PENGARUH GIBERELIN (GA3) DAN NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET NENAS (Ananas comosus (L.) Merr) KULTIVAR SMOOTH CAYENNE HASIL KULTUR JARINGAN
MAR’AH A24070123
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
MAR’AH. Pengaruh Giberelin (GA3) dan Nitrogen terhadap Pertumbuhan Planlet Nenas (Ananas comosus (L.) Merr) Kultivar Smooth Cayenne Hasil Kultur Jaringan (Dibimbing oleh SOBIR). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh giberelin dan nitrogen terhadap pertumbuhan planlet nenas kultivar Smooth Cayenne hasil kultur jaringan yang dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Pasir Kuda Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB pada Bulan Februari sampai Juni 2011. Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT), dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah giberelin dengan tiga taraf konsentrasi yaitu 0, 12.5, 50 ppm. Faktor kedua adalah nitrogen dengan tiga taraf konsentrasi yaitu 0, 10, 20 g/L. Sumber tanaman yang digunakan adalah planlet nenas hasil kultur jaringan umur 2 bulan aklimatisasi dan didasarkan pada tinggi planlet. Ukuran kecil (tinggi planlet ≤ 7 cm), ukuran sedang (tinggi 7 – 14 cm) dan ukuran besar (tinggi planlet ≥ 14 cm). Penanaman dilakukan di bak tanam ukuran 8.5 m x 1 m dengan media tanam arang sekam menggunakan jarak tanam 5 cm x 5 cm dan kedalaman kurang lebih 5 cm. Aplikasi giberelin dan nitrogen dilakukan pukul 19.30 WIB dengan menggunakan sistem kocor yaitu 5 ml per planlet. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan giberelin 50 ppm dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi planlet dan lebar daun terbesar sedangkan giberelin 12.5 ppm meningkatkan panjang daun dan diameter tajuk. Konsentrasi giberelin 12.5 ppm dan 50 ppm dapat mempercepat pertumbuhan jumlah daun. Perlakuan nitrogen 20 g/L dapat mempercepat
pertumbuhan tinggi planlet,
panjang daun dan diameter tajuk planlet, sedangkan nitrogen 10 g/L dapat meningkatkan lebar daun dan jumlah daun. Interaksi antara perlakuan giberelin dan nitrogen hanya berpengaruh pada lebar daun dan jumlah daun saat 4 MST. Dari penelitian ini disimpulkan pemberian nitrogen 10 g/L, tinggi planlet dapat mencapai 30 cm di fase pembibitan pada berbagai ukuran berdasarkan tinggi planlet.
THE EFFECTS OF GIBERELLIN (GA3) AND NITROGEN ON THE GROWTH OF TISSUE CULTURED SMOOTH CAYENNE CULTIVAR PINEAPPLE (Ananas comosus (L.) Merr.) PLANTLETS
The aim of this research is to study the effects of giberellin and nitrogen treatments on the growth of the Smooth Cayenne cultivar pineapple plantlets. This research was conducted in the greenhouse facility of Center for Tropical Fruit Studies (CETROFS) located on Pasirkuda, Bogor on February to Juni 2011. The research used the Randomized Complete Block Design with two factors and three replications. The first factor is giberellin treatments with three levels of concentration, which are 0, 12.5, and 50 ppm. The second factor is nitrogen tratments with three levels of concentration, which are 0, 10, dan 20 g/L. The results showed that giberellin treatments only effects the leaf length and the plantlet diameter on 19 weeks after treatment, and also the leaf width and the number of leaves on 8, 10, 12, 19 weeks after treatment. The treatment of giberellin with the concentration of 50 ppm gives the highest results for the variables of plantlet heights and leaf width, whereas the treatment of giberellin with the concentration of 12.5 ppm increased the leaf length and the plantlet diameter. The treatments with 12.5 and 50 ppm giberellin accelerated the number of leaf growth. Nitrogen treatments affect all of the observed variables (plantlet heights, leaf length, leaf width, plantlet diameter and the number of leaves), but on week 19 after treatments, the treatments didn’t effect the leaf width and the number of leaves. The treatment of 20 g/L nitrogen accelerated the growth of the plantlet height, leaf length, and plantlet diameter, whereas the 10 g/L nitrogen treatment increased the leaf width and the number of leaves. The interaction between the giberellin and nitrogen treatments only effected the leaf width and the number of leaves on 4 weeks after treatment.
Keywords : pineapple, gibberellins, nitrogen
PENGARUH GIBERELIN (GA3) DAN NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET NENAS (Ananas comosus (L) Merr) KULTIVAR SMOOTH CAYENNE HASIL KULTUR JARINGAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
MAR’AH A24070123
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul : PENGARUH GIBERELIN (GA3) TERHADAP
PERTUMBUHAN
DAN NITROGEN PLANLET
NENAS
(Ananas comosus (L.) Merr) KULTIVAR SMOOTH CAYENNE HASIL KULTUR JARINGAN Nama : MAR’AH NIM : A24070123
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Sobir, MSi NIP: 19640512 198903 1 002
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP: 19611101 1987031 003
Tanggal Lulus:
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Giberelin (GA3) dan Nitrogen terhadap Pertumbuhan Planlet Nenas (Ananas comosus (L.) Merr) Kultivar Smooth Cayenne Hasil Kultur Jaringan” ini benarbenar hasil karya yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada suatu perguruan tinggi atau lembaga manapun untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Saya juga menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia bertanggungjawab atas pernyataan ini.
Bogor, Oktober 2011
MAR’AH NIM. A24070123
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Prajawinangun Kulon, Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon Jawa Barat pada tanggal 15 Februari 1989. Penulis merupakan anak ketiga dari Bapak Sidik Rifa’I dan Ibu Mu’minah. Pada tahun 2001 penulis lulus dari SDN 1 Prajawinangun Kulon, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di MTs. Salafiyah Syafi iyah Ciwaringin Cirebon. Pada tahun 2007 penulis lulus dari MAN MODEL Ciwaringin Cirebon dan melanjutkan studi di Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (USMI IPB). Penulis aktif di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al Hurriyyah IPB Departemen Pengajaran Al Qur’an. Penulis juga aktif di kelembagaan Tanggap Sosial Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB. Penulis merupakan penerima Beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) selama studi. Penulis juga mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) 2010 dan bernotabene sebagai mahasiswa wirausaha berprestasi PMW IPB 2010. Tahun 2010 penulis menjadi Asisten Praktikum Manajemen Air dan Hara.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah sang maha kuasa yang telah memberi kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa cahaya ilmu kedalam kehidupan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Giberelin (GA3) dan Nitrogen terhadap Pertumbuhan Planlet Nenas (Ananas comosus (L) Merr) Kultivar Smooth Cayenne Hasil Kultur Jaringan”. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Sobir, MSi selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan dan saran selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. Terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Ir. M. R. Suhartanto, MSi dan Dr. Sintho W. Ardie SP, MSi atas kesediaannya sebagai dosen penguji dan saran yang telah diberikan. Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi selaku pembimbing akademik, Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB dan teknisi kebun yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian, Ayahanda Sidik Rifa’I dan Ibunda Mu’minah tercinta atas ketulusan dan keridhoannya, Kakak (Naswadi S.Pt dan Bani, Amd) dan adik (Saefulani, Sanudin, dan Subani) yang telah memberikan dukungan tulus, doa, dan selalu mendukung segala aktivitas penulis, Paman Ahmad Yani dan Tante Dodo atas bantuannya dan pendidikannya, teman-teman AGH 44 seperjuangan (khususnya Elfa, Mba Rani, Restiana), kepada semua pihak Yayasan Beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) Pak Hengky, Mas Helmi, Mas Agus yang telah membantu biaya pendidikan dan Sahabat Wirausaha Greentech EMC (Ilman, Ridhwan, Wina, Risa dan Ajiz) yang memberikan semangat juang puas sampai tuntas serta sahabat kosan Assakinah (Dina, Wiwit, Suhana, Gebi, Nenah, Elis, Diah, Ana).
Bogor, Oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ………………………………………………………...
vii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..
viii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………...
ix
PENDAHULUAN ………………………………………………………..
1
Latar Belakang ……………………………………………………………
1
Tujuan …………………………………………………………………….
3
Hipotesis …………………………………………………………………..
3
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………….
4
Morfologi Tanaman Nenas ……………………………………………….
4
Kultivar Smooth Cayenne ………………………………………………...
5
Perbanyakan Nenas ……………………………………………………….
7
Pertumbuhan Planlet Nenas ………………………………………………
7
Giberelin …………………………………………………………………..
9
Nitrogen …………………………………………………………………..
10
BAHAN DAN METODE ………………………………………………...
11
Tempat dan Waktu ………………………………………………………..
11
Bahan dan Alat ……………………………………………………………
11
Metode Penelitian ………………………………………………………...
11
Pelaksanaan Penelitian ……………………………………………………
13
Pengamatan ……………………………………………………………….
14
Analisis Data ……………………………………………………………...
14
HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………...
15
Hasil ………………………………………………………………………
17
Pembahasan ……………………………………………………………….
33
KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………...
37
Kesimpulan ……………………………………………………………….
37
Saran ………………………………………………………………………
37
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….
38
LAMPIRAN ………………………………………………………………
41
vii
DAFTAR TABEL
Nomor 1.
Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Giberelin,
Halaman 17
Nitrogen dan Interaksinya terhadap Peubah yang Diamati …..... 2.
Tinggi Planlet Hasil Perlakuan Nitrogen pada
24
12 dan 19 MST ………………………………………………… 3.
Panjang Daun Planlet Hasil Perlakuan Giberelin pada
26
12 dan 19 MST ………………………………………………… 4.
Panjang Daun Planlet Hasil Perlakuan Nitrogen pada
26
12 dan 19 MST ………………………………………………… 5.
Lebar Daun Planlet Hasil Perlakuan Giberelin pada
29
12 dan 19 MST ………………………………………………… 6.
Diameter Tajuk Planlet Hasil Perlakuan Giberelin pada
30
12 dan 19 MST ………………………………………………… 7.
Diameter Tajuk Planlet Hasil Perlakuan Nitrogen pada
30
12 dan 19 MST .................................................................. 8.
Jumlah Daun Planlet Hasil Perlakuan Giberelin pada 12 dan 19 MST ………………………………………………...
32
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Nenas Kultivar Smooth Cayenne ………………………………
6
2.
Tahapan Budidaya Nenas melalui Perbanyakan
8
Kultur Jaringan ………………………………………………… 3.
Struktur Geberelin (GA3) ………………………………………
9
4.
Planlet Nenas di Rumah Kaca PKBT Pasir Kuda ………...…...
