Penafsiran Imamat 17:10-16 Hengki Wijaya (Peter Wijaya) Terjemahan "Setiap orang dari bangsa Israel dan dari orang asing yang tinggal di tengah-tengah mereka, yang makan darah apa pun juga Aku sendiri akan menentang dia dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya. Karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa. Itulah sebabnya Aku berfirman kepada orang Israel: Seorang pun di antaramu janganlah makan darah. Demikian juga orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu tidak boleh makan darah. Setiap orang dari orang Israel dan dari orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu, yang menangkap dalam perburuan seekor binatang atau burung yang boleh dimakan, haruslah mencurahkan darahnya, lalu menimbunnya dengan tanah. Karena darah itulah nyawa segala makhluk. Sebab itu Aku telah berfirman kepada orang Israel: Darah makhluk apa pun janganlah kamu makan, karena darah itulah nyawa segala makhluk: setiap orang yang memakannya haruslah dilenyapkan. Dan setiap orang yang makan bangkai atau sisa mangsa binatang buas, baik ia orang Israel asli maupun orang asing, haruslah mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam, barulah ia menjadi tahir. Tetapi jikalau ia tidak mencuci pakaiannya dan tidak membasuh tubuhnya, ia akan menanggung kesalahannya sendiri."1 Struktur Imamat 17:10-16 merupakan peraturan-peraturan yang ditujukan kepada bangsa Israel dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu: I.
Ayat 10-12 Larangan makan darah bagi setiap bangsa Israel dan orang asing A. Ayat 10 Larangan makan darah apapun 1.Ayat 10.a Semua orang di Israel dilarang makan darah 2.Ayat 10.b Allah akan melenyapkan orang yang makan darah apapun B. Ayat 11 Alasan Allah melarang makan darah 1.Ayat 11.a Alasan darah tidak boleh dimakan 2.Ayat 11.b Tujuan Allah memberikan darah kepada mereka (bangsa Israel dan orang asing) C. Ayat 12 Perintah Allah melarang makan darah kepada bangsa Israel dan orang asing II. Ayat 13-14 Peraturan Allah tentang makan binatang atau burung yang diburu A. Ayat 13 Syarat-syarat tentang makan binatang yang diburu yang boleh dimakan B. Ayat 14 Hukuman Allah bagi orang yang makan darah III. Ayat 15-16 Peraturan dan hukum Allah tentang orang yang makan bangkai binatang atau sisa mangsa binatang buas A. Ayat 15 Syarat-syarat yang harus dilakukan bila mereka makan bangkai atau sisa mangsa binatang buas B. Ayat 16 Akibat yang dialami bagi orang yang tidak melakukan peraturan Allah
1
Terjemahan diambil dari LAI Terjemahan Baru Imamat 17:10-16
Analisa Ayat 10 Kata ( דםdam dibaca dawn) dalam bahasa Ibrani adalah kata benda maskulin tunggal yang umumnya diterjemahkan “blood” 2 yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan “darah” (bdg. Imamat 1:5; 7:26-27;19:26) menunjukkan darah sebagai objek yang dilarang oleh Allah untuk dimakan oleh semua orang yang tinggal di Israel baik bangsa Israel maupun orang asing. Karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya (bdg. Imamat 17:14) dan karena nyawa dimiliki oleh Allah.3 Kata “darah” sangat penting digarisbawahi secara tegas karena sebanyak 6 kali diulang dalam 5 ayat (ayat 10-14). Aturan ini ditelusuri balik di jaman Nuh tentang aturan hanya daging yang masih ada nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan (kejadian 9:4).4 Kata ’( ָכלakʤal dibaca aw-kal') dalam bahasa Ibrani adalah kata kerja yang umumnya diterjemahkan “to eat” 5 yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan “makan” (bdg. Kejadian 