Penerapan Model PBI Pendekatan SETS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) PENDEKATAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TEMA BANJIR Sestu Wilujeng Ngabdiningsih 1), Endang Susantini 2) dan Ismono 3) 1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA, e-mail:
[email protected] 2) Dosen Jurusan Biologi FMIPA UNESA, e-mail:
[email protected] 3) Dosen Jurusan Kimia FMIPA UNESA, e-mail:
[email protected]
Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran PBI pendekatan SETS pada tema banjir yang bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan model tersebut, perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara kelas yang diberi model pembelajaran PBI pendekatan SETS dengan kelas yang diberi pembelajaran konvensional serta mendeskripsikan respon siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu Quasi Experimental Design dengan rancangan penelitian Nonequivalent Control Group Design. Analisis data yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif deskriptif. Sampel dalam penelitian adalah siswa kelas VII-B sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-C sebagai kelas kontrol. Hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran mendapatkan skor 3,41 dalam kategori baik. Berdasarkan hasil uji-t satu pihak untuk menguji hipotesis diperoleh th = 3,07 > tt = 1,69, yang artinya rata-rata hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Selain itu, rata-rata hasil belajar afektif adalah 3,21 untuk kelas eksperimen dan 2,89 untuk kelas kontrol sama-sama dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan, bahwa penerapan model pembelajaran PBI pendekatan SETS pada tema Banjir dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sebagian besar respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran PBI pendekatan SETS adalah sangat baik, dengan presentase rata-rata siswa menjawab positif adalah 98,43%. Kata kunci : Model pembelajaran PBI pendekatan SETS, hasil belajar siswa, respon siswa Abstract Has done research about application of PBI learning model with SETS approach in flood theme that aims to describe the implementation of this model, the difference of student learning outcomes between the class that was given PBI learning model SETS approach with the class that was given conventional learning, and also to describe student response. This research is experimental research which is Quasi Experimental Design with ‘Nonequivalent Control Group Design’ research design. Data analyzed that was used is quantitative and descriptive qualitative. Sample of this research are students of VII-B as experimental class and VII-C as control class. The result of learning implementation observation get score 3,41 was on good category. One side t-test that was used for examined hypothesis about average of cognitive student learning outcomes obtained th = 3,07 > tt = 1,69. It means that average of cognitive student learning outcomes from experimental class higher than control class. In addition, average affective student learning obtained 3,21 for experimental class and 2,89 for control class was equally in good category. It showed that application of PBI learning model with SETS approach in flood theme has It showed that application of PBI learning model with SETS approach in flood theme has to improve student learning outcomes. Most of student response to the PBI learning model SETS approach was very good, with average percentage of the students response that answered positively is 98,43%. Keywords: PBI learning model in SETS approach, student learning outcomes, student response
peningkatan mutu pendidikan yang hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan di hadapi peserta didik di masa yang akan datang. Buchori (2001) dalam Khabibah (2006: 1) menyatakan, bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah sehari-hari. Sasaran utama dari upaya peningkatan mutu pendidikan adalah guru. Guru secara langsung dapat
PENDAHULUAN Dalam era globalisasi serta kemajuan teknologi yang begitu pesat dapat menyebabkan kondisi masyarakat selalu berubah, perubahan ini idealnya diikuti dengan perubahan pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Oleh karena itu, diperlukan 7
Jurnall Pendidikan Saains e-Pensa. Volume V 01 Noomor 02 Tahunn 2013, 7-14 menciptakan m kondisi k dan situasi s yang memungkinkan m n siswa membeentuk makna dari bahan-baahan pelajarann melalui m suatu proses belajaar dan dikem mbangkan lebihh lanjut. l Peningkkatan mutu peendidikan dappat pula dilihaat dari d pembelajaaran yang berlaangsung pada sekolah tersebuut baik b proses pem mbelajaran maaupun hasil belaajar siswa. Ilmu Pengeetahuan Alam (IPA) ( adalah salah satu unsurr yang y memilliki peranan penting dalam d prosess perkembangan p n dan kemajuuan Ilmu Pen ngetahuan dann Teknologi T (IPTEK). IPA merupakan m penngetahuan yangg disusun d berddasarkan faktta, fenomenaa, dan hasil penemuan. p Tuj ujuan pembelajaran IPA yaknni peserta didikk mempunyai m keemampuan menngembangkan rasa r ingin tahuu, sikap positif, dan kesadarann terhadap adaanya hubungann yang y saling mempengaruhhi antara IPA A, lingkungann, teknologi, t