PENGARUH DEBT EQUITY RATIO, PRICE EARNING RATIO, BOOK MARKET VALUE, EARNING PER SHARE DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan Properti Yang Listing di BEI) Oleh Ronny Malavia Mardani *) Abstract The purpose of this study is to analyze and determine effect of debt to equity ratio, price earnings ratio, book market value, earnings per share and systematic risk on stock price. The population in this study are all companies registered at the Indonesian Stock Exchange (IDX) in period 2008 - 2010 which amounted to 388 companies. The sampling method used in this study was purposive sampling method with a number of companies that meet the criteria are as many as 37 sample companies. Based on the analysis results can be seen that simultaneously and partially debt to equity ratio, price earnings ratio, book market value, earnings per share and risk significantly influence stock prices. This is evidenced by the value of F test and t test of the free variable has a level of significance
JEMA Vol. 9 No. 1 Maret 2012
|
107
Karena banyak terjadi kredit macet maka investment bank dan hedge fund menarik kembali portofolio mereka di pasar modal seluruh dunia. Akibatnya lebih lanjut, nilai indeks pasar-pasar modal seluruh dunia mengalami penurunan yang signifikan, salah satunya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Investasi di pasar modal terutama di sektor property merupakan salah satu alternatif investasi yang menarik bagi investor mengingat prospek perusahaan properti yang cukup menarik. Namun, jika kondisi perekonomian secara makro mengalami resesi maka investor akan menghadapi kesulitan dalam melakukan analisis terhadap risiko dan return. Risiko yang berkaitan dengan investasi saham dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama, risiko sistematis (systematic risk) adalah risiko yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi atau risiko yang mempengaruhi semua perusahaan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membawa dampak bagi seluruh perusahaan dalam suatu perekonomian. Kedua, risiko tidak sistematis (unsystematic risk) adalah risiko yang dapat dihilangkan melalui diversifikasi atau risiko yang mempengaruhi satu (sekelompok kecil) perusahaan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang hanya ada pada suatu perusahaan. Tjaraka (2005) yang meneliti pengaruh variabel-variabel fundamental terhadap harga saham LQ 45 di Bursa Efek Jakarta, menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel EPS, ROE, DER, BETA, dan CR terhadap harga saham. Hasil ini diperkuat Anastasia (2003) yang menganalisis faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham properti di Bursa Efek Jakarta, menunjukkan bahwa secara simultan faktor fundamental (return on total asset, return on equity, book value, debt equity ratio, dan required rate of return) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut: a. Apakah debt equity ratio, price earning ratio, book market value, earning per share dan risiko sistematis berpengaruh secara simultan terhadap harga saham. b. Apakah debt equity ratio, price earning ratio, book market value, earning per share dan risiko sistematis berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. 1.3 Tujuan Penelitian Sebagaimana rumusan permasalahan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: a. Pengaruh secara simultan debt equity ratio, price earning ratio, book market value, earning per share dan risiko sistematis terhadap harga saham. b. Pengaruh secara parsial debt equity ratio, price earning ratio, book market value, earning per share dan risiko sistematis terhadap harga saham. 1.4 Kontribusi Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut: 1. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai pasar modal dan cara menganalisis harga-harga sekuritas. 2. Sebagai bahan kajian dalam ilmu ekonomi dan memperkaya khasanah penelitian ilmiah di Indonesia pada umumnya dan Universitas Islam Malang pada khususnya.
