenai penggunaan metode analisa
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGUKURAN KINERJA PT. BUKIT ASAM TBK DENGAN ANALISA RASIO KEUANGAN (STUDI KASUS TAHUN 2009-2011) Oleh : Sumarsid
kuantitatif. Dalam memecahkan suatu masalah, kita perlu memiliki pemahaman yang mendasar agar kita dapat menentukan parameter dan variablel yang sesuai untuk selanjutkan menggunakan model yang tepat. Tujuan analisa kasus ini adalah tidak hanya memberikan rumus untuk memperoleh angka-angka yang diharapkan, tetapi lebih jauh dari itu, tujuannya adalah untuk menganalisa semua angka-angka yang saling berkaitan dalam rangka memecahkan masalah. Untuk menganalisa tentang kinerja keuangan operasional PT Bukit Asam, Tbk dapat dilihat dari banyak sisi, baik secara sendiri-sendiri maupun secara simultan. Pada kasus ini penulis akan melihat dari beberapa aspek data yang lengkapnya disajikan berikut ini. a.
Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan hasil dari kegiatan operasional PT. Bukit Asam, Tbk pada waktu tertentu. Dalam hal ini diambil data tahun 2009-2011. Di dalamnya terdapat informasi mengenai inflow asset (revenue), outflow asset (expenses), dan kenaikan atau penurunan yang dihasilkan semua kegiatan tersebut. Laporan laba rugi ini menjelaskan pendapatan dan pengeluaran pada tahun 2009, 2010 dan 2011 dan dapat menjawab pertanyaan tentang besarnya laba atau kerugian yang dihasilkan oleh perusahaan, dan variabel-variabel pendapatan serta pengeluaran apa yang perlu diperhatikan. Tabel 1 LABA RUGI PT. BUKIT ASAM TBK (Dalam Jutaan Rp kecuali laba bersih per saham) KETERANGAN Penjualan Harga pokok penjualan Laba kotor Beban usaha Laba usaha Pendapatan lain-lain (bersih) Bagian (rugi)/laba bersih dari perusahaan asosiasi Laba sebelum pajak penghasilan Pajak penghasilan Hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan Laba bersih Laba bersih per saham Jumlah saham beredar Harga pasar saham terhadap laba bersih per saham EBITDA Pengeluaran usaha
2011 10.581.570 (5.302.592) 5.278.978 (1.613.949) 3.665.029 396.866 (2.791)
TAHUN 2010 7.909.154 (4.258.988) 3.650.166 (1.346.008) 2.304.158 301.057 (5.565)
2009 8.947.854 (4.104.301) 4.843.55. (1.295.238) 3.548.315 217.039 (3.352)
4.059.104
2.599.650
3.762.002
(2.791) 2231
(600.713) 9.954
(1.032.675) (1.593)
3.088.067 1.339 2.304 41
2.008.891 872 2.304 26
2.727.734 1.184 2.304 15
4.134.370 6.916.541
2.669.063 5.531.862
3.844.559 5.315.389
b.
Neraca Keuangan Neraca keuangan ini memuat semua informasi mengenai sumber dana dan equity. Dengan demikian,neraca keuangan mencerminkan semua transaksi yang dibuat oleh perusahaan pada periode tertentu. Adapun neraca keuangan yang disajikan di sini adalah PT Bukit Asam, Tbk untuk periode 2009, 2010 dan tahun 2011. Tabel 2 NERACA PT. BUKIT ASAM TBK (Dalam Jutaan Rp kecuali laba bersih per saham) (Dalam jutaan Rp) KETERANGAN ASET Kas dan setara kas Piutang usaha (bersih) Persediaan (bersih) Aset lancar lainnya Aset lancar Taksiran klaim atas kelebihan pembayaran pajak Investasi pada perusahaan asosiasi Property pertambangan Aset tetap (bersih) Aset tidak lancar lainnya Aset tidak lancer Jumlah asset KEWAJIBAN DAN EKUITAS Hutang usaha Biaya yang masih harus dibayar Hutang pajak Kewajiban lancar lainnya Kewajiban lancar Penyisihan manfaat pensiun dan kesejahteraan karyawan Penyisihan beban pengelolaan lingkungan hidup setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Kewajiban jangka panjang lainnya Kewajiban tidak lancar Jumlah kewajiban Hak minoritas Jumlah ekuitas Jumlah kewajiban dan
2011
TAHUN 2010
2009
6.791.291 1.180.195 644.833 242.941 8.859.260 -
5.054.075 997.178 423.678 171.022 6.645.953 -
4.709.104 1.491.460 409.901 172.926 6.783.391 -
403.083
266.979
122.620
174.824 1.140.466 929.471 2.647.844 11.507.104
187.542 921.005 701.220 2.076.746 8.722.699
199.063 371.523 601.981 1.295.187 8.078.578
122.282 1.249.680
73.156 748.235
58.097 789.369
413.217 127.244
197.836 128.501
431.230 102.212
1.912.423 1.224.815
1.147.728 959.072
1.380.908 759.792
204.844
174.343
151.266
308
774
1.133.723 2.281.451 74.512 6.366.736 8.722.699
911.832 2.292.740 84.466 5.701.373 8.078.578
1.429.679 3.324.102 76.743 8.165.002 11.507.104
Sumber : PT. Bukit Asam Tbk
Sumber : PT. Bukit Asam Tbk
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
35
PENGUKURAN KINERJA PT. BUKIT ASAM TBK DENGAN ANALISA RASIO KEUANGAN (STUDI KASUS TAHUN 2009-2011) Oleh : Sumarsid
3.2 Analisa Data Dalam menganalisa kinerja laporan keuangan ini penulis menggunakan analisis kualitatif dengan menggunakan pendekatan rumus-rumus keuangan dari Munawir, (2007, p 104-105) yang meliputi : a. Rasio Likuiditas Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial/ keuangan jangka pendek. Keuangan perusahaan dapat dikatakan likuid apabila disamping dapat mendanai bisnis sehari-hari, perusahaan tersebut juga dapat melunasi hutang yang jatuh tempo. Rasio likuiditas meliputi : 1. Current ratio
4. Perputaran piutang Penjualan Perputaran piutang
= Rata rata piutang 8.947.854
Tahun 2009
=
= 5,9 kali 1.491.460 7.909.154
Tahun 2010
=
= 6,4 kali 1.244.319 10.581.570
Tahun 2011
=
= 9,7 kali 1.088.686
5. Perputaran persediaan
Aktiva lancar Current ratio =
x 100%
Harga pokok
Utang lancar
Perputaran persediaan = Rata rata persediaan
6.783.391 Tahun 2009
=
x 100%
= 491,22%
4.104.301
1.380.908
Tahun 2009
=
6.645.953 Tahun 2010
=
x 100%
= 579,05%
1.147.728
4.258.988 Tahun 2010
8.859.260 Tahun 2011
= 10,01 kali 409.901
=
x 100%
=
= 10,22 kali 416.789,5
= 463,24%
1.912.423
5.302.592 Tahun 2011
2. Acid test ratio (Quick ratio)
=
= 9,93 kali 534.255,5
Current Asset - inventory Quick ratio
=
x 100% Utang lancar
b.
6.783.391 – 409.901 Tahun 2009
=
x 100% = 461,5% 1.380.908 6.645.953 - 423.678
Tahun 2010
=
x 100%
= 542,13%
x 100%
= 429,52%
1.147.728 8.859.260 - 644.833 Tahun 2011
= 1.912.423
3. Cash ratio
Rasio Solvabilitas Rasio ini digunakan untuk menganalisa posisi keuangan jangka panjang, karena kondisi keuangan jangka pendek yang baik tidak menjamin adanya kondisi keuangan jangka yang baik pula. Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajiban saat perusahaan dilikuidasi, rasio solvabilitas antara lain : 1. Rasio Modal dengan aktiva Modal Sendiri
kas Cash ratio
=
Rasio Modal dengan aktiva =
x 100%
4.709.104 Tahun 2009
=
5.701.373 x 100%
= 341%
Tahun 2009
=
1.380.908
=
x 100%
= 440,35%
1.147.728
=
=
36
x 100%
= 72,99%
x 100%
= 70,95%
8.722.699 8.165.002 x 100%
1.912.423
= 70,57%
6.366.736 Tahun 2010
6.791.291 Tahun 2011
x 100% 8.078.578
5.054.075 Tahun 2010
x 100% Total aktiva
Utang lancar
= 355,11%
Tahun 2011
= 11.507.104
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGUKURAN KINERJA PT. BUKIT ASAM TBK DENGAN ANALISA RASIO KEUANGAN (STUDI KASUS TAHUN 2009-2011) Oleh : Sumarsid
2. Rasio Modal dengan aktiva tetap
6. Rasio utang atas modal sendiri Total utang
Modal Sendiri Rasio Modal dengan aktiva tetap =
x 100%
Rasio utang atas modal sendiri =
x 100% Modal sendiri
Aktiva tetap
2.292.740
5.701.373 Tahun 2009
=
x 100%
= 1.534,5 %
Tahun 2009
=
371.523 6.366.736 Tahun 2010
=
x 100%
= 691,3%
921.005
= 40,2%
x 100%
= 35,8%
x 100%
= 39,7%
2.281.451 Tahun 2010
= 6.366.736
8.165.002 Tahun 2011
x 100% 5.701.373
=
x 100%
= 715,9%
1.140.466
3.242.102 Tahun 2011
= 8.165.002
3. Rasio hutang jangka panjang dengan Modal sendiri
x 100%
= 15,9 %
x 100%
= 17,8%
Rasio Rentabilitas Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui semua sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, seperti penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, cabang dan lain-lain. Rasio rentabilitas antara lain : 1. Ratio laba usaha dengan aktiva usaha
= 17,5%
Ratio laba usaha dengan = aktiva usaha
Hutang jangka panjang Ratio Hutang jangka panjang = dengan modal sendiri
x 100% Modal sendiri
911.832 Tahun 2009
= 5.701.373 1.133.723
Tahun 2010
=
c.
6.366.736
laba usaha 1.429.679 Tahun 2011
=
x 100%
x 100% aktiva usaha
8.165.002
3.548.315
4. Rasio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang
Tahun 2009
Aktiva tetap Ratio aktiva tetap dengan = x 100% hutang jangka panjang Hutang jangka panjang
Tahun 2010
= 2.304.158 =
=
x 100%
= 40,7 %
911.832
3.665.029 Tahun 2011
=
x 100% = 31,8% 11.507.104
921.005 Tahun 2010
x 100% = 26,4% 8.722.699
371.523 Tahun 2009
x 100% = 43,9% 8.078.578
=
x 100%
= 81,3%
1.133.723
2. Perputaran Aktiva usaha
1.140.466 Tahun 2011
=
x 100%
= 79,7%
1.429.679
Penjualan Perputaran Aktiva usaha
Aktiva Usaha
5. Rasio utang atas aktiva
8.947.854 Tahun 2009
Total utang Rasio utang atas aktiva =
= 7.909.154
Tahun 2010
2.292.740 =
x 100%
= 1,1 kali 8.078.578
x 100% Total aktiva
Tahun 2009
=
=
= 0,8 kali 8.722.699
= 28,38%
8.078.578
10.581.750 2.281.451 Tahun 2010
=
Tahun 2011 x 100%
= 26,15%
x 100%
= 29,04%
=
= 0,9 kali 11.507.104
8.722.699 3.242.102 Tahun 2011
= 11.507.104
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
37
PENGUKURAN KINERJA PT. BUKIT ASAM TBK DENGAN ANALISA RASIO KEUANGAN (STUDI KASUS TAHUN 2009-2011) Oleh : Sumarsid
3. Gross Margin Ratio
7. Rentabilitas modal sendiri Laba kotor
Gross Margin Ratio
=
x 100% Penjualan
Laba bersih Rentabilitas modal sendiri =
4.843.550 Tahun 2009
=
x 100%
= 54,1%
8.947.854
2.729.327 Tahun 2009
=
=
x 100%
= 46,1%
7.909.154
= 50,51%
x 100%
= 36,52%
x 100%
= 44,45%
2.008.067 Tahun 2010
= 5.498.225
5.278.978 Tahun 2011
x 100% 5.402.483
3.650.166 Tahun 2010
x 100% Modal sendiri
=
x 100%
= 49,8%
10.581.750
3.088.067 Tahun 2011
= 6.946.837
4. Operating profit Margin Laba usaha Operating profit Margin
=
x 100% Penjualan
3.548.315 Tahun 2009
=
x 100%
= 39,7%
x 100%
= 29,1%
x 100%
= 34,6%
8.947.854 2.304.158 Tahun 2010
= 7.909.154 3.665.029
Tahun 2011
= 10.581.750
d.
