e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015)
PENERAPAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN PADA ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA SENTANA CANDIKSUMA Putu Diah Febryani1, Desak Putu Parmiti2, Nice Maylani Asril 3 1,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan setelah diterapkan metode pembelajaran Make A Match pada anak kelompok B semester II di TK Dharma Sentana Desa Candiksuma Negara Tahun Pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B TK Dharma Sentana Candikusuma Negara yang berjumlah 20 orang. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus pada anak kelompok B semester II di TK Dharma Sentana Desa Candiksuma Negara Tahun Pelajaran 2014/2015. Data penelitian tentang kemampuan mengenal lambang bilangan dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrument berupa lembar format observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan dengan penerapan metode pembelajaran Make A Match pada siklus I sebesar 53,1% yang berada pada kategori rendah ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 80,62% yang tergolong pada kategori tinggi. Jadi, terjadi peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak sebesar 27,52%. Kata-kata kunci : metode pembelajaran make a match, kemampuan mengenal lambang bilangan, anak usia dini Abstract This research was aimed to know the increase of students’ ability in distinguishing figure of number by nd integrating Make a Match learning method for children in B group of 2 semester in TK Dharma Sentana Candikusuma Negara district academic year 2014/2015. This research was a classroom action research nd (CAR) which was held in two cycles for children in B group of 2 semester in TK Dharma Sentana Candikusuma Negara district academic year 2014/2015. The data of students’ ability in distinguishing figure of number were collected by using observation method which used observation form sheet as an instrument. The result of data was analyzed by using descriptive statistic and quantitative-descriptive statistic method. The result of data showed that there is an increasing of students’ ability in distinguishing figure of number by integrating Make a Match learning method, the percentage was shown as follow; in first cycle, there was about 53.1% which categorized as low performance, in second cycle it was increasing rapidly into 80.62% which categorized as high performance. In conclusion there was a significant increase of students’ ability in distinguishing figure of number that has percentage about 27.52%.
Key words: Make a Match learning method, students’ ability in distinguishing figure of number, early childhood
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan dalam rangka mencapai kedewasaan subyek didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi dirinya. Menurut Undangundang No. 20 Tahun 2003 bab 2, pasal 3 menyatakan bahwa berkembangnya potensi anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pada hakekatnya belajar tidak dibatasi oleh waktu. Konsep pendidikan sepanjang hayat menjadi panduan dalam mengangkat harkat dan martabat manusia, salah satu pendidikan sejak dini yang dapat ditanamkan kepada anak adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Anak merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik sesuai dengan tahap usia masing-masing anak. Proses pembelajaran di PAUD hendaknya dilakukan melalui kegiatan belajar sambil bermain. Bermain merupakan kegiatan menyenangkan yang dilakukan anak. Melalui bermain anak dapat mengembangkan imajinasi, bereksplorasi, berkreasi, serta mengekspresikan perasaannya. Dalam upaya memfasilitasi kebutuhan dan minat anak dalam masa tumbuh kembangnya, dilakukan kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang sesuai dengan tahapan usia anak. Usia dini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukkan karakter serta kepribadian anak. Dari usia baru lahir sampai 6 tahun merupakan masa emas yang dimiliki anak, karena pada masa ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat pada berbagai aspek perkembangan yang dimiliki yaitu nilai-nilai agama dan moral, sosial emosional dan kemandirian, kognitif, bahasa, dan fisik motorik anak. PAUD adalah pendidikan yang cukup penting dalam memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada anak. Keberhasilan proses pendidikan pada