3:6,11,18; Keluaran 16:35), “menerkam” (bdg. Kejadian 37:20) mengacu pada aktivitas manusia ataupun binatang. Kata “makan” ditujukan kepada suatu hal yang mana bangsa Israel dan orang asing dilarang melakukannya, dalam hal ini adalah “makan darah”. Lain halnya dengan “makan bangkai” (bdg. Imamat 17:5) memiliki perbedaan dengan “makan darah” dilihat dari akibat yang ditimbulkan apabila melanggar aturan tersebut. Allah akan melenyapkan setiap orang bangsa Israel dan orang asing yang makan darah (bdg. Imamat 17:10;7:26-27) dibandingkan dengan “makan bangkai” yang berakibat kepada dosa najis (bdg. Imamat 17:15-16). 6 Kata ( ֵירger dibaca gare) dalam bahasa Ibrani adalah kata benda maskulin yang umumnya diterjemahkan “stranger” 7 yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan “orang asing”(bdg. Imamat 16:29; Keluaran 22:20). Orang asing yang dimaksud adalah orang tidak berasal dari keturunan Israel atau bukan penduduk di Israel tetapi menetap di wilayah bangsa Israel yang harus mematuhi aturan bangsa Israel misalnya mematuhi hari Sabat 8 dan hari pendamaian. 9 Sedangkan “rumah Israel” diterjemahkan “bangsa Israel” adalah semua orang yang tinggal di Israel (bdg. Ayub 17:13) atau seisi rumah yang menjadi bagian dari keluarga Israel (bdg. Kejadian 7:1;17:27).10 Kalimat “melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya” (bdg. Imamat 7:20) dan dalam bahasa Inggris “cut off” mengacu pada akibat dari melanggar peraturan hukum kekudusan yang 2
Spiros Zodhiates (Editor), The Complete Word Study Dictionary (AMG International, Inc.Chattanooga, TN 37422, U.S.A., 1992) s.v. ּדם 3 R. Mackintosh Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Imamat (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1994), 242. 4 Gordon J. Wenham, The Book of Leviticus, the New International Commentary On The Old Statement (William B. Eerdmans Publishing Company Grand Rapid, Michigan,1979),244. 5 Spiros Zodhiates (Editor), The Complete Word Study Dictionary (AMG International, Inc.Chattanooga, TN 37422, U.S.A., 1992) s.v. כלG 6 R. Mackintosh Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Imamat (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1994), 242. 7 Spiros Zodhiates (Editor), The Complete Word Study Dictionary (AMG International, Inc.Chattanooga, TN 37422, U.S.A., 1992)s.v. ּגיר 8 Bdg . Keluaran 20:10. 9 Bdg. Imamat 16:29. 10 W.L. Holladay (Edited), A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, Based upon the Lexical Work of Ludwig Koehler Baumgartner (Brill Academic Publisher, 1997) s.v. ַּבִית
ditegaskan dengan jelas pada bangsa Israel dan orang asing. perintah yang tidak ditaati maka Allah murka kepada bangsa itu.
11
Karena pada masa itu setiap
Ayat 11 Kata ( נפשׁnephesh dibaca neh'-fesh) dalam bahasa Ibrani adalah kata benda feminim yang umumnya diterjemahkan “breath” 12 dalam teks diterjemahkan “life atau soul” 13 yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan “nafas atau nyawa”.14 Kata ini digunakan sebanyak 753 kali di dalam Perjanjian Lama. Kata “nafas” (bdg. Yeremia 15:9), “hati atau jiwa” (bdg. Hakim 16:10; Amsal 14:10; Yehezkiel 25:6).15 Nyawa berhubungan dengan sesuatu yang hidup. Di dalam konteks ayat 11 ini, kata “nyawa” ini muncul 3 kali dalam bentuk yang berbeda dalam bahasa Ibrani yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yaitu “nyawa makhluk”, “bagi nyawanya” dan “perantaraan nyawa”. 