15
5.
Planlet Busuk akibat Cendawan ……………………………….
16
6.
Pertumbuhan Tinggi Planlet pada Konsentrasi Giberelin (Kiri)
19
dan Nitrogen (Kanan) yang Berbeda …………………………... 7.
Laju Pertumbuhan Putative Tinggi Planlet Nenas Ukuran Kecil
21
pada berbagai Konsentrasi Nitrogen............................................ 8.
Laju Pertumbuhan Putative Tinggi Planlet Nenas Ukuran
22
Sedang pada berbagai Konsentrasi Nitrogen …………...……... 9.
Laju Pertumbuhan Putative Tinggi Planlet Nenas Ukuran Besar
23
pada berbagai Konsentrasi Nitrogen............................................ 10.
Pertumbuhan Panjang Daun pada Konsentrasi Giberelin (kiri)
25
dan Nitrogen (kanan) yang Berbeda ………………….………... 11.
Pertumbuhan Lebar Daun pada Konsentrasi Giberelin (kiri) dan
27
Nitrogen (kanan) yang Berbeda................................................... 12.
Perbandingan Perlakuan Planlet nenas di akhir penelitian …….
28
13.
Pertumbuhan Diameter Tajuk pada Konsentrasi Giberelin (kiri)
29
dan Nitrogen (kanan) yang Berbeda............................................. 14.
Pertumbuhan Jumlah Daun pada Konsentrasi Giberelin (kiri) dan Nitrogen (kanan) yang Berbeda ………………….………...
31
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1.
Laju Pertumbuhan Tinggi Planlet Nenas Ukuran Kecil pada
Halaman 41
berbagai Konsentrasi Nitrogen ………………………………… 2.
Laju Pertumbuhan Tinggi Planlet Nenas Ukuran Sedang pada
41
berbagai Konsentrasi Nitrogen ………………………………… 3.
Laju Pertumbuhan Tinggi Planlet Nenas Ukuran Besar pada berbagai Konsentrasi Nitrogen …………………………………
42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nenas (Ananas comosus (L) Merr) merupakan tanaman buah tropika yang memiliki nilai ekonomi sangat tinggi dan banyak diminati oleh masyarakat dunia. Dalam perdagangan global nenas berada dalam kelompok tiga besar bersamasama setelah pisang dan mangga. Indonesia merupakan produsen nenas nomor 8 di dunia, sementara dari sisi ekspor menempati peringkat 3 untuk nenas olahan dan peringkat 20 untuk nenas segar. Indonesia memiliki potensi untuk meningkatkan produksi nenas karena kesesuaian agroklimat yang sesuai dan ketersediaan lahan yang memadai, sehingga dapat memberikan kontribusi pada devisa. Dari perolehan devisa, komoditas nenas merupakan penghasil devisa terbesar pada kelompok komoditas buah-buahan dan olahannya.
Nenas juga
memiliki keunggulan baik dari sisi volume maupun nilai ekspornya. Data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) menunjukkan bahwa nilai ekspor nenas pada tahun 2008 mencapai US$ 204 juta dari volume 270 ribu ton. Volume dan nilai ekspor buah nenas naik signifikan dibanding tahun 2007 (US$ 71 juta dari volume 110 ribu ton) dan 2006 (US$ 125 juta dari volume 219 ribu ton). Data tersebut menunjukkan bahwa komoditas nenas berperan cukup besar dalam perekonomian nasional. Nilai ekonomi yang tinggi ini tidak terlepas dari berbagai masalah dalam aspek budidaya nenas. Menurut RUSNAS PKBT (2010) menyatakan bahwa salah satu masalah utama dalam pengembangan nenas yaitu penyediaan bibit. Jumlah bibit nenas yang harus disediakan sekitar 50 000 bibit per hektarnya. Teknik perbanyakan konvensional yang digunakan saat ini memiliki laju multiplikasi yang rendah, sehingga tidak dapat memenuhi penyediaan bibit untuk pengembangan kebun baru. Sumber perbanyakan nenas berasal dari organ vegetatif, meliputi suckers, ratton, hapas, crown slips, crown, stumps, potongan
2
daun, potongan batang dan planlet kultur jaringan (PKBT, 2008). Penggunaan perbanyakan dalam organ yang berbeda menghasilkan tanaman dengan lama umur produksi yang berbeda pula. Bibit yang berasal dari mahkota buah dapat dipanen pada umur 24 bulan. Tanaman yang berasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas akar setelah berumur 12 bulan. Jenis nenas Smooth Cayenne menghasilkan tunas anakan hanya 2-3 anakan sehingga jika dilakukan pengembangan kebun baru tidak dapat memenuhi jumlah bibit yang diperlukan. Mengingat lamanya waktu perolehan bibit dan pengembangan kebun baru yang memiliki luas puluhan hektar maka perlu dilakukan teknik perbanyakan nenas dalam waktu yang sangat singkat. Salah satunya dengan teknik perbanyakan kultur jaringan. Kultur jaringan merupakan alternatif perbanyakan bibit nenas yang diharapkan dalam waktu singkat diperoleh bibit yang lebih banyak, seragam pertumbuhannya dan bebas penyakit serta mudah dalam pengangkutan. Perbanyakan kultur jaringan masih memiliki kekurangan yaitu lamanya waktu planlet untuk di tanam di lapang yaitu sekitar 6 sampai 8 bulan, hal ini disebabkan oleh kecilnya mutu fisik planlet hasil kultur jaringan. Salah satu tahap perbanyakan nenas dengan kultur jaringan adalah pembesaran planlet. Tahap pembesaran planlet ini perlu mendapat perhatian agar menghasilkan bibit nenas yang siap tanam di lapang dan memiliki mutu fisik yang sesuai. Salah satu solusi untuk menghasilkan mutu fisik yang baik yaitu adanya pemberian hormon pengatur tumbuh. Pemberian hormon giberelin pada tahap pembesaran planlet merupakan salah satu solusi untuk mempercepat pencapaian standar mutu fisik planlet nenas hasil kutur jaringan. Annisah (2009) menyatakan bahwa hormon giberelin (GA3) dikenal dapat memberi pengaruh dalam stimulasi pembelahan sel, pemanjangan sel, atau keduanya. Penambahan giberelin eksogen maka terjadi peningkatan kandungan giberelin di tanaman (tajuk) dan akan meningkatkan jumlah sel dan ukuran sel yang bersama-sama dengan hasil fotosintat dapat meningkat di awal penanaman dan akan mempercepat proses pertumbuhan vegetatif tanaman. Pertumbuhan planlet dapat ditunjang dengan pemberian pupuk nitrogen yang sesuai dengan kebutuhan. Menurut Priddy (2010) nitrogen merupakan nutrisi
3
yang sangat penting untuk hampir semua pertumbuhan tanaman, tanpa terkecuali tanaman nenas. Nitrogen merupakan penyusun dari semua senyawa protein (Lindawati et al., 2000). Pemberian zat pengatur tumbuh giberelin dan nitrogen pada tahap pembesaran planlet merupakan salah satu cara mempercepat pertumbuhan vegetatif planlet hasil perbanyakan kultur jaringan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan giberelin (GA3) dan nitrogen serta interaksinya terhadap pertumbuhan planlet nenas (Ananas comosus (L.) Merr) kultivar Smooth Cayenne hasil kultur jaringan.
Hipotesis
Perlakuan giberelin (GA3), nitrogen dan interaksinya berpengaruh terhadap pertumbuhan planlet nenas (Ananas comosus (L.) Merr) kultivar Smooth Cayenne hasil kultur jaringan.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Tanaman Nenas (Ananas comosus L. Merr.)
Nenas (Ananas comosus (L.)Merr) berasal dari Brazilia Tengah dan Selatan, Argentina Utara, serta Paraguay. Pada saat ini nenas telah tersebar ke beberapa daerah tropis seperti Hawaii, Farmosa, Trinidad dan termasuk Indonesia. Nenas juga dibudidayakan di daerah subtropis antara 30o LU dan 30o LS (Nakasone dan Paull, 1998). Nenas termasuk ke dalam kingdom plantae, subkingdom spermatophyta, kelas angiospermae, sub-kelas monocotiledonae, ordo farinosae, family bromeliaceae dan genus Ananas (Collins, 1968). Tanaman nenas adalah tanaman herba tahunan atau dua tahunan, tingginya mencapai 50-100 cm. Daunnya berbentuk pedang mencapai 1 m atau lebih, lebarnya 5-8 cm, pinggirannya berduri atau hampir rata, berujung lancip, bagian pangkalnya memiliki poros utama (Wee dan Thongtham, 1997). Pada tanaman nenas dewasa panjang batang dapat mencapai 25 – 50 cm dan lebarnya 2 - 5 cm pada bagian dasar dan 5-8 cm pada bagian atas. Jumlah daun bervariasi antar kultivar tetapi pada umumnya sekitar 40 -80 daun (Geo Coppens d’Eeckenbrugge dan Freddy Leal, 2003). Akar nenas dibedakan menjadi akar primer dan akar samping. Akar primer mati setelah perkecambahan dan digantikan dengan akar samping. Akar-akar yang melekat pada pangkal batang dan termasuk berakar serabut (monocotyledonae). Akar mampu menyebar secara lateral sampai 1-2 m dan kedalaman sampai 0.85 m di bawah kondisi ideal (Geo Coppens d’Eeckenbrugge dan Freddy Leal, 2003). Bunga nenas merupakan bunga hermafrodit dengan posisi kepala putik lebih tinggi dibanding benang sari. Bunga nenas tersusun dalam suatu rangkaian yang jumlahnya berkisar 100-200 bunga. Bunga mekar dimulai dari bunga yang letaknya di bawah. Lama mekar setiap kuntum bunga berkisar 1-2 hari dan jumlah bunga yang mekar setiap hari sekitar 3-10 bunga. Tanaman nenas berbunga pada umur ±16 bulan, bergantung pada ukuran bibit, jenis atau kultivar, dan iklim.
