ISSN : 2087-0795
PENDAHULUAN
Dalam aktivitas mengolah bahan-
Dalam penciptaan sebuah kar-
bahan mentah yang ada di se-
ya seorang perupa atau seniman
kitarnya dalam bentuk peristiwa dan
sedikit
pengalaman itulah seorang seniman
banyak
dipengaruhi
oleh
kondisi yang ada di sekelilingnya.
berusaha
Vol. 5, No. 2, Desember 2013
menampilkan kekhasan 27
ISSN : 2087-0795
responnya, yang biasanya berbeda
Kejahatan cenderung dijauhi
dan unik. Kecenderungan dari ak-
karena dianggap berseberangan de-
tivitas mental tertentu dalam me-
ngan kebaikan. Orang menekankan
respon suatu peristiwa dan penga-
bahwa kebaikan adalah lawan dari
laman bagi seorang perupa atau
kejahatan, karena itu anjurkan untuk
seniman akan mempengaruhi ragam
menjauh dari segala yang jahat dan
bentuk dan isi dari karya-karyanya.
mendekat pada yang baik. Dogma-
Dan aktivitas mental tersebut ber-
tisme dalam ilmu pengetahuan dan
langsung bersamaan dengan per-
agama yang cenderung dikotomis
siapan-persiapan teknis seperti me-
menjauhkan orang dari pengertian
milih material dan mengolahnya.
bahwa
Mereka mengolah apa yang ada di
kebaikan, bisa dihayati dengan lebih
sekelilingnya dalam keadaan batin
baik untuk tidak membiarkan ke-
tertentu, lalu mengekspresikan apa
sadaran terlepas dari keduanya.
yang paling dihayati jiwanya dalam
Kesadaran
bentuk
Tolstoi
mental yang menyeluruh. Karena itu,
(dalam Sumardjo, 2000: 62) meng-
ketika kita menyadari kebaikan dan
katakan bahwa seni adalah ung-
keindahan, kita sebaiknya menyada-
kapan
yang
ri pula antitesisnya: kejahatan dan
disampaikan kepada orang lain agar
kejelekan. Keadaan mental yang
mereka dapat ikut merasakan apa
tidak siap menerima sesuatu yang
yang dirasakannya. Melalui seni,
baru dan asing akan selalu berada
seniman
karya
seni.
perasaan
Leo
seniman
kejahatan
seperti
merupakan
halnya
aktivitas
memberi,
menyalurkan,
dalam wilayah kegelapan. Namun,
memindahkan
perasaannya
karena kita diajarkan pula bahwa
kepada orang lain sehingga orang
kegelapan dan gelap adalah tidak
itu merasakan apa yang dirasakan-
baik, maka sudah sewajarnya hal itu
nya. Lebih dari itu, orang dapat
dimengerti dengan bantuan penge-
menerima perasaan seniman de-
tahuan, bukan dijauhi.
dan
ngan kondisi yang sama. Ketika
Pemahaman saya terbatas sa-
saya mengambil tema kejahatan
at harus berhadapan dengan peris-
dalam penciptaan karya, saya tidak
tiwa kejahatan yang saya temui
berangkat dari ruang kosong. Saya
sehari-hari. Ketika saya membaca
melihat kejahatan merupakan se-
sebuah berita kriminal mengenai
suatu yang kompleks dan penting.
seorang ayah yang tega memper-
28
Vol. 5, No. 2, Desember 2013
ISSN : 2087-0795
kosa anaknya sendiri, atau perang-
Pertama, bagaimana menampilkan
perang yang menjadikan perempuan
kembali impresi dan emosi beserta
dan
seluruh
anak-anak sebagai sasaran
kandungan
pemahaman
tembak. Bagaimana manusia bisa
estetik saya terhadap suatu pe-
dan mampu melukai bahkan mem-
ristiwa kejahatan dalam bentuk kar-
bunuh sesamanya, dan bagaimana
ya seni, dan ke dua, bagaimana
seorang tentara yang memiliki ibu
kejahatan yang ditampilkan kembali
dan saudara perempuan, memiliki
dalam bentuk simbol-simbol dalam
istri dan anak, itu tega memperkosa
karya seni dapat membuat pemirsa
dan
dan
lebih memahami bahwa kejahatan
anak-anak? Pertanyaan-pertanyaan
ada di sekeliling mereka, sama
yang hingga kini belum bisa saya
halnya dengan kebaikan dan ke-
pahami. Sekalipun coba menempat-
indahan.
membunuh perempuan
kan diri saya pada posisi mereka dalam imajinasi, tetapi tetap saja
PEMBAHASAN
sulit bagi saya untuk memahami.
