1 PENGARUH BMBNGAN PRBAD DAN SOSAL TERHADAP KEMANDRAN SANTR PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH JAKARTA Oleh: KHORUNNSA NM : Skripsi diajukan untuk memenuhi p...
PENGARUH BIMBINGAN PRIBADI DAN SOSIAL TERHADAP KEMANDIRIAN SANTRI PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH JAKARTA
Oleh:
KHOIRUNNISA NIM : 103070029004
Skripsi diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/2007 M
PENGARUH BIMBINGAN PRIBADI DAN SOSIAL TERHADAP KEMANDIRIAN SANTRI PONDOK PESAN'TREN DARUNNAJAH JAKARTA
SKRIPSI Dia)ukan kepada Faku/tas Psikologi untuk memenul'li persyaratan mencapai gelar Sarjana Psiko/ogi (S. Psi).
Oleh
KHOIRUNNISA
103070029004
Dibawah bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
--'~(-
Bamba~uryadi, Ph.D
NIP. 150 326 891
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLA.M NEGERI SYARIF HIDAYATUtLAH JAKARTA 1428 H/2007 M
LEIVIBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul PENGARUH BIMBINGAN PRIBADI DAN SOSIAL
TERHADAP KEMANDIRIAN
SANTI~/
PONDOK PESANTHEi\J DARUNNAJAH
JAKARTA ini telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 September 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk. memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S-1) pada Fakultas Psikologi. Jakarta, 19 September 2007 Sidang Munaqasyah, Ketua Meranokap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Ora. HJ. Net Hartat.-, M.Si NIP. 1 0 215 938
DC' HJ
Penguji I
Zah;~al~, 2tl1ti~
M.S,
NIP. 150
P nguji II
\
Ora. Hj. Zah otun · hayah, M.Si NIP. 15U ~~" 773
Pembimbing I
~to NIP. 150 326 891
Prof. Ham NIP.
(1 sun, M. Si 0 351 146
Pembimbing II
/~
/
Menjadi pribadi yang sehat jauh lebih berharga dibandingkan gunung emas. (Carl Gustav Jung)
Jangan ceritakan beban hidupmu kecuali pada orang-orang yang membantumu dengan pikiran dan ucapan demi sebu.ah kebahagiaan. (DR. Aidh al-Qami)
Jangan sia-siakan waktu untuk ragu-ragu dan takut, laksanakanlah pekerjaan yang ada di depan mata sebab tugas saat ini yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya akan menjadi persiapan terbaik untuk masa yang akan datang. (Ralph Waldo Emerson)
Karya ini kupersembahkan, Untuk orang tuaku tercinta yang telah mendidikku dengan ketakwaan dan menanamkan kepadaku benih cinta terhadap budi yang pekerti /uhur.
Untuk adik-adiku tersayang yang selalu memberikan kasih sayang dalam tali persaudaraan kita.
Untuk dia yang selalu memberikan kata-kata baik dan mengajarkanku tentang arti kehidupan.
Untuk almamaterku yang telah memberikan pelajaran yang bermanfaat dan mengantarkanku seperti saat ini.
KATA PENGANTAR Bismillaahir rahmaanir rahiim Segala puji bagi Allah SWT yang dengan rahmat dan karunia-Nya penulis masih di beri kesempatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada kekasih-Nya, Nabi Besar Muhammad SAW, dan bagi keluarga serta para sahabat. Skripsi yang berjudul Pengaruh Bimbingan Pribadi dan Sosial terhadap Kemandirian Santri Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta ini, disusun untuk melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam melaksanakan pembuatan skripsi ini banyak sekali hambatan dan rintangan yang penulis hadapi, namun berkat pertolongan Allah serta kesabaran dan niat yang kuat dalam diri penulis sendiri, semua hambatan dan rintangan tersebut dapat teratasi. Dengan kerendahan hati, penulis tentu sadar bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Psikologi, lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si dan Pudek bidang akademik Fakultas Psikologi, Ora. Hj. Zahrotun Nihayah, M.Si. 2. Bapak Bambang Suryadi, Ph.D, sebagai pembimbing I yang telah · bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pemikiran untuk mengoreksi, membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan kepada penulis. 3. Bapak Gazi Saloom, M.Si, ·sebagai pembimbing II yang tanpa mengenal lelah mengoreksi dengan detil dan dengan sabar terus mendorong penulis untuk terus berusaha dan banyak membaca hingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 4. Seluruh Dasen Fakultas Psikologi beserta staf administrasi yang telah membantu penulis. 5. Orang tuaku tercinta, H. Dasuki dan Hj. Sadiyah yang selalu memberikan kasih sayangnya dan selalu berdo'a untuk penulis, memberi dorongan baik materi ataupun non materi dan selalu ada setiap Kuperlukan. 6. Untuk adik-adikku tersayang, Siti Suniah dan Umi lnayah yang selalu memberikan semangat dan bantuan kapanpun setiap kubutuhkan. · 7. Untuk lbnu Ramdhani, S. Psi, Dwi Melasari S. Psi dan Badruzaman selaku tim pembimbing yang membantu peneliti dalam penelitian ini. Khususnya untuk lbnu Ramdhani, terima kasih atas segala bantuannya baik yang bersifat materil maupun yang non materil dan lain-lainnya yang sudah tak terhitung lagi. 8. Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta dan Pondok Pesantren Darunnajah Ciping Bogar yang telah bersedia memberi waktu bagi penulis untuk melakukan penelitian. Penulis juga berterimakasih kepada Ustazah Kartini yang telah meluangkan waktu untuk mengatur jadwal penelitian ini.
9. Untuk adik-adik siswa kelas 2A, 2H, 2C dan 2M yang telah bersedia menjadi responden penulis, semoga yang telah kita lal
Tangerang,
September 2007 M Ramadhan 1428 H
Penulis
ABSTRAK
Khoirunnisa. Pengaruh Bimbingan Pribadi dan Sosial Terhadap Kemandirian Santri Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan. (2007). Skripsi. Jakarta. Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Agustus 2007 Salah satu tugas perkembangan pada remaja adalah mencapai kemandirian. Havighurst (1972) menyatakan kemandirian terdiri dari 4 aspek yaitu kemandirian emosi, sosial, ekonomi dan intelektual. Dalam hal ini kemandirian.merupakan satu pola kepribadian yang sifatnya bukan pembawaan melainkan hasil dari proses pembentukan, pembelajaran dan tentunya bimbingan dari orang tua atau orang yang lebih dewasa. Bagi remaja yang bersekolah dan tinggal serumah dengan orang tua, mereka tentu mendapat bimbingan dan arahan dari orang tuanya agar dapat mencapai kemandirian selain mendapatkan bimbingan dari guru pembimbing di sekolahnya lewat pelayanan bimbingan dan konseling. Tetapi bagi siswa yang tinggal di pondok pesantren dan tidak tinggal dengan orang tuanya, siapa yang akan membimbing mereka? Terlebih lagi beberapa pondok pesantren belum mempunyai guru pembimbing yang memberikan pelayanan bimbingan dan konseling. Padahal salah satu bidang bimbingan yaitu bimbingan pribadi dan sosial berfungsi sebagai pemberi layanan kepada para peserta didik agar dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri. Penelitian ini ingin mengetahui apakah ada pengaruh bimbingan pribadi dan sosial terhadap kemandirian santri Pondok Pesantren Darunnajah Jal<arta. Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan dengan jumlah sampel 70 orang. Metode yang digunakan adalah teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara random sampling atau acak. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif eksperimental. Sementara metode penelitian menggunakan metode eksperimen dimana jumlah sampel penelitian dibagi kedalam dua kelompok secara acak yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang masingmasing berjumlah 35 orang dengan 8 kali pertemuan untuk kelompok eksperimen dan 2 kali pertemuan untuk kelompok kontrol pada saat pretest dan posttest. Kelompok eksperimen pada pertemuan pertama diberikan kuesioner mengenai kemandirian setelah itu mendapatkan perlakuan berupa bimbingan pribadi dan sosial sebanyak 6 kali pertemuan lalu diberikan kuesioner yang kedua mengenai kemandirian pada pertemuan ke delapan. Sedangkan kelompok kontrol diberikan kuesioner mengenai kemandirian pada pertemuan pertama lalu diberikan kues1oner yang kedua mengenai kemandirian pada pertemuan ke delapan tanpa mendapatkan perlakuan bimbingan pribadi dan sosial. Design penelitian yang digunakan adalah Randomized Design Pretest Postles! Control Group.
