PENDAHULUAN Latar Belakang Bekantan (Nasalis IsNatus Wunnb) adslah primata yang mortologi atau tampakao-luamya sangat khas dan mudah dikensli. Primsta dimorfisme seksual
ini memitiki rambut oranye serta hidung yang menyerupai lidahlumbilmentimun menjuntai (pada jantan) atau manc:ungllancip (pada betina). Oleh sebab ilu,
kalangan masyarakat di Kalimantan Selatan atau di Malaysia (Metayu) menyebutnya monyet-belanda, kera-belands, atau orang-belanda, sebutan yang
diambil dan kemiripannya dengan orang Belanda berhidung mancung yang
kulftnya terbakar oIeh sinar matahari. Nama lain yang dipergunakan untuk menyebutnya adalah kahsu (Kalimantan), bakars (bahasa Bakumpai), bekagan, bekareng, bengkara, bengkada (Dayak Ngaju, Kutai, Pasir, Ttdung), paikah (Dayak Manyan), pika, raseng (Dayak Laut), batangan (Pontianak), dan
proboscis monl<ey (Inggris). 8ekantan tennasuk dalam subfamili CoIobinae, famiti Cercopitheddae.
NalTllHlmiahnya sinonim dengan Ce!r;opIJi/eCuS Isrvstus van Wunnb, 1781; C. nask:a Lacepede, 1799; N. teCUIVUS VIgOrs dan Horsfield, 1828; N. I. otien/aIis
et al. 1985) atau Simia cap/stratus (CoIijn 2001). Menurut Supriatna dan WahYonO (2000), bekantan terdiri atas dUB subspesies yailu N. I. Isrvstus dan N. I. a_is. Keduanya befbeda warns rambot peds tangkuknya. Chasen 1940 (Forbes
N. I. larvatus memiliki tengkuk yang bergsris-gar1s sedangkan N. I. oIienfalis memiliki tengkuk poIos.
Sebegai primata endemik Borneo, bekantan digolongkan rentan menurut Buku Merah IUCN (Infema/ional UnIon for Conservation of NB/ute and Na/utal
Resoun:es Red IJsf) dan dimasUd
on
E_nge/8d Spacies of WItt Fauna and F/onI). _ kalangkaM
yang menunjuldcan
TradB in merupakan status
IntmnationBI
bahwa spesies mengaIami resiko kapunshsn
sangst tinggi di stam dengan kriteria 1) penurunan tahun atau 3 generasi, 2) Ius. daefBh _
lab"
dari 20% seIsrna 10
kurang dan 20.000
km'.
3)
populasinya kurang dari 10.000 individu dewasa dan 4) pelusng punah lebih dari
10% datam 100 tahun (Primack et al. 1998). Apendiks I CITES menunjukkan bshwa spesies primata ini telah terancam punah sehinggs perdagsngsnnya
hams diatur dengan stura" yang sangat ketat dan hanya dibenarkan untuk halhal khusus.
2 Oi Indonesia, bekantan telah ditindungi oIeh peraturan perundangundangan sejak jaman pemerintahan Hindia Belanda (metalui Pertindungan
Binatang liar No. 266 Tahun 1931). Status per1indungan primata ini diperkuat oIeh Pemenntah Republik Indonesia dengan Undang-lJndang No. 511990 lantang
Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya, Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 327/KpIsIUmI7I1972. 8K Menleri Kehulanan No. 301/Kp1&-IV1991 (10 Juni 1991). 8K Menteri Kehutanan No. 992/Kpts-IV1992 (08 September 1992). serta PP No. 7/1999 tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan 8atwa yang
DiHndungi. Oi Kalimantan Selatan, bekantan telah d;tetapkan sebagai fauna identitas (maskot) propinsi sejak tanggal 16 Januari 1990 berdasarxan Surat Keputusan (8K) Gubemur Kepata Daerah TIngkat I Kalimantan Selatan No. 29 Tahun 1990 tentang Penetapan Identitas Daerah Propinsi Tingkat I Kalimantan Selatan.