108
|
JEMA Vol. 9 No. 1 Maret 2012
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi investor dalam pengambilan keputusan untuk menanamkan modalnya (dalam bentuk saham) di perusahaan properti pada khususnya dan perusahaan lain pada umumnya. 4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji masalah yang sama di masa yang akan datang 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Abarbenel et al (1997), yang berjudul Fundamental Analysis Future Earning and Stock Price, menunjukkan bahwa secara simultan persediaan, piutang dagang, pengeluaran modal, laba kotor, beban penjualan dan administrasi, tingkat pajak efektif, kualitas laba dan tenaga kerja berpengaruh terhadap harga saham dan laba per lembar saham. Sedangkan secara parsial persediaan, laba kotor, tingkat pajak efektif, dan tenaga kerja berpengaruh terhadap harga saham dan laba per lembar saham. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anastasia et al (2003), tentang analisis faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham properti di Bursa Efek Jakarta, menunjukkan bahwa secara simultan faktor fundamental (return on total asset, return on equity, book value, debt equity ratio, dan required rate of return) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti. Namun secara parsial hanya variabel book value yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan properti. Utami (2004), mengadakan penelitian tentang analisis pengaruh variabel fundamental terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di BEJ. Variabel yang digunakan adalah DPR, BV/S, DER, ROE, ROA. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel fundamental yang terdiri dari variabel-variabel diatas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur di BEI. Dengan melihat koefisien determinasi atau R sebesar 0,454 dan Fhitumg > Ftabel yaitu 6,484 > 3,48 dan berada pada tingkat signifikan sebesar 0,0%. Variabel return on asset (ROA) merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi harga saham. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tjaraka (2005), tentang analisis variabel-variabel fundamental yang berpengaruh terhadap harga saham LQ 45 di Bursa Efek Jakarta, menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel EPS, ROE, DER, BETA, dan CR terhadap harga saham dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,745. Sedangkan secara parsial hanya variabel EPS yang berpengaruh. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Windarto (2007), tentang pengaruh faktor-faktor fundamental dan risiko sistematis terhadap harga saham pada perusahaan yang masuk di JII, menunjukkan bahwa secara simultan variabel ROA, DER, BVPS, inflasi dan risiko sistematis berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil ini dibuktikan dengan F uji sebesar 121,452 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (<0,05) Namun secara parsial hanya variabel DER dan BETA yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Ini dibuktikan dengan t uji masing-masing variabel sebesar 2.943 (sig. 0,003) dan 4,948 (sig. 0,000). 2.2 Tinjauan Teori 2.2.1 Harga Saham Harga saham menurut Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dalam adalah penerimaan besarnya pengorbanan yang dilakukan oleh setiap investor
JEMA Vol. 9 No. 1 Maret 2012
|
109
untuk penyertaan dalam perusahaan. Pergerakan harga saham dapat ditentukan oleh permintaan dan penawaran oleh para investor. Pada saat kondisi permintaan lebih banyak daripada penawaran maka harga saham cenderung naik, demikian sebaliknya pada saat penawaran lebih besar daripada permintaan maka harga saham cenderung akan turun. Harga saham mencerminkan indikator adanya keberhasilan dalam mengelola perusahaan. Jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami kenaikan, maka investor menilai bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola usahanya. Kepercayaan investor sangat bermanfaat bagi emiten, karena semakin banyak orang yang percaya terhadap emiten maka keinginan untuk berinvestasi pada emiten semakin kuat. Semakin banyak permintaan terhadap saham suatu emiten maka dapat menaikkan harga saham tersebut. Jika harga saham yang tinggi dapat dipertahankan maka kepercayaan investor terhadap emiten juga