P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Penetapan Kadar Total α-Mangostin Dalam Ekstrak Etanol Kulit Batang Asam Kandis (Garcinia cowa Roxb. ex Choisy) Dengan Spektrofotometri Ultraviolet (Determination
of Total Level of α-Mangostin in Ethanol Extract of Stem Bark of Kandis Acid (Garcinia cowa Roxb. ex Choisy) by Ultraviolet Spectrophotometry) Fitra Fauziah1*; Roslinda Rasyid2; & Hesti Septiana1 1SekolahTinggi 2Fakultas
Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang Farmasi Universitas Andalas Padang
*Corresponding email:
[email protected] ABSTRAK α-Mangostin merupakan salah satu senyawa golongan xanton yang memiliki aktifitas antibakteri, antijamur, antitumor, antiinflamasi dan antioksidan. Senyawa ini banyak terdapat pada genus Garcinia, salah satunya yaitu asam kandis (Garcinia cowa Roxb. ex Choisy). Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar α-mangostin dalam ekstrak etanol kulit batang asam kandis dengan menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet (UV). Ekstraksi dilakukan dengan maserasi dengan etanol 70 %. Identifikasi dengan KLT dilakukan terhadap ekstrak dan pembanding α-mangostin dengan fase diam silika gel 60 F254 dan fase gerak kloroform : etil asetat (9 : 1). Hasil identifikasi dengan KLT diperoleh nilai Rf pada ekstrak hampir sama dengan pembanding α-mangostin. Analisis dengan spektrofotometri UV diperoleh panjang gelombang maksimum α-mangostin yaitu 244 nm dan persamaan regresi linear dari kurva kalibrasi yaitu y = 0,0008 + 0,0854 x. Validasi metode analisis menunjukkan bahwa metode ini memenuhi akurasi dengan rata – rata persen perolehan kembali yaitu 107,8477%, presisi intraday diperoleh rata-rata persen RSD yaitu 0,4589%, 0,4475% dan 0,3688%, presisi interday yaitu 0,6752%, linearitas yaitu 0,9997, batas deteksi yaitu 0,1159 µg/mL dan batas kuantitasi yaitu 0,3864 µg/mL. Hasil penetapan kadar total α-mangostin dalam ekstrak etanol kulit batang asam kandis yaitu 2,4302 ± 0,0158 %. Kata Kunci: α-Mangostin, ekstrak, Garcinia cowa, spektrofotometri ultraviolet. PENDAHULUAN
dan Indonesia (Whitmore, 1973). Akhir-akhir ini
Sumatera Barat merupakan daerah yang
subur
dan
kaya
dengan
berbagai
tumbuhan dari genus Garcinia ini banyak diteliti kandungan
dan
aktivitasnya.
Genus
ini
tumbuhan. Sebagian tumbuhan tersebut telah
dilaporkan mengandung xanton, benzofenon,
digunakan secara tradisional oleh masyarakat
triterpen, flavonoid dan benzoquinon (Kenji, et
sebagai bahan obat (Adnan, 1991). Salah
al., 2003; Rukachaisirikul, et al., 2008). Senyawa
satunya yaitu asam kandis (Garcinia cowa Roxb.
xanton terutama dikenal dengan potensinya
ex Choisy). Tumbuhan ini banyak ditemukan di
sebagai antikanker (Chiang, et al., 2003).
daerah tropis seperti India, Thailand, Malaysia
134
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Aktivitas lain dari senyawa tersebut
kualitas dari ekstrak kulit buah manggis dan
sebagai
hipoglisemik,
sediaannya (Yates & Stout, 1958; Pedraza, et al.,
sitotoksik, antimikroba, antioksidan, antimalaria
2009). Dari penelitian sebelumnya diperoleh
dan aktivitas penghambat HIV (Linuma, et al.,
kadar α-mangostin dalam ekstrak kulit buah
1996). Senyawa-senyawa xanton dan flavonoid
muda, kulit buah matang dan kulit batang
dari genus Garcinia yang mempunyai aktivitas
Garcinia mangostana dengan metode TLC-
antimalaria mayoritas yaitu senyawa xanton
Densitometri secara berturut- turut 4,19 %,
dan flavonoid yang tersubstitusi gugus hidroksi
15,85 % dan 3,88 % (Agustina, 2014).
yaitu
antileukimia,
(Ignatuschenko, et al., 1997; Fotie, 2008).