masa dini tersebut menjadi dasar untuk proses pendidikan selanjutnya. Salah satu tujuan dari Pendidikan Anak Usia Dini adalah menjamin mutu pendidikan anak usia dini dalam rangka memberikan landasan untuk melakukan stimulan pendidikan dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan anak. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Taman kanak-kanak salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur formal yang menyelanggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun dengan berbagai jenis sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang ada, baik dalam jalur formal maupun non formal. Lebih lanjut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009 menyatakan tujuan Pendidikan Taman Kanak-kanak adalah membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi nilai-nilai agama dan moral, sosial emosional dan kemandirian, kognitif, bahasa, dan fisik motorik. Proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak (TK) agar berjalan optimal disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak, dan dilaksanakan dalam suasana aktif, kreatif, dan menyenangkan. Tetapi keadaan tersebut sangat tidak mudah dilakukan guru, karena anak usia TK pemikirannya masil mengalami peralihan dari gaya berpikir konkrit ke gaya pemikiran yang abstrak. Misalnya pada contoh pembelajaran dikelas yang memerlukan konsentrasi dan daya ingat yang tinggi. Sebagai upaya untuk mengadakan interaksi dengan anak, sebagai guru
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) hendaknya berpikir tentang bagaimana cara mengembangkan kemampuan dasar yang meliputi lima aspek perkembangan yang dimiliki anak. Salah satu kemampuan dasar yang penting dikembangkan disamping keempat aspek lainnya adalah perkembangan kognitif anak dalam hal mengenal lambang bilangan. Karena perkembangan kognitif anak berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi), maka anak dapat bernalar, berpikir, dan memahami sesuatu dalam hal mengenal lambang bilangan. Proses pikiran dapat dilakukan anak apabila guru menerapkan proses pembelajaran yang menyenangkan agar anak tidak merasa bosan dan tertekan. Hasil observasi yang dilakukan di TK Dharma Sentana Candiksuma Negara kelompok B, tingkat pencapaian perkembangan anak untuk aspek perkembangan kognitif diharapkan mampu mencapai perolehan bintang empat (««««). Kemampuan mengenal lambang bilangan anak masih kurang, hal tersebut dapat dilihat dalam kegiatan memasangkan angka dengan gambar yang melambangkannya, menjumlahkan benda, dan ketika anak menghafal lambang bilangan dan tidak tahu bentuknya. Anak nampak mengalami kesulitan dalam membedakan angka. Hasil ini diketahui dari data yang ada pada kelompok B di TK Dharma Sentana Candikusuma Negara pada anak yang berjumlah 20 orang, anak yang memperoleh bintang tiga («««) yaitu 3 orang, anak yang mendapat bintang dua (««) yaitu 14 orang, dan anak yang mendapat bintang satu («) yaitu 3 orang. Proses pembelajaran dalam pengembangan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak kelompok B TK Dharma Sentana Candikusuma Negara masih tergolong sederhana. Hal ini terlihat pada saat melakukan observasi langsung di lapangan, diperoleh informasi yaitu: 1) guru masih kurang mampu dalam memvariasikan teknik atau metode dalam suatu pembelajaran, 2) guru hanya berpatokan pada buku majalah pada saat mengajar, 3) fasilitas atau media yang ada di TK masih kurang menunjang kegiatan pembelajaran, 4) metode pembelajaran yang digunakan
pada saat pembelajaran hanya menitiberatkan pada pemerolehan hasil tanpa mengajarkan cara memecahkan masalah, guru langsung menjelaskan kegiatan kemudian anak-anak langsung mengerjakannya. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan mengadakan kegiatan yang mampu menstimulasi kemampuan mengenal lambang bilangan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Mengenal lambang bilangan melalui penerapan metode Make A Match memberikan kesempatan pada anak meningkatkan partisipasi dan kreatifitasnya. Anak akan terlatih untuk mencari pasangan kartu jawaban atau soal yang diberikan guru dalam mengembangkan kemampuan mengenal lambang bilangan. Guru juga dapat menerapkan hal-hal yang ingin diterapkan melalui nyanyian atau tebaktebakkan, anak akan menganggapnya sebagai permainan yang lucu dan menyenangkan. Berdasarkan pemecahan masalah tersebut maka diadakan penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Metode Make A Match untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan pada Anak Kelompok B Semester II di TK Dharma Sentana Candikusuma Negara Tahun Pelajaran 2014/2015 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengenal bilangan setelah diterapkan penerapan metode Make A Match pada Anak Kelompok B Semester II di TK Dharma Sentana Candikusuma Negara Tahun Pelajaran 2014/2015. Secara umum ada dua manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoretis dan praktis tersebut adalah sebagai berikut. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan dalam menerapkan metode pembelajaran yang inovatif agar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan positif dan membangun bagi TK Dharma Sentana Candikusuma Negara secara khusus dan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) dunia PAUD secara umum. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah 1) bagi anak, anak dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna sehingga anak meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan. 2) bagi guru, Infomasi hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi serta masukan berharga bagi para guru dalam melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan perkembangan kognitif dalam hal mengenal lambang bilangan pada anak melalui penerapan metode Make A Match. 3) bagi Kepala Sekolah, dapat menjadi informasi yang berharga bagi kepala sekolah dan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan untuk pembinaan guru-guru disekolah yang dipimpin. 4) bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sebuah informasi yang berguna bagi para peneliti dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anakanak di taman kanak-kanak melalui penerapan metode Make A Match, untuk meneliti masalah proses pembelajaran dan meneliti hal-hal lainnya yang belum terjangkau dalam penelitian ini. Metode pembelajaran Make A Match (mencari pasangan) menurut Suprijono dan Rusman (223) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperaktif yang dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah anak mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan. Penerapan metode ini dimulai dengan teknik, yaitu anak disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, dan diberi poin apabila anak yang dapat mencocokkan kartunya. Huda (2011:135) menyebutkan bahwa Make A Match adalah teknik pembelajaran untuk anak dengan mencari pasangan sambil mempelajari konsep atau topik dalam suasana menyenangkan dan bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Make A Match merupaka suatu jenis
pembelajaran kooperatif yang diterapkan dengan teknik mencari pasangan dengan bantuan kartu dan diberi poin apabila anak yang dapat mencocokkan kartunya. Serta dapat melatih anak untuk belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan dan dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran. Penerapan metode ini dimulai dengan teknik, yaitu anak disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, anak yang dapat mencocokkan kartunya di beri poin (Suprijono,2009:13). Dari uraian diatas dapat disimpulkan ciri-ciri sebagai berikut: a) Metode pembelajaran ini mengerjakan sesuatu atau soal dengan memakai kartu, anak-anak melihat langsung jawabannya dan dapat mereka ingat. b) Memberikan suasana interaktif dan menyenangkan sesuai konsep belajar di PAUD bermain sambil belajar. c) Dapat meningkatkan daya pikir dalam peningkatan kemampuan dalam mengenal dan menemukan. Adapun kelebihan dari metode Make a Match menurut Rofiqoh (dalam Febryani, 2014:14) adalah sebagai berikut: 1) Mampu menciptakan suasana yang aktif dan menyenangkan; 2) Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian anak; 3) Mampu meningkatkan hasil belajar; 4) Anak terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu; 5) Meningkatkan kreativitas belajar anak; 6) Menghindari kejenuhan anak dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Menurut Huda (Paramita, 2014:13) kelebihan metode make a match adalah 1) dapat meningkatkan aktifitas belajar anak, baik secara kognitif maupun fisik; 2) karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan; 3) meningkatkan pemahaman anak terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar anak; 4) efektif sebagai sarana melatih keberanian anak untuk tampil presentasi; 5) efektif melatih kedisplinan anak menghargai waktu untuk belajar. Lebih lanjut menurut Riski, (dalam Febryani, 2014:14), adapun kelebihan dari metode Make a Match adalah sebagai berikut. 