Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
Pengaruh bibliotherapy terhadap psychological well-being perempuan lajang Evanthe Purwanto Psikologi Klinis / Psikolog Profesi Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya Fakultas Magister Profesi Psikologi, Universitas Surabaya
[email protected]
ABSTRAKSI Penelitian eksperimental ini bertujuan membantu mengoptimalkan psychological well-being perempuan lajang melalui bibliotherapy. Teknik purposive sampling digunakan untuk menentukan 3 orang perempuan lajang tipe involuntary single sebagai partisipan. Data diperoleh dari metode kualitatif (wawancara dan observasi) dan kuantitatif (angket). Khusus data kuantitatif diolah menggunakan statistika non–parametrik Wilcoxon untuk melihat perubahan sebelum dan sesudah bibliotherapy. Hasil angket menunjukan ketiga partisipan memiliki psychological well-being yang cukup optimal, namun terlihat ada kecenderungan skor yang rendah pada dimensi self acceptance, autonomy dan environmental mastery. Sementara analisa kualitatif yang memungkinkan peneliti menggali lebih dalam dan menyeluruh menunjukan psychological well-being partisipan yang kurang optimal. Tidak ada perubahan (α>0,05) pada skor psychological well-being ketiga partisipan setelah bibliotherapy diberikan. Namun, berdasarkan analisa kualitatif dan lembar evaluasi diketahui bahwa bibliotherapy dapat memberikan cara pandang baru yang lebih positif mengenai status lajang. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu motivasi dari dalam diri partisipan, minat membaca, faktor kepribadian dan tingkat reflektif seseorang. Keywords : psychological well-being, single woman, bibliotherapy
1
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
terutama
PENDAHULUAN
perempuan,
pernikahan
Setiap individu pasti ingin
merupakan momen penting yang
merasa bahagia di dalam hidup.
ditunggu dalam hidup. Bagi sebagian
Kebahagiaan atau yang juga sering
besar masyarakat terutama di negara
dikenal dengan psychological well-
– negara yang sedang berkembang,
being
ketika seorang perempuan belum
merupakan
kemampuan
tingkat
individu
menikah
dalam
maka
kehidupannya
menerima diri dengan apa adanya,
dikatakan masih kurang sempurna
dapat membentuk hubungan yang
serta muncul opini negatif mengenai
hangat dengan orang lain, mandiri
kehidupan mereka.
terhadap tekanan sosial, mengontrol
Seiring
dengan
berjalannya
lingkungan eksternal, memiliki arti
waktu dan kemajuan zaman sedikit
dalam hidup, serta merealisasikan
banyak berpengaruh terhadap nilai –
potensi dirinya secara kontinyu (Ryff
nilai
& Keyes, 1995).
pandangan
Menurut
Eddington
Dalam
dan
masyarakat
termasuk
mengenai
pernikahan.
penelitiannya
mengenai
Shuman (2008) ada berbagai macam
perempuan lajang, Nanda (2013)
faktor
menyatakan
yang
memengaruhi
bahwa
fenomena
psychological well-being, antara lain
melajang semakin meningkat dan
jenis
pendidikan,
seolah menjadi trend baru di kota
penghasilan, pernikahan, kepuasan
besar di Indonesia. Apabila dahulu
kerja,
kepercayaan,
ketika perempuan hingga usia 30
kesehatan, waktu luang, kompetensi,
tahun belum menikah, maka akan
dan peristiwa dalam hidup seseorang.
menjadi perbincangan masyakarat di
Pernikahan merupakan salah satu
sekitarnya, namun kondisi tersebut
faktor
menjadi hal yang biasa saat ini. Ada
kelamin,
agama
yang
usia,
atau
dapat
memengaruhi
kebahagiaan seseorang. Menikah dan
banyak
memiliki anak adalah salah satu
pergeseran fenomena tersebut. Salah
tugas perkembangan manusia ketika
satu penyebabnya adalah tingkat
berada pada tahap perkembangan
pendidikan.
dewasa awal. Bagi kebanyakan orang
pendidikan hal lain yang menjadi
2
hal
yang
memengaruhi
Selain
tingkat
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
penyebab
jumlah
perempuan
baik dibandingkan perempuan lajang
melajang
yang tidak pernah menikah maupun
meningkat adalah pengalaman hidup
perempuan lajang pernah menikah
yang tidak menyenangkan, misalnya
namun tidak memiliki anak.
memilih
untuk
hidup
Berdasarkan hasil wawancara
ketakutan tentang perceraian yang dialami orang lain atau pernah
dan
mengalami pengalaman disakiti oleh
ditemukan fenomena – fenomena
laki – laki saat menjalin relasi.
dimana perempuan lajang merasa
Walaupun masyarakat
mengenai
observasi
pandangan
tidak
perempuan
lajangnya.
yang
nyaman
dilakukan,
dengan
status
Misalnya
seorang
lajang mulai bergeser ke arah positif,
perempuan lajang (Bunga), hampir
serta jumlah perempuan lajang terus
setiap hari status facebook dan
meningkat pada akhir – akhir ini,
BBM-nya dipenuhi keluhan karena
ternyata tidak berpengaruh pada
tidak memiliki pasangan hidup. Dona
beberapa perempuan yang masih
juga mengalami hal yang sama,
merasa
status
dalam wawancara yang dilakukan
lajangnya dan merasa hidupnya tidak
Dona merasa hidupnya tidak bahagia
bahagia. Woo, Hyeyoung, & Ralet,
karena belum memiliki pasangan
R.Kelly (2009) melakukan sebuah
hidup. Di sisi lain Anggrek merasa
penelitian
untuk
jadi tidak percaya diri dengan dirinya
melihat apakah terdapat perbedaan
karena tidak ada pria yang menjadi
psychological
setelah
pendamping
pernah
usianya saat ini 37 tahun.
terbeban
dengan
perempuan menikah
dengan
tujuan
well-being lajang
dan
dibandingkan
yang
memiliki dengan
hidupnya
hingga
Dari hasil pengamatan tersebut,
anak
kondisi
perempuan
lajang
memungkinkan
lajang yang pernah menikah namun
psychological well-being seseorang
tidak
menjadi
memiliki anak. Hasil dari
kurang
optimal.
Ada
penelitian ini menunjukkan bahwa
kesalahan berpikir pada perempuan
perempuan
lajang yang seringkali memandang
lajang
yang
pernah
menikah dan memiliki anak memiliki
dirinya
psychological well-being yang lebih
pasangan 3
belum hidup
sempurna yang
tanpa
akhirnya
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
memungkinkan pandangan
munculnya
yang
kurang
dapat digunakan untuk membantu memperlancar proses penyembuhan,
baik
terhadap dirinya, hanya fokus pada
adaptasi,
status lajang dan mengabaikan hal –
seseorang.
lingkungannya
pertumbuhan
Dalam penelitiannya, Patrica
hal positif yang ada dalam dirinya ataupun
atau
(2007)
sehingga
menunjukkan
bahwa
yang
bibliotherapy dapat meningkatkan
membawa diri mereka merasa tidak
konsep diri baik degan melakukan
sempurna dan tidak bahagia. Hal
sharing maupun tanpa melakukan
tersebut mengakibatkan perempuan
sharing. Novitawati, dkk (2001) juga
lajang seringkali cemas ketika di
melakukan
malam hari merasa sendiri, merasa
bibliotherapy
dikejar usia yang semakin tua yang
perilaku
akhirnya menarik diri dari pergaulan
yang
untuk menghindari pandangan atau
mengenai perilaku merokok dan
komentar negatif dari masyarakat.
ditemukan
Pemikiran – pemikiran salah inilah
memberikan
pengaruh
terhadap
yang ingin diubah oleh peneliti
penurunan
perilaku
merokok
dengan menggunakan
walaupun
terjebak
dalam
situasi
pendekatan
untuk
diberikan
Seorang
terapis
(2012)
mengenai menurunkan
merokok.
