PENERAPAN PENDEKATAN INVESTIGASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 12 PADANG Rahmi*, Hilmi Sufafri Fauza ABSTRACT
The infortance of mathematics’ role indicates that the students have to learn mathematics seriously, and actively. So, they are able to understand the concept of math, reasoning and communication, and problem solving. The reasearcher found that students of class XI Social department SMAN 12 padang dit not understand concept of math well. It could be seen from the degree of completeness of mid semester 2008-2009 academic year, taht was only 53%. One of learning model that was applied to overcome this problem was cooperative learning type Group Investigation (GI). Investigation is a learning activity which gives a chance to students to improve their understanding through several activities and the result will be suitable with the students’ development. The research Questions of this study were: 1) How were the activities of the student class XI Social department SMAN 12 Padang through Group Investigation (GI) approach?, 2) How were the result of learning of students class XI Social department SMAN 12 Padang applying Group Investigation? This study was pra experiment, it was One-short case study design, in which this research was done only on one group without having control group. Based on data analysis, it could be concluded that generally students’ activity tend to icrease. Based on post-test, it was gotten that the mean score of the result of math learning was 68.18 in which the percentage of completeness was 82.05%
Key Word: Cooperative Learning, Group Investigation * Staf
Pengajar STKIP PGRI Sumbar
I. PENDAHULUAN Kemajuan dan perkembangan matematika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan sangat penting, untuk itu matematika perlu dipelajari karena dapat membantu dan menunjang ilmu-ilmu lainnya seperti fisika, kimia, kedokteran dan lain-lain. Kebijaksanaan pemerintah yang mewajibkan pelajaran matematika pada semua jenjang pendidikan merupakan salah satu langkah yang tepat mengingat pentingnya peranan matematika untuk menunjang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Perkembangan tersebut menyebabkan matematika makin diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, sehingga mutu pendidikan matematika perlu ditingkatkan. Pentingnya peranan matematika mengindikasikan siswa harus belajar matematika dengan sungguh-sungguh, dan berperan aktif dalam pembelajaran sehingga memiliki kemampuan memahami konsep matematika, penalaran dan komunikasi, serta pemecahan masalah. Kenyataan yang peneliti temukan di kelas XI IPS SMA Negeri 12 Padang, siswa dalam belajar matematika diperkirakan belum menguasai konsep dengan baik. Ini terlihat dari banyaknya siswa yang tidak tuntas pada ujian MID semester I tahun pelajaran 2008-2009 yang dapat dilihat dalam tabel 1 berikut: Tabel 1 Ketuntasan siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 12 Padang pada Ujian MID Semester I Tahun Pelajaran 2008-2009
Jumlah Tuntas Siswa ∑ % XI IPS 1 37 17 45,9 XI IPS 2 40 21 52,5 XI IPS 3 39 17 43,6 XI IPS 4 37 17 45,9 Sumber: Guru matematika SMA Negeri 12 Padang Kelas
Tidak Tuntas ∑ % 20 54.1 19 47,5 22 56,4 20 54,1
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa persentase siswa yang tidak tuntas tinggi pada setiap kelas. Apabila dirata-ratakan maka siswa kelas XI IPS SMA Negeri 12 Padang yang tidak tuntas pada ujian MID semester I tahun pelajaran 2008-2009 sebanyak 53%. Hal tersebut menunjukan bahwa siswa kurang menguasai konsep matematika yang diajarkan guru, yang mengakibatkan hasil belajar rendah. 2