Penetapan tersebut disetujui oIeh DPRO Tingkat I Kalimantan Seiatan mefalui surat persetujuan No. 16111121DPRD tanggal 28 Maret 1990. Penetapan dan
persetujuan dilandasi dengan pertimbangan atau aJasan bahwa bekantan -pada waktu itu penekanannya adalah bekantan di Pulau Kagel- merupakan obyek
promosi Kalimantan Selatan dalam kepariwisataan internasional.
Akan tetapi, penetapan bekantan sebagai maskot provinsi ttdak diikuti dengan
langkah-tangkah
nyats
untuk
mempertahankan
identitas
atau
kebenggaan tersebut. Dalam kaiten dengan hal ini. teroapat tiga hal yang memprihatinkan dan sekaligus menarik untuk dicermaU.
Pertama. walaupun telah dilindungi peraturan perundang-undangan serta menjadi maskot propinsi, popuJasi bekantan menurun dati waktu ke waktu.
Memang populasi dan prosentase penurunan populasi bekantan tldak diketahui persis. tetapi penurunan dapat diketahui dart semakin tingglnya intensitas gangguan dan ancarnan terhadap habitat dan tentunya terhadap bekantan itu sendlri. Dan kasu&-kasus yang dikemukakan oIeh Soendjolo (2002). falrtor
penyebabnya secara umum adalah 1) pengonversian hutan mangrove secara legal
atau i5egal untuk
kawasan industri. pertambakan. dan prasarana
penambangan batubara (pelabuhan muat). 2) pengonversian hulan galam untuk persawahan atau pemanenan tak terkendali, 3) pencemaran dan perusakan
komponen habitat. 4) pemfragmentasian habitat. 5) pemburuan. dan 6) berkembangnya persepsi di kalangan masyarakat bahwa bekantan merupakan hama.
3 Kedua, di Kalimantan Salatao bekantan temyata tidak hanya dijumpai di huts" mangrove, huts" rawa gambut. dan huta" riparian (dekat pesisir atau
dipengaruhi pasang swut air laut) saja, tetapi juga dijumpai di hulan gaiam
Me/aJeuca CBjuputi. huta" karet Hevea brasiliensis, dan hutan sekunder di atas bukil kapur. Ekologi dan petilaku bekantan di tiga tipe hulan yang disebutkan pertama, sudah diteliti intensjf. Laporan penelitian yang ber1
bekantan di hutan mangrove antara lain adalah BIsmar1< (19868, 1986b, 1987a, 1987b, 1987c), Soendjato e/ aI. (19988, 199Bb); berkaitan dengan bekantan di hulan rawa gambut adalah Bisrn8l1< (1980, 1981), Bennett (19868, 1986b), Yeager (1989, 199Oa, 199Ob, 1991a, 1991b, 1992a, 1992b, 1993), Yeager dan Blondal (1992); serIa berkailan dengan bekantan di hutan riparian (pesisir) adalah Bennett dan Sebastian (1986), Salter dan Aken (1963), Salter e/ al. (1985), Boonratana (1994, 20008, 2000b). Sebeliknya, ekologi dan petilaku
bekantan di ketiga tipe huta" lainnya beJum diteliti mendalam. walaupun keberadaan bekantan di ketiga tipe huta" terakhir ini telah didokumentasikan
dalam Soendjoto (2004b) dan Soendjoto e/ al. (2001a, 2001 b, 2002). Ketiga. perhatian orang atau para paneliti lebih tertuju kapada bekantan
yang hKlup di hutan 8lami dan di dalam kawasan konservasi, sedangkan kepada bekantan yang menghuni hutan aIami dan tuar kawasan konservasi (misalnya,
hulan galam) atau yang dijurnpai di hutan lan8man alau kawasan budidaya (dalam hal ini, hutan karet), sangat kurang. Kondisi seperti ini menimbulkan dua dampak negatif. Pertama, program pelestarian bekantan belum mengenai sasaran.
