PENGAMBILAN KEPUTUSAN KREDIT BANK PADA PP KERJA DI KABUPATEN BOYOLALI (PENDEKATAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Irma Yunita, Mohd. Harisudin, Agung Wibowo Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457 E-mail:
[email protected]. Telp. 085642440879 Abstract: This research aims to determine the variability in PP Kerja operating system, determine the criteria taken into consideration in choosing a bank credit of PP Kerja, determine the alternative banks that provides the attraction for PP Kerja, and the bank priority for the selected PP Kerja as a creditor. The basic method used descriptive analysis. Locations were selected at PP Kerja located in Boyolali. The data used are primary data and secondary data. Method of data analysis is descriptive and analitycal hierarchy process (AHP). The results showed that the variability in the operating system PP Kerja such as seed production process consists of the selection of land, the selection of farmer groups, the selection of seed sources, field inspection, inspection of harvesting and processing equipment, seed processing, and storage of maintenance time. Post-harvest management consists of threshing, drying, cleaning, making lots, seed sampling, packaging and labeling, as well as relabeling. Marketing consists of market segmentation, target market determination (targeting), product placement (positioning), differentiation and marketing mix (marketing mix). Criteria for selection of bank credit in PP Kerja such as the perception, the distance to the bank, services, administration, collateral, interest, and future installments. alternative bank as the creditors of BRI, BNI, Bank Mandiri, and Bank Bukopin. Results through analytical hierarchy process indicates that the bank is a priority creditor in PP Kerja is BNI. Key Word : PP Kerja, Analytical Hierarchy Process, Credits. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan sisrtem operasi di PP Kerja, mengetahui kriteria yang dijadikan pertimbangan PP Kerja dalam memilih kredit perbankan, mengetahui alternatif bank yang memberikan daya tarik bagi PP Kerja, serta bank yang menjadi prioritas untuk dipilih PP Kerja sebagai kreditur. Metode dasar yang digunakan deskriptif analitis. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu di PP Kerja yang berlokasi di Kabupaten Boyolali. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan analitycal hierarchy process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaan sistem operasi di PP Kerja antara lain proses produksi benih yang terdiri dari pemilihan lahan, pemilihan kelompok tani, pemilihan benih sumber, pemeriksaan lapang, pemeriksaan alat panen dan pengolahan, pengolahan benih, dan pemeliharaan saat penyimpanan. Pengelolaan pasca panen yang terdiri dari perontokan, pengeringan, pembersihan, pembuatan lot, pengambilan contoh benih, pengemasan dan pelabelan, serta pelabelan ulang. Pemasaran terdiri dari segmentasi pasar, penetapan pasar sasaran (targeting), bauran pemasaran (marketing mix), harga, tempat, dan promosi. Kriteria pemilihan kredit perbankan di PP Kerja antara lain persepsi, jarak rumah ke bank, pelayanan, administrasi, agunan, bunga, dan waktu angsuran. alternatif bank sebagai kreditur yaitu BRI, BNI, Bank Mandiri, dan Bank Bukopin. Hasil melalui analytical hierarchy process menunjukkan bahwa bank prioritas yang menjadi kreditur di PP Kerja adalah BNI. Kata Kunci : PP Kerja, Analytical Hierarchy Process, Kredit.