5
Umur mulai berbunga bervariasi antarkultivar, biasanya Smooth Cayenne berbunga 10-15 hari lebih lambat daripada Red Spanish, Queen, dan Perolera. Kualitas optimal buah diperoleh dengan kombinasi suhu ideal (22 sampai 26°C) dan kelembaban tinggi, sehingga menghasilkan (1.5-1.8 kg) besar, buah yang manis (> 14 Brix) dan juicy, rendah kandungan asam (> pH = 3) (Gutierrez, 2002). Menurut Malezieux et al., (2003) laju pertumbuhan tanaman nenas akan menurun pada suhu di bawah 15oC atau di atas 32 oC. Biji dapat dipanen setelah buah masak yaitu 5-6 bulan setelah penyerbukan. Jumlah biji yang dihasilkan paling banyak 12 biji per bunga atau mata, bergantung pada varietas yang digunakan. Warna biji beragam, yaitu krem, coklat atau coklat tua (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2010). Tanah pasir dan lempung sangat baik untuk nenas. Nenas dapat tumbuh baik pada tanah alluvial tua dengan drainase yang baik. Tanah asam cocok untuk pertanaman nenas. Pada pH 4.5-5.5 soil born disease dapat dikurangi. Tanah liat yang terlalu pekat dan air permukaan yang tinggi tidak kondusif bagi pertanaman nenas (Evans et al., 2002). Curah hujan yang ideal untuk mendapatkan pertumbuhan nenas yang optimal adalah 1000-1500 mm/th atau 83.33-125 mm/bln atau 2.78-4.17 mm/hr (Nakasone dan Paull, 1998).
Kultivar Smooth Cayenne
Kultivar Smooth Cayenne merupakan jenis nenas yang telah terkenal di dunia. Pada banyak negara kultivar Smooth Cayenne merupakan kultivar utama yang ditanam dalam skala luas. Sebanyak 70% produksi nenas dunia hasil dari budidaya nenas “Smooth Cayenne” dan 90% diperdagangkan secara internasional (Coppens and Duval, 1991). Klon Cayenne banyak ditanam di Filipina, Thailand, Hawaii, Kenya, Meksiko, dan Taiwan (Samson, 1980). Menurut Samson dalam Nursandi (2006) nenas Smooth Cayenne merupakan jenis yang paling banyak dibudidayakan, tinggi tanaman berkisar 1 m lebar 1.5, berdaun panjang (100 cm x 6.5 cm), ujung daun sedikit berduri, jarak antar daun berdekatan, dan berbunga hanya satu kali. Buah berbentuk bulat telur
6
dengan berat antara 1.5 – 2.5 kg. Pada waktu matang, buah berwarna hijau berubah kuning dari dasar buah ke pucuk dengan gradien jatuh tempo yang lama. Daging buah pucat kuning, lembut dan juice dengan variasi yang cukup besar dalam gula (dari 13 sampai 19°Brix). Tingkat keasaman buah tergantung pada kondisi lingkungan terutama hujan dan temperatur serta rendahnya kandungan asam askorbat. Meskipun kadar gula yang tinggi pada nenas Smooth Cayenne tetapi juga memiliki kadar asam yang tinggi juga, hal ini sebagian konsumen tropis menilai bahwa cita rasa nenas sebagai buah asam. Kandungan jus dalam nenas Smooth Cayenne memiliki kualitas yang kurang baik hal ini dikarenakan memiliki warna yang jelek, kadar gula tinggi tetapi keruh. Siklus produksi nenas Smooth Cayenne lebih lama dibandingkan dengan kultivar lainnya dan sensitif terhadap iklim yang dingin (Chan, Coppens d’Eeckenbrugge dan Sanewski, 2003).
Gambar 1. Nenas Kultivar Smooth Cayenne (Sumber: http://www.cefe.cnrs.fr/ibc/pdf/coppens/fruitsfromamerica/ image/scarlett.jpg). Populasi nenas Smooth Cayenne memiliki populasi yang lebih sedikit dibandingkan pada umumnya yaitu 20.000 - 40.000 tanaman/ha, hal ini disebabkan ukuran tanaman nenas Smooth Cayenne lebih besar dibanding Queen sehingga jarak tanam juga semakin lebar (Naibaho at el., 2007). Nenas Smooth Cayenne rentan terhadap hama (kutu putih, penggerek buah, tungau, thrips, nematode) dan penyakit (layu fusarium, busuk hati, busuk pangkal, busuk buah) dan pencoklatan internal (Chan, Coppens d’Eeckenbrugge dan Sanewski, 2003).
7
Perbanyakan Nenas
Perbanyakan nenas dapat dilakukan dengan perbanyakan vegetatif maupun perbanyakan
generatif.
Perbanyakan
generatif
jarang
dilakukan
karena
memerlukan waktu yang lama dan tidak mudah dalam penyediaan benih nenas. Pusat Kajian Buah Tropika (2008) menyatakan bahwa perbanyakan tanaman nenas secara umum dilakukan secara vegetatif yaitu menggunakan tunas akar, tunas batang, tunas tangkai buah, tunas dasar buah, mahkota buah, dan stek batang serta dapat dilakukan melalui kultur jaringan. Wee dan Thongtham (1997) membagi bahan tanam nenas menjadi tiga yaitu mahkota buah, tunas batang (slip, hapas, shoot) dan tunas ketiak daun (sucker). Dari ketiga bagian tersebut yang paling sering digunakan sebagai bahan perbanyakan adalah tunas batang sedangkan mahkota jarang digunakan karena ukurannya tidak seragam. Kultivar Smooth Cayenne menghasilkan tunas batang sedikit yaitu kurang dari tiga sehingga untuk perbanyakan lebih sering digunakan tunas ketiak daun (Nakasone dan Paull, 1999). Menurut IPTEKnet (2005) persyaratan bibit yang digunakan adalah bibit yang mempunyai daun-daun yang nampak tebal-tebal penuh berisi, bebas hama dan penyakit, mudah diperoleh dalam jumlah banyak, pertumbuhan relatif seragam serta mudah dalam pengangkutan terutama untuk bibit stek batang dan tunas batang.
Pertumbuhan Planlet Nenas
PKBT (2008) menyatakan tahap-tahap perbanyakan bibit nenas dengan kultur jaringan yaitu pemilihan pohon induk, persiapan bahan perbanyakan, inisiasi, multiplikasi, aklimatisasi, pembesaran di nursery atau pembibitan, dan penanaman di lapangan. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.
8
1
2
4 3 Gambar 2. Tahapan Budidaya Nenas melalui Perbanyakan Kultur Jaringan. (1) Multiplikasi Nenas, (2) Aklimatisasi Nenas, (3) Pembesaran Bibit/Nursery, (4) Penanaman Nenas di Lapang. Sumber: PKBT IPB.
Marlina dan Rusnandi (2007) menyatakan bahwa perlakuan media arang sekam memperlihatkan pertambahan tinggi tanaman terbesar dan kombinasi arang sekam dan arang mentah memperlihatkan pertambahan tinggi tanaman terkecil. Jumlah daun terbanyak diperoleh pada media arang sekam, sedangkan jumlah daun terendah pada kombinasi sekam mentah dan arang sekam. Hal ini dikarenakan arang sekam mempunyai sifat ringan (berat jenis 0,2 kg/l), banyak pori-porinya, kapasitas menahan air tinggi, dan berwarna hitam sehingga dapat menyerap sinar matahari dengan efektif dan mampu menyerap air serta unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
9
Giberelin
Giberelin merupakan senyawa kimia yang mempunyai struktur entgibberellane. Davies (1995) menyatakan bahwa GA3 merupakan golongan hormon tanaman yang mempunyai efek terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Struktur Giberelin (GA3) Sumber: http://www.google.co.id/
Pengaruh giberelin terhadap pertambahan tinggi tanaman sangat erat kaitannya dengan fungsi giberelin yang dapat memperpanjang batang. Giberelin memacu pemanjangan batang karena hormon ini merangsang pemanjangan sel yang menyebabkan pertumbuhan batang pesat. Giberelin juga memacu pertumbuhan
sel,
mengakibatkan
hingga
dapat
meningkatkan
pertumbuhan
sel
yang
pemanjangan batang dan perkembangan daun-daun muda
(wattimena, 1992). Andriana (2005) menyatakan bahwa pemberian giberelin 20 ppm dapat menghasilkan panjang batang semu dan panjang pelepah terpanjang sedangkan pertambahan tinggi terbesar, jumlah akar terbanyak, daun terlebar dan akar terpanjang dihasilkan oleh giberelin 0 ppm. Interaksi antara jenis tunas tinggi dan giberelin 20 ppm menghasilkan pertambahan tinggi tanaman dan panjang batang semu terbesar pada tunas pisang.
10
Nitrogen
Menurut Priddy (2010) nitrogen merupakan nutrisi yang sangat penting untuk hampir semua pertumbuhan tanaman, tanpa terkecuali tanaman nenas. Pupuk mengandung 6 sampai 10 % nitrogen adalah penting untuk pertumbuhan nenas. Nitrogen yang mengandung pupuk harus diberikan setiap 8 minggu untuk menghasilkan produksi yang optimal, formula yang lambat terlepas adalah yang paling baik. Lindawati et al. (2000) menyatakan pupuk nitrogen merupakan pupuk yang sangat penting bagi semua tanaman, karena nitrogen merupakan penyusun dari semua senyawa protein. Nitrogen dalam tanaman berperan pada pertumbuhan vegetatif, sintesis asam amino saat pembentukan protein. Nenas memerlukan nitrogen dan kalium dalam jumlah besar dibandingkan unsur hara yang lain. Tanaman dapat mempertahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi dan dapat menghasilkan hasil yang baik jika pasokan N dapat tercukupi. Kekurangan N dapat mengakibatkan ukuran daun dan jumlah daun berkurang serta buah dan berat mahkota menurun (Nightingale, 1942) Safuan (2007) menyatakan bahwa pemberian pupuk nitrogen memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi nenas. Pemberian pupuk nitrogen juga dapat meningkatkan kadar dan serapan hara N dan K, tetapi menurunkan kadar dan serapan hara P tanaman nenas. Pada tanah inceptisol yang mempunyai kadar hara N sebesar 0.14% dibutuhkan pemupukan nitrogen dengan dosis 578 kg N ha-1 atau sekitar 9 g per tanaman. Bhugaloo (1998) menyatakan bahwa terjadinya peningkatan rata-rata panjang daun, ukuran buah, berat buah, rasio mahkota, penurunan persentase penyakit busuk buah apabila diberikan pupuk nitrogen dari 0-420 kg N/ha. Pemberian pupuk nitrogen yang berlebih akan menyebabkab penurunan pada variabel yang sama.
