PEN ERAPAN MODEL PEMB ELAJARAN KOOPERAT IF T IPE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAPRES IASI CERIT A RAKYAT PADA S IS WA KELAS X F S MA NEGERI 1 GEMO LONG KABUPATEN S RAGEN TAHUN PELAJARAN 2009-2010
TES IS Untuk Memenuhi Sebagian Persy aratan M encapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indon esia
Oleh : Sumanti
S.840209120
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i
PEN ERAPAN MODEL PEMB ELAJARAN KOOPERAT IF T IPE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAPRES IASI CERIT A RAKYAT PADA S IS WA KELAS X F S MA NEGERI 1 GEMO LONG KABUPATEN S RAGEN TAHUN PELAJARAN 2009-2010
Diajukan Oleh :
Sumanti NIM : S.840209120
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing Jabatan
Nama
T anda Tangan
Pembimbing I Prof. Dr. S arwiji S uwandi, MPd ....................... NIP. 19620407198703 1 001
Pembimbing II
Dr. Bu dhi S etiawan, MPd NIP. 19610524198901 1 001
....................
......................... .....................
M engetahui Ketua Program Pendidikan Bah asa Indonesia
Prof. Dr. Herman J. Waluyo, MPd NIP 194403151978041001
ii
Tanggal
PEN ERAPAN MODEL PEMB ELAJARAN KOOPERAT IF T IPE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAPRES IASI CERIT A RAKYAT PADA S IS WA KELAS X F S MA NEGERI 1 GEMO LONG KABUPATEN S RAGEN TAHUN PELAJARAN 2009-2010
Disusun Oleh:
Sumanti S .840209120 Telah Disetujui dan Disahkan oleh Team Penguji Pada Tanggal: …………………. Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
: Prof. Dr. Herman J.Waluyo, MPd
Sekretaris
: Dr.Nugraheni Eko W ardani, M.Hum …………………
Anggota
: 1. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, MPd. 2. Dr. Budhi Setiawan, MPd.
…………………
....……………… ………………....
Surakarta,………………………… M engetahui
M engetahui
Direktur Program Pascasarjana
Ketua Program Pendidikan Bahasa Indonesia
Prof. Dr. Herman J. Waluyo, MPd . NIP. 194403151978041001
Prof. Dr. S uranto, MSc, PhD. NIP. 195708201985031004
iii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan d i bawah ini, saya: Nama
: Sumanti
NIM
: S.840209120
Menyatakan dengan sesungguhny a, bahwa tesis berjudul ” PENERAPAN MODEL PEM BELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK
M ENINGKATKAN
KEMAM PUAN
RAKYAT PADA SISWA KELAS X F
MENGAPRESIASI
CERITA
SMA NEGERI 1 GEM OLONG
KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009-2010”
adalah betul-betul
karya say a sendiri. Hal-hal yang bukan kary a saya dalam tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berup a p encabutan tesis dan gelar yang saya p eroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, M ei 2010 Yang membuat p erny ataan
Sumanti
iv
MOTTO
1. Hai oran g-oran g yang beriman,
apabila dikatakan kepadamu: “ Berlapang-
lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscay a Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan or ang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajad. Dan Allah M aha Mengetahui apa y ang kamu kerjakan. ( QS. Al Mujaadilah. 11) 2. Sesun gguhny a sesudah kesulitan ada kemudah an, maka apabila engkau telah menyelesaikan (urusan dunia), bersun gguh-sungguh lah (dalam beribadah) d an hanya kepada Tuhanmulah berharap. (Q.S. Al-Insyirah: 6-8)
v
PERS EMB AHAN
Tesis ini Penulis persembahkan kepada: 1.
Bapak Karno Suharjo dan Ibu Sih Kartini (alm), kedua orang tuaku y ang telah meny ayangiku.
2.
Bapak Pawirorejo (alm) dan Ibu Suminah, kedu a mertuaku yang telah m emberiku dukun gan.
3.
Drs. M arno,
M.Pd,
suami
tercinta
yang telah
mendukung dan meny emangatiku. 4.
