Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
PENERAPAN PENDEKATAN SCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY AND SOCIETY (SETS) UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA IMPLEMENTATION OFSCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY AND SOCIETY (SETS) APROACH TO IMPROVE SCIENCE LITERACY OF STUDENTS
) Prodi
Andi Batara Indra Praja ) , Suyatno ) , Imam Supardi ) Pendidikan SainsProgram Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya ) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya ) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Surabaya Email :
[email protected] Jl. Ketintang Surabaya (60231), Telp. 031-8293484
Abstrak.Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan literasi sains siswa dengan menerapkan pendekatan Science Environment Technology and Society (SETS) pada materi laju reaksi di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Lape Sumbawa Besar. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan menggunakan model 4-D yang mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Ajar Siswa (BAS), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Tes Literasi Sains. Desain uji coba perangkat pembelajaran menggunakan one group pretest-postest. Berdasarkan data penelitian diperoleh beberapa temuan sebagai berikut; (1) validitas perangkat pembelajaran berkategori baik; (2) tingkat keterbacaan Buku Ajar Siswa yang dikembangkan berkategori tepat digunakan dalam pembelajaran; (3) keterlaksanaan RPP berkategori baik; (4) hasil tes literasi sains dilihat dari ketuntasan indikator rata-rata ≥ 75% dikategorikan tuntas dan ketuntasan individu siswa dengan predikat minimal B. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan Science Environment Technology and Society (SETS) dapat meningkatkan literasi sains siswa pada pokok bahasan laju reaksi di kelas XI SMA Negeri 1 Lape Sumbawa Besar. Kata kunci: Pendekatan SETS, literasi Sains, laju reaksi Abstract.The aim of research is to improve science literacy of students Science Environment Technology and Society (SETS) approach on the reaction rate topic at grade XI Senior High School 1 Lape Sumbawa Besar. This research is the developmental research, using four D models to develop lesson plan, student’s book, and science literacy test. The tryout research of these learning material used onegroup pretest-posttest design. Results on the data analysis of the study showed some finding as follows; (1) the validity of teaching materials were good category; (2) the readability of student book levels the developed were good category; (3) the lesson plan were good category; (4) science literacy test result seen from is by using average ≥ 75% indicator has reached mastery levels, individual students mastery with minimal B predicate. The result science literacy seen from indicator completeness average ≥ 75% were completed category and individual completenes students with minimal B predicate. Based on the results of research, it can be concluded application science environment technology and society approach can improve science literacy of students. Keywords: SETS approach, literacy science , reactions rate
B - 90
Prosiding Seminar Nasional Kimia, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
Pengukuran literasi sains tidak hanya penting untuk menguasai sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap pengetahuan sains, tetapi juga pemahaman terhadap berbagai aspek proses sains, serta kemampuan mengaplikasikan proses sains dalam situasi nyata [6]. Berdasarkan hasil studi PISA terhadap literasi sains siswa sejak tahun 2000 tidak menunjukkan hasil yang gemilang karena skor rata-rata peserta didik masih jauh dan di bawah rata-rata skor internasional yang mencapai skor 500. Rata-rata nilai sains yang diperoleh oleh peserta didik indonesia adalah 393 pada 2000, 395 pada 2003, 393 pada 2006, 383 pada 2009, dan 382 pada 2012. Hasil ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan skor rata-rata internasional yang mencapai 500[7]. Pencapaian kemampuan rata-rata siswa indonesia baru sampai pada kemampuan mengenali sejumlah fakta dasar, tetapi belum mampuh mengkomunikasikan dan mengaitkan kemampuan ini dengan berbagai topik sains [8].Salah satu upaya yang dapat dilakukan
PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan upaya memahami berbagai fenomena alam secara sistematis. Sehingga pembelajaran sains bukan hanya menekankan pada penguasaan sejumlah pengetahuan sebagai produk, tetapi juga harus menyediakan ruang yang cukup untuk tumbuh kembangnya sikap ilmiah, berlatih melakukan penyelesaian masalah, dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata [1]. Proses pembelajaran sains (IPA) menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada peserta didik untuk mengembangkan kompetensi agar mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Akan tetapi kecenderungan pembelajaran sains pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari sains sebagai produk, menghafalkan konsep, prinsip, hukum dan teori saja. Akibatnya sains sebagai sikap, proses, dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari tidak tersentuh dalam pembelajaran [2]. Tujuan pendidikan sains adalah meningkatkan kompetensi peserta didik untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi dan peserta didik akan mampuh belajar lebih lanjut di masyarakat yang saat ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi [3].Dengan kompetensi yang dimiliki para peserta didik dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat, kompetensi itulah yang dimaksud sebagai literasi sains menurut Programme for Internasional Students Asssesment (PISA) [4]. Literasi sains sangat penting dikuasai siswa agar dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi masyarakat modern, yang sangat bergantung pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini sejalan dengan hakikat pendidikan sains yaitu meningkatkan kompetensi yang dibutuhkan oleh siswa untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya [5].