Rendahnya hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 12 Padang, menurut pengamatan penulis saat observasi dan wawancara dengan guru SMA Negeri 12 Padang disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya siswa tidak mengerjakan pekerjaan rumah, bila siswa diberikan pekerjaan rumah mereka akan mengerjakan di sekolah sebelum jam pelajaran dimulai, aktivitas belajar siswa di kelas kurang, siswa tidak mau bertanya kepada guru jika terbentur pada suatu permasalahan yang disebabkan karena kurangnya percaya diri siswa dalam menyampaikan pendapat. Menurut informasi yang diperoleh dari guru matematika di SMA Negeri 12 Padang mereka telah berusaha untuk mengatasi persoalan diatas diantaranya dengan melaksanakan pembelajaran kelompok. Namun dalam pelaksanaan diskusi masih banyak siswa yang tidak mau terlibat, dengan kata lain yang terlibat aktif dalam diskusi hanya siswa yang tergolong berkemampuan tinggi. Permasalahan diatas tidak bisa dibiarkan, guru harus berusaha untuk membuat siswa tertarik dalam belajar matematika dengan cara memilih suatu model pembelajara yang dapat mengaktifkan siswa dan membangkitkan rasa percaya diri siswa dalam menyampaikan ide, sehingga mereka terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar mereka. Salah satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk mengatasi permasalahan diatas adalah pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahamannya melalui berbagai kegiatan dan hasilnya benar sesuai dengan perkembangan yang dilalui oleh siswa (Krismanto, 2003:7). Untuk melihat apakah pendekatan investigasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Investigasi dalam Proses Pembelajaran Matematika Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 12 Padang Tahun Pelajaran 2008-2009” . Berpangkal tolak pada uraian di atas, maka pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah aktivitas belajar matematika siswa kelas XI IPS SMA Negeri 12 Padang dengan menerapkan pendekatan investigasi ? 2. Bagaimanakah hasil belajar matematika siswa kelas XI IPS SMA Negeri 12 Padang setelah diterapkan pendekatan investigasi ? 3
II. KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran merupakan suatu prosedur penciptaan kondisi belajar yang memungkinkan proses belajar mengajar berlangsung dengan mudah dan sistematis untuk memperoleh hasil belajar. Setiap individu jika melaksanakan kegiatan belajar akan mengalami perubahan tingkah laku yang positif. Menurut Fontana dalam Common (2001:78) “Pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal”. Dengan demikian dalam pembelajaran siswa dipandang sebagai pusat pembelajaran. Guru harus dapat mengusahakan sistem pembelajaran sedemikian rupa sehingga dalam pembelajaran siswa dapat menguasai pembelajaran secara optimal dan mencapai hasil yang optimal. B. Pendekatan Investigasi
Model pembelajaran dengan pendekatan investigasi pertama kali dikembangkan oleh Herbert Thelen. Investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasilnya benar sesuai dengan perkembangan yang dilalui oleh siswa. Kegiatan belajar dimulai dengan pemecahan soal-soal atau masalah-masalah yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung terbuka artinya tidak terstruktur ketat oleh guru. Menurut Krismanto (2003:7): Investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang dan kemudian orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil. Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya komunikasi yang dikembangkan dapat memberikan solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi. Jadi siswa belajar bukan hanya mencari kebenaran atas jawaban permasalahan itu, tetapi juga mencari jalan kebenaran menggunakan akal sehat dan aktivitas mental mereka sendiri. 4