Asri
Wahyu
Azzahro,
M aulida
Niswatul
Asri
M unawaroh, Funica Asri Rahmawaty, Rosa Alba Asri Larasati, buah hatiku y ang menjadi nafas hidup ku.
vi
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa p enulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang M aha Esa atas karunia dan pertolongan-Nya sehin gga peneliti dapat meny elesaikan makalah kualifikasi ini. Dalam meny elesaikan makalah kualifikasi yang berjudul “Penerapan M odel Pembelajaran Koop eratif Tipe Group Investigation untuk M eningkatkan Kemampuan M engapresiasi Cerita Rakyat Kelas Pada Siswa Kelas X SM A Negeri 1 Gemolon g Kabupaten Sragen” ini p enulis bany ak m endapat bantuan, bimbingan, d an p engarahan d ari berb agai pihak. Pada kesempatan ini, p enulis menyampaikan terima kasih kepada p ihak-p ihak y ang telah mendukun g terselesaikanny a tesis ini: 1. Prof. Dr. M uch. Syamsul Hadi, dr. Sp Kj (K), Rektor Universitas Sebelas M aret Surakarta yang telah memberikan kesemp atan kepada penulis dalam menempuh st udi sampai selesai di Program Pascasarjana Teknologi Pendid ikan Universitas Sebelas M aret Surakarta. 2. Prof. Drs. Suranto, M .Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas M aret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis sehingga penulis mendapatkan kemudahan-k emudah an dalam melakukan penelitian. 3. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah memberi dorongan kepada penulis untuk se gera menyelesaikan makalah ini;
vii
4.
Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M .Pd, yang telah memberi pengarahan dan pembimbingan secara teliti dan p enuh kesabaran;
5.
Dr. Budhi Setiawan, M .Pd, Pembimbing II yang telah memberi pengarahan, petunjuk, dan masukan berharga sehingga tesis ini dapat diselesaikan;
6. Drs. Mohammad Amir Zubaidi, selaku Kepala Seko lah SMA N 1 Gemolong yang telah memberi izin p enelitian untuk penyusunan tesis ini; 7. Jumadi, S.Pd, selaku guru Bahasa Indon esia Kelas X F SMA N 1 Gemolong yang telah menjadi mitra p eneliti dalam p enelitian tesis ini; 8. Bap ak Karno Suharjo dan Ibu Sih Kartini (alm), kedua orang tuaku yang senantiasa mencur ahkan kasih sayangny a; 9. Drs. Marno, M. Pd, suami tercinta yang selalu mendukun g dan memberiku semangat dalam penyusunan tesis ini; 10. Anak-anakku (Asri Wahyu Azzahro, M aulida Niswatul Asri M unawaroh, Funica Asri Rahmawaty, Rosa Alba Asri Larasati) yang sangat p enulis sayangi. Akhirny a, penulis hanya dapat berdoa semoga Tuhan Yang M aha Esa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak tersebut di atas, dan mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi pembaca. Surakarta, Juni 2010
Penulis
viii
DAFTAR ISI Halaman JUDUL …………………………………………….………....................
i
PERSETUJUAN ......................................................................................
ii
PENGESAHAN ......................................................................................
iii
PERNYATAAN ......................................................................................
iv
MOTTO ...................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ...................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .............................................................................
vii
DAFTAR ISI ...........................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xvii
ABSTRAK ..............................................................................................
xix
ABSTRACT ............................................................................................
xx
BAB I
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah ...................................................
1
B.
Perumusan M asalah .........................................................
7
C.
Tujuan Penelitian ............................................................
7
D.
Manfaat Penelitian ..........................................................
7
ix
Halaman BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori ........................................................................
10
1.
Hakekat Kemampuan M engapresiasi Cerita Rakyat..........
10
2.
Hakekat Model Pembelajaran Koop eratif Typ e Group Investigation (GI)................................................................
27
B. Penelitian yang R elevan .....................................................
40
C. Kerangka Berpikir ..............................................................
42
D. Hipotesis .............................................................................
43
BAB III M ETODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian...............................................................
44
B. Subjek Penelitian...............................................................
45
C. Sumber Data.......................................................................
46
D. Teknik Pengump ulan Data..................................................
46
E.
Uji Validitas Data ..............................................................
48
F. Teknik Analisis Data ..........................................................
49
G. Indikator Kinerja ................................................................
50
H. Prosedur Penelitian ...........................................................
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEM BAHASAN A. Deskrip si Kondisi Awal ...................................................