Rasio Aktivitas Rasio ini mengukur seberapa perusahaan mengelola dan menggunakan kekayaan/assets yang dimilikinya. Rasio ini melakukan sejumlah perbandingan antara penjualan dengan investasi dalam aktiva di mana persediaan, piutang dan aktiva tetap apakah jumlah penjualan yang dilakukan perusahaan sebanding dengan investasi yang dilakukan pada kekayaannya. Ratio Aktivitas meliputi: 1. Total Aset turn over
5. Net Margin rasio
Total pendapatan Total Aset turnover =
Laba bersih Net Margin rasio
=
Total Aktiva
x 100% Penjualan
2.729.327 2.727.734 Tahun 2009
=
Tahun 2009
=
x 100% = 30,50%
=
0,34 kali
=
0,23 kali
=
0,27 kali
8.078.578
8.947.854
2.008.067
2.008.067 Tahun 2010
=
x 100% = 25,38%
Tahun 2010
= 8.722.699
7.909.154
3.088.067
3.088.067 Tahun 2011
=
x 100% = 29,18%
Tahun 2011
= 11.507.104
10.581.750
6. Net rate of ROI
2. Total Aset turn over ratio Laba bersih
Net rate of ROI
=
x 100% Jumlah aktiva
Total pendapatan Total Aset turn over ratio =
2.729.327 Tahun 2009
=
x 100%
2.729.327
= 33,78%
Tahun 2009
8.078.578
=
=
x 100%
= 23,02%
Tahun 2010
=
8.722.699 =
38
3.088.067 x 100%
11.507.104
x 100% = 218,02% 921.005
3.088.067 Tahun 2011
x 100% = 610,92% 446.754 2.008.067
2.008.067 Tahun 2010
x 100 % Total Aktiva tetap
= 26,83%
Tahun 2011
=
x 100% = 609,12% 1.140.46
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGUKURAN KINERJA PT. BUKIT ASAM TBK DENGAN ANALISA RASIO KEUANGAN (STUDI KASUS TAHUN 2009-2011) Oleh : Sumarsid
3.3 Pembahasan a. Hasil analisa Rasio Likuiditas 1. Current Rasio Pada tahun 2009 PT Bukit Asam, Tbk mempunyai Current rasio sebesar 491,2% yang artinya setiap Rp 1- utang lancar dijamin sebesar Rp 4,910,- jumlah ini lebih rendah dibandingkan tahun 2010 sebesar 579,05% yang artinya setiap Rp 1,- utang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 5,790,- dan pada tahun 2011 juga lebih rendah dibandingkn 2010 sebesar 463,24% yang artinya setiap Rp 1,- utang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 4,632,. Dari tahun 2009 ke tahun 2010 perusahaan mempunyai kemampuan yang baik dalam membayar kewajiban jangka pendeknya hal ini dapat dilihat dari rasio lancar yang dimiliki PT Bukit Asam, Tbk sudah diatas angka 100%. Namun rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan saat itu. 2. Acid test ratio Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibankewajiban lancar yang dijamin dengan aktiva lancar yang lebih likuid (yang mudah dikonfersikan kedalam kas) yaitu aktiva lancar yang telah dikurangi dengan persediaan dan biaya dibayar dimuka. Pada tahun 2009 PT Bukit Asam, Tbk mempunyai quick rasiosebesar 461,5% yang artinya setiap Rp 1- utang lancar dijamin sebesar Rp 4,615,- jumlah ini menunjukan utang lancar lebir rendah dibandingkan tahun 2010 sebesar 542,13% yang artinya setiap Rp 1,- utang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 5,421,dan pada tahun 2011 sebesar 429,52% yang artinya setiap Rp 1,- utang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 4,295,- juga lebih rendah dibandingkan dari tahun 2010. Dari tahun 2009-2011 perusahaan mempunyai kemampuan yang baik dalam membayar kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar di luar biaya dibayar dimuka.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
3.
4.
5.
Cash ratio Rasio ini menunjukan porsi kas yaitu aktiva lancar yang paling likuid yang dapat menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Pada tahun 2009 PT Bukit Asam, Tbk mempunyai cash ratio sebesar 341% sedangkan pada tahun 2010 sebesar 440,35% dan pada tahun 2011 sebesar 355,11%. Pada tahun 2009 lebih rendah dibandingkan tahun 2010 dan begitu juga dengan tahun 2011 lebih rendah dibandingkan dari tahun 2010 tapi perusahaan mempunyai cash ratio yang baik yang artinya perusahaan mempunyai kemampuan yang dalam membayar kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan kas yang dimiliki perusahaan. Karena rasio lancar, rasio cepat, dan rasio kas utang lancar yang tinggi pula menunjukan perusahaan tidak melakukan investasi yang besar, namun yang terlalu tinggi juga menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan pada saat itu. Perputaran piutang Pada tahun 2009 PT Bukit Asam,Tbk mempunyai perputaran piutang sebanyak 5,9 kali sedangkan pada tahun 2010 lebih banyak dibandingkan 2009 sebanyak 6,4 kali dan tahun 2011 lebih banyak dari tahun 2010 sebanyak 9,7 kali. Piutang perusahaan PT Bukit Asam, Tbkmempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit. Makin tinggi rasio perputaran menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut. Perputaran persediaan Pada tahun 2009 PT Bukit Asam, Tbk mempunyai perputaran persediaan sebanyak 10,01 kali jumlah perputaran tahun 2009 lebih sedikit dibandingkan tahun 2010 sebanyak 10,22 kali dan tahun 2011 juga lebih sedikit dari tahun 2010 sebanyak 9,93 kali perputaran. Persediaan perputaran adalah merupakan rasio antara
39
PENGUKURAN KINERJA PT. BUKIT ASAM TBK DENGAN ANALISA RASIO KEUANGAN (STUDI KASUS TAHUN 2009-2011) Oleh : Sumarsid
jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. b. Hasil analisa rasio solvabilitas 1. Rasio modal dengan aktiva Pada tahun 2009 PT Bukit Asam, Tbk mempunyai rasio modal dengan aktiva usaha sebesar 43,9% jumlah tahun 2009 lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2010 sebesar 26,4% dan pada tahun 2011 lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar 31,8%. Dari perhitungan di atas pada tahun 2010 ratio modal dengan aktiva lebih rendah dari tahun 2009 dan 2011. Rasio ini menunjukan pentingnya dari sumber modal pinjaman dan tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditor. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin kecil jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. 2. Rasio modal dengan aktiva tetap Kalau rasio ini lebih dari 100% berarti modal sendiri melebihi dari aktiva tetap dan menunjukan aktiva tetap seluruhnya dibiayai oleh pemilik perusahaan dan sebagian dari aktiva lancar juga dibiayai oleh pemilik perusahaan. Sebaliknya kalau ratio dibawah 100% berarti sebagian aktiva tetapnya dibiayai dengan modal pinjaman jangka pendek atau jangka penjang, sedangkan aktiva lancar seluruhnya dibiayai oleh modal pinjaman. Rasio ini menunjukkan pada tahun 2009 sebesar 1.534,5% lebih besar dibandingkan dari pada tahun 2010 yang hanya 691,3% dan tahun 2011 juga lebih besar dibandingkan dari tahun 2010 sebesar 715,9%. 3. Rasio hutang jangka panjang dengan modal sendiri Pada tahun 2009 PT Bukit Asam, Tbk mempunyai rasio hutang jangka panjang dengan modal sebesar 15,9% sedangkan pada tahun 2010 lebih besar dibandingkan 2009 sebesar 17,8% dan pada tahun 2011 lebih rendah dibandingkan dari tahun 2010 sebesar 17,5%. Rasio ini merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari
40
4.
5.
6.
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Rasio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang Rasio ini mengukur tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditor jangka panjang disamping itu juga menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh pinjaman baru dengan jaminan aktiva tetap. Pada tahun 2009 PT Bukit Asam mempunyai aktiva tetap dengan hutang jangka panjang sebesar 40,7% sedangkan tahun 2010 lebih besar dibandingkan dari tahun 2009 sebesar 81,3% dan tahun 2011 juga lebih rendah dibandingkan dari tahun 2010 sebesar 79,7%. Rasio utang atas aktiva Rasio ini menunjukan besarnya porsi utang dibandingkan dengan aktiva atau besarnya porsi pembiayaan aset yang berasal dari utang. Pada tahun 2009 PT Bukit Asam, Tbk mempunyai rasio utang atas aktiva sebesar 28,38% yang artinya setiap Rp 1- aktiva menjamin sebesar Rp 0.2838,- seluruh kewajiban perusahaan pada tahun 2009 lebih besar dibandingkan tahun 2010 sebesar 26,15% yang artinya setiap Rp 1,aktiva menjamin Rp 0.2615,- seluruh kewajiban perusahaan pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 juga lebih besar dibandingkan dari tahun 2010 sebesar 29,04% yang artinya setiap Rp 1,- aktiva menjamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 0.2904,- seluruh kewajiban perusahaan pada tahun 2011. Rasio utang atas modal Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal yang dimiliki oleh pemilik dapat menutupi kewajiban-kewajiban kepada pihak luar. Semakin kecil rasionya semakin baik. Pada tahun 2009 PT Bukit Asam, Tbk mempunyai rasio utang atas modal sebesar 42,43% yang artinya setiap Rp 1- modal sendiri menjamin Rp 0.4243,- seluruh kewajiban perusahaan sedangkan pada tahun 2010 lebih rendah dibandingkan dari tahun 2009 sebesar 41,49% yang artinya setiap Rp 1,- modal sendiri
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGUKURAN KINERJA PT. BUKIT ASAM TBK DENGAN ANALISA RASIO KEUANGAN (STUDI KASUS TAHUN 2009-2011) Oleh : Sumarsid
menjamin Rp 0.4149,- dan pada tahun 2011 lebih besar dibandingkan tahun 2010 sebesar 48,10% yang artinya setiap Rp 1,- modal sendiri menjamin sebesar Rp 0.4810,-. Seluruh kewajiban perusahaan. Dari tahun 2009-2011 perusahaan mempunyai rasio utang atas modal yang solvable yang artinya perusahaan mempunyai kemampuan yang baik dalam membayar kewajiban-kewajibannya baik jangka panjang maupun jangka pendeknya dengan modal yang dimiliki perusahaan. 4. c. Rasio Rentabilitas 1. Ratio laba usaha dengan aktiva usaha Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut (operating asset). Yang dimaksud dengan operating asset adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktivaaktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan. Pada tahun 2009 operating asset sebesar 43,9% jumlah tahun 2009 lebih besar dibandingkan tahun 2010 sebesar 26,4% dan tahun 2011 lebih besar dibandingkan tahun 2010 sebesar 31,8%. Jadi tahun 2010 lebih kecil dibandingkan tahun 2009 dan 2011. 2. Perputaran aktiva usaha Perputaran aktiva tahun 2009 lebih besar dibandingkan 2010 sebesar 1,1 kali sedangkan tahun 2010 sebesar 0,8 kali dan tahun 2011 juga lebih besar dibandingkan 2010 sebesar 0,9 kali. Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. 3. Gross margin ratio Gross margin ratiotahun 2009 sebesar 0,54 atau 54%. Ini menunjukkan bahwa laba kotor yang diperoleh PT Bukit Asam, Tbk selama 1 tahun sebesar 54% sedangkan pada tahun 2010 sebesar 0,46 atau 46% ini menunjukan bahwa
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
5.