Berdasarkan hal di atas, maka dalam
Asam kandis (Garcinia cowa Roxb. ex
penelitian ini dilakukan penetapan kadar total
Choisy) sebagai salah satu dari tumbuhan genus
α-mangostin dalam ekstrak etanol kulit batang
Garcinia
xanton
asam kandis (Garcinia cowa Roxb. ex Choisy)
teroksigenasi dan terprenilasi, flavonoid dan
dengan metode Spektrofotometri UV, karena
benzofenon hampir pada semua bagian tanaman
panjang gelombang α-mangostin berada pada
ini (Ampofo, et al., 1986). Pada kulit batang
kisaran antara 200–400 nm. Metode ini dipilih
asam kandis mengandung berbagai macam
karena
senyawa yang salah satunya yaitu α-mangostin
mengukur dengan mudah dan ketelitiannya
yang merupakan salah satu senyawa golongan
baik.
mengandung
senyawa
kinerjanya
cepat,
murah,
dapat
xanton (Wahyuni, et al., 2004). Pemanfaatan asam kandis sampai saat ini masih terbatas pada kayunya sebagai bahan
METODE PENELITIAN Alat dan Bahan
bangunan, buahnya sebagai manisan dan bumbu
Alat-alat
yang
digunakan
yaitu
masak (Darwati, et al., 2009). Daun dan buah
Sektrofotometer UV-Visibel (Shimadzu UV mini-
digunakan
peredaran
1240), plat KLT Silika gel 60 F254 (Merck),
darah, pengencer dahak pada batuk pilek dan
bejana kromatografi, pipet mikro, lampu UV,
tonikum (Panthong et al., 2006). Kulit batang
desikator, aluminium foil, destilasi vakum, botol
telah digunakan secara tradisional sebagai
maserasi, rotary evaporator (IKA Basic®), gelas
antipiretik (Pattalung et al., 1994). Pada
ukur, erlemenyer, labu ukur, pipet tetes, beaker
getahnya dilaporkan mengandung senyawa
glass (Pyrex), spatel, batang pengaduk, pipet
cowargacinon A-E (Mahabusarakam, et al.,
ukur (Pyrex), timbangan analitik (Ohaus),
2005). Sedangkan pada daun, buah dan kulit
waterbath, oven, botol timbang dan krus
buah
porselen.
yang
untuk
telah
memperlancar
dikeringkan
dilaporkan
mengandung asam-asam organik seperti asam
Bahan-bahan yang digunakan yaitu
hidroksisitrat, asam sitrat dan asam oksalat
kulit batang asam kandis (Garcinia cowa Roxb.
(Jena, et al., 2002).
ex
α-Mangostin
merupakan
Choisy),
α-mangostin
(Wuxi
Gorunjie
senyawa
Natural-Pharma Co., Ltd), aquadest, asam sulfat
mayor yang terdapat di dalam kulit buah
encer (Merck), kloroform (Merck), etil asetat
manggis sehingga berfungsi sebagai senyawa
(Merck), metanol (PT Brataco) dan etanol 70%
penanda dari ekstrak kulit buah manggis. Selain
(PT Brataco).
itu juga berfungsi dalam menentukan kontrol 135
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Pengumpulan Sampel
Pengawasan
Sampel yang digunakan yaitu kulit
Obat
dan
Makanan
Republik
Indonesia, 2004).
batang asam kandis yang diambil secara manual sebanyak 2 kg diperoleh di daerah Korong
Karakterisasi Ekstrak Kental
Kampung Jambak, Nagari Sunur, Kecamatan Nan
Karakterisasi terhadap ekstrak kental
Sabaris, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera
yang dilakukan terdiri dari karakterisasi spesifik
Barat.
dan non spesifik. Karakterisasi spesifik meliputi identitas ekstrak, organoleptis, penetapan kadar
Identifikasi Tanaman Asam Kandis
sari larut air dan kadar sari larut etanol.