16 Melalui ayat ini dapat ditemukan dua penjelasan yang berbeda. Pertama, “karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya”. Ayat ini secara jelas menjelaskan nyawa makluk adalah di dalam darahnya.Jadi ketika makhluk hidup kehabisan darahnya maka ia mati. Oleh karena itu, darahnya memberikan nyawa. Jadi apabila manusia menahan diri untuk memakan daging yang ada darah didalamnya, maka ia menghormati nyawa. Bila makan darah berarti menghinakan nyawa. Ide ini jelas telah dilakukan olah Nuh dengan tidak memakan darah apapun (kejadian 9:4). Tujuan utama dari aturan ini adalah menanamkan rasa hormat terhadap hidup dalam hal ini nyawa semua makhluk. 17 Kedua, untuk tujuan “mengadakan pendamaian”(bdg. Imamat 1:4). Allah memberikan darah, yang sesungguhnya dimiliki-Nya, supaya pendamaian antara manusia dengan Dia bisa diadakan.18 Untuk mengadakan pendamaian dapat diartikan “membayar tebusan” dapat disejajarkan dengan “darah menebus harga suatu nyawa”. Dengan kata lain, menebus harga nyawa manusia tidaklah dengan pembayaran uang (bdg. Keluaran 21:30) tetapi nyawa binatang diwakili oleh darahnya yang dipercikkan diatas altar. Karena pada masa itu darah binatang menebus dosa manusia, inilah hukum kesucian. 19 Bentuk tulisan disampaikan dalam bentuk hokum apodiktis yang bersifat larangan (ayat 10-12). Ayat 12 Kata “Itulah sebabnya” dalam bahasa Inggris “therefore” 20 adalah preposisi keterangan yang mengacu pada suatu keadaan yang telah ditegaskan pada ayat sebelumnya atau mengingatkan kembali isi hukum kesucian ini (ayat 10;bdg 3:17; Yehezkiel 33:25) yaitu Allah melarang bangsa Israel dan orang asing makan darah apapun.
11
R. Mackintosh Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Imamat (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1994), 243. James Strong, Strong’s Hand Greek Dictionaries (Strong's Exhaustive Concordance by James Strong, S.T.D., LL.D., 1890) s.v.נפׁש 13 Bdg. Terjemahan bahasa Inggris KJV, NIV untuk Imamat 17:11. 14 Bdg. Terjemahan bahasa Indonesia dari LAI TB. 15 Spiros Zodhiates (Editor), The Complete Word Study Dictionary (AMG International, Inc.Chattanooga, TN 37422, U.S.A., 1992). 16 Bdg. Terjemahan Bahasa Indonesia dari LAI TB. 17 Gordon J. Wenham, The Book of Leviticus, the New International Commentary On The Old Statement (William B. Eerdmans Publishing Company Grand Rapid, Michigan,1979), 244-245. 18 Ibid., 245. 19 R. Mackintosh Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Imamat (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1994), 235. 20 Bdg. Terjemahan bahasa Inggris KJV, NIV untuk Imamat 17:12 12
Ayat 13 Kata “seekor binatang atau burung yang boleh dimakan” (bdg. Imamat 11:3-8,13-19) mengacu pada peraturan-peraturan bangsa Israel tentang binatang serta burung yang tidak haram yang boleh dimakan dan yang haram yang tidak boleh dimakan. Binatang-binatang seperti rusa atau kijang yang dibunuh pemburu untuk dimakan tetapi tidak dipersembahkan sebagai korban di mezbah. Apabila binatang dibunuh dengan tombak, pisau atau panah, maka darah mulai keluar melalui luka-luka, dan jika dibunuh setelah terikat dengan tali-tali, maka darah dapat dibiarkan mengalir (dicurahkan) dari dagingnya (bdg. Yehezkiel 24:7). Dan darah itu harus ditimbun dengan tanah, supaya makhluk lain tidak memakannya.21 Ayat 14 Kalimat “Karena darah itulah nyawa segala makhluk” yang dalam bahasa Inggris “For it is the life of all flesh; the blood of it is for the life thereof “22 pada awal ayat dalam bahasa Ibrani seharusnya diterjemahkan “Karena nyawa segala makhluk, darahnya ada dalam nyawanya”. 