Dari hasil analisa statistik diketahui bahwa nilai t hitung adalah 2.90'1 dan nilai t table dalam taraf signifikansi 5% adalah sebesar 2.000. Maka penelitian ini menerima hipotesa alternatif "Ada pengaruh bimbingan pribadi dan sosial terhadap kemandirian santri Pondok Pesartren Darunnajah Jakarta" Penelitian ini mengembangkan penenelitian sebelumnya dalam bidang bimbingan dan konseling yang menyatakan adanya peranan bimbingan dan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar pada siswa SMA Islam AnNizomiyah Depok (Bunyanah, 2005) Pengembangan hasil penelitian ini terletak pada bimbingan dalam bidang pribadi dan sosial yang merupakan kegiatan untuk memberikan pengeinbangan berbagai potensi dan kondisi positif siswa terutama dalam hal kemandirian. Untuk penelitian selanjutnya dapat rneneliti dengan menyertakan pola asuh, jenis kelamin serta rnengadal,an penelitian di lingkungan yang berbeda untuk memperkaya hasil penelitian. Selain itu memperkaya rnateri birnbingan dan menarnbah sesi birnbingan untuk melihst perbedaan yang lebih signifikan lagi. Daftar Bacaan • 30 (1969 -- 2006 )
DAFTAR ISi LEMBARPENGESAHAN
II
MOTTO
IV
DEDIKASI.
v
KATA PENGANTAR .. .
VI
ABSTRAK ..... ....... .
viii
DAFTAR ISi ...... .
x
DAFTAR TABEL ..
xiii
DAFTAR LAMPIRAN .
xiv
DAFTAR GAMBAR ...
xv
BAB 1 PENDAHULUAN .....
t
1.1 Latar Belakang Masalah ..
1
1.2 ldentifikasi Masalal1
7
1.3 Batasan dan Rumusan Masai ah ...
8
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelit1an.
6
1 . 5·Sistematika Penulisan.
10
BAB 2 KAJIAN TEORI ...
11
2. 1 Bimbingan Pribadi dan SosiaL
11
2.1.1 Pengertian Bimbingan ...
11
2.1.2 Tujuan Bimbingan .
14
2.1. 3 Fungsi Bimbingan
16
2.1.4 Ragain Bimbingan .
19
2.1.5 Bimbingan Pribadi dan Sosial .
20
2.2 Kemandirian ...
27
2.2.1 Pengertian Kernandirian..
27
2.2.2 Faktor yang IVlempengaruhi Kemandirian. .
30
2.2.3 Ciri-ciri orang rnandin .
34
2.3 Santri..
2.3.1 Penge1-tian Santri. 2.4 Kerangka Berf1kir
35
35 37
:Z !J H1potesa l'rnwl1t1cJ11
4'.2
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.
43
3. 1 Jenis Penelitian
,13
3.2 Variabel Penelitian
43
3.2.1 Variabel Bebas (Independent Variable) . .
43
3.2.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)...
44
3.3 Pengambi\an Sampel ..
41
3.3.1 Populasi .
44
3.3.2 Sampel . .
45
3.3.3 Karakteristik Subjel' .
45
3.3.4 Teknik Pengambilan Sampe/ . .
46
3.4 Rancangan Ekspe1·imen . ..
46
3.5 Kontrol Penelitian
48
3.6 Apparatus Penelit1a11
50
3. 7 lnstrumen Penelitian
50
3.8. Prosedur Penelit1a11.
55
3.9 Teknik Analisis Statlstik
58
BAB 4 HASIL PENELITIAN
59
4 1 Gambaran Umum f(,c.ispon,j,,n
59
4 2 Presentasi dan A11al1s1s Dat:i
60
4.2.1
Presentas1 Data
60
4.2 2
Uji Persyaratan
64
66 4.3 Deskripsi Hasil Penelitian .
!AB 5 KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN
67 70
5.1 Kesimpulan
70
5.2 Diskusi ....
71
5.3 Saran ..
73
I .
DAFTAR PUSTAKA LAMPI RAN
DAFTAR TABEL
3.1 Nilai Skar Jawaban Skala Kemand1nan ...
51
3.2 Blue Print Skala sebelum Try out
52
3.3 Blue Print Skala setelah T1-y out ....
54
3.4 Gambaran Pelaksanaan Penelitian ....
56
3.5 Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian
57
4.1 Distribusi Responden berdasarkan Usia ....
59
4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..
60
4.3 Data Penyebaran Nilai Responden ..
61
4.4 Hasil Perbandingan Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen..
.. .. .. . . .. . .. ... ..
4.5 Hasil Perbandingan Pretest-Posttest Kelompok Kontrol
62 63
4.6 Hasil Perbandingan Pretest Kelompok EksperimenKelompok Kontrol ...
63
4. 7 Hasil Perbandingan Posttest Kelompok EksperimenKelompok Kontrol . .
i.s Tabel
. .......... .
Normalitas .
65
i_g Tabel Homogenitas . 1.10 Hasil perhitungan dengan rumus Uji
Lampi ran 10 : Data Post Test kelompok Kontrol Lampiran 11 : Uji Normalitas Lampiran 12 : Uji Homogenitas Lampiran 13 : Uji Hipotesis _ampiran 14 : Surat izin t1-yout _ampiran 15 : Surat izin penelitian _ampiran 16 : Surat keterangan penelitian
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Kerangka berpik1r
41
BAB 1
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini bimbingan atau guidance sudah menjadi salah satu pelayanan pendidikan yang sangat penting di sekolah-sekolah. Bimbingan sangat diperlukan dalam mengadakan pilihan-pilihan dan penyesuaian dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh siswa. Karena di lingkungan sekolah seorang siswa tidak hanya mengikuti program belajar mengajar saja, melainkan juga mempunyai hubungan sosial dengan sesama peserta didik, para pengajar dan orang tua yang akan mempengaruhi keberhasilannya dalam mengikuti pendidikan.
Dalam hal pendidikan memang telah banyak penelitian yang mengungkapkan tentang peranan bimbingan dan konseling di sekolah. Salah satunya yang dikemukakan oleh Bunyanah (skripsi 2005) menyatakan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan bimbingan dan konseling mempunyai peranan dalam mengatasi kesulitan belajar pada siswa SMA Islam An-Nizhomiyah Depok.
2
lni berarti bimbingan merupakan kegiatan untuk memberikan bantuan kepada siswa baik secara individu maupun kelompok untuk mengatasi kesulitankesulitan dalam proses belajarnya untuk memenuhi tujuan pendidikan di sekolah. Tetapi perlu diingat bahwa bimbingan juga merupakan upaya memfasilitasi siswa agar mampu mengembangkan potensi dirinya untuk mencapai tugas-tugas perkembangannya baik aspek fisik, emosi, spiritual, moral dan sosial.
Karena dalam menjalani proses perkembangannya tidak semua siswa, terutama siswa pada tahap perkembangan remaja dapat mencapainya dengan lancar tanpa mengalami masalah. Selain itu tuntutan masyarakat juga semakin kompleks dan perubahan-perubahan sosial juga memberikan beban hidup dan masalah pribadi bag1 rara remaja.
Thantawy ( 1995) juga mengemukakan bahwa masa remaja sedang melalui proses pertumbuhan dan perkembangan yang meliputi kec:akapan (capacity), perubahan struktur dan fungsi, penyesuaian mental moral, sosial dan kematangan emosional. Dalam program pertumbuhan dan perkembangan itu anak membutuhkan bimbingan (guidance) dan pengarahan (direction) agar mereka memahami dirinya dan problemnya lebih baik, hingga mereka belajar metode problem solving dan memperoleh kemampuan terhadap pencapaian self direction secara lebih efektif. (T)1antawy, 1995: 16).
3
Masa remaja memang sebagai masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Batasan usianya juga tidak ditentukan dengan jelas, tetapi kira-kira berawal dari usia 12 tahun sampai akhir usia belasan tahun ketika pertumbuhan fisik hampir lengkap. Dan biasanya proses pematangan fisik pada remaja terjadi lebih cepat dari proses pematangan psikososial. lni biasanya sering menyebabkan berbagai masalah pada diri remaja.
Di satu sisi remaja sudah merasa maiang secara fisik dan ingin mandiri. Tetapi di sisi lain mereka tetap membutuhkan bantuan, dukungan serta perlindungan dari orang tua. Selain itu remaja juga merupakan periode yang mengalami perubahan dalam hubungan sosial dan masa perkembangan sikap bergantung (dependence) terhadap orang tua kearah kemandirian (independence).
Menurut Zainun (2002) di dalam artikelnya Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Pada Remaja mengatakan bahwa selama masa remaja, tuntutan terhadap kemandirian ini sangat besar dan jika tidak direspon secara tepat bisa saja menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi perkembangan psikologis sang rernaja di masa mendatang. Di tengah berbagai gejolak perubahan yang terjadi di masa kini, betapa banyak remaja yang mengalami kekecewaan dan rasa frustrasi mendalam terhadap orang
4
tua karena tidak kunjung mendapatkan apa yang dinamakan kemandirian (www.e-psikologi.com).