Bibilotherapy berisi
bahwa
hanya
kontemplasi
kognitif.
Roberts
penelitian
ilustrasi
bibliotherapy
hingga
(muncul
tahap
keinginan
untuk merubah perilaku).
kognitif
Dari jurnal penelitian di atas
mengemukakan
bahwa bibliotherapy adalah bagian
terungkap
yang penting dalam terapi kognitif.
bibliotherapy dapat terjadi proses
Bibliotherapy
terapiutik yang dapat membantu
digunakan
sebagai
“self help tool” dalam sesi terapi
individu
kognitif.
dalam
Nugent
mendefinisikan
(2000)
bahwa
mengatasi dirinya
berkaitan
bibliotherapy
dengan
permasalahan
terutama
dengan
cara
yang individu
sebagai salah satu bentuk terapi
memandang suatu hal. Berdasarkan
dengan
penjelasan
menggunakan
literatur
sumbangsih
sebagai salah satu alat bantu yang 4
di
atas atas
dan
melihat
penerapan
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
bibliotherapy dari jurnal penelitian di
psychological
atas, maka peneliti menggunakan
merefleksikan happiness, emotional
bibliotherapy sebagai upaya untuk
well being dan positive mental
mengoptimalkan psychological well-
health.
well-being
Huppert (2009) mengatakan
being pada perempuan lajang. bahwa
psychological
well-being
adalah mengenai hidup yang berjalan
Psychological well-being well-being
dengan well (baik), yang merupakan
adalah tingkat kemampuan individu
gabungan dari perasaan baik dan
dalam menerima diri apa adanya,
bagaimana individu berfungsi secara
membentuk hubungan yang hangat
efektif. Walaupun
dengan orang lain, mandiri terhadap
tersebut bukan berarti individu selalu
tekanan
merasa baik dan bahagia sepanjang
Psychological
sosial,
mengontrol
demikian, hal
lingkungan eksternal, memiliki arti
waktu,
dalam hidup, serta merealisasikan
menyakitkan
potensi dirinya secara kontinyu (Ryff
kehilangan) adalah hal yang normal
& Keyes, 1995). Psychological well-
dan wajar dialami setiap individu.
being berhubungan dengan kepuasan
Individu dengan psychological well-
pribadi, engagement, harapan, rasa
being
syukur,
hati,
individu tersebut bisa mengatasi atau
pemaknaan terhadap diri sendiri,
bisa berkompromi dengan emosi
harga diri, kegembiraan, kepuasan
negatif atau bahkan kondisi yang
dan
juga
memungkinkan menganggu individu
dan
berfungsi efektif di kehidupan sehari
mengembangkan bakat dan minat
– harinya. Berdasarkan beberapa
yang dimiliki (Batram & Boniwell,
pengertian
2007).
psychological
stabilitas
optimisme
mengenali
suasana
termasuk kekuatan
Psychological
well-being
pengalaman
yang
(kecewa,
baik
di
gagal,
ketika
atas,
maka
well-being
adalah
mengarahkan indvidu untuk menjadi
suatu
lebih kreatif dan memahami apa
memiliki
yang sedang dilakukannya. Menurut
dirinya dan orang lain, mampu
Doyle, Hanks, & MacDonald (1998),
membentuk hubungan yang hangat 5
kondisi
adalah
yang
sikap
dimana
individu
positif
terhadap
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
dengan orang lain,mandiri, mampu
waktunya bagi individu untuk
mengontrol
menjalin
arti
lingkungan,
dalam
memaksimalkan
memiliki
hidup
serta
potensi
dalam
relasi
yang
intim
dengan orang lain. 3.
Autonomy Individu yang mandiri berarti
dirinya. Ryff (1989) mengemukakan 6
mampu mengatur hidupnya tidak
dimensi psychological well-being,
bergantung pada pihak lain,
yaitu :
berani menyatakan pendapatnya,
1.
menentukan atau memutuskan
Self acceptance Penerimaan
diri
kemampuan
individu
sesuatu secara mandiri, dapat
merupakan dalam
melakukan evaluasi diri secara
bersikap terhadap diri sendiri,
mandiri dengan standard pribadi
menerima diri dan kehidupan
(bukan orang lain). 4.
masa lalunya, tanggung jawab terhadap diri sendiri, mengakui
2.
Kemampuan
berani
kesalahan,
Environmental mastery
memilih
dan
individu
atau
untuk
menciptakan
instropeksi.
lingkungan
Positive relations with others
kondisi yang dimilikinya. Hal ini
Kemampuan
individu
dalam
ditandai
berhubungan
hangat
dengan
kemampuan individu untuk tetap
hubungan
bergerak maju ke depan, mampu
orang
lain,
sesuai
dengan
dengan
adanya
interpersonal
yang
didasari
menghadapi dunia yang tidak
kepercayaan
serta
perasaan
sesuai dengan harapannya, dan
empati dan kasih sayang yang
mampu mencari makna yang
kuat. Erikson (dalam santrock,
paling efektif guna mencapai
2011)
mengatakan
tujuannya.
dewasa
berada
individu
dalam
lingkungan
tahap
Penguasaan dapat
dilakukan
vs
dengan 2 cara yaitu merubah
isolation. Pada tahap ini individu
lingkungan agar sesuai dengan
seharusnya sudah mulai matang
kondisi
dan stabil sehingga merupakan
lingkungan) dan individu yang
perkembangan
Intimacy
6
individu
(merubah
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
beradaptasi
5.
dengan
Ada berbagai faktor yang dapat
lingkungannya tanpa merubah
memengaruhi psychological well-
lingkungan
being seseorang. Menurut Huppert
(individu
yang
berubah).
(2009) faktor yang memengaruhi
Purpose in life
yaitu
demographic
matang
factors meliputi jenis kelamin, usia,
atau dewasa jika memiliki tujuan
pernikahan; socioeconomics factors
hidup
meliputi
Seseorang
dikatakan
dan
dapat
memaknai
pendapatan,
pekerjaan;
memiliki
telah
beberapa faktor di atas, ada beberapa
direncanakan (beserta langkah
faktor subjective well-being yang
yang terarah dan berkelanjutan)
dikemukanan oleh
adalah bagian terpenting dari
Shuman ( sitat dalam Continuing
pencapaian tujuan dan makna
Psychology Education, 2005) yang
hidup sehingga individu dapat
sering digunakan sebagai landasan
mencapai
dalam
teori
bahwa
psychological well-being antara lain
tujuan
yang
integrasi dan
merasa
dan
pendidikan,
hidupnya. Pembuatan tujuan dan
dirinya
aktivitas.
Selain
Eddington &
mengenai
penelitian
agama, life events dan kompetensi.
hidupnya lebih bermakna. 6.
kepribadian;
Personal growth Fungsi
psikologi
seseorang
Bibliotherapy Corsini (2005) mengatakan
yang optimal tidak hanya dilihat dari
kemampuan
bahwa
untuk
pendekatan
kognitif
mencapai suatu hal, namun juga
didasarkan pada pemikiran bahwa
mengenai kemampuan individu
sistem kognitif memengaruhi cara
dalam
individu
mengembangkan
dalam
menerima,
potensinya secara terus menerus,
mengintepretasi
dan
menumbuhkan dan memperluas
makna
suatu
diri
yang
Pendekatan ini juga menekankan
terhadap
pada peran pemrosesan informasi
sebagai
berarti
seseorang
terbuka
pada
memberikan kejadian.
dalam respon dan adaptasi manusia.
pengalaman baru.