dan masyarakat (B BSNP, 2006). Salah satu model pembelajaran yang dianjurkan untukk diaplikasikan d pada mata pelajaran IPA A di Sekolahh Menengah M Peertama adalah h model pem mbelajaran IPA A terpadu. t Pembbelajaran IPA terpadu t merupaakan gabungann antara a berbagaai bidang kajian n IPA yaitu fissika, kimia, dann biologi. b Oleh karena k itu, dalaam pelaksanaaannya tidak laggi terpisah-pisah t melainkan menjadi m satu kesatuan k yangg utuh. u Melalui pembelajaran n IPA terpaduu, siswa dapaat memperoleh m pengalaman langsung, seehingga dapaat menambah m kekuatan untuk menerima, meenyimpan, dann konsep yaang menerapkan m telah dipelajarinyaa. Pembelajaran P I IPA Terpadu dapat d dikemas dengan “tema”” atau a “topik” tentang suatu waacana yang dibbahas dari suduut pandang p atau disiplin d keilmu uan fisika, kim mia, dan biologi yang y mudah diipahami dan dikenal siswa (B BSNP, 2006: 2). Dalam lam mpiran Permenddiknas Nomor 22 tahun 20066 tentang t Standaar Isi untuk mata m pelajaran IPA di tingkaat SMP/ MTs dih harapkan ada peenekanan pembbelajaran sainss, lingkungan, l teknologi, t dann masyarakat (salingtemas)) secara terpaduu yang diarahk kan pada peng galaman belajarr untuk u meranccang dan mem mbuat suatu karya melaluui penerapan p kon nsep IPA dann kompetensi bekerja ilmiahh secara bijaksan na. Mengacu pada lampiran n Permendiknnas Nomor 222 tahun t 2006 tenntang Standar Isi I untuk mataa pelajaran IPA A di d tingkat SMP P/ MTs. Dalam m dunia pendiddikan sekarangg ini, i dikenal pendekatann Science, Environmentt, a Society (SETS) atau dalam istilahh Technology, and Sains, Ling Indonesianya I gkungan, Teeknologi, dann Masyarakat M (S Salingtemas). Dari akronim m SETS dapaat diketahui d bahw wa pendidikan SETS akan mencakup m topikk dan d konsep yaang berhubungaan dengan sain ns, lingkungann, teknologi t dan hal-hal h yang berkenaan deng gan masyarakatt. Inti I tujuan peendidikan SETS adalah membuat m siswaa mengerti m unsurr-unsur utama SETS serta keeterkaitan antarr unsur u tersebut pada saat mem mpelajari sainss. Dengan kataa lain, l diperlukann pemikiran yaang kritis untuk k belajar setiapp
elemen SETS denngan mempeerhatikan berrbagai keterhubuungkaitan anttara unsur-unssur SETS terrsebut (Binadja, 1999). Keuunggulan pem mbelajaran dengan d pendekataan SETS dibanndingkan penddekatan lainnyaa yaitu karena peembelajaran seelalu dihubungk kan dengan kejjadian nyata yanng dijumpai dallam kehidupann sehari-hari (beersifat kontekstuual) dan koomprehensif (terintegrasi ( antara keempat komponen k SET TS). Salahh satu model peembelajaran yaang dapat diterrapkan dalam peembelajaran IPA Terpadu dengan pendeekatan SETS adalah, a modell pembelajaraan Problem Based B Instructioon (PBI). Moddel pembelajaraan PBI membeerikan kesempattan kepada siiswa untuk teerlibat secara aktif, mengembbangkan rasa ingin tahu siswa, s siswa dapat memperooleh pengalam man langsung dalam menem mukan sendiri berbagai koonsep yang dipelajari secara s b dan otentik. Selain itu, menyelurruh (holistik), bermakna siswa tidak hanya mengghafal konsep--konsep serta materi m s yang diajjarkan tapi jugga secara aktif menemukan sendiri konsep-kkonsep yang dipelajari. Ibrahim (2005) ( menyatakkan, “PBI diddefinisikan seebagai suatu model m pembelajaran yang meenggunakan masalah m sebagaai titik awal untuuk mengakui siisi pengetahuan n baru”. Lingku kungan belajar PBI P adalah berrpusat pada sisswa dan menddorong inkuiri teerbuka dan berrpikir bebas. Model M pembelajaran PBI bertu ujuan untuk memecahkan m suatu s masalah nyata sehari-harri (autentik) yaang dekat deng gan kehidupan siswa dan meenghasilkan ssuatu produk k/karya dari hasil pemecahaan masalah yanng selanjutkany ya akan dipamerkan. Dalam model m PBI, guuru hanya beerperan mengaajukan masalah, membimbing, dan memfassilitasi penyeliidikan ndukung prosees belajar menngajar siswa. Hal H ini serta men dapat meelatih siswa untuk u terbiasa memandang suatu masalah dari berbagai sudut pandangg disiplin ilmuu yang berbeda secara s mandiri. Berdaasarkan hasil observasi pada p saat Proogram Pengalam man Lapangan ((PPL) 2 tahun 2012 2 di SMP Negeri N 1 Babat Lamongan, daan hasil wawaancara dengann guru metode pengajaaran yang dilakkukan IPA di seekolah, 50% m oleh guru u IPA masih menggunakan m m metode ceramaah dan 50% laggi sudah mennggunakan metode m diskusii dan berkelom mpok. Hal ini ddiperkuat denggan hasil angkket pra penelitian n 60% siswa mengatakan m bahhwa pengajarann guru masih menggunakan m metode ceram mah, 10% dengan d metode diskusi d dan 20% % menyatakann bahwa guru sering memberi tugas. peroleh bahwaa 90% Berdaasarkan data aangket juga dip siswa merasa m senang jika dalam pembelajarann IPA dikaitan dengan d permassalahan sehari-hhari dan 80% senang s jika pem mbelajaran dilaaksanakan di laboratorium untuk praktikum m. Seluruh siiswa menyataakan setuju appabila dalam pembelajaran IPA A menghasilkaan suatu produkk atau karya deengan alasan aagar mereka mampu m menerrapkan
Penerapann Model PBI Pendekatan P SET TS untuk Meniingkatkan Hasiil Belajar Sisw wa
mendeskrripsikan responn siwa terhadaap penerapan model m PBI penddekatan SETS.