Kemandirian memang me1·upakan satu pola kepribadian yang sifatnya bukan pembawaan melainkan hasil dari proses pembentukan dan pembelajaran. Seiring dengan berja!annya wal
Suwardi Muhammad di dalam artikelnya Patriotisme, Nasionalisme dan
Kemandirian Santri mengatakan bahl'.ta disadari atau tidak, pesantren telah melakukan proses kehidupan yang mandiri. Ditilik dari hidup keseharian, bisa dikatakan para santri justru sejak dini berlatih untuk hidup mandiri. Dalam kehidupan sehari-hari, santri dituntut rnelakukan proses kemandirian hidup, seperti beraktivitas secara nurani, melaksanakan kegiatan ekonomi, serta membangun solidaritas yang tinggi. Dalam melakukan aktivitas sehgri-hari, santri harus memiliki kesadaran sendiri. Para santri hidup lepas dari pantauan orang tua. Pesantren mengajarkan bahwa dalam melakukan kegiatan apa pun harus berangkat dari kesadaran sendiri, tanpa pamrih, ·
I
. I
5
serta lepas dari tekanan pihak lain sekalipun orangtuanya (www.epsikologi.com).
Mereka memang dituntut untuk melakukan proses kemandirian hidup dengan mempunyaj konsep diri, penghargaan diri dan dapat mengatur dirinya sendiri. Mereka juga harus paham akan tuntutan lingkungan terhadap dirinya dan menyesuaikan tingkah lakunya dalam berhubungan dengan orang lain meskipun tanpa didampingi orang tua.
Aryadi (skripsi 2003) menggambarkan kehidupan pondok pesantren layaknya kehidupan masyarakat pada umumnya. Jauh dari or;.mg tua dan saudara kandung mengharuskan para santri siap menjalani hidup rnandiri. Jika mereka mendapatkan masalah meraka hanya memiliki ustadz atau pembantu kiai, serta teman-teman sebaya untuk meminta bantuan. Bahkan temanteman sebaya inilah yang kemungkinan memiliki peranan lebih besar dalam kehidupan seorang santri.
Padahal sebenarnya seorang santripun sama dengan siswa di sekolah lain, dimana mereka juga sama-sama berada p3da tahap perkembangan yang juga membutuhkan seseorang yang lebih dewasa untuk membantu dan mengarahkan mereka agar mencapai perkembangan yang optimal. Bedanya siswa yang tidak berada di pondok pesantren bisa mendapatkan arnhan dari
6
orang tua ketika mereka berada di rumah. Selain mendapatkan bimbingan dari guru pembimbing di sekolahnya lewat pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Tetapi seorang santri, siapakah yang akan membimbing dan memberikan arahan kepada mereka?
Di sinilah peranan guru pembimbing sebagai pengganti orang tua untuk membimbing mereka, salah satunya lewat pelayanan bimbingan dan konseling. Dimana pada saat ini masih jarang sekali pondok pesantren yang memberikan pelayanan seperti ini untuk para santrinya. Walaupun ada juga pondok pesantren yang telah mempunyai Biro Pengnsuhan, tetapi tetap saja belum memberikan pelayanan bimbingan dan konseling secara maksimal karena pelayananya masih terbatas pada fungsi perbaikan. Padahal merekapun membutuhkan bantuan agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara terarah dan mantap.
Untuk itu dalam penelitian ini penulis ing111 memberikan salah satu layanan bimbingan yaitu bimbingan pribadi dan sosial yang diarahkan untuk memantapkan l<epribadian dan mengembangkan kemampuan siswa dalam menangani masalah-masalah dirinya dan masalah-masalah sosial. Sehingga mereka dapat mencapai penyesuaian diri dan memiliki keterampilan sosial
7
yang memadai agar dapat hidup mandiri di lingkungannya dan berkembang secara optimal.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berniat untuk mengadakan penelitian eksperimen dengan judul "Pengaruh bimbingan pribadi dan sosial terhadap kemandirian santri Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta".
1.2.
ldentifikasi masalah
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan diatas penulis mengidentifikasikan permasalahan yang ada menjadi: 1. Apakah terdapat pengaruh bimbingan pribadi dan sosial terhadap kemandirian santri Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta? 2. Apakah lingkungan pondok pesantren dapat menyebabkan santri menjadi mandiri? 3. Apakah dengan layanan bimbingan pribadi dan sosial menyebabkan santri lebih cepat terbentuk kemandiriannya? 4. Bagaimana kemandirian santri Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta? 5. Apa yang mempengaruhi tinggi rendahnya kemandirian santri?
8
1.3.
Batasan dan rumusan masalah
1.3.1. Pembatasan masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penulis membatasi masalah penelitian P,ada pengaruh bimbingan pribadi dan sosial terhadap kemandirian santri Pondok Pesantren Darunnajah, Untuk memperjelas pokok permasalahan dalam penelitian penulis memberi batasan sebagai berikut: 1,
Bimbingan pribadi dan sosial adalah bimbingan untuk membantu siswa dalam mengembangkan potensi diri dan kemampuan berhubungan sosial serta memecahl
2,
Kemandirian yang di maksud dalam penelitian ini adalah kemandirian emosi dan sosial, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua dan mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain,
3,
Santri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah remaja awal yang berumur 12-14 tahun yang tinggal di Pondok Pesantren Darunnajah,
4,
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dimana murid dapat belajar dan tinggal di asrama selama belajar, Pondok pesantren yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta.
9
1.3.2. Perumusan masalah Memperhatikan bahwa bimbingan pribadi dan sosial mempunyai pengaruh terhadap kemandirian, maka untuk memberikan arah yang jelas dalam penel'rtian ini penulis membuat perumusan masalah yaitu: Adakah pengaruh bimbingan pribadi dan sosial terhadap kemandirian santri di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta?
1.4.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
·1 .4.1. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh bimbingan pribadi dan sosial terl1adap l'emandir ian santri di Pondok Pesantren Darunnajah Jakar·ta Selatan
1.4.2. Manfaat Manfaat yang dapat diambrl dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan sumbangan literatur bagi khazanah studi psikologis secara umum dan bagr Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta secara khusus. 2. Memberikan informasr mengenar pengaruh bimbingan pribadi dan sosial terhadap ke111ancl1ria11 santrr yang tinggal di Pondok Pesantren pada khususnya dan lrnpacla
pa~a
pembaca pada umumnya
10
3. Memberikan rangsangan kepada peneliti lain untuk me/akukan penelitian serupa yang lebih komprehensif.
1.5. Sistematika penulisan skripsi Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kaidah penulisan sesuai dengan pedoman penyusunan skripsi fakultas Psikologi. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut: Bab 1 : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, dan sistematika penulisan. Bab 2 Me111bahas kajian teon yang terdiri dari pengertian bimbingan, tujuan bimbingan, fungsi bimbingan, ragam bimbingan, bi111bingan pribadi dan sosial , pengertian kemar:dirian, factor-faktor yang mempengaruhi kemandirian, ciri-c1n mandin, pengertian sanb dan kerangka berfikir. Bab 3 Membahas metodolog1 penelitian yang terdiri dari pendekatan penelitian, metode penelitian, variable penelitian, pengambilan sampel, rancangan eksperimen, kontrol eksperimen, apparatus penelitian, 1nstru111en penel!t1an, proseliur penel1tian, tekn1k analisis statistik. Bab 4: Membahas hasil penelitian yang terd·1ri dari gambaran umum subjek penelitian, presentasi data, uji persyaratan dan uji hipotesis . Bab 5 : Penutup yang terd1ri dari kHsimpulan, diskusi dan saran.
BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1. Bimbingan Pribadi dan Sosial 2.1.1 Pengertian Bimbingan Dalam kamus bahasa Indonesia, kata bimbingan secara etimologi berarti petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan sesuatu; tuntunan, pimpinan (Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989: 117). Sedangkan menurut Hallen (2002) kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata "guidance" berasal dari kata kerJa "lo guide" yang rnernpunyai arti menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun membantu (Hallen, 2002: 3).
Definisi bimbingan di dalarn kamus psikologi JP Chaplin (2006: 217) diartikan sebagai prosedur yang digunal\an untuk membantu seseorang memperoleh kepuasan maksimum dalam karir pendidikan dan pekerjaannya.
Selain itu definisi birnbingan yang pertama dikemukakan dalam Year's Book of Education 1955, yang rnenyatal\an: "Guidance is a process of helping individual through their own effo11 to discover and develop their potentialities IJofh of personal happiness and social use/fulness". Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan
12
mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemamfaatan sosial (Hallen, 2002: 3).
Bimo Walgito (1983) dalam bukunya Bimbingan dan F'enyuluhan Sekolah, menyatakan bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam kehidupannya agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya (Thantawy, 1995: 31 ).
Sedangkan Ketut Sukardi menjelaskan bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya ( Dewa Ketut Sukardi, 1990: 19).
Begitupun Syamsu Yusuf (2006) mengungkapkan bahwa bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada siswa agar mampu memahami potensi diri dan lingkungannya, menerima diri, mengembangkan-·diri secara optimal, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan sehingga mencapai kehidupan yang bermakna baik personal maupun sosial (Syamsu Yusuf, 2006: 30).