Menurut Ibrahim (2001:23) tahapan dalam pendekatan investigasi adalah : (1) Pemilihan Topik. Siswa memilih sub topik khusus dalam suatu daerah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru, kemudian dibentuk kelompok belajar yang terdiri dari 2-6 orang anggota kelompok. (2) Perencanan Kooperatif. Guru bersama siswa merencanakan prosedur pembelajaran yang sesuai dengan topik yang telah di tetapkan. (3) Implementasi. Siswa melaksanakan rencana yang disepakati pada langkah 2), sedangkan guru mengawasi kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan. (4) Analisis dan Sintesis. Siswa bersama-sama menganalisa dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada langkah 3), dan merencanakan bagaimana menyampaikan hasil investigasinya pada anggota kelas. (5) Presentasi Hasil Final. Beberapa anggota menyampaikan laporan kegiatan mereka di depan kelas. (6) Evaluasi. Siswa bersama guru mengevaluasi sejauh mana sumbangan masing-masing kelompok terhadap kelas. Agar pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan investigasi ini terlaksana dengan efektif, maka peneliti menggunakan Lembaran Kerja Siswa (LKS) C. Aktivitas belajar Siswa Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku dengan melakukan aktivitas. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, oleh sebab itu salah satu prinsip yang sangat penting didalam interaksi pembelajaran adalah adanya aktivitas. Menurut Paul. B. Diedrich ada 8 aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Namun yang peneliti amati dalam penelitian ini adalah seperti pada tabel 2 berikut:
5
Tabel 2 Indikator Aktivitas Siswa Aktivitas Oral Activities
Indikator Tetap Berada Dalam Kelompok Selama Pendekatan Investigasi Berlangsung Bekerja Sama Dalam Kelompok Bertanya Kepada Guru Bertanya Kepada Teman Mental Activities Inisiatif Kerja Dalam Kelompok Mengambil Giliran Dalam Berbagi Tugas Menanggapi Pertanyaan Teman Emotional Activities Mengerjakan Tugas Tepat Waktu Writing Activities Mengerjakan LKS Sumber: Paul. B. Diedrich dalam Sardiman (1990:10) D.
Hasil Belajar
Hubungan aktif dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan antara guru dan siswa. Hubungan aktif itu bukan merupakan hubungan aktif tanpa tujuan, melainkan hubungan aktif yang diikat oleh tujuan pengajaran. Tujuan ini pada dasarnya merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan-kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Isi tujuan pengajaran pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan. Dalam penelitian ini hasil belajar yang diamati adalah hasil belajar pada ranah kognitif yang didapatkan melalui tes akhir dan hasil belajar pada ranah afektif yang diamati melalui lembaran observasi aktivitas siswa. III. METOTOLOGI PENELITIAN
Berdasarkan latarbelakang yang dikemukakan sebelumnya, jenis penelitian ini adalah pra eksperimen. Sesuai dengan jenis penelitian tersebut maka rancangan penelitian yang digunakan adalah “One-shot case study” yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu kelompok sampel saja tanpa ada kelompok kontrol. Rancangan penelitian ini dideskripsikan seperti tabel 3 berikut:
6
Tabel 3 One-shot case study Perlakuan
Tes
X
T
Sumber: Suryabrata (2003:100) Keterangan:
X : Perlakuan penelitian berupa penerapan pendekatan investigasi. T : Tes akhir setelah diberikan perlakuan
Populasinya adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 12 Padang yang terdaftar pada tahun pelajaran 2008-2009. Sampel penelitian diambil secara random dan yang terpilih sebagai kelas sampel adalah kelas XI IPS 3. Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kelas sampel berupa data aktivitas belajar dan hasil belajar matematika siswa. Data sekunder diperoleh dari tata usaha dan guru matematika kelas XI IPS SMA Negeri 12 padang, yaitu jumlah lokal dan keadaan siswa. Data yang terkumpul dianalisis untuk menjawab pertanyaan penelitian yang sudah dirumuskan. Dalam pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa, observer menghitung persentase siswa yang melakukan aktivitas sesuai dengan indikator yang ditetapkan. Rumus yang digunakan adalah (Sudjana, 2002:130): A
F 100% N
Keterangan:
A : Persentase siswa N: Jumlah sampel F : Jumlah siswa yang memenuhi persyaratan indikator.