6.
laba kotor yang diperoleh selama 1 tahun sebesar 46% dan pada tahun 2011 sebesar 0,49 atau 49% ini menunjukan bahwa laba kotor yang diperoleh selama 1 tahun sebesar 49%. Dilihat dari hasil perhitungan diatas berarti bahwa gross margin ratio tahun 2009 lebih baik dibandingkan dari 2010 dan 2011 juga lebih baik dibandingkan dari tahun 2010 walaupun angkanya kurang signifikan. Semakin besar atau tinggi gross margin ratio suatu perusahaan menunjukan semakin baik peusahaan tersebut memperoleh laba kotornya. Operating margin ratio Operating margin ratio PT Bukit Asam, Tbk tahun 2009 sebesar 0,39 atau 39% dan untuk tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2009 sebesar 0,29 atau 29% sedangkan tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 sebesar 0,34 atau 34%. Karena semakin besar ratio ini berarti semakin berhasil perusahaan dalam mengelola sumber dan penggunaan dana dalam membiayai operasional perusahaan. Net margin ratio Pada tahun 2009 PT Bukit asam, Tbk mempunyai margin laba bersih sebesar 30,50% yang artinya dari setiap perusahaan mendapatkan laba sebesar 30,50% laba tahun 2009 lebih besar dibandingkan tahun 2010 mempunyai margin laba bersih sebesar 25,38% yang artinya dari setiap pendapatan perusahaan mendapatkan laba sebesar 25,38% dan tahun 2011 mempunyai margin laba bersih lebih besar dibandingkan tahun 2010 sebesar 29,18% yang artinya setiap pendapat perusahaan mampu mendapat laba sebesar 29,18%. Dilihat dari perkembangan perusahaan dari tahun 2009ke 2010 kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari penjualan mengalami penurunan dari 30,50% menjadi 25,38%. Namun pada tahun 2011 mengalami kenaikan dari 25,38% menjadi 29,18%. Net Rate of ROI Pada tahun 2009 PT Bukit Asam, Tbk mempunyai Net Rate of ROI sebesar 33,78% yang artinya tingkat pengembalian investasi dalam aktiva perusahaan mendapatkan laba
41
PENGUKURAN KINERJA PT. BUKIT ASAM TBK DENGAN ANALISA RASIO KEUANGAN (STUDI KASUS TAHUN 2009-2011) Oleh : Sumarsid
7.
sebesar 33,78% sedangkan tahun 2010 perusahaan mengalami penurunan dibandingkan dari tahun 2009 mempunyai Net Rate of ROI sebesar 23,02% yang artinya tingkat pengembalian investasi dalam aktiva perusahaan mendapatkan laba sebesar 23,02% dan tahun 2011 meningkat dibandingkan dari tahun 2010 mempunyaiNet Rate of ROI sebesar 26,83% yang artinya tingkat pengembalian investasi dalam aktiva perusahaan dalam mendapatkan laba sebesar 26,83%. Rentabilitas Modal Sendiri (ROE) Pada tahun 2009 PT Bukit Asam, Tbk mempunyai rentabilitas modal sendiri lebih besar dibandingkan tahun 2010 sebesar 50,51% yang artinya tingkat pengembalian investasi yang berasal dari modal sebesar 50,51% sedangkan pada tahun 2010 perusahaan mempunyai rentabilitas modal sendiri sebesar 36,35% yang artinya tingkat pengembalian investasi yang berasal dari modal sebesar 36,35% dan pada tahun 2011 perusahaan mempunyai rentabilitas modal sendiri yang lebih besar dibandingkan dari tahun 2010 sebesar 44,45% yang artinya tingkat pengembalian investasi yang berasal dari modal sebesar 44,45%.
d. Rasio Aktivitas 1. Total Asset Turn Over Pada tahun 2009 perusahaan pertambangan PT Bukit Asam, Tbk mempunyai Total Asset Turn Over lebih besar dibandingkan tahun 2010 sebesar 0,34 yang artinya dana tertanam dalam aktiva berputar rata-rata sebesar 0,34 kali dalam setahunnya, sedangkan pada tahun 2010 perusahaan mempunyai Total Asset Turn Over sebesar 0,23 yang artinya data tertanam dalam aktiva berputar rata-rata sebesar 0,23 kali dalam setahunnya. Dan pada tahun 2011 Total Asset Turn Over lebih besar dibandingkan tahun 2010 sebesar 0,27 yang artinya data tertanam dalam aktiva berputar rata-rata sebesar 0,27 kali dalam setahunnya. Dilihat dari hasil perhitungan diatas tahun 2010 lebih sedikit berputar rata-ratanya dari tahun 2009 dan tahun 2011. 2. Total Asset Turn Over Ratio
42
Pada tahun 2009 PT Bukit Asam, Tbk mempunyai Total Asset Turn Over Ratio sebesar 610,92% yang artinya data yang tertanam dalam aktiva berputar rata-rata sebesar 610,92% atau 610,92 yang artinya dana diinvesatasikan dalam aktiva tetap dalam satu perputarannya sebanyak 610,92 kali atau setiap Rp 1,- dana yang diinvesatasikan dalam aktiva tetap selama satu tahun dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp 610,92. Jumlah ini lebih besar dibandingkan Pada tahun 2010 PT Bukit Asam, Tbk mempunyai Total Asset Turn Over Ratio sebesar 218,02% yang artinya data yang tertanam dalam aktiva berputar rata-rata sebesar 218,02% atau 2,1802yang artinya dana diinvesatasikan dalam aktiva tetap dalam satu perputarannya sebanyak 218,02kali atau setiap Rp 1,- dana yang diinvestasikan dalam aktiva tetap selama satu tahun dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp 2,1802,- . Dan pada tahun 2011 PT Bukit Asam, Tbk mempunyai Total Asset Turn Over Ratio yang lebih besar dari tahun 2010 sebesar 609,12% yang artinya data yang tertanam dalam aktiva berputar ratarata sebesar 609,12% atau 6,0912 yang artinya dana diinvesatasikan dalam aktiva tetap dalam satu perputarannya sebanyak 6,0912 kali atau setiap Rp 1,- dana yang diinvesatasikan dalam aktiva tetap selama satu tahun dapat menghasilakan pendapatan sebesar Rp 6,0912. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dalam kesimpulan di sini penulis menguraikan hasil analisa data rasio-rasio keuangan pada PT Bukit Asam, Tbk dari tahun 2009 sampai dengan 2011 secara singkat diantaranya: a. Rasio Likuiditas Dari hasil rasio likuiditas diperoleh hasil current rasio PT Bukit Asam, Tbk dari tahun 20092011 yaitu sebesar 491,2%, 579,05% dan 463,24%. Quick ratio PT Bukit Asam, Tbk dari tahun 2009-2011 yaitu sebesar 461,5%, 542,13%, 429,52%. Cash ratio PT Bukit Asam, Tbk yaitu sebesar 341,05%, 440,35%, 355,11%. Perputaran piutang PT Bukit Asam, Tbk yaitu sebesar 5,9 x, 6,4 x, 9,7 x. Dan perputaran
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGUKURAN KINERJA PT. BUKIT ASAM TBK DENGAN ANALISA RASIO KEUANGAN (STUDI KASUS TAHUN 2009-2011) Oleh : Sumarsid
b.
c.
persediaan PT Bukit Asam, Tbk yaitu 10,01 x, 10,22 x, 9,93 x. Hal ini berarti perusahaan mempunyai kemampuan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan aktiva lancarnya. Karena current ratio, quick rasio, cash ratio, perputaran piutang dan perputaran persediaan yang tinggi menunjukkan perusahaan tidak melakukan investasi, namun perusahaan mempunyai kelebihan uang kas dibandingkan dengan yang dibutuhkan pada saat itu. Rasio Solvabilitas Dari hasil rasio solvabilitas diperoleh hasil rasio modal dengan aktiva PT Bukit Asam, Tbk dari tahun 2009 sampai 2011 yaitu sebesar 70,57%, 72,99% dan 70,95%. Rasio modal dengan aktiva tetap PT Bukit Asam, Tbk dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yaitu sebesar 1.534,5%, 691,3% dan 715,9%,. Rasio hutang jangka panjang dengan modal sendiri PT Bukit Asam, Tbk dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yaitu sebesar 15,9%, 17,8%, 17,5%. Rasio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang PT Bukit Asam, Tbk dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yaitu sebesar 40,7%, 81,3%, 79,7%. Rasio utang atas aktiva PT Bukit Asam, Tbk dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yaitu sebesar 28,38%, 26,15%, 29,04%. Rasio utang atas aktiva sendiri PT Bukit Asam, Tbk dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yaitu sebesar 40,2%, 35,8%, 39,7%. Artinya perusahaan memiliki kemampuan dalam membayar kewajiban jangka panjang maupun seluruh kewajiban dengan modal atau aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio Rentabilitas Dari hasil rasio rentabilitas diperoleh hasil Ratio laba usaha dengan aktiva usaha PT Bukit Asam,tbk dari tahun 2009 sampai 2011 yaitu sebesar 43,9%, 26,4%, 31,8%. Perputaran aktiva usaha PT Bukit Asam,tbk dari tahun 2009 sampai 2011 yaitu sebesar 1,1 kali, 0,8 kali, 0,9 kali. Gross margin ratio PT Bukit Asam,tbk dari tahun 2009 sampai 2011 yaitu sebesar 54,1%, 46,1%, 49,8%. net profit margin PT Bukit Asam,tbk dari tahun 2009 sampai 2011
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
d.
yaitu sebesar 30,50%, 25,27% dan 29,18%. Sedangkan net rate of ROI PT Bukit Asam,tbk dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yaitu sebesar 33,78%, 22,91% dan 26,83%. Sedangkan Rasio rentabilitas modal sendiri PT Bukit Asam,tbk dari tahun 2009 sampai 2011 yaitu sebesar 50,51%, 36,35% dan 44,45%. Rasio Aktivitas Pada hasil rasio aktivitas PT Bukit Asam,tbk Total Asset Turn Over Ratio dari tahun 2009 sampai 2011 yaitu sebesar 610,92%, 217,03% dan 609,12%.
4.2 Saran-saran Dari hasil penelitian dan setelah memberikan kesimpulan atas analisa data dan pembahasan, maka ada beberapa saran-saran untuk perusahaan sebagai berikut : a. Meningkatkan penggunaan kas dengan lebih baik, baik untuk investasi maupun untuk kegiatan operasional lainnya mengingat perusahaan mempunyai kelebihan uang kas dibandingkan dengan yang dibutuhkan pada saat itu. b. Pendapatan usaha untuk menutupi biaya perasional serta meningkatkan keuntungan perusahaan sehingga dapat memberikan semangat kepada karyawan di perusahaan. c. Perusahaan harus meningkatkan pendapatan perusahaan, untuk menutupi biaya operasional. Hendakya perusahaan harus lebih meningkatkan penjualan agar pendapatan perusahaan menjadi lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA Agus Sartono, 1999, Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta. Djarwnto, 2004, Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta, 487 halanan. Fayol, Henry, 1996, Yahoo Wikipedia Indoensia, www.Yahoo.co.id Follet, Marry Parker, 1996, Yahoo Wikipedia Indoensia, www.Yahoo.co.id Griffin, Ricky W, 2007, Business, Yahoo Wikipedia Indoensia, www.Yahoo.co.id S. Munawir, 2007, Analisa Laporan Keuangan, Penerbit Liberty, Yogyakarta, 345 halaman.
43
PENGUKURAN KINERJA PT. BUKIT ASAM TBK DENGAN ANALISA RASIO KEUANGAN (STUDI KASUS TAHUN 2009-2011) Oleh : Sumarsid
Sinaga, Marinus, 1993, Prinsip-prinsip Akuntansi, Penerbit Erlangga, Jakarta. Soemarso S.R., 1994, Pengantar Akuntansi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 484 halaman. Suad Husnan, 1997, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, 345 halaman..