A. Ide Dasar Penciptaan
Apa kita seharusnya mengabaikan semua
itu
seperti
kita
dan
memandangnya
memandang
seekor
Kebiasaan suatu masyarakat untuk terus menerus berusaha menjauhkan
kejahatan
dari
dirinya
singa yang menerkam rusa dan
selama ini banyak dilakukan dengan
memakannya? Namun saat meman-
cara menyingkirkan kejahatan se-
dang
penuhnya
sebuah
kejahatan
dengan
dari
benak
mereka.
acuh tak acuh, apa pun kejahatan
Masyarakat lebih senang mengang-
itu, tepat pada saat itulah kejahatan
gap bahwa suatu kejahatan harus
menjadi banal atau dangkal. Subyek
dihindari karena sebuah masyarakat
kejahatan, pelaku maupun korban,
yang baik haruslah masyarakat yang
dikesampingkan
kepedulian
terbebas dari segala bentuk ke-
mendasar kemanusiaan, dan se-
jahatan. Saya menganggapnya se-
kedar dilihat secara kuantitatif dalam
bagai sebuah pandangan yang naïf
wujud angka atau jumlah belaka,
dan
baik dari sisi pelaku maupun korban.
karena bagi saya masyarakat yang
dari
Berdasarkan uraian latar be-
acuh
apriori
tak
terhadap
acuh
kejahatan,
adalah
sumber
lakang tersebut di atas, maka dapat
kejahatan itu sendiri. Ironis, karena
disusun dua rumusan ide penciptaan
faktanya di dalam masyarakat yang
Vol. 5, No. 2, Desember 2013
29
ISSN : 2087-0795
di permukaan mencintai kebaikan
banalitas kejahatan relevan untuk di-
dan keindahan ini, ternyata juga
aplikasikan ke dalam beragam ben-
sangat gemar dengan berbagai ben-
tuk kejahatan tradisional maupun
tuk hiburan yang dikemas dalam
kontemporer.
rupa kekerasan dan kejahatan.
Istilah
banalitas
kejahatan
Maka di tengah kesadaran
pertama kali digunakan di dalam
masyarakat yang acuh tak acuh dan
reportasenya pada pengadilan salah
selalu menganggap remeh sebuah
seorang mantan Nazi-Jerman ber-
kejahatan itulah saya semakin ter-
nama Adolf Eichmann di Jerusalem
dorong untuk menghadirkan berba-
pada
gai imaji kejahatan, brutalitas, dan
Melalui penggalian berbagai sumber
kekerasan di tengah-tengah mereka
sebelum pengadilan di gelar, masa
dalam bentuk karya seni. Selain itu,
pengadilan berlangsung, serta pe-
ide untuk mengangkat kejahatan ke
nelusuran lebih lanjut seluruh proses
dalam karya juga tidak terlepas pada
yang berlangsung pasca-pengadilan,
kenyataan bahwa di luar segala ben-
Arendt menarik kesimpulan bahwa di
tuk keindahan dan kebaikan yang
bawah rezim tertentu, tindak ke-
diterima dengan terbuka, kejahatan
jahatan dapat dipandang sebagai
terjadi dan berlangsung di luar ke-
keniscayaan (Arendt: 2012). Arendt
sadaran yang serba terang ben-
(2012: 37) dalam bukunya meng-
derang itu. Korban-korban terus ber-
katakan:
jatuhan. B.Kajian Sumber Teori 1. Hannah Arendt Hannah Arendt merupakan salah seorang filosof politik perempuan terkemuka abad ke-20. Dia yang mengangkat dan memasukkan untuk pertama kalinya kata „banal‟ ke
terminologi
tahun
1961.