PENDAHULUAN Berdasarkan data BPS Indonesia tahun 2010 penduduk Indonesia mencapai 259.940.857 orang. Jumlah penduduk yang besar harus diimbangi dengan ketahanan pangan agar tidak terjadi kekurangan pangan bagi masyarakat. Dari berbagai jenis bahan pangan yang dikonsumsi, padi memiliki urutan yang pertama (Bahrin dan Hardjono, 1998). Peledakkan penduduk akan mengakibatkan lahan pertanian banyak terkonversi menjadi perumahan. Semakin sempitnya lahan pertanian akan berpengaruh pada rendahnya produksi padi, sehingga diperlukan benih padi bersertifikat sebagai alternatif menanggulanginya (Mustain, L.L., 2005). PP Kerja sebagai salah satu produsen benih padi bersertifikat terbesar di Jawa Tengah, terus meningkatkan kualitas produknya agar dapat menciptakan produk benih yang unggul dan bersaing di pasar. Sehingga untuk menunjang faktor-faktor produksi yang mahal, diperlukan kredit sebagai solusi permodalan di PP Kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaan sistem operasi benih di PP Kerja, mengetahui kriteria yang dijadikan pertimbangan PP Kerja dalam memilih kredit perbankan, mengetahui bank yang menjadi alternatif kreditur bagi PP Kerja, dan mengetahui bank yang menjadi prioritas untuk dipilih PP Kerja sebagai kreditur. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Lokasi penelitian
di PP Kerja Kabupaten Boyolali dengan pertimbangan bahwa PP Kerja sebagai produsen benih padi yang memiliki tingkat produksi benih terbesar se-Karesidenan Surakarta yaitu sekitar 3.000 ton pertahun. Pengambilan informan pada penelitian ini dilakukan dengan purposive. Informan penelitian ini adalah direktur dan manajer. Jenis dan sumber data yang digali dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan berupa observasi, wawancara, pencatatan, dan FGD. Untuk mengetahui keragaan sistem operasi di PP Kerja menggunakan metode deskriptif, untuk mengetahui kriteria yang dijadikan pertimbangan PP Kerja dalam memilih kredit perbankan menggunakan metode FGD, untuk mengetahui daya tarik yang diberikan oleh bank untuk PP Kerja menggunakan perbandingan berpasangan, untuk mengetahui bank yang menjadi prioritas yang dipilih PP Kerja sebagai pemberi kredit menggunakan metode analytical hierarchy process langkahlangkahnya adalah menyusun hierarki, menggambarkan hasil FGD, Menentukan prioritas elemen, mensintesis, mengukur konsistensi, menghitung consistency index (CI), menghitung consistency ratio (CR), memeriksa konsistensi hierarki, dan menggabungkan pendapat HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keragaan Sistem Operasi di PP Kerja Untuk mendapatkan benih yang berkualitas tinggi maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: pemilihan lahan, pemilihan
kelompok tani, pemilihan benih sumber, pemeriksaan lahan, dan pemeriksaan alat panen. Pengelolaan Pasca Panen Semua perusahaan benih melakukan proses pengolahan benih yang sama sesuai dengan standar pelaksanaan dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) .yaitu perontokkan, pengeringan, pembersihan, pembuatan lot, pengambilan contoh benih, pengemasan dan pelabelan, dan pelabelan ulang Pemasaran Pemasaran adalah fungsi bisnis yang mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi sekarang dan mengatur seberapa besarnya, menentukan target pasar mana yang paling baik dilayani oleh organisasi, dan menentukan berbagai produk, jasa dan program yang tepat untuk melayani pasar tersebut (Kotler, 1995). Kebijakan segmentasi pasar yang dilakukan PP Kerja atas dasar geografis. PP Kerja memfokuskan pasar sasarannnya pada konsumen petani pengguna benih padi bersertifikat. Produk yang dihasilkan oleh PP Kerja adalah benih padi dengan kelas benih pokok/stock seed (SS). Harga benih padi bersertifikat yang diproduksi oleh PP Kerja sebesar Rp 35.000,00/pack/5 kg. PP Kerja memasarkan ke petani langsung, agen kecil, dan agen besar. Kriteria Pemilihan Kredit Perbankan Persepsi direktur tentang bank yang sesuai kriteria selain dipengaruhi pengalaman pribadi juga
