VOL. 01 NO. 1 Oktober 2015
ISSN : 2477 - 3131
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM *Oleh : Rasyidi, M.Pd.I Abstract : Corruption has a scary for the country, as we know that Indonesia ranked sixth as a corruption country of one hundred fifty nine countries in the world. After various effort against corruption taken by various institutions in Indonesia with mixed results, education world now seems starting to feel responsible the importance of consciousness behavior planting against corruption in official school institutions the education anti-corruption. The purpose of education anti-corruption is to build values and develop capacity which necessary to form civil position students to against corruption. Education anti-corruption can be implemented whether formal and informal. In formal situation, the elements of education anti-corruption can be incorporated into the curriculum and can be integrated into subjects.
Keywords : Corruption, Education, and Behavior Pendahuluan Publikasi mengenai daftar negara terkorup di dunia yang mana republik Indonesia menjadi salah satunya memang bisa menjadi sebuah stigma yang amat tidak nyaman bagi bangsa yang masih memiliki nurani. Negeri kita telah lama dikenal sebagai negeri yang kaya.Namun, pemerintahnya banyak utang dan rakyatnya pun terlilit dalam kemiskinan permanen.Sejak zaman pemerintahan kerajaan, kemudian zaman penjajahan, dan hingga zaman modern dalam pemerintahan NKRI dewasa ini, kehidupan rakyatnya tetap saja miskin.Akibatnya, kemiskinan yang berkepanjangan telah menderanya bertubi-tubi sehingga menumpulkan kecerdasan dan masuk terjerembab dalam kurungan keyakinan mistik, fatalisme, dan selalu ingin mencari jalan pintas. Korupsi telah menjadi momok yang menakutkan bagi bangsa Indonesia, seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia menduduki peringkat keenam sebagai negara terkorup dari 159 negara di dunia. Setelah berbagai usaha pemberantasan korupsi diambil oleh berbagai lembaga di Indonesia dengan hasil yang beragam,
dunia pendidikan kini nampaknya mulai merasa bertanggung jawab akan pentingnya penanaman kesadaran melawan perilaku korupsi melalui institusi resmi sekolah yaitu pendidikan anti korupsi. Wacana mengenai pendidikan anti korupsi didasarkan pertimbangan bahwa pemberantasan korupsi mesti dilakukan secara integratif dan simultan yang mesti berjalan beriringan dengan tindakan represif terhadap koruptor. Tujuan dari pendidikan anti-korupsi adalah untuk membangun nilai-nilai dan mengembangkan kapasitas yang diperlukan untuk membentuk posisi sipil anak didik dalam melawan korupsi.Pendidikan anti korupsi bisa dilaksanakan (diterapkan) baik secara formal maupun informal.Ditingkat formal, unsur-unsur pendidikan anti korupsi dapat dimasukkan kedalam kurikulum diinsersikan/diintegrasikan ke dalam mata pelajaran. Di lembaga pendidikan Islam, model pendidikan anti korupsi ditampilkan dalam Pendidikan Agama Islam (PAI).Pendidikan anti korupsi yang dimaksud disini adalah program pendidikan anti korupsi yang secara konsepsional disisipkan pada mata pelajaran yang sudah ada disekolah dalam Jurnal Tamaddun Ummah - vol. 1
1
VOL. 01 NO. 1 Oktober 2015
ISSN : 2477 - 3131
bentuk perluasan tema yang sudah ada dalam kurikulum dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada pembelajaran anti korupsi, yaitu dengan model pendidikan anti korupsi integratif-inklusif dalam Pendidikan Agama Islam. Korupsi Menurut kata “Korupsi” berasal dari bahasa Latin “Corruptio” atau Corruptus. Selanjutnya kata corruptio berasal dari kata corrumpere suatu kata Latin yang tua. Dari bahasa Latin itulah maka muncul kata corruption, corrupt, dan corruptie, yang kesemuanya secara harfiah artinya “kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah. Namun sering kata corruption dipersamakan artinya dengan “penyuapan.” (Andi Hamzah, Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannya : h. 7) Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Poerwadarminta, menjelaskan pengertian korupsi adalah “perbuatan yang buruk seperti pengertian penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya” (Suradi, 2014: 61). Ada berbagai pengertian korupsi menurut istilah, antara lain sebagai berikut: 1) Korupsi adalah suatu hal yang buruk dengan bermacam-macam ragam artinya bervariasi menurut waktu tempat dan bangsa (Encydopedia Americana). 2) Korupsi adalah melakukan tindak pidana memperkaya diri sendiri yang secara langsung dan tidak langsung merugikan keuangan/perekonomian negara. 3) Korupsi adalah penwaran/pemberian dan penerimaan hadiah-hadiah berupa suap. Pendapat lainnya mendefinisikan korupsi adalah:
juga
a. Kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan ketidakjujuran. b. Perbuatan yang buruk seperti menggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya. c. Korup (busuk; suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan untuk kepentingan sendiri, dan sebagainya), Korupsi (perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya), Koruptor (orang yang korupsi) (Suradi, 2014: 61). Secara harfiah, korupsi merupakan sesuatu yang busuk, jahat, dan merusak. Jika membicarakan korupsi, maka akan menemukan kenyataan semacam itu karena korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi ataupun aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, factor ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga atau golongan kedalam kedinasan dibawah kekuasaan jabatanya. Dengan demikian, secara harfiah dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya istilah korupsi memiliki arti yang sangat luas. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dipahami bahwa korupsi adalah suatu perbuatan yang buruk dengan menerima atau memberikan sesuatu yang bukan hak dan tempatnya yang akan menimbulkan kerugian terhadap orang lain, masyarakat, maupun negara. Akibat-akibat negatif yang ditumbulkan oleh korupsi menurut Robert Klitgaard antara lain: 1) inefisiensi, 2) distribusi yang tidak merata, 3) menjadi perangsang ke arah yang tidak produktif, 4) secara politik menimbulkan alienasi, sinisme masyarakat dan ketidakstabilan politik (Robert Klitgaard, 2011: 51). Karena akibat buruk yang ditimbulkan korupsi tersebut maka pantas kalau korupsi dikategorikan ke dalam tindak pidana luar biasa. Perbuatan korupsi Jurnal Tamaddun Ummah - vol. 1
2
VOL. 01 NO. 1 Oktober 2015
adalah tindakan pemindahan hak miliki yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum. Oleh sebab itu korupsi dalam Islam diharamkan. Adapun faktor penyebab seseorang melakukan tindak pidana korupsi adalah sebagai berikut: 1. Lemahnya pendidikan agama dan etika 2. Kolonoalisme, suatu pemerintahan asing tidak menggugah kesetiaan dan kepatuhan yang diperlukan untuk membendung korupsi. 3. Tidak adanya sanksi keras. 4. Kurangnya lingkungan antikorupsi. 5. Struktur pemerintahan. 6. Perubahan radikal, sehingga korupsi muncul sebagai suatu penyakit transisional. 7. Keadaan masyarakat, korupsi dalam suatu birokrasi dapat mencerminkan keadaan masyarakat secara keseluruhan (ProdjodikoroWirhono, 1986: 11). Pada intinya penyebab timbulnya korupsi adalah sifat egoisme manusia yaitu adanya niat dan kesempatan.Artinya, apabila ada niat untuk melakukan korupsi tetapi tidak ada kesempatan, maka perbuatan korupsi tersebut tidak akan terjadi. Sebaliknya bila kesempatan untuk melakukannya terbuka lebar tetapi niat untuk melakukannya sama sekali tidak ada, maka tindak korupsi jugatak akan terjadi. Sehingga dapat dikatakan bahwa korupsi merupakan perpaduan masalah moral dan sistem. Keegoisnme manusia menjadikan ia merubah sebuah sistem untuk kepentingan pribadi.
ISSN : 2477 - 3131
dibebankan kepadanya yakni “khilafah fil ardl”. Oleh karena itu pendidikan berarti merupakan suatu proses membina seluruh potensi manusia sebagai: makhluk yang: beriman, berfikir, dan berkarya untuk kemaslahatan diri dan lingkungannya. Sebagaimana yang dikemukakan Hasmiyati Gani Ali, bahwa pendidikan adalah proses mempersiapkan masa depan anak didik dalam mencapai tujuan hidup secara efektif dan efisien (Hasmiyati Gani Ali, 2008: 13). Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan pijakan yang jelas tentang tujuan dan hakikat pendidikan, yakni memberdayakan potensi fitrah manusia yang condong kepada nilai-nilai kebenaran dan kebajikan agar ia dapat memfungsikan dirinya sebagai hamba. Oleh karena itu pengertian pendidikan agama Islam adalah “segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumberdaya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam” (Ahmadi, 2001: 20). Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan agama Islam adalah “membimbing jasmani dan rohani berdasarkan hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam” (Ahmad D, 1974: 23). Pendapat lain memberikan pengertian pendidikan agama Islam adalah “usaha sistematis, pragmatis dalam membentuk anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran agama Islam” (Zuhairini, 1980: 25).
Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan memikul beban amanah yang sangat berat, yakni memberdayakan potensi fitrah manusia yang condong kepada nilai-nilai kebenaran dan kebajikan agar ia dapat memfungsikan dirinya sebagai hamba, yang siap menjalankan risalah yang Jurnal Tamaddun Ummah - vol. 1
3
VOL. 01 NO. 1 Oktober 2015
Pendidikan agama Islam adalah “mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan berbahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya, teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan” (Ramayulis: 3). Pendidikan agama Islam itu membimbing anak didik dalam perkembangan dirinya, baik jasmani maupun rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama pada anak didik nantinya yang didasarkan pada hukumhukum islam (Ismail SM, 2008: 36). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam adalah suatu usaha manusia untuk mendidik atau menjadikan seseorang itu beriman, bertakwa dan memiliki akhlak yang mulia. Dengan demikian pendidikan agama Islam merupakan sebuah proses transformasi dan internalisasi nilai-nilai ajaran islam terhadap peserta didik, melalui proses pengembangan fitrah manusia agar memperoleh keseimbangan hidup dalam semua aspeknya. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan pendidikan agama Islam apabila melihat pengertiannya adalah untuk menjadikan peserta didiknya menjadi manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Oleh karena itu menurut M. Athiyah al-Abrasyitujuan pendidikan agama Islam yang pokok dan terutama adalah “mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa” (Ahtiyah al-Abrasyi, 1970: 1). Karena itulah menurut beliau semua mata pelajaran haruslah mengandung pelajaran akhlak dan setiap guru haruslah memperhatikan akhlak. Pendapat lain menyebutkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam
ISSN : 2477 - 3131
adalahpembinaan kepribadian anak didik yang sempurna, peningkatan moral, tingkah laku yang baik dan menanamkan rasa kepercayaan anak terhadap agama dan kepada Tuhan, serta mengembangkan intelegensi anak secara efektif agar mereka siap untuk mewujudkan kebahagiaannya di masa mendatang (Armai Arief, 2002: 24). Tujuan pendidikan agama Islam adalah agar manusia memiliki kemampuan untuk mengelola dan memanfaatkan potensi pribadi, sosial dan alam sekitar bagi kesejahteraan hidup di dunia sampai dengan akhirat (M. Arifin, 1993: 138). Dapat dipahami bahwa pendidikan agama Islam bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang dapat hidup bahagia di dunia maupun di akhirat. Dan untuk dapat menyiapkan peserta didik dapat hidup bahagia di dunia maupun di akhirat tidak hanya dengan memberikan pendidikan umum akan tetapi juga dengan memberikan dan menanamkan nilai-nilai agama Islam dalam diri peserta didik tersebut, sehingga dengan pendidikan agama tersebut dapat mengontrol segala tingkah lakunya di dunia dan dapat menyelamatkan hidupnya kelak di akhirat. Sebagaimana firman Allah: ”Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash: 77) Jurnal Tamaddun Ummah - vol. 1
4
VOL. 01 NO. 1 Oktober 2015
Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Berdasarkan tujuan dari pendidikan agama Islam tersebut, maka materi yang dapat diberikan kepada anak didik untuk dapat mencapai tujuan tersebut mengandung tujuh unsur pokok, yaitu keimanan, ibadah, Al-Quran, akhlak, mu’amalah, syari’ah dan tarikh. Dari masing-masing unsur pokok pendidikan agama Islam tersebut, maka ruang lingkup materi pendidikannya yaitu: 1) Keimanan : rukun iman, kisah para Rasul, tanda-tanda orang beriman, dan hal-hal yang merusak iman. 2) Ibadah : Syahadatain, rukun Islam, thaharah, wudhu, salat fardhu, zikir dan do’a, shalat sunat, penyelenggaraan jenazah, puasa, zakat, haji dan umrah. 3) Al-Quran: hafalan surat pendek, pengenalan hurup dan tanda baca AlQuran, tajwid, menulis huruf AlQuran, surat-surat yang berkenaan dengan; ilmu pengetahuan, IPTEK, kejadian manusia, alam semesta, hewan, kesehatan, kedokteran dan lain-lain. 4) Akhlak: adab, sifat terpuji dan tercela, syukur nikmat, pembentukan kepribadian muslim, cinta ilmu pengetahuan, dan cinta pekerjaan. 5) Syari’ah: makanan dan minuman, penyembelihan hewan, sedekah, infak, munakahat, sumber hukum Islam, wakaf, musyawarah dalam Islam, islah, dan mawaris. 6) Mu’amalah: jual beli, penjam meminjam, sedekah, hutang piutang, sewa menyewa, hak dan kewajiban, syirkah, riba dan kerukunan umat beragama. 7) Tarikh Islam: Sejarah Nabi Muhammad, khulafaurasyidin, sejarah pembukaan Al Quran,