13
Dari definisi di alas penulis rneny1rnpulkan bahwa b1rnbingan adalah suatu kegiatan pemberian pei-tolongan atau bantuan kepada individu yang bertujuan untuk mengemlJangkan l\emampuannya agar tercapai kehidupan yang bermakna baik personal maupun sosial.
Selain itu dapat disimpulkan juga bahwa b1mbingan mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Bimbingan merupakan upaya yang bersifat preventif, ai-tinya lebih baik
diberikan kepada 1ndividu yang belum bermasalah, sehingga dengan bimbingan d1a akan memel1hara din dari kesul1tan. 2. Bimbingan dapat d1berikan secara individual dan kelompok. Birnbingan individual berarti seorang pemb1111bing menghadapi seorang klien. Mereka berdiskusi untuk pengernbangan diri klien, kemudian rnerencanakan upaya-upaya bagi klien yang terbaik baginya sedangkan bimbingan kelornpok berarti seorang pembimbing rnenghadapi banyak klien. Disini pembimbing sebagai fasilitator untuk kelancaran diskusi kelornpok dan dinamika kelompok. Masalah yang dihadapi rnisalnya prestasi belajar, kreatifitas dan sebagainya. 3. Bimbingan dapat dilakukan oleh para guru, pemimpin, ketua-ketua organisasi dan sebagainya yang penting para pembimbing tersebut merniliki pengetahuan tentang psikologi, sosial, budaya dan berbagai teknik bimbingan seperti diskusi, dinarnika kelompok, teknik
14
mewawancarai, sikap yang menghargai dan terbuka. Jadi bisa dikatakan bimbingan dapat dilakukan oleh siapa saja yang berminat, yang penting mendapat pelatihan terlebih dahulu.
2.1.2 Tujuan Bimbingan Secara garis besar tujuan bimbingan dapat digambarkan dari beberapa teo1·i yang telah dipaparkan diatas, namun untul< lebih jelas lagi peneliti mengutip pend apat beberapa ahl1. Salal1 satunya Thantawy ( 1995) yang menjelaskan secara umum tujuan bimbingan dan konseling dalam program pendidikan di sekolah adalah untuk membantu para siswa agar mencapai tahap perkembangan yang optimal baik secara akademik, psikologis, maupun sosial.
Sedangkan secara akademik pelayanan ini bertujuan agar setiap siswa memperoleh kesesuaian antara kemampuan dan prograrn studi yang dipilihnya mencapai prestas1 belajar secara optimal. Secara psikologis pelayanan bimbingan bertujuan agar setiap siswa mencapai tahap perkembangan yang ditandai dengan kematangan dan kemandirian.
Demikian pula secara sosial, pelayanan ini bertujuan agar setiap siswa dapat mencapai penyesuaian diri dan memiliki keterampilan sosial secara memadai sehingga tercapai kesejahteraan pribadi Kemudian secara operasional.
15
tujuan layanan bimbingan adalah untuk membantu perkembangan s1swa. mencegah munculnya masalah siswa dan membantu mengatasi masalah siswa atau memperbaiki seseorang dmi gangguan psikologis (Thantawy. 1995 39)
Hal senada diungkapkan pula oleh Hallen (2006) bahwa bimbingan dan konseling bertujuan agar peserta didi\( dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya, dan mampu mern11canaka11 masa depannya. Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungs1 sebaga1 pemberi layanan kepada peserta d1dik agar mas1nq 111;1s111r 1Ill lS
Sedangkan Syamsu Yusuf dan Al1mad Juntika (2006:'13) menjelaskan tu1ua11 bimbingan adalah agar inclividu dapat 1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi dan perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang. 2. Mengembangkan seluruh potens1 clan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin. 3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.
17
c. Pemahaman tentang lingkungan yang lebi11 luas (termasuk didalamnya informas1 pendidikan,
infor~1asi
jabatan atau
pekerjaan, dan informasi budaya atau nilai·-nilai) terutama oleh siswa sendin. 2. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya siswa dari bebagai permasalahan yang akan mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam proses perkembangnnya. 3. Fungsi perbaikan. yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya herbagai permasalahan yang dialami siswa 4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tarpelihara dan terkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif siswa dalam rangka perkembangan d1r111ya secara mantap dan berkelanjutan.
Sedangkan Hallen (2002 60), menyatakan terdapat 5 fungsi bimbingan dan konseling yaitu: 1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tent2ng seseuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepe11ti11gan pe11gembanga11 peserta didik; meliputi :
18
a. Pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru, dan guru pembimbing. b. Pemahaman tentang lingkungan siswa (termasuk didalaninya lingkungan keluarga dan sekolah), terutama oleh siswa sendiri, orang tua, dan guru pembimbing. c. Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk didalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan atau pekerjaan, dan informasi bud a ya atau nilai-nilai) terutama oleh siswa sendiri. 2. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasill
19
5. Fungsi Advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.
2.1.4 Ragam bimbingan Dilihat dari masalah individu sebagai peserta didik, Syamsu Yusuf (2006: 37) dan Ahmad Juntika (2006: 12) mengungkapkan bahwa bimbingan dapat diklasifikasikan menjadi empat bidang yaitu: 1. Bimbingan akademik (belajar) Bimbingan akademik yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu sisiwa dalam mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar, dan memecahk311 masalah-masalah belajar dan akademik. 2. Bimbingan sosial-pribadi Bimbingan sosial-pribadi merupakan bimbingan untuk membantu siswa dalam mengembangkan potensi diri dan kernampuan berhubungan social serta memecahkan masalah-rnasalah sosialpribadi. 3. Bimbingan karir
Bimbingan karir yaitu bimbingan untuk membantu siswa dalam perencanana, pengembangar, dan pemecahan masalah-masalah l<arir.
20
4. 13imbingan keluarga Bimbingan keluarga merupakan upaya pemberian bantua_n kepada individu sebagai pemimpin atau anggota keluarga agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh dan hannonis, memberdayakan diri secara produktif, dapat menc:iptakan dan menyesuaikan diri dengan norma keluarga, serta berperan atau berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.
Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti bidang bir.ibingan yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu bidang bimbingan pribadi dan sosial.
2.1.5 Bimbingan pribadi dan sosial Menurut Syamsu Yusuf bimbingan pribadi dan sosial merupakan bimbingan untuk membantu siswa dalam mengernbangkan potensi diri dan kemarnpuan berhubungan sosial serta rnemecal1kan masalah-masalah sosial-pribadi (Syamsu Yusuf, 2006: 37).
Begitupun Ahmad Juntika (2005) berpendapat bahwa bimbingan pribadi dan sosial untuk membantu para peserta didik dalam menghadapi clan memecahKan rnasalah-masalah social-pribar:li. Misalnya pergaulan, penyelesaian konflik, dan penyesuaian diri (Ahmad Juntika, 2005: 12).
21
Sedangkan WS. Winkel dan MM. Sri Hastuti (2004: 1 ·18) bimbingan pribadi dan sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan atau pergaulam sosial. Bimbingan ini mengandung unsur-unsur sebagai berikut: 1. lnformasi tentang fase atau tahap perkembangan yang sedang dilalui oleh siswa remaja dan mahasiswa, antara lain tentang konflik batin yang dapat timbul dan tentang tatacara bergaul yang baik. Termasuk di sini apa yang di sebut sex education yang tidak hanya mencakup penerangan seksual tetapi juga corak pergaulan antara jenis kelamin. 2. Penyadaran akan keadaan masyarakat dewasa ini yang semakin berkembang kearah masyarakat modem, antara lain apa ciri-ciri kehidupan modern dan apa makna ilmu pengetahuan serta teknologi bagi kehidupan manusia. 3. Pengaturan diskusi kelompok mengenai kesulitan yang di alami oleh kebanyakan siswa misalnya menghadapi orang tua yang taraf pendidikannya lebih rendah dari pada anak-anaknya. Diskusi kelompok ini dapat mendorong siswa untuk menghadapi ahli bimbingan guna membicarakan suatu masalah secara pribadi dalam wawancara konseling.
22
4. Pengumpulan data yang relevan untuk mengenal kepribadian siswa misalnya sifat-sifat kepribadian yang tampak dalam tingkah laku, latar belakang keluarga dan keadaan kesehatan.
Syamsu Yusuf (2006 • 41) menjelaskan bal1wa tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan asoek pribadi dan sos1al adalah sebagai berikut a. Memiliki korrntmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada tuhan yang maha esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan clengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja maupun masyarakat pada umumnya. b. Memiliki sifat toleransi terhadap umat bera;:iama lain dengan saling menghormati dan memelihara l1ak dan kewajibannya masing-masing. c. Memiliki pemahaman tentang iram2 kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan dan tidak menyenangkan serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut. d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secai-a objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan: baik fisik maupun
psiki~
e. Memiliki sifat positif atau ;espek terhadap diri sendiri dan orang lain. f.