1) Suasana kegembiraan akan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) tumbuh dalam proses pembelajaran; 2) Kerjasama antara anak akan terwujud secara dinamis; 3) Munculnya dinamika gotong royong yang merata bagi anak; 4) Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keunggulan metode pembelajaran Make A Match adalah 1)belajar mengenai suatu konsep dalam suasana aktif dan menyenangkan, 2)meningkatkan hasil belajar dan kreativitas anak, 3)memunculkan sifat sosial, 4)menghindari kejenuhan anak dalam mengikuti kegiatan belajar dan 5)melatih kecepatan berpikir dalam menjawab soal, 6)dapat meningkatkan aktifitas belajar anak, baik secara kognitif maupun fisik, 7)anak terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu 8)efektif melatih kedisplinan anak menghargai waktu untuk belajar dan keberanian anak untuk tampil presentasi, dan 9)anak mencari pasangan sambil belajar mengenai konsep atau topik. Selain memiliki kelebihan, metode pembelajaraan Make A Match juga memiliki kelemahan. Adapun kelemahan metode Make A Match menurut Widiasih (2013:12) yaitu, pada kelas yang gemuk (< 30 siswa /kelas) jika kurang bijaksananya maka yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali, anak memerlukan bimbingan yang baik oleh guru agar waktu yang disediakan efektif dan tidak ada terbuang, persiapan media pembelajaran yang lengkap dan menarik, sulit mengontrol penguasaan kelas akibatnya kelas menjadi gaduh. Menurut Rusman, (2014:223) menyebutkan langkah-langkah metode pembelajaran sebagai berikut. 1.Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban), 2.Setiap anak mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang, 3.Anak mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban), 4.Anak
dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin, 5.Setelah satu babak dikocok lagi agar setiap anak mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya, dan 6. Kesimpulan. Menurut Huda, (2011:135) langkahlangkah metode pembelajaran Make A Match adalah: 1.Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian), 2.Setiap anak mendapat satu buah kartu, 3.Setiap anak mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya, 4.Anak bisa juga bergabung dengan 2 atau 3 siswa lain yang memegang kartu yang berhubungan. Metode pembelajaran Make A Match ini berdasarkan pada teori kontruktivisme, karena pada metode ini anak aktif untuk mengembangkan pengetahuan dengan mencari sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikat guru serta dapat menstimulasi anak berpikir kreatif. Perkembangan kognitif merupakan perkembangan dari pikiran. Pikiran merupakan bagian dari otak yang digunakan untuk bernalar, berpikir, dan memahami sesuatu. Menurut Susanto (2011:47) proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang mencirikan seorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar. Menurut Piaget (dalam Budiningsih, 2012:37), perkembangan kognitif (kecerdasan) anak dibagi menjadi empat tahap, yaitu : Tahap Sensori-motorik (lahir-2 tahun), Tahap Pra-operasional (2-7 tahun), Tahap Konkrit Operasional (7-11 tahun), dan Tahap Formal Operasional (11-16 tahun). Tingkat capaian perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun yaitu: 1 ) mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi, 2) menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik (seperti apa yang terjadi jika air ditumpahkan), 3) menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan, 4) mengenal sebab akibat tentang lingkungannya, 5) menunjukkan inisiatif dalam memilih tema permainan, 6) memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari, 7) mengenalmenyebutkan urutan bilangan dari 1-20, 8)
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda sampai 20, 9) menghubungkan-memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 20, dan 10) mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan. (Permendiknas No 58 Tahun 2009). Hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah Jika penerapan metode Make A Match berjalan secara efektif, maka kemampuan mengenal lambang bilangan meningkat pada anak-anak kelompok B semester II di TK Dharma Sentana Candikusuma Negara METODE Penelitian dilaksanakan pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Dharma Sentana Candiksuma Negara. Subjek penelitian ini adalah anak-anak kelompok B semester II tahun pelajaraan 2014/2015 TK Dharma Sentana Candikusuma Negara yang berjumlah 20 orang dengan 11 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Objek yang ditangai adalah perkembangan mengenal lambang bilangan pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Dharma Sentana Candiksuma Negara. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Agung (2010:2) menyatakan PTK adalah penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas segera dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses atau program (program pembelajaran) yang sedang berjalan. Pengumpulkan data tentang kemampuan mengenal lambang bilangan menggunakan metode observasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh anak pada proses belajar mengajar berlangsung. Pada penelitian ini observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan pada saat sebelum maupun saat pembelajaran dilakukan, yaitu berhubungan dengan kognitif dalam kemampuan mengenal lambang bilangan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi. Observasi digunakan untuk mengamati perkembangan kemampuan anak dalam proses
pembelajaran. Dalam model PTK ini, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu (1) tahap rencana tindakan, (2) tahap pelaksanaan (acting), (3) tahap evaluasi/observasi, (4) tahap refleksi (Kanca, 2010: 129). Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua metode analisis data yaitu metode analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase mengenal keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2010:76). Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan kemampuan mengenal lambang bilangan yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Tingkat kemampuan dalam mengenal lambang bilangan pada anak melalui penerapan metode Make A Match ditentukan dengan membandingkan M(%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima dengan kreteria sebagai berikut. Tabel 01. Pedoman Konversi Skala Lima tentang Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Kreteria Hasil Tingkat Kemampuan Penguasaan % Menyimak 90-100 Sangat Tinggi 89-89 Tinggi 65-75 55-64
Sedang Rendah
0-54
Sangat Rendah
Kriteria keberhasilan dari penelitian ini ialah adanya peningkatan dalam kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak kelompok B di TK Darma Sentana Candikusuma Negara. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi perubahan skor positif rata-rata dari siklus I ke siklus berikutnya. Jika dikonversikan pada pedoman PAP skala lima tentang tingkat kemampuan mengenal lambang bilangan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) setelah diterapkannya melalui penerapan metode Make A Match pada anak kelompok B di TK Dharma Sentana Candikusuma Negara. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di TK Dharma Sentana Candikusuma Negara, pada kelompok B semester II tahun pelajaran 2014/2015. Dimulai dari tanggal 20 April 2015 - 28 Mei 2015. Subjek dari penelitian ini sebanyak 20 anak-anak, yang terdiri dari 11 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Penelitian dilaksanakan sebanyak 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 12 kali pertemuan. Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo<Me<M (7,00<8<8,5), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan melalui penerapan metode Make A Match pada anak-anak kelompok B tahun pelajaran 2014/2015 di TK Dharma Sentana Candikusuma Negara pada Siklus I merupakan kurva juling positif, karena mean (M) lebih besar dari pada median (Me) dan modus (Mo). Nilai M%= 53,1% bila dikonversikan ke dalam PAP Skala lima pada Tabel.01 tingkat penggunaan berada pada rentangan (55-64%) termasuk ke dalam kategori rendah. 8
6 4 2 0 6
7
8
9
10
11
M=8 Mo = 7 Me = 8,5 Gambar 01. Grafik Polygon Peningkatan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan pada Siklus I
Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat M<Me<Mo (12,9<13<14,00), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan melalui penerapan metode Make A Match pada anak-anak kelompok B tahun pelajaran 2014/2015 di TK Dharma Sentana Candikusuma Negara pada Siklus II merupakan kurva juling negatif, karena modus (Mo) lebih besar daripada median (Me) dan mean (M). Nilai M%= 80,62% bila dikonversikan ke dalam PAP Skala lima pada Tabel. 01 tingkat penggunaan berada pada rentangan (8089%) termasuk ke dalam kategori tinggi. 8 6
4 2 0 10
11
12
13
14
15
M = 12,9 Mo = 14 Me = 13