untuk meningkatkan literasi sains siswa adalah merancang pembelajaran dengan pendekatan Science, Environment, Technology, and Society (SETS). Titik pusat pembelajaran kimia dengan menggunakan pendekatan tersebut adalah menghubungkan antara konsep sains yang dipelajari dan implikasinya terhadap lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Pembelajaran dengan pendekatan SETS lebih memberdayakan dan membantu siswa dapat mengembangkan kepribadiannya dan membantu siswa memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari [9]. Sejalan dengan pendapat Bybee, Rubba (dalam [10]) yang menyatakan bahwa SETS dapat melatih keterampilan siswa berupa keterampilan berpikirkritis dan memecahkan masalah yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Materi laju reaksi adalah salah satu materi yang telah masuk dalam kurikulum nasional
B - 91
Prosiding Seminar Nasional Kimia, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
maupun kurikulum internasional. Dalam pembelajaran materi ini dapat disampaikan dengan banyak model pembelajaran. Berkenaan dengan ini perlu dirancang perangkat pembelajaran dalam mengajarkarkan materi laju reaksi. Perangkat pembelajaran yang dimaksud adalah perangkat pembelajaran berbasis pendekatan Science Environment Technology and Society (SETS) diharapkan dapat memberikan kontribusi positif, yaitu dengan meningkatnya literasi sains, aktivtas siswa, dan waktu belajar lebih efektif dalam pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang baik akan menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan. Keterkaitan yang kompleks antara elemenelemen SETS dalam kegiatan pembelajaran, mendasari peneliti untuk menerapkan SETS (Science Environment Technology and Society). Siklus yang saling berkaitan, memudahkan siswa memahami alur pembelajaran yang diharapkan. Selain dapat memotivasi siswa untuk aktif dengan materi yang disampaikan juga dapat mendukung keterlibatan siswa dalam ilmu pengetahuan (Science), lingkungan (Environment), teknologi (Technology) dan masyarakat (Society) [11]. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “ Penerapan Pendekatan Science Environment Technology and Society (SETS) untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa ”.
Literasi Sains yang diterapkan pada 10 siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lape Sumbawa Besar semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI SMA Negeri 1 Lape Sumbawa Besar pada bulan Februari tahun 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi RPP, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Buku Ajar Siswa (BAS), Tes Literasi Sains pada materi pokok laju reaksi. Tahap pengembangan meliputi empat tahap yaitu model pengembangan 4D (design, define, develop,dessiminate) diadaptasi menjadi Model 4P, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan dan penyebaran [12]. Namun demikian dalam penelitian ini hanya sampai tahap pengembangan (develop) Teknik Pengumpulan Data 1. Validitas Perangkat Sebelum ujicoba terbatas dilakukan, perangkat pembelajaran yang dikembangkan terlebih dahulu direvisi oleh pembimbing dan divalidasi oleh validator menggunakan instrumen validasi RPP, BAS, LKS, dan Tes Literasi Sains. 2. Observasi Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Observasi dilakukan oleh dua orang pengamat di dalam kelas untuk mengamati keterlaksanaan sekenario di dalam RPP, aktivitas siswa, dan kendala-kendala yang mungkin terjadi
METODE Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan (development research). Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah perangkat pembelajaran pendekatan SETS yang telah dikembangkan yaitu RPP, BAS, LKS dan Tes
Pemberian Angket Angket ini diberikan pada hari terakhir penelitian. Siswa mengisi lembar angket dengan
B - 92
Prosiding Seminar Nasional Kimia, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015 D (Disagreement) = Frekuensi ketidakcocokanantara penilai
memberikan cheklist () pada setiap item pertanyaan yang telah disediakan. Pemberian Tes Pemberian tes digunakan untuk mengetahui penguasaan terhadap tujuan pembelajaran pada aspek pengetahuan. Tes dilakukan dua kali, yaitu sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest).