11
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB Pasir Kuda, Bogor dengan suhu harian berkisar 22.7-31.7°C. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari sampai Juni 2011.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan adalah planlet nenas yang sudah di aklimatisasi selama 2 bulan, dikelompokkan berdasarkan ukuran tinggi planlet, yaitu tinggi planlet
sebagai ulangan tiga (Ukuran besar), tinggi antara 7
– 14 cm sebagai ulangan dua (Ukuran sedang), dan tinggi
sebagai ulangan
satu (Ukuran kecil). Bahan yang digunakan yaitu gibberellic acid 20% w/w, fungisida berbahan aktif mankozeb 80% v/v, nematisida berbahan aktif karbofuran 3% w/w, urea, dan arang sekam. Media tanam yang digunakan yaitu arang sekam. Alat yang digunakan meliputi hand sprayer 2 L, timbangan analitik, gelas ukur 2 L, meteran, alat tulis, kamera, dan alat-alat pertanian umum.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor. Faktor pertama adalah giberelin dengan 3 taraf konsentrasi yaitu : 0 ppm (GA1), 12.5 ppm (GA2) dan 50 ppm (GA3). Faktor kedua adalah nitrogen dengan 3 taraf konsentrasi yaitu: 0 g/l (NI1), 10 g/l (NI2), dan 20 g/l (NI3). Penelitian sebelumnya Pramesti (2011) menggunakan konsentrasi giberelin
12
0, 25, dan 50 ppm serta nitrogen 0, 25, 40 g/L terhadap pertumbuhan vegetatif nenas (Ananas comosus L. Merr) Klon Pasir Kuda-1. Perlakuan giberelin dan nitrogen dikombinasikan, sehingga menghasilkan 9 kombinasi perlakuan. Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 50 planlet, sehingga total planlet sebanyak 1350 planlet. Jumlah planlet yang diamati dalam satu satuan percobaan sebanyak 10 planlet. Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut: 1. GA1NI1: Giberelin 0 ppm + Nitrogen 0 g/l 2. GA1NI2: Giberelin 0 ppm + Nitrogen 10 g/l 3. GA1NI3: Giberelin 0 ppm + Nitrogen 20 g/l 4. GA2NI1: Giberelin 12.5 ppm + Nitrogen 0 g/l 5. GA2NI2: Giberelin 12.5 ppm + Nitrogen 10 g/l 6. GA2NI3: Giberelin 12.5 ppm + Nitrogen 20 g/l 7. GA3NI1: Giberelin 50 ppm + Nitrogen 0 g/l 8. GA3NI2: Giberelin 50 ppm + Nitrogen 10 g/l 9. GA3NI3: Giberelin 50 ppm + Nitrogen 20 g/l
Model aditif linier yang digunakan adalah sebagai berikut: Yijk =
+ Ui + Gj + Nk + (G*N)jk +
ijk
Keterangan : Yijk
: Respon perlakuan : Nilai rataan umum
Ui
: Pengaruh ulangan ke-i (i : 1,2,3)
Gj
: Pengaruh perlakuan giberelin ke-j (j : 1,2,3)
Nk
: Pengaruh perlakuan nitrogen ke-k (k : 1,2,3)
(G*N)jk: Interaksi antara perlakuan giberelin ke-j dengan nitrogen ke-k ijk
: Galat percobaan
13
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Media dan Penanaman Pertama kali yaitu pembuatan bak tanam dengan ukuran 8.5 m x 1 m dengan menggunakan bata merah. Persiapan media tanam dengan meratakan arang sekam pada media tanam yang sudah disiapkan. Kedalaman media tanam kurang lebih 5 cm, setelah itu media diratakan dan melakukan penanaman planlet nenas. Jarak tanam yang digunakan 5 cm x 5 cm sehingga populasi planlet dalam satu bak tanam sebanyak 50 planlet. Lubang tanam yang digunakan sesuai dengan panjang akar dan besar planlet. Penanaman dilakukan setelah satu minggu bak tanam diberakan. Planlet yang digunakan berasal dari planlet hasil aklimatisasi rumah kaca PKBT Tajur.
Perlakuan Aplikasi pemberian giberelin dan nitrogen dilakukan pada malam hari pukul 19.30 WIB. Pembuatan larutan giberelin dengan cara melarutkan 1 tablet giberelin 5 g/L kemudian dicairkan kembali sesuai konsentasi. Larutan tersebut diaplikasikan ke planlet dengan sistem kocor menggunakan sendok teh ke dalam titik tumbuh planlet. Larutan giberelin yang diberikan yaitu 5 ml/planlet. Aplikasi giberelin dilakukan satu bulan sekali selama tiga bulan. Aplikasi nitrogen dilakukan dengan cara melarutkan nitrogen dengan konsentrasi yang telah ditentukan menggunakan sendok teh dan dengan sistem kocor, nitrogen diaplikasikan dua minggu sekali selama tiga bulan. Larutan nitrogen yang diberikan yaitu 5 ml/planlet. Dua bulan selanjutnya tidak dilakukan aplikasi giberelin dan nitrogen.
Pemeliharaan Pemeliharaan meliputi penyiraman, pemberian fungisida dan nematisida, penyiangan, pembersihan gulma serta daun - daun yang mengering pada planlet nenas.
14
Pengamatan
Pengamatan dilakukan setelah planlet nenas berumur 2 MST (minggu setelah tanam) dan diamati setiap dua minggu sekali. Peubah yang diamati meliputi: Tinggi planlet Tinggi planlet diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun terpanjang dengan cara ditangkupkan ke atas. Panjang daun Panjang daun diukur dari pangkal daun sampai ujung daun dari daun yang terpanjang. Lebar daun Lebar daun diukur dari bagian daun terlebar dari daun yang terpanjang. Diameter tajuk planlet Diameter tajuk planlet diukur berdasarkan garis tengah planlet dari ujung daun terluar melewati titik tumbuh planlet. Jumlah daun Jumlah daun dihitung dari banyaknya daun yang ada pada semua ruas termasuk daun yang masih muda.
Analisis data
Analisis data yang digunakan yaitu uji F. Jika hasilnya berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut Tukey (BNJ) pada taraf α 5%.
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Media
tanam
yang
digunakan
yaitu
arang
sekam.
Penanaman
menggunakan planlet nenas hasil aklimatisasi rumah kaca PKBT Tajur pada umur yang sama yaitu 2 bulan. Bahan tanam yang digunakan adalah planlet nenas kultivar Smooth Cayenne. Jumlah planlet nenas yang digunakan yaitu 1350 planlet. Kondisi planlet saat awal dan setelah perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.
A B Gambar 4. Planlet Nenas di Rumah Kaca PKBT Pasir Kuda A. Awal Penelitian sebelum Aplikasi, B. Saat Planlet Umur 19 MST.
Perlakuan giberelin dan nitrogen diaplikasikan setelah planlet nenas berumur 1 MST. Aplikasi giberelin dilakukan sebanyak 3 kali (sebulan sekali selama 3 bulan) sedangkan aplikasi nitrogen sebanyak 12 kali (seminggu sekali selama 3 bulan). Pada dua bulan terakhir tidak dilakukan aplikasi. Aplikasi dilakukan dengan sistem kocor menggunakan sendok teh. Pemeliharaan planlet meliputi penyiraman dan pemberian fungisida. Penyiraman dilakukan dengan menyemprot planlet sampai kondisi basah. Penyiraman dilakukan satu kali sehari pada bulan pertama penelitian dan satu kali
16
penyiraman selama dua hari pada bulan berikutnya. Hal ini dapat mengurangi kelembaban media tanam yang dapat mengakibatkan munculnya jamur, bakteri dan cendawan. Pada bulan pertama terdapat planlet yang mati akibat busuk akar, layu dan terkena cendawan. Tanaman nenas tahan terhadap iklim kering, namun untuk pertumbuhan tanaman yang optimal diperlukan air yang cukup. Pengairan atau penyiraman dilakukan 1-2 kali dalam seminggu atau tergantung keadaan cuaca. Penyiraman yang berlebih akan memudahkan tumbuhnya cendawan. Hal ini didukung bahwa nenas Smooth Cayenne rentan terhadap hama (kutu putih, penggerek buah, tungau, thrips, nematoda) dan penyakit (layu fusarium, busuk hati, busuk pangkal, busuk buah) dan pencoklatan internal (Chan, Coppens d’Eeckenbrugge dan Sanewski, 2003). Pada 8 MST terdapat planlet yang mengalami busuk hati. Gejala ini ditandai daun yang klorosis dengan ujung nekrosis. Daun-daun muda mudah dicabut, karena pangkalnya busuk. Bagian daun yang busuk mempunyai batas berwarna coklat. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Planlet Busuk (Lunak) pada bagian Pangkal disebabkan oleh Cendawan.
Pemberian fungisida dilakukan sekali selama penelitian dengan cara disemprot ke planlet sampai kondisi planlet basah. Hama yang terdapat di pertanaman yaitu kumbang (Carpophilus hemipterus L.) dan serangga, dan penyakit yang nampak yaitu layu fusarium, busuk hati dan busuk pangkal.
17
Hasil
Rekapitulasi hasil sidik ragam (Tabel 1) menunjukkan bahwa perlakuan giberelin menunjukkan pengaruh nyata pada peubah pengamatan panjang daun, lebar daun, diameter tajuk planlet dan jumlah daun, tetapi tidak berpengaruh nyata pada tinggi planlet selama penelitian. Perlakuan nitrogen berpengaruh nyata pada semua peubah pengamatan dari 2 MST sampai 19 SMT kecuali lebar daun dan jumlah daun pada saat 19 MST. Pemberian giberelin dan nitrogen menunjukkan tidak adanya interaksi nyata pada semua peubah pengamatan kecuali pada lebar daun dan jumlah daun saat 4 MST. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Giberelin, Nitrogen dan Interaksinya terhadap Peubah yang Diamati. No 1
2
3
Peubah Pengamatan Tinggi Planlet 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST 19 MST Panjang Daun 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST 19 MST Lebar Daun 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST 19 MST
GA
NI
GA-NI
KK (%)
tn tn tn tn tn tn tn
** ** ** ** ** ** **
tn tn tn tn tn tn tn
29.32 29.62 27.62 25.51 23.13 22.4 23.07
tn tn tn tn tn tn *
** ** ** ** ** ** **
tn tn tn tn tn tn tn
28.85 29.57 27.66 26.3 23.12 22.4 24.39
tn tn tn * ** ** *
** ** ** ** * * tn
tn * tn tn tn tn tn
7.4 6.17 6.44 12.94 14.59 13.4 28.96
18
No 4
5
Peubah Pengamatan Diameter Planlet 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST 19 MST Jumlah Daun 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST 19 MST
GA
NI
GA-NI
KK (%)
tn tn tn tn tn tn **
** ** ** ** ** ** **
tn tn tn tn tn tn tn
21.86 24.2 24.96 22.68 19.7 17.73 17.99
tn tn tn ** ** ** **
* ** ** ** ** ** tn
tn * tn tn tn tn tn
12.2 4.63 7.22 6.39 6.49 7.09 9.47
Keterangan : ** = berbeda sangat nyata, * = berbeda nyata, tn = tidak nyata menurut uji F pada taraf α 5 %.
