116
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
PENDEKATAN SAINTIFIK & MODEL PEMBELAJARAN K-13
Oleh: Sufairoh SMP Negeri 1 Malang Jl. Lawu No.12, Oro-oro Dowo, Klojen, Kota Malang
Abstrak. Standar Nasional Pendidikan yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 telah menggariskan ketentuan minimum bagi satuan pendidikan formal agar dapat memenuhi mutu pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,dan peradaban dunia. Tujuan dari penulisan ini adalah: (1) Untuk menjelaskan isu-isu penting yang menjadi dasar pertimbangan dilaksanakan kurikulum 2013. (2) Untuk memaparkan implementasi pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. (3) Untuk menguraikan model-model pembelajaran yang digunakan guru dalam implementasi kurikulum 2013. Kata Kunci: pendekatan saintifik, model pembelajaran K-13
Mutu pendidikan merupakan masalah yang dijadikan agenda utama untuk diatasi dalam kebijakan pembangunan pendidikan, karena hanya dengan pendidikan yang bermutu akan diperoleh lulusan bermutu yang mampu membangun diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Standar Nasional Pendidikan yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 telah menggariskan ketentuan minimum bagi satuan pendidikan formal agar dapat memenuhi mutu pendidikan. Kurikulum merupakan acuan pembelajaran dan pelatihan dalam persekolahan. Kurikulum menurut Reksoadmojo (2010:4) adalah merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenaitujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk menempatkan suatu kurikulum pada kedudukan sentral dalam keseluruhan proses pendidikan, institusi pendidikan dan para pengajar harus mampu menterjemahkan sebagai dinamisator. Pada hakikatnya pengembangan kurikulum itu merupakan usaha untuk mencari bagaimana rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu lembaga. Pengembangan kurikulum di arah-
Sufairoh, Pendekatan Saintifik & Model Pembelajaran K-13...
kan pada pencapaian nilai-nilai umum, konsep-konsep, masalah dan keterampilan yang akan menjadi isi kurikulum yang disusun dengan fokus pada nilai-nilai tadi. Adapun selain berpedoman pada landasanlandasan yang ada, pengembangan kurikulum juga berpijak pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 Bab X tentang kurikulum, pasal 36 ayat 1 bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Suatu kurikulum diharapkan memberkan landasan, isi dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntunan dan tantangan perkembangan masyarakat. Kuri-kulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berakibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan sumber daya manusia. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahu-
117
an dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum pendidikan selalu mengalami proses penyempurnaan dengan tujuan dapat meningkatkan mutu pendidikan secara nasional, sehingga dapat membentuk sumber daya manusia yang bermutu tinggi (Sukmadinata, 1988). Perubahan zaman adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan masyarakat, perubahan zaman telah memberikan dampak yang besar terhadap seluruh segi kehidupan masyarakat tidak terkecuali dalam segi pendidikan. Dewasa ini, masyarakat sebagai agen perubahan itu sendiri mulai berinovasi dan mulai menangkap akan adanya tantangan zaman. Kenyataan tersebut tentunya adalah hal yang positif, namun tidak boleh ditampikkan bahwa dalam setiap perubahan zaman tentunya ada pula dampak negatif yang ditimbulkan. Tidak semua pengaruh perubahan zaman positif bagi masyarakat Indonesia, ada hal-hal yang perlu untuk disikapi dengan bijak dan ditolak mentah-mentah karena tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Pendidikan mencoba untuk menyikapi dilema tersebut, kemudian mengemasnya dalam sebuah konsep perubahan kurikulum. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Isu-Isu Penting Yang Menjadi Dasar Pertimbangan Dilaksanakan Kurikulum 2013 Isu-isu perubahan, fakta, dan realita kehidupan masyarakat serta isu-isu tan-
118
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
tangan zaman dikemas sedemikian rupa sebagai dasar untuk mengembangkan sebuah kurikulum baru yang mencoba untuk menjawab tantangan zaman tersebut. Hal inilah yang coba dilakukan pemerintah melalui pengembangan kurikulum 2013. Adapun isu-isu penting yang menjadi dasar pertimbangan pemerintah untuk perubahan dan pengembangan Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut. 1. Tantangan internal, menurut Kemendikbud (2012) antara lain yaitu: (a) Tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan; (b) Perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu, tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban (Kemendikbud, 2013). 2. Tantangan eksternal, menurut Kemendikbud (2012) antara lain yaitu: (a) Globalisasi: WTO, ASEAN Community, APEC, CAFTA; (b) Masalah lingkungan hidup; (c) Kemajuan teknologi informasi; (d) Konvergensi ilmu dan teknologi; (e) Ekonomi berbasis pengetahuan; (f) Kebangkitan industri kreatif dan budaya;
