SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 | PENGABDIAN
Pendampingan dalam Pendataan Bangunan di Kawasan Permukiman Tradisional 3-4 Ulu Palembang Tutur Lussetyowati(1), Meivirina Hanum(1), Ari Siswanto(1)
[email protected] (1)
Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya.
Abstrak Palembang dikenal sebagai kota tua yang memiliki sejarah panjang, yang secara fisik merupakan dataran rendah berawa dan memiliki banyak sungai, sehingga permukiman dulunya tumbuh dan berkembang di tepi sungai. Salah satu permukiman lama yang masih menunjukkan karakter sebagai permukiman tradisional adalah di Kelurahan 3-4 Ulu Kecamatan Seberang Ulu I Palembang. Di kawasan ini masih banyak peninggalan rumah lama yang terutama rumah limas dan rumah gudang. Bangunan rumah-rumah lama tersebut tersebut berkelompok, dan masih menunjukkan keasliannya. Pemetaan kawasan bersejarah merupakan hal yang penting sebagai bagian dalam upaya pelestarian kawasan permukiman lama. Kegiatan Pengabdian Kepada Msyarakat ini bertujuan untuk membuat identifikasi potensi dan kendala yang terdapat di lokasi pendampingan yang berkaitan dengan aspek pelestarian permukiman tradisional dan mendampingi masyarakat dalam pemetaan dan pendataan bangunan tradisional yang layak untuk dipertahankan. Metode yang digunakan adalah dengan survey partisipasi masyarakat, melalui pendampingan dari segi teknis pendataan. Khalayak sasaran yaitu masyarakat di Kelurahan 3-4 Ulu, terutama penghuni rumah tradisional yang masih layak untuk dilestarikan. Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah mendapatkan pemetaan bangunan rumah dan kawasan permukiman tradisional di Kelurahan 3-4 Ulu yang cukup akurat karena surveynya dengan melibatkan masyarakat setempat dan meningkatkan kepedulian masyarakat, terutama pemilik bangunan, untuk memelihara bangunan yang sudah termasuk bangunan yang layak dilestarikan. Kata-kunci : permukiman, pendampingan, pendataan, tradisional
Pendahuluan Palembang dikenal sebagai kota tua yang memiliki sejarah panjang sejak masa kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang, masa kolonial sampai saat ini. Sesuai dengan karakter dan kondisi Palembang yang merupakan dataran rendah, daerah berawa dan memiliki banyak sungai, maka permukiman masa lalu tumbuh dan berkembang di daerah rawa dan di tepi sungai. Kawasan kota lama Palembang berkembang pesat di tepi sungai Musi pada daerah Seberang Ilir dan Seberang Ulu. Salah satu permukiman lama yang masih menunjukkan karakter tradisional yang kuat adalah kawasan 3 / 4 Ulu Seberang Ulu I Palembang. Di kawasan ini masih banyak terdapat rumah tradisional dengan tipe rumah Limas, rumah Gudang dan rumah Panggung Cina. Semua tipe rumah tradisional tersebut adalah rumah panggung dari kayu. Pada umumnya, lokasi rumah tradisional tersebut berkelompok, walaupun demikian sedikit demi sedikit terjadi perubahan pada permukiman tradisional di wilayah ini. Rumah tradisional mulai digantikan dengan rumah-rumah masa kini, hal tersebut terjadi karena beberapa sebab diantaranya adalah karena rumah tradisional mengalami kerusakan karena kayu telah lapuk, rumah tradisional dijual dan banyak yang menganggap jika rumah tradisional sudah ketinggalan jaman. Salah satu wilayah yang banyak memiliki rumah Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 341
Pendampingan dalam Pendataan Bangunan di Kawasan Permukiman Tradisional 3-4 Ulu Palembang
