PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PROSES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS III SDN 019 BONANDOLOK PAISAH PANGGABEAN Guru SDN 019 Bonandolok Email :
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa setelah menerapkan model Pembelajaran Keterampilan Proses pada mata pelajaran IPA di kelas III SD Negeri 019 Bonandolok tahun pembelajaran 2013/2014. Model Pembelajaran Keterampilan Proses berdampak positif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa hal ini ditadai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I aktivitas siswa yang paling dominan adalah menulis/membaca yaitu 36% mengalami penurunan menjadi 33% pada siklus II. Aktivitas mengerjakan LKS 19% meningkat menjadi 32%. Bertanya pada teman 16% menurun menjadi 14%. Bertanya pada guru 11% meningkat menjadi 13%. Yang tidak relevan dengan KBM 18% menurun menjadi 8%. Sebelum dilaksanakannya KBM siklus I, peneliti melakukan preetes untuk mengetahui pemahaman dasar setiap siswa. Dari preetes diketahui hasil belajar rata-rata siswa 37,8 dengan nilai tertinggi 70 dan nilai terendah 30. Peningktan hasil belajar siswa dari formatif siklus I dan formatif siklus II rata-rata 74,4 menjadi 87,5. Ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 53,13% dan pada siklus II sebesar 90,63%. Kata kunci : Hasil belajar, Model PKP, IPA
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan bangsa Indonesia dilakukan secara menyeluruh pada semua aspek yang menyangkut kehidupan berbangsa dan bernegara. Pembangunan pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang tidak hanya sangat penting, akan tetapi merupakan salah satu faktor penentu dari keberhasilan pembangunan disegala bidang. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Bangsa dan Negara, karena pendidikan merupakan sarana yang paling tepat untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini seperti yang di
harapkan oleh Depdiknas (2003:11) yang menyatakan bahwa:Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. Sejalan dengan fungsi pendidikan nasional tersebut maka menjadi penting untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Peningkatan mutu atau kualitas wajib dilaksanakan secara bertahap dan
74
memenuhi keadilan bagi masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang layak. Pengukuran mutu pendidikan merupakan hal yang penting yang harus dilakukan berdasarkan kriteria yang ditetapkan untuk menilai sejauh mana mutu pendidikan di Indonesia berhasil dilaksanakan baik ditingkat daerah, propinsi, nasional maupun internasional. Kualitas pendidikan yang masih rendah di Indonesia menjadi bahan pembicaraan pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Berbagai usaha dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan melakukan perubahan kurikulum pendidikan, meningkatkan mutu pengajaran dan perbaikan sarana dan prasarana. Saya guru di SDN 019 Bonandolok sudah mengajar di sekolah ini ±20 tahun. Dari 10 murid saya 5 diantaranya hasil belajarnya selalu rendah. Saya ingin seluruh murid saya hasilnya belajarnya ≥ KKM yang sudah ditentukan. Oleh karena itu diperlukan adanya perbaikan mengajar di sekolahsekolah untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Melalui mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) dibimbing oleh tutor yang memberikan masukan cara mengajar yang efektif dan efisien. Akhir perkuliahan PKP tersebut mahasiswa diharuskan membuat satu laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru agar
guru lebih bervariasi dalam mengajar sehingga menarik minat siswa. Pendekatan Keterampilan Proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan–keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuankemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikaskan hasilnya. Mukminan (2003:2) menyatakan bahwa pendekatan yang sekarang dikenal dengan keterampilan proses dan cara belajar siswa aktif (CBSA) masih belum banyak terwujud, serta pembelajaran kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih, untuk mengadakan penelitian yang sederhana dengan menggunakan metode seni. Mata pelajaran IPA dapat dipandang sebagai produk, sebagai proses dan sebagai pengembang sikap. Yang dimaksud dengan ”proses” adalah proses mendapatkan. Jadi proses adalah adalah metode, untuk anak SD dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan dimulai dari yang paling sederhana. Dengan penerapan PKP anak mengalami langsung tentang proses untuk memperoleh pengetahuan. Anak menjadi senang, aktif, berfikir kritis