44
Suad Husnan, dan Enny Pudjiastuti, 2004, Dasardasar Manajemen Keuangan, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 480 halaman. Weston, Fred J. dan Eugene F. Brigham, 2000, Essential of Managerial Finance, The Dryden Press, Penerbit Erlangga, Jakarta, 441 halaman.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PRODUKSI KONVEKSI CELANA “ALADIN” Oleh : Munawir
ABSTRACK Ready made trousers “ALADIN” is one of micro business development of “UMKM” (Middle, Small and Micro Bisnis). Located in Cipadu Village, Larangan Subdistric, Kota Tangerang District is more favorable because near with the material clothes and to distribute in Cipulir Market South Jakarta. It is with textile material : Salur Lidi or Salur Not Lidi material have a measurement 85 cm and 65 cm. The result of some one trousers “ALADIN” producer (case study) is fisibel and profitable. Key words : Produsen, machine, employe, textile, consumer. PENDAHULUAN Produksi konveksi celana “ALADIN” yang dilakukan penelitian disini, merupakan usaha mikro yang keberadaannya sangat didukung oleh pemerintah, yang didalam pengembangannya termasuk dalam kelompok UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Dinamakan celana aladin karena model celananya seperti celana yang dipergunakan / dipakai oleh tokoh aladin dalam cerita seribu satu malam di negara antah berantah / negara Irak. Cerita tersebut sangat menarik perhatian dimana tokoh “ALADIN” dengan disertai lampu wasiatnya yang berwarna kuning, kalau digosok dan dengan mengucapkan sim salabim brak gedabrak konon akan terjadi sesuatu. Pakaian konveksi dengan banyak ragamnya, banyak diproduksi di daerah Jabodetabek antara lain di Kota Tangerang ( Kelurahan Cipadu), di Kota Tangerang Selatan, Depok dan Bogor (daerah Citayam). Para produsen umumnya memasarkan dengan mengantar produksinya ke para pedagang besar / pengumpul di Pasar Cipulir, Jakarta Selatan atau sebaliknya pedagang Cipulir yang mengambil / menjemputnya ke produsen. Selanjutnya para pedagang besar di Pasar Cipulir memasarkan kepada para pembeli / pedagang di dalam dan di luar propinsi DKI Jakarta yaitu sebagian ke Pulau Jawa dan sebagian besar ke Luar Pulau Jawa (Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dll). Pengiriman barang dalam jumlah besar / dikemas dalam bal besar sampai dengan 70 kodi-an per bal,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
umumnya melalui darat atau ekspedisi kapal laut yang ongkosnya relatif lebih murah. Produsen konveksi lainnya selain celana aladin antara lain yaitu produsen baju kaos ( berkrah dan non krah), celana panjang dan pendek olah raga (training), celana kolor pendek pria / wanita / anakanak dengan berbagai model / variasi, celana ledging bahan polister, daster dan pakaian seragam untuk sekolah mulai Play Group / TK / SD / SLTP / SLTA adalah sangat luar biasa dalam pengembangan dan menghidupi ekonomi keluarga dan masyarakat (menyerap tenaga kerja / mengurangi pengangguran, dll). Untuk membuat celana aladin umumnya digunakan kain jenis Salur / seperti kaos yang molor (dulu dengan PE Rayon) dengan ketebalan tertentu / yang bisa memenuhi, dibeli dalam satuan kg (kilogram), dengan harga pembelian mengikuti harga pasar yang terjadi. Kain tersebut merupakan bahan baku utama, mempunyai andil terbesar dalam biaya produksi. Bila harganya naik, maka produsen harus berhitung ulang untuk lancarnya jalannya roda produksi / untuk memperoleh keuntungan. Dilain pihak produsen mempunyai keterbatasan modal. Sedangkan bahan pembantu seperti karet kolor untuk perut, benang jahit, benang obras dan lainnya seperti upah tenaga kerja penjahit berikut makannya, penyusutan mesin (mesin jahit, mesin obras, gunting mesin, gunting manual) / asset, andilnya dalam biaya produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kain dan harga / nilainya bahan pembantu dan lainnya
45
PRODUKSI KONVEKSI CELANA "ALADIN" Oleh : Munawir
tersebut juga mengikuti harga pasar / kondisi yang ada. Seorang produsen celana aladin yang kami teliti ini hanya memasarkan kepada seorang pedagang di Cipulir dalam satuan kodi (dalam hitungan 20 buah/ kodi) dengan harga jual mengikuti harga pasar yang terjadi / yang ditetapkan oleh pedagang Pasar Cipulir (produsen hanya mempunyai pembeli tunggal). Bila harga jual tetap / tidak mengalami kenaikan ataupun harga jual diturunkan sedangkan harga bahan / biaya produksi naik, maka produsen harus berhitung ulang untuk lancarnya jalannya roda produksi sehingga tetap dapat diperoleh keuntungan. Umumnya pembayarannya tidak diberikan secara tunai (cash) oleh pedagang Cipulir yang bersangkutan dari transaksi perdagangan pada neraca positif bagi produsen (setelah diperhitungkan dengan/tanpa giro), sehingga produsen harus mempunyai modal kerja sebanyak 2-3 kali perputaran produksi. Padahal produsen mempunyai keterbatasan modal. Produsen harus selalu melakukan fungsi-fungsi manajemen, evaluasi dan improvisasi terhadap keadaan / kondisi yang ada serta mengatasi permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan diatas sehingga produksi bisa berjalan dengan lancar dan pada gilirannya yang menjadi permasalahan adalah apakah produsen usahanya layak dilaksanakan dan diperoleh keuntungan ?. Pada saat ini KADIN UMKM (Kamar Dagang Induk Usaha Mikro Kecil dan Menengah) telah dibentuk sejak tanggal 15 Juni 2005 sebagai wadah ekonomi kerakyatan / UMKM spesilisasi pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang bersifat khusus, yang strukturnya ada di tingkat Provinsi, Kabupaten / Kota dan Kecamatan, yang merupakan kepanjangan dari KADIN Indonesia (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) yang dibentuk sesuai UU No.1 Th.1987 sebagai wadah konsultasi bagi pengusaha Indonesia yang bersifat umum (Elias L.Tobing, 2005 a : ii). Dijelaskan bahwa KADIN UMKM dalam rangka meningkatkan peranannya membangun ekonomi kerakyatan, untuk mengatasi permasalahan klasik yang perlu segera dipecahkan dan diatasi antara lain : (a). Rendahnya kualitas sumber daya manusia; (b). Terbatasnya terhadap sumber-sumber informasi; (c). Rendahnya kemampuan untuk meningkatkan pangsa pasar; (d). Rendahnya kemampuan dan terbatasnya akses terhadap sumber-sumber permodalan; (e).
46
Rendahnya kemampuan penguasaan dan pemanfaatan serta akses terhadap teknologi; (f). Rendahnya kemampuan dalam mengembangkan organisasi dan manajemen, dlsbgnya (Elias L.Tobing, 2005 b : iii). Dengan keberadaan dan peran dari KADIN UMKM tersebut maka sangat diharapkan oleh para produsen / pengusaha UMKM khususnya pada usaha mikro dalam pembuatan pakaian konveksi celana aladin yang kami teliti ini dapat terbantu dan dapat mengatasi berbagai permasalahan yang ada. PERUMUSAN MASALAH Berbagai hal yang utamanya menyangkut pada harga bahan baku dan harga bahan penolong yang tergantung pada harga pasar, upah tenaga kerja, penyusutan, harga jual yang tergantung kepada pedagang pembeli, permodalan yang terbatas dan pembayaran yang ummnya tidak cash, dalam usaha produksi yang telah diuraikan tersebut diatas yang telah kami teliti pada seorang produsen konveksi celana aladin (studi kasus) maka yang menjadi permasalahan adalah “Apakah usaha celana aladin tersebut layak dilaksanakan dan diperoleh keuntungan “? HIPOTESA PENELITIAN Usaha celana aladin yang bersangkutan layak dilaksanakan dan diperoleh keuntungan. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan pendekatan deskriptif analitis dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir Moh, 1983: 63). Data yang digunakan berupa data primer yang bersumber dari seorang produsen / pengusaha konveksi celana aladin, yang berlokasi di daerah Kelurahan Cipadu, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang, ditambah sumber data lainnya yang terkait dan relevan. Data / informasi yang dikumpulkan antara lain : Jumlah mesin jahit, mesin obras dan penyusutannya. Jumlah tenaga kerja dan pengupahan. Jenis kain, bahan pembantu dan harga.. Produksi dan pemasaran celana aladin.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PRODUKSI KONVEKSI CELANA "ALADIN" Oleh : Munawir
-
Perhitungan biaya dan penerimaan serta keuntungan. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan : Menghitung pada aspek finansial dengan melakukan penghitungan total biaya produksi dan penerimaan serta keuntungan, sekaligus untuk menjawab hipotesa dan permasalahan yang dikemukakan di atas. Untuk menilai usaha tersebut layak / tidak dilaksanakan dan menguntungkan, dengan menghitung R/C Rasio. Total Penerimaan R/C Rasio = ———————— Total Biaya Bila : R/C > 1 --> usaha tersebut layak dilaksanakan dan diperoleh keuntungan. R/C < 1 --> usaha tersebut tidak layak dilaksanakan dan tidak diperoleh keuntungan. R/C = 1 --> usaha tsb belum memperoleh keuntungan, sehingga perlu pembenahan. HASIL PENELITIAN 1. Jenis dan jumlah barang modal. Produsen konveksi celana aladin memulai usaha dengan modal investasi dan modal kerja yang masih terbatas. Sebagian modal diarahkan untuk keperluan modal investasi dengan membeli barang modal yaitu dengan membeli mesin obras bekas (second hand) merk Yamoto sebanyak 2 (dua) buah dengan harga Rp.2 juta/buah dan membeli mesin jahit bekas (second hand) merk Brother sebanyak 2 (dua) buah dengan harga Rp.1,65 juta/buah. Umur ekonomis mesin obras dan mesin jahit tersebut diperkirakan selama 5 (lima) tahun, sehingga penyusutannya bila digunakan dengan metode strait line maka tinggal dibagi dalam 5 tahun kemudian bisa di break down dalam satuan produksi per kodi atau per buah. Disamping itu juga membeli barang modal berupa mesin potong kain (cloth cutting machine) sebanyak 1 (satu) buah merk Hongseng seharga Rp.350.000,-/buah dan gunting potong kain/ lainnya secara manual sebanyak 3 (tiga) buah dengan harga Rp.75.000,-/buah serta 4
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
(empat) buah gunting kecil untuk menggunting bulu-bulu benang seharga Rp.3.000,-/bh. Penyusutan gunting besar sekitar 2 (dua) tahun dan gunting kecil sekitar 1 (satu) tahun, dengan metode penyusutan yang sama dengan yang di mesin obras dan mesin jahit. 2.
Jumlah tenaga kerja dan pengupahan. Jumlah tenaga penjahit sebanyak 2 (dua) orang berasal dari Jawa Barat dengan tugas bisa mengoperasionalkan mesin jahit dan mesin obras serta bisa memotong kain sesuai polanya. Mengerjakan mulai pagi sampai dengan malam hari, bermalam di rumah produsen, diberikan makan yang diperhitungkan dengan upah total sebesar Rp.17.000,-/ kodi dan upah memototong kain setiap 1 pis (sekitar 25 kg) sebesar Rp. 10.000,Tenaga penjahit pada waktu-waktu tertentu setelah menjahit sekitar sebulan mereka pulang kampung untuk beberapa hari menengok keluarga dan kepentingan lainnya. Disamping itu setiap sekitar 2 mingguan tenaga penjahit tersebut karena masih muda dan mempunyai hobi olah raga footsal, maka bersama-sama dengan teman sekampungnya yang bekerja di Jakarta saling kontak untuk melakukan sepakbola footsal di daerah Pasar Minggu. Diharapkan dari olah raga tersebut dapat diperoleh kebugaran dan lebih bersemangat lagi dalam bekerja serta dapat mengurangi kejenuhan.
3.
Jenis kain, bahan pembantu dan harga. Jenis kain sebagai bahan baku utama produksi yang digunakan adalah jenis kain salur seperti kaos/molor (motif lidi/tidak lidi) tipe 24S atau 30S yang gramasinya seperti 24S yang tidak terlalu tipis. Untuk memperoleh yang tipe 30S tersebut diatas agak sulit ditemui di pasaran dan apabila tidak diperoleh maka terpaksa menggunakan yang tipe 24S. Selama memproduksi celana aladin pada kurun waktu sejak bulan Pebruari 2011 sampai dengan Maret 2012 harga kain yang dibeli sebagai berikut :
47
PRODUKSI KONVEKSI CELANA "ALADIN" Oleh : Munawir
Tabel 1 Harga kain untuk produksi celana aladin, bulan Pebruari 2011-Maret 2012.
Rata- rata
Harga Kain (Rp.
ribu
/kg
/bl.)
Bl 2 Bl 3 Bl 4 Bl 5 Bl 6
Bl 7
Bl 8
Bl 9
Bl 10
Bl 11
Bl 12
Bl 1
Bl 2
Bl 3
42
43
43
43
42,5
43
41
43
41
42
41
43
42
45,5
Sumber : Data Primer, diolah. Jenis bahan pembantu berupa karet kolor perut, benang obras, dan benang jahit. Karet kolor perut dapat dibeli yang ukuran 1 inchi (=2,5 cm) dalam kiloan seharga Rp.32.000,-/kg atau dalam bentuk gulungan seharga Rp. 12.000,-/ gulung, yang besarnya biaya penggunaan karet tersebut diperhitungkan sebesar Rp.275,- s/d Rp.330,- / potong celana. Untuk benang obras digunakan yang berwarna putih dengan harga Rp.15.000,-/bh/ 0,5 kg dan untuk benang jahit digunakan warna sesuai warna kain yang dijahit dengan harga Rp.25.000,/kg. Besarnya biaya penggunaan benang obras dan benang jahit diperhitungkan sesuai dengan banyaknya/volume kain yang dijahit. 4.