ISSN : 2477 - 3131
penyebaran Islam, cendikiawan muslim, Islam di Indonesia, Islam di Asia, Islam di beberapa benua, dan perdaban Islam dan ilmu pengetahuan. (Hafni Ladjid, 2005) Ruang lingkup unsur-unsur pokok pendidikan agama Islam tersebut hanyalah merupakan garis-garis besarnya saja. Namun dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan materi-materi apa yang akan diberikan kepada anak didik. Dalam lingkungan keluarga pendidikan agama Islam difokuskan kepada dua hal yaitu : 1) Pendidikan moral 2) Pendidikan sosial 3) Pendidikan dasar-dasar keagamaan (Hasbullah: 1995). Dalam keluarga penanaman nilainilai moral atau akhlak, dasar pendidikan sosial dan dasar-dasar keagamaan merupakan hal yang pertama dan utama. Segala tingkah laku, cara berbuat dan berbicara akan ditiru anak. Segala nilai moral yang dikenal anak akan melekat sampai ia dewasa. Selain itu peletakan dasar-dasar pendidikan sosial dalam keluarga juga merupakan hal yang penting. Perkembangan benih-benih kesadaran sosial pada anak dapat dipupuk sedini mungkin, terutama lewat kehidupan keluarga yang penuh rasa tolong menolong, gorong royong serta kekeluargaan, menolong saudara atau tetangga yang sakit, bersama-sama menjaga ketertiban, kedamaian, kebersihan dan keserasian dalam segala hal. Dan yang tak kalah pentingnya juga dalam memberikan pendidikan dasar-dasar keagamaan kepada anak. Misalnya tata cara shalat, berwudhu, bersuci, dan lain sebagainya. Dalam buku yang berjudul Mendidik Anak Bersama Rasulullah, dipaparkan secara rinci materi-materi pendidikan agama Islam yang dapat dilakukan orangtua Jurnal Tamaddun Ummah - vol. 1
5
VOL. 01 NO. 1 Oktober 2015
ISSN : 2477 - 3131
pada anak-anaknya yang dibagi berdasarkan fase-fase pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu : 1) pada tahap dari kelahiran hingga usia dua tahun: a. mengeluarkan zakat fitrah b. Mengumandangkan azan di telinga kanan dan ikamah di telinga kiri c. Memberi nama yang baik d. Mencukur dan mengakikahkannya (M. Nur Abdul Hafidh, 1997: 75). 2) Pada tahap usia dua tahun hingga usia balig: a. Pembinaan Akidah: mendiktekan kalimat tauhid, menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, mengajarkan Al-Quran, teguh akidah. b. Pembinaan ibadah : pembinaan shalat, puasa, zakat dan haji. c. Pembinaan mental bermasyarakat: mengucapkan salam, menjenguk orang sakit, melakukan jual beli, berkunjung/silaturahmi. d. Pembinaan Akhlak: dalam berkata dan bersikap seperti pada orangtua, ulama, yang lebih tua, saudara, tetangga, etika meminta izin, etika makan, jujur, menjaga rahasia, amanah dan menjauhi sifat dengki. e. Pembinaan perasaan dan kejiwaan. f. Pembinaan jasmani g. Pembinaan intelektual h. Pembinaan kesehatan anak i. Pembinaan etika seksual: minta izin, menundukkan pandangan, menutup aurat, memisahkan tempat tidur, melarang tidur telungkup, menjauhi zina. Berdasarkan pendidikan agama
ruang lingkup Islam yang telah
dijelaskan tersebut dapat disimpulkan bahwa materi pendidikan agama Islam berada pada lingkup pendidikan akhlak dan ibadah serta ketauhidan kepada anak yang akan menjadi dasar pondasi yang kokoh bagi kehidupan keagamaan anak tersebut kelak dewasa. Konsep Pendidikan Anti Korupsi Muncul pertanyaan mulai kapan pendidikan antikorupsi harus dikenalkan kepada anak?Jawabnya adalah sejak anak belajar tentang kehidupan, artinya sejak awal anak mulai dikenalkan nilai-nilai anti korupsi.Penanaman nilai yang dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan, akan menumbuhkan sebuah sikap yang menjadi kepribadian anak. Pada dasarnya sebuah kepribadian seseorang tidak muncul secara instan