Kriteria aktivitas :
1% A 25% 25% A 50% 50% A 75% 75% A 100%
Sangat tidak aktif Tidak aktif Aktif
Sangat aktif 7
Untuk data hasil belajar dinilai dengan menggunakan skala 100, kemudian dibandingkan dengan KKM matematika yang ditetapkan di SMA Negeri 12 Padang yaitu 60. IV. HASIL PENELITIAN Pelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2008 sampai 22 November 2008. Data hasil penelitian yang dideskripsikan adalah data aktivitas dan hasil belajar matematika yang diperoleh siswa selama penelitian berlangsung yang bertujuan untuk mengetahui tentang aktivitas dan hasil belajar matematika siswa setelah mempelajari materi peluang. A. DESKRPSI DATA 1. Aktivitas Siswa Selama proses pembelajaran berlangsung diadakan observasi tentang keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas yang dilakukan oleh observer, dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Deskripsi data aktivitas siswa selama penelitian dapat dilihat pada tabel 4 berikut: Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke II III
5
6
100
SA
8
STA
3
4
SA STA STA
3 8
STA
%
Kriter ia
1 2 Tetap Berada Dalam Kelompok Selama Pendekatan 100 Investigasi Berlangsung Inisiatif Kerja Dalam 3 Kelompok Mengambil Giliran 3 Dalam Berbagi Tugas
%
%
IV
kriteri a
%
Kriter ia
Indikator
kriteri a
I
7
8
9
93
SA
97
SA
90
SA
100
SA
15
STA
55
A
1 2 3 4 5 6 Bekerja Sama Dalam 75 A 88 SA 90 Kelompok Mengerjakan Tugas 65 A 83 SA 15 Tepat Waktu Mengerjakan LKS 87 SA 100 SA 92 Bertanya Kepada 28 TA 23 STA 18 Guru Bertanya Kepada 13 STA 5 STA 23 Teman Menanggapi 8 STA 20 STA 23 Pertanyaan Teman Keterangan: STA: sangat tidak aktif, TA: Tidak aktif, A: aktif
7
8
9
SA
93
SA
SA
89
SA
STA STA STA STA
60
A
10
STA
27
TA
30
TA
Aktif, SA: Sangat
2. Tes Akhir Tes dilaksanakan pada akhir pokok bahasan yang diikuti oleh 39
orang siswa. Skor tertinggi siswa adalah 83 dan skor terendah 50, sedangkan siswa yang memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 60 adalah 32 orang.
Grafik Nilai Tes Akhir
8 7 6 5 frekuensi 4 3 2 1 0 50-55
56-61
62-67
68-73
74-79
Nilai
Gambar 1 Diagram Nilai Tes Akhir 9
80-85
Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa nilai siswa yang paling banyak berada pada interval 62-67 dan 68-73, dan yang paling sedikit berada pada interval 56-61. Selanjutnya rata-rata nilai tes akhir serta presentase dapat dilihat pada tabel 5 berikut: Tabel 5 Data Ketuntasan Tes Akhir
Jumlah Siswa
Tuntas (Orang)
Rata-rata kelas
Persentase Ketuntasan
39
32
68.18
82.05
Berdasarkan tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas
dalam tes akhir sebanyak 82,05%. Ini berarti secara klasikal siswa sudah mencapai ketuntasan belajar. B.
Pembahasan
Berdasarkan deskripsi dan analisis data yang dilakukan terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigasi pada kelas XI IPS 3 SMA Negeri 12 Padang dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Aktivitas Siswa
Aktivitas-aktivitas yang diamati adalah tetap berada dalam kelompok selama pendekatan investigasi berlangsung, inisiatif kerja dalam kelompok, mengambil giliran dalam berbagi tugas, bekerja sama dalam kelompok, mengambil giliran dalam berbagi tugas, mengerjakan tugas tepat waktu, mengerjakan LKS, bertanya kepada guru, bertanya kepada teman, menanggapi pertanyaan guru dan menanggapi pertanyaan teman. a.