23 Terjemahan Alkitab LAI TB kurang tepat karena memakai dua kata bahasa Ibrani yang diterjemahkan dalam bahsa Indonesia yaitu “darah itulah”. Kata “it is” mengacu pada segala makhluk dan bukan “darah itulah”.24 Ayat 15 Kalimat “sisa mangsa binatang buas” yang bila diterjemahkan dari bahasa Ibrani maka kalimatnya menjadi “yang mati diterkam” (bdg. Imamat 7:24; 11:40). Dalam Imamat 7:24 terdapat peraturan tentang binatang yang mati karena alasan alamiah atau diterkam binatang buas lainnya. Peraturan ini mengacu pada proses pengtahiran kembali setelah makan binatang yang mati (ayat 16). Sementara dalam Ulangan 14:21 orang Israel dilarang makan bangkai apapun sebab mereka adalah umat kudus Allah.25 Implementasi Kitab imamat 17:10-12 tentang larangan makan darah sampai saat ini masih dilakukan yaitu tidak minum darah atau makan binatang yang belum diolah. “Darah” mendapat perhatian yang penting dalam kebiasaan-kebiasaan bangsa Israel yang memperlihatkan secara jelas bahwa kehidupan (nyawa) semua makhluk memang dimiliki Allah dan bukan hanya kehidupan manusia, tetapi kehidupan binatang dan burung juga. Kehidupan kita sebagai orang Kristen saat ini yang telah ditebus oleh darah Yesus Kristus, tentulah memandang larangan makan darah tidak secara jasmani lagi karena telah dibayar oleh pengorbanan Yesus Kristus dan sebagai orang Kristen harus taat pada firman-Nya sebagaimana yang dilakukan oleh bangsa Israel di masa lalu.
21
R. Mackintosh Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Imamat (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1994), 244. Bdg. Terjemahan bahasa Inggris KJV untuk Imamat 17:14. 23 K. Elliger and W. Rudolph, Hebrew Text: Biblia Hebraica Stuttgartensia (The German Bible Society, in cooperation with the United Bible Societies (UBS). Stuttgart: Deutsche Bibelgesellschaft, 1967/77). 24 John Gill , John Gill's Exposition of the Entire Bible ( Commentary On The Old Statement 1690-1771) s.v. “it is.” 25 R. Mackintosh Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Imamat (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1994), 243. 22
Nyawa makhluk ada di dalam darahnya (ayat 11). Ayat ini memberikan alasan bagi penumpahan darah binatang yang dikorbankan, dan maknanya bagi pendamaian antara Allah dan umat-Nya. Namun, tidak ditujukan untuk jin-jin (penyembahan berhala) yang sampai saat ini masih dilakukan untuk menghormati kepercayaan nenek moyang dan adat istiadat.26Jadi, darah itu mengadakan pendamaian bagi dosa manusia itu dengan mengorbankan nyawa. Dengan kata lain, manusia tidak perlu menyerahkan nyawanya karena telah dilunasi dengan nyawa binatang. Prinsip pendamaian pengganti dengan darah pihak lain membantu kita memaknai darah Kristus dan menerima keselamatan dibawahi Perjanjian Baru (bdg. Ibrani 9:22). Ketika Yesus Kristus mencurahkan darah-Nya di salib, Ia menggantikan nyawa orang berdosa (bdg. Roma 5:1).27 Kenyataan bahwa upacara-upacara persembahan korban Perjanjian Lama harus diulang setiap tahun menunjukkan bahwa upacara itu sifatnya sementara, karena setelah Yesus Kristus membayar harga penyelamatan dengan darah-Nya maka dosa-dosa yang diakui selamanya dihapuskan (bdg. Ibrani 9:28; 10:10-18). Korban binatang tidak lagi dipenuhi setelaha kematian Yesus di salib (bdg. Ibrani 9:12-18).28 Saat ini setiap orang Kristen harus mempersembahkan korban yang hidup dan harum dihadapan Tuhan dengan cara menyenangkan hati Tuhan karena persembahan korban (materi, uang dan tenaga) bukanlah