memperhitungkan adanya masukkan yang diberikan keluarga ataupun teman dekat direktur PP Kerja mengenai pemilihan kredit Bank Pemilihan Bank sebagai kreditur di PP Kerja tidak hanya dipilih berdasarkan jarak terdekat dengan perusahaan, melainkan keamanan dan kenyamanan dalam bertransaksi di bank tersebut PP Kerja lebih menyukai Bank yang dapat melayani dengan baik meliputi keandalan, daya tanggap, jaminan, empati, bukti langsung atau berwujud. Fasilitas “jemput bola” yang ditawarkan pihak Bank sangat memudahkan pihak PP Kerja dalam bertransaksi. Fasilitas jemput bola ini juga memberikan keuntungan kepada PP Kerja karena dapat menghemat waktu dan biaya. PP Kerja lebih memilih calon kreditur yang memberikan syarat administrasi yang tidak rumit dan bertindak secara adil dalam pelaksanaanya. Hal ini berkaitan dengan pencairan kredit yang akan lebih mudah apabila administrasi tidak rumit. Nilai jaminan merupakan salah satu persyaratan dalam mengajukan kredit. Adanya jaminan atau agunan dapat meminimalisasi risiko kredit dari bank yang disalurkan untuk debitur. Oleh karena itu semakin tinggi nilai jaminan, risiko penyaluran kredit semakin rendah dan persentase kredit yang terealisasi pun akan semakin tinggi. Bunga adalah harga yang harus dibayar oleh peminjam kepada pemberi pinjaman atas penggunaan dananya (Kasmir, 2007). Suku bunga juga dapat menjadi kompensasi ketika risiko penyaluran
kredit tinggi misalnya untuk kredit jangka panjang suku bunga lebih tinggi hal ini umtuk meminimalisasi risiko penyaluran kredit di masa mendatang. Suku bunga kredit modal kerja yang ditawarkan oleh beberapa bank besarnya hampir sama. Alternatif Bank sebagai Kreditur Bank Rakyat Indonesia (BRI) Persepsi PP Kerja terhadap BRI sebagai bank pembiayaan yang dikenal dekat dengan masyarakat khususnya masyarakat golongan menengah ke bawah yang mayoritas tinggal di pedesaan. Jarak BRI dari PP Kerja cukup dekat yaitu sekitar 3 km dari PP Kerja. BRI memberikan alternatif bentuk pembiayaan kredit sebagai antara lain skim plafond kredit menurun dengan jangka waktu maksimal 3 tahun dan skim plafond kredit tetap dengan jangka waktu maksimal 1 tahun. Dalam pengajuan kredit modal kerja, para nasabah disyaratkan untuk menyediakan dana sendiri minimum sebesar 30% dari total kebutuhan modal usaha. Bank Negara Indonesia (BNI) BNI memberikan penawaran bagi UMKMK berupa kredit modal kerja. Kredit modal kerja ini adalah tambahan modal kerja usaha atau investasi usaha untuk usaha kecil produktif dengan maksimum pembiayaan sebesar Rp. 50 juta s.d. Rp. 1 milyar. BNI juga memberikan fasilitas khusus bagi debitur berupa pelayanan jemput bola. Administrasi atau prosedur untuk memperoleh kredit di BNI mudah dan tidak
berbelit. Bunga dan agunan yang disyaratkan oleh BNI juga tidak memberatkan PP Kerja. Bank Mandiri Bank Mandiri memiliki produk pembiayaan modal berupa kredit bagi UMKNK yaitu kredit modal kerja. Kredit modal kerja adalah fasilitas kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dan atau kebutuhan modal kerja yang bersifat khusus seperti untuk membiayai inventory/piutang/proyek atau kebutuhan khusus lainnya yang menurut evaluasi Bank layak untuk dibiayai. Jarak perusahaan ke Bank Mandiri cukup jauh yaitu sekitar 18 km. Mandiri memberikan fasilitas jemput bola kepada debitur. Bank Bukopin Plafond dari kredit yang ditawarkan oleh Bank Bukopin yaitu: KUR Ritel plafond sebesar 5 juta sampai dengan 500 juta sesuai dengan ketentuan dan analisa kelayakan dari bank dan KUR Mikro plafond sampai dengan 5 juta. Jangka waktu yang diberikan dalam angsuran kredit modal kerja adalah 3 tahun dan tidak dapat diperpanjang. Bank Bukopin tidak memberikan fasilitas jemput bola kepada PP Kerja. jarak antara PP Kerja ke Bank Bukopin cukup jauh yaitu 20 km. Prioritas Bank sebagai Kreditur Berikut ini adalah level hirarki untuk menentukan bank yang akan menjadi kreditur:
Pemilihan Kredit Bank pada PP Kerja di Kabupaten Boyolali
Tujuan Kriteria
Persepsi
Jarak Rumah ke Bank
Alternatif
Pelayanan
BRI
Fasilitas
BNI
Administrasi
Bank Mandiri
Bunga
Agunan
Bank Bukopin
Gambar 1. Hierarki Penentuan Bank Prioritas sebagai Kreditur Penilaian Kriteria dilakukan dengan melakukan pembobotan pada masing-masing kriteria untuk selanjutnya disusun matriks kriteria perbandingan berpasangan.