semakin tinggi dan hal ini menaikkan nilai emiten. Sebaliknya jika harga saham mengalami penurunan terus menerus berarti pula akan menurunkan nilai emiten. Dalam melakukan penilaian harga saham ada dua analisis yang dapat digunakan, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal adalah analisis yang bertujuan untuk memprediksi harga saham dengan menganalisa pergerakan volume dan harga saham di masa lalu. Analisis fundamental adalah analisis untuk mengukur nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan (laporan keuangan), mengestimasi nilai faktorfaktor fundamental (seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan dividen, dan sebagainya), dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis ini biasanya digunakan untuk jenis investasi jangka panjang atau pada saat saham belum dicatatkan di bursa. Sedangkan untuk tujuan investasi jangka pendek (profit taking), analisis ini dinilai kurang cepat dalam mengantisipasi harga dibanding analisis teknikal. 2.2.2 Aspek Fundamental Menurut Wahyuni dalam Ginting (2006:24), "aspek fundamental secara umum dapat diartikan sebagai sektor internal perusahaan yang digambarkan sebagai kinerja keuangan perusahaan yang dituangkan dalam laporan keungan". Menurut Brigham dan Houston (2006:91-110) secara terperinci faktor fundamental yang merupakan rasiorasio laporan keuangan terdiri dari : 1. Equity to Net Profit Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu. Secara umum perbandingan yang rendah menunjukkan tidak efisiennya manajemen. Equity To Net Profit =
earning after tax 100% sales
2. Liquidity Ratio Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya dengan tepat waktu. Yang termasuk rasio likuiditas adalah sebagai berikut: a. Current Ratio (Rasio Lancar) Perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek (utang lancar). Rumus yang digunakan:
110
|
JEMA Vol. 9 No. 1 Maret 2012
Rasio Lancar =
Aktiva Lancar Hutang Lancar
Semakin tinggi Current ratio semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. b. Quick Ratio Perbandingan antara aktiva lancar setelah dikurangi persediaan dengan utang lancar. Rumus yang digunakan: Rasio Cepat = Aktiva Lancar - Persediaan Hutang Lancar
Quick Ratio yang tinggi menunjukkan kelebihan kas dan adanya dana yang menganggur (idle fund) yaitu dana yang tidak bermanfaat untuk menambah laba, sedangkan quick ratio yang rendah menunjukkan adanya investasi yang besar dalam persediaan atau yang disebabkan perputaran persediaan yang lambat. c. Cash Ratio Cash Ratio adalah kemampuan untuk membayar utang yang harus di penuhi dengan kas yang tersedia dan dengan efek yang dapat diuangkan yaitu dengan membandingkan antara kas dengan utang lancar. Semakin besar angka rasio ini semakin baik. Kas Rasio Kas = Hutang Lancar
Dalam penelitian ini, Liquidity Ratio yang digunakan adalah current ratio. 3. Debt Equity Ratio (DER) Merupakan perbandingan antara total utang dengan modal sendiri yang berupa saham dan surat berharga lainnya. Rumus yang digunakan: Rasio Hutang terhadap Modal (DER) = Total Hutang x100% Modal
Semakin tinggi perbandingan ini, semakin besar resiko yang di hadapi. Kreditur jangka panjang tertarik pada debt equity ratio yang lebih kecil. Makin kecil rasio ini, maka makin besar aktiva yang di danai oleh pemilik perusahaan. 4. Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio merupakan perbandingan antara harga per lembar saham dipasar dengan pendapatan saham, yang di hitung dengan rumus: PER = market price per share of common stock earning per share
Bagi pemodal, semakin kecil price earning ratio suatu saham maka akan semakin bagus karna saham tersebut termasuk murah, Fakhruddin (2001:140). 5. Book Market Value Book market value menggambarkan perbandingan antara harga saham di pasar dengan nilai buku saham. Rumus yang di gunakan: Book market value = market price book value
6. Earning Per Share (EPS) EPS merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan yang dapat di peroleh investor / pemegang saham persaham. laba bersih Rumus yang digunakan: Laba per lembar saham (EPS) = jumlah saham Jika semakin tinggi nilai EPS tentu akan menggembirakan bagi pemegang saham, karna semakin semakin besar laba yang di sediakan untuk pemegang saham.