materi m yang teelah disampaikaan oleh guru serta s hasil yangg diperoleh d dapaat ditunjukkan ke k orang lain. Penelitian yang akan diiterapkan di SMP S Negeri 1 Babat B Lamonggan ini adalah penerapan pem mbelajaran IPA A Terpadu. T Salaah satu tema yang cocok untuk model pembelajaran p P pendekataan SETS adalaah tema banjirr. PBI Banjir B merupaakan tema yaang kontekstuaal (yang dekaat dengan d lingku ungan sehari) karena k daerah Babat menjaddi daerah d langgaanan banjir jik ka hujan deraas, dan sungaai Bengawan B Solo di Lamongan n meluap. Tem ma banjir adalahh gabungan g darri bidang kajian k Biologii dan kimiaa. Perpaduan P kajjian biologi daan kimia ini dipilih karenaa, berdasarkan b angket a diperooleh 55% sisswa menyukaai Biologi, B dan 60% siswa mennyatakan, jika pelajaran p kimiaa sulit. Tema ini diperoleh dengan mem madukan empaat kompetensi k dasar sekaligus yaitu y KD 2.4 Membandingkan M n sifat unsur, sen nyawa, dan caampuran (kelass VII, semesterr 1), KD 4.2 Melakukan M peemisahan cam mpuran dengann berbagai b cara berdasarkan sifat fisika daan sifat kimiaa (kelas ( VII, sem mester 1), KD D 7.3 Mempred diksi pengaruhh kepadatan k poppulasi manusiaa terhadap linggkungan (kelass VII, V semester 2) dan KD 7.4 7 Mengaplikasikan perann manusia m dalam m pengolahan lingkungan unntuk mengatasi pencemaran p n (kelas VIII dan kerusakaan lingkungan semester 2). Karakteristik K keempat mateeri ini bersifaat sehingga mem interdisipliner i mungkinkan sisw wa aktif dalam m berfikir b jika daalam pembelajaarannya mengg gunakan model pembelajaran p berdasarkan b maasalah pendekaatan SETS. Haal ini i dimaksudkkan agar sisw wa memperoleeh kesempatann untuk u mengem mbangkan kem mampuan berppikirnya dalam m menelaah m pen nyebab, dampaak positif maaupun dampakk negatif n dari beencana banjir, serta dapat mengaplikasikan m n hubungan sains terhadaap teknologii, keterkaitan k lingkungan l daan masyarakat, agar bermanffaat bagi siswaa untuk u saling membantu dan bekerjasama dalam m menyelesaikan m n suatu tugas daan memecahkann masalah. Keempat KD tersebut dipadukan dengan d model webbed. w Webbbed merupakaan pembelajaran n terpadu yangg menggunakan m pendekatan tematik. Model M webbedd merupakan m mo odel keterpaduaan yang memaadukan konsep-konsep k dari sejumlah KD yang y saling berkaitan b tetapi tidak t beririsan n antara KD satu dengan KD yang lainn sehingga mem mbentuk suatu tema t menyerup pai jaring labalaba l (Mitarlis dan Mulyanin ngsih, 2009). Dengan D adanyaa tema t tersebutt, diharapkan siswa akan mendapatkann pemahaman p yaang lebih luass dan mengetah hui keterkaitann antar a bidang kaajian IPA. Berdasarkaan uraian di ataas tujuan penellitian ini adalahh mendeskripsik m kan keterlaksan naan model PB BI pendekatann SETS, mendesskripsikan perbbedaan rata-rata hasil belajarr siswa antaraa kelas yaang diberi pembelajarann menggunakan m model PBI penndekatan SETS S dengan kelass yang y diberi pembelajaran secara konvvensional dann
DE METOD Jenis pen nelitian ini meerupakan peneelitian eksperim mental yaitu Quasi Experimenntal Design deengan mengguunakan p Sampel yang diiambil kelas konntrol sebagai pembanding. adalah dengan d cara iintact group yaitu pengam mbilan sampel dalam kelom mpok belajar (Tim Puslitjaknov 2008:3). Rancangan dalam peneelitian ini adalah a “Nonequiivalent Controol Group Desig gn “ yaitu sebbelum diadakan perlakuan baiik kelas eksperrimen maupunn kelas kontrol diberikan pretest p yang bertujuan untuk menentukkan kelas yanng dijadikan sampel s berdisttribusi normal menggunakan m uji chi kuadrat dan hom mogen menggun nakan uji keesamaan dua varians, sehhingga didapatkaan dua kelas saampel yaitu keelas VII B sebbanyak 32 siswaa sebagai kelaas eksperimen n dan kelas VII V C sebanyak k 32 siswa sebaagai kelas kontrrol.. Kemudiann baik kelas ekksperimen maaupun kelas kontrol dibeerikan perlakukaan selama tiga kali pertemuaan, yaitu untukk kelas eksperimen diberikann perlakuan dengan model m pembelajaran PBI penndekatan SET TS sedangkan kelas kontrol diberikan pperlakuan peembelajaran secara s konvensio onal yaitu sessuai pembelajaaran disana. S Setelah diberikann perlakuan, baaik kelas eksperrimen maupunn kelas kontrol diberikan d postttest untuk meengetahui perbbedaan hasil belajar b siswaa, yang keemudian diannalisis menggun nakan uji-t satu pihak kanan.