Menurut Borich (1994), instrumen penilaian perangkat dikatakan realiabel apabila realibilitasnya 75% (Ibrahim, 2005). Analisis Keterbacaan Buku Ajar Siswa Tingkat keterbacaan buku ajar siswa akan dianalisis menggunakan persamaan sebagai berikut:
Teknik Analisis Data Analisis Validitas Perangkat Pembelajaran Analisis validasi data yang meliputi validasi perangkat dan penilaian dilakukan dengan merata-rata skor masing-masing komponen yang diperoleh dari validator. Hasil skor rata-rata dideskripsikan sebagai berikut:
% BAS=
Nilai persentase tingkat keterbacaan buku ajar siswa yang dikembangkan, diwakili oleh beberapa siswa yang dijadikan sampel dan dianalisis secara statistik deskriptif kuantitatif berdasarkan tingkat keterbacaan sebagai berikut:
Tabel 1.Kriteria Pengkategorian Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Interval Kategori Keterangan 1,0 ≤SV≤ 1,5 Tidak Valid Belum dapat digunakan, memerlukan konsultasi 1,6<SV < 2,5 Kurang Valid Dapat digunakan dengan banyak revisi 2,6<SV <3,5 Valid Dapat digunakan dengan sedikit revisi 3,6<SV <4,0 Sangat Valid Dapat digunakan, tanpa revisi
Tabel 2. Kriteria Penilaian Tingkat Keterbacaan Buku Ajar Tingkat Kriteria Keterbacaan Skor tes > 60% Materi terlalu mudah Skor tes 40%-60% Materi tepat untuk pembelajaran Skor tes < 40% Materi terlalu sulit
Analisis Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu dengan cara menghitung hasil pengamatan (diamati oleh pengamat).
Hasil penilaian dari para validator selanjutnya ditindaklanjuti peneliti sesuai dengan saran dan komentar dari validator. Tingkat realibilitas data antara tiga orang validator dihitung menggunakan interobserver agreement dengan menggunakan analisis statistik percentage of agreement.
R=
100%
P=
100%
Tabel 3. Kriteria Penilaian Keterlaksanaan RPP Interval Kategori 0% ≤ P <25% Tidak terlaksana 25% ≤ P<50% Terlaksana kurang baik 50% ≤ P<75% Terlaksana baik 75% ≤ P<100% Terlaksana sangat baik
A x 100% (A + D)
Keterangan: R (percentage of agreement)= Reliabilitas instrumen A (Agreement) = Frekuensi kecocokan antara penilai
Sementara itu untuk penilaian keterlaksanaan RPP pada setiap fase, ditentukan dengan
B - 93
Prosiding Seminar Nasional Kimia, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
membandingkan rata-rata skala penilaian kepada pengamatan dengan kriteria penilaian sebagai berikut: 1,00 ≤ SV < 1,49 : berarti tidak baik
2,67 (B-). Ketuntasan belajar per siswa dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Hasil tes literasi sains, kemudian diberikan predikat sesuai dengan konversi skor dan predikat pada kurikulum 2013 no 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar pada jenjang Dikdasmen. Adapun tabel konversi skor dan predikat dapat dilihat pada Tabel 4.
Sedangkan untuk menentukan reliabilitas instrumen pengamatan keterlaksanaan RPP maka data yang diperoleh dari dua pengamat diuji kecocokannya dengan menggunakan rumus berikut ini : R = 100% x 1 −
Tabel 4. Konversi Skor dan Predikat Konten Sains, Proses Sains dan Konteks Aplikasi Sains Pengetahuan Keterampilan Skor Rerata Huruf Skor Rerata Huruf 3,85 - 4,00 A 3,85 - 4,00 A 3,51 - 3,84 A3,51 - 3,84 A3,18 - 3,50 B+ 3,18 - 3,50 B+ 2,85 - 3,17 B 2,85 - 3,17 B 2,51 - 2,84 B2,51 - 2,84 B2,18 - 2,50 C+ 2,18 - 2,50 C+ 1,85 - 2,17 C 1,85 - 2,17 C 1,51 - 1,84 C1,51 - 1,84 C1,18 - 1,50 D+ 1,18 - 1,50 D+ 1,00 - 1,17 D 1,00 - 1,17 D
(Borich, 1994)
Keterangan : R= Koefisien reliabilitas A= Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang memberikan frekuensi tinggi B= Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang memberikan frekuensi rendah Instrumen yang dikembangkan dikatakan reliabel jika mempunyai persentase 75% (Borich, 1994).