JEMA Vol. 9 No. 1 Maret 2012
|
111
Dalam penelitian ini aspek fundamental yang digunakan lebih difokuskan pada debt equity ratio, price earning ratio, book market value, dan earning per share. 2.2.3 Risiko Sistematis dan Koefisien Beta Menurut The American Heritage Dictionary dalam Atmaja (2008: 35), risiko didefinisikan sebagai "the possibility of suffering harm or loss". Dalam konteks investasi, kondisi "harm" atau "loss" tersebut dapat berupa kondisi pada saat investor menerima keuntungan yang lebih kecil disyaratkan/diharapkan. Hal ini diakibatkan dari ketidakpastian dalam investasi. Risiko saham dapat dibagi menjadi dua, yaitu (Atmaja, 2008:44): 1) Risiko tidak sistematis (unsystematic risk), yaitu risiko yang dapat dihilangkan melalui diversifikasi atau risiko yang hanya mempengaruhi satu atau beberapa perusahaan dalam jumlah yang kecil. 2) Risiko sistematis (systemtic risk), yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi. Risiko sistematis disebut juga sebagai risiko pasar (market risk) karena fluktuasi yang terjadi disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi (seperti kondisi perekonomian, politik, kebijakan pemerintah, dan lain-lain) semua perusahaan yang beroperasi. Penjumlahan unsystematic risk dan systematic risk merupakan total risiko (total risk). Total risk adalah risiko suatu aset yang disimpan secara terisolir atau risiko dari suatu aset tunggal. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa systematic risk-lah yang relevan dalam perhitungan risiko maka deviasi standar keuntungan investasi tidak digunakan sebagai ukuran risiko suatu saham. Hal ini disebabkan karena investor hanya memperdulikan risiko yang tidak dapat didiversifikasi. Systematic risk dapat diukur dengan koefisien beta yaitu koefisien yang menunjukkan tingkat kepekaan keuntungan suatu saham terhadap perubahan keuntungan saham-saham secara rata-rata di pasar (indeks pasar). Beta (β) suatu saham secara historis dapat dicari dengan membuat regresi antara keuntungan historis suatu saham sebagai variabel dependen (Y) dan keuntungan historis indeks pasar (misalnya IHSG) sebagai variabel bebas (X). Hasil perhitungan koefisien regresi merupakan beta atau systematic risk. 2.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diteliti maka hipotesis dari penelitian ini adalah: H1 : Debt equity ratio, price earning ratio, book market value, earning per share dan risiko sistematis mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap harga saham. H2 : Debt equity ratio, price earning ratio, book market value, earning per share dan risiko sistematis mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap harga saham. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai dari tahun 2007 sampai tahun 2009 yang berjumlah 388 perusahaan. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu teknik non probability sampling yang berdasarkan pada keputusan sendiri dalam pengambilan sampelnya dengan pertimbanganpertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang relevan.
112
|
JEMA Vol. 9 No. 1 Maret 2012
Berdasarkan metode purposive sampling maka kriteria-kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Perusahaan yang bergerak di industri properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 – 2010; Emiten listing pada tahun 2008 atau sebelumnya; Emiten memberikan laporan keuangan secara lengkap dan tertib; dan Emiten tidak di-suspend atau didelisting dari bursa efek sepanjang tahun penelitian. Dengan kriteria tersebut, didapatkan jumlah sampel penelitian sebanyak 37 perusahaan. 3.2 Definisi Operasional Variabel Untuk memberikan batasan penelitian dan memudahkan proses analisis maka definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini antara lain: 1) Variabel Dependen (Y). Variabel dependen, dalam penelitian ini adalah harga saham yang dinyatakan dalam satuan rupiah, yaitu harga saham penutupan (closing price) bulanan sepanjang tahun penelitian. 2) Variabel independen (X) yang terdiri dari: a. Debt Equity Ratio (DER) Merupakan perbandingan antara total utang dengan modal sendiri yang berupa saham dan surat berharga lainnya. Rumus yang digunakan: Rasio Hutang terhadap Modal (DER) = Total Hutang x100% Modal
b. Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio merupakan perbandingan antara harga per lembar saham dipasar dengan pendapatan saham, yang di hitung dengan rumus: market price per share of common stock PER = earning per share c. Book Market Value Book market value menggambarkan perbandingan antara harga saham di pasar dengan nilai buku saham. Rumus yang di gunakan: market price Book market value = book value d. Earning Per Share (EPS) EPS merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan yang dapat di peroleh investor / pemegang saham persaham. Rumus yang digunakan: laba bersih Laba bersih per saham (EPS) = jumlah saham e. Risiko Sistematis Variabel ini merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi. Variabel ini dapat diukur dengan menggunakan koefisien beta, yaitu koefisien yang menunjukkan kepekaan keuntungan suatu saham terhadap perubahan keuntungan saham secara rata-rata di pasar (indeks pasar). Variabel ini dinyatakan dalam satuan persen. Ada beberapa langkah yang diperlukan untuk menghitung beta (Anastasia et al, 2003:127). Pertama, menentukan nilai return market (Rm) yang dapat dihitung dengan menggunakan formulasi sebagai berikut:
JEMA Vol. 9 No. 1 Maret 2012
|
113
IHSG t IHSG t 1 IHSG t 1 Keterangan: Rm = Return market IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan bulan t IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan bulan t-1 (bulan sebelumnya) Kedua, menentukan nilai return saham (Ri) yang dnyatakan dalam persen dan dapat dihitung dengan menggunakan formulasi sebagai berikut: Pi Pi t 1 D i t Ri t Pi t 1 Rm
Keterangan: Ri = Return saham i = Harga saham i bulan t = Harga saham i bulan t-1 (bulan sebelumnya) = Deviden saham i bulan t Ketiga, menentukan nilai beta yang dinyatakan dalam persen dan dapat dihitung dengan menggunakan formulasi sebagai berikut: 3.3 Model Penelitian Berdasarkan tinjauan teori dan beberapa penelitian terdahulu maka Model Penelitian dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut. Debt to Equity Ratio Harga Saham
Price Earning Ratio Book Market Value Earning Per Share Beta (β)
Gambar 2.1 Model Penelitian 3.4 Metode Analisis Data Metode analisis data digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda, sebelum dilakukan uji hipotesis dibuat tahapan-tahapan pengujian yang merupakan proses analisis sebagai berikut: 3.4.1 Uji Normalitas Data Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode kolmogorof-smirnov. Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: a. Jika nilai sign > 0,05. maka Ho diterima atau data terdistribusi normal. b. Jika nilai sign < 0,05. maka Ho ditolak atau data terdistribusi tidak normal.
114
|
JEMA Vol. 9 No. 1 Maret 2012
3.4.2 Uji Asumsi Klasik 1) Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat tolerance value (nilai toleran) dan variance inflation factor (VIF), yaitu (Artatik, 2007): a. Jika tolerance value > 0,05 dan VIF < 10, maka tidak terdapat masalah multikolinieritas. b. Jika tolerance value < 0,05 dan VIF > 10, maka terdapat masalah multikolinieritas. 2) Uji Heterokedastisitas Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Glejser Test, dengan melihat pengaruh variabel bebas terhadap absolut residual masing-masing model. Apabila variabel bebas berpengaruh signifikan (sig t < 0,05) maka model melanggar asumsi heteroskedastisitas dan sebaliknya bila variabel bebas tidak berpengaruh (sig t > 0,05) terhadap absolut residual maka model melanggar asumsi heteroskedastisitas 3) Uji Otokolerasi Uji Otokolerasi berarti bahwa tidak terdapat pengaruh dari variabel dalam model melalui tenggang waktu. Uji yang paling terkenal untuk pendeteksian Otokolerasi adalah uji yang dikembangkan oleh Durbin dan Watson (yang dikenal dengan statistik d Durbin-Watson). Aturan keputusan yang digunakan dalam uji d DurbinWatson adalah seperti dalam tabel di bawah ini (Gujarati, 2007:122). Tabel 3.1 Uji d Durbin-Watson: Aturan Keputusan Hipotesis nol Tidak ada otokolerasi positif Tidak ada otokolerasi positif Tidak ada otokolerasi negatif Tidak ada otokolerasi negatif Tidak ada otokolerasi positif atau negatif
Keputusan Tolak Tidak ada keputusan Tolak Tidak ada keputusan Jangan tolak
Jika 0
3.4.3 Analisis Regresi Linier Berganda Persamaan model regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Y =a+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +e Dimana: Y = variabel terikat a = konstanta b1-bn = koefisien regresi X1 = debt equity ratio X2 = price earning ratio X3 = book market value X4 = earning per share X5 = Risiko Sistematis atau Beta e = kesalahan / error. 3.4.4 Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t.