Tanaman asam kandis diidentifikasi di
Karakterisasi non spesifik meliputi penetapan
Herbarium Universitas Andalas (ANDA), Jurusan
susut pengeringan, kadar abu total dan kadar
Biologi, FMIPA, Universitas Andalas, Padang,
abu tidak larut asam (Departemen Kesehatan
Sumatera Barat.
Republik Indonesia, 2000).
Pembuatan Simplisia
Kromatografi Lapis Tipis (Depkes RI, 2010)
Pada umumnya pembuatan simplisia
Sebelum uji KLT dilakukan, lakukan
melalui tahapan seperti berikut : sortasi basah,
penjenuhan bejana dengan larutan fase gerak
pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi
kloroform : etil asetat (9:1). Larutan sampel,
kering,
larutan pembanding dan campuran larutan
penyiapan
simplisia
(Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1985).
sampel
dan
pembanding
masing-masing
ditotolkan pada plat KLT Silika gel 60 F254 Ekstraksi Sampel
ukuran 10 x 5 cm, menurut cara yang tertera
Ekstrak dibuat dengan cara maserasi
pada masing-masing monografi dengan jarak 1-
menggunakan etanol 70%. Sebanyak 400,152 g
2 cm dari tepi atas dan bawah plat KLT dan
serbuk simplisia kulit batang asam kandis
biarkan mengering. Masukkan plat KLT pada rak
dimasukkan kedalam botol maserasi masing –
penyangga, pada bejana kromatografi, biarkan
masing 100 g. Tambahkan etanol 70% sebanyak
sistem hingga fase gerak merambat hingga batas
1 L masing – masing botol maserasi, rendam
jarak rambat. Keluarkan plat KLT Silika gel 60
selama 6 jam sambil sesekali diaduk. Simpan di
F254 dan keringanginkan di udara dan amati
tempat yang terlindung dari cahaya matahari
noda dengan menggunakan lampu UV 254 nm.
langsung selama 18 jam atau 24 jam. Kemudian disaring dengan kertas saring maka didapat
Pembuatan larutan induk α- mangostin
maserat I. Rendam kembali ampasnya dengan
kadar 1000 μg/mL
etanol 70% sebanyak tiga kali pengulangan
Timbang 25 mg zat murni α-mangostin
sehingga didapat maserat II dan III. Kumpulkan
dilarutkan dengan metanol ke dalam labu ukur
semua maserat dalam satu wadah, kemudian
25 mL lalu dicukupkan volumenya sampai tanda
dipekatkan dengan rotary evaporator setelah itu
batas, sehingga diperoleh larutan induk dengan
diuapkan dengan waterbath pada temperatur
kadar 1000 μg/mL α-mangostin.
65oC
sampai didapat ekstrak kental (Badan
136
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Penentuan
panjang
gelombang
serapan
maksimum α-mangostin α-mangostin
ditentukan
berdasarkan
nilai
koefisien korelasi dari kurva kalibrasi α-
Larutan induk dengan kadar 1000 μg/mL
Linearitas
diencerkan
mangostin.
sehingga
diperoleh larutan α-mangostin dalam pelarut
Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
metanol dengan kadar 100 μg/mL. Kemudian
Batas deteksi dan batas kuantitasi
diencerkan kembali sehingga diperoleh larutan
ditentukan berdasarkan pada simpangan baku
α-mangostin dengan kadar 6 μg/mL. Kemudian
dan
diukur
mangostin.
panjang
gelombang
maksimumnya
kemiringan
dari
kurva
kalibrasi
α-
dengan spektrofotometer UV-Vis pada rentang
BD = 3 x SB b
panjang gelombang 200-400 nm.
BK = 10 x SB b
Pembuatan kurva kalibrasi α-mangostin Penentuan
kurva
kalibrasi
diawali
Akurasi
dengan pembuatan larutan seri standar α-
Akurasi
ditentukan
persen
4, 5, 6, 7 dan 8 µg/mL. Kemudian diukur
menggunakan metode penambahan baku/adisi
absorbannya dengan spektrofotometer UV-Vis
standar α-mangostin (standar addition method)
pada
α-
sebesar 80%, 100% dan 120%. Larutan diukur
mangostin. Buat kurva kalibrasi α-mangostin
absorbannya dengan tiga kali pengulangan
dan tentukan persamaan regresi linearnya.
dengan spektrofotometri UV untuk tiap–tiap
gelombang
maksimum
kembali
pengujian
mangostin dalam pelarut metanol dengan kadar
panjang
perolehan
oleh
(recovery)
kadar. Nilai persen perolehan kembali dihitung Penetapan Kadar α-mangostin
dengan cara membandingkan kadar terukur
Timbang 25 mg ekstrak kulit batang
dengan kadar sebenarnya.
asam kandis, kemudian masukkan ke dalam labu ukur 25 mL. Larutkan dengan metanol.