Skor
HASIL DAN D PEMBAH HASAN Pengelolaaan pembelajaran mengguunakan model PBI pendekataan SETS daari pertemuann pertama hingga h pertemuaan ketiga selaluu meningkat. Hal H ini dapat ddilihat dari terlaaksananya sem mua fase atau tahap dalam model m PBI. Unttuk lebih mem mperjelas keterrlaksanaan tiapp fase dalam peembelajaran, ddapat diperjelaas pada Gambbar 1, sebagai berikut. b Grrafik Keterlaksaanaan Fase daalam Model PB BI Peendekatan SETSS 4 3,5 3 2,5 Pertem muan I 2 1,5 Pertem muan II 1 Pertem muan III 0,5 0 Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4 Fase 5
Gambar 1. Grafik Keterrlaksanaan Moodel PBI Pendeekatan SETS 9
Jurnall Pendidikan Saains e-Pensa. Volume V 01 Noomor 02 Tahunn 2013, 7-14 Keterangan K : Fase F 1 : Menggorientasikan siiswa kepada masalah m Fase F 2 : Menggorganisasikan siswa untuk beelajar Fase F 3 : Memb bimbing penyellidikan individuual maupun kelom mpok Fase F 4 : Menggembangkan daan menyajikan hasil karya Fase F 5 : Mengganalisis dan mengevaluasi m prroses pemeecahan masalah h
Tabel 22. Uji Homogennitas Kelas Fhitung h Kelas eksperimen (V VII-B) 1,23 1 Kellas kontrol (VIII-C
Berdasarkaan 1, meng Gambar genai grafikk keterlaksanaan k n fase dalam pembelajaran p dapat d diketahuui bahwa b selalu ada peningkattan keterlaksannaan fase darri pertemuan p perttama hingga pertemuan ketig ga. Secara rata-rata, r dapat dik ketahui bahwaa keterlaksanaan fase dalam m model m PBI selalu mengalamii peningkatan dari pertemuann pertama p hinggga pertemuan ketiga. Pada fase pertamaa, kedua k dan keempat selaama tiga kaali pertemuann mendapatkan m kategori baiik. Pada fasee ketiga dann keeempat k secaara rata-rata mendapatkan m k kategori sangaat baik. b Secaraa umum pengelolaan pembelajarann model PBI peendekatan SET menggunakan m TS selama tigaa kali k pertemuann adalah baik dengan d hasil seebesar 3,41, haal ini i berarti bahwa b proses belajar mengajar m telahh berlangsung b effektif. Tes hasil belajar b diperoleeh dari posttesst dan pretest,,. Pretest P diberikkan untuk meengetahui kem mampuan awaal ssiswa. Sedan ngkan posttesst diberikan setelah siswaa menerima m pem mbelajaran. Padda hasil pretest diperoleh nilaai rata-rata r 56,88 8 untuk kelas eksperimen dan d 50,31untukk kelas k kontrol. Namun dem mikian, jika dillihat dari segi ketuntasan, k hannya terdapat 2 siswa yang tuuntas baik padaa kelas k eksperim men dan kelas kontrol k dan sisswa selebihnyaa dinyatakan d tiddak tuntas, ketiidaktuntasan ittu dikarenakann siswa belum m pernah menerima m maateri tersebuut sebelumnya. Berdasarkan hasil preteest kemudiann digunakan d unttuk menguji normalitas n dann homogenitass sampel, dapat dilihat d pada Taabel 1 dan 2.