JEMA Vol. 9 No. 1 Maret 2012
|
115
4. PEMBAHASAN 4.1 Uji Normalitas Pengujian normalitas dilakukan dengan mengGunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini: Tabel 4.1 Uji Normalitas Variabel DER PER BMV EPS BETA CP
Kolmogorov-Smirnov Z 0,771 0,995 1,201 1,210 1,237 1,127
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,527 0,372 0,200 0,178 0,076 0,317
Sumber: Data diolah Dari hasil uji normalitas dalam tabel 4.1, seluruh variabel dalam penelitian ini memiliki data yang berdistribusi normal (memiliki asymp. Sig > 0,05), sehingga proses analisis dapat dilanjutka pada tahap selanjutnya 4.2 Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas Pengujian multikolinieritas untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinieritas pada model linier regresi berganda dapat dideteksi dengan melihat Variance Inflation Factor (VIF) masing-masing variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) seperti terlihat ditabel berikut: Tabel 4.2 Variance Inflation Factor (VIF) Variabel Tolerance VIF DER 0,530 1,887 PER 0,930 1,075 BMV 0,829 1,206 EPS 0,578 1,730 BETA 0,918 1,089 Sumber: data diolah Dari tabel 4.2 diketahui bahwa seluruh variabel memiliki nilai VIF di bawah 10, Hal ini menunjukkan bahwa model tidak melanggar asumsi multikolinieritas. b. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode Glejser. Adapun hasil perhitungan sebagaimana tertuang pada tabel berikut: Tabel 4.3 Uji Heteroskedastisitas Variabel t uji sig DER 0,812 0,418 PER 0,361 0,718 BMV -0,328 0,743 EPS -0,105 0,917 BETA -0,358 0,721 Sumber: data diolah Berdasarkan hasil pengujian sebagaimana tampak pada tabel 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa masing-masing variabel bebas tidak berpengaruh terhadap absolut 116
|
JEMA Vol. 9 No. 1 Maret 2012
residual, hal ini bisa dilihat pada masing-masing t uji yang memiliki tingkat signifikan > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa model tidak melanggar asumsi heterokedastiditas. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dalam model analisis regresi yang digunakan yaitu dengan melakukan pengujian model serial korelasi dengan metode Durbin Watson (DW) seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 4.4 Durbin-Watson (DW) Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
DurbinWatson
1
0,764
0,584
0,532
65,222
1,997
Sumber : data diolah Berdasarkan tabel 4.4 nilai Durbin Watson sebesar 1,997 dengan n = 111 dan k = 5 didapat dL = 1,598 dan dU = 1.786. Jadi dhitung terletak pada range 1,786 < 1,997 < 2.214 (du < d < 4-du) yang membuktikan bahwa model memenuhi asumsi autokorelasi. 4.3 Analisis Regresi Linier Berganda Hasil perhitungan statistik pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil regresi linier berganda dapat dilihat ada tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Regresi Linier Berganda Koefisien () 84,411 -57,286 0,184 131,194 4,692 -16,448
Model Konstanta DER PER BMV EPS BETA R Square Fhitung Sig F
t
Sig
-2,227 2,569 12,728 6,604 -5,287
0,029 0,007 0,000 0,000 0,000
= 0.584 = 39.275 = 0.000
Sumber: data diolah Dari hasil perhitungan tersebut diatas dapat disusun model persamaan sebagai berikut: Harga Saham = 84,411 - 57,286 DER + 0,184 PER + 131,194 BMV + 4,692 EPS - 16,448 Beta + e 1. Uji Simultan (Uji F) Adapun Uji F (uji bersama-sama variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat) terlihat bahwa nilai Fhitung sebesar 39.275 dengan tingkat signifikan sebesar 0.000, oleh karena tingkat signifikan < alpha = 0.05, Hal ini menunjukkan bahwa secara simultan equity to net profit, liquidity ratio, debt equity ratio, price earning ratio, book market value, earning per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Dengan demikian, H1 yang menyatakan debt equity ratio, price earning ratio, book market value, earning per share dan risiko sistematis mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap harga saham dapat diterima.