Burns (1988) mengungkapkan bahwa 7
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
perasaan individu sering dipengaruhi
therapy
oleh apa yang dipikirkan individu
therapeia,
mengenai terapi
bagaimana
berarti
pada
secara medis dan mengarah pada
berpikir
konsep menyembuhkan (Hynes dan
Huppert
Berry,
1994).
Bibliotherapy
(2009)
untuk
untuk
didasarkan
dan
dan
kata
melayani
perasaan
perilakunya.
yang
dari
Teori
seseorang
menentukan
berasal
sendiri.
dirinya
kognitif
yang
membantu
Pada adalah
dasarnya, penggunaan
menyatakan bahwa ada hubungan
literatur untuk menciptakan interaksi
antara emosi dan kognitif seseorang.
yang bersifat dari fasilitator kepada
Emosi positif bisa jadi merupakan
partisipan.
sebuah
teknik terapi dengan menggunakan
konsekuensi
dari
proses
Bibliotherapy
membaca
pustaka
adalah
kognitif yang dialami seseorang, dan
cara
karena
demikian sebaliknya pemikiran yang
dengan
baik dapat disebabkan emosi positif
memengaruhi sikap, perasaan dan
yang dimiliki oleh individiu. Orang –
perilaku seseorang (Herink dalam
orang yang bahagia (well-being)
Sclabassi, 1973).
membaca
dapat
Sedangkan menurut Abdullah
cenderung dapat berfungsi dengan lebih baik dalam kehidupan jika
(2003),
Bibliotherapy
dibandingkan dengan orang – orang
suatu
metode
yang merasa kurang bahagia. Hal ini
menggunakan sebuah buku panduan
disebabkan individu memiliki tujuan
atau materi bacaan tertentu untuk
yang
menghasilkan
lebih
menunjukkan
nyata
sehingga
tindakan
proses
untuk
merupakan
terapi
dengan
perubahan
kognitif,
dalam
emosional,
dan
mencapai tujuan yang ia miliki, dan
perilaku individu sehingga individu
biasanya
dapat memperoleh pemahaman yang
mereka
akan
selalu
konsisten menuju tercapainya tujuan
benar
dalam
yang diinginkan dalam hidupnya.
permasalahan
menyelesaikan yang
dihadapi.
merupakan
Bibliotherapy juga didefinisikan oleh
salah satu bentuk dari terapi kognitif.
Pardeck (dalam Aiex, 1993) sebagai
Bibliotherapy terdiri atas kata biblio
penggunaan buku untuk membantu
yang berarti buku dan literatur, dan
orang-orang
Bibliotherapy
8
dalam
memecahkan
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
permasalahan, fasilitator
yang
dan
mana
partisipan
ada
demikian dapat dikatakan bahwa
untuk
fokus interactive bibliotherapy pada
membicarakan materi yang saling
proses
bermanfaat
pertumbuhan
berdasarkan
literatur
atas,
maka
bukan
dan
hanya
pada
stimulus bacaan saja namun hingga
yang telah disediakan. Berdasarkan
penyembuhan
penjelasan
dapat
pada tahap pengenalan tapi sampai
di
pada pemahaman yang terintegrasi.
disimpulkan
Pelaksanaan
bibliotherapy adalah sebuah teknik
bibliotherapy
terapi dengn menggunakan literatur
terdiri 4 tahapan, yaitu :
untuk menciptakan interaksi yang
Tahap 1: Recognition
menghasilkan
Pada tahap ini peserta diberi
kognitif,
materi atau literatur yang memiliki
emosional, dan perilaku individu
hubungan atau keterikatan dengan
sehingga individu dapat memperoleh
peserta.
pemahaman
dalam
memunculkan ketertarikan individu,
menyelesaikan permasalahan yang
membuka imajinasi, menghentikan
dihadapi.
pikiran bertanya – tanya atau yang
bersifat
terapeutik;
perubahan
proses
yang
benar
Pelaksanaan
Misalnya
materi
menarik perhatian.
bibliotherapy
yang
Ada beberapa
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
macam respon dalam tahap ini. Ada
reading bibliotherapy dimana Proses
yang terjadi secara langsung, namun
terapi hanya dilakukan dengan cara
ada juga yang membutuhkan waktu.
membaca
melibatkan
Ada tiga respon penting pada tahap
konselor sebagai fasilitator. Tugas
ini yaitu, unacknowledged feelings,
konselor hanya sebagai penyedia
recognizing patterns of response,
materi
katarsis.
dan
tidak
bacaan
sesuai
dengan
Tahap 2: Examination
kebutuhan klien. Cara yang kedua adalah
interactive
Dalam
bibliotherapy.
bibliotherapy
Bacaan dalam hal ini bersifat sebagai
membaca
tidak
hanya
sekadar
katalis
membaca
tetapi
harus
disertai
sedangkan
konselor
melakukan dialog dengan harapan
dengan eksplorasi terhadap pikiran
dapat memberikan insight. Dengan
dan perasaan yang dimiliki. Dengan 9
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
bertanya pada diri sendiri What,
sebagai
When, Why, How, How many, How
berespon atau beraksi.
poin
petunjuk
untuk
much, Who, dan lain lain. Tahap
3:
Juxtaposition
Perempuan Lajang Lajang
(Pembandingan) Pada
tahap
ini
merupakan
perempuan yang dengan sengaja atau
peserta
mendapatkan gambaran baru tentang
tidak
pengalamannya.
ini
Menurut Stein (1981), hidup lajang
literatur sangat membantu untuk
merefleksikan banyak dimensi dan
membuka wawasan bahwa ada yang
bukan hanya sekadar tidak menikah.
salah atau kurang tepat selama ini.
Menjadi lajang merupakan sebuah
Pada
individu
pilihan atau suatu kondisi yang tidak
menempatkan diri mereka apabila
disengaja (tidak direncanakan), baik
berada di situasi yang sama dengan
itu bersifat untuk selamanya atau
yang dihadapi tokoh dalam bacaan,
hanya sementara.
atau
Pada
tahap
tahap
ini
biasanya
sengaja
Stein
individu
belum
(dalam
menikah.
Benokraitis,
membandingkan diri mereka dengan
2011) membagi perempuan lajang
tokoh atau peristiwa dalam bacaan.
dalam beberapa tipe yaitu Voluntary
Tahap 4: Application to self
temporary single Lajang tipe ini
Partisipan
terbuka terhadap pernikahan, namun
menyelesaikan
proses dengan melakukan evaluasi
menempatkan
dan integrasi. Partisipan mulai dapat
prioritas yang rendah dalam hidup.
menyadari tentang dirinya sendiri,
Tipe
mereka dapat melihat bagaimana
mementingkan
sikap dan perilaku dalam sudut
politik dan pengembangan diri. Tipe
pandang yang baru. Jika pengalaman
ini
teraupetik ingin menjadi sempurna,
perempuan yang tinggal bersama
maka harus ada kesadaran berpikir
namun tidak menikah. Voluntary
dan
membuat komitmen pribadi
stable single, beberapa kriteria yang
untuk menggunakan sikap yang baru
termasuk pada lajang tipe ini adalah
ini
juga
pernikahan
biasanya karir,
meliputi
pada
lebih
pendidikan,
laki-laki
dan
tidak pernah menikah dan puas 10
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
dengan pilihan hidup lajang, bercerai
positif maupun negatif. Santrock
atau pasangannya meninggal dunia
(2011), memberikan manfaat positif
dan tidak ingin menikah lagi, tinggal
hidup lajang yaitu memiliki waktu
bersama dengan orang lain namun
untuk membuat keputusan sendiri,
tidak memiliki niatan untuk menikah,
memiliki waktu mengembangkan diri
tidak diijinkan menikah oleh agama
sepenuhnya, bebas untuk membuat
misalnya seperti pendeta, biksu, dll,
keputusan
single parent, baik yang tidak pernah
memiliki
menikah atau pernah menikah tapi
kesempatan untuk mengeksplorasi
bercerai
mencari
tempat baru dan mencoba hal – hal
pasangan hidup lagi. Involuntary
yang baru. Hal – hal negatif yang
temporary single, tipe lajang yang
dapat
ingin menikah dan mencari pasangan
melajang
adalah
secara aktif.