48
Produksi dan pemasaran celana aladin. Produksi atau produktivitas celana aladin yang dihasilkan dipengaruhi oleh kualitas kain salur (cacat / tidak) dan tingkat ketebalan kainnya. Bila kain cacat maka banyak yang dibuang / tidak digunakan dan bila kainnya tebal yang berarti kiloannya berat maka hanya diperoleh jumlah celana aladin sedikit. Setiap 1 pis (sekitar 25 kg) dapat diperoleh celana aladin sebanyak 6,5 – 7,3 kodi dan kemudian dipasarkan. Pemasaran merupakan sebuah faktor penting dalam suatu siklus yang bermula dan berakhir dengan kebutuhan konsumen. Pemasaran adalah termasuk salah satu kegiatan dalam perekonomian dan membantu dalam penciptaan nilai ekonomi (Swastha, 1979 : 4). Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan menciptakan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis
tergantung pada keahlian mereka di bidang pemasaran, produksi, keuangan maupun bidang lain serta kemampuan dalam mengkombinasikannya. Pengertian pemasaran menurut William J.Stanton dalam bukunya Swastho B (1990:5) menyatakan bahwa : “Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial”. Berkaitan dengan hal tersebut, celana aladin dipasarkan dengan rantai pemasaran sebagai berikut: Produsen Celana Aladin
Pedagang Besar Pasar Cipulir, Jakarta Selatan
Pedagang Besar Prop. Jawa dan Luar Jawa
Pedagang kecil di Prop. Ybs
Konsumen di Prop. Ybs
Sebagai gambaran profil celana aladin yang diproduksi adalah celana aladin panjang, sedangkan celana aladin pendek tidak diproduksi karena secara ekonomis tidak menguntungkan (harga jual tidak memadai). Profil produk celana aladin panjang (diproduksi, dipasarkan) dan celana aladin pendek (sebagai contoh saja, tidak diproduksi). A : Celana Aladin Panjang (diproduksi, dipasarkan). Panjang : 85 cm Pinggul : 50 x 2 cm. Perut : 30 x 2 cm (ada karet, molor) B : Celana Aladin Pendek (sebagai contoh, tidak diproduksi). Panjang : 65 cm. Pinggul : 50 x 2 cm. Perut : 30 x 2 cm (ada karet, molor)
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PRODUKSI KONVEKSI CELANA "ALADIN" Oleh : Munawir
Produksi celana aladin yang sudah jadi dikemas 20 bh/kodi, ditumpuk di suatu ruangan, siap dipasarkan / dijemput oleh pembeli/pedagang Cipulir, seperti pada gambar 2. Produksi celana aladin dikemas, ditumpuk, siap dipasarkan/dijemput pembeli / pedagang Cipulir. 5.
Perhitungan biaya dan penerimaan / pendapatan serta keuntungan. Biaya produksi meliputi biaya pembelian kain, karet kolor perut, benang obras, benang jahit, memotong kain, tenaka kerja / penjahit, penyusutan dan listrik. Total biaya atau total cost / total C merupakan penjumlahan dari semua biaya-biaya tersebut. Sedangkan penerimaan (R) atau pendapatan
kotor atau total penerimaan/total R merupakan perkalian antara jumlah celana aladin yang dijual dengan harga per satuan-nya atau merupakan total nilai penjualan. Untuk menilai usaha tersebut layak dan tidak serta apakah menguntungkan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus R/C ratio = total penerimaan dibagi total biaya. Bila >1 maka usaha tersebut layak dan menguntungkan. Bila <1 maka usaha tersebut tidak layak dan tidak menguntungkan. Bila = 1 maka usaha tersebut belum menguntungkan sehingga perlu pembenahan. Keuntungan secara nominal dapat dihitung dengan mengurangkan total penerimaan dengan total biaya.
Perhitungan total biaya, total penerimaan, kelayakan usaha dan keuntungan usaha produksi celana aladin pada penelitian ini (studi kasus) dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 : Perhitungan Biaya Biaya dan Produksi Penerimaan dan/Pendapatan Pendapatan/serta Keuntungan Keuntungan UsahaCelana Celana Aladi Aladin n. Bul an Pebruari 2011 - Maret 2012
No Bulan,Thn
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Bahan Baku Kain
kg 2 3 Pebr. 2011 255 Maret 2011 230 April 2011 330 Mei 2011 350 Juni 2011 275 Juli 2011 490 Agust.2011 150 Sept. 2011 130 Okt. 2011 260 Nop. 2011 125 Des. 2011 110 Jan. 2012 225 Pebr. 2012 550 Maret 2012 460 Jumlah 3940 Rata2/bl. 281,43
Rp 4 10710000 9430000 14190000 14490000 12512500 21070000 6450000 5590000 11050000 5375000 4510000 9675000 22550000 19320000 166922000 11923000
Biaya karet Rp 5 396000 346500 509600 546000 462000 763800 237600 201000 420000 195000 186880 374400 943800 974160 6556740 468338,57
Biaya benang obras Rp 6 30000 27000 39000 42000 33000 57000 18000 15000 30000 15000 12000 27000 66000 54000 465000 33214,28
Biaya Biaya Biaya Tenaga Biaya benang Potong Biaya Listrik Total Biaya Kerja Penyusutan jahit Kain Rp Rp Rp Rp Rp Rp 7 8 9 10 11 12 = 4 s.d 11 25000 100000 1224000 150000 100000 12735000 23000 90000 1071000 135000 90000 11212500 33000 130000 1547000 195000 130000 16740600 35000 140000 1547200 210000 140000 17150000 27500 110000 1309000 165000 110000 14728500 47500 190000 2164100 285000 190000 24767400 15000 60000 673200 90000 60000 7603800 12500 50000 596500 75000 50000 6590000 25000 100000 1190000 150000 100000 13065000 12500 50000 552500 75000 50000 6325000 10000 40000 496400 60000 40000 5355280 22500 90000 994500 135000 90000 11408400 44000 220000 2431000 330000 220000 26804800 45000 180000 1989000 270000 180000 23012160 373500 1550000 17785200 2325000 1558000 172343420 26678,57 110714,28 1270371,43 166071,43 111285,71 12310244,29
Hasil Celana Aladin Kodi 13 72 63 91 91 77 127,3 39,6 33,5 70 32,5 29,2 58,5 143 117 1044,6 74,61
Rp 14 14040000 12600000 18200000 19110000 16170000 26733000 8316000 7035000 14700000 6825000 6132000 12577500 30745000 25155000 193183500 13798821,43
R/C Ratio
15 = 14 : 12 1,10 (layak) 1,12 (layak) 1,08 (layak) 1,11 (layak) 1,09 (layak) 1,07 (layak) 1,09 (layak) 1,06 (layak) 1,12 (layak) 1,07 (layak) 1,14 (layak) 1,10 (layak) 1,14 (layak) 1,09 (layak) 15,38 1,09 (layak)
Keuntungan Rp 16 1305000 1387500 1459400 1960000 1441500 19656000 712200 445000 1635000 500000 776720 1169120 3940200 2142840 20840080 1488577,14
Sumber : Data Primer, di olah.
Pada tabel tersebut tampak bahwa selama memproduksi 14 bulan : Jumlah kain yang digunakan sebanyak 3.940 kg, rata-rata sebanyak 281,43 kg/bl. Nilai pembelian kain sebesar Rp.166.922 ribu, rata-rata sebesar Rp. 11.923 ribu/bl. Biaya karet sebesar Rp. 6.551,74 ribu, rata-rata sebesar Rp. 468,33 ribu/bl. Biaya benang obras sebesar Rp.465 ribu, ratarata sebesar Rp.33,21 ribu/bl. Biaya benang jahit sebesar Rp. 373,5 ribu, ratarata sebesar Rp. 26,67 ribu/bl. Biaya memotong kain sebesar Rp. 1.555 ribu, rata-rata sebesar Rp. 111,07 ribu/bl. Biaya tenaga kerja sebesar Rp. 17.785,20 ribu, rata-rata sebesar Rp. 1.270,37 ribu/bl.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
-
Biaya penyusutan sebesar Rp. 2.325 ribu, ratarata sebesar Rp. 166,07 ribu/bl. Biaya listrik sebesar Rp. 1.558 ribu, rata-rata sebesar Rp. 111,28 ribu/bl. Total biaya sebesar Rp. 172.343,42 ribu, ratarata sebesar Rp. 12.310,24 ribu/bl. Hasil celana aladin sebanyak 1.044,6 kodi, ratarata sebanyak 74,61 kodi/bl. Total penerimaan (R) c.aladin sebsr Rp.193.183 ribu, rata2 sebsr Rp. 13.798,82 rb/bl. R/C Rasio : 1,06 s.d 1,14 , rata2 : 1,09 /bl, artinya usaha tsb layak & menguntungkan. Keuntungan sebesar Rp. 20.840,08 ribu, ratarata sebesar Rp. 1.488,57 ribu/bl.
49
PRODUKSI KONVEKSI CELANA "ALADIN" Oleh : Munawir
Jadi usaha celana aladin (studi kasus) tersebut layak diaksanakan dan diperoleh keuntungan. Hal tersebut berarti bahwa hipotesa yang dikemukakan benar dan diterima dan sekaligus menjawab permasalahan yang ada. KESIMPULAN 1. Usaha produksi konveksi celana “ALADIN” yang diteliti disini (studi kasus), lokasinya di Cipadu berdekatan dengan tempat bahan baku dan bahan penolong serta berdekatan dengan tempat pemasaran ke Pasar Cipulir. 2. Kendala / masalah yang dihadapi produsen antara lain permodalan terbatas, harga jual tergantung pembeli tunggal dan dibayar biasanya tidak tunai, harga bahan baku dan bahan penolong mengikuti harga pasar. 3. Produsen harus melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, evaluasi dan improvisasi untuk mengatasi kendala / masalah yang ada, agar roda produksi dapat berjalan lancar dan menguntungkan.
50
4.
5.
Usaha produksi konveksi celana “Aladin” yang diteliti disini layak dilaksanakan dan diperoleh keuntungan. KADIN UMKM di tingkat Provinsi, Kabupaten / Kota dan Kecamatan sangat diharapkan perannya yang lebih besar dan nyata dalam membina / membantu usaha konveksi ini dalam mengatasi segala kendala / masalah yang ada.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2005, Buku Panduan Apa dan Siapa KADIN UMKM (Kamar Dagang Induk Usaha Mikro Kecil dan Menengah), Dewan Pengurus Nasional KADIN UMKM, Jakarta. Assauri S, 1993, Manajemen Produksi dan Operasi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Nazir, Moh, 1983, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta. Swastha B, 1979, Azas-azas Marketing, Liberty, Yogyakarta.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH TINGKAT PERHATIAN ORANG TUA DAN GURU TERHADAP PENCAPAIAN PRESTASI HASIL UJIAN NASIONAL SISWA SMP NEGERI DI JAKARTA TIMUR OLEH : Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd
ABSTRACK Research on the effect of the level of concern for parents and teachers on a national achievement test result is intended to obtain information on the effect of variable attention of parents and teachers towards examinasion results achieved by students. The research was carried out in the Junior High School in East Jakarta with samples in the Junior High School 259 and Junior High School 81 in May and June 2012. The method used in this study is correlational survey, followed by the determination and regression analysis. The instrument used to capture the data is the form of a structured questionnaire in Likert scale. The study findings indicate that there is influence of parents and teachers attention to the achievement of national examination results of students. The greater influence of teachers in the school turns its attention compared to the attention of parents at home. Nevertheless, the achievement of students to the exam results are influenced by how high the level of parental care at home in guiding the process of learning and caring teachers in the school in teaching and learning interactions. The higher attention of parents and teachers of students will be the higher exam results. A.
