PENDIDIKAN KARAKTER (Muhammad Anwar)
A. Latar belakang Pemikiran Semakin berkembangkan peradaban manusia di muka bumi, maka semakin berkembang pembangunan karakter bangsa. Hal tersebut dipacu oleh pemerintah demi terlaksananya pembangunan karakter yang dilatar belakangi oleh bidang pendidikan. Peradaban Negara, merupakan suatu cirri khas bangsa yang memiliki kemandirian yang tinggi untuk mampu berkembang dengan mengukir suatu karakter yang menjadi kebiasaan masyarakatnya. Peradaban masyarakat kita, dikenal dengan masyarakat yang berkarakter yang selama ini dikenal di dunia barat dan eropa. Tetapi pada kenyataan, seiring dengan pujian dari Negara lain bangsa kita semakin di hambat dengan karakter yang tidak terpuji di mata masyarakat. Seperti yang dinyatakan Elfidri bahwa Negara ini mengalami kebangkrutan jiwa, yang sesuai simpulan saya adalah bahwa Negara Indonesia berada dalam musibah karakter. Mengapa demikian? Karena musibah karakter terdapat di semua lini, baik birokrasi, lembaga tinggi Negara maupun pada penegak hukum apalagi pada masyarakat biasa. Karena persepsi masyarakat mengatakan bahwa birokrasi, lembaga tinggi Negara dan penegak hukum korupsi mengalami musibah karakter, tentunya kita sebagai masyarakat biasa mencontoh dari petinggi-petinggi kita. Ditambah lagi terjadinya kecurangan-kecurangan yang terjadi pada peserta didik, guru yaitu pada ujian nasional (UN) dengan melakukan penyalahgunaan pendidikan karakter seperti guru memberikan jawaban pada peserta didiknya, selain itu peserta didik saling mencontek atau meniru jawaban teman yang lainnya, dan bahkan sampai pada perguruan tinggi yang terjadi adalah pencontekan/penjiplakasn karya ilmiah. Hal tersebut menandakan bahwa bidang pendidikan juga mengalami musibah karakter. Dunia pendidikan dianggap tidak berhasil dalam pembangunan karakter, karena dunia pendidikan hanya melahirkan lulusan-lulusan, mulai dari tingkat
1
dasar sampai perguruan tinggi hanya sebagai lulusan intelektual saja. Tetapi yang diharapkan sekarang adalah pendidikan yang melahirkan lulusan yang manusia intelektual dan berkarakter yang mempunyai kepribadian yang hamdal, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan bangsa. Berdasarkan kasus-kasus yang terjadi atau musibah karakter tersebut, sebagai penulis akan membahas tentang bagaimana pendidikan karakter dapat dilaksanakan dengan baik.
B. Pembahasan B.1. Musibah Karakter Musibah karakter dalam hal ini, diartikan bahwa suatu perilaku yang kurang terpuji bagi masyarakat yang datangnya musiman. Namun pada kenyataannya, musibah karakter ini, tidak lagi mengenal musim tetapi sudah menjadi kebiasaan yang tidak terpuji di mata masyarakat terutama objek pendidikan yaitu para siswa atau mahasiswa. Yang tentunya akan menjadi suatu metamorfosis pendidikan karakter ke depan. Dengan demikian, bahwa pendidikan karakter satu-satunya yang seharusnya ditingkatkan dan diberikan alokasi anggaran khusus untuk menangani musibah karakter ini. Musibah karakter juga menimpa para guru, birokrasi, lembaga tinggi Negara dan para penegak hukum. Ini berarti bahwa, seluruh komponen bangsa ini, sudah mengalami musibah karakter yang sangat hebat. Seperti guru yang melakukan pelecehan seksual terhadap peserta didiknya, plagiatisme, korupsi dan yang paling massif lagi adalah pembunuhan karakter terhadap peserta didik atau kepada masyarakat luas. Ada beberapa musibah karakter yang terjadi pada penegak hukum, birokrasi dan lembaga tinggi Negara seperti yang tertera sebagai berikut: 1) sepanjang 2004-2011, Kementerian dalam negeri mencatat 158 kepala daerah yang terdiri atas gubernur, bupati dan walikota tersangkut korupsi 2) 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011 3) tiga puluh (30) anggota DPR periode 1999-2004 dari parpol terlibat kasus dugaan suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia.