namun melalui sebuah proses. Pendidikan anti korupsi bisa dilaksanakan baik secara formal maupun informal.Ditingkat formal, unsur-unsur pendidikan anti korupsi dapat dimasukkan kedalam kurikulum diinsersikan/diintegrasikan ke dalam matapelajaran.Untuk tingkat informal dapat dilakukan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Secara universal ada beberapa nilai yang dapat membentuk karakter anak menjadi lebih baik, seperti:Kejujuran, Kepedulian dan menghargai sesame, Kerja keras, Tanggungjawab, Kesederhanaan, Keadilan, Disiplin, Kooperatif, Keberanian, dan Daya juang/ kegigihan (Nur Kholis Setiawan, 2012: 163). Dengan mengintegrasikan nilai-nilai ini kedalam kehidupan/proses belajar siswa diharapkan siswa mampu berkembang menjadi pribadi yang lebih baik, dan akhirnya akan bersikap anti koruptif. Penanaman nilai ini tidak sebatas pada insersi matapelajaran, tetapi perlu diberikan disemua lini pendidikan. Nilai ini Jurnal Tamaddun Ummah - vol. 1
6
VOL. 01 NO. 1 Oktober 2015
hendaknya selalu direfleksikan kedalam setiap proses pembelajaran baik yang bersifat intra kurikuler maupun ekstra kurikuler. Pendidikan anti korupsi dilaksanakan dengan cara memberi keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan kreatifitas. (Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003) Maka untuk mewujudkan pendidikan anti korupsi, harus menjadi tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah, karena itu pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.Pendidikan kita terdiri atas tiga bagian, yaitu pendidikan informal (keluarga), formal (sekolah) dan nonformal (masyarakat) (Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003) yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Oleh karena itu, sasaran yang ingin dicapai dari pendidikan adalah pembentukan aspek kognitif (intelektual), afektif (sikap mental atau moral) dan psikomotorik (skill/keterampilan). Maka idealnya, pembentukan aspek kognitif menjadi tugas dan tanggung jawab para pendidik (guru) di sekolah, pembentukan aspek efektif menjadi tugas dan tanggung jawab orangtua, dengan membangun kepribadian dan kebiasaan.Sedangkan, pembentukan aspek psikomotorik menjadi tugas dan tanggung jawab masyarakat (lembaga-lembaga kursus, dan sejenisnya). Dengan adanya pembagian tugas seperti ini, maka masalah pendidikan anti korupsi sebenarnya menjadi tanggung jawab semua pihak: orangtua, pendidik (guru), dan masyarakat. Pendidikan anti korupsi harus diberikan melalui pembelajaran sikap mental dan nilai-nilai moral bebas korupsi di sekolah, sehingga generasi baru Indonesia diharapkan dapat memiliki pandangan dan sikap yang keras terhadap
ISSN : 2477 - 3131
segala bentuk praktik korupsi. Ketua MPR Hidayat Nurwahid, menyatakan bahwa pendidikan perlu dielaborasi dan diinternalisasikan dengan nilai-nilai anti korupsi sejak dini. Pendidikan anti korupsi yang diberikan di sekolah diharapkan dapat menyelamatkan generasi muda agar tidak menjadi penerus tindakan-tindakan korup generasi sebelumnya.Tapi hanya saja memberikan pendidikan anti korupsi bukan hal mudah. Sebab, bahkan lahirnya fenomena praktik korupsi juga berawal dari dunia pendidikan yang cenderung tidak pernah memberikan sebuah mainstream atau paradigma berperilaku jujur dalam berkata dan berbuat. Termasuk sekolahsekolah di negeri ini. Misalnya guru menerangkan hal-hal idealis dalam memberikan pelajaran, menabung pangkal kaya, tetapi realitanya banyak guru yang korupsi, seperti korupsi waktu, korupsi materi pelajaran yang diberikan,.korupsi berupa absen mengajar tanpa izin kelas. Hal-hal yang dilakukan itu, juga dapat memicu praktik korupsi yang lebih buruk di dunia pendidikan. Implikasi Pendidikan Anti korupsi dalam Pendidikan Agama Islam Dalam prakteknya, korupsi sangat sukar bahkan hampir tidak mungkin dapat diberantas, oleh karena sangat sulit memberikan pembuktian-pembuktian yang eksak.Disamping itu, sangat sulit mendekteksinya dengan dasar-dasar hukum yang pasti.Namun akses perbuatan korupsi merupakan bahaya latent yang harus diwaspadai baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat itu sendiri. Salah satu cara atau langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat adalah memberikan informasi serta perlunya edukasi akan nilai anti korupsi yang disampaikan melalui jalur pendidikan, sebab pendidikan merupakan satu instrumen perubahan yang mengedepankan cara damai, menjauhkan Jurnal Tamaddun Ummah - vol. 1