55
B. Pelaksanaan Penelitianaan................................................
61
1. Siklus I...........................................................................
62
x
Halaman 2. Siklus II ........................................................................
82
3. Siklus III .......................................................................
99
C. Hasil Penelitian ..................................................................
112
1. Penerapan M odel Pembelajaran Koop eratif Type Group Investigation (GI) dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita Rakyat............................................................................ 2.
Peningkatan
Kualitas
Pembelajaran
Apresiasi
112 Cerita 113
Rakyat.............................................................................
116
D. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................. 1. Penerapan M odel Pembelajaran Koop eratif Type Group Investigation (GI) dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita 116 Rakyat.............................................................................. 2.
Peningkatan
Kualitas
Pembelajaran
Apresiasi
119 Cerita
Rakyat...................................................................................
129
BAB V SIM PULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A.
Simpulan ................................................................................
130
B.
Implikasi......................................................................................
133
C.
Saran ...........................................................................................
135
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
xi
DAFTAR T ABEL Tabel
Halaman
1.
Pergeser an Pembelajaran ......... ……………………………..
1
2.
Langkah-langkah M odel Pembelajaran Koop eratif ................
33
3.
Perbandingan Pendek atan dalam Pembelajaran Koop eratif....
40
4.
Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian…..…………...
45
5.
Lembar Observasi Penilaian Kinerja Guru …..……………...
72
6.
Lembar Penilaian Proses Pembelajaran……………………...
77
7.
Daftar Nilai Kemampuan Apresiasi Cerita Rakyat……….…
78
8.
Skor/Nilai Kemampuan Apresiasi Cerita Rakyat......……….
127
xii
DAFTAR GRAFIK Grafik
Halaman
1.
Penilaian Proses Siklus I .........................................................
78
2.
Nilai Kemampuan M engapresiasi Cerita Raky at ..................
79
3.
Perbandingan Nilai Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat Siklus II dan III ....................………………………..
4.
Perbandingan Nilai Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat Pratindakan dan Siklus I............................................
5.
125
Perbandingan Nilai Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat Siklus I dan II.............................................................
6.
110
126
Perbandingan Nilai Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat Prasiklus, Siklus I, II dan III …..……………….…...
xiii
128
DAFTAR GAMB AR
Gambar
Halaman
1.
Kerangka Berp ikir ......... …………………….............……..
43
2.
Lokasi SMA N 1 Gemolong .................................................
44
3.
Siklus Rancangan Penelitian ..................................................
52
4.
Alur Penelitian Tindakan Kelas …………….…..…………...
52
5.
Wawancara Peneliti dengan Siswa…………………..……...
57
6.
Wawancara peneliti dengan Guru …………………………...
62
7.
Guru M embuka Pelajaran .…………………….……………
66
8.
Kelompok Siswa sedan g Presentasi ....................................
68
9.
Kelompok Siswa sedan g Presentasi.....................................
70
10.
Siswa Sedang Bertanya .......................................................
75
11.
Siswa Berdiskusi Kelompok …….……....…………….…...
87
12.
Siswa M eny iapkan Laporan Hasil Investigasi………..…...
89
13.
Guru sedang M enyimpulkan Pembelajaran ………………..
92
14.
Aiswa sedang Berb icara dengan Teman ……………...….…
93
15.
Siswa sedang Bertanya ................................……….............
94
16.
Kelompok sedang Presentasi dan M enjawab Pertanyaan.......
95
Siswa sedang M engerjakan Tes .............................................
97
17.
Peneliti Duduk di Kursi Belakang ........................................
105
18.
Kelompok Siswa sedang Presentasi ......................................
106
19.
Siswa sedang Bertanya ..........................................................
106
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lam piran
1.1.
Halaman
Catatan Lapangan Hasil Wawancara Peneliti dengan Guru (Survey Awal)……………… …………………………….
1.2.
139
Catatan Lapangan Hasil Wawancara Peneliti dengan Siswa ……………………………………………………...
143
1.3.
Catatan Lapangan Hasil Observasi Pratindakan………….
147
1.4.
Kisi- Kisi Angket M otivasi Belajar ………………...........
151
1.5.
Angket Pembelajaran Cerita Raky at ……………………..
152
1.6.
Lembar Kerja Siswa Pratindakan ………………………..
157
1.7.