membangun
relasi
yang
tidak
Involuntary stable
dan
mengejar
privasi,
muncul
tujuan, memiliki
selama
hidup kesulitan
yang
intim
single, tipe ini terdiri dari individu
dengan orang dewasa, loneliness,
berusia lanjut;
berusaha diterima di masyarakat
baik individu yang
bercerai, individu yang pasangannya
yang
meninggal dunia serta individu yang
seseorang harus menikah. Stress juga
tidak pernah menikah yang ingin
menjadi issue dalam hidup melajang.
menikah
kembali
Terutama ketika seseorang mencapai
namun belum menemukan pasangan
usia 30 tahun, maka tekanan untuk
yang tepat. Mereka dapat menerima
menikah dan hidup mapan semakin
kemungkinan status lajang mereka
besar.
atau
menikah
memiliki
hidupnya. Tipe ini juga meliputi
lapangan
individu dengan keterbatasan fisik
sebelumnya,
atau
hipotesis
mereka
terbatas
yang dalam
membuat
dan
hasil
peneliti
penelitian
penelitian mengajukan
bibliotherapy
dapat mengoptimalkan psychological
mencari
well-being perempuan lajang.
pasangan hidup. Hidup lajang adalah sebuah kondisi yang memiliki konsekuensi baik 11
bahwa
Berdasarkan uraian teori, data
sebagai status yang permanen dalam
psikologis
orientasi
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
kelompok, pretest, treatment, dan
METODE PENELITIAN Variabel
Penelitian
posttest. Efektivitas hasil treatment
dan
diperoleh dengan membandingkan
Pengukuran Variabel penelitian
(IV)
hasil baseline dengan hasil treatment.
interactive
Rancangan perlakukan dapat
bebas
ini
adalah
bibliotherapy, sedangkan variabel
dijelaskan
tergantung penelitian (DV) ini adalah
sebagai berikut :
psychological
well-being.
Eksperimen 1
O1
dengan menggunakan literatur untuk
kognitif,
emosi,
membantu
Keterangan :
pada
perilaku
X
O2
penelitian ini adalah adalah terapi
perubahan
gambar
Kelompok
Bibliotherapy yang dimaksud dalam
menghasilkan
dengan
O1 = Pretest X = Treatment Bibliotherapy O2 = Postetst
serta
memecahkan Sebelum
permasalahan yang dihadapi dengan melibatkan
peneliti
fasilitator.
Bibliotherapy
diberikan
bersifat
bibliotherapy,
yaitu
bibliotherapy
sebagai
dilakukan
asesmen
awal. Asesmen awal dilakukan untuk
yang
mengetahui latar belakang partisipan
interactive terapis
dilakukan
yang
juga
dapat
memengaruhi
psychological well-being-nya serta
berperan dalam memfasilitasi dialog
gambaran psychological well-being
antara individu dan literatur bacaan.
partisipan.
Partisipan akan diberikan bacaan
dengan
sesuai dengan analisa kebutuhan
Asesmen ini dilakukan memberikan
partisipan
rangkaian pemeriksaan psikologis
yang dilakukan berdasarkan hasil
yaitu wawancara dengan panduan
asesmen awal.
yang dibuat berdasarkan landasan teori, tes grafis (BAUM, DAP, HTP,
Prosedur Penelitian Penelitian
ini
DCT),
merupakan
Personality
penelitian eksperimental dengan one
SSCT,
Questionnaire
Big
5 yang
diambil dari Hartanti (2010), angket
group pre test – post test design.
psychological
Penelitian ini hanya memiliki 1 12
TAT,
well-being
yang
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
diambil dari penelitian milik Christie
lajang
(2008). Hasil angket akan diolah
temporary single yang berada di
dengan menggunakan statistika non-
tahap perkembangan dewasa awal
parametrik Wilcoxon karena jumlah
yaitu berusia antara 30 – 40 tahun,
partisipan terbatas hanya pada 3
merasa tidak nyaman dengan status
orang.
lajangnya Dari
hasil
asesmen
dengan
partisipan
akan
dan
tipe
involuntary
bersedia
penelitian.
menjadi Hal
ini
dibuat modul bibliotherapy (tabel 1),
disebabkan terbatasnya perempuan
kemudian interactive bibliotherapy
lajang yang bersedia berkomitmen
diberikan selama 5 kali pertemuan
mengikuti rancangan penelitian yang
pada masing – masing partisipan.
akan dilakukan. Partisipan penelitian
Pada kenyatannya pertemuan yang
juga
dilakukan dengan masing – masing
karena hal ini berkaitan dengan
partisipan adalah sebanyak 3 kali
intervensi
karena keterbatasan waktu, namun
diberikan, dimana proses terapeutik
semua tema yang direncanakan tetap
terjadi ketika individu membaca
dapat diberikan. Hasil penerapan
materi yang diberikan.
memiliki
minat
membaca,
bibliotherapy
yang
bibliotherapy akan dievaluasi dengan memberikan angket psychological
Deskripsi Data Penelitian Partisipan penelitian adalah
well-being sebagai post test, lembar
Anggrek, Bunga dan Citra. Berikut
kerja dan lembar evaluasi.
ini adalah data demografis ketiga partisipan.
Partisipan Teknik digunakan
sampling
dalam
penelitian
yang ini
adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel didasarkan pada kesesuaian dengan karakteristik yang dibutuhkan dalam penelitian. Partisipan dalam penelitian ini adalah tiga orang perempuan 13
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
Tabel 1. Tema Bibliotherapy Tema Pengantar
Latihan Bibliotherapy Psychological well-being “All Things About Single Woman” I love my self
I Am Independent Woman My life is not just about being single
Tujuan Partisipan memahami tujuan dari intervensi Partisipan memahami prosedur yang akan dilakukan Partisipan berkomitment dalam menjalani bibliotherapy Partisipan mampu melakukan proses bibliotherapy sehingga dapat mengalami proses secara maksimal. Partisipan memahami dan menyadari kondisi psychological well-being yang mereka miliki. Partisipan memahami dan memiliki pengetahuan tentang perempuan lajang sehinga dapat mengerti dan memahami kondisi dirinya. 1. Partisipan mampu menerima kelebihan dan kekurangannya. 2. Partisipan mulai fokus pada hal – hal positif yang dapat dilakukan di tengah kekurangannya. 3. Partisipan merasa bahwa dirinya bisa berusaha dengan kemampuan yang dimilikinya.
1. Partisipan memiliki gambaran bahwa mereka dapat melakukan segala sesuatunya dengan mandiri 1. Partisipan beranjak dari fokus hidupnya terhadap status lajang. 2. Partisipan membuat komitmen berupa rancangan /. Target yang akan dicapai selain yang berkaitan dengan status lajang.