yang terbaik tetapi hati yang dipersembahkan kepada Tuhan (Roma 12:1-2) sebagai persembahan yang hidup seperti yang telah dilakukan Yesus Kristus. Implementasi tentang berburu binatang dan burung yang boleh dimakan dibatasi pula oleh Perjanjian Lama yaitu aturan binatang haram dan tidak haram. Selain itu ada binatang tertentu yang diburu atau dibunuh tidak menggunakan benda tajam dan tidak dicurahkan darahnya seperti anjing, rusa dan babi hutan. Demikian juga dengan binatang yang mati secara alami dan diterkam binatang lain sehingga menjadi bangkai. Semuanya itu menjadi persoalan. Namun sekali lagi Yesus Kristus telah menggenapi aturan hukum taurat itu dalam kurban Kristus sendiri. 29 Perkataan Yesus sendiri yang mengatakan bahwa bukan sesuatu yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang (bdg. Matius 15:17-18; Kis 10:14-15). Jadi disini Tuhan Yesus tidak mempersoalkan bagaimana binatang itu diburu dan dibunuh dan menjadi bangkai namun yang terpenting makna “darah” dan menghargai nyawa makhluk hidup dalam hal ini manusia, binatang dan burung adalah milik kepunyaan-Nya. Kesimpulannya, keselamatan orang Kristen tidak bergantung akan apa yang dimakan dan diminum, karena keselamatan bersumber pada Tuhan Yesus.30 Bagi orang percaya bila binatang itu mati tercekik dan binatang itu menjadi bangkai maka tentulah binatang itu tidak dapat dimakan karena secara medis dapat menyebabkan penyakit dan keracunan.
26
Ibid, 245. Donald .C. Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Jakarta: Gandum Mas dan LAI , 1992), 23. 28 Ibid, 194. 29 Ibid, 195. 30 R. Mackintosh Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Imamat (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1994), 244. 27
EKSEGESIS MATIUS 24:3 24:3-14
Khotbah Yesus Kristus tentang Akhir Zaman
Oleh Hengki Wijaya, S. TP
Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar 2011
SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY INTERAKSI BACAAN MATA KULIAH ILMU TEOLOGI 1. Nama Pengarang
: Wesley Brill
Judul
: Dasar yang Teguh
Penerbit
: Kalam Hidup, Bandung
Tahun
: 1980
Halaman yang dibaca
: Hal. 73-174
2. Nama Pengarang
: Milard J. Erikson
Judul
: Christian Theology (Teologi Kristen)
Penerbit
: CGM, Manila (sudah ada diterjemahkan oleh Gandum Mas)
Tahun
: 1995
Halaman yang dibaca
: Hal. 339-439
3. Nama Pengarang
: Daniel Lucas Lukito
Judul
: Pengantar Teologi Kristen Jilid I
Penerbit
: Kalam Hidup, Bandung
Tahun
: 1992
Halaman yang dibaca
: Hal. 77-155
4. Nama Pengarang
: Bruce Milne
Judul
: Knowing the Truth: A Handbook of Christian Belief (Mengenali Kebenaran : Panduan Iman Kristen)
Penerbit
: Connie Item-Corputty ( sudah ada diterjemahkan oleh BPK GM)
Tahun
: 1993
Halaman yang dibaca
: Hal. 77-123
SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY INTERAKSI BACAAN MATA KULIAH ILMU TEOLOGI 5. Nama Pengarang
: R.C. Sproul
Judul
: Essential Truths of the Christian Faith (Dasar-dasar Kebenaran Iman Kristen)
Penerbit
: Wheaton, Tyndale (sudah ada diterjemahkan oleh SAAT Malang)
Tahun
: 1992
Halaman yang dibaca
: Hal. 1-43
6. Nama Pengarang
: R. Sudarmo
Judul
: Ikhtisar Dogmatika
Penerbit
: BPK Gunung Mulia, Jakarta
Tahun
: 1986
Halaman yang dibaca
: Hal 1-77
7. Nama Pengarang
: G.C. Van Niftrik & B.J. Boland
Judul
: Dogmatika Masa Kini
Penerbit
: BPK Gunung Mulia, Jakarta
Tahun
: 1981
Halaman yang dibaca
: Hal. 74-168
Nama Lengkap
: Hengki Wijaya
Program
: S2 Misi
Dalam nama Tuhan Yesus benar saya telah membaca interaksi bacaan diatas.