Kelas Eksperimenn (VII-B) Kontrol (VII--C)
80,16
70,78
Eksperimen n
Konttrol
Gambar 2. Grrafik Rata-rata Hasil Postest Namuun demikian, jjika dilihat daari ketuntasan hasil belajar, pada p kelas ekssperimen terdaapat 29 siswa tuntas dan 3 sisswa tidak tunttas sedangkan pada kelas kontrol k terdapat 17 siswa tunntas dan 15 siswa tidak tuntas. t Ketidaktuuntsan siswa dapat dikajji dari ketunntasan indikator pembelajarann, suatu pembbelajaran dinyaatakan menjawab denggan benar inddikator tuntas jikka 75% siswa m tersebut. Ketuntasan indikator kelaas eksperimenn dan kontrol dapat dilihat padda Gambar 3. Kontrol
91,41
X2 tabel
55,72
10,59
2,08 8
11,10
49,81
11,75
1,46 6
11,10
Sampel dikkatakan berdisttribusi normal jika j X
1,80
Samp pel dikatakan homogen jikka Fhitung < Ftabel. Berdasarkkan tabel di ataas maka dapatt disimpulkan bahwa b kelas yanng digunakan uuntuk penelitiann merupakan sampel yang beerasal dari populasi homoogen dengan taraf signifikannsi α = 0,05 Tes hasil h belajar posttest p didapaatkan nilai ratta-rata yaitu 80,1 16 untuk kelas eksperimen daan 70,78 untukk kelas kontrol, perbandingan p rrata-rata hasil posttest p antaraa kelas eksperimen dan kontrool dapat dilihaat pada Gambbar 2, dibawah ini. i
Ekssperimen
Tabel 1. Uji Normalitas N sam mpel Xrata S X2 hituung
Ftaabel
2
hitung
80,21 75 68,7
73,44
72,,5 666,25
81,25 81,25 8 75
81,25 75
51,56
<
X2tabel. Berdassarkan tabel di atas maka dappat disimpulkann bahwa b kelas yang y digunakann untuk penelittian merupakann sampel yang berasal b dari populasi p berdisstribusi normaal dengan d taraf siignifikansi α = 0,05
1
2
3
4
5
6
Gambaar 3. Grafik Keetuntasan Indikator Pembelajaaran
Penerapan Model PBI Pendekatan SETS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Tabel 3, menunjukkan bahwa thitung > ttabel (α = 0,05) dengan demikian Ho : µ1 = µ2 ditolak dan H1 : µ1 > µ2 diterima, yang berarti bahwa rata-rata hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen yang diberi model pembelajaran PBI berpendekatan SETS lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar kognitif siswa kelas kontrol yang diberi pembelajaran secara konvensional. Dengan model PBI pendekatan SETS, siswa lebih banyak membangun konsepnya sendiri melalui berbagai sumber belajar dan bukan hanya dari guru sehingga siswa tidak hanya menghafal suatu konsep. Selain itu, proses pembelajan dengan melakukan investigasi pada suatu permasalahan membuat siswa menjadi lebih aktif dalam mencari solusinya, sehingga membuat siswa paham terhadap apa yang mereka kerjakan. Dari permasalahan lingkungan ini, siswa dibentuk dalam kelompok belajar untuk melakukan penyelidikan dalam memecahkan permasalahan lingkungan kedalam sebuah eksperimen proyek kecil. Dalam proses mencari solusi dari permasalahan ini, maka harus didapatkan solusi cerdas yang memungkinkan terbentuknya teknologi dengan memanfaatkan sains, yang teknologi tersebut dapat bermanfaat bagi masyarakat serta tidak merusak dan merugikan lingkungan. Binadja (2002b) menyatakan bahwa visi SETS merupakan cara pandang yang memungkinkan kebutuhan masyarakat dalam berbagai bentuk terpenuhi dalam keseimbangan sistem melalui pemanfaatan sains ke bentuk teknologi yang tidak merusak atau merugikan lingkungan. Pembelajaran yang mengutamakan peran aktif siswa akan menjadikan pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang disajikan lebih jelas dan bermakna secara personal, karena siswa dilatih untuk mempelajari sesuatu yang baru berdasarkan pada pemahaman yang telah mereka miliki serta dapat mengetahui keterhubungan materi pembelajaran dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat. Bruner (Dahar, 1996) menyatakan bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya akan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Pada siswa kelas kontrol yang diberi pembelajaran secara konvensional rata-rata hasil belajar kognitif lebih rendah daripada kelas eksperimen. Pembelajaran secara konvensional, pengajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa cenderung pasif dan hanya menerima informasi dari guru dengan metode ceramah dan diskusi yang menekankan pada penghafalan suatu konsep. Hal ini sesuai dengan pernyataan Freire, 1999 (dalam Warpala, 2009) memberikan istilah terhadap pengajaran seperti itu sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan ber-“gaya bank” (banking concept of education).