PENDAHULUAN Anak adalah generasi masa depan. Zaman yang akan datang adalah milik anak-anak yang saat ini sedang melakukan proses pembinaan melalui pendidikan. Kekuatan Negara di masa mendatang tidak dapat dilepaskan dari proses pendidikan yang saat ini digalakkan, karena di tangan generasi muda inilah sebuah bangsa akan kokoh atau justru sebaliknya akan menjadi rapuh. Masa kanak-kanak adalah masa yang teramat penting dalam perjalanan hidup manusia, karena pada masa tersebut manusia masih amat mudah terpengaruh lingkungan. Pengalaman masa kecil akan senantiasa melekat dalam perilaku manusia di kala dewasa. Para pakar bidang kesehatan dan psikologi menyatakan bahwa masa kanak kanak adalah masa paling kritis dalam seluruh kehidupan manusia, yang merupakan pondasi kehidupan selanjutnya menuju gerbang kedewasaan, berubah menjadi dirinya sendiri. Kondisi ini menjadi momentum yang sangat tepat dan strategis bagi kita selaku orang dewasa, apakah
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
sebagai guru atau orang tua untuk mendorong dan membekali mereka dengan berbagai macam nilai, ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna untuk menyokong hidupnya di masa yang akan datang yang sarat dengan persaingan dan tantangan. Secara fitrah, orang tua mempunyai naluri dan rasa tanggung jawab terhadap anak-anaknya. Hal ini merupakan konsekuensi logis terhadap besarnya anugerah Allah SWT yang berikan kepada hambaNya. Kehadiran seorang anak adalah sesuatu yang didamba oleh setiap insan yang bersih fitrahnya. Oleh karena itu, tepatlah bahwa pendidikan sesungguhnya adalah tugas para orang tua yang setiap saat berinteraksi. Bila kita berbicara mengenai tanggung jawab orang tua terhadap anak, maka hal-hal yang dikemukakan meliputi seluruh aspek, sebagaimana yang telah banyak dituliskan dalam buku-buku tentang cara mendidik anak. Berbagai teori tentang mendidik anak telah banyak diuraikan. Banyak orang yang telah mempelajarinya, baik di lembaga-lembaga pendidikan, buku, rubrik surat kabar dan majalah, hingga semi-
51
PENGARUH TINGKAT PERHATIAN ORANG TUA DAN GURU TERHADAP PENCAPAIAN PRESTASI HASIL UJIAN NASIONAL SISWA SMP NEGERI DI JAKARTA TIMUR Oleh : Syarif Hidayat
nar atau forum sejenis yang menyajikan beragam tema dengan tujuan yang sama, yaitu mendidik anak kea rah yang diharapkan oleh orang tua, atau lebih spesifik lagi, mendidik anak menjadi generasi yang berkualitas. Mendidik anak memang membutuhkan kesabaran. Tidak cukup hanya dengan bekal pendidikan yang memadai, namun, orang tua juga diharapkan memiliki kepekaan terhadap kebutuhan dan keinginan anaknya, sehingga menghasilkan tindakan-tindakan mendidik yang arif dan bijaksana. Pada masa anakanak, secara psikologi mereka mempunyai ketergantungan yang kuat terhadap orang tuanya, sehingga peran orang tua menjadi tidak terpisahkan dari fungsinya sebagai lembaga pendidikan yang pertama. Selain orang tua yang bertugas melakukan pendidikan di rumah, tugas profesional pendidikan di sekolah, diemban oleh guru yang diamanatkan untuk mendidik siswa sesuai dengan standar nasional pendidikan. Peran guru merupakan unsur terbesar didalam mengelola pembelajaran di sekolah dibandingkan dengan unsur kurikulum, sarana prasarana dan perangkat pembelajaran lainnya. Kerangka konsep ideal di atas sering tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Pada saat pemerintah memprogramkan sekolah gratis, ternyata permasalahan baru muncul diantaranya adalah rendahnya perhatian orang tua terhadap proses belajar putra-putrinya karena adanya pemikiran destruktif, bahwa apapun yang terjadi di sekolah tidak akan beresiko secara material karena sekolah sudah digratiskan. Fenomena ini sungguh mengerikan apalagi jika proses pendidikan yang dilakukan di sekolahpun tidak berkualitas. Berdasarkan pemikiran demikian, maka penulis memandang perlu untuk melakukan penelitian tentang peran orang tua dan guru dalam mendorong keberhasilan pencapaian prestasi siswa di sekolah. B.
PERUMUSAN MASALAH Dari latar belakang dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh tingkat perhatian orang tua dan guru terhadap pencapaian prestasi Ujian Nasional siswa?
52
2.
Seberapa kuat pengaruh tingkat perhatian orang tua dan guru terhadap pencapaian prestasi Ujian Nasional siswa?
C.
TUJUAN PENELITIAN Penelitian sederhana yang penulis lakukan ini memiliki tujuan praktis sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis adanya pengaruh peran orang tua dan guru dalam mendorong pencapaian prestasi belajar siswa yang dilihat dari perolehan hasil ujian nasional. 2. Untuk menganalisis kekuatan pengaruh peran orang tua dan guru dalam mendorong pencapaian prestasi belajar siswa yang dilihat dari perolehan hasil ujian nasional. D.
MANFAAT PENELITIAN Informasi yang diperoleh melalui penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi Sekolah dan Peneliti: 1. Bagi Sekolah Sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan sekolah terkait dengan upaya pencapaian prestasi belajar siswa yang salah satunya terindikasi dari hasil ujian nasional yang dicapai. 2. Bagi Peneliti Sebagai salah satu sumber data dalam upaya pengembangan kepedulian guru dan orang tua dalam proses pendidikan anak karena tanpa keseimbangan dan kerjasama antara orang tua dan guru, niscaya keberhasilan proses belajar siswa akan sulit dicapai dengan baik. E.
Landasan Teori Pendidikan merupakan proses internalisasi nilainilai melalui transfer nilai yang dilakukan oleh pendidikan terhadap peserta didik. Konteks filosofis yang disebut pendidik adalah bahwa siapapun yang melakukan transfer nilai (secara professional) terhadap orang lain adalah guru, yang secara legal memiliki kualifikasi dan kompetensi untuk melakukan proses pendidikan. 1. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Muhibbin Syah (2003: 90), belajar adalah tahapan perolehan perubahan tingkah laku individu yang relatif, sebagai akibat latihan dan pengalaman. Dalam buku yang lain, beliau memberi batasan belajar sebagai berikut: belajar adalah suatu perubahan yang
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH TINGKAT PERHATIAN ORANG TUA DAN GURU TERHADAP PENCAPAIAN PRESTASI HASIL UJIAN NASIONAL SISWA SMP NEGERI DI JAKARTA TIMUR Oleh : Syarif Hidayat
terjadi dalam diri organisasi (manusia dan hewan) yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisasi tersebut. Menurut pandangan Slamet (1995: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pengertian di atas penulis menggarisbawahi bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. Berprestasi merupakan bagian yang menyatu dalam kehidupan manusia. Ada yang tinggi dan ada yang rendah. Untuk memenuhi kebutuhan itu mereka berusaha dengan berbagai cara, dan cara yang sering dilakukan adalah dengan belajar. Melalui cara inilah orang akan memperoleh kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Dan melalui cara ini juga siswa akan mudah mencapai keunggulan atau kesuksesan yang mereka idamkan. Menurut S. Nasution (1995: 25) : Prestasi belajar adalah suatu perubahan individu yang belajar. Perubahan tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan kebiasaan diri pribadi individu yang belajar. Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai individu dari aktualisasi potensi yang dimilikinya dalam jangka waktu tertentu. a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Sumardi Suryabrata, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan kepada 2 bagian, yaitu: 1) Faktor Internal, yaitu Faktor yang datang dari dalam diri siswa dan 2) Faktor Eksternal, yaitu Faktor yang datang dari luar diri siswa. 1). Faktor Internal Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek, yakni: a) Aspek Fisiologis (bersifat jasmaniah), dan b) Aspek Psikologis (bersifat rohaniah). a) Aspek fisiologis (bersifat jasmaniah), baik bawaan maupun yang diperoleh, kesehatan jasmani dan rohani sangatlah besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Demikian juga jika kesehatan rohani kurang
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
baik maka dapat mengganggu, atau mengurangi semangat belajar. b) Aspek psikologis (bersifat rohaniah) baik bawaan maupun yang diperoleh, seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi dan kemampuan kognitif (seperti kemampuan persepsi, ingatan berpikir dan kemampuan dasar bahan pengetahuan yang dimilikinya. (Alisuf Sabri, 1995: 60) 2). Faktor eksternal Faktor yang berasal dari luar diri digolongkan ke dalam dua bagian yaitu : a).Faktor sosial dan b).Faktor non-sosial. a) Faktor sosial. Yang termasuk kedalam factor sosial adalah sesama manusia. Kehidupan manusia dengan lainnya saling membutuhkan. Diantara mereka tidak bisa hidup tanpa ada manusia lain yang mambantunya. Keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pendidikan anak. Pengaruh ini dapat berupa: cara orang tua mendidik, hubungan antara anggota keluarga dan suasana rumah tangga, serta masyarakat & tetangga dan teman teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. Faktor sosial lain yang mempengaruhi semangat dan presta si belajar siswa adalah: guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas. b) Faktor non sosial Yang termasuk kedalam faktor non sosial adalah sarana dan prasarana belajar, seperti keadaan suhu udara, waktu belajar, alat-alat yang dipakai untuk belajar dan tempat belajar. Kesemuanya itu akan dapat menunjang belajar anak/siswa yang bersangkutan dan dapat pula mempengaruhinya. 2.
Perhatian Orang Tua Tugas lingkungan rumah dalam hal pendidikan adalah sangat penting, bukan hanya karena faktor usia antara orang tua dan anaknya, tetapi juga karena pendidikan dalam keluarga, merupakan fondasi yang utama. Oleh
53
PENGARUH TINGKAT PERHATIAN ORANG TUA DAN GURU TERHADAP PENCAPAIAN PRESTASI HASIL UJIAN NASIONAL SISWA SMP NEGERI DI JAKARTA TIMUR Oleh : Syarif Hidayat
karena itu, tugas ini lebih banyak sebagai tanggungjawab keluarga atau rumah tangga. Jika rumah tangga tidak menjalankan tugas tersebut sebagai mana mestinya, maka persoalan di masyarakat akan lebih besar. Keluarga menjadi tempat berlangsungnya sosialisasi yang berfungsi sebagai pembentukan keperibadian, sebagai makhluk individu, makhluk susila dan makhluk keagamaan. Jika anak mengalami atau selalu menyaksikan praktek-praktek kegiatan yang baik, teratur dan disiplin dalam rumah tangganya, maka anak akan merasa senang sebagai makhluk yang taat dan melakukan hal hal yang positif. (Barnadip, 1983: 67) Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slamet: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.” Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting untuk keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman akan mendorong seseorang untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertamatama mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.” Oleh karena itu, sudah semestinya orang tua menyadari bahwa pendidikan itu dimulai dari keluarga, sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah, karena perhatian itu akan dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan lebih tekun. Anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
54
3.
Peran Guru Pada asasnya, fungsi atau peran penting guru dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) ialah sebagai “director of learning” (direktur belajar). Artinya, setiap guru diharapkan bias mengarahkan kegiatan belajar agar dapat belajar dengan baik. Guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan. Itulah sebabnya, setiap ada perbincangan mengenai pambaruan kurikulum, pengadaan alat-alat belajar sampai pada kriteria sumber daya manusia yang dihasilkan oleh usaha pendidikan, selalu bermuara pada guru. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya posisi guru dalam dunia pendidikan. Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa peranan guru dalam dunia pendidikan modern menjadi semakin meningkat dari sekedar pengajar menjadi direktur belajar. Konsekuensinya adalah bahwa tugas dan tanggung jawab guru pun akan menjadi lebih komplek dan berat pula. Didalam implementasinya, guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana guru dapat menfasilitasi siswa agar dapat belajar. Oleh karena itu, guru dituntut untuk bias lebih kreatif dan inovatif, sehingga mampu menyelesaikan kegiatan mengajarnya dengan lebih baik. (Masitoh & Laksmi, 2009: 174) Aktivitas belajar memiliki hirarki atau susunan, dari tahap terendah sampai tahap tertinggi, yakni sebagai proses berkesinambungan yang tidak terpisahkan antara satu tahap dengan tahap berikutnya. Apabila tahap paling bawah tidak dikuasai maka akan berdampak tidak dikuasainya tahap selanjutnya. Sebagaimana diungkapkan oleh Gagne (1977) dan Gagne and Briggs (1979) dalam Anderson et al (264-265) : 1. Signal learning; individu belajar untuk membuat sesuatu yang umum, membaurkan respon dengan tanda-tanda, dan mengkondisikan tanda-tanda klasikal. 2. Stimulus-respon learning; individu belajar untuk membuat tanggapan secara akurat, yakni koneksi antara stimulus dengan respon yang dibuat.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH TINGKAT PERHATIAN ORANG TUA DAN GURU TERHADAP PENCAPAIAN PRESTASI HASIL UJIAN NASIONAL SISWA SMP NEGERI DI JAKARTA TIMUR Oleh : Syarif Hidayat
3.
Chaining learning; individu belajar untuk merangkai tahapan dengan proses menjadi terintegrasi. 4. Verbal association learning; individu belajar untuk merangkai keterkaitan verbal seperti integrasi dalam belajar puisi atau pidato. 5. Concept learning; individu belajar bagaimana membuat respon rasiional atas stimulus yang berbeda-beda. 6. Principle learning; individu belajar untuk mengkaitkan dua konsep atau lebih. 7. Problem solving; individu belajar untuk menggunakan pengetahuan konsep dan aturanaturan untuk mendefinisikan dan menemukan solusinya. Pembelajaran (instruction), merupakan perpaduan antara konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Fokus dari perpaduan antara kedua konsep tersebut adalah upaya membelajarkan siswa sebagai subyek didik. Konsep pembelajaran di atas merupakan satu sistem yang di dalamnya terdapat banyak komponen, seperti siswa atau peserta didik, tujuan pembelajaran, materi yang diajarkan, metode yang digunakan, fasilitas yang disiapkan, prosedur, media dan alat evaluasi yang digunakan. Secara teknis, seorang guru mempunyai peran sebagai berikut : a. Sebagai Demonstrator Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru dituntut menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta selalu mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. (Ahmad Sabri, 2007: 68) Guru merupakan seorang pengajar dari bidang ilmu tertentu sesuai dengan keahliannya. Oleh karena itu, agar dapat melaksanakan perannya dengan baik, seorang guru wajib memiliki penguasaan bahan pelajaran yang akan diajarkan secara professional, dapat menyampaikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada para siswa dengan baik, terampil dalam memahami kurikulum serta menjabarkannya dalam tujuan-tujuan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
b.
c.
operasional, dan mampu menggunakan metodologi dan sarana pembelajaran secara optimal sesuai dengan tuntutan zaman. Sebagai Pengelola Kelas Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil optimal, sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Seorang guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana atau kondisi belajar di kelas yang fleksibel dan menyenangkan, mampu merangsang siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, terampil mengendalikan suasana kelas agar tetap hangat, aman, menarik, dan kondusif. Sebagai Mediator dan Fasilitator Sebagai mediator, seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan sebagai alat komunikasi dalam proses pembelajaran, terampil memilih, menggunakan dan mengusahakan media pendidikan, serta mampu menjadi perantara (media) dalam hubungan antarsiswa dalam proses belajar mengajar. Gurupun harus mampu menjadi perantara dalam hubungan antar manusia. Untuk keperluan itu, guru dituntut terampil menggunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif, yaitu mendorong berlangsungnya tingkah laku social yang baik, mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan yang positif dengan para siswa. Sebagai Fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang tercapainya tujuan dalam proses belajar-mengajar, baik yang berwujud narasumber, texbook, majalah, surat kabar, maupun sumber belajar lainnya.