75
melalui suatu percobaan yang dirancang dengan menggunakan peralatan sederhana. Karena anak mengalami langsung pembelajaran menjadi bermakna dan menantang kreatifitas dan daya pikir anak. Situasi pembelajaran akan dinamis, karena anak diberi kesempatan untuk mengembangkan diri melalui percobaan sederhana. Interaksi terjadi multi arah yakni antara : guru–murid, murid–guru, murid– murid serta murid–sumber belajar. Dalam hal ini, penulis akan menggunakan instrumen tes hasil belajar untuk memperoleh data penelitian. Selanjutnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Keterampilan Proses Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas III SDN 019 Bonandolok”. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian Setelah menetapkan rumusan masalah di atas maka, dapat ditentukan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menerapkan Model Pembelajaran Keterampilan Proses pada mata pelajaran IPA di kelas III semester II SDN 019 Bonandolok Tahun Pembelajaran 2013/2014. Hasil-hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh: 1. Guru-guru SDN 019 Bonandolok dan guru-guru yang lain untuk menambah
wawasan dalam pengembangan profesi guru. 2. Menambah kepustakaan bagi guru-guru dalam modelmodel pembelajaran khususnya bagi Kepala sekolah sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan model tersebut untuk-guru-guru yang lain. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 019 Bonandolok Jalan Medan – Padang dan pelaksanaannya pada bulan Maret sampai dengan Juli 2014. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri 019 Bonandolok. Pemilihan kelas III dikarenakan peneliti merupakan guru kelas III SD Negeri 019 Bonandolok. Banyak subjek penelitian yakni 30 siswa. Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data dalam penelitian ini antara lain: a. Tes hasil belajar Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan model pembelajaran keterampilan proses. Tes hasil belajar disusun dalam bentuk pilihan berganda yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk kelas III SD Negeri 019 Bonandolok bidang
76
studi IPA. Tes hasil belajar siswa yang digunakan sebanyak 10 item dan terdiri dari 4 opsion b. Lembar Aktivitas Belajar Siswa Lembar aktivitas belajar siswa digunakan oleh pengamat. Pengamat adalah guru-guru teman sejawat peneliti yaitu Rahmaini S.Pd dan Nuraidah Hutasuhut. Waktu bekerja dalam kelompok peneliti/guru yang sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) memberi isyarat pada ke dua pengamat, kelompok mana yang diamati oleh ke dua pengamat. Kedua pengamat tidak boleh duduk berdekatan agar data yang direkam tidak bias. Satu kali kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh peneliti, maka ada dua kelompok yang diamati oleh pengamat. Instrumen aktivitas belajar siswa terdiri dari 5 aktivitas antara lain; membaca, bekerja, bertanya sesama siswa, bertanya sama guru, dan yang tidak relevan denga KBM. Waktu siswa belajar sesuai dengan di RPP berkelompok selama 20 menit ditentukan oleh peneliti/guru maka ada 10 ceklis yang dilakukan oleh pengamat dalam lembar aktivitas belajar siswa.
Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalammelaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3). Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997:6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
77
Rencana Awal
Tindakan / Observasi
Refleksi Rencana Yang Direvisi
Tindakan / Observasi
Refleksi
Gambar 1. Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Mc Taggart (Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999 : 27) Prosedur Penelitian Berdasarkan informasi yang penelitikumpulkan, bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah yang diakibatkan rendahnya aktivitas belajar siswa, maka prosedur penelitian yang penulis rencanakan dalam menuntaskan hasil belajar tersebut adalah sebagai berikut : A. Siklus I Kegiatan pada siklus I meliputi: 1) Perencanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti membuatkegiatan perencanaan meliputi: a) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kegiatan siswa yang telah dibuat oleh guru tentang sub materi “ Ciri –