Tabel 2. Profil Data Pribadi Partisipan secara umum Usia Pekerjaan Pendidikan terakhir Agama Latar belakang budaya Urutan kelahiran Tipe Lajang
Anggrek 37 tahun Guru TK A – sekolah nasional
Bunga 36 tahun Guru TK B - sekolah nasional
S1 – Sosiologi
S1 – Sastra Inggris
Citra 35 tahun Tenaga Administrasi di sekolah National Plus D3 – Foreign Business Language
Katolik Jawa
Islam Jawa
Katolik Jawa – Cina
Anak ke-2 dari 3 bersaudara
Anak ke-1 dari 3 bersaudara
Anak ke-1 dari 2 bersaudara
Temporary involuntary
Temporary involuntary
Temporary involuntary
14
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
Berdasarkan hasil asesmen, berikut ini adalah gambaran psychological well-being partisipan berdasarkan angket psychological well-being (Christie, 2008) dan analisa kualitatif dari hasil wawancara dan pemeriksaan psikologis yang dilakukan : Tabel 3. Gambaran Kondisi Psychological well-being partisipan Dimensi Psychological well-being Psychological well-being Self Acceptance (penerimaan diri)
Skor
Angket Tinggi :
Angket Tinggi :
Rendah :
Autonomy (kemandirian)
Bunga
Citra
Cukup optimal
Optimal
Optimal
Cukup Optimal Belum menerima diri terkait dengan status lajang, merasa dirinya kurang baik sehingga tidak ada laki – laki yang mau menikah dengannya.
Cukup Optimal Pada dasarnya cukup percaya diri dengan dirinya, namun ada perasaan belum puas karena belum menikah.
Optimal Cukup mampu menerima keberadaan dirinya sebagai seorang lajang. Terkadang merasa kurang percaya diri dengan penampilan dirinya.
Optimal Perhatian terhadap orang lain, berusaha menjaga perasaan oran lain. Tidak mudah percaya dengan orang lain, terkadang menghindari lingkungan untuk menjaga perasaannya.
Sangat Optimal Memiliki relasi yang baik dengan lingkungan sekitarnya, namun relasi yang dimiliki tidak terlalu dalam / dekat. Bunga kurang mampu memahami perasaan orang lain Hal ini berkaitan dengan kebutuhannya yang besar untuk diperhaikan.
Optimal Memiliki relasi yang baik dengan orang lain. Cukup mampu memahami dan memperhatikan orang lain. Tidak mudah dekat dan percaya dengan orang lain.
Cukup optimal Membutuhkan pendapat orang lain dalam mengambil keputusan. Memperhatikan harapan dan penilaian orang lain.
Optimal Membutuhkan dukungan dan pendapat dari orang lain ketika menghadapi masalah. Bunga juga tergolong kurang mampu mengontrol perilakunya.
Cukup optimal Membutuhkan dukungan dan bantuan serta pendapat dari orang lain ketika menghadapi masalah. Sangat mudah terpengaruh dengan penilaian orang lain
Angket
Rendah :
Positive relations with other (memiliki relasi yang positif dengan orang lain )
Anggrek Indikator
Angket Tinggi :
Rendah :
Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri; mengakui dan menerima beberapa aspek yang baik dan buruk dalam dirinya; memiliki sikap dan perasaan positif terhadap masa lalu. Merasa tidak puas dengan diri sendiri, kecewa dengan peristiwa yang terjadi di masa lalu, memiliki masalah dengan kualitas pribadi tertentu berharap menjadi orang lain Pribadi yang hangat, memiliki relasi dan percaya dengan orang lain, memiliki perhatian terhadap kesejahteraan orang lain, mampu berempati, memiliki kasih sayang dan hubungan intim dengan orang orang lain, memahami konsep saling memberi dan menerima dalam suatu relasi memiliki relasi dan percaya hanya dengan orang tertentu, sulit untuk hangat, terbuka dan perhatian terhadap orang lain, merasa dikucilkan dan frustasi dalam relasi dengan sekitarnya, kurang memiliki keinginan mempertahankan hubungan dengan orang lain Mandiri; mampu bertahan dari tekanan sosial dalam bertindak dan berpikir, mampu mengontrol perilaku, mengevaluasi diri sendiri dengan standar personal Lebih memperhatikan harapan dan penilaian orang lain, mengandalkan penilaian orang
15
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
Dimensi Psychological well-being
Anggrek Skor
Bunga
lain dalam membuat sebuah keputusan, menyesuaikan diri (konformitas) terhadap tekanan sosial dalam berpikir dan berperilaku. Environmental Mastery (penguasaan lingkungan)
Angket Tinggi :
Rendah :
Purpose in Life ( Tujuan Hidup)
Angket Tinggi :
Rendah :
Personal Growth (Pertumbuhan pribadi)
Angket Tinggi :
Rendah:
Citra
Indikator
Menguasai dan memiliki kompetensi dalam mengatur lingkungan, mampu mengontrol susunan kegiatan eksternal yang kompleks, menggunakan kesempatan yang ada, mampu memillih dan menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai pribadi Kesulitan dalam mengatur relasi sehari – hari, merasa tidak mampu untuk merubah dan meningkatkan lingkungan, tidak waspada terhadap kesempatan yang ada, kurang memiliki kontrol terhadap pengaruh kondisi di luar dirinya. Memiliki tujuan dan arah hidup; merasa memiliki makna terhadap saat ini dan masa lalu; memberikan arti dalam kehidupannya Kurang memiliki makna hidup; kurang memiliki tujan dan arah hidup; tidak dapat melihat makna dari masa lalu; kurang memberikan arti dalam hidupnya. Ingin berkembang secara terus menerus; melihat dirinya sebagai pribadi yang bertumbuh dan bertambah luas; terbuka terhadap pengalaman baru; peka dan sadar akan potensi dalam dirinya; selalu melihat peningkatan dalam diri dan perilaku secara terus menerus Merasa stagnan dalam dirinya; kurang memiliki keinginan untuk meningkatkan dan memperluas diri; merasa bosan dan kurang berminat dengan hidup; merasa tidak mampu mengembangkan sikap dan perilaku.
terhadap dirinya.
Cukup optimal Cenderung melakukan konformitas agar diterima oleh lingkungan dan terhindar dari konflik.
Optimal Cenderung emosional ketika menghadapi tekanan, merasa bahwa dirinya tidak mampu melakukan hal – hal yang dapat merubah drinya menjadi lebih baik.
Kurang optimal Mudah emosi ketika menghadapi masalah Seringkali Citra merasa bahwa dirinya tidak dapat melakukan suatu hal untuk membuat keadaan menjadi lebih baik.
Cukup optimal Kurang memberikan arti dalam hidupnya karena fokus terhadap tujuan untuk menikah.
Optimal Kurang mampu memaknai pengalaman masa lalu. Tujuan hidupnya terbatas pada pernikahan.
Optimal Kurang mampu memaknai pengalaman masa lalunya. Tujuan hidupnya saat ini adalah menemukan jodoh dan menikah.
Cukup optimal Sebenarnya memiliki keinginan untuk meningkatkan diri, namun Anggrek stagnan dengan dirinya karena rasa kurang percaya diri dan fokus pada status lajang.
Cukup optimal Ada keinginan untuk maju, namun tidak disertai dengan daya juang yang cukup sehingga Bunga Nampak kurang mengembangkan potensi yang dimiliki.
Optimal Memiliki keinginan untuk menuju ke arah yang lebih baik, namun hal ini tidak disertai dengan daya juang yang cukup sehingga seringkali Citra menyalahkan keadaan di lingkungan sekitarnya.
16
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
tailed) > 0,05 sehingga Ho diterima
HASIL PENELITIAN analisis
Hasil menggunakan
dengan non
Uji statistik juga dilakukan
menunjukkan
untuk melihat apakah ada perubahan
bahwa tidak ada perubahan signifikan
pada tiap dimensi psychological well-
pada
well-being
being partisipan (Tabel 5). Pengujian
sesudah
ini juga menggunakan statistik non-
parametrik
statistika
(Tabel 4).
wilcoxon
psychological
partisipan diberikan
sebelum
dan
bibliotherapy.
Pada
uji
parametrik uji dua sampel berkorelasi
statistik yang dilakukan nilai sig (2-
Wilcoxon.