2
4) kasus korupsi terjadi disejumlah institusi, seperti KPU, Komisi Yudisial,KPPU, Ditjen Pajak, Bank Indonesia, dan BKPM. 5) Sepanjang 2010, Mahkmah Agung menjatuhkan sanksi kepada 107 hakim, baik berupa pemberhentian maupun teguran. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebanyak 78 hakim. Dan sebanyak 294 polisi dipecat. (Elfindri, 2012:11) Sedangkan musibah karakter yang dialami oleh masyarakat, seperti dilansir oleh Elfindri sebagai berikut: 1) Tawuran antar warga pada tahun 2010-2011 terjadi antara lain di Bekasi, Cirebon,Bolaang Mongondow. 2) Plagiat terjadi disejumlah perguruan tinggi, antara lain Bandung, Gorontalo, Yogyakarta, Jakarta dan lainnya. 3) Komnas anak mencatat kasus kekerasan terhadap anak, tahun 2009 meningkat menjadi 1736 dibandingkan tahun sebelumnya. Terjadi kenaikan 62,7%. 4) Komnas perempuan mengungkap kasus kekerasan terhadap perempuan pada tahun 2008 mencapai 54.425 kasus, naik sebesar 213% dibandingkan tahun 2007. 5) Anak SD yang jujur diserang oleh temannya se kelas, dan bersama orang tuanya juga dikucilkan oleh masyarakat setempat, terjadi kasusnya di Surabaya dan Jakarta Selatan. 6) Para guru yang mencontek massal ketika ujian untuk mendapatkan sertifikasi. Kasus serupa juga terjadi pada dosen dan calon guru. (Elfindra, 2012:12). Selanjutnya musibah karakter juga terjadi pada peserta didik kita, yang menjadi modal utama dalam pembangunan karakter bangsa di masa akan datang. Dan generasi inilah, yang membuat suatu struktur karakter ke depan dalam menghilangkan musibah-musibah karakter terjadi selama puluhan tahun yang lalu. Oleh karena, kembali Elfindri mengungkapkan data melalui media Kompas, yang menimpa karakter yakni bahwa pertengahan bulan Juni tahun 2011, Kompas melakukan survey sebanyak 745 responden di 12 kota di Indonesia dengan standar deviasi 3,6% dari setiap jawaban. kajian ini menemukan tentang pengetahuan (knowledge) tentang perilaku mencontek/menjiplak karya seseorang, kemudian dilanjutkan dengan sikap (attitude), serta praktek (practice) menjiplak/menyontek. Hasil jejak pendapat lebih dari separo responden menyatakan pernah mengetahui adanya penjiplakan/pencontekan karya ilmiah. Menunjukkan bahwa persoalan “kejujuran” merupakan muncul menjadi masalah penting bangsa. Jika dilihat persoalan sikap, maka bertambah aneh, mengingat sekitar sepertiga dari responden menyatakan tidak persoalan; yang artinya dari sikap saja sepertiga bangsa Indonesia dinyatakan tidak jujur. Dilihat dari praktek, yang pernah melakukan
3
menunjukkan bahwa 5,4% menyatakan sering, dan 52,6% pernah melakukan/jarang. Menjiplak secara emplisit memang persoalan kejujuran bilamana dilihat dari proxy mencontek karya ilmiah, sudah pada ambang batas tinggi (Elfindri, 2012:12-13). Berdasarkan data-data atau kasus-kasus yang terjadi, bahwa kita sebagai Negara yang berdaulat, berbudaya dan berkarakter sebagaimana yang didapatkan data tersebut di atas bahwa kejujuran yang merupakan persoalan Negara yang paling penting diatasi. Oleh karena, kejujuran ini harus betul-betul menyentuh ke semua lini, baik petinggi Negara maupun masyarakat luas. Karena kalau tidak jujur pada diri sendiri, maka kita akan sesat menjalani hidup karena tak tentu hidup kita arah ke mana, kalau tidak jujur dalam keluarga akan terjadi pelecehan seksual kepada peserta didik, kekerasan dalam rumah tangga dan jika tidak jujur terhadap Negara maka akan terjadi korupsi besar-besaran bahkan akan terjadi korupsi berjamaah di tengah-tengah masyarakat kita, dan jika tidak jujur terhadap institusi sebagai penghasil karya ilmiah yang handal, maka akan terjadi penjiplakan/pencontekan karya ilmiah secara berkelanjutan. Tugas berat yang akan dilakukan oleh guru, dosen dan praktisi pendidikan serta pemerintah adalah bagaimana mengevakuasi orang-orang yang tertimpa musibah karakter agar terhindar