Keterangan : 1. Menjelaskan perbedaan antara unsur, senyawa, dan campuran. 2. Menyebutkan teknik pemisahan campuran berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia 3. Menjelaskan perbedaan prinsip kerja penyaringan, destilasi, sublimasi, kromatografi, dan ekstraksi. 4. Menjelaskan hubungan kepadatan populasi manusia dengan bencana banjir. 5. Menjelaskan dampak banjir bagi masyarakat, lingkungan dan kesehatan 6. Menjelaskan upaya penanggulangan akibat pencemaran lingkungan. Berdasarkan Gambar 3, tentang grafik ketuntasan indikator dapat diketahui bahwa pada kelas eksperimen terdapat dua indikator yang tidak tuntas yaitu indikator 2 dan indikator 3. Pada kelas kontrol terdapat tiga indikator yang tidak tuntas yaitu indikator 1, indikator 2 dan indikator 3. Hal ini dikarenakan, karena pada proses pembelajaran, pada indikator ini hanya terdapat satu praktikum yaitu pada proses penjernihan air saja, sedangkan untuk teknik pemisahan lainnya hanya diskusi menggunakan bahan ajar dan kegiatan tanya jawab, sehingga terdapat sebagian siswa yang kurang mendengarkan saat proses diskusi berlangsung. Hal ini didukung dengan pernyataan Sanjaya (2008) yang mengungkapkan bahwa dalam rangkaian aktivitas pembelajaran tidak mengharapkan siswa hanya mendengar, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran. Hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian dianalisis menggunakan uji-t satu pihak untuk menguji hipotesis. Uji-t satu pihak digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen yang diberi model pembelajaran PBI berpendekatan SETS lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar kognitif siswa kelas kontrol yang diberi pembelajaran secara konvensional. H0 : µ1 = µ2 :
H1 : µ1 > µ2 :
Rata-rata hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol Rata-rata hasil belajar kognitif siswa eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol
Tabel 3. Hasil Perhitungan Uji t-Satu Pihak Kanan ttabel Kelas thitung Kelas Esperimen (VII-B) dengan 3,07 1,69 Kelas Kontrol (VII-C)
11
Jurnall Pendidikan Saains e-Pensa. Volume V 01 Noomor 02 Tahunn 2013, 7-14 Penyelenggara P aan pendidikann hanya dipanndang sebagaai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus h “ditelan”” oleh o siswa, yanng wajib diingaat dan dihafal. Proses peembelajaran yang y lebih menekakankann penghafalan p suuatu konsep menjadikan m suattu pengetahuann menjadi m tidak k bermakna. Sesuai dengaan pernyataann Rampengan R ( (Trianto, 20077: 65) bahwaa penumpukann informasi/kons i sep pada subjjek didik dappat saja tidakk bermanfaat b bahhkan tidak berm manfaat sama sekali s kalau haal tersebut t hanyaa dikomunikasiikan oleh guru kepada subjekk didik d melalui satu arah seeperti menuangg air kedalam m sebuah gelas. Pada peneliitian ini guru menerapkan m pennilaian autentikk dengan d tidak hanya menilaai kognitif sisw wa tetapi jugaa memberikan m penilaian pada afektif a siswa yang y terdiri darri empat e aspek, yaitu y disiplin, berpendapat, b pendengar p yangg baik b dan bekeerja sama sesuuai dengan rubbrik yang telahh disediakan. d Nilai rata-rata afe fektif antara keelas eksperimann dan d kelas konttrol dapat dilih hat pada Gambbar 4, dibawahh ini. i 3,21
Ekksperimen
2,89 9
Kontrol
Gambarr 4. Grafik Nilaai rata-rata afekktif siswa Keterangan K : 0,00 – 1,49 = kurang 1,50 – 2,49 = cukup 2,50 – 3,49 = baik 3,50 – 4,00 = sangat baaik (Lince, 20 001 dalam Fikkriyah, 2012) r afektiff Dari Gambbar 4, tentang grafik nilai rata-rata siswa dapat diketahui d bahw wa nilai afektif siswa antaraa kelas k eksperim men dan kelaas kontrol berrkategori baikk. Kemampuan K a afektif siswa antara a kelas ek ksperimen dann kelas k kontrol dapat dikajji dari per aspek afektiff. Kemampuan K afektif siswa dip perjelas pada Gambar G 5. Berdasarkaan Gambar 5, tentang grafiik kemampuann afektif a siswa dapat d diketahu ui bahwa kemaampuan afektiff siswa pada kelas eksperimen untuk aspek a disiplinn mendapatkan m kategori k sangatt baik, aspek pendengar p yangg baik, b kerja sam ma dan berpen ndapat mendappatkan kategorri baik. b Sedangkaan pada kelass kontrol untukk aspek disiplinn dan d mendapatkkan kategori sangat s baik, pendengar yangg baik, b bekerja sama mendaapatkan kateggori baik dann berpendapat b m mendapatkan kaategori cukup.