Rekap Nilai Hasil Uji Pratindakan ......................................
160
2.1.
Catatan Hasil Wawancara Peneliti dengan Guru (Pasca Uji Coba Pratindakan) ...............................................................
161
2.2.
Silabus .................................................................................
164
2.3.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ........................
165
2.4.
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Siklus I ..............................
174
2.5.
Angket Evaluasi Kinerja Anggota Kelompok Siklus I .......
177
2.6.
Rekap Hasil Angket Evaluasi Kinerja Anggota Kelompok
2.7.
Siklus I ................................................................................
178
Lembar Observasi Penilaian Kinerja Guru Siklus I ............
179
xv
Halaman 2.8.
Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus I Pertemuan Pertama ...............................................................................
2.9.
181
Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus I Pertemuan kedua...................................................................................
2.10. Rekap Penilaian Proses Siklus I ..........................................
184 187
2.11. Rekap Nilai Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat Siklus I................................................................................
188
3.1.
Silabus .................................................................................
189
3.2.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ....................
190
3.3.
Lembar Kegiatan Siswa .....................................................
196
3.4.
Angket Evaluasi Kinerja Kelompok Siklus II ……………
199
3.5.
Rekap hasil angket Evaluasi Kinerja Kelompok Siklus II ..
200
3.6.
Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II .........................
201
3.7.
Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus II Pertemuan Pertama ...............................................................................
3.8.
3.9.
204
Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus II Pertemuan Kedua ..................................................................................
207
Rekap Penilaian Proses Siklus II ........................................
209
3.10. Rekap Nilai Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat
4.1.
Siklus II …………………………………………………...
210
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ...................
211
xvi
Halaman 4.2.
Rekap Nilai Kemampuan M engapresiasi Cerita Rakyat Siklus III ..............................................................................
4.3.
Angket Evaluasi Kinerja Anggota Kelompok Kelompok Siklus III .............................................................................
4.4.
217
218
Rekap Hasil Angket Evaluasi Kinerja Anggota Kelompok Siklus III ..............................................................................
219
4.5.
Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus III ........................
220
4.6.
Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus III Pertemuan Pertama ...............................................................................
4.7.
223
Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus III Pertemuan Kedua ..................................................................................
226
4.8.
Lembar Penilaian Proses Siklus III .....................................
229
4.9.
Permohonan Ijin Penelitian Dari Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebels M aret Surakarta ………
4.10
4.11
230
Surat Keterangan M elaksanakan Penelitian Dari Kepala SM A Negeri 1 Gemolong ...................................................
231
Hasil Pekerjaan Siswa .........................................................
232
xvii
ABSTRAK Sumanti, S.840209120.2010. Penerapan Model Pembelajaran Koope ratif Tipe Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat pada Siswa Kelas XF SMA Negeri 1 Gemolong, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010. Tesis: Program Pascasar jana Universitas Sebelas M aret Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan, menjelaskan pelaksana an model pembelajaran Group Investigation (GI) dan dengan penerapan model p embelajaran tersebut untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita raky at p ada siswa kelas XF SMA Negeri 1 Gemolong. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) y ang diaksanakan dalam tiga siklus dan tiap-tiap siklus terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Subyek penelitian adalah siswa kelas XF SMA Negeri 1 Gemolong Kabup aten Sragen tahun pelajaran 2009/2010. Sumber data diperoleh dari guru dan siswa , tempat dan peristiwa berlangsungny a aktivitas pembelajaran dan doku mentasi. Teknik dan alat pengumpulan data menggunak an angket, observasi, dan wawancara. Validitas data menggun akan trianggulai sumber data. Analisis data menggunak an analisis kualitatif. Hasil penelitian menun jukkan bahwa sebelum diadakan penelitian tindakan kelas, rata-rata kemampuan siswa dalam mengapresiasikan cerita raky at mendapat skor 64,16, setelah diadakan siklus pertama, mereka mendapat skor 68,32, setelah siklus kedua 72,65, dan setelah siklus ketiga mendapat skor 80,16. Sementara, p embelajaran mengapresiasi cerita raky at juga meningkat st iap siklus, siklus pertama 73,26, siklus kedua 74,84, dan siklus ketiga 78.81. Berdasark an hasil observ asi kinerja guru juga mengalami peningkatan sehingga hal tersebut mempengaruh i kemampuan mengapresiasi cerita raky at siswa kelas XF SM A Negeri 1 Gemolon g. Berdasarkan hasi l penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa model p embelajaran Group Investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita rakyat siswa kelas XF SMA Negeri 1 Gemolong, kabup aten Sragen tahun p elajaran 2009/2010.