Memilki kemampuan untuk melakukan piliha11 secara sehat
23
g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat dan harga dirinya. h. Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas aiau kewajibannya. 1.
Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship) yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturrahim dengan sesama manusia.
J.
Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal maupun dengan orang lain.
k. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
Selain itu, Ahmad Juntika (2005 : 21) menJelaskan isi layanan bimbingan pribadi dan sosial berbasis kompetensi adalah : 1.
Macam-macam kaidah ajaran agama
2.
Pokok-pokok ajaran agarna yang dianutnya
3.
Praktek menjalankan ajaran agama
4.
Contoh-contoh hubungan me11urut ajaran agama
5.
Praktek hubungan berdasar·kan ajaran agama
6.
Fakta perubahan fisik dan psikrs rernaja
7.
Contoh-conto'1 sikap P"-'nerrmaan terhadap perubahan fisik dan psikis
8.
Konsep pola hidup sehat
9.
Contoh-contoh pola hidup sehat
24
1O. Cara-cara upaya mengembangkan kondisi hidup sehat 11. Praktek cara-cara mengupayakan pengembangan kondisi hidup sehat 12. Contoh-contoh pengaruh psrubahan fisik dan psikis terhadap hubungan sosial 13. Pengembangan pengaruh positif dan menghindari pengaruh negatif perubahan fisik dan psikis terhadap hubungan sosial 14. Konsep empati, contoh-contoh empati terhadap orang yang sedang mengalami perubahan fisik dan psikis, praktek bersikap empati terhadap orang yang sedang rnengalami perubar1an 15. Contoh-contoh peran pribadi dalam kelompok
~ietiaya
sebagai pria
atau wanita dalam kelornpok sebaya tanpa rnembedakan teman pria atau wanita pada posrsr tertentu, praktek men1alankan peran dalam dan kelompok sebaya tanpa mernbedakan peran pria atau wanita pada posisi tertentu 16. Contoh-contoh pacla hubungan sosial dengan ternan sebaya dalam peranannya sebagar prra alau wanrla, contoh-contoh pola hubungan sosial dengan ternan sebaya ta'lpa rnembedakan peran pria atau wanita pada posisi tertentu. praktek menjalankan pola hubungan sosial dengan teman sebaya tanpa membedakan peran pria atau wanita pada posisi tertentu
25
17. Contoh-contoh nila1 dan ca1·a berperilaku sosial dalam kehidupan di luar kelompok sebaya, praktek menerapkan nilai dan cara berprilaku dalam kehidupan sosial yang lebih luas 18.
Contoh-contoh nilai dan cara !Jerperilaku sosial dalam kehidupan di luar kelompok sebaya, praktek menerapkan nilai dan cara berperilaku sosial dalam keh1dupan di luar kelompok sebaya
19.
Konsep kemampuan, bakai, lllinat, karir dan apresiasi seni. ldentifikasi kemampuan bakat dan minat diri sendiri, identifikasi kecenderungan arah karir sesuai dengan kernampuan bakat dan minat, identifikasi aprnsiasi sern ( seni rupa, se111 lukis, seni sastra, seni suara, dan lainlain) tanpa terlalu tcr1kat pada l\Clllan1puan, bakat dan minat send1n
20.
Contoh-contoh aspek sosial berka1tan dengan kernampuan bakat dan minat, contoh-contoll aspek sosial berkaitan dengan pengembangan karir dan contoll-contoh aspek sosial berkaitan dengan apresiasi seni
21.
Motivas1 dan sern::mgat untuk rnenguasai pengetahuan dan keterarnpilan yang menjadi program sekolall, motivasi dan semangat untuk pelaJaran pada t1ngkut yang 1eb11l t1nggi, rnol.1vas1 dan seniangat untuk mempersiapkan arall kari< ynng cocok bagi dirinya, motivasi dan semangat untuk be1·peran aktif dalam kehidupan rnasyarakat
22.
Co11tol1-contot1 aspnk sos1a! bmbaga1 maten yang dipelajari di SMP, rnewujudkan
pe11~1emba11gan
psnguasaan aspek sosial berbagai
materi yang dipelaJari di SMP, contoll-contoll aspek sosial dari upaya
26
melanjutkan pend1clikan yang lebih tinggi, mewujudkan pengembangan pemanfaatan aspek-aspek sosial untuk melanjutkan pendid1kan yang lebih tinggi, contoh- contoh aspek sosial dalam mempersiapkan karir, mewujudkan pengembangan aspek-aspek dalam kehidupan bermasyarakat, mewujudkan pengembangan aspek sosial clalam kehidupan bermasyarakat 23. Konsep clan conlol1 keh1clupan mancl1ri secara emosional, sos1al clan ekonomi, contoh-contoh tentang sikap yang seha1·usnya diambil dalam kehidupan mancliri secara emosional, sosial dan ekonomi. Motivasi untuk melaksanakan sikap dasar clalam kehidupan secara emosional, sosial dan ekonomi. 24. Contoh-contoh aspel' sosial dari gambaran kehidupan mancliri secara emosional, sosial dan ekonomi. Cara-cara bersikap dalam hubungan sosial berkenaan clengan kehiclupan mandiri secarn emosional, sosial dan ekonomi, praktek ccira bersikap dalam hubungan sosial berkenaan dengan kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi. 25.
Konsep dan contoh-contoh s1stem etika clan nilai bagi pedoman h1clup sebagai pribacli, anggota masyarakat dan warqa negara, cara-cara mewujudkan aspek sosial clalam sistem etika clan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara serta penerapannya
27
2.2. Kemandirian 2.2.1 Pengertian kemandirian Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kemandirian berasal dari kata sifat yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain (Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989: 555). Menurut J.P Chaplin (200G: 243) kemand!rian adalah suatu sikap yang ditandai dengan adanya kepercayaan diri.
Bhatia (1977:554) memberikan pengertian kemandirian dengan menggunakan istilah independency yaitu perilaku yang aktifitasnya diarahkan kepada diri sendiri, tanpa mengharapkan pengarahan dari orang lain dan berusaha untuk mencoi)a menyelesaikan permasalahannya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain.
Sedangkan Seifert dan Hoffnung (1991 :250) menjelaskan kemandirian dengan menggunakan istilah autonomy yaitu kemampuan untuk menentukan dan mengatur baik pikiran, perasaan maupun tindakannya sendiri secara bebas dan bertanggung jawab yang ditunjukkan dengan kemampuan untuk membuat pilihan sendiri.
28
Seto Mulyadi (1996) menyatakan bahwa kemandirian merupakan bukan sekedar berkaitan dengan hal-hal yang bersifat fisik, narnun juga berkaitan dengan hal-hal yang bersifat psikologis seperti kemampuan untuk menentukan keputusan berdasarkan pertimbangannya sendiri.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri baik fisik maupun psikis tanpa bantuan orang lain, dimana di dalamnya mengandung kebebasan, inisiatif, percaya diri, ketegasan diri dan bertanggung jawab.
Robert Havighurst (1972:123) menambahkan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu: 1.
Emosi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua ..:
2.
Ekonomi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua.
3.
Jntelektual, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
29
4.
Sosial, aspek ini clitunjukan clengan Kemampuan untuk mengaclakan interaksi clengan orang lain clan ticlak tergant1Jng atau menunggu aksi clari orang lain.
Seclangkan Dou van clan /\clelson (1996) monyebutkan tiga bentuk kemanclirian yang harus cl1capai remaia ya1tu. l<emandirian ci;1in111 l1nqkcili l<1k11 terlentu ya1tu remaja mampu mengekspresikan keinginannya dalam bentuk tin9kah laku tertentu khususnya dalam tingkah laku memilih teman, pekerjaan clan pemanfaatan waktu luang 2. Kemandirian dalam emosi yaitu remaja sudah dapat memutuskan ikatan emosional semasa kecil !erhadap orang tuanya. Dalam hal 1n1 remaja harus mampu memutuskan ketergantungan pada masa kanakkanak, belajar mengontrol cliri clan meningkatkan kesadaran diri serta clapat menganggap orang tua sebagai teman clan bukan sebagai model. 3. Kemandirian dalam tata nilai yaitu remaja dapat memutuskan sendiri tujuan hidupnya misalnya pendidikan, perencanaan karir serta merencanakan pernikahan. Biasanya kemandirian nilai-nilai pada remaja juga dipengaruhi oleh nilai yang dianut oleh orang tua clan lingkungan sekitarnya (Hendriati Agustiani, Psikologi perkembangan,
2006. 35).
30
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian Kemandirian memang ticlak terbentuk begitu saja dalam diri individu, karena ada beberapa faktor yang mempengai-uhi kemandirian. Secara garis besar terdapat dua faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor internal (mencakup faktor perkembangan dan kematangan; serta faktor jenis kelamin) dan faktor eksternal (mencakup faktor sosial dan budaya; faktor pola asuh dan faktor bimbingan). 1.