(g) Pergeseran kekuatan ekonomi dunia; (h) Pengaruh dan imbas teknosains; (i) Mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan; (j) Hasil survei “Trends in International Math and Science (TIMSS)" oleh Global Institute pada tahun 2007 yaitu hanya 5 persen siswa Indonesia yang mampu mengerjakan soal berkategori tinggi yang memerlukan penalaran; dan (k) Programme for International Student Assessment (PISA) yang di tahun 2009 yang menempatkan Indonesia di peringkat 10 besar negara paling buncit dari 65 negara peserta PISA. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi siswa Indonesia terbelakang (Kemendikbud, 2013). 3. Kompetensi masa depan, menurut Kemendikbud (2012) antara lain yaitu: (a) Kemampuan berkomunikasi; (b) Kemampuan berpikir jernih dan kritis; (c) Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan; (d) Kemampuan menjadi warga negara yang efektif; (e) Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda; (f) Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal; (g) Memiliki minat luas mengenai hidup; (h) Memiliki kesiapan untuk bekerja; (i) Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya. 4. Fenomena negatif yang mengemuka, menurut Kemendikbud (2012) antara lain, yaitu: (a) Perkelahian pelajar; (b) Narkoba; (c) Korupsi; (d) Plagiarisme; (e) Kecurangan dalam ujian seperti mencontek, mengerpek, dan sebagainya; dan (f) Gejolak masyarakat. 5. Persepsi masyarakat, menurut Kemendikbud (2012) antara lain yaitu: (a) Pen-
Sufairoh, Pendekatan Saintifik & Model Pembelajaran K-13...
didikan terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif; (b) Pendidikan memberi beban yang terlalu berat bagi siswa; dan (c) Pendidikan kurang bermuatan karakter (Kemendikbud, 2012). Selain alasan diatas, kemudian pemerintah juga mengkaji ulang kurikulum 2006 atau sering kita kenal dengan kurikulum KTSP. Berdasarkan hasil kajian tersebut ditemukanlah beberapa permasalahan didalam kurikulum KTSP yang harus diperbaiki melalui pengembangan kurikulum 2013. Permasalahan-permasalahan tersebut (dalam kemendikbud, 2012) diantaranya, yaitu: 1. Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya matapelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak. 2. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. 3. Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 4. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum. 5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. 6. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru. 7. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala.
119
8. Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir. Hal-hal yang dijelaskan diatas merupakan latar belakang yang diangkat oleh pemerintah dalam pengembangan kurikulum 2013. Pro dan kontra yang muncul akibat wacana kurikulum 2013 bukan menjadi halangan pemerintah untuk tetap melanjutkan kurikulum 2013 yang dianggap akan dapat memperbaiki pendidikan Indonesia menjadi jauh lebih baik serta dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang muncul. Dalam berbagai kesempatan yang telah disampaikan oleh pengambil kebijakan, juga terangkum bahwa kurikulum 2013 mencoba untuk mengurangi beban guru secara administratif yang kemudian guru hanya akan terfokus pada proses pembelajaran. Beberapa alasan perlunya pengembangan Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut. (1) Perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu) dan proses penilaian (dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output) memerlukan penambahan jam pelajaran. (2) Kecenderungan banyak negara menambah jam pelajaran. (3) Perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkanjam pelajaran di Indonesia dengan Negara lain relatif lebih singkat. Implementasi Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dan pendidik, dan antara peserta dan sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar yang berlangsung secara edukatif, agar peserta didik dapat membangun sikap, pengetahuan dan keterampilannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
120
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian. Strategi merupakan istilah yang banyak dipakai dalam berbagai konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Dalam kontek pembelajaran strategi berarti pola umum perbuatan guru-peserta didik didalam perwujudan kegiatan pembelajaran; konsep strategi dalam hal ini menunjuk kepada karakteristik rentetan perbuatan guru-peserta didik dalam peristiwa pembelajaran (Sudirman; Rusyan; Arifin, dan Fatoni, 1989:90). Strategi Pembelajaran adalah suatu pola umum pembelajaran siswa yang tersusun secara sistematis berdasarkan prinsipprinsip pendidikan, psikologi, didaktik, dan komunikasi dengan mengintegrasikan struktur (urutan langkah) pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengelolaan kelas, evaluasi, dan waktu yang diperlukan agar siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Strategi terkait dengan kebijaksanaan guru dalam memilih pendekatan, model pembelajaran, dan metode pembelajaran (http://www.matematrick.com/2015/ 08/perbedaan-strategi-pende-katan-metode. html. Diakses 5-11-2016). Istilah lain yang juga dipergunakan dan sama maksudnya dengan strategi pembelajaran adalah model pembelajaran (Joyce; Weil; dan Calhoun, 2009). Pendekatan pembelajaran adalah suatu rangkaian tindakan pembelajaran yang dilandasi oleh prinsip dasar tertentu (filosofis, psikologis, didaktis dan ekologis) yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran tertentu (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016). Pembelajaran dengan pendekatan
saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Di dalam Kurikulum 2013 yang sekarang mulai diterapkan di sebagian sekolah-sekolah piloting ada dikenal namanya istilah Pendekatan Saintifik. Secara Istilah pengertian dari pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, meng-analisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atauprinsip yang “ditemukan” (http://www.matematrick. com/2015/08/perbedaan-strategi-pendekatan-metode.html. Diakses 5-11-2016). Proses pembelajaran yang mengacu pada pendekatan saintifik menurut Kemen-
Sufairoh, Pendekatan Saintifik & Model Pembelajaran K-13...