7
VOL. 01 NO. 1 Oktober 2015
diri dari tarik menarik politik pragmatis, relative sepi dari caci maki dan hujatan sosial, berawal dari pembangkitan kesadaran kritis serta sangat potensial untuk bermuara pada pemberdayaan dan transformasi masyarakat berdasarkan model penguatan inisiatif manusiawio dan nuraniah untuk suatu agenda perubahan sosial. Education is a mirror society, pendidikan adalah cermin masyarakat. Artinya, kegagalan pendidikan berarti kegagalan dalam masyarakat.Demikian pula sebaliknya, keberhasilan pendidikan mencerminkan keberhasilan masyarakat. Pendidikan yang berkualitas akan menciptakan masyarakat yang berkualitas pula. Sebagai upaya pemberantasan korupsi, pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) kini berjuan keras menangkap pelaku korupsi.Namun upaya pemberantasan dengan menangkap pelaku korupsi dirasa belum cukup. Pun, sosialisasi pemberantasan korupsi tidak cukup sekedar member pemahaman apa itu korupsi. Ada satu hal yang tidak kalah penting dalam pemberantasan korupsi, yakni pencegahan pencegahan korupsi.Pencegahan menjadi bagian penting dalam program pemberantasan korupsi.Oleh sebab itu, pencegahan korupsi harus diajarkan disetiap jenjang pendidikan. Mengapa demikian? sebab, pertama, korupsi hanya dapat dihapuskan dari kehidupan kita secara berangsurangsur. Kedua, pendidikan untuk membasmi korupsi sebaiknya berupa persilangan (intersection) antara pendidikan watak dan pendidikan kewarganegaraan. Ketiga, pendidikan untuk mengurangi korupsi harus berupa pendidikan nilai, yaitu pendidikan untuk mendorong setiap generasi menyusun kembali sistem nilai yang diwarisi.
ISSN : 2477 - 3131
Sangat mungkin korupsi dihapus melalui sektor pendidikan, apabila kita bersungguh-sungguh bertekad memberantas korupsi dari berbagai aspek kehidupan, bukan hanya pada tingkat lembaga atau organisasi–organisasi yang besar, tetapi juga pada tingkat interaktif sesame manusia termasuk dalam proses belajar dari generasi muda. Hal ini dimungkinkan karena korupsi termasuk pelanggaran moral dan oleh sebab itu merupakan tanggung jawab moral dari pendidikan nasional untuk memberantasnya. Selain itu proses pendidikan merupakan proses pembudayaan. Jika korupsi telah menjadi kebudayaan dalam diri masyarakat Indonesia, maka adalah tanggung jawab moral dari pendidikan nasional untuk membenahi pendidikan nasionalnya dalam upaya pemberantasan korupsi. Supaya pendidikan anti korupsi tumbuh sejak dini, keterlibatan pendidikan formal dalam upaya pencegahan korupsi sebenarnya bukanlah hal baru.Justru memiliki kedudukan strategisantisipatif.Upaya pencegahan budaya korupsi dimasyarakat terlebih dahulu dapat dilakukan dengan mencegah berkembangnya mental korupsi pada anak bangsa Indonesia melalui pendidikan. Semangat anti korupsi yang patut menjadi kajian adalah penanaman pola piker, sikap, dan perilaku anti korupsi melalui sekolah, karena sekolah adalah proses pembudayaan. Pendidikan anti korupsi adalah perpaduan antara pendidikan nilai dan pendidikan karakter.Sebuah karakter yang dibangun diatas landasan kejujuran, integritas dan keluhuran. Pendidikan anti korupsi bagi anak-anak perlu ditanamkan sejak usia dini sebab mereka juga mempunyai potensi berlaku negatif. Misalnya mengambil barang milik orang lain tanpa member tahu pemiliknya. Secara psikologis, sifat ini dimiliki tiap anak.Hanya terealisasinya memerlukan Jurnal Tamaddun Ummah - vol. 1
8
VOL. 01 NO. 1 Oktober 2015