Hal ini terjadi karena dana. waktu dan tenaga dari instansi
IJerweMnangiterkatt hanya eIi_kan pads kawasan konservasi yang populasi bekantannya pads
habitat,
~
saat ini pun teIah mengalami penurunan skiba! dan degradasi
sebagian besar popuIasi primata _but jus1ru
_bar
di
befbagai tipe hutan dan di Iuar kawasan konservasI; pada Tabel 1 dlsajikan Iokasi bekanIan dl luar kawasan konservasI. Kedua, _upan dan stabJ.
bekantan eli tipe-tipe hulan selain dan hutan mangrove, hutan raws gambut. dan hulan
f1>8rian
(pesisir), tidak d _ u i dan belum mendapal parllalian.
Akibatnya. maayarakal semakin tidak padui akan pale_mya. Ketidaktahuan dan ketidakpedulian masyarakal lerhadap bekantan terbukti dafi dua contoh berikul Huts" galam di Oesa Koanda, aotara Oesa
Tanggul Rejo dan Desa Beringin Kencana. antara Desa Barambai Kolam Oesa Antar
Kin dan
Jaya --&emua desa ini di dalam Yorilayah Kabupaten Balito Kuala-
4 merupakan hutan 8laml dan statusnya adalah kawasan budklaya. Hutan-hutan
ini dihuni oleh bakantan, tetapi keberadaan satwa
im memprihatinkan (~oto
ef a/. 2001b). Hutan galam di Desa Koanda dan antara Desa Tanggul Rejo dan Oesa Beringin Kencana sedang diubah menjadi persaw8han dan masyarakat tidak mengetahui status bekantan.
Tabe11. Persebaran bekantan di hutan atau habitat yang tidak tennasuk kawasan konservasi di Kahmantan Selatan .. No.
2
TI. . " " ' " h ......
M,,,,,,,,,,,
-, Rewa
Kabupllten
latah MaitifPaundangan Kec. Aluh-etuh: Oesa Muara Puduk
Barite Kuala
. Kotabaru
Pulau Anak Burung
Barita Kuala
Kec. Kuripan: Sungal Tabatan
lapin
Pulau Kadap, Hlbn/lahan d 58beIan kiri dan kanan jalan angkutan-balubara (sepanjang ±30 lorn) yang menghubungkan ruas jalen BanjafbaN-Rantau dengan Sungai Negara Desa Balimau. Danau Bangkau
Banjar
air
Hulu Sungai Selatan
3
Rawa galam
Banto Kuala
Kec. TabUnganen; huCan.mara Desa Tanggul Rejo dan Oesa Beringin Kencana; Kec. Tlimban: 0e5a Koanda; Kec. Mlnblhan: amr. Oesa BaI'8lTlbai Kolam Kin dan DeN Antaf
Tapin
Pulau Pioang, Sungai Plfing. Margasan
Barito Kuala
Kee. Anjir Muera: Pulau Bakut; Kec. Belawang: Simpang Papan. Desa Bambangin: Kec. Kuripan: antara Sungai Tab8tan dan 0 . . Jambu; Kec. Marabahan: antara Muara Pulau den
J,Y' 4
.....
T epi.&Jngai ( pesisir)
Tanah lalit 5
6
(pedalaman)
......ru lapin T_",
Hutan karet
Tabalong
Tepi sungai
Desa Palingkau Sungai Kintap, Sungai Asafn..8$a1Tl Sungai Satui, Sungei Kusan Sungai Tapin Kec. Jaro: HWln Undung Batu Kumpei
Kec. Muara U~: Oesa Simpang Layung, Desa Uwie, Oesa Bi,.IIi, Oese SaIIkulIg, Oesa Pas. Batu, Oesa Mangkupum; Kec_ Upau: Oesa Kaong, 0eI8 Bias; Kec. Haruai: Oesa Batu PulI.f; Kec. lNlIng Pudilk: 0eI8 Jaing HiIir. Kec. Tama: Oesa
T_
.oj St.mber: SoencIjoto (2002)
Sementara itu, kasus yang terjadi di hutan galam anlara Desa Barambai KoIam Kiri dan Deaa Antar Jaya _ a . Masyarakat lidak mengetahui - . .