terian Pendidikan dan Kebudayaan (2016) meliputi lima langkah, yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengkomu-nikasikan. Selanjutnya dijelaskan sebagai berikut. 1. Mengamati, yaitu kegiatan siswa mengidentifikasi melalui indera penglihat (membaca, menyimak), pembau, pendengar, pengecap dan peraba pada waktu mengamati suatu objek dengan ataupun tanpa alat bantu. Alternatif kegiatan mengamati antara lain observasi lingkungan, mengamati gambar, video, tabel dan grafik data, menganalisis peta, membaca berbagai informasi yang tersedia di media masa dan internet maupun sumber lain. Bentuk hasil belajar dari kegiatan mengamati adalah siswa dapat mengidentifikasi masalah. 2. Menanya, yaitu kegiatan siswa mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu proses tertentu. Dalam kegiatan menanya, siswa membuat pertanyaan secara individu atau kelompok tentang apa yang belum diketahuinya. Siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada guru, narasumber, siswa lainnya dan atau kepada diri sendiri dengan bimbingan guru hingga siswa dapat mandiri dan menjadi kebiasaan. Pertanyaan dapat diajukan secara lisan dan tulisan serta harus dapat membangkitkan motivasi siswa untuk tetap aktif dan gembira. Bentuknya dapat berupa kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis. Hasil belajar dari kegiatanmenanya adalah siswa dapat merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis. 3. Mengumpulkan data, yaitu kegiatan siswa mencari informasi sebagai bahan untuk dianalisis dan disimpulkan. Kegiat-
121
an mengumpulkan data dapat dilakukan dengan cara membaca buku, mengumpulkan data sekunder, observasi lapangan, uji coba (eksperimen), wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-lain. Hasil belajar dari kegiatan mengumpulkan data adalah siswa dapat menguji hipotesis. 4. Mengasosiasi, yaitu kegiatan siswa mengolah data dalam bentuk serangkaian aktivitas fisik dan pikiran dengan bantuan peralatan tertentu. Bentuk kegiatan mengolah data antara lain melakukan klasifikasi, pengurutan (sorting), menghitung, membagi, dan menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif, serta menentukan sumber data sehingga lebih bermakna. Kegiatan siswa dalam mengolah data misalnya membuat tabel, grafik, bagan, peta konsep, menghitung, dan pemodelan. Selanjutnya siswa menganalisis data untuk membandingkan ataupun menentukan hubungan antara data yang telah diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat ditarik simpulan dan atau ditemukannya prinsip dan konsep penting yang bermakna dalam menambah skema kognitif, meluaskan pengalaman, dan wawasan pengetahuannya. Hasil belajar dari kegiatan menalar/mengasosiasi adalah siswa dapat menyim-pulkan hasil kajian dari hipotesis. 5. Mengomunikasikan, yaitu kegiatan siswa mendeskripsikan dan menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengolah data, serta mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dalam bentuk diagram, bagan, gambar, dan sejenisnya dengan bantuan perangkat teknologi sederhana dan atau teknologi informasi dan komunikasi. Hasil belajar dari kegiatan
122
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
mengomunikasikan adalah siswa dapat memformulasikan dan mempertanggungjawabkan pembuktian hipotesis. Model-Model Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum 2013 Model Pembelajaran adalah contoh pola atau struktur pembelajaran siswa yang didesain, diterapkan, dan dievaluasi secara sistematis oleh guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pengertian lain model pembelajaran adalah suatu contoh bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir pembelajaran yang disajikan secara khas oleh guru dikelas. Memilih atau menentukan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kondisi Kompetensi Dasar (KD), tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran, sifat dari materi yang akan diajarkan, dantingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu, setiap model pembelajaran mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru. (https://ibnufajar75.wordpress.com/2014/05/31/model-model-pembelajaran-yang-sesuai-dengan-kurikulum2013). Diakses: 5-11-2016). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses, model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning). Untuk menentukan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Kesesuaian model pembelajaran dengan kompetensi sikap pada KI-1 dan KI-2 serta kompetensi pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan KD-3 dan/ atau KD-4. 2. Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik KD-1 (jika ada) dan KD-2 yang dapat mengembangkan kompetensi sikap, dan kesesuaian materi pembelajaran dengan tuntutan KD-3 dan KD-4 untuk memgembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan. 3. Penggunaan pendekatan saintifik yang mengembangkan pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba/mengumpulkan informasi (experimenting/ collecting information), mengasosiasi/menalar (assosiating), dan mengomunikasikan (communicating). Contoh kegiatan dalam model-model pembelajaran: (1) pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), (2) pembelajaran Discovery (Discovery Learning), (3) pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning), dan (4) pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning) yang dikaitkan dengan pendekatan saintifik (5M), dijelaskan sebagai berikut. 1.