syarat-syarat tertentu. Jika sejak usia dini anak tidak dididik dengan baik, sifat negatif itu akan muncul. Secara akademik dan psikologis hal itu dibenarkan, tetapi jika dibiarkan akan berakibat fatal. Yang perlu diingat adalah bahwa pendidikan selalu membawa implikasi individual dan sosial.Secara individual, pendidikan adalah sarana untuk mengembangkan potensi, baik potensi jasmani, rohani, maupun akal.Pendidikan yang baik pastilah dapat mengembangkan potensi manusia tersebut secara bertahap menuju kebaikan dan kesempurnaan. Secara sosial, pendidikan merupakan proses pewarisan kebuadayaan, berupa nilai-nilai perilaku dan teknologi. Semua itu diharapkan dapat diwariskan kepada generasi muda agar kebudayaan masyarakat senantiasa terpelihara dan berkembang.Tentu saja pewarisan budaya tidak dalam konotasi yang pasif, tetapi berupaya untuk melahirkan generasi yang mampu berkreasi untuk mengembangkan kebudayaan agar lebih maju dan berkembang kearah yang lebih positif. Secara singkat, dunia pendidikan memiliki tugas mulia untuk mencetak generasi-generasi bangsa yang anti korupsi. Penanaman nilai-nilai anti korupsi sangat mungkin dan efektif apabila dilakukan dilembaga pendidikan dimana anak-anak masih berada dalam usia dini.Dalam masa ini, anak sedang berproses membentuk karakter (character building).Pendidikan anti korupsi dapat digunakan untuk menanaman kejujuran dan semangat tidak menyerah untuk mencapai kebaikan dan kesuksesan. Sikap anti korupsi perlu ditanamkan kepada anak-anak sejak usia dini. Harapanya, setelah mereka dewasa (terutama jika menjadi pejabat) tidak akan menyelewengkan uang rakyat atau uang negara. Mereka tidak akan berlaku materialistik, hedonistik, ataupun melakukan hal-hal lain yang tidak terpuji.
ISSN : 2477 - 3131
Berdasarkan konsep pendidikan anti korupsi tersebut, maka implikasinya dalam pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut: 1. Kurikulum Pendidikan Islam, mencoba menampilkan model pendidikan anti korupsi dalam Pendidikan Agama Islam (PAI). Pendidikan anti korupsi yang dimaksud disini adalah program pendidikan anti korupsi yang secara konsepsional disisipkan pada mata pelajaran yang sudah ada disekolah dalam bentuk perluasan tema yang sudah ada dalam kurikulum dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada pembelajaran anti korupsi, yaitu dengan model pendidikan anti korupsi integratif-inklusif dalam Pendidikan Agama Islam. Untuk berpartisipasi dalam gerakan pencegahan dan pemberantasan korupsi ada dua model yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam mengembangkan kurikulum pendidikan anti korupsi yang integratifinklusif pada Pendidikan Agama Islam. 2. Guru Guru adalah garda depan dari proses pendidikan, maka selayaknyalah guru menjadi teladan (digugu dan ditiru). Selain sebagai teladan, guru juga mempunyai tugas penting sebagai motivator. Dalam Pendidikan Anti Korupsi guru berperan dalam: a. Mengenalkan fenomena korupsi, esensi, alasan, dan konsekuensinya b. Mempromosikan sikap intoleransi terhadap korupsi. c. Mendemontrasikan cara memerangi korupsi (sesuai koridor anak). d. Memberi kontribusi pada kurikulum standar dengan: 1) Penanaman nilai-nilai 2) Penguatan kapasitas siswa (seperti: berpikir kritis, tanggungjawab, penyelesaian Jurnal Tamaddun Ummah - vol. 1
9
VOL. 01 NO. 1 Oktober 2015
konflik, memanage dirinya sendiri, dalam berkehidupan sosial disekolah-masyarakatlingkungan, dll) dengan menghayati dan melaksanakan tugas ini, Indonesia akan menjadi negara besar dan bersih, serta makmur dibawah pimpinan murid-murid yang telah di didik sedemikian rupa). 3. Pembelajaran Proses pendidikan harus menumbuhkan kepedulian sosial-normatif, membangun penalaran objektif, dan mengembangkan perspektif universal pada individu.Bagaimana cara mensosialisasikan anti koruspi pada anak sejak dini? Salah satu jawabanya adalah mengajarkan sikap jujur dan bertanggung jawab kepada diri sendiri.Orang tua atau guru harus menjadi teladan bagi anak atau siswanya. Dalam pembelajaran, diperlukan prinsip modeling. Artinya, siswa atau anak dengan mudah akan melakukan suatu perilaku tertentu melalui proses peniruan pada sang model. Model ini bias siapapun, apakah itu orang tua, guru, maupun orangorang yang dikaguminya.Pendidikan harus mampu menjadi benteng moral.Sikap-sikap yang seharusnya ditanamkan adalah nilainilai anti korupsi seperti jujur dan bertanggung jawab.Sikap jujur dan bertanggung jawab dapat dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang beragam.Seperti mengajak siswa membayar zakat, sedekah, infak dan lain sebagainya. Dengan cara tersebut, akan melatih mereka menjadi manusia yang materialistik dan hedonistik, yang membuat hidupnya hanya ingin menumpuk harta, termasuk dengan cara yang tidak halal. Selama ini, korupsi dipandang sebagai dosa kecil yang masih bias diampuni, apalagi jika hasil korupsinya disisihkan untuk ibadah atau sedekah bagi fakir miskin dan anak yatim. Kelak