Nilai koefisien keragaman (KK) pada penelitian ini berkisar antara 4.63 29.62 %. Menurut Gomez dan Gomez (1995) semakin tinggi nilai koefisien keragaman maka percobaan tersebut kurang dapat diandalkan. Pada percobaan ini menunjukkan adanya pengaruh lingkungan yang bervariasi. Kondisi di lapangan menunjukkan pada ulangan tiga, planlet mendapatkan cahaya lebih sedikit dibandingkan dengan ulangan satu dan pada waktu hujan, ulangan tiga memiliki kelembaban yang tinggi karena terkena hujan dibandingkan ulangan satu.
Tinggi Planlet Perlakuan giberelin tidak menunjukkan pengaruh nyata pada peubah tinggi planlet selama penelitian. Perlakuan nitrogen memberikan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi planlet selama penelitian. Perlakuan giberelin dan nitrogen tidak menunjukkan adanya interaksi yang nyata dari 2 MST sampai 19 MST (Tabel 1). Tinggi planlet nenas pada perlakuan giberelin saat 2 MST sekitar 8 – 9 cm dan pada 19 MST mengalami pertumbuhan tinggi planlet sekitar 14 - 18 cm. Tinggi planlet nenas pada perlakuan nitrogen saat 2 MST sekitar 6 – 11 cm dan pada akhir pengamatan tinggi planlet sekitar 11 - 20 cm. Pertumbuhan tinggi
19
planlet tertinggi pada akhir pengamatan yaitu pada perlakuan giberelin 50 ppm sebesar 18.06 cm dan perlakuan nitrogen 20 g/L yaitu 20.4 cm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pemberian giberelin dan nitrogen maka semakin mempercepat laju pertumbuhan tinggi planlet, tetapi kedua-duanya tidak menunjukkan interaksi yang nyata. Tinggi planlet semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Pertumbuhan Tinggi Planlet pada Konsentrasi Giberelin (Kiri) dan Nitrogen (Kanan) yang Berbeda.
Perlakuan nitrogen 0 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran kecil menghasilkan rumus regresi Y= 0.1809x + 5.9632 dengan R2 = 0.9848 (Lampiran 1). Jika Y = 30 cm maka X = 133 MST. Nenas dapat dipindahkan ke lapangan ketika tingginya mencapai 30 cm (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2010). Perlakuan tanpa pemberian nitrogen membutuhkan lama planlet dipindahkan ke lapangan yaitu 133 MST (33 bulan). Planlet nenas mempunyai umur sekitar 12 bulan dari mulai penanaman di media kultur jaringan sampai tahap aklimatisasi (Rosmaina, 2007) dan tahap pembesaran nursery 3 bulan (Naibaho et al., 2008) sehingga memerlukan waktu 1.3 tahun dapat pindah ke lapangan. Perlakuan tanpa pemberian nitrogen membutuhkan waktu sekitar 2.7 tahun untuk dipindahkan ke lapangan, hal ini menunjukkan 1.4 tahun lebih lambat tetapi tidak mengeluarkan biaya pemupukan nitrogen. Perlakuan nitrogen 10 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran kecil menghasilkan rumus regresi Y = 0.4459x + 5.5804 dengan R2 = 0.9165 (Lampiran
20
1). Jika Y = 30 cm maka X = 55 MST. Perlakuan nitrogen 10 g/L membutuhkan lama planlet dipindahkan ke lapangan yaitu 55 MST (13 bulan), hal ini dapat mempercepat 2 bulan di fase pembibitan/nursery. Jumlah urea yang diperlukan sebanyak 2.5 kg/ha untuk fase pembibitan/nursery dengan estimasi urea 10 g/L dan dosis 5 ml/planlet. Harga urea Rp. 2 500/kg, sehingga membutuhkan biaya sekitar Rp. 6 250/ha. Perlakuan nitrogen 20 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran kecil menghasilkan rumus regresi Y = 0.481x + 4.3284 dengan R2 = 0.9856 (Lampiran 1). Jika Y = 30 cm maka X = 54 MST. Perlakuan nitrogen 20 g/L membutuhkan lama planlet dipindahkan ke lapangan yaitu 54 MST (13 bulan), hal ini dapat mempercepat 2 bulan di fase pembibitan/nursery. Jumlah urea yang diperlukan sebanyak 5 kg/ha untuk fase pembibitan/nursery dengan estimasi urea 20 g/L dan dosis 5 ml/planlet. Harga urea Rp. 2 500/kg, sehingga membutuhkan biaya sekitar 12.500/ha. Perlakuan nitrogen 10 dan 20 g/L dapat mempercepat umur planlet di pembibitan 20 bulan (1.6 tahun) dibandingkan dengan perlakuan tanpa nitrogen (kontrol). Perlakuan nitrogen 10 g/L memerlukan biaya untuk urea Rp. 6 250/ha sedangkan perlakuan nitrogen 20 g/L memerlukan biaya urea Rp. 12. 500/ha. Perlakuan nitrogen 10 g/L memiliki keuntungan diantaranya dapat mempercepat umur planlet 2 bulan dan dapat meminimalisir biaya pemupukan Rp. 6 250 dibandingkan dengan perlakuan nitrogen 20 g/L. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 7.
21
Gambar 7. Laju Pertumbuhan Putative Tinggi Planlet Nenas Ukuran Kecil pada berbagai Konsentrasi Nitrogen.
Perlakuan nitrogen 0 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran sedang menghasilkan rumus regresi Y= 0.2531x + 7.3991 dengan R2 = 0.9912 (Lampiran 2). Jika Y = 30 cm maka X = 90 MST. Perlakuan nitrogen 0 g/L (kontrol) membutuhkan lama planlet dipindahkan ke lapangan sekitar 90 MST (22 bulan). Perlakuan tanpa nitrogen dapat memperlambat waktu pemindahan planlet sekitar 7 bulan, tetapi hal ini tidak mengeluarkan biaya pemupukan nitrogen (urea). Perlakuan nitrogen 10 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran sedang menghasilkan rumus regresi Y = 0.6503x + 5.6321 dengan R2 = 0.9749 dan perlakuan nitrogen 20 g/L dengan rumus Y = 0.6412x + 6.2414 dengan R2 = 0.9735 (Lampiran 2). Jika Y = 30 cm maka X = 38 MST. Perlakuan nitrogen 10 dan 20 g/L pada ulangan dua planlet dapat dipindahkan ke lapangan memerlukan waktu 38 MST (9 bulan), hal ini dapat mempercepat umur planlet 6 bulan di fase pembibitan/nursery dan lebih cepat 13 bulan dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan nitrogen 10 g/L memerlukan urea 2.5 kg/ha dengan biaya Rp. 6 250 sedangkan perlakuan nitrogen 20 g/L memerlukan urea 5 kg/ha dengan biaya Rp. 12.500. Perlakuan nitrogen 10 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran sedang dapat mempercepat waktu pembibitan 6 bulan dan menghemat Rp. 6 250 dibandingkan dengan perlakuan nitrogen 20 g/L. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 8.
22
Gambar 8. Laju Pertumbuhan Putative Tinggi Planlet Nenas Ukuran Sedang pada berbagai Konsentrasi Nitrogen.
Perlakuan nitrogen 0 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran besar menghasilkan rumus regresi Y= 0.4384x + 11.761 dengan R2 = 0.9721 (Lampiran 3). Jika Y = 30 cm maka X = 42 MST. Perlakuan tanpa pemberian nitrogen membutuhkan lama planlet dipindahkan ke lapangan yaitu 42 MST (10 bulan), hal ini dapat mempercepat umur planlet 5 bulan. Perlakuan tanpa pemberian nitrogen ini selain dapat mempercepat umur planlet dipindahkan ke lapangan juga tidak mengeluarkan biaya pemupukan nitrogen (urea). Perlakuan nitrogen 10 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran besar menghasilkan rumus regresi Y = 0.4517x + 10.328 dengan R2 = 0.9238 (Lampiran 3). Jika Y = 30 cm maka X = 44 MST. Perlakuan nitrogen 10 g/L membutuhkan lama planlet dipindahkan ke lapangan yaitu 44 MST (11 bulan), hal ini dapat mempercepat 4 bulan di fase pembibitan/nursery. Jumlah urea yang diperlukan sebanyak 2.5 kg/ha untuk fase pembibitan/nursery dengan estimasi urea 10 g/L dan dosis 5 ml/planlet. Harga urea Rp. 2 500/kg, sehingga membutuhkan biaya sekitar Rp. 6 250/ha. Perlakuan nitrogen 20 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran besar menghasilkan rumus regresi Y = 0.6436x + 9.7941 dengan R2 = 0.99 (Lampiran 3). Jika Y = 30 cm maka X = 32 MST. Perlakuan nitrogen 20 g/L membutuhkan lama planlet dipindahkan ke lapangan yaitu 32 MST (8 bulan), hal ini dapat
23
mempercepat 7 bulan di fase pembibitan/nursery. Jumlah urea yang diperlukan sebanyak 5 kg/ha untuk fase pembibitan/nursery dengan estimasi urea 20 g/L dan dosis 5 ml/planlet. Harga urea Rp. 2 500/kg, sehingga membutuhkan biaya sekitar 12.500/ha. Perlakuan nitrogen 20 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran besar dapat mempercepat umur planlet di pembibitan 2 bulan dibandingkan dengan perlakuan tanpa nitrogen (kontrol) dan harus mengeluarkan biaya sekitar 12.500/ha. Perlakuan nitrogen 20 g/L disamping dapat mempercepat umur fase pembibitan juga dimungkinkan dapat mempercepat umur produksi karena tanaman sendiri sudah tercukupi unsur hara nitrogennya di fase vegetatif. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 9.
32
42 44
Gambar 9. Laju Pertumbuhan Putative Tinggi Planlet Nenas Ukuran Besar pada berbagai Konsentrasi Nitrogen.