Tabel 4 Hasil Uji Statistik Perubahan Skor Psychological Well-Being Test Statisticsa
PostTest Total - PreTest Total -1,604b
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
,109
a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.
Tabel 5 Hasil Uji Statistik Perubahan Skor Psychological Well-Being (per dimensi) Nilai
Self Acceptance
Autonomy
Purpose In Life
Positive Relationship with others
Environmental Mastery
Personal Growth
Z Sign (2tailed)
-1,342 ,180
-,447 ,655
-1,342 ,180
-1,342 ,180
-1,000 ,317
-1,000 ,317
17
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
Pada
keenam
diberikan
dimensi
cukup
sesuai
dengan
psychological well-being, nilai sig (2-
karakteristik partisipan. (3) Anggrek
tailed) > 0,05, maka berarti Ho
merasa
diterima. Hal ini berarti, tidak ada
bibliotherapy, sehingga menuntunnya
perbedaan skor pada dimensi self
untuk melakukan perubahan perilaku.
acceptance, autonomy, purpose in life,
(4)
positive
membantunya untuk
relationship
with
others,
terbantu
Bunga
dengan
merasa
adanya
bibliotherapy membuka pola
environmental mastery, dan personal
pikirnya, namun ia masih merasa
growth.
kesulitan dalam mengaplikasikannya.
Dari hasil pengujian skor pre-
(5) Citra merasa terbantu dengan
test dan post-test serta skor per
bibliotherapy terutama dalam refleksi
dimensi
diri dan memberikan wawasan baru
menunjukkan
bahwa
bibliotherapy yang diberikan kurang memberikan
pengaruh
mengenai hidup lajang.
terhadap
perubahan psychological well-being
HASIL DAN PEMBAHASAN
partisipan penelitian.
Hasil
penelitian
di
atas
Selain uji statistik, penelitian
menunjukkan
juga
analisa
penelitian ditolak, dimana tidak ada
kerja
perubahan skor psychological well-
partisipan penelitian dan form evaluasi
being antara sebelum dan sesudah
pelaksanaan bibliotherapy. Dari hasil
pemberian
analisa tersebut, dapat disimpulkan
Bibliotherapy yang diberikan terdiri
beberapa hal antara lain (1) Partisipan
dari beberapa bagian dan tema yang
merasa terbantu terutama dalam proses
dibuat sesuai dengan kebutuhan pada
berpikir mereka. Mereka mendapatkan
saat
pengetahuan yang membantu mereka
memasuki materi bibliotherapy yang
untuk
mereka.
berkaitan dengan psychological well-
Mereka merasa pola pikirnya lebih
being, partisipan diberikan latihan
terbuka.
bibliotherapy agar pada saat proses
ini
berdasarkan
melakukan hasil
merefleksikan
(2)Tema
lembar
diri
bacaan
yang
18
dilakukan
bahwa
hipotesis
bibliotherapy.
asesmen.
Sebelum
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
bisa berjalan dengan optimal. Pada
cara menjalin relasi yang baik dengan
tahap latihan bibliotherapy, ketiga
orang lain.
partisipan mampu melakukan setiap tahapan
dalam
bibliotherapy
memahami
materi
diberikan.
Hal
sebelumnya
bacaan ini
peneliti
dan
Pada tema “All About Single Woman”,
partisipan
diajak
untuk
yang
mengenali tipe lajang yang dimiliki.
disebabkan
Pada tema ini, ketiga partisipan sama –
memberikan
sama
menyadari
bahwa
penjelasan setiap tahapan yang akan
tergolong
dilakukan dan materi bacaan berupa
single, dimana mereka masih memiliki
lirik lagu yang mudah dipahami dan
keinginan yang besar untuk menikah
jelas dalam menggambarkan kondisi
dan masih berusaha secara aktif untuk
perempuan lajang.
mencapainya
Pada
tahap
pengenalan
Ketiga
involuntary
mereka temporary
(Benokraitis,
partisipan
mampu
psychological well-being diberikan,
mengenali
setiap partisipan mampu mengenali
mereka bahwa sebenarnya mereka
kondisi psychological well-being diri
merasa kurang nyaman dengan status
mereka sesuai dengan hasil asesmen
lajang mereka. Perasaan tidak nyaman
yang dilakukan. Partisipan mampu
yang muncul dari diri mereka tidak
mengenali
dan
pikiran
yang
paling
hanya karena tuntutan dari keluarga
dan yang paling
kurang
dan pandangan masyarakat, namun
optimal dalam diri mereka.
Ketiga
karena mereka tidak ingin sendirian
partisipan sama – sama memiliki
ketika menghadapi hari tuanya nanti.
dimensi positive relationshop with
Hal ini kembali lagi berkaitan dengan
others yang optimal. Hal ini berkaitan
kebutuhan partisipan penelitian akan
dengan karakter kepribadian mereka
afeksi begitu besar.
optimal
dimensi
perasaan
juga
2011).
yang memiliki kebutuhan afeksi yang
Pada tema “I Love My self”,
besar sehingga mereka akan berusaha
setiap
peserta
mampu
melakukan
memenuhi kebutuhan mereka dengan
setiap tahapan dengan baik, namun tujuan dari tema ini tidak sepenuhnya
19
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
tercapai. Ketiga partisipan sama –
Pada tema ‘My Life is not just
sama memiliki wawasan bagaimana
about being single” ketiga partisipan
menyikapi kelebihan dan kelemahan
juga
dengan cara yang positif, namun hanya
bibliotherapy dengan baik, namun
Anggrek yang tergerak agar nilai –
tema ini kurang efektif memberikan
nilai tersebut dapat diterapkan dalam
dampak positif bagi mereka karena
hidupnya. Bunga dan Citra hanya
pada dasarnya mereka masih belum
memahami
dapat
bacaan
mengenai
saja
dan
sebatas
kurang
isi
mampu
mampu
melakukan
menerima
mereka.
Pada
tahapan
kondisi
tema
lajang
ini
mereka
menggeneralisasi nilai atau semangat
mengerti dan memiliki wawasan baru
yang ada dalam cerita ke dalam
tentang bagaimana menyikapi status
dirinya.
lajang
Pada tema “I’m Independent
partisipan
mereka,
namun
ketiga
masih
berpikir
bahwa
Woman” ketiga partisipan mampu
mereka tidak akan bahagia jika belum
melakukan
tahapan
memiliki pasangan. Hal ini nampak
bibliotherapy dengan baik, namun
dari komitmen yang mereka buat
ketiga peserta memiliki pemahaman
masih kental dengan tentang penantian
dan
pasangan
setiap
kemampuan
untuk
menggeneralisasi yang berbeda. Pada tahap
ini
dan
bukan
ke
arah
pengoptimalan diri mereka.
Citra
Ketiga partisipan sama – sama
bahwa
mendapatkan pengetahuan, pola pikir
seharusnya ia bisa belajar dari tokoh
dan cara pandang yang baru pada
yang ada pada bacaan, sedangkan
situasi yang dialami saat ini, namun
Bunga memahami bahwa sebenarnya
hanya
ia harus belajar untuk mandiri namun
bibliotherapy
ia merasa tidak sanggup karena ia
perasaan negatif yang dimilikinya dan
merasa bahwa dirinya pasti akan selalu
digantikan dengan perasaan positif
membutuhkan orang lain.
dalam bentuk komitmen yang akan
menunjukkan
Anggrek
hidup
pemikiran
Anggrek
yang
hingga
menjalani mengurangi
dilakukan sesuai proses terapi. Dua
20
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
pada
Partisipan juga merasa tidak sendiri
mengenai
dan dipahami karena merasa memiliki
perempuan lajang yang sukses dan
kesamaan dengan tokoh bacaan. Selain
mandiri.
itu, pembuatan materi bacaan yang
partisipan
lainnya
terbatas
baru
pengetahuan
Perubahan
yang
dialami
diberikan
Anggrek dipengaruhi oleh beberapa
sehingga
hal, yaitu dibandingkan dua subjek
dalam melakukan identifikasi dari
yang lain, Anggrek adalah yang paling
bacaan
terhadap
dirinya.