Presisi
Cukupkan dengan metanol hingga tanda batas,
Larutan standar α-mangostin dengan berbagai
kocok homogen. Kemudian encerkan dengan
kadar 6, 7 dan 8 µg/mL sebanyak tiga kali
cara dipipet 0,6 mL larutan α-mangostin
pengulangan diukur absorbannya pada hari
sebelumnya, masukkan ke dalam labu ukur 10
yang sama untuk presisi intraday dan tiga hari
mL, cukupkan dengan metanol hingga tanda
berturut-turut untuk presisi interday. Presisi
batas, dan kocok homogen. Lakukan penetapan
dinyatakan sebagai persen Simpangan Baku
kadar α-mangostin tersebut dengan tiga kali
Relatif atau Relative Standard Deviation (RSD).
pengulangan.
Masing-
masingnya
diukur
absorbannya dengan spektrofotometer UV-Vis
Analisis data
pada panjang gelombang α-mangostin.
Kadar larutan sampel dihitung berdasarkan persamaan regresi linear (y = a + bx) dari kurva
Validasi Metode Analisis
kalibrasi α-mangostin.
Linearitas
137
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
HASIL DAN DISKUSI
5. Kurva
Kalibrasi
α-mangostin
diperoleh
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh
persamaan regresi linear y = 0,0008 +
hasil sebagai berikut :
0,0854x.
1. Identifikasi sampel diperoleh bahwa sampel yang digunakan yaitu kulit batang asam kandis, dengan nama spesies Garcinia cowa Roxb. ex Choisy dari famili Clusiaceae.
6. Pengujian linearitas diperoleh nilai koefisien korelasi (r) = 0,9997. 7. Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi yaitu 0,1159 μg/mL dan 0,3865 μg/mL.
2. Dari 2 kg kulit batang asam kandis segar
8. Penentuan presisi intraday α-mangostin
(Garcinia cowa Roxb. ex Choisy) diperoleh
pada konsentrasi 6 μg/mL diperoleh RSD
400,152 g serbuk simplisia kulit batang asam
berturut-turut
kandis, didapatkan ekstrak kental sebanyak
0,4902%, konsentrasi 7 μg/mL diperoleh
66,8332 g, rendemen ekstrak etanol kulit
RSD berturut-turut 0,2544%; 0,5849% dan
batang asam kandis yaitu 16,7019%.
0,5032% dan konsentrasi 8 μg/mL diperoleh
3. Karakterisasi Ekstrak
0,5869%;
0,2995%
dan
RSD berturut-turut 0,2212%; 0,4425% dan
a. Karakterisasi Spesifik
0,4427%. Penentuan presisi interday α-
Identitas
mangostin pada konsentrasi 6, 7 dan 8
Nama ekstrak: Extractum Garcinia cowa
μg/mL
Roxb. ex Choisy. Spissum
1,1048%; 0,6300% dan 0,2908%.
Nama latin: Garcinia cowa Roxb. ex
diperoleh
RSD
berturut-turut
9. Penentuan akurasi dari larutan standar α-
Choisy
mangostin 2,9370 μg/ml, 3,6713 μg/ml, dan
Bagian tumbuhan: Cortex (Kulit Batang)
4,4056 μg/ml yang ditambahkan ke dalam
Nama tumbuhan: Asam kandis
ekstrak kulit batang asam kandis dengan
Pemeriksaan
organoleptis
ekstrak:
kadar rata–rata 3,6713 μg/ml diperoleh
bentuk kental, warna coklat kemerahan,
persen
bau khas, dan rasa pahit.
102,3323%; 108,3376% dan 112,8733%.
Kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol
yaitu
51,8029±0,0891%
dan
recovery
masing-masing
yaitu
10. Kadar α-mangostin yang diperoleh 2,4302± 0,0158%.
68,3208±0,0310%. Pada penelitian ini digunakan kulit
b. Karakterisasi Non Spesifik 9,6446
batang asam kandis (Garcinia cowa Roxb. ex
±0,0021%, kadar abu total yaitu 4,5709±
Choisy). Tanaman asam kandis yang digunakan
0,0006%, dan kadar abu tidak larut asam
diidentifikasi di Herbarium Universitas Andalas,
yaitu 1,5947±0,1259%.
jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas
Susut
pengeringan
yaitu
4. Analisis Kualitatif dengan KLT diperoleh nilai
Andalas,
Padang,
Sumatera
Barat.
Hasil
Rf sampel yaitu 0,60, Rf pembanding yaitu
identifikasi diperoleh bahwa tanaman yang
0,61
digunakan adalah asam kandis dengan nama
dan
Rf
campuran
pembanding yaitu 0,61.
sampel
dan
spesies Garcinia cowa Roxb. ex Choisy dari famili Clusiaceae. Ekstrak etanol kulit batang asam kandis diperoleh dengan metode ekstraksi yaitu maserasi. Pemilihan metode ini karena 138
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
bisa digunakan untuk sampel dengan jumlah
Kemudian
dilakukan
karakterisasi
yang banyak, pelaksanaannya sederhana, tidak
ekstrak yang terdiri dari karakterisasi spesifik
memerlukan
dan non spesifik. Untuk karakterisasi spesifik
perlakuan
khusus
dan
kemungkinan terjadinya penguraian zat aktif
meliputi
oleh pengaruh suhu dapat dihindari karena
organoleptis ekstrak, kadar sari larut air dan
tidak ada proses pemanasan.
kadar sari larut etanol. Kadar sari larut air yaitu
Kulit batang asam kandis diambil
identitas
ekstrak,
pemeriksaan
51,8029±0,0891% dan kadar sari larut etanol
sebanyak 2 kg, kemudian dirajang terlebih
yaitu
dahulu sebelum dimaserasi dengan tujuan agar
spesifik meliputi susut pengeringan, kadar abu
pelarut dapat berpenetrasi dengan mudah
total dan kadar abu tidak larut asam. Susut
sehingga penarikan zat aktif lebih sempurna
pengeringan diperoleh 9,6446±0,0021%, kadar
(Harbone,
dilakukan
abu total yaitu 4,5709± 0,0006% dan kadar abu
pengeringan dan diperoleh kadar air 9,4902%.
tidak larut asam yaitu 1,5947±0,1259%. Susut
Sampel dihaluskan dengan alat grinder dan
pengeringan dilakukan bertujuan untuk untuk
diperoleh serbuk simplisia sebanyak 400,152 g.
memberikan
1987).
Kemudian
68,3208±0,0310%.
batasan
Karakterisasi
maksimal
non
(rentang)
Maserasi sampel dilakukan dengan
tentang besarnya senyawa yang hilang pada
menggunakan pelarut etanol 70%. Penggunaan
proses pengeringan. Kadar abu total dan kadar
etanol sebagai pelarut universal disebabkan
abu
karena
melarutkan
memberikan gambaran kandungan mineral
senyawa zat aktif baik yang bersifat polar, semi
internal dan eksternal yang berasal dari awal
polar dan non polar serta kemampuannya untuk
sampai terbentuknya
mengendapkan protein dan menghambat kerja
Kesehatan Republik Indonesia, 2000).
sifatnya
yang
mudah
tidak
enzim sehingga dapat menghindari proses hidrolisa
dan
oksidasi
(Harbone,
1987).
larut
asam
Kemudian dengan
bertujuan
ekstrak
dilakukan
KLT
dengan
untuk
(Departemen uji
kualitatif
tujuan
untuk
Keuntungan lain etanol mudah berpenetrasi
mengidentifikasi senyawa α-mangostin di dalam
kedalam sel. Maserasi dilakukan selama tiga hari
kulit batang asam kandis dengan dibandingkan
dengan tiga kali pengulangan.
dengan senyawa pembandingnya yaitu α-
Maserat yang didapat diuapkan dengan
mangostin. Dalam pengujian ini, fase gerak yang
destilasi vakum tujuannya untuk mengurangi
digunakan yaitu kloroform : etil asetat (9:1).