Berdasarkan penelitian Lui dan Loy dalam ilmiyah (2009) disimpulkan bahwa mekanisme kerja pertama dari giberelin adalah menstimulasi pembelahan sel dengan cara memacu sel pada fase pertumbuhan sel untuk memasuki fase sintesis. Dengan demikian terjadi peningkatan jumlah sel, yang berkaitan pertumbuhan yang lebih cepat. Apabila mekanisme kerja giberelin dikaitkan dalam proses perkecambahan, dapat dikatakan bahwa percepatan fase-fase dalam
24
pembelahan sel akan mempercepat pembelahan sel, dan selanjutnya berakibat mempercepat perkecambahan (Salisbury dan Ross, 1995). Hal ini dapat mempercepat pertumbuhan tinggi planlet nenas yang diberikan perlakuan giberelin. Tinggi planlet hasil perlakuan nitrogen selama 8 minggu memiliki selisih antara 1.67 – 3.33 cm. Selisih yang terbesar yaitu pada perlakuan nitrogen 20 g/L yaitu 3.33 cm. Tinggi planlet pada awal pengamatan berkisar antara 6.04 – 11.91 cm dan 11.97 – 20.40 cm pada akhir pengamatan. Perlakuan NI3 (Nitrogen 20 g/L) menunjukkan tinggi planlet tertinggi pada akhir pengamatan yaitu 20.40 cm dan berbeda nyata dengan control. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Tinggi Planlet Hasil Perlakuan Nitrogen pada 12 dan 19 MST. Perlakuan
12 MST
19 MST
..…………….. cm ………………... NI1 (0 g/L)
10.30b
11.97b
NI2 (10 g/L)
13.29b
16.14ab
NI3 (20 g/L)
17.07a
20.40a
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.
Perlakuan
tanpa
nitrogen
menunjukkan
tinggi
planlet
terendah
dibandingkan perlakuan nitrogen lainnya pada akhir pengamatan yaitu 11.97 cm. Hal ini dimungkinkan planlet mengalami kekurangan unsur N dalam pertumbuhannya sehingga planlet tumbuh kerdil. Miftahudin et al. (2008) menyatakan bahwa tanaman menggunakan nitrogen dalam proses pembentukan DNA, RNA, maupun protein sebagai pembangun jaringan tubuh tumbuhan. Gejala defisiensi nitrogen adalah tanaman tumbuh kerdil dan daunnya menjadi kekuningan (klorosis).
25
Panjang Daun Perlakuan giberelin tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peubah panjang daun pada 2, 4, 6, 8, 10, 12 MST sedangkan pada akhir pengamatan (19 MST) berpengaruh nyata. Perlakuan nitrogen memberikan pengaruh yang sangat nyata pada peubah panjang daun selama penelitian, tetapi tidak terdapat interaksi antara giberelin dan nitrogen dari 2 sampai 19 MST (Tabel 1). Panjang daun planlet nenas pada perlakuan giberelin saat 2 MST sekitar 7 – 8 cm dan pada 19 MST sekitar 11 - 16 cm. Panjang daun pada perlakuan nitrogen saat 2 MST sekitar 5 – 11 cm dan pada akhir pengamatan sekitar 11 - 18 cm. Perlakuan giberelin pada akhir pengamatan yang menunjukkan panjang daun terpanjang yaitu perlakuan giberelin 12.5 ppm sebesar 16.76 cm dan pada perlakuan nitrogen 20 g/L yaitu 18.77 cm. Pemberian nitrogen pada planlet menunjukkan pengaruh peningkatan panjang daun yang signifikan dibandingkan tanpa nitrogen. Perlakuan nitrogen 0, 10 g/L, 20 g/L memberikan hasil panjang daun 11.17 cm, 14.86 cm, 18.77 cm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pemberian nitrogen maka semakin mempercepat pola pertumbuhan panjang daun planlet. Parameter-parameter pertumbuhan daun (panjang, lebar, berat segar) memberikan respon yang berbeda pada dosis pupuk nitrogen yang berbeda (Bhugaloo, 1998). Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Pertumbuhan Panjang Daun pada Konsentrasi Giberelin (kiri) dan Nitrogen (kanan) yang Berbeda.
26
Panjang daun planlet hasil perlakuan giberelin selama 8 minggu memiliki selisih antara 0.72 - 3.24. Selisih yang terbesar yaitu pada perlakuan giberelin 12.5 ppm yaitu 3.24 cm. Panjang daun planlet pada awal pengamatan berkisar antara 7.87 – 8.61 cm dan 11.90 – 16.76 cm pada akhir pengamatan. Perlakuan GA2 (Giberelin 12.5 ppm) menunjukkan panjang daun planlet tertinggi pada akhir pengamatan yaitu 16.76 cm dan berbeda nyata dengan kontrol. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Panjang Daun Planlet Hasil Perlakuan Giberelin pada 12 dan 19 MST. Perlakuan
12 MST
19 MST
..…………….. cm ………………... GA1 (0 ppm)
11.18a
11.90b
GA2 (12.5 ppm)
13.52a
16.76a
GA3 (50 ppm)
13.36a
16.15ab
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.
Panjang daun planlet hasil perlakuan nitrogen selama 8 minggu memiliki selisih antara
1.42 – 2.81 cm. Selisih terbesar yaitu pada perlakuan nitrogen
20 g/L yaitu 2.81 cm. Panjang daun planlet pada awal pengamatan berkisar antara 5.74 – 11.32 cm dan 11.17 – 18.77 cm pada akhir pengamatan. Perlakuan NI3 (Nitrogen 20 g/L) menunjukkan panjang daun planlet tertinggi pada akhir pengamatan yaitu 18.77 cm dan berbeda nyata dengan kontrol. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Panjang Daun Planlet Hasil Perlakuan Nitrogen pada 12 dan 19 MST. Perlakuan
12 MST
19 MST
..…………….. cm ……………….. NI1 (0 g/L)
9.75b
11.17b
NI2 (10 g/L)
12.35b
14.86ab
NI3 (20 g/L)
15.96a
18.77a
27
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.
Peningkatan rata-rata panjang daun, ukuran buah, berat buah, rasio mahkota, penurunan persentase penyakit busuk buah terjadi apabila diberikan pupuk nitrogen dari 0-420 kg N/ha (Bhugaloo, 1998).
Lebar Daun Perlakuan giberelin tidak berpengaruh nyata pada lebar daun saat 2, 4, 6 MST tetapi berpengaruh nyata saat 8, 10, 12, 19 MST. Perlakuan nitrogen menunjukkan pengaruh nyata saat 2, 4, 6, 8, 10, 12 MST tetapi tidak berpengaruh nyata pada akhir pengamatan (19 MST). Interaksi yang nyata antara perlakuan giberelin dan nitrogen hanya terlihat pada 4 MST selama penelitian (Tabel 1). Lebar daun pada perlakuan giberelin saat 2 MST sekitar 1.1 cm dan pada 19 MST sekitar 1.2 – 1.9 cm. Lebar daun pada perlakuan nitrogen saat 2 MST sekitar 1 – 1.2 cm dan pada akhir penelitian sekitar 1.4 – 1.8 cm. Perlakuan giberelin 50 ppm menunjukkan lebar daun terlebar pada akhir pengamatan yaitu 1.93 cm dan perlakuan nitrogen 10 g/L yaitu 1.85 cm. Perlakuan tanpa giberelin pada akhir pengamatan hanya memiliki lebar 1.28 cm dan perlakuan tanpa nitrogen 1.4 cm. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Pertumbuhan Lebar Daun pada Konsentrasi Giberelin (kiri) dan Nitrogen (kanan) yang Berbeda.
Perlakuan tanpa pemberian nitrogen menunjukkan daun planlet kurus dan terhambat bertumbuhannya karena kekurangan unsur N, sehingga proses
28
fotosintat terhambat. Hal ini juga dapat mengakibatkan warna daun menjadi hijau kekuningan sampai kuning (Nightingale, 1942).. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 12.
A
B
Gambar 12. Perbandingan Perlakuan Planlet nenas di akhir penelitian A. Perbandingan GA2NI2 dan GA2NI1, B. Perbandingan GA3NI2 dan GA3NI1.
Pada Gambar A terlihat perbandingan antara perlakuan GA2NI2 (kiri) dan GA2NI1 (kanan), menunjukkan perbedaan pada lebar daun dan warna daun. Perlakuan yang diberikan nitrogen memiliki lebar daun yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan tanpa nitrogen dan memiliki warna daun yang lebih hijau. Perlakuan nitrogen 10 g/L (NI2) memiliki lebar daun 1.85 cm dan perlakuan tanpa nitrogen (NI1) memiliki lebar daun 1.4 cm pada akhir pengamatan. Nenas memerlukan nitrogen dan kalium dalam jumlah besar dibandingkan unsur hara yang lain. Kekurangan N dapat mengakibatkan ukuran daun dan jumlah daun berkurang serta buah dan berat mahkota menurun (Nightingale, 1942). Lebar daun planlet hasil perlakuan giberelin selama 8 minggu memiliki selisih antara
0.15 – 0.78 cm. Selisih terbesar yaitu pada perlakuan giberelin
50 ppm yaitu 0.78 cm. Lebar daun planlet pada awal pengamatan berkisar antara 1.12 – 1.15 cm dan 1.28 – 1.93 cm pada akhir pengamatan. Perlakuan GA3 (Giberelin 50 ppm) menunjukkan lebar daun planlet terbesar pada akhir pengamatan yaitu 1.93 cm dan berbeda nyata dengan kontrol. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.
29
Tabel 5. Lebar Daun Planlet Hasil Perlakuan Giberelin pada 12 dan 19 MST. Perlakuan
12 MST
19 MST
..…………….. cm ……………… GA1 (0 ppm)
1.33b
1.28b
GA2 (12.5 ppm)
1.83a
1.73ab
GA3 (50 ppm)
1.76a
1.93a
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.
Diameter Planlet Perlakuan giberelin tidak berpengaruh nyata terhadap peubah diameter tajuk planlet pada 2, 4, 6, 8, 10, 12 MST tetapi berpengaruh sangat nyata saat 19 MST. Perlakuan nitrogen menunjukkan pengaruh sangat nyata selama penelitian. Pengaruh keduanya tidak menunjukkan adanya interaksi yang nyata selama penelitian (Tabel 1). Diameter tajuk planlet pada perlakuan giberelin saat 2 MST sekitar 10 – 11 cm dan pada 19 MST sekitar 17 – 23 cm. Diameter tajuk planlet pada perlakuan nitrogen saat 2 MST sekitar 8 – 14 cm dan pada akhir pengamatan sekitar 16 – 24 cm. Perlakuan giberelin 12.5 ppm menunjukkan diameter tajuk terlebar pada akhir pengamatan yaitu 23.09 cm dan perlakuan nitrogen 20 g/L yaitu 24.71 cm. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Pertumbuhan Diameter Tajuk pada Konsentrasi Giberelin (kiri) dan Nitrogen (kanan) yang Berbeda.