tradisional dengan karakter permukiman daerah rawa adalah lorong Demang Jaya Laksana, Lorong Firma H. Akil dan lorong Al Hijriyah ke arah sungai Musi. Kawasan permukiman 3/4 Ulu adalah daerah yang didominasi rawa pasang surut oleh sebab itu sebagian besar permukiman adalah rumah panggung dari kayu. Permasalahan umum kawasan permukiman ini adalah sanitasi dan drainase yang kurang baik. Selain itu, sebagaimana umumnya permukiman di daerah rawa, aksesiblitas umumnya berupa jalan setapak karena kondisi berupa rawa, penataan permukiman tanpa memperhatikan garis sempadan bangunan serta pertumbuhan kawasan tanpa direncanakan. Dengan memperhatikan potensi dan permasalahan yang ada di kawasan permukim 3/4 Ulu, diharapkan kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat melalui Pendampingan Masyarakat dapat meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat diperkampungan tradisional untuk mengelola dan membangun perkampungan tradisional dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Lokasi yang dipilih untuk pengabdian masyarakat di kelurahan 3 / 4 Ulu adalah berada di lorong Demang Jaya Laksana, lorong Firma H. Akil dan lorong Al Hijriyah ke arah sungai Musi. Kawasan ini sebagian besar dihuni oleh masyarakat suku Palembang dan memiliki permukiman yang sebagian besar adalah rumah limas, rumah gudang dan rumah panggung. Upaya pelestarian kawasan permukiman tradisional di Kelurahan 3-4 Ulu merupakan bagian dari program Kota Pusaka Palembang. Kegiatan ini dimulai dari inventory, identifikasi dan pemetaan bangunan dan kawasan bersejarah. Proses tersebut akan berjalan dengan baik kalau melibatkan masyarakat setempat dan untuk Kelurahan 3-4 Ulu masyarakat yang berhubungan langsung dengan bangunan dalam hal ini adalah masyarakat penghuni yang memiliki bangunan rumah rumah lama di lokasi permukiman yang jadi sasaran pengabdian yaitu di Lorong Demang Jaya Laksana, Lorong Firma Haji Akil dan Lorong Hijriyah.
Lorong Firma Haji Akil Rumah Yu Ching
Lorong Demang Jaya Laksana
Gambar 1. Lokasi Pendataan di Kelurahan 3-4 Ulu Palembang
342 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Tutur Lussetyowati
Kegiatan Tahapan kegiatan Kegiatan pengabdian pada masyarakat yang berkaitan dengan pelestarian bangunan memerlukan tahapan-tahapan yang panjang. Kegiatan PPM di Kelurahan 3-4 Ulu ini sudah dilaksanakan selama 2 tahun dengan dana dari Universitas Sriwijaya. Pada tahun pertama kegiatan berupa sosialisasi untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga warisan terutama kepada pemilik bangunan yang dianggap layak untuk dilestarikan. Kegiatan sosialisais di Kelurahan 3-4 Ulu ini mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat. Pemilik bangunan heritage yang sebagian besar adalah penduduk asli juga menyambut baik upaya pelestarian tersebut. Pada tahun pertama ini juga dilakukan kegiatan survey awal dengan menyebarkan wawancara kepada pemilik bangunan dan pemahaman mengenai lingkungan kondisi permukiman tradisional di lingkungan sekitar masyarakat. Tahap ini dilakukan dengan pendekatan dan mengenal karakter dan lingkungan masyarakat Kelurahan 3-4 Ulu Palembang. Kegiatan ini dimulai dengan cara pengumpulan data kondisi lingkungan Kelurahan 3-4 Ulu Palembang kemudian dilanjutkan dengan analisis lingkungan. Pada tahun kedua, kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini menggunakan proses pendampingan masyarakat dalam survey kampung sendiri untuk mendapatlan pemetaan dan pendataan bangunan dan kawasan bersejarah di Kelurahan 3-4 Ulu. Kegiatan dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama berupa sosialisasi tentang pentingnya menjaga warisan terutama kepada pemilik bangunan yang dianggap layak untuk dilestarikan. Tahap kedua merupakan tahap pemetaan dan pendataan bangunan dan kawasan dengan berdasarkan standar identifikasi dari form pendataan yang digunakan diadopsi dari form yang digunakan pada ‘training for trainers workshop’ dengan tema “Caring Our Heritage Building : Revitalizing Indonesian Heritage District” yang dilaksanakan di Jakarta, 18 – 23 Januari 2016. Tahap ini meliputi penjelasan metode pendataan, pelatihan pengisian form pendataan dan pendampingan dalam proses pendataan. Hasil dari pendataan akan dipetakan bersama-sama dengan masyarakat.