ciri Makluk Hidup ” untuk KBM 1 dengan sub materi “Jenis – Jenis Tumbuhan” untuk KBM 2. Selanjutnya diubah atau ditambah sesuai dengan model pembelajaran keterampilan proses. b) Penyusunan instrumen penelitian berupa lembar observasi aktivitas siswa melalui penerapan model pembelajaran keterampilan proses dan tes pemahaman siswa tentang ‘’Ciri – ciri Makhluk Hidup’’ 2) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi (Action and Observation) Melaksanakan tindakan pembelajaran ke-1 dan ke-2 sesuai dengan RPP oleh peneliti
78
sebagai guru IPA di kelas III SD Negeri 019 Bonandolok. Selama proses pembelajaran dilakukan observasi oleh observer (guru sejawat) untuk mengamati aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran oleh guru. Diakhir siklus I dilakukan pula tes hasil belajar siswa untuk mengetahui pemahaman siswa tentang Jenis – jenis Tumbuhan sebagai formatif I. 3) Refleksi (Reflective) Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti berdasarkan hasil observasi dan evaluasi hasil pembelajaran IPA dengan model pembelajaran keterampilan proses. Dari hasil refleksi kemudian peneliti dengan dua orang pengamat teman sejawat untuk memperbaiki dan menguatkan rencana tindakan siklus II. B. Siklus II Kegiatan pada Siklus II meliputi: 1) Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil refleksi terhadap proses pembelajaran pada siklus I maka pada siklus II disusun skenario model pembelajaran keterampilan proses dengan revisi tindakan untuk memperbaiki proses. Peneliti berdiskusi secara kolaboratif dengan guru mata pelajaran sejenis dengan kegiatan perencanaan meliputi: a) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kegiatan siswa yang telah dibuat oleh guru
tentang sub materi “Bentuk Batang Tumbuhan” untuk KBM 3 dengan sub materi “Bentuk Daun Tumbuhan” untuk KBM 4. b) Penyusunan instrumen penelitian berupa lembar observasi aktivitas siswa serta pengelolaan guru terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran keterampilan proses dan tes pemahaman siswa tentang KegiatanKegiatan yang Menggunakan alat peraga daun – daunan sebagai formatif II. 2) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi (Action and Observation) Melaksanakan tindakan pembelajaran ke-3 dan ke-4 sesuai dengan RPP model pembelajaran keterampilan proses dengan topik “Ciri – ciri Makhluk Hidup” oleh peneliti sebagai guru IPA di Kelas III SD Negeri 019 Bonandolok. Selama proses pembelajaran dilakukan observasi oleh observer (guru sejawat) untuk mengamati aktivitas siswa. Diakhir siklus II dilakukan pula tes hasil belajar untuk mengahui pemahaman siswa tentang ‘’Bentuk batang dan daun pada Tumbuhan’’ sebagai formatif II. 3) Refleksi (Reflective) Setelah kegiatan pembelajaran siklus II dilaksanakan, dilanjutkan dengan kegiatan refleksi oleh peneliti
79
berkolaborasi guru mata pelajaran sejenis. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dan ketuntasan hasil belajar siswa ditelaah. Teknik Analisis Data Metode analisis data pada p penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah tindakan. Langkah-langkah langkah pengolahan data sebagai berikut: 1) Merekapitulasi nilai pretes sebelum tindakan dan nilai tes akhir siklus I dan siklus II 2) Menghitung nilai rata-rata rata atau persentase hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar. 3) Penilaian a. Data nilai hasil belajar (kognitif) diperoleh dengan menggunakan rumus: Nilai Siswa
Jumlah jawaban benar 100 Jumlah seluruh soal
(Slameto,2001:189) b. Nilai rata-rata rata siswa dicari dengan rumus sebagai berikut: X
X N
Keterangan : X = Nilai rata-rata Σ = Jumlah nilai X N = Jumlah peserta tes c. Untuk penilaian aktivitas digunakan rumus sebagai berikut: Setelah data aktivitas siswa terkumpul sesuai dengan jumlah kegiatan belajar mengajar, maka data tersebut disusun kemudian data tersebut dirubah menjadi data prosntase. Untuk menganalisis data datadata tersebut kemudian dianalisis dengan proporsi aktivitas.
(Majid, 2009:268) d. Ketentuanpersentaseketuntasanbel ajarkelas Ketuntasan belajar kelas
S K
b
100%
ΣSb =Jumlahsiswa yang mendapatnilai ≥ 70 (kognitif) ΣK = Jumlahsiswadalamsampel Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari hasil tes, jika hasil belajar siswa mencapai nilai ≥ ....... maka disebut tuntas individu, dan bila ada 85% nilai ≥ ........... disebut tuntas kelas. Indikator Keberhasilan Yang menjadi indikator keberhasilan guru mengajar digunakan KKM mata pelajaran IPA di SD Negeri 019 Bonandolok dengan nilai ≥ 65maka disebut tuntas individu, dan bila ada 85% nilai ≥ 65 disebut tuntas kelas