bekantan dan sabagian dan mereka bahkan manganggap bekanfan sabagai hama. Pada
saat yang
sarna, masyarakat juga memanen hutan gaIam dan
mengandalkannya sebagai ....-- mata pencaharlan. Kayu galam tidal< hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar di perciesaan, tetapi juga dijual daIam benluk
log alau balang. Batang-batang galam merupakan bahan fondasi konslrUksi bangunan (baik ber.ltruktur kayu rnaupun
berstru_ beton)
di Iahan
raws dan
bahan penyangga dalam pengecoran beton. Pasar potensial pe
5 Contoh kasus lainnya adalah di hutan karel. Dalsm rencana tata ruang pads umumnya, status huta" karet &dalah kawasan budktaya. Oi Kabupaten Tabalong, yang jaraknya 250-300 krn dari pantai Laut Jawa, karet berperan penting bagi kehidupan sebagian besar masyarakat. Dan luas kabupaten
(394.600 hal ini, 48.542 ha adalah pe<1<ebunan yang diusahakan oleh rakyat dan 40.621 ha di antaranya adalah pe<1<ebunan karet (KIPPK Tabalong 2003).
Perkebunan karet merupakan mata pencaharian bagi hampir 20% dali penduduk Kabupaten Tabalong, yang menurut catalan K1PPK Tabalong (2003) berjumlah
174.470 orang. Walaupun di huta" karet ini serlng dijumpai bekanten, masyarakat tidak mengetahui status primata ini. Sebagian masyarakat bahkan menganggap bekantan sebagai hama terhadap tanaman kare\. Pada leasu. lain, masyarakat
tertentu
memburu
bekantan
dan
mengonsurnsi
dagingnya
(Soendjoto 2004a, 2004b). Tenlapat dua istilah yang perlu diperjelas, yaitu hutan karet dan kebun
karet. Kedua istilah ini merujuk pads obyek yang sarna, yaitu lahan yang didominasi oleh tumbuhan atau tanaman karat. Oi kalangan masyarakat. kedua istilah ini tidak berbeda. Namun. berdasarkan pacta kondisi fisiknya, huta" karet berbeda dengan kebu" karet. Pads huta" karet, karat dan spesies tumbuhan lain dibiarkan hidup. Oleh sebab itu, vegetasi hutan tampak helerogen (tidak monokultur). Karet dapat berasal dali blbit kampUng atau bibit unggul. Sibil kampung merupakan sebulan untuk blbit karat yang berasal dari blji dan tumbuh di Iantai hutan, sedengkan bibK unggul merupakan sebutan untuk bibK yang berasal dali penyambungan (oI
perusahaan dan dengan keunggulan tertentu. Kelas umur karet bervariasi mulai dari 0 tahun hingga diperkirakan lebih dari 40 tahun. Per1draan dibuat
_asar1
yang dibiaJ1
hidup, misalnya pohon
DurIo kulBjensls, cempedak AItocarpus sp.,
tarap
Ficus sp.), penghasil kayu (sungkai Peronema canescens), liana (rotan), dan
bahkan semak sekali pun. Kebun karet merupakan istilah un\uk dua obyek. Pertama, istilah yang ber1<embang di kalangan masyarakal setempal terIIac:Iap hutan karel, seperli
yang telah dijetaskan di atas. Kedua adaIah istilah untuk lahan yang ditanami karet (terutama bibit unggul) dan secara fisik vegetasi di lahan tersebut retatif
6 homogen (monoIrultu". Tanaman karetnya tergoIong seumur dan tidak ada
tumbuhan lain yang dibiarkan hidup, kecuali rerumputan.