Gambar 2. Kegiatan sosialisasi dan wawancara dengan pemilik bangunan Metode pengabdian dalam tahapan pendataan menggunakan metode survey, yang mempunyai pemahaman bahwa survey dilakukan dengan melakukan pendataan apa adanya keadaan di Kelurahan 3-4 Ulu dengan ditunjang oleh keterangan para pengguna/penghuni rumah yang di data. Formulir investigasi dan cek list survey kondisi bangunan terdiri dari : (1) Data Umum, yang terdiri dari keterangan nama bangunan, lokasi dan kepemilikan; (2) Data Arsitektur Bangunan, yang terdiri dari keterangan tentang sejarah pembangunan, fungsi, nilai penting, keutuhan bangunan/keaslian/perubahan bangunan, data gambar dan foto; (3) Kelengkapan Dokumen Bangunan, yang berisi keterangan tentang dokumentasi dan perencanaan bangunan; (4) Kondisi Bangunan dan Idenfikasi Kerusakan. Bagian ini melalukan pemeriksaan kondisi fisik dari bangunan, dari bagian atap, dinding luar dan dalam, keberadaan lingkungan sekitar bangunan (site) dan Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 343
Pendampingan dalam Pendataan Bangunan di Kawasan Permukiman Tradisional 3-4 Ulu Palembang
peralatan pendukung; dan (5) Catatan dan Rekomendasi yang berisi rekomendasi tim pendataan tentang keberadaan kondisi fisik bangunan dan rekomendasi rencana dan program selanjutnya. Hasil Pendataan Hasil pendataan dari kegiatan pendampingan pemetaan permukiman tradisional akan meliputi tiga lokasi yaitu Lorong Firma Haji Akil, Lorong Demang Jaya Laksana dan Rumah Yu Ching. Pendataan ini akan melihat kondisi rumah-rumah tradisional yang masih ada di kedua lokasi tersebut yang kemudian hasil pendataan tersebut dimasukkan dalam tabulasi format seperti pada gambar 1 di atas. Permukiman tradisional biasanya ditandai dengan adanya pengelompokan rumah-rumah tradisional yang mengelompok masih menempati tapak aslinya. Di Lorong Firma Haji Akil dan Lorong Demang Jaya Laksana kondisi tersebut masih dapat ditemukan. Pola permukiman belum banyak berubah dan rumah-rumah yang ada sudah berumur lebih dari 100 tahun. Bangunan heritage di Kelurahan 3-4 Ulu ini hampir semuanya berupa rumah Limas yang usianya lebih dari 100 tahun, bahkan ada yang sudah lima generasi. Pemilik bangunan adalah keluarga besar dan yang tinggal di rumah tersebut adalah anggota keluarga yang diberi tugas untuk memelihara rumah warisan. Beberapa bangunan rumah Limas ada yang sudah dibongkar dan dijual keluar dari kawasan tersebut. Ada juga yang dijual dalam bentuk elemen-elemen bangunan. Hal ini sangat disayangkan, karena makna warisan budaya akan berkurang bila bangunan tersebut dipindahkan. 1) Lorong Firma Haji Akil Pada kawasan Lorong Firma suasana permukiman tradisional lebih terasa karena rumah-rumah limas berkelompok dalam pola yang lebih jelas. Biasanya rumah-rumah tradisional pada awalnya dibangun secara berkelompok berdasarkan hubungan kekerabatan. Rumah-rumah tersebut dihubungan dengan adanya ruang terbuka sebagai space pengikat.