(Subino,1987:80)
80
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1) Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA a) Data Pretes (Uji awal) Tabel 1 Distribusi Hasil Pretes Frekuens RataNilai S.D i rata 30 17 40 7 50 2 38,3 12,3 60 2 70 2 Jumla 30 h
pembelajaran keterampilan proses. Setelah berakhirnya siklus I dilakukan tes hasil belajar berupa postes I. Instrument postes I adalah bagian dari insrumen pretes yang indikatornya telah diajarkan pada siklus I. Data postes I diuraikan dalam Tabel 4.2. Tabel 2 Distribusi Hasil Postes I RataNilai Frekuensi S.D rata 60 15 80 9 74,0 15,9 100 6 Jumlah 30
Data hasil pretes ini dapat disajikan dalam grafik histogram, grafiknya dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Nilai rata-rata siswa pada Postes I sudah menunjukkan angka yang berarti berdasarkan KKM yang ada. Tetapi terdapat 15 orang siswa yang nilainya masih dibawah KKm. Berarti menggambarkan bahwa pembelajaran siklus I masih mengalami kendala-kendala dalam pelaksanaan yang seharusnya. Kendala-kendala ini yang akan diusahakan perbaikanya melalui tindakan pada siklus II. Tindakan diperoleh melalui diskusi antara peneliti bersama Tutor PKP. Data hasil Postes I dapat disajikan dalam grafik histogram, grafiknya dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Grafik Preetes 20 10 0 30
40
50
60
70
Gambar 2. Grafik Data Hasil Pretes Hasil pretes yang rendah dipahami sebagai dampak karena siswa memang belum mempelajari materi yang diujikan disekolah, serta menunjukkan pula bahwa siswa tidak belajar tentang materi tersebut dirumah sebelum datang kesekolah. Berpatokan pada kemampuan awal siswa yang rendah ini peneliti melaksanakan siklus I untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa setelah melewati siklus I dalam
Grafik Postes I 20 0
Frekuensi 60 80 100
Gambar 3. Grafik Data Hasil Postes I 81
Setelah tindakan perbaikan dilakukan pada Siklus II, sampai berakhirnya siklus II tersebut maka siswa diberikan tes kembali sebagi Postes II. Instrument postes II adalah bagian dari instrument pretes yang indikatornya diajarkan pada Siklus II. Hasil Postes II disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Distribusi Hasil Postes II RataNilai Frekuensi S.D rata 60 3 80 13 87,3 13,4 100 14 Jumlah 30
menunjukkan angka yang cukup berarti merujuk pada KKM, demikian juga ketuntasan belajar secara klasikal baru dapat dicapai sampai berakhirnya siklus II dengan meninggalkan beberapa siswa dengan hasil belajar tidak tunta tuntas. Namun dengan keterbatasan waktu dan biaya maka penelitian dicukupkan sampai siklus II saja. Peningkatan hasil tes siswa dapat dilihat melaui Tabel 4.4. Tabel 4. Rekapitulasi Data Awal, Siklus I, dan Siklus II N o
Hasil Tes
Data hasil Postes II ini dapat disajikan dalam grafik histogram, grafiknya dapat dilihat pada Gambar 4.3.
1
Nilai Tertingg i Nilai terendah Ratarata nilai tes Ketuntas an klasikal
Grafik Postes II
2 3
15
4
10 5
Frekuensi
Data Awa l 70
Siklu sI
Siklu s II
100
100
30
60
60
38,3
74
87,3
6,25 %
50,00 %
90,00 %
0 60 80 100
Gambar 4. Grafik Data Hasil Postes II Merujuk pada tabel-tabel tabel hasil tes yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dilihat nilai ratarata rata tes siswa mengalami peningkatan, demikian juga dengan ketuntasan belajar siswa tiap siklus mengalami peningkatan. Meski demikian peningkatan nilai rata-rata rata dari Siklus I sampai Siklus II belum
Data pada Tabel 4.4 dapat disajikan dalam grafik histogram, grafiknya dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 5 Grafik Data Awal, Siklus I, dan Siklus II 82