Pendekatan Masalah dan Hipobtsis Dan tiga tipe habitat yang balum ditellti mendalam, hulan karel dipilih sebagai tapak peneIiIian dalam kaitannya dengan adaptasi bekantan (Gambar 1). Hipolesis penelitian adaIah bahwa
-..man mengadaptaSi hulan
kareI melalui
pembelajaran dan perilaku.
Tujuan Penelltian
Penelitian berlujuan un10k mengungicap banWk adaplasi bekan1an di hulan karet. Lokasi penelitian
secara umum adalah KabupaIen Tabaklng dan
Iokasi un1uk memperoIeh data yang lebih detail adalah hulan karet Desa Simpung Layung, Kecamatan Muara Uya. Bentuk adaptasi tersebut diungkap
melalui rangkaian peneJitian yang pendekatannya pada: 1) persebaran populasi bekantan.
2) hubungan kehadiran bekantal
5) sumber pakan dan kandungan nutrisinya, 6) populasi bekan1an serta pols pangandilan ruang dan . . . . - pakan dangan spasias simpa1rik, 7) komunikasi voka! (tipe fonetik dan konteks perilakunya).
Diagram pengungkapan metalui rangkaian peneIitian ~ peds Gambar 2.
Ma"- Penetitlan
Penelilian ini bermanfaal un1Uk mempefIuas Id1azanah Imu _taliuan.
dan mengambangkan infonnasi lImiah tentang eI
1) lembaga pendidikan (sepertl Fakultas _ , Universitas Lambung Mangkurat) dalam rangka pengambangan mateI1 pendidikan konservasi dan
kemungkinan pembangunan stasiun penelitian.
7
Bekantan
Dalam1uar
kawasan konservasi Budidaya
Alami
Penelitian:
• Ekologi (habitat sumber pakan, hubungan dengan spesies lain. keterlibatan manusia) • Perilaku (aktivitas harian. sosial. antipredator) • Status (populasi, kawasan)
Kelestatian Gambar 1. Diagram alir pendekatan masalah
2) Departemen Kehutanan (khususnya Di_oral Jenderal Perlindungan Hutan
dan Konservasi Alam serta BalBi Konservasi Swnberdaya Alam Kalimantan Selatan) daiam rangka pangembangan _ram konservasi satwa langka di
luar kawasan konservasi. serta 3) Pemerin1ah Kabupaten Tabalong dalam rangka a) pamantapan daIaiI lata
ruang wtlayah, b) peninglcatan pendapatan masyarakat
atau pendapatan asli
daerah melalui pendayagunaan kawasan budidaya untuk obyek ekoturisme, serta c) paningkatan kepadulian masyarakalterlladap bekantan.
8
• Jumlah Iokasi
p-
• Tipalstatus habitat • 5ejak kaOen?
. . . . . . .0
Hubungan dengan perairan
• Jarak • Kondisi air
......
~
kebeftlasilan
• Komposisi dan slruktur • Per1akuan
adaptasi
masy.akal:
-
• Pefpindahen • Menetap (makan,
........