tekanan
Dari
udara
pada
permukaan
sehingga
pengujian
diperoleh
nilai
Rf
untuk
tekanan uap pelarut dan titik didih pelarut akan
pembanding 0,61; sampel kulit batang asam
turun
kandis
dan
temperatur
pelarut
lebih
mendidih
dan
campuran
sampel
dan
didihnya. Hal ini dapat mencegah rusaknya
Harga Rr yaitu perbandingan jarak rambat suatu
senyawa kimia yang tidak tahan terhadap
senyawa tertentu dengan jarak perambatan
pemanasan. Sisa pelarut kemudian dipekatkan
baku pembanding. Jika zat uji yang diidentifikasi
lagi
dan baku pembanding itu sama terdapat
evaporator,
dari
0,60
pembanding 0,61. Nilai Rr diperoleh yaitu 0,98.
rotary
rendah
pada titik
dengan
yang
akan
sehingga
diperoleh ekstrak kental 66,8332 g. Rendemen
kesesuaian
dalam
warna
dan
harga
Rf .
ekstrak diperoleh 16,7019%.
Berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa sampel kulit batang asam kandis mempunyai 139
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
nilai Rf yang hampir sama dengan senyawa
Larutan yang digunakan yaitu larutan standar α-
pembandingnya. Hal ini menunjukan bahwa
mangostin dalam pelarut metanol dengan
sampel kulit batang asam kandis mengandung
konsentrasi 6 µg/mL. Kemudian dilakukan
senyawa α-mangostin.
penentuan panjang gelombang maksimum α-
Selanjutnya larutan
induk
dilakukan
α-mangostin
pembuatan
dalam
pelarut
mangostin dengan spektrofotometer UV-Vis pada rentang panjang gelombang 200-400 nm.
metanol dengan konsentrasi 1000 µg/mL.
Dari
hasil
pengukuran
diperoleh
Kemudian dilakukan pembuatan larutan untuk
gelombang α-mangostin yaitu 244 nm.
panjang
penentuan panjang gelombang α-mangostin.
Gambar 1. Panjang Gelombang Maksimum α-Mangostin Selanjutnya pembuatan larutan seri
spektrofotometer
UV-Vis
pada
panjang
standar α-mangostin dalam pelarut metanol
gelombang maksimum α-mangostin. Dari kurva
untuk
kalibrasi diperoleh persamaan regresi linearnya
pembuatan
kurva
kalibrasi
dengan
konsentrasi 4; 5; 6; 7 dan 8 µg/mL. Absorban masing-masingnya
diukur
yaitu y = 0,0008 + 0,0854 x.
dengan
Gambar 2. Kurva Kalibrasi α-Mangostin Kemudian dilanjutkan dengan validasi metode
analisis.
Validasi
metode
analisis
merupakan suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan
140
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
laboratorium,
untuk
membuktikan
bahwa
seiring dengan menurunnya kadar analit. Pada
parameter tersebut memenuhi persyaratan
kadar 1% atau lebih, standar deviasi relatif
untuk
2004).
antara laboratorium yaitu sekitar 2,5% ada pada
yaitu
satu perseribu yaitu 5%. Pada kadar satu per
kuantitasi,
sejuta (ppm) RSD nya yaitu 16% dan pada kadar
penggunaannya
Beberapa
parameter
linearitas,
batas
(Harmita, yang
deteksi,
diamati
batas
akurasi dan presisi.
part per bilion (ppb) yaitu 32%. Pada metode
Uji linearitas dilakukan mengacu pada nilai koefisien korelasi (r) yang diperoleh dari
yang sangat kritis, secara umum diterima bahwa RSD harus lebih dari 2% (Harmita, 2004).
kurva kalibrasi α-mangostin yaitu 0,9997.