Pembahasan Dari hasil diskusi diperoleh perencanaan penerapan Pendekatan Keterampilan Proses pada mata pelajaran IPA, dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Observasi atau pengamatan : anak diminta untuk mengamati contoh. 2. Klasifikasi : anak diminta untuk mengklasifikasikan. 3. Presentasi : anak diminta untuk menyampaikan opininya tentang materi yang dipelajari. 4. Prediksi : siswa diminta untuk memperkirakan peralatan dan bagaimana teknik. 5. Eksprimen : dalam kelompok anak diminta membuat suatu karya. 6. Komunikasi : setelah membuat karya, secara kelompok anak berdiskusi untuk menyusun “Laporan Hasil Karya“. Hasil diskusi lalu dipresentasikan secara klasikal. Dalam presentasi ini anak dilatih memberi komentar, saran atau pertanyaan untuk memperoleh kesimpulan tentang materi pembelajaran yakni tentang seni rupa. Setelah diskusi dilakukanlah pengujian awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan menguatkan identifikasi permasalahan yang ada. Uji awal ini disebut sebagai pretes, dengan hasil merujuk pada Tabel 4.1, nilai terendah untuk pretes adalah 30 dan tertinggi adalah 70 dengan KKM sebesar 65 maka hanya 2 orang mendapat nilai diatas ketuntasan atau
ketuntasan klasikal adalah 6,25%. Nilai rata-rata kelas adalah 38,3 juga masih di bawah KKM. Selanjutnya dilakukanlah pembelajaran siklus I sesuai perencanaan. dalam kegiatan belajar mengajar dengan PKP siklus I ini pelaksanaan pembelajaran dilengkapi dengan: lembar kerja siswa dan lembar evaluasi. Setelah perencanaan dilakukanlah pembelajaran siklus I sesuai rencana sehingga kegiatan siswa diantaranya: 1. Duduk berkelompok melakukan kegiatan. 2. Mengklasifikasi. 3. Menyampaikan opininya tentang materi yang dibahas. 4. Mengamati peralatan dalam membuat karya. 5. Bekerja kelompok dengan membuat suatu karya melalui peralatan dan teknik tertentu. 6. Presentasi hasil kerja kelompok dan diskusi kelas. 7. Mencatat rangkuman materi pelajaran. 8. Mengerjakan evaluasi. Setelah berakhirnya siklus I dalam dua kali pertemuan maka siswa diberikan tes kembali sebagai postes I. Merujuk pada Tabel 4.2 pada mata pelajaran IPA tentang postes I, nilai rata-rata kelas adalah 74,0 dalam kategori tuntas, nilai terendah postes I adalah 60 dan tertinggi adalah 100 dengan kriteria ketuntasan minimal 65 maka 15 orang siswa dari 30 siswa mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 50%. Dengan mengacu pada
83
ketuntasan klasikal minimum sebesar 85% maka nilai ini berada di bawah kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM siklus I gagal memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Menurut hasil analisis pada siklus I, ada beberapa hal yang dipandang masih merupakan masalah yang menyebabkan kegagalan pencapaian ketuntasan belajar siswa. Berdasarkan kelemahan yang terjadi pada pembelajaran siklus I maka peneliti mendiskusikan perencanaan siklus II bersama tutor. Hasil diskusi berupa perencanaan tindakan perbaikan pada pembelajaran siklus II sebagai berikut: a. Siswa dalam kerja kelompok diberi peran yang berbada sehingga keaktifan dan tanggung jawab siswa merata. b. Siswa dirangsang untuk tampil berani dan tidak takut saat menyampaikan opini dan pendapat dengan cara diberi penghargaan baik verbal maupun non verbal. c. Mengkondisikan kelas ketika juru bicara sedang melakukan presentasi dengan pengelolaan kelas. d. Memancing siswa untuk melakukan diskusi secara demokratis dengan saling menghormati dan saling menghargai pendapat. e. Meningkatkan kerjasama dalam mengerjakan kerja kelompok dengan memfasilitasinya. Setelah dilaksanakan siklus II melalui tindakan perbaikan sesuai
rencana, maka siswa diberikan tes hasil belajar sebagai postes II. Merujuk pada Tabel 4.3, nilai ratarata kelas untuk postes II adalah 87,3 yang dalam kategori tuntas. nilai terendah adalah 60 dan tertinggi adalah 100 dengan kriteria ketuntasan minimal 65 maka hanya 2 orang siswa yang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 90,0%.. Kegiatan pembelajaran dengan PKP yang dilakukan mendorong anak untuk mengalami sendiri, mengamati apa yang terjadi dan melakukan sendiri sehingga pengetahuan yang diperoleh anak dibangun sendiri. Pengetahuan anak akan bertahan lama karena pengetahuan anak termasuk dalam ingatan jangka panjang atau long term memory. Karena mengalami sendiri dan pembelajaran menggunakan benda nyata yang ada di sekitar anak diharapkan pembelajaran menjadi bermakna bagi kehiduupannya kelak, namun pembelajaran PKP ini menuntut kesiapan anak untuk aktif dan memiliki kemampuan berpikir mandiri dengan merumuskan segala kemungkinan alternatif masalah. Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan Proses melalui langkah-langkah sebagai berikut : Observasi, Prediksi, Hipotesis, Eksprimen, Perolehan dan Pemrosesan Data serta Komunikasi. Langkah-langkah pembelajaran ini sama antara pelaksanaan pada Siklus I dan pelaksanaan pada Siklus II.
84