Mereka yang menasehati Eichmann bahwa ia bisa bertindak lain, tidak tahu atau lupa bagaimana hal-hal semacam itu dulu terjadi. Eichmann tidak ingin menjadi salah satu dari mereka yang sekarang berpurapura “selalu menentangnya,” padahal mereka sebenarnya sangat ingin atau patuh untuk melakukan apa yang diperintahkan terhadap mereka.
Namun Hannah Arendt tidak
kejahatan.
mengkhususnya kategori kejahatan
Namun, meskipun sorotan utama
tertentu pada suatu bentuk rezim
Hannah
pada
pemerintahan tertentu seperti to-
kejahatan politik, tesisnya mengenai
talitarianisme, yang berlangsung pa-
30
dalam
pertengahan
Arendt
terutama
Vol. 5, No. 2, Desember 2013
ISSN : 2087-0795
da masa hidupnya. Dia mengidentifikasi pula tendensi-tendensi totaliter dalam masyarakat modern dan
tatanan
demokrasi
liberal
(Sudibyo, 2012: 12). 2. Amartya Sen Bila Hannah Arendt memperhatikan kondisi-kondisi sosial-politik pada era totalitarianisme, Amartya Sen memperhatikan tendensi-tendensi kejahatan dan kekerasan pada era kontemporer. Dalam bukunya Kekerasan Dan Ilusi Tentang Identitas (2007), Amartya Sen menemu-
menjadi sumber kesejahteraan dan kehangatan sebagaimana juga biang kekerasan dan teror, karena itu tidaklah masuk akal menganggap secara pukul-rata bahwa identitas itu buruk. Sebaliknya, kita mesti mendayagunakan pemahaman bahwa kekuatan suatu identitas agresif dilawan oleh daya identitas yang kompetitif atau saling bersaing. Seorang buruh Hutu asal Kigali barangkali mengalami tekanan untuk memandang dirinya semata-mata sebagai seorang Hutu dan didorong untuk membunuhi orang-orang Tutsi, padahal dia tidak semata-mata seorang Hutu melainkan pula orang Kigali, orang Rwanda, orang Afrika, seorang buruh, dan bagian dari umat manusia. (Sen, 2007: 7)
kan identitas selama ini telah di-
Dengan demikian, kejahatan
salah-pahami sebagai sesuatu yang
tidak pernah bergerak hanya dari
utuh dan statis. Dalam pemahaman
satu
mengenai identitas semacam itu,
pemerintahan tertentu tidak dapat
maka kemudian timbul identifikasi-
dengan sendirinya mendorong dan
identifikasi pada bentuk-bentuk iden-
melakukan kejahatan tertentu pada
titas tunggal tertentu, seperti: aga-
warga negaranya, tanpa keterlibatan
ma, ras, suku, dan ideologi. Namun
aktif maupun pasif dari warga ne-
bagi Amartya Sen kemudian hal itu
gara. Demikian pula warga negara
menjadi ironis karena penekanan
tidak dapat melakukan kejahatan bi-
pada identitas tunggal semacam itu
la pemerintah lebih memperhatikan
diamini oleh para ahli dalam agenda-
peroalan kejahatan.
agenda Suatu
dialog cara
atau
searah.
Rezim
“antar-peradaban”. pandang
dikotomis
antara barat-timur, kiri-kanan, islamkristen,
sisi
yang
menurutnya
C. Landasan Penciptaan 1. Imaji
ber-
Bentuk-bentuk imaji ditentu-
bahaya. Sen (2007: 7) dalam buku-
kan oleh proses mental yang ber-
nya mengatakan:
langsung dalam diri seseorang seca-
Untuk satu hal, identitas dapat
ra personal dan unik. Namun de-
Vol. 5, No. 2, Desember 2013
31
ISSN : 2087-0795
mikian, bagaimana proses mental
beri dan mengajarkan apa pun. Jean
berjalan mungkin terdapat persama-
-Paul Sartre memberi contoh bahwa
an-persamaan tertentu yang identik,
ketika kita sedang membentuk imaji
meskipun tidak pernah benar-benar
tentang
sama. Dalam pengertian yang lebih
berarti kita sedang menyesuaikan
sempit
diri dengan sikap seorang pembaca
imaji
ialah
citra
atau
halaman
melihat
sebuah
penampakan sekilas. Menurut Jean-
yang
pada
Paul Sartre (2000: 5) imaji diklasifi-
laman yang tercetak di sana.