Presisi interday dilakukan selama tiga
Berdasarkan nilai tersebut menunjukkan bahwa
hari berturut–turut terhadap larutan standar α-
metode analisis tersebut memenuhi linearitas
mangostin dengan kadar 6, 7 dan 8 µg/mL dan
dimana 0,990 ≤ r ≤ 1. Penentuan batas deteksi
diperoleh nilai RSD berturut-turut 1,1048%;
dilakukan untuk mengetahui jumlah terkecil
0,6300% dan 0,2908%. Sedangkan pada presisi
analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang
intraday dilakukan pada hari yang sama
masih
signifikan
terhadap larutan standar α-mangostin dengan
dibandingkan dengan blanko. Sedangkan batas
kadar 6 µg/mL dengan nilai RSD berturut-turut
kuantitasi dilakukan untuk mengetahui jumlah
0,5869%; 0,2995% dan 0,4902%; kadar 7
terkecil analit dalam sampel yang masih dapat
µg/mL
memenuhi
0,2544%; 0,5849% dan 0,5032% dan kadar 8
memberikan
kriteria
respon
cermat
dan
seksama
dengan
nilai
dengan
RSD
nilai
RSD
berturut-turut
(Harmita, 2004). Nilai batas deteksi dan batas
µg/mL
berturut-turut
kuantitasi ditentukan dari persamaan regresi
0,2212%; 0,4425% dan 0,4427%. Dari nilai RSD
linear dan simpangan bakunya, dimana nilai
yang didapatkan diperoleh nilai RSD kurang dari
batas deteksi dan batas kuantitasi yaitu 0,1159
16%, sehingga dapat dikatakan bahwa metode
µg/mL dan 0,3864 µg/mL.
ini mempunyai nilai presisi yang baik.
Uji presisi (keseksamaan) dilakukan
Uji akurasi (kecermatan) merupakan
sebagai ukuran yang menunjukkan derajat
ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan
kesesuaian antara hasil individu, diukur melalui
hasil
penyebaran hasil individual dari rata–rata jika
sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai
prosedur diterapkan secara berulang pada
persen
sampel-sampel yang diambil dari campuran
(Harmita,
homogen. Kriteria presisi diberikan jika metode
penelitian ini menggunakan metode adisi.
memberikan
atau
Metode adisi dilakukan dengan menambahkan
relative standard deviation (RSD) atau koefisien
sejumlah analit dengan kadar tertentu pada
variasi 2% atau kurang. Akan tetapi, kriteria ini
sampel
sangat fleksibel tergantung pada kadar analit
kembali 80% yaitu dengan menambahkan
yang diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi
0,2937 mg standar α-mangostin diperoleh %
laboratorium. Dari penelitian diperoleh bahwa
perolehan
koefisien
perolehan
menurunnya
simpangan
variasi kadar
baku
relatif
meningkat analit
yang
dengan
analisis
dengan
kadar
perolehan
kembali
2004).
Pengujian
yang
dianalisis.
kembali kembali
analit (%
recovery)
akurasi
Untuk
yaitu
pada
perolehan
102,3323%. 100%
yang
Untuk dengan
dianalisis.
menambahkan 0,3671 mg standar α-mangostin
Ditemukan bahwa koefisien variasi meningkat
diperoleh % perolehan kembali 108,3376%. 141
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Untuk perolehan kembali 120% yaitu dengan
KESIMPULAN
menambahkan 0,4046 mg standar α-mangostin
1.
Hasil
pengujian
terhadap
beberapa
diperoleh % perolehan kembali 112,8733%.
parameter validasi metode analisis yaitu
Dari hasil uji akurasi diperoleh % perolehan
linearitas, batas deteksi, batas kuantitasi,
kembali
yang
akurasi
dan
diperbolehkan yaitu 80-110% (Harmita, 2004).
metode
analisis
Ini
ini
mangostin dalam ekstrak etanol kulit
memberikan hasil yang akurat. Pada penetapan
batang asam kandis (Garcinia cowa Roxb.
kadar α-mangostin dalam ekstrak kulit batang
ex Choisy) dengan spektrofotometri UV
asam kandis dengan metode spektrofotometri
memenuhi
UV diperoleh kadar α-mangostin yaitu 2,4302 ±
metode analisis.
berada
menunjukkan
pada bahwa
rentang metode
0,0158%.