30
Diameter tajuk planlet hasil perlakuan giberelin selama 8 minggu memiliki selisih antara 5.85 – 11.77 cm. Selisih terbesar yaitu pada perlakuan giberelin 12.5 ppm yaitu 11.77 cm. Diameter tajuk planlet pada awal pengamatan berkisar antara 10.73 – 11.32 cm dan 17.16 – 23.09 cm pada akhir pengamatan. Perlakuan GA2 (Giberelin 12.5 ppm) menunjukkan diameter tajuk planlet terbesar pada akhir pengamatan yaitu 23.09 cm dan berbeda nyata dengan kontrol. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Diameter Tajuk Planlet Hasil Perlakuan Giberelin pada 12 dan 19 MST. Perlakuan
12 MST
19 MST
..…………….. cm ……………….. GA1 (0 ppm)
15.46a
17.16b
GA2 (12.5 ppm)
18.50a
23.09a
GA3 (50 ppm)
18.76a
22.39a
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.
Diameter tajuk planlet hasil perlakuan nitrogen selama 8 minggu memiliki selisih antara 8 – 11 cm. Selisih terbesar yaitu pada perlakuan nitrogen 10 g/L yaitu 11.04 cm. Diameter tajuk planlet pada awal pengamatan berkisar antara 8.49 – 14.46 cm dan 16.49 – 24.71 cm pada akhir pengamatan pada perlakuan nitrogen. Perlakuan NI3 (Nitrogen 20 g/L) menunjukkan diameter tajuk planlet terbesar pada akhir pengamatan yaitu 24.71 cm dan berbeda nyata dengan kontrol. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Diameter Tajuk Planlet Hasil Perlakuan Nitrogen pada 12 dan 19 MST. Perlakuan 12 MST 19 MST ..…………….. cm …………… NI1 (0 g/L)
13.97b
16.49b
NI2 (10 g/L)
17.10b
21.44a
NI3 (20 g/L)
21.65a
24.71a
31
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.
Jumlah Daun Perlakuan giberelin pada 2, 4, 6 MST tidak menunjukkan pengaruh nyata pada jumlah daun, tetapi pada 8, 10, 12, 19 MST menunjukkan pengaruh sangat nyata. Perlakuan nitrogen berpengaruh nyata pada jumlah daun saat 2, 4, 6, 8, 10, 12 MST sedangkan pada akhir penelitian (19 MST) tidak berpengaruh nyata. Interaksi antara perlakuan giberelin dan nitrogen hanya berpengaruh nyata saat 4 MST selama penelitian (Tabel 1). Perlakuan giberelin pada 2 MST memiliki jumlah daun 7 daun dan pada akhir pengamatan menjadi 12 – 14 daun. Perlakuan nitrogen pada 2 MST memiliki jumlah daun sekitar 6 – 8 daun dan pada 19 MST menjadi 13 – 14 MST. Perlakuan giberelin 12.5 dan 50 ppm memiliki jumlah daun yang sama yaitu sekitar 14 daun sedangkan perlakuan tanpa giberelin sedikit sekitar 12 daun. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Pertumbuhan Jumlah Daun pada Konsentrasi Giberelin (kiri) dan Nitrogen (kanan) yang Berbeda.
Giberelin juga memacu pertumbuhan sel, hingga dapat meningkatkan pertumbuhan sel yang mengakibatkan pemanjangan batang dan perkembangan daun-daun muda (Wattimena, 1992). Oleh karenanya pemberian giberelin juga dapat meningkatkan jumlah daun. Jumlah daun planlet hasil perlakuan giberelin selama 8 minggu memiliki selisih antara 4 – 7 daun. Selisih terbesar yaitu pada perlakuan giberelin 50 ppm
32
yaitu 7 daun. Jumlah daun planlet pada awal pengamatan sekitar 7 daun dan 12 – 14 daun pada akhir pengamatan. Perlakuan giberelin 12.5 ppm dan 50 ppm menunjukkan jumlah daun terbanyak yaitu 14 daun pada akhir pengamatan dibandingkan dengan kontrol yaitu 12 daun. Hal ini juga menunjukkan berbeda nyata dengan kontrol. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Daun Planlet Hasil Perlakuan Giberelin pada 12 dan 19 MST. Perlakuan 12 MST 19 MST ..…………….. cm ………… GA1 (0 ppm)
11.52b
12.29b
GA2 (12.5 ppm)
13.30a
14.48a
GA3 (50 ppm)
12.84a
14.58a
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.
33
Pembahasan
Aplikasi giberelin dan nitrogen bertujuan untuk menambah nutrisi planlet nenas hasil kultur jaringan agar memiliki mutu fisik yang sesuai dengan standar tanam lapang dalam waktu yang cepat. Tanaman nenas memiliki periode pertumbuhan yang panjang sebelum menghasilkan buah nenas. Faktanya periode pertumbuhan tersebut biasanya memerlukan 7 tahun sebelum memunculkan buah. Selama periode pertumbuhan ini tanaman nenas mengambil nutrisi dari tanah. Pada nenas liar pertumbuhan tanpa penambahan nutrisi mengakibatkan tanaman nenas tetap kecil dan sedikit memproduksi buah. Untuk menjaga tanaman menghasilkan produksi yang tinggi pada suatu pertanaman komersial atau pekarangan, penambahan pupuk yang mengandung nutrisi spesifik untuk menjaga tanaman nenas menjadi sehat. Nutrisi – nutrisi ini akan menyediakan tanaman nenas dengan segala kebutuhannya untuk menghasilkan daun dan buah yang banyak. Nitrogen merupakan nutrisi yang sangat penting untuk hampir semua pertumbuhan tanaman, tanpa terkecuali tanaman nenas. Suatu pupuk mengandung 6 sampai 10 % nitrogen adalah penting untuk pertumbuhan nenas (Priddy, 2010). Dosis pupuk nitrogen yang optimum untuk tanaman nenas adalah 578 kg N ha -1. Pada dosis pemupukan tersebut diperoleh produksi sebesar 74.83 ton ha-1 (Safuan, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan nitrogen berpengaruh nyata pada semua peubah pengamatan (tinggi, panjang daun, lebar daun, diameter tajuk dan jmlah daun planlet) selama penelitian, kecuali pada peubah lebar daun dan jumlah daun saat 19 MST. Hal ini menunjukkan bahwa planlet nenas responsif terhadap dosis nitrogen yang diberikan. Pada 19 MST nitrogen tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlah daun dan lebar daun, hal ini dikarenakan dua bulan terakhir tidak dilakukan aplikasi nitrogen dan diduga semakin banyaknya jumlah daun dan bertambahnya lebar daun pada jarak tanam 5 cm x 5 cm dapat menyebabkan media di bawah daun mengalami kelembaban yang tinggi sehingga daun mudah busuk dan layu karena kekurangan cahaya dalam proses pertumbuhannya. Sampel
34
daun yang berbeda saat pengamatan juga dapat dijadikan faktor yang mempengaruhi jumlah daun dan lebar daun data menjadi menurun. Giberelin merupakan golongan hormon tanaman yang memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengaruh giberelin terhadap pertambahan tinggi tanaman sangat erat kaitannya dengan fungsi giberelin yang dapat memperpanjang batang. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya pertumbuhan planlet nenas yang diberi perlakuan giberelin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan giberelin tidak berpengaruh nyata pada tinggi planlet selama penelitian, pada peubah lebar daun dan jumlah daun berpengaruh nyata dari 8 MST sampai 19 MST, sedangkan pada panjang daun dan diameter tajuk menunjukkan berpengaruh nyata pada akhir pengamatan (19 MST). Hal ini dimungkinkan rendahnya konsentrasi giberelin yang digunakan sehingga kurang berpengaruh nyata terhadap variabel pengamatan. Penelitian sebelumnya Pramesti (2011) menunjukkan bahwa dari perlakuan giberelin 0, 25, dan 50 ppm serta nitrogen 0, 25, 40 g/L terhadap pertumbuhan vegetatif nenas (Ananas comosus L. Merr) Klon Pasir Kuda-1 tidak memberikan pengaruh nyata pada peubah pertumbuhan vegetatif nenas. Selanjutnya Mulyana dalam Ilmiyah (2009) menyatakan bahwa dari perlakuan giberelin 0 ppm, 25 ppm, 50 ppm, 75 ppm, dan 100 ppm terhadap benih kopi arabika (Coffea arabic L), ternyata memberikan waktu munculnya kotiledon terbaik apabila digunakan konsentrasi 100 ppm sedangkan giberelin dengan konsentrasi tinggi (sampai 1000 ppm) dapat menghambat pembentukanakar. Perlakuan giberelin 50 ppm dan nitrogen 20 g/L menunjukkan tinggi planlet tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Tinggi planlet merupakan parameter utama dalam pertumbuhan suatu tanaman. Perlakuan giberelin dan pemberian nitrogen bertujuan untuk mempercepat pola pertumbuhuan tinggi planlet dan tidak terjadi kekurangan unsur hara N, sehingga dapat meningkatkan ketersediaan hara N dalam media tanam, dengan demikian maka planlet nenas dapat menyerap hara N dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan planlet. Hal ini akan mempercepat pertumbuhan mutu fisik planlet sehingga memperpendek umur pembibitan dan dapat memenuhi permintaan bibit nenas dalam jumlah banyak. Planlet tanpa pemberian nitrogen akan mengalami
35
pola pertumbuhan tinggi yang lambat. Hal ini terlihat pada perlakuan kontrol (nitrogen) memiliki tinggi 9.46 cm dibandingkan NI3 (20 g/L) yaitu 20 cm saat akhir pengamatan. Gejala defisiensi nitrogen adalah tanaman tumbuh kerdil dan daunnya menjadi kekuningan atau klorosis (Miftahudin et al., 2008). Daun merupakan salah satu bagian tanaman yang penting dalam pertumbuhan. Lebar daun dan jumlah daun dapat menentukan
luas bidang
permukaan yang berfungsi dalam proses fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun yang terbentuk berarti proses fotosintesis semakin optimal. Giberelin juga dapat meningkatkan jumlah daun planlet yaitu 14 daun dibandingkan kontrol 12 daun. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa giberelin bukan hanya memacu pemanjangan batang saja, tetapi juga pertumbuhan seluruh tumbuhan, termasuk daun dan akar. Bila giberelin diberikan di tempat yang dapat mengangkut ke apek tajuk, peningkatan pembelahan sel dan pertumbuhan sel tampak mengarah kepada pemanjangan batang dan (pada beberapa spesies) perkembangan daunnya berlangsung lebih cepat, sehingga terpacu laju fotosintesis menghasilkan peningkatan keseluruhan pertumbuhan termasuk akar. Giberelin mempengaruhi pembesaran sel (peningkatan ukuran) dan mempengaruhi pembelahan sel (peningkatan jumlah). Adanya pembesaran sel mengakibatkan ukuran sel yang baru lebih besar dari sel induk. Pertambahan ukuran sel menghasilkan pertambahan ukuran jaringan, organ dan akhirnya meningkatkan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan maupun berat tanaman tersebut. Peningkatan pembelahan sel menghasilkan jumlah sel yang lebih banyak. Jumlah sel yang meningkat, termasuk di dalam jaringan pada daun, memungkinkan terjadinya peningkatan fotosintesis penghasil karbohidrat, yang dapat mempengaruhi bobot tanaman (Salisbury dan Ross, 1995). Hal ini dapat mempercepat penambahan pertumbuhan diameter tajuk planlet. Hasil penelitian tidak menunjukkan adanya interaksi nyata antara giberelin dan nitrogen. Hal ini dapat dikarenakan tidak ditemukan kompatibilitas antara GA3 eksogen dengan GA3 endogen sehingga GA3 eksogen tidak berpengaruh terhadap parameter pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi faktor asam giberelat (GA3) dan pupuk NPK sama saja atau bersifat antagonis (saling menekan pengaruh masing-masing) sehingga akan merugikan jika
36
diterapkan bersama-sama. Annisah (2009) menyatakan bahwa tidak adanya interaksi yang nyata antara induksi giberelin dengan verietas semangka terhadap semua komponen pengamatan (panjang tanaman, umur berbunga, umur terbentuknya buah, persentase terbentuknya buah, umur panen, bobot buah, panjang buah, diameter buah, dan jumlah biji). Cahyanti dalam Annisah (2009) menyatakan bahwa secara terpisah perlakuan konsentrasi GA3 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman (umur 45 HST : konsentrasi GA3 60 ppm yaitu sebesar 50.20 cm dan 55 HST : konsentrasi GA3 60 ppm sebesar 56.32 cm) dan bobot kering akar per tanaman.