merajuknya musibah ini. Karena jika tidak secepatnya diantisipasi, maka terjadi musibah secara berkelanjutan. Dan musibah karakkter ini, akan menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang bangkrut dari karakter. B.2. Membangunkan Karakter Dari Tempat Tidurnya Pembangunan karakter tidak segampang yang diduga oleh para pakar pendidikan, bahwa karakter diintergrasikan ke seluruh mata pelajaran, tetapi hasilnya tidak memadai. Dengan adanya kebijakan pemerintah tentang pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam mata pelajaran dari setiap pembelajaran, hanya dipahami sebagai suatu pengetahuan tetapi bukan suatu penanaman nilai untuk menjadikan suatu pembelajaran yang bermakna dan mempunyai pendidikan berbasis karakter sesuai bidang ilmu yang dimilikinya. Seperti contoh seorang ilmuwan fisikawan membuat bom nuklir, dia mendapatkan pengetahuan tentang 4
di dalam pengetahuan fisikanya, membuat cara atau sistematika pembuatan bom nuklir. Tetapi jika dipahami dalam pembentukan karakter yang bertalian dengan nilai yang terkandung dalam pembuatan bom nuklir berarti harus memaknai tentang bagaimana kita bertindak tetapi tidak merugikan orang lain, dan bahkan dapat menguntungkan orang lain, hal ini diharapkan dari setiap pengintegrasian pendidikan karakter dari setiap mata pelajaran. Hal tersebut merupakan salah satu ciri pembangunan karakter dengan memberikan suatu pengertian yang lebih dalam. Karena karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari internaliasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (Sahlan dkk, 2012:13). Dari penjelasannya
bahwa
landasan
pembangunan
karakter
merupakan
cara
memandang, cara berpikir, bersikap dan bertindak untuk melakukan sesuatu yang terbaik. Seperti banyak sekolah-sekolah yang mendirikan kantin “kejujuran”, ini salah satu cara untuk melakukan tindakan nyata terhadap masyarakat dan peserta didik untuk membangunkan karakter dari tempat tidurnya. Mengapa karakter harus dibangunkan dari tempat tidurnya? Karena menurut pendapat saya bahwa karakter adalah sudah menjadi bawaan kita sejak lahir, hanya saja belum menonjol karena belum mendapatkan polesan atau menu pada lingkungan, karena semakin baik polesan dan menu bagus, maka karakter akan semakain tumbuh dengan baik dan benar, maka muncullah generasi-genarasi bangsa yang mempunyai karakter yang mapan. bagaimanapun hambatan karakter melandanya maka tetap akan terhindar dari musibah karakter. C. Penutup Demikian pembahasan pendidkan karakter ini, dengan adanya pembahasan ini yang difokuskan pada pendidikan karakter terutama pada kejujuran tidak selayaknya dilakukan akan melahirkan musibah karakter. Dengan demikian musibah karakter yang melanda bangsa ini, harus dibangun kembali melalui pendidikan karakter yang sudah menjadi kebijakan
5
pemerintah, dengan menginregrasikan ke dalam setiap mata pelajaran mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
D. Bahan Bacaan Amri S.,dkk. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter dalam pembelajaran. PT. Prustasi Pustakaraya, Jakarta Aqib Z. 2011. Pendidikan Karakter (Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa). CV. Yrama Widya, Bandung. Aunillah N.I. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Laksana, Jogyakarta. Elfindri dkk. 2012. Pendidikan Karakter (Kerangka, Metode dan Aplikasi untuk Pendidikan dan Profesional). Baduose Media Jakarta. Khan Y. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri (Mendongkrak Kualitas Pendidikan). Pelangi Pbublising. Jogyakarta. Mulyasa H.E. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Sahlan A, dkk. 2012. Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter. A-Ruzz Media Jogyakarta. Wiyani
N.A. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter (Konsep dan Impelementasinya di Sekolah). PT. Pustakan Insan Madani, Yogyakarta.
6