ISSN : 2477 - 3131
diakhirat, timbangan pahala sedekah dari hasil korupsi bias lebih berat dari sanksi dosanya. Jika demikian, para koruptor dan penjahat politik bias mendapat ampunan dan masuk surge. Nilai nilai ajaran Islam juga perlu ditekankan dan dikontekstualisasikan secara lebih dan ekstra.Misalnya saja dengan mensosialisasikan hadist-hadist anti korupsi seperti hadist tentang menjaga amanah. Sebagaimana yang diketahui bersama bahwa semua tindakan korupsi dimulai dari penyalahgunaan amanah (abuse of trust), yang menjalar menjadi penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang (abuse of power), baik dalam urusan individu maupun publik. Amanah diyakini sebagai benteng anti korupsi yang sangat kuat. Jika benteng amanah telah rusak, maka yang lain pun akan rusak. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka sesuai dengan rumusan masalah dalam makalah ini, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Konsep pendidikan anti korupsi adalah ditekan pada peserta didik sejak dini dengan membiasakan hidup anti korupsi, melalui pengenalan gaya hidup anti korupsi, akibat korupsi, dan penanaman nilainilai ajaran agama ke dalam diri peserta didik. 2. Implikasi pendidikan anti korupsi dalam pendidikan agama Islam adalah: a. Kurikulum harus mengaitkan seluruh mata pelajaran pada nilai-nilai anti korupsi. b. Pembelajaran dengan pembiasaan dan keteladanan. c. Guru harus mampu menjadi teladan, memberikan informasi tentang bahaya korupsi, dan Jurnal Tamaddun Ummah - vol. 1
10
VOL. 01 NO. 1 Oktober 2015
ISSN : 2477 - 3131
membiasakan siswa untuk anti korupsi.
Jurnal Tamaddun Ummah - vol. 1
11
VOL. 01 NO. 1 Oktober 2015
Daftar Pustaka Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, ( Yogyakarta: Aditya Media, 2001) Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: AlMa’arif, 1974) Armai Arief, Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) Andi Hamzah, Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1984) Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 2007) Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching. 2005) Hartanti Evi, Tindak Pidana Korupsi Edisi Kedua, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008) Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995) Hasmiyati Gani Ali, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Quantum Teaching Ciputat Press Group, 2008) Isma’il SM, Strategi Pembelajaran Islam Berbasis PAIKEM : Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, (Semarang : Rasail, 2008) Muhammad Nur Abdul Hafizh,Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: A l Bayan, 1997) M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta; Bumi Aksara, 1993) M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970) Nur Kholis Setiawan, Pribumisasi AlQuran, (Yogyakarta: Kaukaba, 2012) ProdjodikoroWirhono, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia Edisi ke-2, (Bandung: PT. Eresco Bandung,1986) Robert Klitgaard, Memahami Korupsi, Terj. Hermoyo, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2011) Suradi, Pendidikan Antikorupsi, (Yogyakarta: Gava Media, 2014)
ISSN : 2477 - 3131
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 4 ayat (4) Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003) Zuhairini, et.al., Methodik Khusus Pendidikan Islam, (Surabaya, Usaha Nasional, 1980)
Jurnal Tamaddun Ummah - vol. 1
12
VOL. 01 NO. 1 Oktober 2015
ISSN : 2477 - 3131
Jurnal Tamaddun Ummah - vol. 1
13