37
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perlakuan giberelin hanya berpengaruh pada panjang daun dan diameter tajuk planlet saat 19 MST, dan peubah lebar daun dan jumlah daun pada 8, 10, 12, 19 MST. Perlakuan giberelin 50 ppm dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi planlet dan lebar daun terbesar sedangkan perlakuan giberelin 12.5 ppm meningkatkan panjang daun dan diameter tajuk. Perlakuan giberelin 12.5 dan 50 ppm dapat mempercepat pertumbuhan jumlah daun. Perlakuan nitrogen berpengaruh pada semua peubah pengamatan (tinggi planlet, panjang daun, lebar daun, diameter tajuk, dan jumlah daun), tetapi pada lebar daun dan jumlah daun tidak berpengaruh saat 19 MST. Perlakuan nitrogen 20 g/L dapat mempercepat penambahan tinggi planlet, panjang daun dan diameter tajuk planlet, sedangkan nitrogen 10 g/L dapat meningkatkan lebar daun dan jumlah daun. Interaksi antara perlakuan giberelin dan nitrogen hanya berpengaruh pada lebar daun dan jumlah daun saat 4 MST.
Saran
Pemberian nitrogen 10 dan 20 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran kecil dapat mempercepat umur planlet di fase pembibitan 2 bulan dan pada tinggi planlet nenas ukuran sedang 6 bulan. Pemberian nitrogen 10 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran besar mempercepat 4 bulan dan nitrogen 20 g/L dapat mempercepat 7 bulan di fase pembibitan.
38
DAFTAR PUSTAKA
Andriana, D. 2005. Pengaruh Konsentrasi BAP terhadap Multiplikasi Tunas dan Giberelin terhadap Kualitas Tunas Pisang FHI A-17 In Vitro. Skripsi. Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 33 hal. Annisah. 2009. Pengaruh Induksi Giberelin terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard). Skripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan. 93 hal. Bhugaloo, R.A. 1998. Effect of Ifferent Levels of Nitrogen on Yield and Quality of Pineapple Variety Queen Victoria.Agricultural Research and Extension Unit. Food and Agricultural Research Council, Reduit, Mauritius. Coppens d’Eeckenbrugge G, and Duval MF. 1991. Pineapple Germplasm Conservation: Experiences from the Martinique Field Collection. Field Germplasm Collections. Davies PJ. 1995. The plant hormone concept: concentration, sensitivity, and transport, p. 13-38, In Davies, PJ. (ed). Plant Hormones, Physiology, Biochemistry, and Moleculer Biology. 2nd ED. Kluwer Acad. Publ. Netherlands. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2010. Volume ekspor komoditas buah – buahan di Indonesia periode 2003 – 2008. http://www.hortikultura.go.id/. [27 Desember 2010]. Evans, D.O., W.G. Sanford, and D.P. Bartholomew. 2002. Growing pineapple. p. 4-8. In D.P. BArthlomew, K.G. Rohrbach and D.O. Evans (Eds.). Pineapple Cultivation in Hawaii. College of Tropical Agriculture and Human Resources. University of Hawaii. Geo Coppens d’Eeckenbrugge and Freddy Leal. 2003. Morphology, anatomy and taxonomy, p. 13-15. In D.P Bartholomew, R.E Paull and K.G Rohrbach (Eds.). Pineapple: Botany, Production and Uses. CAB Publishing. USA. Gomez, K.A. and A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian (diterjemahkan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research, penerjemah : E. Sjamsudin dan J.S. Baharsjah). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 698 hal. Gutierrez, E. 2002. Pineapple (Ananas comosus L.) propagation. http://ishshorticulture.org/workinggroups/pineapple/PineNews09.pdf.[22 Juli 2011].
39
Ilmiyah, R.N. 2009. Pengaruh Priming menggunakan Hormon GA3 terhadap Viabilitas Benih Kapuk (Ceiba petandra). Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang. 60 hal. IPTEKnet. 2005. Budidaya pertanian nenas (Ananas http://www.iptek.net.id/. [27 Desember 2010].
comosus
(L)
Merr).
Lindawati, N., Izhar dan H. Syafria. 2000. Pengaruh pemupukan nitrogen dan interval pemotongan terhadap produktivitas dan kualitas rumput lokal kumpai pada tanah podzolik merah kuning. JPPTP 2(2): 130-133. Malezieux, E., F. Cote, dan D.P. Bartholomew. 2003. Crop environment, plant growth, and physiology, p. 69-107. In D.P. Bartholomew, R.E. paull, dan K.G. Rohrbach (Eds.). The Pineapple: Botany, Production, and Uses. CABI Publishing. Wallingford. Marlina, N dan D. Rusnandi. 2007. Teknik aklimatisasi planlet anthurium pada beberapa media tanam. Balai Penelitian Tanaman Hias. Buletin Teknik Pertanian 12:(1). Miftahudin, et al. 2008. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Departemen Biologi FMIPA IPB. Bogor. Naibaho N, Darma K, Sobir dan Suhartanto M.R. 2008. Perbanyakan Massal Bibit Nenas dengan Stek Daun. Pusat kajian Buah Tropika, LPPM IPB. Bogor. 20 hal. Naibaho N, Sobir, dan Suhartanto M.R. 2007. Acuan Standar Operasional Produksi (SOP) Nenas. Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia dan Pusat Kajian Buah Tropika, LPPM-IPB. 53 hal. Nakasone H.Y dan R.E. Paull. 1999. Tropical Fruits. CAB International. 292-327p. Nakasone, H.Y. dan R.E. Paull. 1998. Tropical Fruits. CAB International. Honolulu, HI, USA. 455 hal. Nightingale, G.T. 1942. Nitrate and carbohydrate reserves in relation to nitrogen nutrition of pineapple. Botanical Gazette 103:409–456. Nursandi, F. 2006. Studi perbanyakan in vitro tanaman nenas (Ananas comosus L Merr.) dan analisis kestabilan genetik berdasarkan karakter morfologi, isozim dan RAPD. http://repository.ipb.ac.id. [8 Agustus 2011]. Pramesti, A. D. 2011. Pengaruh Pupuk Nitrogen dan Giberelin terhadap Pertumbuhan Vegetatif Nenas (Ananas comosus L. Merr) Klon Pasir Kuda-1. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Intitut Pertanian Bogor. 35 hal. Priddy, B.D. 2010. Nutrients for pineapple plants. Nutrients for Pineapple Plants | eHow.com.[18 Juli 2011].
40
Pusat Kajian Buah Tropika. 2008. Perbanyakan Massal Bibit Nenas dengan Stek Daun. PKBT, LPPM-IPB. Bogor. 20 hal. Rosmaina. 2007. Optimalisasi BA/TDZ dan NAA untuk Perbanyakan Masal Nenas (Ananas comosus L. (Merr) Kultivar Smooth Cayenne melalui Teknik In Vitro. Tesis. Sekolah Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 75 hal. RUSNAS PKBT. 2010. Peningkatan Dayasaing Buah Nasional Melalui Riset Strategis: Pengalaman 10 Tahun RUSNAS Buah Unggulan Indonesia. Pusat Kajian Buah Tropika LPPM-IPB. PT Penerbit IPB Press. Bogor. 158 hal. Safuan, L.O. 2007. Penyusunan Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K pada Tanaman Nenas (Ananas comosus (L) Merr.) Smooth Cayenne Berdasarkan Status Hara Tanah. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3 (diterjemahkan dari : Plant Physiology, penerjemah : D.R. Lukman dan Sumaryono). Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung. 343 hal. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010. Menciptakan nenas varietas baru. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/. [18 September 2011]. Wattimena, G.A. 1992. Bioteknologi Tanaman. Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB. 455 hal. Wee, Y.C. and M.L.C. Thongtham. 1997. PROSEA Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2 Buah-buahan yang dapat Dimakan (diterjemahkan dari : Ananas comosus (L.) Merr, penerjemah : E.W.M.Verheij dan R.E. Coronel). PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Chan, Y.K., G. Coppens d’Eeckenbrugge and G.M. Sanewski. 2003. Breeding and variety improvement, p. 35-36. In D.P. Bartholomew, R.E. Paull and K.G. Rohrbach (Eds.). Pineapple: Botany, Production and Uses. CAB Publishing. USA.
41
LAMPIRAN
Lampiran 1. Laju Pertumbuhan Tinggi Planlet Nenas Ukuran Kecil pada berbagai Konsentrasi Nitrogen.
Lampiran 2. Laju Pertumbuhan Tinggi Planlet Nenas Ukuran Sedang pada berbagai Konsentrasi Nitrogen.
42
Lampiran 3. Laju Pertumbuhan Tinggi Planlet Nenas Ukuran Besar pada berbagai Konsentrasi Nitrogen.