βλέπω blepo blep'-o A primary verb; to look at (literally or figuratively): - behold, beware, lie, look (on, to), perceive, regard, see, sight, take heed. Compare G3700.
blépo; fut. blépso / ópsomai (the fut. of optánomai [G3700], to see). Used in the NT 137 times, mostly in the pres. tense. (I) To see. (A) To be able to see, i.e., to have the faculty of sight, and as spoken of the blind, to recover sight. Intrans. (Mat_12:22). In Act_9:9, "without sight" means blind. See Rev_3:18; Rev_9:20; Sept.: Exo_4:11; Exo_23:8; 1Sa_3:2; Psa_69:23. The pres. inf. with the neut. art. tóblépein, used as a subst. means sight, the faculty of seeing (Luk_7:21). Figuratively in Joh_9:39, "that they which see not might see; and that they which see might be made blind" or may not see (cf. Joh_9:41). The expression "seeing ye shall see" in Mat_13:14 means ye shall indeed see. Also Mar_4:12; Act_28:26 (cf. Isa_6:9). (B) In the sense of to perceive as with the eyes meaning to discern, to understand. Trans. (Mat_7:3, "Why beholdest thou the mote that is in thy brother's eye?" signifies the diligence needed to discern the mote). See Mat_11:4; Mat_14:30; Mat_24:2; Mar_8:24; Luk_11:33; Joh_1:29; Joh_21:9; Sept.: 2Ki_9:17; Amo_8:1. In Rev_1:12, "to see the voice," means to see where it came from. Construed with an acc. and part. instead of a subjunctive or inf. as in Mat_15:31, "seeing the dumb speaking [blépontas, seeing; kophoús {G2974}, the dumb; laloúntas {G2980}, speaking]" (a.t.); Mar_5:31; Joh_5:19 (the part. ónta, the neut. pl. acc. of ón [G5607], being, or prássonta, the pres. part. acc. of prásso [G4238], to do or to make, making). Intrans. or in an absolute sense (Mat_6:4, Mat_6:6, Mat_6:18). By implication, to have before the eyes as spoken of what is present (Rom_8:24, meaning what one has before his eyes, i.e., present, how can he yet hope for it? [cf. Rom_8:25]). Hence, the part. blepómenos, seeing, means present. Rom_8:24 means that hope which is realized can no longer be hope. Táblepómena, things seen, means present things; and those things not seen means future things (2Co_4:18; Heb_11:1, Heb_11:7). Spoken of a vision, to see in vision (Rev_1:11; Rev_6:1, Rev_6:3, Rev_6:5, Rev_6:7 [TR], where other texts read íde, the imper. of eído [G1492], to see). In Sept.: of 1Sa_9:9, ho
blépon, the seeing one or the seer. (C) Metaphorically to perceive with the mind, be aware of, observe (Rom_7:23; Heb_10:25; Sept.: Neh_2:17). Followed by hóti, that (2Co_7:8; Heb_3:19; Jam_2:22). (II) To look, i.e., to look at or upon, to direct the eyes upon, to behold. Trans. and intrans.: (A) Spoken of persons followed by the acc. (Mat_5:28 referring to constant fixation of the eyes upon; Rev_5:3-4, to look into the book, meaning to examine it; Sept.: Hag_2:4). In Mat_18:10, "their angels do always behold the face of my Father," i.e., in accordance with the
customs of oriental monarchs, they have constant access to him, are admitted to his privacy as his friends. See 2Ki_25:19; Est_1:14; Jer_52:25. Followed by eis (G1519), unto, with the acc. meaning to look upon, behold (Act_3:4, "Look on us"). In Joh_13:22; Luk_9:62, eis (G1519), unto, táopíso (G3694), behind, to look back (Sept.: Gen_19:17). Spoken of a place, to look, i.e., to be situated, followed by katá with the acc. (Act_27:12; Sept.: 2Ch_4:4; Eze_40:6, Eze_40:2123, Eze_40:46; Eze_46:1, Eze_46:13, Eze_46:20). (B) Metaphorically, to look to, direct the mind upon, consider, take heed; followed by the acc. (1Co_1:26; 1Co_10:18; Col_2:5, joyfully beholding; Gen_39:23; Psa_37:37; Isa_22:11; Phi_3:2 take heed