Gambar 02. Grafik Polygon Peningkatan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan pada Siklus II Pembahasan Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis data kuantitatif terhadap kemampuan mengenal lambang bilangan anak usia dini dengan penerapan metode pembelajaran Make A Match, diperoleh rata-rata presentase kemampuan mengenal lambang bilangan anak pada sebagai berikut. Siklus I sebesar 53,1% yang berada pada kategori rendah, dan rata-rata persentase hasil kemampuan mengenal lambang bilangan anak pada siklus II sebesar 80,62% yang menunjukkan kemampuan mengenal lambang bilangan anak pada kategori tinggi. Jadi peningkatan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) rata-rata persentase dari siklus I ke siklus II sebesar 27,52%. Persentase kemampuan mengenal lambang bilangan anak pada siklus I sebesar 53.1% berada pada kategori rendah. Hal ini disebabkan anak masih bingung dan belum mengerti terhadap metode Make A Match. Hal ini dikarenakan metode Make A Match belum pernah diterapkan oleh guru dikelas, sehingga saat kegiatan berlangsung anak masih bingung dengan perintah yang diberikan oleh guru. Kondisi ini ditingkatkan dengan menjelaskan kembali langkah-langkah metode Make A Match, sehingga anak tidak kebingungan dalam memasangkan kartu soal dan kartu jawaban. Perubahan ini menyebabkan pada pertemuan berikutnya anak akan terbiasa mengikuti metode pembelajaran Make A Match. Dengan usaha tersebut pada siklus II kemampuan mengenal lambang bilangan mengalami peningkatan sebesar 80,62% yang menunjukan pada kategori tinggi. Peningkatan presentase kemampuan mengenal lambang bilangan pada saat penerapan metode Make A Match disebabkan oleh anak tertarik setelah mendengarkan dan memahami langkahlangkah penerapan metode Make A Match. Hal tersebut dikarenakan cara penyampaian guru pada saat memasangkan gambar dengan angka yaitu, dimulai dengan mengajak anak untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan seperti bernyanyi dan bermain tebak-tebakan sehingga anak menjadi bersemangat dan antusias. Dalam memasangkan lambang bilangan dangan gambar yang melambangkannya, anak dapat mencari pasangan sambil mempelajari konsep atau topik dalam suasana menyenangkan sebelum batas waktunya. Perkembangan kognitif merupakan perkembangan dari pikiran. Pikiran merupakan bagian dari otak yang digunakan untuk bernalar, berpikir, dan memahami sesuatu. Pendapat Sujiono (2007:3) anak usia 2-7 tahun merupakan tahap praoperasional, pada tahap ini penggunaan simbol dan penyusunan tanggapan internal, misalnya dalam permainan, bahasa dan peniruan, anak belum memahami pengertian
operasional yaitu proses interaksi suatu aktivitas mental, dimana prosesnya bisa kembali pada titik awal berpikir secara logis, memanipulasi simbol, masa belajar matematika sederhana, misalnya menyebutkan bilangan, menghitung urutan bilangan walaupun masih keliru urutannya, dan penguasaan sejumlah kecil dari bendabenda, dan diberi pemahaman melalui contoh-contoh kongkrit, peragaan langsung, dan dikemas melalui permainan. Penerapan metode Make A Match mampu menciptakan suasana yang aktif dan menyenangkan, materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian anak, dan anak terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu (Rofiqoh dalam Febryani, 2014:14). Agar dapat membuat anak mengerti,mereka harus diberi pemahaman melalui contohcontoh kongkrit, peragaan langsung, dan dikemas melalui permainan (Susanto,2011:49). Ini berarti bahwa apabila didalam menerapkan metode Make A Match anak akan berpikir dalam memecahkan suatu masalah mengenai lambing bilangan. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013) yang telah membuktikan rata-rata pretes ke siklus I sebesar 45,90% yang berkategori rendah dan pada siklus II menjadi 93,50% tergolong pada kategori sangat tinggi. Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Paramita (2014) rata-rata pretes siklus I sebesar 70.5% yang berada pada kriteria sedang mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 80.7%. Lebih lanjut, penelitian serupa menurut Febryani (2014), rata-rata pretes ke siklus I sebesar 71,4% yang berkategori sedang ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 83,2% tergolong pada kategori tinggi. Kelemahan dalam penelitian ini adalah keterbatasan waktu yang disediakan pada saat penelitian, karena mendekati akhir semester tahun pelajaran 2013/2014. Kelemahan ini menyebabkan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode Make A Match untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) pada anak kelompok B di TK Dharma Sentana Candikusuma Negara berakhir pada siklus II. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV dapat disimpulkan bahwa metode Make A Match dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Dharma Sentana Candikusuma Negara. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada siklus I presentase kemampuan mengenal lambang bilangan anak sebesar 53,1% yang berada pada katagori rendah. Penelitian dilanjutkan dengan melakukan perbaikan pada siklus II dan mengalami peningkatan dengan presentase kemampuan mengenal lambang bilangan anak sebesar 80,62% yang berada pada katagori tinggi. Jadi kenaikan pengenalan lambang bilangan anak dari siklus I ke siklus II sebesar 27,52%. Adanya peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan dapat dilihat dari: 1. Pada kegiatan memasangkan lambang bilangan dangan gambar yang melambangkannya, anak dapat memperlihatkan kartu yang sesuai dengan perintah yang diberikan guru. 2. Pada saat memasangkan gambar dengan angka, cara penyampaian guru dimulai dengan mengajak anak untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan seperti bernyanyi dan bermain tebak-tebakan sehingga anak menjadi bersemangat. Saran Adapun beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. 1) Kepada kepala sekolah, agar dapat menciptakan kondisi belajar yang memadai dengan memperhatikan fasilitas dan sarana prasarana sekolah yang menunjang khususnya dalam mengenal lambang bilangan. 2) Kepada guru, mengoptimalkan kegiatan pembelajaran seperti metode pembelajaran Make A Match sebagai kegiatan pembelajaran didalam kelas dengan menggunakan gambar-
gambar yang bervariasi. Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan seperti mencari pasangan gambar dengan lambang bilangannya agar anak dapat membuat anak antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 3) Kepada peneliti lain, berdasarkan penelitian ini maka telah diperoleh hasil peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan dari rata-rata rendah menjadi tinggi. Adanya keterbatasan waktu yang disediakan pada saat penelitian sehingga penelitian ini tidak dapat dilanjutkan sampai memperoleh peningkatan sangat tinggi. Maka dari itu disarankan kepada peneliti lain agar dapat melanjutkan PTK dengan menerapkan metode Make A Match, memperoleh hasil yang maksimal yaitu sangat tinggi. DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A. Gede. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: FIP .Undiksha. Budiningsih, Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Cetakan kedua. Jakarta: Rineka Cipta Dewi,
Ni Komang Ayu Trisna. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Berbantuan Kartu Gambar untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif pada Anak Kelompok A Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 Di TK Negeri Pembina Badung. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha.
Febryani, Ni Putu. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Berbantuan Media Dadu Huruf Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Huruf Pada Anak Kelompok A3 Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 Di TK Saiwa Dharma Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) Universitas Singaraja.
Pendidikan
Ganesha,
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Jakarta: Pustaka Pelajar Kanca,
Nyoman. 2010. Metodelogi Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Singaraja, Universitas Pendidikan Ganesha
Paramita, Made Vina Arie. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperaktif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif (Bentuk, Warna, Ukuran Dan Pola) Pada Anak Kelompok B Tahun Pelajaran 2013/2014 Di TK Ganesha. Skripsi (tidak diterbitkan).
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009. Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: DepartemenPendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD. Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Edisi kedua. Jakarta: Rajawali Pers Sujiono, Yuliani Nurani. 2007. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka Suprijono, Agus. 2009. Cooperaktif Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka pelajar Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana.
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas Widiasih, Nyoman. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Berbantuan Kartu Kata Dan Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Pada Anak Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 Di TK Kumara Bhakti Desa Bukti Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.