55
PENGARUH TINGKAT PERHATIAN ORANG TUA DAN GURU TERHADAP PENCAPAIAN PRESTASI HASIL UJIAN NASIONAL SISWA SMP NEGERI DI JAKARTA TIMUR Oleh : Syarif Hidayat
d.
Sebagai Evaluator Seorang guru dituntut mampu melakukan proses evaluasi, baik untuk mengetahui keberhasilan dirinya dalam melaksanakan pembelajaran (feed back), maupun untuk menilai hasil belajar siswa. Untuk mewujudkan peran ini, seorang guru perlu memiliki keterampilan sebagai berikut : 1) Mampu merumuskan alat tes yang valid dan reliable. 2) Mampu menggunakan alat tes dan non-tes secara tepat. 3) Mampu melaksanakan penilaian secara objektif, jujur, dan adil. 4) Menindaklanjuti hasil evaluasi secara proporsional. Menurut pandangan modern seperti yang dikemukakan oleh Adams dan Dickey bahwa peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi: Guru sebagai: 1) Pengajar (teacher as instructor) 2) Pembimbing (teacher as counselor) 3) Ilmuwan (teacher as scientist) 4) Pribadi (teacher as person) 5) Penghubung (teacher as comunicator) 6) Modernisator, dan 7) Pembangun (teacher as contractor) F. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di SMP Negeri di wilayah Jakarta Timur, yakni SMP Negeri 259 dan SMP Negeri 81. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu Mei – Juni 2012, yang diawali dengan pembuatan proposal sampai terjun ke lapangan sampai dengan penulisan secara utuh dalam bentuk laporan ini. Metode yang digunakan adalah metode survei, sedangkan variabel penelitian terdiri dari dua variabel bebas yakni perhatian orang tua dan guru, dan satu variabel terikat yaitu prestasi belajar siswa yang dilihat dari hasil ujian akhir yang menentukan kelulusan siswa pada kelas IX. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri di Jakarta Timur, Sedangkan sampelnya diambil pada dua SMP Negeri yaitu SMP Negeri 259 dengan jumlah siswa kelas IX sebanyak 387 orang, dan SMP Negeri 81 dengan jumlah siswa kelas IX sebanyak 343 orang. Jadi jumlah keseluruhan sampel sebanyak 730 orang.
56
Instrumen atau alat yang dipergunakan dalam upaya pengumpulan data penelitian khususnya perhatian orang tua dan guru adalah model kuesioner (angket) yang disusun menurut model skala likert. Instrumen ini disusun dalam bentuk pernyataan yang terbagi menjadi dua bentuk yaitu bentuk positif dan bentuk negatif. Setiap pertanyaan memiliki 5 pilihan jawaban dengan skor tertinggi 5 dan skor terendah 1. Berbeda dengan instrumen di atas, untuk mendapatkan data prestasi siswa, diambil dari hasil ujian akhir sekolah yang merupakan skor kombinasi antara skor ujian sekolah dengan skor ujian nasional. G. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Deskripsi Data Gambaran perolehan data dari hasil penelitian untuk masing-masing variable diperoleh dari hasil penyebaran angket terhadap responden dan hasil ujian akhir sekolah yang menjadi persyaratan kelulusan. Untuk SMP Negeri 259 data yang diperoleh dapat digambarkan dalam tabel berikut: Statistics X1 N
Valid
387
X2
Y 387
387
Missing
0 0 0 Mean 26.7571 29.9251 29.4561 Median 24.0000 30.0000 29.4000 Mode 24.00 19.00a 30.20 Std. Deviation 8.60581 1.060581 2.04632 Range 36.00 39.00 11.40 Minimum 11.00 10.00 25.30 Maximum 47.00 49.00 36.70 Sum 1.044 1.164 1.144 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Untuk setiap variabel dari 387 responden di SMP Negeri 259 diperoleh skor rata-rata (26,75), (29,92), dan (29,45), skor median (24,00), (30,00), dan (29,40), skor modus (24,00), (19,00), dan (30,20), skor minimal (11), (10), dan (25), sedangkan skor maksimal (47), (49), dan 36,70). Besaran skor yang diperoleh di atas tergolong cukup ideal dilihat dari skor ratarata dan skor median yang hampir berdekatan. Gambaran data hasil penelitian untuk seluruh variabel pada SMP Negeri 81 seperti pada tabel berikut:
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH TINGKAT PERHATIAN ORANG TUA DAN GURU TERHADAP PENCAPAIAN PRESTASI HASIL UJIAN NASIONAL SISWA SMP NEGERI DI JAKARTA TIMUR Oleh : Syarif Hidayat
2. Pembahasan Pada bagian pembahasan ini merupakan penjelasan hasil analisis data dengan menggunakan media statistika melalui media SPSS sebagai instrumen penghitungan datanya. Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh tingkat perhatian orang tua dan guru terhadap prestasi belajar siswa, ditunjukkan:hasil ujian akhir siswa di SMP Negeri 259 sebagai berikut:
indikasi adanya tanda dua bintang. Begitu pula pada varabel perhatian guru (X2) dengan prestasi belajar siswa yang memiliki skor koefisien korelasi 0,206, juga sangat signifikan pada taraf alfa 0,01. Untuk mengetahui berapa besaran pengaruh antar kedua variabel bebas di atas terhadap variabel terikat dapat dilihat dari skor koefisien determinasi yakni merupakan skor kuadrat dari skor koefieisn korelasinya. Besaran pengaruh perhatian orang tua terhadap prestasi belajar berarti r2 = (0,177)2 = 0,031 atau 3,1 %. Artinya pengaruh tingkat perhatian orang tua terhadap pencapaian prestasi belajar siswa sebesar 3,1 %. Dengan demikian, perhatian orang tua memiliki peran yang penting dalam menentukan tingkat keberhasilan siswa mencapai kelulusannya. Semakin tinggi perhatian orang tua, akan semakin mendorong keberhasilan anak-anaknya meraih nilai yang lebih besar terutama pada ujian akhir sekolah. Sedangkan besaran pengaruh perhatian guru terhadap prestasi belajar berarti r2 = (0,206)2 = 0,042 atau 4,2 %. Artinya pengaruh tingkat perhatian guru terhadap pencapaian prestasi belajar siswa sebesar 4,2 %. Dengan demikian, perhatian guru memiliki peran dalam menentukan tingkat keberhasilan siswa mencapai kelulusannya, semakin tinggi perhatian guru di sekolah tentunya semakin mendorong keberhasilan siswa meraih nilai yang lebih besar khususnya pada ujian akhir sekolah. Sedangkan hasil perhitungan data penelitian untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh tingkat perhatian orang tua dan guru terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 81 adalah sebagai berikut:
Correlations
Correlations
Statistics X1 N
Valid
Missing Mean Median Mode Std. Deviation Range Minimum Maximum Sum
X2
Y
343
343
343
0 27.9913 26.0000 26.00 8.86859 39.00 10.00 49.00 9601.00
0 29.9417 30.0000 26.00 8.17943 37.00 12.00 49.00 1.034
0 32.1331 32.4500 32.85 1.85986 9.05 27.50 36.55 1.104
Untuk setiap variabel dari 343 responden di SMP Negeri 81 diperoleh skor rata-rata (27,99), (29,94), dan (32,13), skor median (26,00), (30,00), dan (32,45), skor modus (26,00), (26,00), dan (32,85), skor minimal (10), (12), dan (27,50), sedangkan skor maksimal (49), (49), dan 36,55). Besaran skor yang diperoleh di atas tergolong cukup ideal dilihat dari skor ratarata dan skor median yang hampir berdekatan.
X1 X1
Pearson Correlation
X2 1
-.027
Sig. (1-tailed) .299 N 387 387 X2 Pearson Correlation -.027 1 Sig. (1-tailed) .299 N 387 387 Y Pearson Correlation .177** .206** Sig. (1-tailed) .000 .000 N 387 387 **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
X1
Y .177
.000 387 .206** .000 387 1
Sig. (1-tailed) .069 N 343 343 X2 Pearson Correlation .080 1 Sig. (1-tailed) .069 N 343 343 Y Pearson Correlation .155** .176** Sig. (1-tailed) .002 .001 N 343 343 **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
387
Pada tabel di atas terlihat dengan jelas bahwa antara variabel perhatian orang tua (X1) memiliki skor korelasi 0,177 dengan prestasi belajar siswa. Skor di atas menunjukkan koefisien korelasi sangat signifikan pada taraf alfa 0,01 atau kepercayaan 99 % dengan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Pearson Correlation
X2
X1
**
1
.080
Y .155** .002 343 .176** .001 343 1 343
Pada tabel di atas terlihat dengan jelas bahwa antara variabel perhatian orang tua (X1) memiliki skor korelasi 0,155 dengan prestasi belajar siswa. Skor di atas menunjukkan koefisien korelasi sangat signifikan pada taraf alfa 0,01 atau kepercayaan 99 % dengan
57
PENGARUH TINGKAT PERHATIAN ORANG TUA DAN GURU TERHADAP PENCAPAIAN PRESTASI HASIL UJIAN NASIONAL SISWA SMP NEGERI DI JAKARTA TIMUR Oleh : Syarif Hidayat
indikasi adanya tanda dua bintang. Begitu pula pada variabel perhatian guru (X2) dengan prestasi belajar siswa yang memiliki skor koefisien korelasi 0,176, juga sangat signifikan pada taraf alfa 0,01. Untuk mengetahui berapa besaran pengaruh antarkedua variabel bebas di atas terhadap variabel terikat dapat dilihat dari skor koefisien determinasi yakni merupakan skor kuadrat dari skor koefisien korelasinya. Besaran pengaruh perhatian orang tua terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 81 berarti r2 = (0,155)2 = 0,024 atau 2,4 %. Artinya pengaruh tingkat perhatian orang tua terhadap pencapaian prestasi belajar siswa sebesar 2,4 %. Dengan demikian, perhatian orang tua memiliki peran dalam menentukan tingkat keberhasilan siswa mencapai kelulusannya, semakin tinggi perhatian orang tua tentunya akan semakin mendorong keberhasilan anak-anaknya meraih nilai yang lebih besar terutama pada ujian akhir sekolah. Sedangkan besaran pengaruh perhatian guru terhadap prestasi belajar berarti r2 = (0,176)2 = 0,030 atau 3,0 %. Artinya pengaruh tingkat perhatian guru terhadap pencapaian prestasi belajar siswa sebesar 3,0 %. Dengan demikian, perhatian guru memiliki peran dalam menentukan tingkat keberhasilan siswa mencapai kelulusannya. Semakin tinggi perhatian guru di sekolah tentunya akan semakin mendorong keberhasilan siswa meraih nilai yang lebih besar, terutama pada ujian akhir sekolah. Untuk melihat bentuk persamaan regresi linear sederhana antara variabel perhatian orang tua dan guru terhadap prestasi belajar dapat diihat pada tabel berikut: Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
B
Std. Error
28.332
.335
X1 .042 a. Dependent Variable: Y
.012
Standardized Coefficients Beta
t .177
Sig.
84.518
.000
3.523
.000
Pada tabel di atas, tergambar bentuk persamaan regresi antara perhatian orang tua dengan prestasi belajar siswa Y ˆ = 28,33 + 0,042X1 artinya bahwa setiap kenaikan satu poin pada prestasi siswa di SMP Negeri 259, disumbang sebesar 0,042 dari unsur perhatian orang tuanya. Dengan demikian, peran orang tua tidak dapat dilepaskan dari upaya pencapaian prestasi anak-anaknya.