JEMA Vol. 9 No. 1 Maret 2012
|
117
2. R square (R2) = 0.584, hal ini berarti bahwa sebesar 58.4% variabilitas harga saham dapat dijelaskan oleh debt equity ratio, price earning ratio, book market value, earning per share, sedangkan sisanya sebesar 41,6% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. 3. Uji t (Uji secara Parsial) a. Pengaruh Debt Equity Ratio terhadap Harga Saham Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa koefisien regresi Debt Equity Ratio sebesar -57,286, nilai t hitung sebesar -2,227 dengan tingkat signifikansi 0,029 di bawah = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Debt Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio Debt Equity Ratio maka akan semakin menurunkan harga saham, dan sebaliknya rendahnya Debt Equity Ratio akan meningkatkan harga saham. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio DER mengindikasikan tingginya hutang yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi hutang perusahaan, maka perusahaan akan semakin berisiko. Perusahaan yang berisiko akan diresponden secara negatif oleh pasar, sehingga harga pasar saham menurun. b. Pengaruh Price Earning Ratio terhadap Harga Saham Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa koefisien regresi Price Earning Ratio sebesar 0,184, nilai t hitung sebesar 2,569 dengan tingkat signifikansi 0,007 di bawah = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Price Earning Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio Price Earning Ratio maka akan semakin meningkatkan harga saham dan sebaliknya penurunan Price Earning Ratio akan menurunkan harga saham. Price Earning Ratio mengindikasikan pertumbuhan harga saham perusahaan. Semakin tinggi rasio PER menunjukkan perusahaan bersangkutan mengalami pertumbuhan harga saham yang baik. Hal ini akan direspon secara positif oleh pasar, sehingga harga saham mengalami peningkatan. c. Pengaruh Book Market Value terhadap Harga Saham Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa koefisien regresi Book Market Value sebesar 131,194, nilai t hitung sebesar 12,728 dengan tingkat signifikansi 0,000 di bawah = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Book Market Value berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio Book Market Value maka akan semakin meningkatkan harga saham dan sebaliknya semakin rendah Book Market Value akan menurunkan harga saham. Book Market Value mengindikasikan pertumbuhan nilai perusahaan. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan akan direspon secara positif oleh pasar. Jadi dapat dipahami bila semakin tinggi rasio BMV akan semakin tinggi pula harga saham perusahaan bersangkutan. d. Pengaruh Earning per share terhadap Harga Saham Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa koefisien regresi Earning per share sebesar 4,692, nilai t hitung sebesar 6,604 dengan tingkat signifikansi 0,000 di bawah = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Earning per share berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Ini menunjukkan bahwa semakin baik rasio Earning per share maka akan semakin meningkatkan harga saham. Earning per share menunjukkan laba bersih per lembar saham yang
118
|
JEMA Vol. 9 No. 1 Maret 2012
diperoleh perusahaan. Tingginya EPS akan menunjukkan kinerja perusahaan yang baik. Hal ini akan diresponden secara positif oleh pasar. Sehingga dapat dipahami bila semakin baik rasio Earning per share maka akan semakin meningkatkan harga saham. e. Pengaruh Beta terhadap Harga Saham Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa koefisien regresi Beta sebesar -16,448, nilai t hitung sebesar -5,287 dengan tingkat signifikansi 0,000 di atas = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Beta berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Seorang investor akan selalu memperhatikan faktor risiko sebelum mereka menginvestasikan dananya pada sebuah perusahaan. Semakin berisiko sebuah perusahaan, akan semakin dihindari oleh investor. Sehingga dapat dipahami bila beta dengan harga saham berhubungan negatif, artinya semakin berisiko sebuah perusahaan maka harga sahamnya akan semakin rendah dan berlaku pula sebaliknya. Dengan demikian, H2 yang menyatakan debt equity ratio, price earning ratio, book market value, earning per share dan risiko sistematis mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap harga saham dapat diterima. 5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh debt equity ratio, price earning ratio, book market value, earning per share) dan risiko sistematis Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan hasil analisis dan pembasahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara simultan debt equity ratio, price earning ratio, book market value, earning per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan nilai Fhitung sebesar 39.275 dengan tingkat signifikan sebesar 0.000 (signifikan < alpha = 0.05) 2. Debt equity ratio, price earning ratio, book market value, earning per share dan risiko sistematis mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan t uji masing-masing variabel bebas yang memiliki tingkat signifikansi < 0,05. 5.2 Saran-saran Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya serta keterbatasan yang telah dirumuskan dapat dikemukakan sebagai suatu bahan pertimbangan dan sebagai bahan telaah bagi pihak-pihak yang berkepentingan adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang akan datang yang masih relevan dengan penelitian ini diharapkan dapat menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI. 2. Periode amatan yang digunakan diharapkan dapat lebih diperpanjang agar diperoleh jumlah perusahaan sampel lebih banyak lagi. Sehingga hasilnya lebih baik secara statistik. DAFTAR PUSTAKA Atmaja, Setia Lukas, 2003. Manajemen Keuangan. Edisi 1, Cetakan ke 2, Yogyakarta: Andi Offset.
JEMA Vol. 9 No. 1 Maret 2012
|
119
Brigham, Eugene F. and Joel F Houston, 2006, Manajemen Keuangan, Edisi Bahasa Indonesia, Penerbit : Erlangga, Jakarta. Djayani, 2001,”Pengaruh Fariabel Fundamental dan Uncontrollable Terhadap Return Saham Perusahaan Makanan dan Minuman di BEJ” Persepsi, No. 10 (Januari). Fakhruddin, Tjiptono Darmaji, 2001,“Pasar Modal di Indonesia, Pendekatan Tanya Jawab”, Penerbit, Salemba Empat. Gujarati, Damodar, 2000,“Ekonometrika Dasar”, Jakarta, Erlangga. Husnan, Suad. 2001,“Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi 3, Penerbit, UPP AMP YKPN. Indriyantoro, Nur dan Supomo, Bambang, 2001.“Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen ”. Yogyakarta, BPFE. Jogiyanto, 2003,”Teori Portfolio dan Analisis Invertasi” Edisi ke7, BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Kuncoro, Mudrajat, 2001. “Manajemen Keuangan Internasiona (Pengantar Ekonomi dan Bisnis Globall”, Edisi 1, Cetakan k3 4, BPFE Universitas Gajah Mada, Jogjakarta. Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi dan Pembangunan daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Jakarta: Erlangga. Madura, Jeff, 2000. “Manajemen Keuangan Internasional”, Jilid 1, Edisi 4, Erlangga, Jakarta Sartono, Agus. 2001,“Manajeman Lembaga Keuangan”, edisi 4, Penerbit, UGM Yogyakarta. Setyabudi, Asto. 2011. Peluang Bisnis Property di Indonesia. Amikom Sitompul, Asril. 2003 ,“Penawaran Umum dan Permasalahannya”, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti. Sunariyah, 2002, ”Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”, Edisi 7, Penerbit, UPP AMP KPN, Yogyakarta. Tandelilin, Eduardus. 2001,“Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”, Edisi 1, BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Widoatmodjo, Sawidji, 2002. ”Cara Sehat Investasi di Pasar Modal, Pengetahuan Dasar, Edisi ke dua”, Penerbit, PT. Juranlindo Aksara Grafika, Jakarta. Wicaksono, Bayu Sakti, 2006,”Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif Yang Go-Publik di Bursa Efek Jakarta”, Thesis, Tidak di publikasikan, Malang, Program Pasca Sarjana Universitas Merdeka Malang. Utami, Wiji, 2004,” Penelitian Tentang Analisis Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur di BEI”, Thesis, Tidak di publikasikan, Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya Malang. Yeni R.N, 2004,“Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt Equity Ratio, Return On Investment, Total Asset Turn Over, Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Tekstil di BEJ”, Thesis, Tidak di publikasikan, Program Pasca Sarjana Universitas Merdeka Malang. *) Ronny Malavia Mardani adalah dosen tetap di Prodi Manajemen FE Unisma
120
|
JEMA Vol. 9 No. 1 Maret 2012