xviii
ABSTRACT Sumanti, S.840209120.2010. The Application of Co-operative Teaching and Learning Model of the Investigation Group (GI) to Increase the Appreciating Folktale Ability on the Tenth Grade Student s of F at SMA 1 Gemolong, Sragen Regency in 2009/2010. Thesis: Post Graduate Program of Sebelas M aret University. The aim of this research is to describe, to explain the app lication of teaching and learn ing model of the Investigation Group (GI) and to increase the appreciating folktale ability on the tenth grade st udents of F at SM A 1 Gemolong by app lying this model. This research is as classroom action rese arch done three times and each cycle consists of planning, action, observation, and reflection. The rese arch subject is the st udents of the tenth grade of F at SMA 1 Gemolong, Sregen regency in 2009/2010. The source of d ata is taken fro m the teacher and the students, the p lace and the event of teaching and learn ing process activity, and documents. The technique and the data collecting use quest ionnaires, observ ation, and interview. The data validity uses the data triangulation. The data analysis uses the qualitative analysis. The result of this research shows that before being held the classroom action research, the average of the st udents’ ability in appreciating fo lktale 64,16, 68,32 after getting the first cycle, 72,65 on the second cycle, and 80,16 on t he third cycle. M eanwhile, based on the evaluation process, teaching and learning of folktale appreciation also increases in every cycle, 73,26 on the first cycle, 74,84 on the second cycle, and 78,81 on the third cycle. Based on the observation of teacher’s work also supp orts his increase so that it influences the appreciating folktale ability on the tenth grade st udents of F at SM A 1 Gemolong. Based on t he result of the above r esearch, it is concluded that app lication of coop erative teaching and learning mod el of the Invest igation Group (GI) can increase the appreciating folktale ability on the tenth grade students at SM A 1 Gemolong, Sragen r egency in 2009/2010.
xix
BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses yang panjang untuk menciptakan manusiamnusia berkua litas. Pendidikan memerlukan inov asi-inovasi yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi
tanpa
mengabaikan
nilai-nilai
kemanusiaan. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insaninsan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggun g jawab, produktif, dan berbudi p ekerti luhur. Paradigma pembelajaran dewasa ini telah bergeser dari pembelajaran tradisional ke pembelajaran baru. Pergeseran pembelajaran itu dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Pergeseran Pembelajaran Traditional Learning Teacher Centered Single Media Isolated Work Information Delivery Factual, Know ledge Push
New Learning Student Centered Multimedia Collaborative Work Informatioan Exchang e Critical Thinking and Informed Decision Making Pull Source: ISTE National Education Technology Standards for Teachers (USA).
Tony Chen, dalam Suyanto (2007: 2 ) Pendidikan merupakan inti dari proses memajukan suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia dalam perkembanganny a belum menunjukkan hasil sep erti yang diharapkan. Hal ini terlihat dari perny ataan y ang dikeluark an oleh UNESCO yang
1
2 menempatkan Indonesia di peringkat 119. Laporan UNDP tahun 2000 menunjukkan mutu sumber daya manusia Indonesia berada pada urut an 109, jauh dibawah M alaysia dan Brunai y ang ber ada p ada urutan ke - 69 dan ke - 32 (Paulus Hariyono, 2005: 4). Hasil penelitian di atas menun jukkan bahwa upaya peningkatan mutu yang selama ini dilakukan belum dapat memecahkan masalah dasar pendidikan. UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sist em Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana p endidikan yang bermakna, menyenangkan, kr eatif, dinamis dan
dialogis,