Tetap Berada Dalam Kelompok Selama Pendekatan Investigasi Berlangsung
Berdasarkan tabel 4, terlihat bahwa selama pelaksanaan investigasi siswa cenderung tetap berada pada kelompok masing-masing, pada pertemuan I persentase aktivitas yang dilakukan siswa 100% digolongkan ke dalam aktivitas sangat aktif. Sama halnya dengan pertemuan I, aktivitas tetap berada pada kelompok pada pertemuan II juga termasuk aktivitas sangat aktif dengan persentase 100%, hal ini disebabkan karena ketertarikan siswa 10
bekerja dalam kelompok masing-masing. Namun persentase aktivitas siswa pada pertemuan III mengalami penurunan yaitu 93% karena materi yang lebih sulit dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan III materi yang dipelajari berkaitan dengan kombinasi, Pada pertemuan IV aktivitas siswa sedikit meningkat dibandingkan pada pertemuan III, namun aktivitas siswa masih termasuk aktivitas sangat aktif dengan persentase aktivitas 97%. 102 persentase aktivitas
100 98 96 94 92 90 88 1
2
3
4
Pertemuan
Gambar 2 Grafik Aktivitas Tetap Berada Dalam Kelompok Selama Pendekatan Investigasi Berlangsung
b. Inisiatif Kerja dalam Kelompok Aktivitas inisiatif kerja dalam kelompok berdasarkan tabel 4, belum terlihat muncul secara signifikan, hanya terlihat pada beberapa orang siswa pada pertemuan I dengan persentase 3%. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa bekerja dalam kelompok sehingga setiap langkah yang dilakukan terlebih dahulu ditanyakan kepada guru. Pada pertemuan II persentase aktivitas sedikit meningkat menjadi 8%, ditandai dengan mulai adanya inisiatif kerja dari beberapa kelompok siswa, meskipun secara umum aktivitas yang dilakukan siswa masih tergolong pada aktivitas sangat tidak aktif. Namun pada pertemuan III persentase aktivitas siswa meningkat menjadi 90% dengan kriteria sangat aktif. Pada pertemuan IV persentase aktivitas siswa menjadi 100% dengan kriteria sangat aktif. Peningkatan yang terjadi sangat tinggi, ini disebabkan telah adanya pembagian kerja masing-masing kelompok. Selain itu, disebabkan kompleksnya kerja yang harus dikerjakan kelompok dalam waktu yang terbatas. Pada umumnya persentase aktivitas tiap kelompok meningkat. 11
Persentase Aktivitas
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1
2
3
4
Pertemuan
Gambar 3 Grafik Inisiatif Kerja dalam kelompok c.
Mengambil Giliran Dalam Berbagi Tugas
Secara umum aktivitas pengkoordinasian kerja dalam kelompok belum tampak. Dari tabel 4, pada pertemuan I dan pertemuan II terlihat persentase kegiatan siswa 3% dikategorikan sangat tidak aktif. Hal ini dikarenakan karena siswa cenderung bekerja sendiri meskipun tetap berada pada kelompok masing-masing. Selain itu ada juga kelompok yang cenderung membiarkan teman yang dianggap lebih pintar mengerjakan LKS. Pada pertemuan III aktivitas mengambil giliran dalam berbagi tugas sudah mulai tampak dengan persentase kegiatan 15% tetapi masih dalam kategori sangat tidak aktif. Pada pertemuan IV aktivitas mengambil giliran dalam berbagi tugas sudah mulai tampak dengan persentase 55% dikategorikan aktivitas siswa sudah aktif.
12
Persentase aktivitas
60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 1
2
3
4
Pertemuan
Gambar 4 Grafik Mengambil Giliran dalam Berbagi Tugas
d. Bekerja Sama dalam Kelompok
Aktivitas Siswa
Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa aktivitas siswa bekerja sama dalam kelompok mengalami peningkatan tiap pertemuannya. Pada pertemuan I persentase aktivitas siswa sebesar 75% dengan kategori aktif, begitu juga pada pertemuan II meningkat menjadi 88%, pertemuan III 90% dan pertemuan IV 93% dan termasuk pada kriteria sangat aktif. Peningkatan ini terjadi karena siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan investigasi, apalagi kerja kelompok mempengaruhi nilai kelompok. 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1
2
3
4
Pertemuan
Gambar 5 Grafik Aktivitas Bekerja Sama dalam Kelompok
13
e.
Mengerjakan Tugas Tepat Waktu
Berdasarkan tabel 4, terlihat bahwa persentase aktivitas siswa dalam mengerjakan tugas tepat waktu meningkat dari pertemuan I ke pertemuan II dari 65% menjadi 83% dengan kategori aktif dan sangat aktif. Peningkatan ini terjadi karena siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran menggunakan pendekatan investigasi dan adanya kompetisi antar kelompok. Namun pada pertemuan III mengalami penurunan dengan persentase 15% dikategorikan dengan sangat tidak aktif. Hal ini disebabkan karena rumitnya aktivitas yang harus dikerjakan pada pertemuan III. Pada pertemuan IV aktivitas siswa meningkat kembali dengan persentase 60% dikategorikan siswa aktif. 90
Aktivitas Siswa
80 70 60 50 40 30 20 10 0 1
2
3
4
Pertemuan
Gambar 6 Grafik Aktivitas Mengerjakan Tugas Tepat Waktu f.
Mengerjakan LKS
Aktivitas siswa dalam mengerjakan LKS termasuk kategori aktivitas sangat aktif . Setiap siswa diberikan LKS yang harus mereka diskusikan dalam kelompok sehingga setiap siswa terdorong untuk mengerjakan LKSnya. Selain itu guru mengawasi kegiatan siswa apakah siswa mengerjakan LKS.
14
Persentase aktivitas
105 100 95 90 85 80 1
2
3
4
Pertemuan
Gambar 7 Aktivitas Mengerjakan LKS
g.
Bertanya Kepada Guru
Berdasarkan tabel 4, terlihat bahwa aktivitas bertanya kepada guru cenderung menurun setiap pertemuan yaitu 28% pada pertemuan I yang termasuk kategori tidak aktif. Pada pertemuan II dengan persentase 23%, pertemuan III dengan persentase 18% dan pertemuan IV dengan persentase 10% dikategorikan aktivitas aktivitas sangat tidak aktif. Secara umum siswa belum terbiasa untuk bertanya kepada temannya. Pada pertemuan I siswa masih belum terbiasa dengan investigasi kelompok sehingga siswa bertanya kepada guru, namun pada pertemuan II, III dan IV siswa lebih banyak berinteraksi dengan kelompok masing-masing.
Persentase Aktivitas
30 25 20 15 10 5 0 1
2
3
Pertemuan
Gambar 8 Aktivitas Bertanya Kepada Guru
15
4
h. Bertanya Kepada Teman Aktivitas siswa bertanya kepada teman mengalami penurunan pada pertemuan II tetapi meningkat lagi pada pertemuan II dan IV. Berdasarkan tabel 4, terlihat bahwa persentase aktivitas pada pertemuan I sebesar 13%, pertemuan II sebesar 5%, pertemuan III sebesar 23% dikategorikan aktivitas sangat tidak aktif, namun pada pertemuan IV aktivitas siswa sedikit meningkat yaitu 30%, tetapi aktivitas ini masih tergolong tidak aktif atau sedikit sekali dilakukan. 35
Persentase aktivitas
30 25 20 15 10 5 0 1
2
3
4
Pertemuan
Gambar 9 Aktivitas Bertanya Kepada Teman i.
Menanggapi Pertanyaan Teman
Aktivitas menanggapi pertanyaan teman cenderung meningkat setiap pertemuan dengan persentase 8% pada pertemuan I, 20% pada pertemuan II, 23% pada pertemuan III dan 27% pada pertemuan IV. Aktivitas ini meningkat pada setiap pertemuan disebabkan mulai timbulnya keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat dan siswa mulai terbiasa untuk berdiskusi dalam kelompok maupun diskusi kelas. Meskipun pada umumnya siswa masih malumalu untuk menanggapi pertanyaan teman karena takut jawaban yang dikemukakan salah.