58
Persamaan regresi antara variabel perhatian guru dengan pencapaian prestasi siswa adalah sebagai berikut: Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
B
Standardized Coefficients
Std. Error
28.269
.305
X2 .040 a. Dependent Variable: Y
.010
Beta
T
Sig.
92.539
.000
4.123
.000
.206
Pada tabel di atas, tergambar bentuk persamaan regresi antara guru dengan prestasi belajar siswa = 28,26 + 0,040X2, artinya bahwa setiap kenaikan satu poin pada prestasi siswa di SMP Negeri 259 disumbang sebesar 0,040 dari unsur perhatian gurunya. Dengan demikian, peran guru di sekolah sangat menentukan keberhasilan siswa mencapai prestasi yang lebih baik. Sedangkan bentuk persamaan regresi linear sederhana antara variabel perhatian orang tua dan guru terhadap prestasi belajar di SMP Negeri 81, dapat diihat pada tabel berikut: Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
Std. Error
B 31.224
.329
X1 .032 a. Dependent Variable: Y
.011
Standardized Coefficients Beta
t .155
Sig.
94.793
.000
2.894
.004
Pada tabel di atas, tergambar bentuk persamaan regresi antara perhatian orang tua dengan prestasi belajar siswa = 31,22 + 0,032X1, artinya bahwa setiap kenaikan satu poin pada prestasi siswa di SMP Negeri 81, disumbang sebesar 0,032 dari unsur perhatian orang tuanya. Dengan demikian, peran orang tua sangat berarti bagi upaya pencapaian prestasi anakanaknya. Persamaan regresi antara variabel perhatian guru dengan pencapaian prestasi siswa adalah sebagai berikut: Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
30.937
Std. Error .376
X2 .040 a. Dependent Variable: Y
.012
Standardized Coefficients Beta
T .176
Sig.
82.233
.000
3.294
.001
Pada tabel di atas, tergambar bentuk persamaan regresi antara guru dengan prestasi belajar siswa =
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH TINGKAT PERHATIAN ORANG TUA DAN GURU TERHADAP PENCAPAIAN PRESTASI HASIL UJIAN NASIONAL SISWA SMP NEGERI DI JAKARTA TIMUR Oleh : Syarif Hidayat
30,93 + 0,040X2, artinya bahwa setiap kenaikan satu poin pada prestasi siswa di SMP Negeri 81 disumbang sebesar 0,040 dari unsur perhatian gurunya. Dengan demikian, perhatian guru di sekolah dalam proses belajar mengajar sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar yang dapat dilihat dari pencapaian hasil ujian akhirnya. Berdasarkan uraian di atas, bahwa tingkat perhatian orang tua dan guru memiliki pengaruh terhadap naik turunnya prestasi siswa di sekolah, yang ditunjukkan dengan skor koefisien korelasi yang menggambarkan adanya hubungan, koefisien determinasi, yang meggambarkan besaran pengaruh variabel bebas dan variabel terikat, serta koefisien regresi yang merupakan bentuk hubungan fungsional antara variabel bebas dengan variabel terikat. Temuan penelitian ini menujukkan bahwa perhatian guru di sekolah pada proses belajar mengajar memiliki pengaruh lebih besar dibandingkan dengan pengaruh perhatian orang tua di rumah baik di SMP Negeri 259 maupun di SMP Negeri 81 Jakarta. Temuan ini memberikan isyarat adanya kecenderungan siswa lebih patuh dan lebih takut terhadap gurunya dibandingkan dengan orang tuanya, sehingga perintah yang diberikan guru lebih dapat mendorong siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Melihat fenomena ini, tuntutan guru menjadi semakin komplek, mengingat semakin banyaknya variabel yang harus ditangani guru dalam proses pendidikan, baik menyangkut administrasi sekolah maupun keterampilan mengelola siswa, sehingga mereka dapat belajar dengan baik dan tertib. Berkaitan dengan hal di atas, solusi yang ditawarkan diantaranya adalah: Perlunya: 1. Perhatian intensif dari guru maupun orang tua melalui kerjasama yang berkelanjutan, 2. Komunikasi yang dibangun secara dialogis dengan orang tua maupun dengan siswa itu sendiri, mengingat siswa SMP adalah masa peralihan yang sudah memiliki kemampuan berpikir rasional, 3. Kerjasama yang kontinyu dalam menjamin siswa untuk dapat belajar sesuai harapan baik di sekolah maupun di rumah, 4. Motivasi atau dorongan dari orang dewasa terhadap siswa melalui berbagai upaya baik materi maupun immateri yang mampu memicu keinginan siswa untuk belajar,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
5.
Innovasi dalam kegiatan belajar mengajar di abad modern yang sarat dengan dukungan teknologi, 6. Pengawasan secara menyeluruh dari guru dan orang tua dalam setiap aspek perilaku siswa baik di sekolah, di rumah maupun di lingkungannya, 7. Evaluasi terhadap setiap apa yang dilakukan yang tidak hanya terfokus pada aspek kognitif, akan tetapi juga aspek afektif dan psikomotornya, 8. Tindak lanjut sebagai upaya membekali siswa dengan berbagai keterampilan yang harus di latih secara terus menerus dan dikontrol oleh guru dan orang tua, 9. Waktu yang dikelola dengan efektif, sehingga tersedialah waktu untuk belajar dan bermain yang merupakan kebutuhan siswa remaja, dan 10. Doa sebagai media untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT setelah kita melakukan berbagai upaya, sehingga apapun hasil yang dicapai, tidak akan menjadikan kita stress dan putus asa. H. KESIMPULAN Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat pengaruh dari perhatian orang tua dan guru terhadap pencapaian prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan perolehan hasil ujian akhir sekolah. 2. Pengaruh perhatian guru di sekolah dalam proses belajar mengajar, lebih besar dibandingkan dengan pengaruh perhatian orang tua di rumah. 3. Pengaruh tingkat perhatian orang tua dan guru sangat signifikan pada taraf alfa 0,01. Dengan demikian, perhatian orang tua dan guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam mencapai prestasinya. DAFTAR BACAAN Ahmad Sabri. 2007. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Ciputat: Quantum Teaching. Cet. Ke-2. Alisuf Sabri. 1995. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet. Ke-1. Anderson, Lorin W. et al. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing, A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives, Complete Edision. New York, Longman.
59
PENGARUH TINGKAT PERHATIAN ORANG TUA DAN GURU TERHADAP PENCAPAIAN PRESTASI HASIL UJIAN NASIONAL SISWA SMP NEGERI DI JAKARTA TIMUR Oleh : Syarif Hidayat
Imam Barnadip, 1983. Pemikiran Tentang Pendidikan Baru, Yogyakarta, Andi Offset. Masitoh dan Laksmi Dewi. 2009. Strategi Pembelajaran Jakarta: direktorat jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI. Cet ke-1. Muhibbin Syah, 2003, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya.
60
Muhibbin Syah, 2007, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Jakarta: Bumi Aksara. S. Nasution, 1995, Didaktik Dasar-Dasar Mengajar, Bandung: Jemmars. Slamet, 1995, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
61
62
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ISSN 1907 - 3666
Volume 7, Nomor 13, April 2012 Volume 1, Nomor 3, Nopember 2007
Penanggung jawab/Pemimpin Umum : Dra. Yenny Budiasih, MBA Pemimpin Redaksi : Hj. Sri Wahyuningsih, SE, MM. Staf Ahli : Dr. Sugito Effendi, MSi. Dr. Mohamad Ilmi, M.Ec. Dr. Marinus R. Manurung, MPA Indri Astuti, S.Pd., MM., M.Pd. Dr. Nurwidiatmo, SH, MM, MH. Noverdi Bross, Ph.D. Hadi Mulyo Wibowo, SH, MM. M. Riduan Karim, SE, MM Pelakasana Harian : H. Zaharuddin, SE, MM Dr. Nurwidiatmo, SH, MM, MH Dr. Zulkifli Amsyah, MA. Tim Editing Budi Purnomo Sugito Hartadi Sirkulasi & Pemasaran Teorida Simarmata Dewi Listiorini
Alamat Redaksi : Program Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta Jl. Tanjung Barat No.11 Jakarta Selatan 12530 Telp. (021) 781 7823, 781 5142 Fax. (021) 781 5144 E-mail :
[email protected]
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
63
Volume 7, Nomor 13, April 2012 Volume 1, Nomor 3, Nopember 2007
DARI REDAKSI Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa, Jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen Volume 7, Nomor 13, bulan April 2012 dapat menjumpai pembaca sesuai waktu yang direncanakan. Dalam edisi ke tujuh ini, redaksi Jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen menyajikan beberapa topik antara lain:
Pengaruh Harga, Kualitas, Kondisi Pasar dan Lokasi Pasar Terhadap Preferensi Konsumen dalam Membeli Sembilan Bahan Pokok Di Pasar Tradisional (Studi Kasus Di Pasar Rebo Purwakarta)
Pemanfaatan Kampung Budaya Gerbang Karawang Di Kabupaten Karawang.
Pengaruh Non Performing Financing (NPF) dan Net Interest Margin (NIM) Terhadap return on asset (ROA) (Studi Kasus Pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk)
Pengukuran Kinerja PT. Bukit Asam Tbk dengan Analisa Rasio Keuangan (Studi Kasus Tahun 2009-2011)
Produksi Konveksi Celana “Aladin”
Pengaruh Tingkat Perhatian Orang Tua dan Guru Terhadap Pencapaian Prestasi Hasil Ujian Nasional Siswa SMP Negeri Di Jakarta Timur
Redaksi mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang terjalin dengan penulis, dan dengan pembaca yang menggunakan jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen sebagai salah satu referensi. Besar harapan kami Jurnal ini turut memberikan kontribusi dalam pengembangan bisnis dan manajemen. Kami sangat terbuka menerima kritik dan saran guna penyempurnaan Jurnal kita pada edisi mendatang. Terima kasih Redaksi
64
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Volume 7, Nomor 13, April 2012 Volume 1, Nomor 3, Nopember 2007 DAFTAR ISI PENGARUH HARGA, KUALITAS, KONDISI PASAR DAN LOKASI PASAR TERHADAP PREFERENSI KONSUMEN DALAM MEMBELI SEMBILAN BAHAN POKOK DI PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Rebo Purwakarta) Oleh : Ade Nurhayati Kusuma Dewi dan Djodi Ahmad Husain --------------------------
1
PEMANFAATAN KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DI KABUPATEN KARAWANG Oleh : Enjang Sudarman -----------------------------------------------------------------------
11
PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN NET INTER EST MARGIN (NIM) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) (STUDI KASUS PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk) Oleh : Ekky Febriansyah dan Indra Siswanti ------------------------------------------------
25
PENGUKURAN KINERJA PT. BUKIT ASAM TBK DENGAN ANALISA RASIO KEUANGAN (STUDI KASUS TAHUN 2009-2011) Oleh : Sumarsid --------------------------------------------------------------------------------
31
PRODUKSI KONVEKSI CELANA “ALADIN” Oleh : Munawir --------------------------------------------------------------------------------
45
PENGARUH TINGKAT PERHATIAN ORANG TUA DAN GURU TERHADAP PENCAPAIAN PRESTASI HASIL UJIAN NASIONAL SISWA SMP NEGERI DI JAKARTA TIMUR Oleh : Syarif Hidayat ----------------------------------------------------------------------------
51
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
65
Volume 7, Nomor 13, April 2012 Volume 1, Nomor 3, Nopember 2007
PEDOMAN PENULISAN JURNAL
66
1.
Naskah tulisan diketik di komputer program MS Word dengan ukuran 2 (dua) spasi, huruf (font) time new roman, ukuran huru 12 pt, jumlah halaman 14-20 lembar ukuran A4 (termasuk gambar, tabel, ilustrasi, dan daftar pustaka). Margin kiri 4 cm, margin bawah, atas dan kanan 3 cm. Menyertakan salinan soft copy (print out) dan hard copy (dalam disket, CD, flasdisk)
2.
Naskah adalah asli, belum pernah dipublikasikan melalui media lainnya.
3.
Naskah berupa hasil penelitian atau hasil studi kepustakaan yang bersifat obyektif, sistematis, analistis dan deskriptif
4.
Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia dan atau Bahasa Inggris
5.
Judul naskah singkat, sesuai dengan ini naskah. Abstraksi Bahasa Indonesia untuk naskah Bahasa Inggris dan sebaliknya, terdiri dari pendahuluan, isi (hasil, metode penelitian, analisis hasil), kesimpulan dan daftar pustaka.
6.
Isi naskah bukan tanggung jawab redaksi. Redaksi mempunyai hak mengedit redaksional tanpa merubah arti aslinya.
7.
Keterangan lebih lanjut dapat menghubungi redaksi Jurnal Aliansi Magister Manajemen STIMA IMMI.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi