Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN OPERASI HITUNG SATUAN WAKTU Herawati 11dan Noviana Rizky22
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan materi di kelas V MIN Sukadamai Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan penelitian pre-eksperimen. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas Va MIN Sukadamai Banda Aceh yang berjumlah 27 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan tes hasil belajar. Sedangkan pengolahan data menggunakan persentase dan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan penguasaan siswa pada materi operasi hitung satuan waktu di kelas Va MIN Sukadamai Banda Aceh, hal ini berdasarkan hasil post test di dapat 22 orang siswa dinyatakan tuntas secara klasikal yaitu 81,48%. Selanjutnya data yang dianalisis dengan menggunakan uji-t pada taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 26, maka didapat thitung = 3,97 dan ttabel = 1,71 , sehingga thitung > ttabel yaitu 3,97 > 1,7. Hasil analisis data ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan model kooperatif tipe STAD pada materi operasi hitung satuan waktu mengalami peningkatan peningkatan dan sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan di MIN Sukadamai Banda Aceh. Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Operasi Hitung Satuan Waktu
11
Herawati, Dosen STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh, Email:
[email protected]
22
Noviana Rizky, Mahasiswa S1 Program Studi PGMI – Universitas Islam Negeri Ar-Raniry ISSN 2086 – 1397 Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 57
Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... pembelajaran matematika itu susah dipahami.
A. Pendahuluan Matematika merupakan salah satu
Hal ini menyebabkan hasil belajar tidak
disiplin ilmu pengetahuan dasar yang menjadi
mencapai target yang sesuai dengan Kriteria
pendukung bagi kemajuan teknologi dewasa
Ketuntasan Minimum (KKM) di sekolah
ini. Matematika perlu dipelajari sebagai bekal
tersebut. Selain dari pada hal tersebut,
peserta didik sejak dari Sekolah Dasar sampai
kebanyakan dari siswa yang bersekolah di
Perguruan Tinggi. Oleh sebab itu matematika
MIN Sukadamai adalah anak-anak dari orang
di sekolah dasar sangat penting, karena
tua dengan status ekonomi dari kalangan biasa.
disinilah dasar-dasar ilmu matematika yang
Anak-anak
diajarkan menjadi sangat bermanfaat untuk
pelajaran dari sekolah saja tanpa adanya
melanjutkan
bimbingan belajar dari luar.
ke
jenjang
pendidikan
selanjutnya.
tersebut
hanya
Menanggulangi
mendapatkan
masalah
tersebut,
Salah satu materi matematika yang
tidak terlepas dari kinerja seorang guru
harus dikuasai di MIN adalah materi operasi
sebagai pendidik. Joula E. Paimin (1988: 12)
hitung satuan waktu. Diharapkan siswa dapat
berpendapat, Tugas guru yang paling penting
menguasai materi operasi hitung satuan waktu
adalah
dengan baik. Hal ini disebabkan satuan waktu
menumbuhkan minat dan daya tarik siswa
sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-
terhadap matematika sehingga tujuan dari
hari. Zulfinar (2008: 3) berpendapat, “sering
pembelajaran matematika tetap tercapai. Guru
dijumpai kesulitan dalam proses belajar
sebaiknya
matematika,
siswa
dan
membuat siswa termotivasi dan aktif dalam
mengeluh
dalam
dan
belajar, maka
masih
kesulitan
memahami
bagaimana
cara
menciptakan
hasil
guru
suasana
belajar
untuk
yang
siswa akan
menyelesaikan soal-soal pelajaran matematika.
meningkat. Bertitik tolak dari hal tersebut,
Kebanyakan peserta didik kurang tertarik
betapa pentingnya seorang guru di sekolah
disebabkan adanya kecenderungan bahwa apa
dalam mengajar pelajaran matematika, karena
yang ditampilkan pada siswa adalah sejumlah
pusat pengajaran matematika adalah pusat
rumus
Sehingga
pemecahan masalah, dan salah satu faktor
pemahaman dari matematika jauh dari yang
pendukung berhasil atau tidaknya pengajaran
diharapkan”
matematika adalah dengan menguasai teori
yang
membosankan.
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan
peneliti
Guru merupakan salah satu faktor
menemukan beberapa kendala, diantaranya
yang terpenting dalam pelaksanaan pendidikan
masih ada guru di sekolah tersebut yang
pengajaran
menggunakan
matematika diharapkan dapat menciptakan
sebab
di
itu
MIN
metode siswa
ISSN 2086 – 1397
Sukadamai,
mengajar.
konvensional, oleh masih
menganggap
di
sekolah.
Seorang
guru
situasi belajar yang hidup dan menggairahkan Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 58
Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... siswa di dalam atau di luar kelas sehingga
Sebelum
dapat
pembelajaran,dibuat lembaran kegiatan yang
menimbulkan
motivasi
untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
menyajikan
materi
akan dikerjakan siswa secara bersama-sama,
Seorang guru diharapkan mengetahui
saling
memahami
teori-teori
kelompok untuk menyelesaikan materi atau
pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat
tugas yang diberikan kepadanya. Siswa belajar
memilih model pembelajaran yang tepat untuk
bersama dalam kelompok-kelompok kecil
mempermudah
yang terdiri dari 4-5 siswa.
dan
tentang
proses
terbentuknya
membantu
dan
berdiskusi
dalam
Kelompok ini
pengetahuan siswa. Salah satu alternatif model
merupakan kelompok heterogen yang terdiri
tersebut adalah berdasarkan perkembangan
dari campuran siswa menurut tingkat kinerja
kognitif yang lebih mengacu pada teori
(siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan
konstruktivis. Menurut teori ini siswa harus
rendah). Setelah guru menyajikan pelajaran,
menemukan sendiri informasi-informasi baru,
anggota kelompok bertemu untuk mempelajari
kemudian
tersebut
lembaran kegiatan atau bahan pembelajaran
dengan aturan-aturan lama dan merevisinya
lainnya. Dalam pembelajaran kooperatif tipe
apabila aturan-aturan tersebut tidak lagi sesuai
STAD setelah berlangsungnya pembelajaran,
dengan informasi yang baru diterimanya. Hal
siswa
ini dikenal dengan asimilasi konsep. Sistem
mengetahui kemampuan akademik individual.
mengecek
informasi
pembelajaran ini dapat mengaktifkan siswa
diberi
ulangan-ulangan
Mengingat
materi
untuk
operasi
hitung
untuk benar-benar dapat memahami dan
satuan waktu sangat penting dipelajari oleh
menerapkan pengetahuan.
siswa maka guru berusaha untuk memikirkan
Robert
E.
Slavin
(1992:
17)
cara yang tepat dalam mengajarkan materi ini,
mendefinisikan pembelajaran kooperatif dapat
salah satunya
yaitu dengan
meningkatkan semangat belajar siswa. Agar
pembelajaran
kooperatif
kooperatif dapat terlaksana dengan baik, siswa
Penggunaan Pembelajaran kooperatif tipe
harus diberi lembaran kegiatan yang berisi
STAD
pertanyaan dan tugas untuk dikerjakan.
meningkatkan penguasaan dan prestasi belajar
Ada
beberapa
tipe
pembelajaran
kooperatif yang dikenal saat ini, salah satu
merupakan
salah
menerapkan
tipe
STAD.
satu
upaya
siswa dalam memahami materi operasi hitung satuan waktu dalam pelajaran matematika.
diantaranya bentuk yang paling sederhana
Untuk
adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD
permasalahan
(Student Team Achievement Division). Dalam
menuangkannya dalam sebuah penelitian yang
pembelajaran kooperatif tipe STAD, materi
berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
pembelajaran
Kooperatif
untuk
dirancang
pembelajaran
ISSN 2086 – 1397
sedemikian secara
rupa
kelompok.
memperoleh di
Tipe
atas
STAD
jawaban maka
dalam
dari
penulis
Upaya
Meningkatkan Penguasaan Operasi Hitung Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 59
Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... Satuan Waktu di Kelas V MIN Sukadamai-
beranggapan bahwa pengetahuan dibentuk
Banda Aceh Tahun Ajaran 2011/2012.
oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu ia berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam kontruktivisme peranan guru bukan pemberi
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di
jawaban
akhir
atas
pertanyaan
atas, maka yang menjadi masalah dalam
melainkan
pembahasan ini adalah : Apakah pembelajaran
membentuk
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
matematika melalui pengalaman.
penguasaan siswa terhadap materi operasi
mengarahkan
mereka
(mengkontruksi)
Menurut
pandangan
siswa, untuk
pengetahuan
konstruktivis,
hitung satuan waktu di kelas V MIN
belajar merupakan suatu proses pembentukan
Sukadamai ?
pengetahuan.
Pembentukan
ini
harus
dilakukan oleh si pebelajar. Ia harus aktif melakukan
C. Postulat dan Hipotesis Sesuai dengan judul dan permasalahan
kegiatan,
berfikir,
menyusun
konsep dan memberi makna tentang hal-hal
postulat atau anggapan dasar dalam penelitian
yang
ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe
memandang siswa sebagai pribadi yang sudah
STAD adalah salah satu metode yang dapat
memiliki kemampuan awal yang akan menjadi
diterapkan dalam pembelajaran matematika.
dasar untuk mengkonstruksi pengetahuan baru.
Warsito (1998: 117) mendenifisikan
dipelajari.
Belajar
menurut
Paradigma
pandangan
konstruktivis
kontruktivis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
adalah suatu proses aktif dari si pebelajar
permasalahan yang sedang diuji kebenarannya.
dalam membangun pengetahuannya, bukan
Adapun penelitian
yang
menjadi
ini
adalah
hipotesis
dalam
proses
bahwa
model
transformasi pengetahuan dari guru melalui
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
penguasaan
operasi
hitung
satuan waktu.
pasif
yang
hanya
menerima
ceramah. Proses belajar matematika menurut teori konstruktivis sangat tergantung pada beberapa aspek yaitu aspek siswa, peranan guru, sarana belajar dan evaluasi belajar.
D. KAJIAN TEORITIS 1. Pembelajaran Matematika dalam
Menurut
Pandangan Kontruktivis Konsep
pandangan
konstruktivis,
kontruktivis
belajar merupakan suatu proses pembentukan
didasarkan kepada kinerja akademik para ahli
pengetahuan. Siswa harus aktif melakukan
psikologi dan peneliti yang peduli dengan
kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan
kontruktivisme. Kontruktivisme lahir dari
memberi makna tentang hal-hal yang sedang
gagasan
di pelajari. Namun yang paling menentukan
Piaget
ISSN 2086 – 1397
pembelajaran
a. Peranan Siswa
dan
Vigotsky
yang
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 60
Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... prestasi belajar siswa adalah niat belajar siswa
dilakukan individu untuk memperoleh suatu
sendiri. Seorang siswa diminta memiliki
perubahan tingkah laku yang baru secara
kemampuan
keseluruhan,
awal
sebelum
mempelajari
sebagai
hasil
pengalaman
sesuatu. Kemampuan awal tersebut sebagai
individu itu sendiri dalam interaksi dengan
awal untuk mengkonstruksi pengetahuan baru.
lingkungannya.
b. Peranan Guru
Jadi menurut teori konstruktivisme,
Dalam pandangan konstruktivis guru
belajar adalah kegiatan yang aktif dimana
atau pendidik berperan membantu proses
siswa membangun sendiri makna dari suatu
pengkonstruksian oleh siswa berjalan dengan
yang mereka pelajari.
lancar.
Dalam
proses
ini
guru
tidak
mentransferkan pengetahuan yang dimilikinya, melainkan membimbing siswa dalam belajar.
2. Model
Pembelajaran
Kooperatif
Guru dituntut untuk lebih memahami jalan
(Cooperative Learning)
pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar.
Menurut Slavin (1992: 12) (model
Menumbuhkan kemandirian dan kemampuan
“pembelajaran
pada diri siswa untuk bisa membentuk
pembelajaran dengan penekanan pada aspek
pengetahuannya sendiri. Dengan demikian
sosial dan menggunakan kelompok-kelompok
siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir
kecil yang terdiri dari 4-6 siswa yang sederajat
sendiri,
tapi berkemampuan heterogen. Sederajat yang
memecahkan
masalah
yang
kooperatif
merupakan
dihadapinya, kritis, kreatif dan mandiri.
dimaksud disini adalah siswa-siswa yang
c. Sarana Belajar
beasal dari tingkatan sekolah dan kelas yang
Pendekatan
konstruktivis
sama,
sedangkan
heterogen
tidak hanya
menekankan bahwa peranan utama dalam
menunjukkan adanya keragaman kemampuan
kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam
tetapi juga jenis kelamin dan ras.”
mengkonstruksi
pengetahuannya
sendiri.
Menurut Rahmah Djohar, dkk (2007:
Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan,
218) yang dikemukakan oleh Carrin dan
lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan
Fenno, ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif
untuk membantu proses belajar.
sebagai berikut :
d. Evaluasi Belajar
a. Setiap anggota memiliki peran
Bentuk evaluasi konstruktivis mengarah pada nilai-nilai autentik, mengkonstruksi pengetahuan
yang
berdasarkan
pengalaman siswa. Slameto
(1988:
b. Terjadi hubungan interaksi langsung antara para siswa c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-
56)
menyatakan
teman sekelompoknya.
bahwa, belajar adalah suatu proses usaha yang ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 61
Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... d. Peran guru adalah membantu siswa
besarnya
untuk mengembangkan ketrampilan-
hanya
berinteraksi
anggota
kelompok.
ketrampilan interpersonal kelompok e. Guru
sesama
d. Para
dengan
siswa
akan
penghargaan
kelompok saat diperlukan
diberi
yang
satu akan
berpengaruh terhadap nilai seluruh anggota kelompok.
Adapun Kemampuan yang Diperlukan
e.
Para
siswa
harus
berbagi
dalam Model Pembelajaran Kooperatif agar
kepeminpinan, sementara mereka
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif,
memperoleh keterampilan bekerja
unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan
sama selama belajar.
kepada siswa dalah sebagai berikut : a. Para
siswa
harus
f.
mempunyai
Para siswa diminta pertanggung jawaban secara individual, tentang
persepsi bahwa mereka belajar
materi
yang
dipelajari
bersama demi satu tujuan.
kelompok kooperatif.
dalam
b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya,
1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran
disamping
tanggung jawab terhadap
Kooperatif
diri
Menurut
Arends
(1997:
113)
“
sendiri, dalam materi pelajaran
terdapat enam tahapan utama dalam pelajaran
yang dihadapi.
yang
c. Para siswa harus membagi tugas dan
tanggung
jawab
sama
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif”. Enam langkah tersebut dirangkum dalam tabel berikut
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase
Tingkah Laku Guru
Fase 1 Menyampaikan
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran tujuan
dan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
motivasi siswa
memotivasi siswa
Fase 2
Guru menyajikan informasi kepada siswa
Menyajikan informasi
dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan
Fase 3
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
Mengorganisasikan siswa dalam caranya membentuk kelompok belajar dan kelompok-kelompok belajar
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 62
Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... Fase 4
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
Membimbing kelompok bekerja pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. dan belajar Fase 5
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Evaluasi
yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
Memberikan penghargaan
upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
Sumber :Richard Arends dalam Classroom Instruction and Management
3. Model
Pembelajaran
Kooperatif
pelajaran, sehingga dipastikan semua anggota kelompok telah memahami materi tersebut.
Tipe STAD Model pembelajaran kooperatif tipe
Agar pembelajaran kooperatif tipe STAD
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan
dapat berjalan dengan baik, maka kegiatan
kawan-kawannya
John
belajar mengajar harus dilaksanakan sesuai
Hopkins. Model ini dipandang sebagai model
dengan tahap kooperatif. Ada lima tahapan
paling sederhana.
kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD
dari
universitas
Menurut Slavin (1992), dalam metode
yaitu
tahap
persiapan,
presentasi
kelas,
pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa
kegiatan kelompok, tes, dan penghargaan
ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan
kelompok
4-5 yang merupakan siswa campuran menurut
a. Tahap - 1 Persiapan
tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru
Kegiatan yang dilaksanakan pada
menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa
tahap ini adalah menyampaikan tujuan
bekerja dalam tim mereka untuk memastikan
pembelajaran
yang
bahwa seluruh anggota tim telah menguasai
menyiapkan
materi
pelajaran
pembelajaran
diajarkan, alat, dan sarana lainnya,
kooperatif tipe STAD, materi pembelajaran
pembagian siswa kedalam kelompok
dirancang
sesuai dengan setting pembelajaran
tersebut.
Pada
sedemikian
pembelajaran
secara
rupa
untuk
kelompok.
Dengan
kooperatif
dan
ingin yang
dicapai, akan
keterampilan
menggunakan lembaran kegiatan siswa atau
kooperatif, menentukan skor dasar
perangkat pembelajaran lain, siswa bekerja
individu
secara
kegiatan.
bersama-sama
untuk
menuntaskan
materi pelajaran. Mereka saling membantu
dan
menentukan
jadwal
b. Tahap – 2 Presentasi Kelas
satu sama lain untuk memahami bahan ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 63
Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... Dalam presentasi kelas pembelajaran
tinggi dapat berupa sertifikat, laporan
kooperatif
berkala kelas dan lain-lain.
tipe
STAD
guru
menjelaskan materi atau menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
4. Materi
demonstrasi atau lewat bahan bacaan
tahap
Materi
operasi
satuan
waktu
merupakan salah satu materi yang dipelajari di
kegiatan
SD/MIN kelas V semester 1. Berdasarkan
siswa (LKS), secara berkelompok
standar isi pembelajaran matematika, adapun
memyelesaikan
yang
standar kompetensi yang diharapkan adalah
atau
menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak,
telah
dan kecepatan dalam pemecahan masalah.
menjadi
siswa
Satuan
dengan
menggunakan
ini
Hitung
Waktu
c. Tahap – 3 Kegiatan Kelompok Dalam
Operasi
lembaran
tugas-tugas
tanggung
mempelajari
jawabnya
materi
yang
dipersiapkan guru. Mereka bekerja
Kompetensi
bersama-sama,
operasi hitung satuan waktu.
berdiskusi
saling
untuk
membantu,
menyelesaikan
materi/tugas
belajarnya.
mengawasi
dan
adalah
melakukan
Penelitian yang dilaksanakan oleh
Guru
peneliti ini hanya meliputi operasi hitung
memberikan
satuan waktu. Pada materi operasi hitung
pengarahan serta bantuan seperlunya. d. Tahap – 4 Tes Pada
dasarnya
satuan waktu indikator yang harus tercapai, yaitu melakukan operasi hitung satuan waktu.
akhir
pembelajaran
siswa
Satuan waktu yang peneliti gunakan adalah
diberikan tes individu. Skor yang di
jam, menit, dan detik. Hubungan kesetaraan
peroleh siswa dalam tes ini digunakan
antara jam, menit dan detik sebagai berikut :
untuk menentukan nilai perkembangan individu
dan
disumbangkan
yang
juga
terhadap
akan
5. Langkah-langkah
nilai
Materi
kelompok. Setiap siswa menerima satu
Waktu
lembar tes, tidak boleh bekerjasama
Model
dalam mengerjakan soal tersebut.
Tipe STAD
Waktu mengerjakan tes ditentukan oleh guru.
Skor akhir dihitung berdasarkan skor
Pemberian
anggota
dengan
Menggunakan
Pembelajaran
langkah-langkah
Satuan
Kooperatif
pembelajaran
penghargaan
menggunakan model kooperatif tipe STAD adalah :
kelompok. kepada
kelompok yang behasil mencetak skor ISSN 2086 – 1397
Hitung
materi operasi hitung satuan waktu dengan
e. Tahap – 5 Penghargaan Kelompok
peningkatan
Adapun
Operasi
Pembelajaran
Tabel 2.2 Kegiatan Guru dan Siswa saat Proses
Pembelajaran Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 64
Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... Kooperatif
No 1.
Tipe
Langkah-langkah
STAD
Berlangsung
Tingkah Laku Guru
Tingkah Laku siswa
Tahap persiapan Menyampaikan tujuan
Guru menyampaikan semua Siswa memperhatikan dan dan tujuan
motivasi siswa
yang
ingin
dalam
dicapai mendengarkan penjelasan
pembelajaran guru
matematika
materi
operasi
hitung satuan waktu dan guru memotivasi siswa untuk lebih semangat dalam belajar Membentuk
Guru membagikan siswa ke Siswa duduk berdasarkan
kelompok
dalam
5
kelompok,
tiap kelompok
yang
telah
kelompok beranggotakan 5-6 ditentukan. siswa, yang terdiri dari siswa yang tingkat prestasinya tinggi, sedang dan rendah. Menyiapkan
siswa Guru membimbing kelompok Siswa mempersiapkan diri
untuk belajar
belajar
serta
penjelasan
memberikan untuk belajar tentang
cara
kelompok dengan tipe STAD 2.
Tahap Presentasi menjelaskan materi Guru operasi
menjelaskan
tentang Siswa
memperhatikan
hitung materi hitung satuan waktu guru menjelaskan materi
satuan waktu
dengan metode demonstrasi
dengan
metode
demonstrasi 3.
Tahap
Kegiatan
Kelompok Membagikan dan alat peraga
LKS Guru membagikan LKS dan Perwakilan alat peraga jam yang terbuat siswa karton
Diskusi
Guru
mengambil
alat
peraga yang ditentukan mengontrol
kegiatan Siswa menyelesaikan soal
siswa dan memberi penjelasan yang apabila di butuhkan ISSN 2086 – 1397
kelompok
tersedia
di
LKS
berdasarkan kelompoknya Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 65
Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... masing-masing. tahap
ini
Dalam
siswa
berkemampuan
yang tinggi
mengajari temannya yng berkemampuan
sedang
dan rendah 4.
Tahap tes Kuis
Pada akhir pembelajaran siswa Setiap
siswa
di beri tes individu. Waktu menyelesaikan soal kuis yang disediakan dibatasi oleh yang diberikan oleh guru guru.
Setiap
siswa sesuai batas waktu yang
mengerjakan tes nya masing- ditentukan. Setiap siswa masing tidak boleh bekerja mengerjakan sama
tes
masing-masing
nya tidak
boleh kerjasama 5.
Tahap penghargaan Memberikan
Guru
mencari
penghargaan
memberikan
cara
untuk Kelompok yang berhasil
penghargaan memyelesaikan
soal
terhadap upaya terhadap hasil dengan benar dalam waktu kerja individu atau kelompok. yang Kelompok
cepat
diberikan mempersentasikan
penghargaan adalah
yang hasilnya ke depan dan
mendapatkan poin tertinggi .
diberi penghargaan.
tidak menggunakan dua kelas, tetapi hanya
E. METODOLOGI PENELITIAN
satu kelas saja yaitu kelas eksperimen yang Menurut Suharsimi Arikunto (2010:
digambarkan seperti diagram berikut.
212) tujuan penelitian ini yaitu menerapkan
X
O
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Keterangan:
untuk
X : Yang mengalami perlakuan
meningkatkan
penguasaan
siswa
terhadap materi operasi hitung satuan waktu, maka penelitian menggunakan metode preeksperimen (one shot case study). Peneliti
O : Hasil observasi setelah penelitian Selanjutnya
Suharsimi
Arikunto
(2010: 212) menyatakan Dalam penelitian ini
menggunakan metode ini karena penelitiannya ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 66
Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... yang menjadi subjek penelitian adalah siswa
matematika pada materi operasi hitung satuan
pada suatu kelas dengan satu kali proses,
waktu
sehingga digolongkan dalam desain metode
menggunakan model pembelajaran kooperatif
pre-eksperimen. Hal ini sesuai dengan yang
tipe STAD berlangsung. Pengamatan ini
dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto yang
dilakukan pada saat proses belajar mengajar
menyatakan bahwa “Rencana studi kasus satu
berlangsung mulai dari pendahuluan sampai
tembakan adalah sebuah eksperimen yang
penutup,
dilaksanakan
pertemuan (tatap muka)
tanpa
adanya
kelompok
pembanding”.
(operasi
yang
hitung
jam)
dilakukan
dengan
pada
setiap
b. Tes Tes yang diberikan berupa tes awal
1. Populasi dan Sampel Adapun yang menjadi populasi dalam
materi prasyarat yang terdiri dari 5 soal essay.
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V
Selanjutnya setelah dilakukan tindakan dengan
MIN Sukadamai, yang terdiri dari 2 kelas.
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Namun peneliti tidak meneliti seluruhnya
pada materi operasi hitung satuan waktu
melainkan hanya meneliti satu kelas sebagai
diberikan tes akhir berupa soal essay sebanyak
sampel penelitian.
3 soal, hal ini dilakukan peneliti untuk
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 150) “Sampel adalah bagian dari populasi
mengetahui
kemampuan
dan
penguasaan
siswa terhadap materi tersebut.
yang diteliti”. Sampel penelitian diambil dengan
menggunakan
sampel
(sampel
metode
purposive
pertimbangan).
3. Teknik Pengolahan Data
Menurut
Peningkatan
penguasaan
materi
peneliti teknik ini dilakukan karena beberapa
pembelajaran dilihat dari hasil belajar siswa,
pertimbangan yaitu, keterbatasan waktu, siswa
yang
yang diteliti masih mengalami kesulitan dalam
ketuntasan hasil belajar siswa. Ketuntasan
menyelesaikan soal matematika, dan karena
belajar siswa ditetapkan berdasarkan Kriteria
keterbatasan dana.
Ketuntasan
bertujuan
untuk
Minimum
mendeskripsikan
(KKM)
di
MIN
Sukadamai-Banda Aceh. Menurut KKM di MIN Sukadamai Banda Aceh untuk ketuntasan
2. Teknik Pengumpulan Data Teknik
pengumpulan
data
yang
belajar secara individual jika mempunyai daya
digunakan dalam penelitian ini adalah:
serap paling sedikit 60, sedangkan suatu kelas
a.
dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika
Observasi ( pengamatan) Pengamatan
yang
diamati
adalah
aktivitas siswa dan guru. Tujuan dari observasi
% dari jumlah siswa yang telah tuntas secara individual
itu sendiri adalah untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 67
Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... Data
yang
digunakan
untuk
Pengujian hipotesis dalam penelitian
menganalisis ketuntasan belajar adalah tes
ini adalah uji-t pihak kanan, dengan taraf
akhir. Nilai yang diperoleh dari hasil tes
signifikan α = 0,05. Hipotesis yang diuji dalam
tersebut sebagai data peneliti yang akan diolah
penelitian ini adalah:
untuk mengetahui peningkatan penguasaan
H0 : 1 = 2
terhadap materi operasi hitung satuan waktu.
H1 : 1 > 2
Setelah data terkumpul maka disajikan dalam
Anas Sudijono (2005: 227) Untuk
bentuk distribusi frekuensi, selanjutnya data
menguji hipotesis yang telah dirumuskan oleh
dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
Sudjana adalah:
data deskriptif presentase, maka digunakan t=
rumus :
Jumlah siswa yang tuntas x 100% Jumlah siswa keseluruhan
P
Dimana:
= rata-rata sampel s = simpangan baku
1. Uji Normalitas
sampel
Menurut Anas Sudijono (2005:
= 60, merupakan nilai KKM
273) Untuk mengetahui normal tidaknya data untuk materi operasi hitung
diuji dengan menggunakan uji chi-kuadrat
satuan waktu
pada taraf signifikan α = 0,05 dan dk (k-3)
n = banyak data
seperti yang telah dikemukakan oleh Sudjana:
Pengujian
dilakukan
pada
taraf
(O i Ei ) 2 2 Ei i 1
signifikan α = 0,05 dengan dk (n-1), dimana
Keterangan:
tolak H0 jika t hitung ≥ t 1-α, dan terima H0 dalam
= distribusi chi-kuadrat
hal lainnya.
O i = hasil pengamatan
F. HASIL
k
kriteria pengujian menurut Sudjana adalah
2
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Ei = hasil yang diharapkan. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika 2 ≥ 2(1 – α) (k – 1) dengan α = 0,05 (taraf nyata pengujian), dalam hal lain H0 diterima.
Penelitian ini diadakan mulai tanggal 12 Desember sampai dengan 15 Desember 2011. Adapun jadwal kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Penelitian No
Hari/Tanggal
Waktu
Kegiatan
1.
Senin 12 Desember 2011
20 menit
Tes awal
2.
Selasa 13 Desember 2011
70 menit
Mengajar
ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 68
Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... 3.
Kamis 20 Desember 2011
70 menit
Mengajar , tes akhir dan angket
Sumber: MIN Sukadamai Banda Aceh. 1. Deskriptif Ketuntasan Hasil Belajar Tabel 4.5 Skor Tes Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Tes Awal No urut
Kode Sampel
Skor Tes Siswa
Keterangan
I
II
III
IV
1
S1
60
Tuntas
2
S2
45
Tidak Tuntas
3
S3
50
Tidak Tuntas
4
S4
45
Tidak Tuntas
5
S5
15
Tidak Tuntas
6
S6
75
Tuntas
7
S7
65
Tuntas
8
S8
30
Tidak Tuntas
9
S9
50
Tidak Tuntas
10
S10
70
Tuntas
11
S11
90
Tuntas
12
S12
10
Tidak Tuntas
13
S13
80
Tuntas
14
S14
85
Tuntas
15
S15
85
Tuntas
16
S16
50
Tidak Tuntas
17
S17
40
Tidak Tuntas
18
S18
90
Tuntas
19
S19
80
Tuntas
20
S20
70
Tuntas
21
S21
60
Tuntas
22
S22
45
Tidak Tuntas
23
S23
75
Tuntas
24
S24
100
Tuntas
25
S25
45
Tidak Tuntas
26
S26
30
Tidak Tuntas
27
S27
60
Tuntas
Sumber: Hasil Pengolahan Data ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 69
Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... Dari data di atas terlihat bahwa
siswa yang tidak tuntas sebanyak 45,55%
sebanyak 15 orang siswa tuntas mengikuti
maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
pembelajaran dengan menggunakan model
dengan menggunakan model pembelajaran
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
kooperatif tipe STAD tidak tuntas . Karena
materi operasi hitung satuan waktu, selebihnya
tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum
yaitu sebanyak 12 orang siswa adalah tidak
(KKM) yang ditetapkan.
tuntas. Dalam persentase jumlah ketuntasan
Tabel 4.6 Skor Tes Ketuntasan Hasil
siswa dapat dinyatakan sebanyak 55,55%, dan
Belajar Siswa pada Tes Akhir
No urut
Kode Sampel
Skor Tes Siswa
Keterangan
I
II
III
IV
1
S1
85
Tuntas
2
S2
70
Tuntas
3
S3
70
Tuntas
4
S4
60
Tuntas
5
S5
50
Tidak Tuntas
6
S6
80
Tuntas
7
S7
80
Tuntas
8
S8
35
Tidak Tuntas
9
S9
70
Tuntas
10
S10
75
Tuntas
11
S11
100
Tuntas
12
S12
50
Tuntas
13
S13
95
Tuntas
14
S14
90
Tuntas
15
S15
100
Tuntas
16
S16
60
Tuntas
17
S17
55
Tidak Tuntas
18
S18
100
Tuntas
19
S19
90
Tuntas
20
S20
75
Tuntas
21
S21
70
Tuntas
22
S22
50
Tidak Tuntas
23
S23
85
Tuntas
24
S24
100
Tuntas
ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 70
Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... 25
S25
60
Tuntas
26
S26
45
Tidak Tuntas
27
S27
80
Tuntas
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari data di atas terlihat bahwa
daftar distribusi frekuensi dengan langkah-
sebanyak 22 orang siswa tuntas mengikuti
langkah sebagai berikut:
pembelajaran dengan menggunakan model
a. Rentang (R)
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
= data terbesar – data
terkecil
materi operasi hitung satuan waktu, selebihnya
R
yaitu sebanyak 5 orang siswa adalah tidak
= 90
b. Banyak kelas (K) = 1 + (3,3) log n
tuntas. Dalam persentase jumlah ketuntasan
= 1 + (3,3) log 27
siswa dapat dinyatakan sebanyak 81,48%, dan
= 5,71 (diambil k =
siswa yang tidak tuntas sebanyak 18,51%
6)
maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran c. Panjang kelas (P) =
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tuntas , karena hasil
=
ketuntasan siswa secara klasikal diperoleh melebihi dari kriteria yang telah ditetapkan
=
yaitu ≥ 80%. 2. Hasil
Belajar
Setelah
Siswa
Sebelum
Diterapkan
= 15 (diambil p = 15)
dan
Model
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siswa sebelum
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD a. Menentukan
nilai
rata-rata
Diterapkan Model
dan
Pembelajaran Kooperatif Tipe
simpangan baku
STAD pada Materi Operasi
Untuk menghitung nilai rata-rata ( x )
Hitung Satuan Waktu di Kelas
dan simpangan baku (s), terlebih dahulu data
Va MIN Sukadamai Banda
yang terkumpul harus ditabulasikan kedalam
Aceh Nilai Tes
fi
xi
xi2
fixi
fixi2
11 – 25
2
18
324
36
648
26 – 40
3
33
1089
99
3267
41 – 55
7
48
2304
336
16128
56 – 70
6
63
3969
378
23814
71 – 85
6
78
6084
468
36504
ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 71
Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... 86 – 100
3
93
8649
279
25947
Jumlah
27
-
-
1596
106308
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari tabel diatas diperoleh nilai rata-rata :
S = 21,45 Berdasarkan perhitungan di atas
x =
diperoleh x = 59,11 dan S = 21,45 yang selanjutnya akan dilakukan uji normalitas.
x =
b. Uji Normalitas Sebaran Data Nilai Tes
x = 59,11
Awal Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Uji
Dan simpangan baku adalah :
n f i x i2 ( f i x i ) 2 s n(n 1)
Normalitas dari Nilai Tes Awal Siswa
2
S2 =
Batas
Nilai Tes
Kelas (xi)
Batas Z-Score
Luas Derah
Luas Daerah
Frekuensi
Frekuensi
Diharapkan
Pengamatan
(Ei)
( Oi)
10,5
-2,26
0,4841
11 – 25
25,5
-1,56
0,4406
0,0435
1,1745
2
26 – 40
40,5
-0,86
0,3051
0,1355
3,6585
3
41 – 55
55,5
-0,16
0,0636
0,2415
6,5205
7
56 – 70
70,5
0,53
0,1985
0,1349
3,6423
6
71 – 85
85,5
1,23
0,3888
0,1903
5,1381
6
86 – 100
100,5
1,92
0,4719
0,0831
2,2437
3
Sumber: Hasil Pengolahan Data Maka nilai chi-kuadrat hitung adalah sebagai berikut:
(O i E i ) 2 Ei i 1 k
2
=
ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 72
Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... = 2,52 Pada taraf signifikan α = 0,05 dan dari
= 1 + (3,3) log 27
daftar distribusi frekuensi dapat dilihat bahwa
= 5,71 (diambil k =
banyak kelas (k = 6), sehingga dk untuk
6)
distribusi chi-kuadrat adalah dk (6-3) = 3,
c..Panjang kelas (P) =
maka dari tabel distribusi 20,95(3) diperoleh 7,81. Karena 2,52 < 7,81 atau 2hitung < 2tabel,
=
maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data = 10,83 (diambil p =
tes siswa kelas Va MIN Sukadamai Banda 11)
Aceh berdistribusi normal. c. Menentukan
Nilai
Rata-rata
dan
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siswa setelah
Simpangan Baku
Diterapkan Model
Untuk menghitung nilai rata-rata ( x )
Pembelajaran Kooperatif
dan simpangan baku (s), terlebih dahulu data
Tipe STAD pada Materi
yang terkumpul harus ditabulasikan kedalam
Operasi Hitung Satuan
daftar distribusi frekuensi dengan langkah-
Waktu di Kelas Va MIN
langkah sebagai berikut: a. Rentang (R)
Sukadamai Banda Aceh
= data terbesar – data
terkecil R
= 100 – 35
R
= 65
b. Banyak kelas (K) = 1 + (3,3) log n Nilai Tes
fi
xi
xi2
fixi
fixi2
35 – 45
2
40
1600
80
3200
46 – 56
4
51
2601
204
10404
57 – 67
3
62
3844
186
11532
68 – 78
6
73
5329
438
31974
79 – 89
5
84
7056
420
35280
90 – 100
7
95
9025
665
63175
Jumlah
27
-
-
1993
155565
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari tabel diatas diperoleh nilai rata-rata :
ISSN 2086 – 1397
x = Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 73
Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... Berdasarkan perhitungan di atas
x =
diperoleh x = 73,81 dan S = 18,02 yang
x = 73,81
selanjutnya akan dilakukan uji norm alitas.
Dan simpangan baku adalah
4. Uji Normalitas Sebaran Data Nilai Tes
n f i x i2 ( f i x i ) 2 s n(n 1)
Akhir
2
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Uji Normalitas dari Nilai Tes Akhir Siswa
S2 = S = 18,02 Z-Score Nilai Tes
Batas
Batas Luas
Kelas (xi)
Derah
Luas Daerah
Frekuensi
Frekuensi
Diharapkan
Pengamatan
(Ei)
( Oi)
34,5
-2,18
0,4854
35 – 45
45,5
-1,57
0,4418
0,0436
1,1772
2
46 – 56
56,5
-0,96
0,3315
0,1103
2,9781
4
57 – 67
67,5
-0,35
0,1368
0,1947
5,2569
3
68 – 78
78,5
0,26
0,1026
0,0342
0,9234
6
79 – 89
89,5
0,87
0,3078
0,2052
5,5404
5
90 – 100
100,5
1,48
0,4306
0,1228
3,3156
7
Sumber: Hasil Pengolahan Data Maka nilai chi-kuadrat hitung adalah sebagai berikut:
(O i E i ) 2 Ei i 1 k
2
= = 33,95 Pada taraf signifikan α = 0,05 dan dari
maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data
daftar distribusi frekuensi dapat dilihat bahwa
tes siswa kelas Va MIN Sukadamai Banda
banyak kelas (k = 6), sehingga dk untuk
Aceh berdistribusi normal.
distribusi chi-kuadrat adalah dk (6-3) = 3,
3. Pengujian Hipotesis
maka dari tabel distribusi 20,95(3) diperoleh 7,81. Karena 33,95 > 7,81 atau 2hitung < 2tabel, ISSN 2086 – 1397
Untuk menguji hipotesis, statistik yang digunakan adalah uji-t. Adapun rumusan Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 74
Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... hipotesis yang akan diuji adalah sebagai t=
berikut:
t =
Ho : 1 2 Ha : 1 2 Untuk menguji hipotesis yang telah t = 3,97
dirumuskan oleh Sudjana (2002) adalah:
Berdasarkan langkah-langkah yang t=
telah diselesaikan di atas, maka didapat thitung = 3,97, untuk membandingkan dengan ttabel,
uji t untuk tes awal
maka perlu dicari dahulu derajat kebebasan dengan menggunakan rumus:
t=
dk = (n-1) = (27 – 1) = 26
t =
Dengan dk = 26 dan taraf kepercayaan t = 0,21 Berdasarkan langkah-langkah yang
0,95 dari daftar distribusi t diperoleh dari tabel distribusi diperoleh t(0,95)(26) = 1,71, karena
telah diselesaikan di atas, maka didapat thitung =
thitung > ttabel yaitu 3,97 >
0,21, untuk membandingkan dengan ttabel,
demikian H0 ditolak dan terjadi penerimaan H1
maka perlu dicari dahulu derajat kebebasan
sehingga diterima kebenaran bahwa “Ada
dengan menggunakan rumus:
peningkatan yang signifikan hasil belajar yang
dk = (n-1)
dicapai
dengan
1,71 . Dengan
menerapkan
model
= (27 – 1)
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
= 26
materi operasi hitung satuan waktu melebihi
Dengan dk = 26 dan taraf kepercayaan
nilai tes akhir dan peningkatan tersebut sesuai
0,95 dari daftar distribusi t diperoleh dari tabel
dengan rata-rata KKM yang telah ditentukan.
distribusi diperoleh t(0,95)(26) = 1,71, karena
” Ada beberapa hal yang menyebabkan
thitung < ttabel yaitu 0,21 < 1,71. Dengan demikian H0 diterima, dengan ini tidak terjadi
hasil belajar meningkat yaitu karena keaktifan
perbedaan yang signifikan hasil belajar yang
siswa
dicapai dengan bila dibandingkan dengan
Berdasarkan
KKMnya. ”
aktivitas siswa selama proses pembelajaran
uji t untuk tes akhir
dalam hasil
proses
pembelajaran.
pengamatan
terhadap
berlangsung, diketahui bahwa aktivitas siswa selama pembelajaran adalah sangat aktif. Hal
ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 75
Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... ini dapat kita lihat dari cara siswa bersama-
80%. Dari data yang diperoleh menunjukkan
sama
bahwa sebanyak 4 siswa (18,81%)
mencoba
dan
menemukan
sendiri
jawaban dari permasalahan yang diberikan. Berdasarkan data yang terkumpul dan telah diadakan pengolahan data serta uji
tuntas, sedangkan 22 siswa (81,48%) tuntas sehingga ketuntasan belajar secara klasikal digolongkan tuntas.
hipotesis dengan menggunakan uji t pada taraf
= 0,05 dengan
tidak
Hal yang menyebabkan ketuntasan
derajat
belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes akhir
kebebasan 26 maka diperoleh hasil thitung > ttabel
yang mengalami peningkatan dan pernyataan
yaitu 3,97 >
1,71 . Dengan demikian H0
siswa yang merespon sangat positif atau
ditolak dan terjadi penerimaan H1 sehingga
menyatakan bahwa mereka dalam memahami
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
operasi hitung satuan waktu mudah dipahami.
signifikan
Adapun yang menjadi kendala bagi
hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif
tipe
STAD
mengalami peningkatan. Pada penelitian ini hasil belajar dilihat
siswa
sehingga
tidak
tuntas
dalam
pembelajaran yaitu materi prasyarat belum seluruhnya
bisa
siswa
kuasai
seperti
dari hasil perbandingan antara tes awal yang
kemampuan tentang konsep operasi hitung
diberikan sebelum memulai pembelajaran dan
satuan waktu
tes akhir yang telah diberikan pada akhir
masalah ini juga dua siswa yang tidak tuntas
pembelajaran dengan menggunakan model
adalah siswa yang prestasi nya belajarnya
pembelajaran kooperatif tipe STAD . Tes awal
rendah, hal ini disebabkan kemampuannya
berbentuk essay yang berjumlah 5 soal yang
dalam memahami pelajaran sangat sulit.
tiap soal mempunyai bobot skor yang berbeda
Sementara tiga siswa yang lain tidak serius
dan tes akhir terdiri dari 3 soal dan dengan
dalam mengikuti pelajaran.
masih
lemah. Dan dalam
bobot skor yang berbeda pula. Untuk melihat hasil belajar siswa dalam memahami materi operasi hitung satuan
G. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
waktu, maka peneliti mengadakan tes akhir .
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil
setelah tes diberikan maka hasil tes tersebut
analisis data, penulis dapat menyimpulkan
diolah dengan melihat kriteria ketuntasan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
minimum. Sesuai dengan Kriteria Ketuntasan
yang digunakan dalam mengajarkan materi
Minimal (KKM) yang telah ditetapkan di MIN
operasi hitung satuan waktu di kelas Va MIN
Sukadamai bahwa siswa dikatakan tuntas
Sukadamai dapat meningkatkan penguasaan
belajar apabila memiliki daya serap paling
siswa terhadap materi tersebut.
sedikit 60%, sedangkan ketuntasan belajar
Sesuai dengan pengujian hipotesis,
secara klasikal tercapai apabila paling sedikit
diperoleh thitung = 3,97 dan harga ttabel = 1,71
ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 76
Herawati dan Noviana Rizky, Penerapan Model ... dan nilai rata-rata yang dicapai adalah 73,81, ini berarti t berada daerah penolakan H0, sehingga
H1
dapat
diterima
pada
taraf
Johar,
Rahmah
dkk,
Pembelajaran
Matematika SD/MI, Banda Aceh, 2007 Mudjito dkk , Matematika untuk Sekolah
signifikan α = 0,05. Jadi dapat disimpulkan
Dasar
bahwa hasil belajar matematika siswa yang
Ibtidaiyah,(Direktorat
diajarkan
dengan
pembelajaran
Manajemen Pendididkan Dasar dan
kooperatif
tipe
meningkat.
Menengah Departemen Pendididkan
model
STAD
lebih
Peningkatan nilai tersebut sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan.
dan
Madrasah Jenderal
Nasional, 2009) Paimin,Joula.E,
Agar
Anak
Pinter
Matematika, Jakarta : Puspa Swara 1988 Poerwadarminta
2. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan diharapkan kepada guru
Bahasa
W.
J.S,
Kamus
Indonesia,edisi
III,
Umum cet-4,
Jakarta: Balai Pustaka, , 2007. Slavin,Robert.E,
Cooperative Learning :
matematika agar dapat menerapkan metode
Theory Research and practice, Boston
pembelajaran kooperatif tipe STAD karena
: Allyn and Bacon Publisher,1995
pembelajaran kooperatif tersebut berdampak
Sudijono,
Anas,
Pengantar
Statistik
positif terhadap hasil belajar siswa. Dan
Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo
metode pembelajaran ini juga dapat di
Persada, 2005
terapkan pada poko bahsan yang lain sehingga memudahkan siwa dalam memahami dan menemukan
konsep-konsep
yang
akan
dikembangkan.
Sudjana, Metode Statiska, Bandung: PT Tarsito, 2002 Tim MKPBM, Commen Text Book Strategi Belajar
Mengajar
Matematika
Kontemporer, Bandung : JICA,2010 H. DAFTAR PUSTAKA Arends,Richard I,Classroom Instruction and Management, New York : Mc Graw :1999 Arikunto Suharmi , Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. _______, Manajemen Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1989 ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 77