Faktor internal a. Faktor perkembangan clan kematangan Dengan bertambahnya usia clan tingkat kematangan, manusia akan memasuki tahap-tahap perkembangan dan tugas perkembangan yang berbeda-beda secara psikologis. Semakin seseorang berkembang menuju kedewasaan, maka sifat menggantungkan diri semakin berkurang dan seseorang yang mempunyai sifat bergantung pada orang lain menunjukkan pribadi yang tidak matang.
Menurut Erikson, setiap tahap perkembangan seseorang biasanya mengalami krisis psikososial dimana krisis tersebut tampil dalam keadaan berlawanan yang menunjukkan konsekuensi positif dan negatif dari sukses atau tidaknya seseorang memecahkan atau menyelesaikan tekanan dan tuntutan lingkungan pada setiap tahap perkembangannya.
31
Salah satunya keadaan mandiri, dapat dicapai jika seseorang berhasil memecahkan masalah yang dil1adapinya dalam upaya perkembangan dirinya, mencapai kebebasan dan mampu melakukan banyak hal sendiri. Sedangkan bila seseorang gaga! mengatasi tekanan-tekanan dan masalah yang dihadap1nya dalam upaya memperoleh kebebasan dan mandiri maka ia akan merasa malu dan ragu akan kemampuannya sendiri (Calvin S Hall & Gardner Linzey, 1993·. 144145).
b. Faktor jenis l<;elamin Kagan dan Moss ( 1973) menge111ukakan bahwa laki-laki lebih aktif dalam mencapai ke111andinan karena masyarakat lebih menuntut adanya tingkah laku mandir1 pada laki-laki dibandingkan perempuan. Apabila seorang laki-laki menu1-,jukkan tingkah laku yang tergantung maka akan mendapat hukuman, sedangkan pada perempuan adanya tingkah laku yang tergantung tidak d1beri hukuman. Jadi perempuan lebih dapat diterima bi la bersikap tergantung (R. I. Watson dan H. C. Lindgren, Psychology of C1ild, 1973 403).
Dengan demikian, perbedaan sifat-sifat yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan disebabkan oleh perbedaan perlakuan yang diberikan kepada mereka. Anak laki-laki lebih banyak diberi kesempatan untuk
32
bersikap mandiri, berdiri sendiri dan menanggung resiko, serta banyak dituntut untuk menunjulckan inisiatif dan originalitasnya daripada anak perempuan (Elizabeth Hurlock, 1993: 169).
2.
Faktor eksternal a. Faktor sosial budaya Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berdampingan dengan orang lain yang ada di llngkungannya. Maka lingkungan masyarakat, keluarga, sekolah atau tempat individu tinggal dapat membentuk perilaku dan kebiasaan-kebiasaan seseorang termasuk kemandiriannya.
Dalam upaya pembentukan kemanclirian ini kita harus melihat konteks lingkungan sosial dan nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat sekitarnya. Karena l1al ini sangat mempengaruhi penerimaan masyarakat akan arti pentingnya kemandirian yang juga berpengaruh pada cepat dan lambatnya pencapaian kemandirian pada cliri seseorang.
b. Faktor pola asuh Faktor pola asuh juga sangat be1pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan kemandirian seseorang. Dan untuk membentuk
33
kemandirian dalam diri anak diperlukan teknik pengasuhan yang tepat dan sifatnya dapat berbentuk hubungan positif anlara anak dan orang tua.
Dalam hal ini terdapat tiga teknik yang biasa dilerapkan oleh orang tua pada analmya yaitu : pola asuh autoritarian (otoriter), pola asuh permisif (membolehkan) dan pol a as uh autoritatif (demokratis ).
c. Faktor Bimbingan Pembentukan pribadi diri sendiri tidak mungki11 terlepas dari bimbingan dan sikap orang tua secara tepat dan bijaksana. Akan tetapi, dari individu pun perlu ada usaha-usaha untuk memun9kinkan terbentuknya pribadi yang dewasa (Singgih D. Gunarsa, 2004: 17).
Islam pun mengajarkan untuk membuat anak menjadi mandiri baik dengan memberikan keterampilan bagi si anak atau memberikan ruang tersendiri bagi anak agar tidak selalu bergantung dan terikat pada orang tua. Sebagaimana hadist dari Abu Hurairah R.A yang diriwayatkan oleh Al Hakim dan Abu As-Syaikh. Rasulullah bersabda:
34
Artinya: "Hak orang tua terhadap anak adalah mengajarinya menulis, berenang dan memanah se1ia tidaklah memberinya makan kecuali yang bai-baik''.
Dengan demikian, proses dalam mencapai kemandirian dalam diri individu bukan hanya usaha-usaha untuk pembebasan diri semata yang dilakukan oleh dirinya sendiri tetapi juga harus mendapatkan bimbingan dari orang tua agar kemandirian tersebut dapat tercapai sec a ra optimal.
2.2.3 Ciri-ciri orang rnancliri
Untuk mempermudah diperolehnya gambaran mengenai orang yang mandiri, maka perlu diketahui ciri-ciri orang yang mandiri seperti yang dikemukakan oleh Beller (1955) dalam Child Psychology Behavior and development· (Ronald C Johnson & Gene R Meddinus, ; 969: 572) yaitu:
1. Mempunyai inisiatif yang baik 2. Mencari jalan lain dalam menghadapi lingkungan 3. Mencoba untuk menyempurnakan aktifitas 4. Mernpunyai kepuasan dalam bekerja 5. Mencoba untuk melakukan sendiri sagala tugas rutinitas
35
Sedangkan R. Sanusi Soesanto (1995:45) mengemukakan ciri-ciri mandiri sebagai berikut: 1. Tahu keunggulan serta kelemahan dan menerima dengan baik keunggulan dan kelemahannya. 2. Sadar dan bangga akan kepribadian yang berharga dan penting bagi sesama. 3. Mempergunakan kemampuan secara penuh 4. Pantang mundur meskipun ada kekurangan. 5. Menerima dirinya sendiri maupun orang lain seperti apa adanya. 6. Tidak berkelit menghadapi kenyataan.
2.3 Santri 2.3.1 Pengertian santri
Dalam Ensiklopedi pendidikan dikemukakan bahwa kata santri berarti orang yang belajar agama islam. Sedangkan K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi (2005 : 59) mengutip pendapat Hobson bahwa santri berasal dari bahasa Tamil Sattiri yang diartikan orang yang tinggal di sebuah rumah miskin atau
bangunan secara umum.
Menu rut Mujamil Qomar (2005:20 ), santri merupakan peserta didik atau objek penelitian. Tetapi dibeberapa pesc;ntren santri yang memiliki kelebihan
36
potensi intelektual (santri senior) sekaligus merangkap tugas mengajar santrisantri yunior.
Santri adalah seorang pelaja1· yang hidup bersama dengan gurunya atau menempati sebuah asrama pendidikan untuk menuntut ilmu dalam jangka waktu lama dan jauh dari keluarganya. Meskipun pada kenyataannya tidak semua santri adalah pelajar seperti yang dicirilrnn di atas.
Santri juga dapat digolongkan ke dalam dua golongan menurut lama waktu yang mereka pergunskan untuk menempuh pendidikan yaitu santri lama dan santri baru. Penggolongan ini biasanya berlaku di pondok-pondok pesantren yang juga mengelola sekolah-sekolah umum di lingkungan pondok pesantren dari jenjang yang terendah hingga yang tertinggi.
Santri lama adalah mereka yang telah menempuh penclidikan sejak jenjang pendidikan terendah hingga tertinggi dalam institusi yang sama. Sedangkan santri baru adalah santri yang baru menempuh pendidil,an di jenjang pencliclikan terendah di sebuah pondok pesantren. Penggolongan yang lain aclalah penggolongan berdasarkan jenis kelamin yaitu santri laki-laki clan santri perempuan.
37
Sedangkan dalam penelitian ini sar1ti-i yang di maksud adalah santri laki-laki dan perempuan yang baru menempuh pendidikan di jenjang pendidikan terendah di sebuah pondok pesantr·en dan dalam tahap perkembangan psikologi berada pacla tahap remaja awal.
lstilah adolescence atau remaja berasal d8ri kata latin adolescere yang berarti "tumbuh" atau "tumbuh menjadi dewasa". lstilah adolescence y0ng clipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosio11al, sosial, clan fisik (Hurlock, 1980: 206)
Menurut J.P. Chaplin masa remaja berarti periode seorang individu yang berada pubertas clan kedewasaan, usia yang diperkirakan 12-21 tahun untuk anak perempuan dan 13-22 tahun bagi anak laki-laki (J.P Chaplin,2006: 12) .
Menurut Havighurst yang dikutip oleh Hurlock (1980:10), tugas-tugas perkembangan masa remaja yaitu 1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita 2. Mencapai peran sosial pria dan wanita 3.Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif 4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab 5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua clan orang-orang dewasa lainnya 6. Mempersiapkan karier ekonomi 7.
38
Mempersiapkan perkawinan dan keluarga 8. Momperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.