Hasil pretest dan posttest siswa juga digunakan untuk mengetahui peningkatan literasi sains siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Peningkatan ini diketahui melalui analisis n-gain, yaitu dengan menggunakan persamaan: (Hake, 1998).
Analisis Aktivitas Siswa Aktivitas siswa adalah segala aktivitas yang dilakukan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dan dinilai oleh dua orang pengamat dengan menggunakan instrumen yang disediakan. Akan ditentukan persentasenya (P) dengan persamaan sebagai berikut: P=
100 : 25
Nilai=
1,50 ≤ SV < 2,49 : berarti kurang baik 2,50 ≤ SV < 3,49 : berarti baik 3,50 ≤ SV < 4,00 : berarti sangat baik
g=
S S
−S −S
x 100% Keterangan: Smaks = skor maksimum (ideal) dari tes awal dan tes akhir Spostes = skor tes akhir Spretes = skor tes awal
Analsisis Tes Literasi Sains Analisis hasil tes literasi sains diperoleh berdasarkan nilai ketuntasan literasi sains pada setiap aspek; aspek konten sains, proses sains, dan konteks aplikasi sains. Keberhasilan seorang siswa dapat dikatakan tuntas apabila nilai yang diperoleh siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di sekolah yaitu skor rerata
Tinggi rendahnya gain yang dinormalisasi (ngain) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 5. Kriteria Pengkategorian n-Gain (g)
B - 94
Prosiding Seminar Nasional Kimia, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015 Interval Skor 0,7 ≤ g 0,3 ≤ g<0,7 g<0,3
sangat baik, artinya aspek kegiatan yang dilakukan sesuai, sistematis, dan tepat dengan sintaks pendekatan Science Environment Technology and Society (SETS). Keterlaksanaan ini mendeskripsikan keberhasilan guru dalam menerapkan tahap-tahap dalam pembelajaran.
Kategori Tinggi Sedang Rendah
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas meliputi hasil validasi perangkat, keterbacaan buku ajar, keterlaksanaan RPP, aktivitas siswa, dan hasil literasi sains:
Aktivitas siswa Aspek-aspek yang diamati dalam aktivitas siswa meliputi: Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru, membaca bahan ajar, mencatat atau mengerjakan tugas yang berada pada BAS dan LKS, melakukan percobaan, bekerjasama antar kelompok, mempresentasikan hasil kerja kelompok, bertanya atau menyampaikan pendapat dan perilaku tidak relevan. Berdasarkan analisis data pengamatan yang diperoleh penilaian terhadap keterlibatan aktivitas siswa sebesar 80,8%. Dengan demikian aktivitas yang dilakukan menunjukkan yang sesuai dengan pendekatan Science Environment Technology and Society (SETS) berpusat pada isswa (student centered).
Hasil Validasi Perangkat Penilaian yang diberikan oleh validator pada perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan adalah baik dan sangat baik, artinya semua perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah layak dan dapat digunakan dalam penelitian. Keterbacaan Buku ajar Buku Ajar Siswa yang dikembangkan berada pada level pembelajaran dengan persentase keterbacaan pada kisaran 40% hingga 60% adalah kategori materi tepat untuk pembelajaran. Berdasarkan Tabel 2. diketahui bahwa tingkat keterbacaan buku ajar siswa yang dikembangkan sebesar 59,2%. Dengan demikian buku ajar siswa tersebut tepat untuk pembelajaran dan dapat digunakan sebagai perangkat pembelajaran.