Penilaian Kriteria dan Alternatif Pemilihan Kredit Bank pada PP Kerja di Kabupaten Boyolali Melalui Matriks Perbandingan Berpasangan Tabel 1. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Penilaian Kriteria
Persepsi Jarak Rumah ke Bank Pelayanan Fasilitas Administrasi Agunan Bunga
Persepsi
Jarak Rumah ke Bank
Pelayanan
Fasilitas
Administrasi
Agunan
Bunga
1
5
3
5
3
5
5
0,2
1
0,33
0,33
0,5
3
1
0,33 0,2 0,33 0,2 0,2
3 3 2 0,33 0,2
1 0,2 0,33 0,2 0,33
5 1 0,33 0,2 0,33
3 3 1 0,25 1
5 5 4 1 5
3 3 1 0,2 1
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa kriteria Persepsi lebih penting daripada kriteria Jarak Rumah ke Bank, kriteria Fasilitas, kriteria Agunan, dan kriteria Bunga. Kriteria Jarak Rumah ke Bank sedikit lebih penting daripada kriteria Agunan dan sama pentingnya dengan kriteria Bunga. Kriteria Pelayanan sedikit lebih penting daripada kriteria Jarak Rumah ke Bank, Administrasi, dan Bunga serta lebih penting daripada kriteria Fasilitas dan Agunan. Kriteria Fasilitas sedikit lebih penting daripada kriteria Jarak Rumah
ke Bank, Administrasi, dan Bunga serta lebih penting daripada Agunan. Kriteria Administrasi hampir sama pentingnya daripada kriteria Jarak Rumah ke Bank, hampir lebih penting daripada kriteria Agunan, dan sama pentingnya dengan kriteria Bunga. Kriteria Bunga lebih penting daripada kriteria Agunan Penilaian Alternatif Bank Penilaian matriks perbandingan berpasangan untuk penilaian alternatif Bank terhadap Kriteria Persepsi terlihat pada Tabel 2:
Tabel 2. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Penilaian Bank Kreditur terhadap Kriteria Persepsi BRI BNI Bank Mandiri Bank Bukopin BRI 1 0,143 0,33 3 BNI 7 1 5 8 Bank Mandiri 3 0,2 1 3 Bank Bukopin 0,33 0,125 0,33 1 Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 2 dapat alternatif bank bank mandiri diketahui bahwa pada kriteria sedikit lebih penting daripada Persepsi BRI sedikit lebih BRI dan Bank Bukopin. penting daripada Bank Penilaian matriks Bukopin. BNI jelas lebih perbandingan berpasangan penting daripada BRI, dan untuk penilaian alternatif Bank lebih penting daripada Bank Kreditur terhadap Kriteria Mandiri, serta hampir mutlak Jarak Rumah ke Bank adalah penting daripada Bank terlihat pada Tabel 3 Bukopin. Sedangkan pada Tabel 3. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Penilaian Bank Prioritas terhadap Kriteria Jarak Rumah ke Bank BRI BNI Bank Mandiri Bank Bukopin BRI 1 0,143 0,33 3 BNI 7 1 3 7 Bank Mandiri 3 0,33 1 3 Bank Bukopin 0,33 0,143 0,33 1 Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 3 dapat lebih penting daripada BRI dan diketahui bahwa pada kriteria Bank Bukopin. Jarak Rumah ke Bank, BRI Penilaian matriks sedikit lebih penting daripada perbandingan berpasangan Bank Bukopin. BNI jelas lebih untuk penilaian alternatif Bank penting daripada BRI dan Bank Kreditur terhadap Kriteria Bukopin serta sedikit lebih Pelayanan terdapat pada Tabel penting daripada Bank 4: Mandiri. Bank Mandiri sedikit Tabel 4. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Penilaian Bank Prioritas terhadap Kriteria Pelayanan BRI BNI Bank Mandiri Bank Bukopin BRI 1 0,143 0,2 3 BNI 7 1 3 8 Bank Mandiri 5 0,33 1 7 Bank Bukopin 0,33 0,125 0,143 1 Sumber: Analisis Data Primer Penilaian Bank terhadap daripada Bank Bukopin. BNI kriteria Pelayanan terlihat lebih penting daripada BRI, bahwa BRI lebih penting sedikit lebih penting daripada