2.4. Kerangka Berpikir Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri, namun masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin rnengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru (Hurlock, 1980: 208).
Ketika remaja menuntut kemandirian, orang dewasa yann bijaksana melepaskan kendali di bidang-bidann dimana remaja dapat mengambil keputusan yang masuk akal tetapi teiap terus 111e111bi111binn remaja untuk 111enna1111Jil keputusan-keputusan yang masuk akal pada bidann-bidang dimana pennetahuan remaja terbatas (Santrock, 2002: 4·1 ).
Sehinnna secara berannsur-annsur remaja memperoleh kemampuan untuk mengambil keputusan matang secara mandiri . Karena kemandirian
39
merupakan satu pola kepribadian yang sifatnya bukan pembawaan melainkan hasil dari proses pembentukan dan pembelajaran.
Selain itu menurut Callvins Hall dan Linzey, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemandirian, pertama faktor internal yaitu faktor perkembangan dan kematangan dan faktor jenis kelamin. Kedua faktor eksternal yaitu faktor sosia/ budaya dan po/a asuh. Di dalam faktor internal kemandirian memang di pengaruhi oleh individu itu sendiri, sa/ah.satunya usia dan jenis kelamin. Tetapi di dalam faktor eksternal orang lain/ah yang mempengaruhi kemandirian individu tersebut termasuk bimbingan dari orang lain. Remaja jug a makh/uk sosial yang hidu pnya juga berdarnpingan dengan orang lain yang ada di lingkungannya. Maka lingkungan masyarakat, keluarga, sekolah atau tempat di mana ia tinggal dapat membentuk perilaku dan kebiasaan-kebiasaan seseorang termasuk kemandiriannya. Salah satunya remaja yang tinggal di pondok pesantren yang biasa di sebut santri, karena memang lingkungannya menuntut mereka untuk lebih mandiri. Karena mereka harus mengatur dirinya sendiri dan harus rnenyesuaikan tingkah lakunya dalam berhubungan dengan orang lain tanpa di dampingi oleh orang tua.
40
Akan tetapi tidak hanya faktor lingkungan saja yang dapat membentuk mereka menjadi mandiri. Karena mereka masih harus belajar salah satunya melalui pengalaman dan bimbingan. Maka guru pembimbinglah yang berperan untuk membantu mereka agar dapat hidup mandiri lewat pelayanan bimbingan. Karena bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang terus menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan c.lalam suasana normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya (Hallen,2002 : 9)
Salah satunya lewat pelayanan bimbingan pribadi dan sosial, karena bimbingan pribadi dan sosial merupakan bimbingan untuk membantu siswa dalam mengembangkan potensi diri dan kemampuan berhubungan sosial serta memecahkan masalah-masalah pribadi dan sosial (Syamsu Yusuf, 2006: 37).
/Untuk itu penelitian yang menggunakan metode eksperimen ini ingin melihat apakah bimbingan pribadi dan sosial tersebut dapat be1·manfaat untuk meningkatkan kemandirian para remaja khususnya bagi mmaja atau santri yang tinggal di pondok pesantren.
Gambar 1 Kerangka berpikir Perkembangan dan kematangan Internal
I
j C-Santri
~I
Yang mendapatkan bimbingan
I'
Yang tidak mendapatkan bimbingan
I I I I
Tingkat kemandirian santri lebih tinggi
Jenis kelamin
Kemandirian 5 •/
_ __JI\'
°''''
i
Tingkat --i kemandirian I santri lebih · rend ah
b"daya
•I
I Bimbingan pribadi dan sosial -1'> ~
42
2.5. Hipotesis Hipotesis sementara yang diajukan adalah Ha : Ada pengaruh yang signifikan bimbingan pribadi dan sosial terhadap kemandirian santri Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta. Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan bimbingan pribadi dan sosial terhadap kemand1rian santri Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIA.N 3.1. Jenis Penelitian 3.1.1. Pendekatan penelitian Penelitian ini me11ggunaka11 pendekatan eksperimen, dimana ada perlakuan (treatment) lerhadap variable depencJen. Dalam penelitian 1ni pengumpulan data ku;.ml.1U,1t1f d1pe:oleh dari hasil pengukuran kuesione1· Selain itu, penel1t1a11 1111 lergolo11(.J pada penelitian sampel yaitu penelitian yang hanya 111enelit1 s01bau1an dan populasi karena dimaksudkan untul' mengeneralisasil,an has1I penE1l1!1an dari populasi tertentu.
3.2.
Variable Penelitian
3.2.1. Independent variable (bebas) Independent variabel dalam penel1t:an 1ni adalah bimbingan pribadi dan sosial yaitu bimbingan untuk m'ambantu siswa dalam mengembangkan potensi din dan kemarnpuan berhulJunuan sosial serta memecahkan masalah-masalah pnhad1 dan sos1<:,I
Definisi operasionai dar1 bimb1ngan prihadi dan sos1al adalah bimb1ngan yang dilakukan dengan metode ceramah plus (metode ceramah plus diskusi dan tugas) selama empat minggu yang diberikan oleh peneliti dan
44
satu tim yang terd1ri dari tiga orang yang membantu peneliti dalam penelitian ini. Bimbinoan tersebut mengenai perubahan fisik dan psik1s yang terjadi pada diri rernaJa, 111emal1ami arah persepsi seni, mot1vasi untuk mengetahui pengetahua11 dan keterampilan, memahami nilai-nilai dan ca'a berprilaku sosial dalam kelompok sebaya, c:ara berprilaku sosial dalam kehidupan d1 lucir kelompok sebaya, etika pcrgaulan di masyarakat.
3.2.2. Dependent variable (terikat) Dependent variable clalam penelitian ini adalah kemandirian yaitu kemampuan individu pacla masa iemaja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri baik fisik maupun psikis taripa bantuan orang lain.
Definisi operasional kernandimm adalah mempunyai inisiatif yang ba1k, mencari jalan lain dalarn menghadapi l1ngkungan, mencoba untuk menyempurnakan aktifitas, mempu:1yai kepuasan dalam bekerja, dan mencoba untuk rnelakukan send1ri segala tugas rutinitas.
3.3.
Pengambilan Sampel
3.3.1. Populasi Populasi adalah suatu kurnpulan menyeluruh dari suatu objek yang merupakan perhatian peneliti (Ronny Kounter, 2004: 137). Populasi pacla penelitian ini aclalah s1swa-sisvv1 Ponclok Pesantren Darunnajah kelas 11
45
Madrasah Tsanawiyah yang berJumlah 452 orang Alasan peneliti mengambil populasi tersebut cl1korenakan mereka termasuk pada tahap perkembangan remaJi3 awal d;m baru satu tahun masuk pondok pesantren
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili kriteria dengan ciri-ciri yang telah ditetapkan (Ronny l
3.3.3. Karakteristik subjek
Subjek yang dilibatkan dalam per.elitian ini adalah subjek yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Siswa-siswi kelas II Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darunnajah dengan alasan bahwa rentangan usia tersebut (12-14) berada clalam usia remaja awal. b. Tinggal di asrama Ponclok Pesantren Darunnajah. c. Belum pernah mendapatkan bimbingan pribadi clan sosial.
46
3.3.4. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sarnpel yang digunakan adalah teknik simple random
sampling. Simple random sampling adalah cara pengambilan sampel dirnana anggota dar1 populas1 dip11ih satu persatu secara random (semua mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih) dimana jika sudah dipilih tidak dapat dip1l1h lagi
(F~onny
Kounter, 2004: 139). Cara
pengambilan sampel de11gan menggunakan sistern undian. l<elas yang mendapat angka ganjil dijadikan kelompok eksperimen dan yang mendapat angka genap menjadi kelompok kontrol.
3.4. Rancangan Eksperimen Rancangan eksperimen yang diguna:
control group desigr:, dengan rancangan sudah ada kelompok kontrol. Subjek di pilih secara random dan di observas1 sebanyak dua kali (pretest dan posttest)
47
Adapun bentuknya sebaga1 benl\ut RANCANGAN Ef<SPERIMEN
(Rancangan Pretest-Posttest Control Group Design)
i
Ra
01
Rb
03
Perlaf
Tes akhir
x
02 0-4 . -· --------
---
""
J ·············~1
-- ---·-·---· ---------
--
_,. _____ .,.
Keterangan Ra : Random kelompok ekspe1·imen Rb : Random kelompok kontrol 01 : Pemberian kuis1011er mengenai k0ma11dirian pada kelompok ekspenmen
X : Perlakuan berupa birnbingan pribadi- sosial pada kelompok eksperimen
02 : Pemberian kuisioner mengenai kemandirian setelah mendapatkan · bimbingan sosial pada kelompok eksperimen \
03 : Pemberian kuisio~er mengenai kemndirian pada kelompok kontrol .f:!v.,,
\
04 : Pember.~\lcJ~~ner mengenai kemandirian tanpa rnendapatkan v
"'>-.I 0
bimbingan pribadi-sosial pada kelompok kontrol
3.5.