presisi
diperoleh
penetapan
kriteria
bahwa
kadar
parameter
α-
validasi
2. Kadar α-mangostin dalam ekstrak kulit batang asam kandis yaitu 2,4302 ± 0,0158%.
DAFTAR PUSTAKA Adnan, A. Z. (1991). Penelitian Farmasi dalam Tantangan Masa. Padang: Pusat Penelitian Universitas Andalas. Agustina, R. (2014). Analisis α-Mangostin dari Ekstrak Kulit Buah Muda, Kulit Buah Matang dan Kulit Batang Manggis (Garcinia mangostana, L) dengan TLC Scannner. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang. Ampofo, Stephen, A., & Waterman, P. G. (1986). Xanthones from Three Garcinia Species. Phytochmistry, 25 (10): 2351-2355. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2004). Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Volume 1. Jakarta : Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Chiang, Y., Kuo, Y., Oota, S., & Fukuyama, Y. (2003). Xanthones and Benzophenones from the Stems of Garcinia multiflora. J Nat Prod, 66: 1070-1073. Darwati, Husen H. B., Supriyatna & Dachriyanus. (2009). Kowanin Suatu Santon Dari Kulit Batang Garcinia cowa Roxb. J Natur Indonesia, 11(2): 109-114. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1985). Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. (Edisi I). Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. Fotie, J. (2008). The Antiprotozoan Potential of Flavonoids. Pharmacognocosyreviews, 2(3): 6-19. Harbone, J. B. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. (edisi ke-2
cetakan 1). Diterjemahkan oleh K. Padmawinata dan I. Soediro. Bandung: Penerbit ITB. Harmita, (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, 1(3): 117-135. Ignatuschenko, M. V., Winter, R., Bachinger, H. P., Hincrichs, D. J., & Riscoe, M. K. (1997). Xanthone as Antimalarial AgentsStudies of a Possible Mode of Action. FEBS Lett, 409: 67-73. Jena, B. S., Jayaprakasha, G. K., & Sakariah, K. K. (2002). Organic acids from leaves,fruits, and rinds of Garcinia cowa. Journal of Agricultural and food chemistry, 50(12): 3431-3434. Kenji, M., Yukihiro, A., Emi, K., Tetsuro, I., Kenji, O., Toshiyuki, T., Munekazu, I., & Yoshinori, N. (2003). Cytotoxic benzophenone derivatives from Garcinia species display a strong apoptosis-inducing effect against human leukemia cell lines. Biol Pharm Bull, 26: 569-571. Linuma, M., Tosa H., Tanaka, T., Riswan, S. (1996). Two New Dimeric Xantones In Mesua errea. Phytochemistry, 43(9). Mahabusarakam, W., Chairerk, P., & Taylor, W. C. (2005). Xanthones from Garcinia cowa Roxb. ex Choisy. Latex. Phytochemistry, 66, 1148-1153. Panthong, K., Pongcharoen, W., Phongpaichit, S. & Taylor, W., C. (2006). Tetraoxygenated Xanthones From The Fruits Of Garcinia cowa. Phytochemistry, 67(10): 999-1004. Pattalung, P., Thongtheeraparp, W., Wiriyachitra, P. & Taylor, W., C. (1994). Xanthones Of Garcinia cowa. Planta Med, 60(3): 365-368.
142
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Pedraza-Chaverri J., Reyes-Fermin L. M., NolascoAmaya E. G., Orozco-Ibarra M., & Medina-Campos O. N. (2009), ROS scavenging capacity and neuroprotective Effect of α-mangostin against 3nitropropionic acid in cerebellar granula neurons. Exp Toxicol Pathol, 61: 491-501. Rukachaisirikul, V., Trisuwan, K., Sukpondma, Y., & Phongpaichit, S. (2008). A New Benzoquinone Derivative from the Leaves of Garcinia parvifolia. Arch Pharm Res, 31: 17-20.
Wahyuni, F. S., Byrne, L. T., Dachriyanus, Dianita, R., Jubahar, J., Lajis, N. H., & Sargent, M. V. (2004). A New Ring-Reduced Tetraprenyltoluquinone and a Prenylated Xanthone from Garcinia cowa. Aust. J Chem. 57: 223-226. Whitmore, T. C. (1973). Tree Flora of Malaya, A Manual For Forest volume 2. London: Longman Group Limited. Yates, P., & Stout, Gh. (1958). The Structure of Mangostin. J Am Chem Soc 80: 1691-1700.
143