Bank Mandiri, dan hampir untuk penilaian alternatif Bank mutlak penting daripada Bank kreditur terhadap Fasilitas Bukopin. Sedangkan pada terdapat pada Tabel 5: alternatif Bank Bank Mandiri lebih penting daripada BRI dan jelas lebih penting daripada Bank Bukopin. Penilaian matriks perbandingan berpasangan Tabel 5. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Penilaian Bank Prioritas terhadap Kriteria Fasilitas BRI BNI Bank Mandiri Bank Bukopin BRI 1 0,125 0,5 3 BNI 8 1 7 8 Bank Mandiri 2 0,143 1 2 Bank Bukopin 0,33 0,125 0,5 1 Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 5 dapat untuk penilaian alternatif Bank diketahui bahwa alternatif pada kreditur terhadap Kriteria kriteria Fasilitas BRI sedikit Administrasi terdapat pada lebih penting daripada Bank Tabel 6: Bukopin. BNI hampir mutlak penting daripada BRI dan Bank Bukopin serta jelas lebih penting daripada Bank Mandiri. Pada alternatif Bank Bank Mandiri hampir sedikit lebih penting daripada BRI dan Bank Bukopin. Penilaian matriks perbandingan berpasangan Tabel 6. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Penilaian Bank Prioritas terhadap Kriteria Administrasi BRI BNI Bank Mandiri Bank Bukopin 1 0,143 0,2 3 BRI 7 1 3 8 BNI 5 0,33 1 7 Bank Mandiri 0,33 0,125 0,143 1 Bank Bukopin Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa BRI sedikit lebih penting daripada Bank Bukopin. BNI jelas lebih penting daripada BRI, lebih penting daripada Bank
Mandiri, dan mutlak lebih penting daripada Bank Bukopin sedangkan pada Bank Mandiri sedikit lebih penting daripada BRI dan lebih penting daripada Bank Bukopin.
Penilaian matriks perbandingan berpasangan untuk penilaian alternatif Bank kreditur terhadap Kriteria Agunan terdapat pada Tabel 7:
Tabel 7. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Penilaian Bank Prioritas terhadap Kriteria Agunan BRI BNI Bank Mandiri Bank Bukopin 1 0,143 0,2 3 BRI 7 1 3 8 BNI 5 0,33 1 7 Bank Mandiri 0,33 0,125 0,143 1 Bank Bukopin Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 7 terlihat lebih penting daripada Bank bahwa BRI sedikit lebih Mandiri. penting daripada Bank Penilaian matriks Bukopin. BNI jelas lebih perbandingan berpasangan penting daripada BRI, sedikit untuk penilaian alternatif Bank lebih penting dari Bank kreditur terhadap Kriteria Mandiri dan hampir mutlak Bunga terlihat pada Tabel 8: penting daripada Bank Bukopin. Bank Mandiri lebih penting daripada BRI dan jelas lebih penting daripada Bank Bukopin. Sedangkan Bank Bukopin hampir mutlak lebih penting daripada BNI dan jelas Tabel 8. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Penilaian Bank Prioritas terhadap Kriteria Bunga BRI BNI Bank Mandiri Bank Bukopin 1 0,2 0,2 3 BRI 5 1 2 9 BNI 5 0,5 1 7 Bank Mandiri 3 0,11 0,143 1 Bank Bukopin Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa BRI sedikit lebih penting daripada Bank Bukopin, BNI lebih penting daripada BRI, hampir sedikit lebih penting daripada Bank Mandiri, dan mutlak lebih
penting daripada Bank Bukopin. Bank Mandiri lebih penting daripada BRI, dan jelas lebih penting daripada Bank Bukopin
telah didapat dari hasil FGD Penentuan Prioritas Kriteria, kemudian disusun prioritasnya Dan Penyusunan Hierarki menggunakan software Expert Pemilihan Kredit Bank di PP Choice 11. Kerja Kabupaten Boyolali Penentuan prioritas kriteria pemilihan kredit Bank diperoleh dari kriteria yang Tabel 9. Prioritas Kriteria Pemilihan Kredit Bank PP Kerja di Kabupaten Boyolali No Kriteria Prioritas 1 Persepsi 0,371 2 Pelayanan 0,241 3 Fasilitas 0,138 4 Administrasi 0,084 5 Bunga 0,074 6 Jarak Rumah ke Bank 0,061 7 Agunan 0,031 Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 9 dapat bank yang memberikan diketahui bahwa kriteria yang kepuasan bagi debiturnya. memiliki nilai prioritas paling tinggi adalah Persepsi dengan Penentuan Prioritas nilai sebesar 0,371. Kriteria