Kontrol Penelitian
Kontrol penelitian dilakukan untuk mengontrol variable ekstra yang berarti mengurangi, menghilangkan atau mengisolasikan pengaruh variable bebas
48
yang tidak termasuk dalam tujuan penelitian (Kertinger, 2000). _Ada tiga cara untuk mengontrot variable ekstra yang ditakukan dalam penelitian yaitu randomisasi, konstansi dan etiminasi. I. Randomisasi adalah suatu prosedur untuk pengendalian variable sekunder dengan penyamaan kendali dan kE,lopok yang bersifat percobaan (Robinson, 1981)
Randomisasi y21ng dilakukan dalam
penetitian ini dengan cara memasukan 13 narna ketas It Madrasah Tsanawiyah putra (A,B,C,D,E,F,G) dan putr: (H,1,J,K,L,M) ke dalam kotak kemudian dikocok dan cii ambit empat nama kelas. Nama yang keluar dengan hilungan ganjil dari kocokan dimasukkan kedalam ketompok ekspemnen dan nama yang ketuar dengan hitungan genap dimasukkan kedalam kelompol< kontrot. Maka kelas yang terpilih menjadi kelompok eksperimen adalah kelas 2 A dan 2 H sedangkan yang menjadi kelompok kontrol adalah ketas 2 C dan 2 M. 2.
Konstansi adalah menyamak8n variable-variabel lain yang ada dalam penelitian baik pada kelompok eksperimen 1Y\aupun kelompok kontrot. Konstansi yang dilakukan yaitu dengan cara:
konlrol sarnc1 Ii
Dalam
penel1tian
1111
lidak
membedakan
jen·1s
kelamin
Menyamakan antara lak1-lak1 dan perempuan untuk mengikuti penelitian ini
49
c
Dalam
penel1lian
1111
baik
kelompok
eksperimen
maupun
kelompok kontrol mendapatkan jenis kuesioner yang sama. 3. Eliminasi adalah menghilangkan variable-variabel yang tidak sesua1 dengan penelitian. Eliminasi yang dilakukan yaitu dengan cara: a. Membuang sampel yang telah mengikuti bimbingan pribadi dan sosial b. Usia dibawah 12 tahun dan diatas 14 tahun dihilangkan, rentangan usia yang digunakan dalam penelitian .antara 12-14 tahun. c. Membuang sampel pada kelompok eksperimen yang tidak mengikuti b1111bingan pri!Jadi dan sosial sebanyak delapan kali pertemuan. d. Membuang sampel yang tidak tinggal di pondok pesantrnn
3.6.
Aparatus Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memerlul<:an beberapa ala! peraga yang digunakan pada saat rnelal
50
3."l. lnstrumen Penelitian l.
Pengumpulan data
Alat yang digunakan sebagai pengumpulan data adalah skala likert berbentuk
l~uesioner.
climana kuesioner merupakan suatu daftar yang
berisikan suatu rangka1a11 pertariyaan atau pernyataan mengenai suatu hal atau dalam suatu bidang (Koentjaraningrat, 1993).
Jenis kuesioner yang d1gunakan bersifat tertutup yang berisi pernyataan, subyek dapat langsung memilih jawaban yang telah disediakan. Alternatif jawaban yang tersedia dapat befungsi untuk memperjelas dimensi yang dicari dalam penelitian serta mendorong subyek untuk memutuskan memilih jawabannya, selanjutnya hasil dapat dianalisa dengan cepat dan mudah.
Dengan menggunakan skala sikap model likert, peneliti menetapkan penskoran
dari
1-4 dengan tidak menggunakan jawaban tengah
(netral/ragu-ragu). Dalam skala likert yang digunakan peneliti membagi dua kategori item pernyataan f:3Vorable dan unfavorable dan menentukan bobot nilai (lihat tab el)
51
Tabet 3.1 Nilai skor jawaban
----r------ ------·i·-- -------------
Pernyataan
Sangat setuju
Setuju (S)
Ticfai<setuju I sangat
n-i:lai<-1
"
(TS)
(SS)
'--F_a_v_o_r_abe_I_ 4
\_
----- -
-3 -------
ISetuju (STS) I "
I f ___ ------]
---- _2 _______
unf~v~rab_e_I~1----~==t2--=~--t~ -=r=~-=~-=J Sedangkan untuk pengukurannya, peneliti menggunakan skala psikologi yang dibuat berdasarka11 indikator dari masing-masing variabel. Untuk skala kemandirian, peneliti menggunakan teori Beller (1955). Berikut ini rancangan pembuatan skala berdasarkan indikator-indikatornya ·_ Tabet 3.2 Blue print ska/a kemandirian
I ---aspek ____bor~-le
_-Non~o~i~::vorabl~-=r-jumlah-
[~,;~:~~~'_ ·•· ·~•f~:;~~:~:~t~:~ ~~:~~~ j
"
sg·
Menyempurnakan 13,13,23,33,43.51,6018,18,28,38,48,54 aklifitas -Kepuasan dalam
r:-= ~ 13
i 1
4,14.24,34,44.52
9, 19,29,39,49,55
5, 15,25,35,45,53
10,20,30,40,50,56 12
31
29
12
1
bekerja Melakukan tugas
1,
sendiri Total item
60
52
2. Alat ukur a. Skala Likert
Dalarn penelitian ini skala yang digunakan adalah skala sikap dirnana skala ini diberikan kepada subjek per:elitian sebagai sebuah stimulus yang diharapkan dapal memunct ilkan respon atas prilaku yang ada sehingga dapat terlihal ke111andi1·ian para santri te1·sebut.
b. Uji validitas dan reliabilitas
Sebuah alat tes haruslah terleb1h dahulu teruji baik secara validitas rnaupun reliabilitas. Setelah semua teruji dan mernenuhi Kriteria yang ditentukan rnaka alat tes tersebut. baru dapat layak d1gunakan.
Maka pada alat tes ini peneliti menggunakan validitas konstruk dan dalarn perhitungan untuk melihat validitas konstruk peneliti rnenggunakan metode
internal
consistency
dengan
rurnus
Corrected
correlation :
' .\" -· ( L: i )( L: x) r
- '·
"
(I: X)'
I
II
)
item-total
53
= skor responden pada pernyataan tertentu X
= skor reponden pada ska/a sikap
N
= banyaknya responden keseluruhan
Taraf signifikasi atau level of significance yang digunakan pada item tersebut adalah 0,05 sehingga nantinya item-item yang berkorelasi rendah atau dibawahnya akan dibuang
Sedangkan pada reliabilitas a/at tes diuji Jengan melihat konsistensi internal koefisien alpha if item deleted dan alpha total dari skala. Rumus yang digunakan ada/ah Alpha cronbach yaitu: 2
a
[ _I_< ...]
Lk·
1
a
: Reliabilitas alpha
k
: Jumlah belahan tes
Sj
: Varian belahan j; j 1,2 ....... k
Sx
: Varian skortes
I-
.L.:·:.:,
,,
1 J
c. Hasil Pengujian Va/iditas Skala Kemandirian Data mengenai skala kemandiriun diperoleh dengan melibatkan 65 responden pada santri Pondok Pesantren Darunnajah Cipining Bogor. Skala terdiri dari 60 item dan taraf signifikansi 0,05 dengan r label =
54
0,244, setelah di uji validitasnya d1 peroleh l1asil 55 item yang valid dan 5 item gugur. Semua item yang valid pacla skala kemanclirian ini digunakan sebagai alat ukur clalam penel1tian. Data selengkapnya clapat dilihat pada tabel berikut : Ta/Je/ 3.3
Secara garis besar penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan. tahapantahapan tersebut yaitu: I. Persiapan penelitian Untuk memulai penelitian peneliti mempersiapkan beberapa hal seperti penelusuran teori untuk membuat ala\ ukur, pembuatan alat
I
1,1)
ukur dan kUllJUngd11 dalarn tJcr1luk permohonan rzrn pada prllal' .turkarl ur iluk lryoul d;111 1"·11drl1;i11 UJr coba alal ukur Uji coba ala! ukur dilaksanakan pada 6 Juni dan 20 Juni 2007 di Pondol1 Pesantren Oarunnajah 2 Crpining Bogor dengan subjek srswa kelas
1 Madrasah Tsanawiyah. Dengan responden yang telah
disesuaikan rnenurut subjek penelitian. 3
Pelaksanaan penelitian Hal
perta111a
penelitian
yang
dipersiapkan
peneliti
sebelu111
pelal1sanaan
adalah 111enentukan subyek penelitian yang akan drteliti
dengan 111e111baginya ke daiam 2 kelo111pok. Kelo111pok 1 adalah kelo111pok eksper1111en dan kelompok 2 adalah kelo111pok kontrol. Selain itu penelitr Juga 111e111persiapkan 1 tim yang akan 111e111bantu peneliti untuk 111e111berikan bimbingan pribadi dan sosial. Merel
56