Dengan
mampu
materi
bacaan
yang
mudah
melakukan
terhadap
partisipan
diidentifikasi, partisipan menjadi lebih
dalam
mudah menemukan wawasan baru
menunjang keefektifan bibliotherapy
dalam menghadapi permasalahan atau
(Gambrill
situasi yang sedang dialami.
berperan
dalam
Kemampuan
memudahkan
ini
sangat
bacaan.
generalisasi
memperhatikan tematik
penting
Ammerman
&
Hersen, 1993). Jika
Bibliotherapy yang diberikan juga dibandingkan
dengan
memiliki
kelemahan
antara
lain
kedua partisipan penelitian, Anggrek
perubahan hanya sebatas pada ranah
adalah sosok yang lebih matang dan
kognitif
memiliki kemampuan berpikir praktis
mendapatkan
dan
tinggi.
mengenai situasi yang sedang dialami.
Kemampuan berpikir memengaruhi
Bibliotherapy ini kurang efektif pada
partisipan penelitian selama proses
partisipan
bibliotherapy.
sehingga
logis
Kelebihan
yang
dan
lebih
saja
yaitu pemahaman
yang
kurang
kurang
merefleksikan
Kelemahan
peserta baru
matang mampu
diri
dan
menggeneralisasikan cerita terhadap
Bibliotherapy dalam penelitian ini Kelebihan penelitian ini adalah
dirinya, sedangkan karakteristik ketiga
Terapis dapat mengarahkan partisipan
partisipan sama – sama menunjukkan
tanpa merasa digurui, karena proses
pribadi yang kurang matang. Waktu
terapeutik terjadi pada saat mereka
dalam
membaca dan menghayati bacaan.
terbatas, sehingga pembahasan setiap
21
melaksanakan
bibliotherapy
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
Tabel 6 Dimensi Yang Peningkatan Skor
materi kurang dapat dilakukan secara mendalam.
Dimensi Self acceptance
KESIMPULAN DAN SARAN
Partisipan Anggrek dan Bunga Bunga dan Citra Anggrek dan Citra
Purpose in life Positive relationship with others
Berdasarkan hasil penelitin, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :
Mengalami
1. Kondisi psychological well-being pada
perempuan
lajang
pada
3. Pada penelitian ini bibliotherapy
penelitian ini tergolong kurang
disimpulkan kurang berpengaruh
optimal, dengan demikian dapat
dalam peningkatan psychological
dikatakan bahwa ketiga partisipan
well-being
belum berfungsi secara maksimal
partisipan
sebagai individu baik terhadap diri
dipengaruhi oleh beberapa hal
sendiri
yaitu, motivasi dari partisipan
maupun
terhadap
lingkungan sekitarnya.
perempuan penelitian.
dalam
lajang Hal
berproses
ini
ketika
2. Peningkatan skor psychological
bibliotherapy sedang dilakukan.
well-being terjadi di beberapa
Bibliotherapy akan efektif apabila
dimensi saja yaitu self acceptance,
peserta memilki dorongan dari
purpose
positive
dalam dirinya secara sukarela
relationship with others walaupun
untuk berproses. Faktor minat
peningkatan skor tersebut dapat
membaca
dikatakan
proses
in
life
kurang
dan
signifikan
juga
memengaruhi
bibliotherapy,
semakin
karena tidak ada peningkatan pada
besar minat baca partisipan maka
kategori. Berikut adalah rincian
proses
partisipan
semakin efektif. Hal lain yang
yang
mengalami
peningkatan skor :
bibliotherapy
memengaruhi
22
efektifitas
bibliotherapy
adalah
faktor
kepribadian,
dimana
ketiga
partisipan
dapat
memiliki
kebutuhan
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
afeksi
yang
besar,
Beck,
Judith S. (2011). Cognitive behavior therapy: Basics and beyond (2nd ed.). New York: The Guilford Press. Bergsma. (2007). Do self-help books help?. Diambil pada tanggal 09 Agustus 2010 dari http://proquest.umi.com.pustaka.ub aya.ac.id/ Briner, R.B. (2000). Relationships between work environments, psychological environment and psychological well being (online). Diambil pada tanggal 10 Juni 2011, dari http://www. oxfordjournals.org Blackburn, Ivy-Marie., & Davidson, K. (1990). Terapi kognitif untuk depresi dan kecemasan suatu petunjuk bagi praktisi. Semarang: IKIP Semarang Press Burns, D. D. (1988). Terapi kognitif: pendekatan baru bagi penanganan depresi. Jakarta: Penerbit Erlangga Campbell, Linda F., & Smith, Thomas P. (2003). Integrating self-help books into psychotherapy. Journal of clinical psychology, 59, 2, 177-186. Christie, Y. (2008). Perbedaan psychological well-being pada wanita lajang ditinjau dari tipe wanita lajang. Skripsi, tidak diterbitkan, Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, Surabaya. Christopher, J.C. (1999). Situating psychological well-being: Exploring the cultural roots of it’s theory and research. Journal of counseling and development, 77,2, 141-152. Corsini, R.J., & Wedding, D. (2005). Current psychotherapies (7th edition). Belmont: Brooks/Cole – Thomson Learning. Doyle, D., Hanks, W.C.G., & Macdonald, N. (1998). Oxford text book of
sehingga
materi – materi yang diberikan kurang dapat mengena dalam diri partisipan. Individu yang reflektif dan rasional dapat lebih efektif dalam proses bibliotherapy.
DAFTAR PUSTAKA Abbot, R.A., dkk. (2006). Psychometric evaluation and predictive validity of ryff’s psychological well-being items in a uk birth cohort sample of women. Journal Health and Quality of Life Outcomes, 4, 76. Abdullah, M.H. (2003). Bibliotherapy. Diambil pada tanggal 13 Maret 2013 dari www.ericdigest Aiex, N.K. (1993). Bibliotherapy. Diambil pada tanggal 13 April 2013 dari www.ericdigest Alwisol. (2010). Psikologi kepribadian (edisi revisi). Malang : UMM Press Ammerman, R.T., & Hersen,M. (1993). Handbook of behavior therapy with children and adults: A developmental and longitudinal perspective. Boston: Allyn and Bacon. Basson, Natasha. (2008). The influence of psychological factors in the subjective well-being of adolesecents. Diambil pada tanggal 18 Oktober 2013 dari http://etd.uovs.ac.za/ETDdb/theses/available/etd-10232009130814/unrestricted/BassonN.pdf Batram, D., & Boniwell, L. (2007). The science of happiness: Achieving sustained psychological well being. Positive psychology in practice, 472 – 482.