Hasil literasi sains Tes literasi sains memiliki tiga aspek yaitu, konten materi, proses sains dan konteks aplikasi sains. Tujuan dari literasi sains adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami sains, mengkomunikasikan sains serta menerapkan kemampuan sains untuk memecahkan masalah sehingga memiliki sikap yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya. Tes hasil literasi sains yang digunakan adalah berupa 14 soal tes pilihan ganda pada konten sains, 6 soal uraian proses sains dan 5 soal uraian konteks Sains. Tes dilakukan yakni 2 kali yakni sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) pembelajaran. Hasil uji awal rata-rata pada aspek konten sains dengan nilai 36 meningkat menjadi 91, pada aspek proses sains dengan nilai 36,67
Keterlaksanaan RPP Keterlaksaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran meliputi pengelolahan kegiatan pembelajaran dan pengamatan suasana kelas. Pengamatan kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, sedangkan suasana kelas yaitu antusias guru dan siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. Perolehan persentase keterlaksanaan pembelajaran mencapai nilai 88,1%, dan skor ratarata hasil pengamatan 3,00 dengan kategori baik dan
B - 95
Prosiding Seminar Nasional Kimia, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
meningkat menjadi 86,67, dan hasil uji awal rata-rata pada aspek konteks aplikasi sains dengan nilai 45 meningkat menjadi 87 yang masing-masing pada setiap tes memiliki predikat minimal B. Keberhasilan seorang siswa dapat dikatakan tuntas apabila nilai yang diperoleh siswa mencapai predikat ≥ B. Berdasarkan data hasil uji awal dan uji akhir hasil analisis penelitian ini yang dilakukan dengan menggunakan analisis Normalized Gain menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata skor hasil tes literasi sains yang diperoleh adalah 0,76 dalam kategori tinggi. Peningkatan yang ditunjukkan oleh analisis dengan menggunakan Gain Score menunjukkan bahwa penerapan pendekatan Science Environment Technology and Society (SETS) efektif dalam meningkatkan literasi sains siswa kelas XI IPA pada materi laju reaksi.
3. Bahriah, E, S,. 2012. Literasi Sains. http://evisapinatulbahriah.wordpress.com/201 2/06/05/literasi-sains/. Diakses tanggal 28 Agustus 2014. 4. Sari, M.O. 2012. Peran Literasi Sains dalam Ekonomi Global. On Line.http://kajianipa.wordpress.com/2012/03/ 26/literasi-sains/. Diakses tanggal 28 Agustus 2014. 5. OECD. 2013. PISA 2012 Assesmen and Analytical Framework: Mathematics, Reading, Science, Probelem Solving and Financial Literacy. http://dx.doi.org/10.1787/9789264091450-on . Diakses tanggal 11 November 2013. 6. Wenning, C.J. 2007. Assessing Inquiry Skills as a Component of Scientific Literacy. Journal of Physics Teacher Education Online. Vol.4 No.2, pp.21-24. 7. Toharudin, U., Rustaman, A., dan Hendrawati, S. 2011. Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora. 8. Oktarisa, Y., 2012. Literasi Sains. On Line. http://vivitmuzaki.wordpress.com/2012/07/09 /literasi-sains/, Diakses tanggal 15 Juli 2014. 9. Nurchayati. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Sains Siswa SMP. Jurnal Ilmiah Progresif. Vol.10 No.30, pp.29-41. 10.Kardi, S. 2013. Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM). Surabaya. Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. 11.Sari, D.P. 2012. Pengembangan Perangkat Aktif Melalaui Pendekatan SETS pada Materi Suhu dan Kalor. Tesis. Magister Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya 12.Ibrahim, M. 2008. Model Pembelajaran Inovatif IPA melalui Pemaknaan. Surabaya: Unesa University Press.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan Science Technology and Society (SETS) dapat meningkatkan literasi sains siswa. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada Kepala sekolah, guru, staf, dan pegawai SMA Negeri I Lape Sumbawa BesarNTByang telah memfasilitasi, berkenan memberikan izin, dan keluasan selama penelitian. . DAFTAR PUSTAKA 1. Subali, B., Effendy, Suyono, Raharjo, Wasis, Sudibyo, E. 2009. Panduan Pengembangan Model Pembelajaran IPA Terpadu. Departemen Pendidikan Nasional. 2. Inzanah. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Kurikulum 2013 untuk Melatih Literasi Sains Siswa SMP. Tesis. Magister Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya.
B - 96