Eksp perimen 3 3,53 3,53 2,799 2,4
1
2
Ko ontrol
3,29 2,89 9
3
3,453,31
4
Gaambar 5. Grafikk Kemampuan Afektif Siswa Keterangan : 1. Disipllin 2. Berpeendapat 3. Pendeengar Yang Baik 4. Bekerrja Sama G 4, menngenai grafik nilai n rata-rata aafektif, Dari Gambar dapat dikketahui jika R Rata-rata hasil afektif siswa kelas eksperimen lebih tingggi dari pada keelas kontrol, karena k BI pendekatan SETS pembelajaran menggunaakan model PB terdapat kegiatan berkelompok dan melakkukan p penyelidiikan, siswa dillatih untuk disiplin dalam proses pembelajaran, memberrikan tanggap pan atau penndapat, keterbukaaan dengan penndapat orang laain selain guruu, serta kerja sam ma kelompok baik b untuk meempersiapkan materi m presentassi dan memeecahkan masaalah. Seperti pada penelitian n Hakim (20122), yang menyaatakan bahwa model m pembelajaran PBI mam mpu mengembaangkan karakterr serta keteramp pilan sosial dimana siswaa dibentuk dalam kelompokk-kelompok keecil yang bekkerja sama terrhadap apa yang mereka pelajaari. Dari keseluuruhan data, terrdapat indikator berpendapat yang mendapaatkan kategori baik, hal ini diisebabkan kareena, sebagian siswa masih merasa m malu dallam berpendappat didalam keelas, dalam haal lain guru telahh berusaha mem mberikan pertaanyaan kepada siswa untuk merangsang m sisswa dalam berpendapat. b S Sesuai dengan pernyataan p Areends (2008:41)) peran guru dalam pembelajaran berbasiss masalah addalah menyoddorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan dan memfasillitasi investigassi dan dialog. Pemb belajaran secarra konvensionaal siswa cendderung pasif sisw wa hanya meendengarkan ceramah c dari guru. Meskipunn divariasi deengan diskusi namun guru masih mendomiinasi dalam pembelajarann sehingga hanya beberapa siswa yang berperan akktif ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada prroses diskusi kelas kontrol leebih terbatas kaarena hanya disskusi materi. Diskusi D terbatas karena siswaa memperolehh informasi hanya melalui buku paket dan penjelassan guru. Haal ini
Penerapan Model PBI Pendekatan SETS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
dibuktikan dengan sikap siswa yang cenderung lebih rendah dalam berpendapat karena guru yang mendominasi dalam proses pembelajaran, dan terdapat sebagian siswa yang merasa jenuh jika mereka hanya mendengarkan guru yang menjelaskan. Sehingga banyak siswa yang bosan dan sibuk dengan kegiatannya sendiri-sendiri, dan siswa cenderung tidak memperhatikan penjelasan guru Angket respon siswa diberikan setelah proses pembelajaran selesai, angket hanya di bagikan pada siswa kelas eksperimen. Data respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model PBI pendekatan SETS dapat dilihat pada Tabel 4, dibawah ini.
dilaksanakan menarik dan tidak membosankann daripada hanya mendengarkan guru ceramah, siswa merasa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran ini, pembelajaran sistematis dan jelas, memberikan pengetahuan baru, pembelajaran bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, materi yang diajarkan jelas, masalah yang dimunculkan dekat dengan kehidupan sehari-hari dan handout yang diberikan jelas dan menarik. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan yang menunjukkan nilai sebesar 100%. Sedangkan terdapat dua pernyataan yang siswa kurang merespon positif, yaitu pada pernyataan 93,75 % siswa menyatakan jika LKS yang diberikan mudah dipahami dan 90,62% siswa menyatakan jika tes yang diberikan sesuai dengan materi yang diberikan saat pembelajaran. Secara rata-rata respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran PBI pendekatan SETS pada tema banjir,secara pembulatan angka diperoleh 98,43 % siswa menyatakan YA dan 1,57 % siswa menyatakan tidak. Pencapaian presentase 98,43% untuk semua aspek mendapatakan kategori sangat kuat, hal tersebut menunjukkan jika penerapan model PBI dengan pendekatan SETS pada tema banjir diterima siswa dengan sangat baik dan siswa merasa sangat antusias dalam proses pembelajaran.
Tabel 4. Respon Siswa Terhadap Penerapan Model PBI pendekatan SETS Tanggapan (%) No Pernyataan Ya Tidak 1. Mempelajari IPA Terpadu dengan penyelidikan permasalahan sehari-hari yang diikuti dengan mengetahui hubungan antara sains dengan lingkungan, teknologi, dan 100 masyarakat pada tema “Banjir” lebih menyenangkan, menarik dan tidak membosankan daripada hanya mendengarkan guru ceramah. 2. Membuat saya lebih aktif 100 dalam proses pembelajaraan 3. Pembelajaran sistematis dan 100 jelas 4. Memberikan pengetahuan 100 baru 5. Pembelajaran bermanfaat 100 bagi kehidupan sehari-hari 6. Materi yang diajarkan jelas 100 7. Masalah yang dimunculkan dekat dengan kehidupan 100 sehari-hari 8. Handout yang diberikan 100 jelas dan menarik 9. LKS yang dibagikan mudah 93,75 6,25 dipahami 10. Tes yang diberikan sesuai dengan materi yang 90,62 9,38 disampaikan saat pembelajaran 98,43 1,57 Presentase rata-rata (%)