to, keep an eye upon, and thus by implication, meaning beware of). Followed by eis (G1519), unto, with the acc. (Mat_22:16, "thou regardest not," has not respect to the external appearance of men). Followed by ti, what, an obj., and pós (G4459), how (Mar_4:24; Luk_8:18; 1Co_3:10; Eph_5:15). Followed by hína (G2443), so that (1Co_16:10; Col_4:17; 2Jo_1:8). Spoken by way of caution, in the imper. blepéto or blépete, look to it, take heed, be on the watch, beware (Mar_13:23, Mar_13:33); followed by heautoús (G1438), yourselves (Mar_13:9; 2Jo_1:8). Also blépetemé (G3361), not, meaning watch out, take heed lest, followed by the aor. subjunctive (Luk_21:8; Act_13:40; 1Co_10:12; Gal_5:15). Followed by mépos (G3381), lest (1Co_8:9), followed by the fut. indic. (Col_2:8); by mépote (G3379), lest at any time (Heb_3:12). Followed by apó (G575), from, meaning look away from, avoid, beware of (Mar_8:15; Mar_12:38). (III) It is critical to observe the slightly different shades of meaning between blépo and other words in its domain. Notice horáo (G3708), with its aor. form eídon. The former occurs 113 times and the latter 350 times in the gospels and the books of Acts and the Revelation. The meanings of these two words are broader than blépo. The fut. is ópsomai in the mid. voice. These verbs in their different tenses indicate bodily vision (Joh_6:36); mental vision or perception (Mat_8:4); it is said of Christ as seeing the Father (Joh_6:46), and of what He had seen with the Father (Joh_8:38). It indicates the direction of the thought to the object seen; also the meaning of seeing to or caring for a thing (Mat_27:4); to take heed (Mat_16:6; Mat_18:10). Blépo, however, denotes ability to see as distinct from blindness (Mat_12:22; Mat_15:31; Mar_8:23-24; Luk_7:21; Joh_9:7, Joh_9:15, Joh_9:19, Joh_9:21, Joh_9:25). In Rev_5:3-4 it has the meaning of not only seeing the book but also reading it; theoréo (G2334), used 58 times, from theorós, a spectator, to look at a thing with interest and with care for details (Mar_15:47; Luk_10:18; Luk_23:35; Joh_20:6, Joh_20:12, Joh_20:14). In Joh_8:51; Joh_17:24, it means to experience or partake; theáomai (G2300), which occurs 22 times, to behold, view attentively, contemplate with wonder and loving interest. Theáomai is never used of the sight of God by man; rather it is the word horáo which is so used (Joh_1:18). It is a careful and deliberate vision which gives meaning to what one sees (Luk_23:55; Joh_1:14, Joh_1:32; Act_1:11; 1Jo_1:1). In Mat_28:1, speaking of the two Marys who came to the sepulcher, the verb theoréo is used indicating their intent to observe the details about the tomb of Christ and for the purpose of meditating upon the holy event. These women expected to be affected by the event of the death and the entombment of Christ. In Joh_14:17 the verb theoréo is used in relation to seeing the Spirit of truth, which means being affected by the Spirit of truth. In Joh_14:19, "the world seeth me no more [theoreí]"
or does not have me around to scrutinize, "but ye see me [theoreíte]," means you are affected by my presence. In Joh_16:10, Joh_16:16-17, Joh_16:19, the verb theoréo is used for the physical presence of Jesus Christ and for the comprehension that his physical presence gave the disciples. However, in verse nineteen it is the verb ópsesthe that is used in the latter phrase, "but ye shall see me" (a.t.) which refers to the physical presence of Jesus Christ after His resurrection. In Joh_20:5, speaking of John who ran to the sepulcher faster than Peter and stooping down and looking into the