buku
halaman-ha-
kasikan ke dalam dua karakteristik 2. Bentuk
sebagai berikut:
Dalam Kamus Besar Bahasa
a. Imaji adalah Kesadaran Kita yakin tanpa pikir panjang lagi
bahwa
imaji
ada
dalam
kesadaran dan obyek dari imaji ada dalam imaji itu sendiri. Kita membayangkan kesadaran sebagai sebuah tempat yang dihuni oleh kesamaan-kesamaan yang merupakan imaji-imaji. Dengan demikian, kata imaji hanya menunjukkan hubungan kesadaran dengan obyek; dengan perkataan lain, imaji berarti cara di mana obyek menampakkan dirinya dalam kesadaran, atau suatu cara di mana kesadaran menghadirkan ob-
Indonesia, yang dimaksud dengan “bentuk” adalah wujud, gambaran, bangun
atau
rupa,
sedangkan
“membentuk menunjuk pada kegiatan menjadikan sesuatu terwujud, tampak, atau tergambarkan. Dengan pengertian tersebut diperoleh pengertian-pengertian selanjutnya yaitu “bentukan” yang menunjukkan hasil dari kegiatan membentuk, “pembentuk” yang berarti mengacu pada subyek pelaku atau melakukan, dan “pembentukan” menunjukkan pada proses perbuatan terjadinya bentuk atau cara membentuk (KBBI, 1999:
jek bagi kesadaran itu sendiri.
119). Berdasarkan pengertian di b.Fenomena Pengamatan Pura-Pura Sebuah sikap yang dilakukan terhadap objek imaji atau disebut “observasi pura-pura (quasi observation)”. Sikap kita memang merupakan suatu observasi, namun sebagai sebuah observasi yang tidak mem-
32
atas, maka yang dimaksud dengan bentuk seni rupa yaitu wujud atau gambaran
dalam
karya
seni.
Pengertian tersebut masih terlalu luas
sehingga
pengertian
seni
perlu rupa
dijelaskan sehingga
menjadi jelas yang dimaksud bentuk
Vol. 5, No. 2, Desember 2013
ISSN : 2087-0795
dalam seni rupa. Istilah art dalam
terkait pada hakikat bentuk-bentuk
bahasa Inggris umumnya dikaitkan
yang ada di alam dan merupakan
dengan bagian seni atau visual (seni
tiruannya.
rupa) saja; tetapi semestinya di
Sedangkan yang dimaksud
dalamnya termasuk seni sastra dan
dengan bentuk absolut adalah suatu
seni musik (Read, 2000: 1).
bentuk atau suatu abstraksi yang
Sebelum masuk lebih dalam
terdiri dari garis-garis lurus dan
ke persoalan bentuk perlu peng-
lengkung, dan bidang-bidang atau
golongan-penggolongan dalam seni
bentuk-bentuk tiga dimensional yang
rupa sebagai penjelasan lebih lanjut
dihasilkan dari bentuk-bentuk yang
karena perbedaan sifat dan medium
ada di alam dengan perantaraan
pembentuknya. Berdasarkan fungsi-
mesin bubut, penggaris, dan siku-
nya, seni rupa kerap dibagi ke dalam
siku (Read, 2000: 27). Penjelasan
dua golongan yaitu seni murni (fine
Plato menunjukkan kualitas bentuk
art) dan seni terapan (applied art).
yang bersifat relatif yakni peniruan
Istilah fine art(seni murni) diberikan
dari bentuk-bentuk yang terdapat di
untuk penggolongan bagi karya seni
alam dan bentuk absolut adalah
yang
bentuk-bentuk
lebih
mengutamakan
segi
abstraksi
berupa
“keindahan” daripada kegunaannya
garis atau bidang. Selanjutnya ber-
(utilitas). Sedangkan applied art di-
dasarkan atas berbagai pengertian
pakai untuk menunjukkan unsur seni
bentuk
yang pertimbangan fungsi dan ke-
bentuk-bentuk yang dicapai oleh
gunaannya lebih dominan. Dalam
hasil-hasil seni lukis menjadi dua
seni pakai ini unsur desain me-
macam, yaitu bentuk yang arsitek-
megang
tural atau arsitektonik, dan bentuk
peranan
penting
dalam
ini
kita
proses penciptaannya. Penjelasan
simbolik,
abstrak
lebih jauh mengenai bentuk dalam
(Read, 2000: 27).
dapat
atau
membagi
absolut
seni rupa (seni lukis), dikemukakan oleh Read yang mengutip kata-kata
C. Metode Dasar Penciptaan
Plato, yang membedakannya antara
1, Ide Penciptaan
bentuk yang relatif dan yang absolut.
Saya memilih banalitas ke-
Yang dimaksud Plato dengan bentuk
jahatan sebagai ide dasar pencip-
yang relatif adalah perwujudan per-
taan karena melihat bahwa ke-
bandingan maupun keindahannya
jahatan telah menjadi bagian yang
Vol. 5, No. 2, Desember 2013
33
ISSN : 2087-0795
tidak terpisahkan dari kehidupan
karya-karya saya.
sehari-hari. Kejahatan telah menjadi subyek dari banyak kisah dan cerita
2. Teknik
kehidupan,
non-fiksi
Teknik merupakan satu hal yang
kemudian
mendasar yang harus dimiliki setiap
kejahatan lebih sering dilupakan dan
perupa atau seniman dalam proses
tidak jarang ketika kejahatan itu
pembuatan
muncul, orang-orang dan masyara-
yang memadai dalam pem-buatan
kat menyingkirkannya begitu saja
karya, maka karya tersebut akan
tanpa
terlihat dangkal dan tidak matang.
maupun
baik
fiksi.
yang
Namun
perenungan
lebih
jauh.
karya.
Teknik
kerap diulang bahwa sebuah ke-
sejauh mana sebuah karya dapat
jahatan
berbicara.
tidak
menyentuh
yang
teknik
Terdapat alasan dan dalih yang
yang
pula
Tanpa
menen-tukan
Pemahaman
kaum
mereka, atau orang-orang terdekat
formalis, yang memandang teknik
mereka, bukanlah hal yang patut
sebagai utama dan satu-satunya
dirisaukan. Dengan cara pandang
yang layak dihargai dalam proses
terhadap kejahatan semacam itu,
berkesenian, maka tingkat pencapai-
maka kejahatan cenderung segera
an teknis tertentu menjadi acuan
dilupakan.
bagi pengakuan terhadap pencapai-
Proses pelupaan dilakukan
an artistik seorang seniman tanpa
bersamaan dengan keinginan men-
seniman tersebut bersusah payah
desak para korban kejahatan untuk
menjelaskan karyanya dengan pan-
melupakan kejahatan yang pernah
jang lebar. Teknik adalah suatu pe-
menimpa mereka, menjadikan ke-
doman untuk mengerjakan dengan
jahatan luput dari perhatian. Namun
atau tanpa bantuan alat-alat, yang
demikian, itu bukan berarti kejahatan
dikerjakan pada bermacam-macam
tersebut dengan sendirinya berhenti.
material
Se-baliknya, menjadi lebih berbaha-
membentuk sesuatu yang berharga.
ya
kemudian
Penggunaan garis, warna, tekstur,
terjadi dan terus terjadi di luar
dan bentuk (shape) pada suatu
pandangan
karena
kejahatan
yang
dimaksud
untuk
masyarakat.
Dengan
permukaan yang bertujuan mencip-
kejahatantelah
menjadi
takan bentuk-bentuk atau image
ketertarikan saya dan mendorong
yang dapat diindra. Bentuk-bentuk
saya untuk mengangkatnya di dalam
tersebut
demikian
34
bisa
Vol. 5, No. 2, Desember 2013
merupakan
peng-
ISSN : 2087-0795
ekspresian dari ide-ide, emosi peng-
saya, seperti seorang penulis me-
alaman yang dibentuk sedemikian
nangkap
rupa sehingga mencapai harmoni
dengan kata-kata.
peristiwa
yang
terjadi
(Soedarso Sp, 1976: 2). Dalam
Namun tidak jarang terjadi
penciptaan karya saya mengguna-
bahwa saya membutuhkan bebera-
kan teknik sapuan kuas yang eks-
pa dorongan untuk melanjutkan,
presif dan kurang menaruh perhatian
atau
pada detil. Dengan teknik melukis
merangsang imajinasi saya. Bila hal
dasar seperti membuat sketsa untuk
ini terjadi saya
panduan pewarnaan.
beberapa karya seniman-seniman
semacam
stimulus
akan
untuk
membuka
lain dan mengamatinya satu per 3. Proses Perwujudan Karya a. Eksplorasi Pada tahap ini saya mem-posisikan diri
saya
dalam
situasi
yang
satu. Dengan demikian saya mendapatkan beberapa referensi tentang bentuk
untuk
kemudian
saya
sepenuhnya bebas dari tendensi-
kembangkan sendiri sesuai keingin-
tendensi
Dalam
an dan kehendak saya. Beberapa
bebas
karya saya hasilkan dengan proses
tersebut, saya mempersiapkan ba-
yang berurutan secara ketat seperti
han-bahan
saya
yang saya uraikan di atas, namun
kumpulkan baik dalam ingatan se-
beberapa terjadi begitu saja tanpa
perti berita-berita kejahatan yang
persiapan tertentu.
keadaan
artistik mental
yang
tertentu. yang
telah
saya baca sebelumnya di surat kabar dan peristiwa-peristiwa lain yang saya tahu pernah terjadi di
b. Sketsa Sketsa
atau
menggambar
masa lalu, dan selama proses ini
garis-garis secara spontan merupa-
berlangsung saya membuat bebera-
kan tahap awal setelah memperoleh
pa sketsa secara bebas. Impresi-
ide atau gagasan awal. Sketsa
impresi yang saya peroleh dari
merupakan bagian dari eksplorasi,
sebuah peristiwa kejahatan saya
tetapi lebih lanjut daripada eks-
olah kembali dalam bentuk sketsa
plorasi, pada tahap ini saya telah
dan gambar-gambar. Dengan demi-
melakukan
kian saya merasa telah mencoba
bentuk secara kasar di atas kertas.
untuk menangkap momen kejahatan
Bentuk-bentuk yang dirasa telah
tertentu ke dalam karya-karya sketsa
mewakili ide atau gagasan awal
Vol. 5, No. 2, Desember 2013
beberapa
eksperimen
35
ISSN : 2087-0795
tersebut, lalu dilanjutkan dengan
memakai medium lain.
membuat gambar di atas kanvas, serta
pewarnaan
sebagai
tahap
2) .Kuas
akhir proses penciptaan.
Kuas terutama yang berukuran besar dan kasar untuk meng-
c. Pemilihan Material dan Alat
hasilkan efek goresan yang juga
Pemilihan material dan alat
kasar dan spontan. Sedangkan kuas
merupakan proses selanjutnya dan
dengan permukaan lebih halus untuk
menentukan
tahap finishing atau penyelesaian
hasil
akhir
karya.
Material mempunyai karakter yang
akhir.
berbeda satu sama lain, dan itu sangat mempengaruhi bentuk dan wujud
dari
karya.
proses
Pemilihan medium disesuai-
penciptaan karya saya memakai
kan pula dengan karakteristik karya
material yang dapat mendukung
yang hendak dihasilkan. Maka untuk
tujuan saya, seperti menghasilkan
menghasilkan karya dengan goresan
efek
kanvas,
yang lebih spontan saya mengguna-
sapuan
kan medium atau minyak yang cepat
kuas dapat terlihat di atas kanvas.
kering, sehingga tidak perlu waktu
Dengan pertimbangan tersebut ma-
lama untuk menghasilkan sapuan-
ka saya menggunakan material dan
sapuan kuas berikutnya.
spontanitas
seperti
bagaimana
Pada
3). Medium atau minyak
pada jejak
alat sebagai berikut untuk mendukung penciptaan karya:
4). Pensil arang atau Charcoal Untuk membuat sketsa atau
1).Cat Minyak
gambar, sebelum masuk ke proses
Karakter cat minyak yang
pewarnaan. Dengan karakteristiknya
lebih pada dari cat akrilik pas untuk
yang lebih kasar dan pekat daripada
menciptakan goresan-goresan yang
pensil biasa, pensil arang dapat
spontan
merangsang
di
atas
kanvas.
Jejak
untuk
menghasilkan
spontanitas dan kekasaran diharap-
goresan-goresan yang spontan dan
kan tampak ketika karya sudah jadi,
tegas.
sehingga impresi dari tema kejahatan bisa ditampilkan secara lebih maksimal, jika dibandingkan dengan 36
Vol. 5, No. 2, Desember 2013
ISSN : 2087-0795
Gambar 01 Jagal. Cat minyak di atas kanvas. 80 x 60 Cm Foto: Penulis, 2013
4). Ulasan Karya
atau mahluk hidup lain, sedangkan
Lukisan di atas merupakan penggambaran
dari
pada
sosok
masokis,
lebih
impresi
cenderung melukai dan menyakiti
kejahat-an yang ditimbulkan dari
diri sendiri. Keduanya adalah gejala
kecen-derungan
psikologi dan merupakan bagian
melukai
dan
menyakiti. Pada sosok figur yang
dari feno-mena
terpotong pada lukisan tersebut,
biasa tampak di permukaan atau di
dapat
dalam berita di surat kabar atau
dilihat
sekaligus peristiwa
sebagai
korban
dari
kejahatan.
kecenderungan
pelaku suatu
televisi.
Seperti
dari
PENUTUP
sado
masokisme, sado dapat digambarkan
sebagai
kegemaran
kesenangan seseorang
kejahatan yang
Kejahatan dapat ditampilkan
atau
secara apa adanya. Dengan me-
untuk
representasikan kejahatan secara
menya-kiti dan melukai orang lain
wajar
dan
Vol. 5, No. 2, Desember 2013
tidak
bereaksi
ber37
ISSN : 2087-0795
lebihan, memungkinkan kejahatan dihadapi dengan sikap yang lebih obyektif dan rasional. Melalui seni, kejahatan dengan
dapat cara-cara
ditampilkan tertentu,
bagai bagian yang tidak terpisahdari
kehidupan.
Dengan
demikian, diharapkan masyarakat dapat memperlakukan
Sudibyo, Agus. (2012), Politik Otentik: Manusia dan Kebebasan dalam Pemikiran Hannah Arendt, Marjin Kiri, Tangerang Selatan.
se-
hingga akhirnya dapat diterima se-
kan
Pelajar Yogyakarta.
kejahatan
dengan wajar dan tidak bereaksi berlebihan, atau sejak awal ber-
Sumardjo, Jakob. (2000), Filsafat Seni, ITB, Bandung. Sumber internet: http://www.alessandrobavari.com/e nglish/sodom_gomorrah/gallery_so dom_gomorrah.htm# http://www.alessandrobavari.com/e nglish/biography/biography.htm#
sikap apriori, hingga penyebab dari keja-hatan malah diabaikan dengan dalil tabu untuk dibicarakan. *Penulis adalah mahasiswa S2 Pasca Sarjana ISI Yogyakarta, lulusan dari Program Studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Kristen Petra, Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA Read, Herbert. (1959), The Meaning of Art atau Seni Arti dan Problematikanya. terjemahan, Soedarso Sp., (2000), Duta Wacana University Press, Yogyakarta. Arendt, Hannah. (2012), Eichmann In Jerusalem: Reportase tentang Banalitas Kejahatan, Pustaka
38
Vol. 5, No. 2, Desember 2013