Gambar 3. Lokasi Lorong Firma Haji Akil Pola permukiman yang ada di Lorong Firma Haji Akil menunjukkan bentuk linear dan cluster (mengelompok) ( Lussetyowati, 2014). Pada pola linear, bangunan-bangunan menghadap ke jalan lingkungan yang membentang di depan rumah, Jalan-jalan lingkungan ini membentuk pola keterhubungan antara jalan darat (Jalan haji Azhari) dengan Sungai Musi. Sementara pola cluster terdapat pada beberapa rumah yang mengelompok dan diikat oleh sebuah ruang terbuka. 344 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Tutur Lussetyowati
Gambar 4. Rumah-rumah Limas di Lorong Firma Haji Akil Tabel 1. Sebagian Hasil Pendataan Bangunan Heritage di Lorong Firma Haji Akil Sumber : hasil pengolahan data lapangan dan wawancara No 1
Nama Bangunan Rumah H. Anang Jenis : Rumah Limas
2
Rumah Bapak Damiri Jenis : rumah limas
Keaslian Hampir keseluruhan bangian bangunan masih asli sosok : asli, tetapi memilik penambahan bentuk di bagian sisi kiri eksterior : asli, belum ada perubahan denah : asli, tetapi memilik penambahan ruang di bagian sisi kiri elemen dan material: asli, tetapi memiliki sedikit perubahan pada cat warna bangunan Hampir keseluruhan bangian bangunan masih asli sosok = asli, tetapi memilik penambahan bentuk di salah satu sisi bangunan eksterior = asli, terdapat sedikit perubahan di beberapa bagian denah = asli, tetapi memiliki penambahan ruang elemen dan material = asli, tetapi memiliki sedikit perubahan pada cat warna bangunan, dan rallingtangga depan.
Perubahan/penambahan Terdapat beberapa perubahan dan penambahan di beberapa bagian bangunan sosok : terdapat penambahan betuk di bagian sisi kiri, penambahan tersebut merupakan penambahan ruang kamar mandi eksterior : tidak ada perubahan denah : terdapat ruang kamar mandi di bagian sisi kiri belakang bangunan elemen dan material : terdapat perubahan / penambahan pada cat warna bangunan, bangunan di cat ulang menggunakan warna manggis (mengikuti warna sebelumnya) karena warna sebelumnya warnanya sedikit memudar Terdapat beberapa perubahan dan penambahan di beberapa bagian bangunan sosok = terdapat penambahan betuk di bagian sisi kiri, penambahan tersebut merupakan penambahan ruang kamar mandi eksterior = terdapat perubahan pada sisi bawah bangunan. denah = terdapat ruang kamar mandi di bagian sisi kiri belakang bangunan, dan perubahan ruang di bagian bawah bangunan, awalnya, fungsi dari bagian bawah bangunan merupakan gudang, kemudian di alih fungsikan menjadi ruang-ruang kamar, ruang keluarga, dll. elemen dan material = terdapat perubahan / penambahan pada cat warna bangunan, bangunan di cat ulang menggunakan cat kayu sesuai dengan warna asli dari bangunan sebelumnya, karena warna sebelumnya telah memudar, dan perubahan pada ralling tangga serta bagian depan bangunan. ralling tangga dan bagian depan bangunan di tutupi dengan fibber untuk menghalau anak kucing masuk ke dalam bangunan karena dasarnya pemilik bangunan takut akan anak kucing.
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 345
Pendampingan dalam Pendataan Bangunan di Kawasan Permukiman Tradisional 3-4 Ulu Palembang 3
Rumah Hj. Mursidah Jenis : rumah limas
Hampir keseluruhan bangian bangunan masih asli sosok = asli, belum terdapat penambahan bentuk pada bangunan eksterior = asli, terdapat sedikit perubahan di beberapa bagian denah = asli, tetapi memiliki penambahan ruang elemen dan material = asli, tetapi memiliki sedikit perubahan pada cat warna bangunan.
4
Rumah Haji Uti Jenis Rumah Gudang
Hampir keseluruhan bangian bangunan masih asli sosok = asli, tetapi terdapat perubahan bentuk pada bangunan eksterior = asli, terdapat sedikit perubahan di beberapa bagian denah = asli, tetapi memiliki penambahan ruang elemen dan material = asli, tetapi memiliki sedikit perubahan pada cat warna bangunan.