h M&n
bermain,
menvelisik)
-"" Ujilanalisis:
• Stetistlk
·
• Pembandingan • i
• Jerris pakan • Jumlah pakan • Kandungan nutrisi
----
• Rasia kea.nin;
• AndII ruang &
• npe fone(i1l. • Kooteks perilaku
- . . 2. Diagram alir pemecahan masalah
LoI!asI Penelltlan Kabupaten T....1ong Tabalong merupakan salah satu kabupaten dan 13 kabupatenlkota di
Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten im terIetak paling utara di provlnsi
tersel>ut dan secara astronomis berada antara 1°18'.2"25' LS den 115"9'·115"47'
BT. Wilayahnya berbatasan dengan (Lampiran 1): 1) Provinsi Kalimantan Timur di sebelah utara, 2) Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Batangan di selatan,
9 3) Provinsi Kalimantan Tengah di barat. dan 4) Provinsi Kalimantan Tunur di timur. Kabupaten Tabalong dibentuk berdasarkan UU No. 6 Tahun 1965 dan diresmlkan pada tangsal 1 ~ 1965. Secara administrast. kabupaten
terdiri atas 11 kecamatan atau 131 desalkelurahan. Kesebelas kecamatan itu adalah Jam, MU8IlI Uya, Haruai. Upau. Murung Pudak, Tanjung, Tanta. Kelua, Pugaan. Muara Harus. dan 8enua Lawas. Luas W11ayah kabupaten yang berlbukota di Tarjung ini adalah 394.600 ha. Morfologi wilayahnya didomlnasi oIeh dalaran (41,34%) dan pagunungan (29,79%), sedangkan sisanya berupa daralan aluvial dan bukit. Kabupaten Tabalong berada di Daerah Aliran Sungai Tabalong. Sungai Taba~ng
yang merupakan sungai utama, bermuara di Sungai Negara, salah
satu snak Sungai Barito. Sungai Tabalong merupakan gabungan dan Sungai
Tabalong Kiwa yang mengal~ ell beIahan bora! wilayah kabupaten dan Sungai Tabalong Kanan yang mengalir di belahan timur. Sungai TabakJng Kiwa
menampung air Sungai Kumap, Tutui, dan Missim, sedangkan Sungai Tabalong Kanan menampung air Sungai Ayu. Uwi. Mangkupum, dan Uya (Lumbang). $eteiah pertemuan Sungai Tabalong Kanan dan Sungai Tabalong Kiwa. Sungai Tabalong dimuarai oIeh Sungai Jaing dan Mangkusip. Hulan Karat Desa Simpung Layung
Penefdian lebih mendalam dilBkui
Uya.
Dalam Rencana 51raIegik Kabupa!en Tabalong Tehun 2001-2005,
Kecamelan Muara Uya merupeken pusat wilayah ulara
dengan orientaSI
pada
parkebunan,
~ngan
per1anian,
pembengunan
tanaman
pangan,
petemakan, pertkanen, _ , 1rIInSmigrasi, dan wisata. Wilayah kecamatan ini ter1uas dlbandingkan dengan seputuh wilayah kecamatan lainnya. Luasnya 92.416 ha atau 23,42% dart Iuas seiuruh kab~n (Bappeda dan BPS Tabalong 2002).
Desa Simpung Layung merupakan saleh satu dan 17 desa di Kecamalan Musra Uya. Wilayah desa yang luasnya 2.550 ha ini berbalasan dengan 1) Desa Muara Uya di sebelah ulara, 2) Oesa Pelapi di selatan,
3) Oesa Uwi di barat. dan
10 4) Desa Kampung Baru di tmur.
Hutan karet itu sendiri merupakan sebagian saja dan hutsn karet yang lebih luss. AreaInya dibatasi oIeh (Lampiran 2): 1) Jalan Bangkar dl sebelah utara. 2) Jalan Pelapi di selatan. 3) jalan ~I Tanjung - Pasar Batu - Simpung Layung - Muara Uya di barat. dan 4) Jalan Trans Kalimantan (Banjarmasin - Balikpapan) di timur. Berdasar1
utara ke selatan). yaitu
1) Hutan Mabai (batas utaranya adaIah Jalan Bangkar dan batao selatan adaIah jalan lanah Simpung - Ojik) seluas 378.59 ha. 2) Hutan Simpung (batas
utara adaIah jalan lanah Simpung - Ojik dan batas
selatan ~ah Sungai Pelapt) seluas 481.91 ha. 3) Hutan Petapi (batao utara adalah Sungai Pelapi dan batas selalan adalah Jalan Petapi) seIuas 426.05 ha.
• ••