PENUTUP Simpulan 1. Keterlaksanaan model pembelajaran PBI pendekatan SETS pada tema banjir selama tiga kali pertemuan memperoleh hasil rata-rata 3,41 dengan kategori baik. 2. Rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran PBI pendekatan SETS lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran secara konvensional, hal ditunjukkan dengan hasil thitung > ttabel yaitu 3,07 > 1,69 yaitu H1 : µ1 > µ2 diterima dengan taraf signifikan 0,05 yang berarti rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar kelas kontrol. 3. Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran PBI pendekatan SETS dengan tema banjir adalah sangat positif sebesar 98,43 % yang berarti penerapan model PBI dengan pendekatan SETS pada tema banjir diterima seluruh siswa dengan sangat baik dan siswa merasa sangat antusias dalam proses pembelajaran. Saran 1. Guru dapat mengaplikasikan model pembelajaran PBI pendekatan SETS dalam pembelajaran IPA sebagai alternatif pembelajaran, karena dengan pembelajaran tersebut terdapat serangkaian kegiatan yang berguna untuk melatih siswa dalam bekerja sama dan berdiskusi untuk melakukan penyelidikan mengenai
Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran menggunakan model PBI pendekatan SETS, semua siswa merespon positif jika pembelajaran yang 13
Jurnall Pendidikan Saains e-Pensa. Volume V 01 Noomor 02 Tahunn 2013, 7-14 permasalahhan sehari-harii dan mengaittkannya antaraa sains, lingkkungan, teknoloogi, dan masyaarakat sehinggaa pemahaman n siswa terhaadap materi menjadi lebihh bermakna. 2. 2 Pada penellitian ini untuuk aspek afekttif berpendapaat mendapatkkan nilai rata-rrata lebih renddah dari aspekk afektif lainnnya, hal ini disebabkan kaarena sebagiann siswa masiih merasa mallu, dan belum terbiasa untukk berpendapaat. Oleh karenna itu, guru seebaiknya lebihh sering berinnteraksi dengaan siswa dengaan memberikann umpan balik pertanyaann untuk meraangsang siswaa dalam berppendapat. 3. 3 Pembelajarran IPA men nyangkut padaa hasil belajarr kognitif affektif dan psik komotor. Padaa penelitian inni diharapkann dilakukan pen nelitian lebih lanjut, l terhadapp hasil belajaar siswa tidakk hanya kognittif dan afektiff, melainkan hasil belajar pssikomotor. 4. 4 Peneliti heendaknya menngetahui kegiattan/acara yangg sedang diaddakan disekolaah yang berhubbungan dengann penelitian. Hal ini agar peelaksanaan pennelitian berjalann dengan lancar. DAFTAR D PUS STAKA Arends, A R, I. 2008. Learnin ng To Teach Belajar Untukk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Ilmu. Badan B Standaar Nasional Pendidikan (B BSNP). 2006. Model Pem mbelajaran Terp rpadu IPA. Jakaarta: BNSP. Binadja, B A. 1999c. Pendiidikan SETS Penerapannyaa alah disajikan dalam seminarr dalam Penggajaran. Maka lokakarya Pendidikan SE ETS untuk bid dang Sains dann ntara SEAMO ORECSAM dann Non sains. Kerjasama an 999. UNNES Seemarang. 14 -15 Desember 19 Binadja, B A. 20002b. Pendidikkan Bervisi SETS dan Masterr Plan Perccepatan Peniingkatan Muttu Pendidikann Dasar dann Menengah di Propinsi Riau. R Makalahh disajikan pada p Seminar Pengembangaan Master Plann Pendidikann Propinsi Riaau, Universitaas Islam Riauu, Pekanbaru.. 20 Mei 2002. . Dahar. D 1996. Model-Modell Mengajar. Bandung. B CV V. o. Diponegoro Fikriyah F D, E. E 2011. Efekttivitass Model PBI Berbasiss Pendekatann Sets Pada Materi M Pemisah han Campurann. Skripsi. Tiddak dipublikasikan. Surabayaa Unesa. Hakim, H L. 2012. Pengaruh Model M Pembelaj ajaran Problem m Based Insstruction Diseertai Media Audio Visual Terhadap Hasil H Belajar Biologi Siswaa Kelas X Smaa Negeri 1 Ngemplak. N Jurn nal Pendidikan Biologi. Tidakk di publikassikan. Surakartaa: Universitas Sebelas Marett. Ibrahim, I M. 2005. Pembelajjaran Berdasa arkan Masalah. Surabaya: University Preess. Khabibah, K S. 2006. 2 Pengembbangan Modell Pembelajarann Matematika a dengan soal Terrbuka untukk
Menin ngkatkan Kreeativitas Sisw wa Sekolah Dasar. D Diserttasi. Tidak dipuublikasikan. Paascasarjana Unnesa. Lampiran n Permendiknnas Nomor 22. 2 2006. Sttandar Komppetensi dan K Kompetensi Daasar MataPelaajaran Tingkkat SMP/MTs dan SMPLB B. Pusat kurikkulum Badan n penelitian dan pengembbangan Departtemen pendidikan nasionall 2007 Unesa Mitarlis; Sri, M. 2009. IPA Terpaduu. Surabaya: U Univeersity Press. Sanjaya, W. 2008. SStrategi Pem mbelajaran. Jaakarta: Prenaada Media. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Banndung: Tarsito. M Penelitian Pendiddikan, Sugiyonoo. 2010. Metode Pendeekatan Kuanttitatif, Kualita atif, dan R & D. Banduung: Alfabeta. Tim P Puslitjaknov. 2008. Metode M peneelitian pengeembangan. Jakkarta: Pusat Penelitian P Kebiijakan dan Inovasi Penddidikan Badaan Penelitian dan Pengeembangan Deepartemen Peendidikan Nassional. Balitbbang: Depdiknaas. Trianto. 2007. Modeel-Model Pem mbelajaran Innovatif Berorrientasi Konnstruktivistik. Jakarta: Prrestasi Pustak ka. Warpala, W. 20099. Pendekattan Pembelaajaran Konveensional. [Online].. Terrsedia: http:///kompasiana.coom. [20 Februaari 2013].