5
Rumah Bapak Ifan Jenis : Rumah Limas
Hampir keseluruhan bangian bangunan masih asli sosok = asli, tidak ada perubahan dari bentuk bangunan eksterior = asli, tedapat beberapa perubahan di bagian belakang bangunan denah = asli, tetapi memiliki penambahan ruang di bagian bawah bangunan (lantai 1), dan perubahan di bagian belakang bangunan elemen dan material = asli, terdapat beberapa penambahan dan pengurangan dari elemen dan material bangunan
346 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Terdapat beberapa perubahan dan penambahan di beberapa bagian bangunan sosok = tidak ada penambahan bentuk pada bangunan eksterior = terdapat perubahan pada cat eksterior bangunan, bangunan di cat ulang, akan tetapi mengikuti warna asli bangunan sebelumnya denah = terdapat perubahan ruang di bagian bawah bangunan, awalnya, fungsi dari bagian bawah bangunan merupakan tempat pembuatan serta gudang damar dan karet, kemudian di alih fungsikan menjadi ruangruang kamar. elemen dan material = terdapat perubahan / penambahan pada cat warna bangunan di bagian eksterior, bangunan di cat ulang menggunakan cat kayu sesuai dengan warna asli dari bangunan sebelumnya. pengurangan pada amben, dan penggantian genteng tanah liat, menjadi genteng keramik Terdapat beberapa perubahan dan penambahan di beberapa bagian bangunan sosok = terdapat perubahan bentuk pada bangunan di bagian jembatan penghubung antar bangunan ke-3 dan bangunan ini yakni dulunya jembatan tersebut bermaterial kayu, kemudian di ganti menjadi material batu. eksterior = terdapat perubahan pada cat eksterior bangunan, bangunan di cat ulang menjadi warna putihdimana cat awalnya merupakan cat perado. denah = terdapat perubahan denah di lantai 2 yakni, awalnya, ruang-ruang kamar di lantai 2 saling bersebrangan (2 sisi), akan tetapi di salah satu sisi di bongkar, sehingga sekarang hanya terdapat di satu sisi. elemen dan material = terdapat perubahan pada cat warna bangunan di bagian eksterior dan interior, bangunan di cat ulang menggunakan cat kayu berwarna putih dan dikombinasikan dengan warna merah. perubahan material pada dapur, dan kamar mandi, serta pergantian lantai karena sebelumnya, lantai rumah tersebut amblas (roboh) tetapi tetap menggunakan material yang sama (kayu unglen). dan pergantian genteng pada bangunan, yang bermula menggunakan genteng tanah liat sekarang menggunakan genteng keramik. Terdapat beberapa perubahan dan penambahan di beberapa bagian bangunan sosok = tidak terdapat perubahan dari bentuk bangunan eksterior = terdapat perubahan pada bagian belakang bangunan, dikarenakan pengalih fungsian ruang dapur menjadi mushola (wakaf) denah = terdapat penambahan ruang-ruang kamar, ruang keluarga, ruang tamu dll, pada lantai 1. dan perubahan (pengalih fungsian) ruang pada ruang dapur, dijadikan mushola (wakaf) dan kemudian dapur di pindahkan ke lantai 1. sekitar tahun 1940-an. elemen dan material = terdapat perubahan di bagian ukiran di bagian rumah limas (ukiran tengah ruangan). ukiran tersebut dijual kepada pihak tmii pada tahun 1974 / 1975, kemudian terdapat penambahan tiang (kolom) pada bagian bawah bangunan pada tahun 2010.
Tutur Lussetyowati
2) Lorong Demang Jaya Laksana Seperti halnya di Lorong Firma Haji Akil, permukiman tradisional di Lorong demang Jaya Laksana juga masih memperlihatkan bentuk aslinya. Bahkan menurut cerita pemilik bangunan, rumah Demang Jaya Laksana merupakan rumah tertua di kawasan tersebut. Rumah Limas milik Demang Jaya Laksana agak sedikit berbeda dengan rumah limas yang ada di kawasna tersebut. Perbedaan tersebut terletak pada tiang-tiang rumah yang relative pendek, bahkan hampir seperti bukan tipologi rumah panggung, sementara rumah limas lainnya biasanya merupakan rumah panggung dengan tiang-tiang rumah yang lebih tinggi.