Pemilihan Kredit Bank persepsi menjadi prioritas Penentuan prioritas karena direktur PP Kerja alternatif strategi menganggap bahwa pengembangan diperoleh dari pengalaman direktur dan saran beberapa alternatif Bank yang dari orang terdekat atas didapat dari hasil FGD yang kepercayaan terhadap bank telah dicari keterkaitannya, tertentu merupakan tolok ukur kemudian disusun prioritasnya bahwa bank tersebut adalah menggunakan software Expert Choice 11. Tabel 10. Prioritas Alternatif Pemilihan Kredit Bank PP Kerja di Kabupaten Boyolali No Alternatif Nilai Prioritas Ranking 1 BNI 0,622 I 2 Bank Mandiri 0,230 II 3 BRI 0,097 III 4 Bank Bukopin 0,052 IV Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 10 0,622. Direktur PP Kerja dapat diketahui bahwa memilih BNI sebagai alternatif bank sebagai krediturnya karena BNI kreditur yang memiliki nilai dianggap sebagai Bank yang prioritas paling tinggi adalah memenuhi semua kriteria yang BNI dengan nilai sebesar diinginkan oleh PP Direktur PP
Kerja telah berlaku konsisten dalam menggabungkan antara pemikiran dan realita dalam pengambilan keputusan pemilihan kredit Bank melalui metode analytical hierarchy process. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Keragaan sistem operasi di PP Kerja terdiri dari: (a) Proses produksi benih di PP Kerja sudah sesuai dengan prosedur yang diterapkan oleh BPSB melalui: pemilihan lahan yang subur, berpengairan teknis, dan memiliki hamparan yang luas, pemilihan kelompok tani yang maju dan berpersepsi dalam penangkaran benih, benih sumber yang dipilih oleh PP Kerja adalah benih Foundation Seed (FS), pemeriksaan lapang dilakukan oleh BPSB mulai dari pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan tahap pertumbuhan, pemeriksaan fase berbunga, dan pemeriksaan fase menjelang panen ± 7 hari setelah panen, pemeriksaan alat panen dan pengolahan dilakukan oleh BPSB untuk menjamin bahwa alat-alat yang digunakan steril dari kemungkinan tercampur benih dari varietas lain. (b) Pengelolaan pasca panen terdiri dari perontokkan, pengeringan, pembersihan, pembuatan lot, dan pengemasan. Kegiatan pengolahan ini dilakukan dengan baik agar mendapatkan kualitas benih yang murni. (c) Pemasaran dengan menggunakan word of mouth (2) Kriteria yang dijadikan Pertimbangan PP Kerja
dalam memilih kredit perbankan adalah persepsi, jarak Rumah ke Bank, pelayanan, administrasi, fasilitas agunan, dan bunga. (3) Alternatif Bank sebagai Kreditur adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, dan Bank Bukopin. (4) Bank yang menjadi prioritas untuk dipilih PP Kerja sebagai kreditur adalah Bank Negara Indonesia (BNI). PP Kerja telah berlaku konsisten antara keputusan riil dengan studi pengambilan keputusan melalui analytical hierarchy process. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat diberikan adalah: (1) Sebaiknya PP Kerja melakukan promosi lebih luas melalui media massa dan elektronik, agar produk PP Kerja dapat dikenal oleh semua kalangan. (2) Sebaiknya PP Kerja memperluas kerjasama dengan kelompok tani di daerah lain, agar dapat memproduksi benih dengan varietas yang lebih beragam.
DAFTAR PUSTAKA Bahrin,
S dan Harjono. 1998. Bercocok Tanam Padi. CV Yasaguna. Jakarta
Girisonta. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta Mustain, L.L. 2005. Strategi Pengembangan Benih Padi Bersertifikat Pada Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Timur. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kasmir. 2007. Manajemen Perbankan. PT Raja Grafindo Pustaka. Jakarta Kotler,
P. 1995. Pemasaran
Manajemen Analisa,
Perencanaan, Implementasi, dan Kegunaan. Salemba Empat. Jakarta