16
Persentase Aktivitas
30 25 20 15 10 5 0 1
2
3
4
Pertemuan
Gambar 10 Aktivitas Menanggapi Pertanyaan Teman 2. Hasil Belajar Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung, sebagian besar persentase siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran semakin meningkat dari pertemuan pertama hingga pertemuan keempat. Ini dapat dilihat pada tabel 4 yang menunjukkan sebagian besar persentase siswa yang tetap berada dalam kelompok selama pendekatan investigasi berlangsung, inisiatif kerja dalam kelompok, mengambil giliran dalam berbagi tugas, bekerja sama dalam kelompok, mengambil giliran dalam berbagi tugas, mengerjakan tugas tepat waktu, mengerjakan LKS, bertanya kepada guru, bertanya kepada teman, menanggapi pertanyaan guru dan menanggapi pertanyaan teman pada setiap pertemuan mengalami peningkatan. Ini menandakan bahwa siswa semakin paham dengan materi yang disajikan, dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika semakin baik. Selama pembelajaran berlangsung terlihat bahwa siswa lebih aktif dan bersemangat dalam belajar. Ini disebabkan dalam belajar siswa terbiasa untuk berdiskusi dan mempersentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, dimana siswa yang akan mempersentasikan hasil kerjanya ditunjuk secara acak oleh guru, sehingga mereka harus menyiapkan diri dan kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusi kelompok yang telah mereka lakukan. Berdasarkan hasil belajar pada tabel 5, jumlah siswa yang tuntas dalam belajar matematika sebanyak 32 dari 39 siswa. Data tersebut menunjukkan bahwa penguasaan materi pelajaran pada peluang sudah cukup baik dengan persentase ketuntasan kelas 82.05% jika dibandingkan dengan persentase ketuntasan sebelum pendekatan investigasi berlangsung yaitu 43.59%. 17
Beberapa kendala yang dihadapi selama melaksanakan penelitian diantaranya masalah waktu. Waktu untuk berdiskusi kelompok dan presentasi melebihi target yang sudah ditetapkan. Ini disebabkan karena siswa memerlukan waktu yang cukup lama untuk memahami dan mendiskusikan materi. V. PENUTUP
Berdasarkan data dan analisis data yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Secara umum aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan pendekatan investigasi cenderung meningkat meskipun persentase aktivitas yang dilakukan masih sedikit. Hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang dilaksanakan dan kebiasaan siswa yang cenderung pasif. Namun variasi model pembelajaran ini membuat siswa lebih aktif dan lebih berani untuk mengkomunikasikan apa yang mereka lakukan dan temukan. 2. Berdasarkan tes akhir yang dilakukan diperoleh bahwa nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan pendekatan investigasi adalah 68.18. Jumlah siswa yang tuntas berdasarkan KKM yang ditetapkan di SMA Negeri 12 Padang yaitu 60 adalah 32 orang dengan presentase ketuntasan secara klasikal 82.05%.
Sehubungan dengan penelitian yang penulis lakukan, maka penulis menyarankan: kepada guru matematika SMA Negeri 12 Padang khususnya dan guru matematika umumnya untuk dapat menerapkan pendekatan investigasi dalam pembelajaran matematika, karena pendekatan ini dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar matematika siswa. VI. DAFTAR KEPUSTAKAAN Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta _________________. 2002. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Common, Tex Book. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Jakarta: JICA Hadi, Sutrisno. 1986. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bina Aksara Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Surabaya
Krismanto, Al. 2003. Beberapa Model dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral 18
Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika. Yogyakarta: Tidak diterbitkan
Lie, Anita. 2002. Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo
Nasution. 1995. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Nur, Muhammad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Jawa Timur: LPMP
Setiawan. 2006. Penulisan Modul Paket Pembinaan Penataran “Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Investigasi”. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Dan Penataran Guru Matematika. Email:
[email protected]. Website: http.//www.p3gmatyo.go.id Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
19