Gambar 5. Lokasi Lorong Demang Jaya Laksana
Gambar 6. Rumah-rumah limas di Lorong Demang Jaya Laksana
3) Rumah Yu Ching Rumah Yu Ching ini merupakan rumah lama dengan gaya arsitektur China. Rumah ini terletak di tepi Sungai Musi dan menghadap kearah sungai. Rumah ini dulunya berada tepat di tepi sungai, terbukti dengan adanya sisa tangga raja yang berapa tepat di depan rumah. Tangga raja ini bias any digunakan untuk tempat turun dan naik ke prahu yang ada di sungai. Saat ini di depan rumah tersebut sudah ditimbun dan dijadikan ruang terbuka (plaza) yang seirng digunakan untuk acaraacara seremonial. Kondisi rumah Yu Ching sangat terpelihara, bahkan sampai ke ornamenProsiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 347
Pendampingan dalam Pendataan Bangunan di Kawasan Permukiman Tradisional 3-4 Ulu Palembang
ornamennya masih menunjukkan keasliannya. Rumah tersebut baik dari eksterior maupun interior masih terlihat gaya arsitektur China.
Gambar 7. Lokasi Rumah Yu Ching
Gambar 8. Kondisi Rumah Yu Ching
Refleksi 1) 2)
3)
4)
5)
Kegiatan pendataan yang juga melibatkan para pemilik dalam mengisi beberapa pertanyaan di formulir investigasi sedikit banyak mengajak penghuni/pemilik untuk peduli terhadap ‘warisan’ bangunan-bangunan tua. Kelurahan 3-4 Ulu merupakan salah satu contoh permukiman tradisional yang pola permukimannya masih menunjukkan pola permukiman tradisional tepian sungai. Selain itu masih banyak bangunan rumah tradisional yang masih terjaga keasliannya dan terawat dengan baik. Hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah memberi pemahaman yang lebih mendalam terhadap konservasi, baik dalam perawatan bangunan tua maupun pemanfaatan lebih lanjut dari bangunan tersebut. Salah satu cara untuk pelestarian adalah memanfaatkan kawasan ini sebagai salah satu tujuan wisata (Lussetyowati, 2015). Keberadaan rumah-rumah tradisional dan juga pola permukiman yang masih asli juga bisa menjadi pusat pembelajaran bagi masyarakat umum. Ada banyak potensi yang bisa dikembangkan tanpa harus merusak tatanan budaya dan tatanan fisik bangunan di kampung 34 Ulu. Salah satu yang sudah didiskusikan dengan penduduk setempat adalah konsep Community Base Tourism , dimana wisatawan tinggal di lokasi dan merasakan kehidupan sehari-hari bersama penduduk setempat. Saat ini keberadaan Rumah Limas mulai terancam ,karena banyak Rumah Limas yang dijual keluar dari lokasi tersebut. Bangunan rumah limas yang unik dan material kayu yang langka (memiliki dimensi yang besar dan bentang yang lebar) membuat rumah limas sangat menarik untuk diperjualbelikan. Sangat mendesak untuk dilakukan tindakan untuk melindungi bangunan heritage tersebut. Salah satunya adalah segera menetapkan kawasan tersebut sebagai kawasan cagar budaya. Dalam penetapan kawasan sebagai kawasan cagar budaya diperlukan pendataan yang lengkap, dan kegiatan PPM ini diharapkan bisa membantu dalam penyusunan pendataan dengan melibatkan masyarakat.
Daftar Pustaka Lussetyowati, T. (2008). Improving Urban Public Space in Historic Urban Area to Support Community and Tourism Activities involving Community Participation, Proceedings, International Conference Arte-Polis 2
Creative Communities and The Place Making of Place, Institut Teknologi Bandung.
Lussetyowati,T. (2014). Studi Perkembangan Permukiman Daerah Rawa Di Kota Palembang, Prosiding Seminar
Nasional Membangun Kota Berbasis Lokalitas, UNS Solo
Lussetyowati, T. (2015). Preservation and Conservation through Cultural Heritage Tourism. Case Study: Musi Riverside Palembang, Journal Procedia-Social and Behavioral Sciences, Vol 184, August 2014, p401-406
348 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017