23
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
palliative medicine. New York: Oxford University Press, Inc. Eddington, N., & Shuman, R. (2005). Continuing psychology education : Subjective well-being happiness. Diambil pada tanggal 13 Oktober 2012, dari https:// www.texcpe.com Feldman, Robert.S. (2001). Social psychology (3rd ed.). New Jersey: Prentice-Hall Frieswijk N., dkk. (2005). Effectiveness of a bibliotherapy in increasing the self – management ability of slightly to moderately frail older people. Diambil pada tanggal 10 Juli 2013 dari http://www.sciencedirect.com/scien ce/article/pii/S07383991 05000 984 Gunarsa. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia Harris, L.R., & Brown, G.T.L. (2010). Mixing interview and questionnaire methods: practical problems in aligning data. Practical Assesment, research & Evaluation, 15, 1. Hartanti. (2010). Faktor – faktor pendukung kesejahteraan subjektif pekerja. Disertasi, tidak diterbitkan, Program doktor fakultas psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Herink, Richie (eds). (1980). The psychotherapy handbook. New York: New American Library Huppert, F.A. (2009). Psychological wellbeing: evidance regarding its causes and consequences. Applied Psychology: Health and WellBeing, 2, 137-164. Hynes, A.M. & Berry, M.H. (1994). Biblio/poetry therapy: The interactive process: A Handbook. Illinois: North Star Press of St Cloud Inc. Jachna, J.T. (2005). Bibliotherapy: what, why, and how. Diambil pada
tanggal 14 April 2014 dari http://english.illinoisstate.edu/ Jamison, C. & Scogin, F. (1995). The Outcome of cognitive bibliotherapy with depressed adults. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 63(4) Jozef, Dzuka& Claudia, Dalbert. (2000). Well-being as a psychological indicator of health in old age: A research agenda. Diambil pada tanggal 18 Oktober 2013 dari http://www.erzwiss.unihalle.de/gliederung/paed/ppsych/ch ap-dzuka-old-swb.pdf Kim, H.,K. & Patrick C., K. (2002). The relationship between marriage and psychological well being. Journal Of Family Issues, 23,8. Knapp, P & Beck A.T. (2008). Cognitive therapy: foundations, conceptual models, applications and research. Diambil pada tanggal 2 September 2013 dari http://www.scielo.br/pdf/rbp/v30s2/ en_a02v30s2.pdf Kramer, Karin. (2009). Using self-help bibliotherapy in counseling. Diambil pada tanggal 12 April 2013 dari https://www.uleth.ca/dspace/handle/ 10133/762 Lativa, Ananda P. (2011). Perbedaan psychological well-being pada wanita ditinjau dari status pernikahan. Skripsi, tidak dipublikasikan, Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, Surabaya. Laswell, M. & Laswell, T. (1987). Marriage & the family. California: Wadworth, Inc. Lewis, Karen Gail& Moon, Sidney. (1997). Always single and single again women: a qualitative study. Journal of Marital and Family Therapy, 23, 2, 115-134.
24
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
Lyubomirsky S. & Layous K. (2013). How do simple positive activities increase well-being?. Diambil pada tanggal 13 Desember 2013 dari http://sonjalyubomirsky.com/files/2 012 /09/Lyubomirsky-Layous20132.pdf Moe, Krista. (2012). Factors influencing women’s psychological well-being within positve functioning framework. Diambil pada tanggal 18 Oktober 2013 dari http://uknowledge.uky.edu/cgi/view content.cgi?article=1002&context= edp_etds Myers, J.E. (1998). Bibliotherapy and dct: Constructing the therapiutic metaphor. Journal of counseling & development, 76, 243-250. N.Jole V. Benokraitis. (2011). Marriage & families changes, choices, & constraints 7th edition. Boston: Prentice Hall Nanda, Desiyanti Ika. (2013). Hubungan loneliness dan psychological wellbeing pada dewasa muda lajang yang berkarir. Thesis, tidak dipublikasikan, Binus Univeristy, Jakarta. Neuman, W.Lawrence. (2006). Social research methods: qualitative and quantitative approaches (6th edition). Boston: Allyn and Bacon. Novitawati, M., Rahayu, S., & Lasmono, H. (2001). Pengaruh rational bibliotherapy terhadap penurunan perilaku merokok dengan the transtheoretical model of behavior change sebagai acuan pengukuran. Jurnal Psikologi Indonesia Anima, 16,3. Nugent, S.A. (2000). Bibliotherapy: a study of its effects on the self concepts of gifted students. Diambil pada tanggal 10 Agustus 2010, dari
http://selu.edu.Academics /Education/EDF600/steph.htm Olson, D.H. & J. DeFrain. (2000). Marriage and family: Diversity and strength (3rd edition). Mountain View, CA: Mayfield Publishing. Papalia, D.E., Sterns, H.L., Feldman, R.D., & Camp, C.J. (2007). Adult development and aging (3rd edition). New York: McGraw-Hill Patricia, Ester. (2007). Pengaruh bibliotherapy terhadap konsep diri remaja. Jurnal Psikologi Indonesia Anima, 22, 327-336. Pehrsson, Dale. E. & McMillen, Paula. (2007). Bibliotherapy : overview and implications for counselors. Diambil pada tanggal 01 Februari dari counselingoutfitters.com /vistas/ACAPCD/ACAPCD-02.pdf Pervin, Lawrence.A, Cervone. Daniel. & John. Oliver, P. (2005). Personality Theory and Research (9th edition). NJ: John Wiley&Sons, Inc. Reynolds, Jill. (2002). Constructing the single woman in therapy. Journal of critical psychology, counselling and psychotherapy, 2,1, 20-31. Diambil pada tanggal 11 November 2012, dari http://oro.open.ac.uk/2786/1/ Robert, Dan. (2012). Bibliotherapy on mindfullness. Diambil pada tanggal 31 Oktober 2012 dari http://www.danroberts.com/blog/bi bilotherapy-on-mindfulness Ryan, R.M. &Deci, E.L. (2001). On happiness and human potentials : A review of research on hedonic and eudaimonic well-being. Annual Review of Psychology, 52, 141-166 Ryff, C. (1989). Happiness is everything or is it? Explorations on the meaning of psychological well being. Journal of personality and social psychology ,57, 1069 – 1081
25
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
Ryff, C. & Keyes, C. (1995). The structured of psychological well being revisited. Journal Personality and Psychology, 69, 4, 719-727. Santrock, John.W. (2004). Adolescence: Perkembangan remaja (edisi keenam). Jakarta: Penerbit Erlangga. Sawyer, Walter E. (2003). Growing up with literature (4th ed.). Canada : Thomson Delmar Learning. Sclabassi, S.H. (1973). Literature as a therapeutic tool: A review of the literature on bibliotherapy. American Journal of Psychotherapy, 27 Sharf, Richard. S. (2012). Theories of psychotherapy and counseling: Concepts and Cases (5th ed). Belmont: Linda Schreiber-Ganster Shechtman, Z. & Nir-shfrir, R. (2008). The effect of affective bibliotherapy on clients’s functioning in group therapy. International Journal of Group Psychotherapy, 58. Spiegler, M.D. & Guevremont, D.C. (2003). Contemporary behavior therapy. USA: Thomson Wadsworth Sukamto, Monique Elizabeth. (2008). The effectiveness of bibliotherapy in reducing body image dissatifaction among high school girls. ANIMA:
Indonesian Psychology Journal, 24, 33-37. Suparyo, Yossy. (2009). Bibliotherapy, kekuatan penyembuhan lewat pengetahuan. Diambil pada tanggal 2 Januari 2011 dari web.kombinasi.net/.../BiblioterapiKekuatan-Penyembuhan-LewatPengetahuan.pdf. Saxton, L. (1986). The individual, marriage, and the family. California: Wadsworth Publishing Company, Inc. The Herritage Foundation. (2011). Marriage and health. Diambil pada tanggal 5 Mei 2013 dari http//www.familyfacts.org/briefs/20 /marriage-amd-health Woo, Hyeyoung & Raley, R.Kelly. (2009). The effects of marriage on psychological well-being focusing on motherhood status prior to marriage. Diambil pada tanggal 6 Juni 2013 dari http://paa2009.princeton.edu/papers /91595 Wuenstel, M.C. (1999). The reflective journal: The emotions and consciousness states of poets within a transpersonal writing design. Disertasi, tidak dipublikasikan, West Virginia University, Morgantown-West Virginia.
26