sepulcher, the word blépei is used. It indicates a mere glance in regard to the grave clothes, not an examination and not necessarily being affected by the sight. In Joh_20:6, however, when Simon Peter came to the sepulcher and entered, we read, "and seeth [theoreí]," i.e., he looks at them in greater detail and is affected by the sight. Then when John entered the sepulcher, we read in Joh_20:8, "he saw [eíden, the aor. of horáo {G3708}]." This means not only careful, physical vision, but also mental perception which resulted in believing or being persuaded that indeed the Lord Jesus had risen from the dead. Deriv.: anablépo (G308), to look up, and when spoken of the blind, to receive their sight;
apoblépo (G578), to look away from all else and toward one object, to look steadfastly; blémma (G990), a look, glance, sight; diablépo (G1227), to see clearly or to see through; emblépo (G1689), to look earnestly, with the object of learning lessons of faith from, e.g., the birds; epiblépo (G1914), to look upon or with favor; periblépo (G4017), to look around; problépo (G4265), to foresee, provide. Syn.: atenízo (G816), to gaze upon, behold earnestly; katoptrízo (G2734), to look in a mirror;
aphoráo (G872), to look away from one thing so as to see another; kathoráo (G2529), to look down upon, discern clearly. With the meaning of to heed: prosécho (G4337), to pay attention to, beware; phulásso (G5442), to guard, watch; epécho (G1907), to give attention to; skopéo (G4648), to take heed; muopázo (G3467), to be shortsighted; phaíno (G5316), to cause to appear. Ant.: tuphlóo (G5186), to make blind. Take heed artinya berhati-hati Deceive artinya kkt. menipu, mencurangi. -kki. memperdayakan, membohongi. His appearance is deceiving Sikapnya memperdayakan/menipu
πλανάω
planáo; contracted planó, fut. planéso, from pláne (G4106), a wandering. To cause to wander, lead astray, with the acc. In the pass.: to wander, go astray. (I) Particularly of persons (Heb_11:38); of flocks (Mat_18:12-13; 1Pe_2:25; Sept.: Gen_37:14; Exo_23:4). (II) Figuratively, to mislead, cause to err. (A) To deceive, cause to err. Act.: to err, mistake, form a wrong judgment (Mat_24:4-5, Mat_24:11, Mat_24:24; Mar_13:5-6; 1Jo_1:8; 1Jo_3:7; Rev_13:14; Sept.: Pro_12:27). Pass.: to be deceived, misled (Mat_22:29; Mar_12:24, Mar_12:27; Luk_21:8; Joh_7:47; 1Co_6:9; 1Co_15:33; Gal_6:7; Heb_3:10; Jam_1:16). (B) Act., to seduce a people into rebellion (Joh_7:12; Rev_20:8, Rev_20:10); from the truth (2Ti_3:13; 1Jo_2:26 [cf. 1Jo_2:21-22]). Pass., to be seduced, go astray (Jam_5:19; 2Pe_2:15). Part., hoiplanómenoi, those seduced, gone astray (Tit_3:3; Heb_5:2). Specifically, to seduce to
idolatry (Rev_2:20; Rev_12:9; Rev_18:23; Rev_19:20; Rev_20:3; Sept.: 2Ki_21:9; Eze_44:10, Eze_44:15). Deriv.: apoplanáo (G635), to mislead; planétes (G4107), a wanderer; plános (G4108), a deceiver. Syn.: apatáo (G538) to seduce; exapatáo (G1818), to seduce completely, and phrenapatáo (G5422), to deceive mentally; dolióo (G1387), to lure; dolóo (G1389), to ensnare; paralogízomai (G3884), to beguile; deleázo (G1185), to entrap; skandalízo (G4624), to entice, entrap; ptaío (G4417), to err, offend; peripípto (G4045), to fall into or among; astochéo (G795), to miss the mark, swerve; hamartáno (G264), to sin. Ant.: orthopodéo (G3716), to walk uprightly; orthotoméo (G3718), to handle correctly; anané
pho (G366), to come to one's senses; anorthóo (G461), to straighten up. planao plan-ah'-o From G4106; to (properly cause to) roam (from safety, truth, or virtue): - go astray, deceive, err, seduce, wander, be out of the way.