Model Inquiry Learning Model pembelajaran Inkuiri biasanya lebih cocok digunakan pada pembelajaran matematika, tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan model tersebut asal sesuai dengan karakteristik KD atau materi pembelajarannya. Langkah-langkah dalam model inkuiri terdiri atas: 1. Observasi/Mengamati berbagi fenomena alam. Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik bagai-
Sufairoh, Pendekatan Saintifik & Model Pembelajaran K-13...
2.
3.
4.
5.
mana mengamati berbagai fakta atau fenomena dalam mata pelajaran tertentu. Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi. Tahapan ini melatih peserta didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan menanya baik terhadap guru, teman, atau melalui sumber yang lain. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahapan ini peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan, sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat memprediksi dugaan atau yang paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
Model Discovery Learning. 1. Stimulation (memberi stimulus). Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema yang akan dibahas, sehingga peserta didik mendapat pengalaman belajar mengamati pengetahuan konseptual melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar. 2. Problem Statement (mengidentifikasi masalah). Dari tahapan tersebut, peserta didik diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini peserta didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah.
123
3. Data Collecting (mengumpulkan data). Pada tahapan ini peserta didik diberikan pengalaman mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, jika satu alternatif mengalami kegagalan. 4. Data Processing (mengolah data). Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik untuk mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif. 5. Verification (memferifikasi). Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya kepada teman, berdiskkusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan. 6. Generalization (menyimpulkan). Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik. Project Based Learning Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahami pembelajaran
124
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
melalui investigasi, membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Langkah pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah awal agar peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada. 2. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan. 3. Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target. 4. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan. 5. Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber. 6. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain. Problem Based Learning Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar
melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya. Adapun langkah-langkah pembelajaran model Problem Based Learning adalah sebagai berikut: 1. Mengorientasi peserta didik pada masalah. Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran. 2. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran salah satu kegiatan agar peserta didik menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap masalah kajian. 3. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini peserta didik melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah yang dikaji. 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber. 5. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta didik mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi. PENUTUP Kesimpulan Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,dan peradaban dunia. Isu-isu penting yang menjadi dasar pertimbangan pemerintah untuk perubahan dan
Sufairoh, Pendekatan Saintifik & Model Pembelajaran K-13...
pengembangan Kurikulum 2013 adalah meliputi: tantangan internal, tantangan eksternal, kompetensi masa depan yang harus dimiliki lulusan, fenomena negatif yang mengemuka dalam sistem pendidikan, dan persepsi masyarakat yang masih melihat mutu pendidikan masih kurang baik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” Model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran inkuiri (Inquiry Based DAFTAR RUJUKAN Kemdikbud. 2016. Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud. Kemendikbud. 2012. Dokumen Kurikulum 2013 (Draf). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Joyce, Bruce; Weil, Marsha; dan Calhoun, Emily. 2009. Models of Teaching (model-model Pengajaran) Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sadiman, A.S; Rahardjo, R; Haryono, Anung; dan Rahardjito. 2010. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Reksoadmodjo, T.N. 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Bandung: Refika Aditama.
125
Learning), model pembelajaran discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning). Saran Kepada Guru, diharapkan dapat menerapkan pendekatan saintifik pada pelaksanaan kurikulum 2013 dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang akan diajarkan. Kepada Pihak Sekolah, diharapkan dapat menyiapkan sarana prasarana yang dibutuhkan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Kepada Orang Tua, diharapkan dapat memahami dan mampu menyiapkan serta memberi dukungan terhadap terlaksananya kurikulum 2013 bagi proses pembelajaran putra-putrinya di sekolah. Sudirman; Rusyan, A.T; dan Fathoni, T. 1989. Ilmu Pendidikaan. Bandung: Remaja Karya. Sukmadinata, Nana S. 1988. Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdikbud Dikti Projek Pengembangan LPTK. Pribadi, Benny A. 2011. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005. tentang: Standar Nasional Pendidikan Undang-Undang No. 20 tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional http://www.matematrick.com/2015/08/perbe daan-strategi-pendekatan-metode. html. Diakses 5-11-2016