mempuny ai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu p endidikan serta memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan y ang dib erikan k epadany a. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk melakukan inovasi dalam dunia pendidikan. Inovasi yang dilakukan biasany a mempertimbangkan tiga alasan, y aitu efisien, efektif dan keny amanan. Efisien artinya waktu yang tersedia bagi guru harus dimanfaatkan sebaik-b aiknya. Efektif artiny a pelajaran yang diberikan harus menghasilkan manfaat bagi siswa atau masy arakat. Kenyamanan artinya sumber belajar, media alat bantu belajar, metode yang ditentukan sedemikian rup a sehingga memberikan gairah be lajar mengajar b agi siswa dan guru. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, usaha-usaha yang telah dilakukan pemerintah
belum menunjukkan hasil y ang memuaskan, khususnya mata
3 p elajaran bahasa Indonesia pada komp etensi dasar sastra. Hal ini dapat dilihat dari nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) pada KD sast ra menunjukkan hasi l yang relatif rendah diband ingkan den gan KD kebahasaan. Faktor guru sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan proses belajar mengajar. Keberhasilan proses pembelajaran tidak lepas dari peran guru. Guru dituntut untuk melaksanakan tugasny a dengan profesional. Guru profesional harus memiliki empat komp etensi yaitu: kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial. Guru tersebut diharapkan mampu mengaplikasikan berbagai teori belajar dalam pembelajaran, mampu memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan efisien, mampu melibatkan siswa berpartisipasi aktif, dan mampu menciptakan suasana belajar yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Proses p embelajaran tidak berp usat pada guru tetap i pada siswa sehingga siswa yang aktif dan guru hanya sebagai fasilitator dalam belajar. Guru harus mampu menerapkan metode yang sesuai dengan kondisi siswa dengan harapan dapat mencapai tujuan p embelajaran y ang sudah ditentukan. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sa lah satu up aya untuk meningkatkan kemampuan siswa agar dapat berkomunikasi dengan baik, mampu menggunakan b ahasa dengan tepat dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran bah asa dan sastra Indonesia masin g- masin g memiliki empat aspek keterampilan yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis baik kebahasaan maupun kesusastraan. Keempat keterampilan ini harus dikuasai oleh siswa karena merup akan keterampilan dasar y ang digunakan d alam kehidup an sehari-hari.
4 Pada keny ataannya, p embelajaran sastra belum mendapatkan porsi yang sama jika dibandingkan d engan pembelajaran bah asa. Porsi waktu dan muatan materinya kurang mendukung siswa untuk belajar sastra dengan baik. Bany ak kalangan yang menganggap bahwa pembelajaran sastra kuran g penting. Padahal fungsi pembelajaran sastra sangat penting yaitu untuk penghalusan bud i , peningkatan rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya, peny aluran gagasan, imajinasi, dan eksp resi secara konstruktif baik secara lisan maupun secara tertulis (Depdiknas, 2004: 5). Rendahny a minat terhadap p embelajaran sastra , termasuk p embelajaran cerita rakyat p erlu se gera di atasi. M elalui cerita rakyat dapat diketahui kekayaan buday a bangsa d an keb esaran masa lampau unt uk kep entingan pembentukan nilai d an budaya sekarang dan masa y ang akan datang. Pembelajaran cerita raky at dan hasil kemampuan mengapresiasi cerita raky at di kelas X F SMA N 1 Gemolong belum memuaskan. Hal ini terjadi karena guru dalam memberikan materi sebagian besar dengan ceramah. Guru mendominasi p embelajaran. Siswa cenderun g pasif. Siswa tidak dilibatkan dalam pembelajaran. M ateri yang disampaikan guru sudah ada di buku paket. Contoh cerita rakyat juga diambil dari paket. Hal ini menyebabkan siswa bosan mengikuti pembelajaran cerita rakyat. Akhirnya hasil pembelajaran cerita raky at y ang diperoleh siswa r endah. Kelas X F mempunyai rata-rata kelas 64,16 untuk materi cerita raky at. Berdasarkan hasi l wawancara dengan guru bahasa dan sastra Indonesia kelas X F pada hari Jumat, 5 Februari 2010 di ru ang guru SMA N 1 Gemolong dapat
5 diketahui bahwa nilai siswa untuk KD cerita rakyat masih rendah, metode yang digunakan guru adalah ceramah, siswa bany ak yang berbisik-bisik dengan teman semejany a, bahk an ada yang berbincang-bincang dengan teman. Siswa sering merasa kesulitan dalam mengapresiasi cerita rakyat. Siswa kuran g antusias. Ketika guru membuka tanya jawab yang bertanya hanya dua siswa, sedangkan siswa yang lain diam. Siswa sering mengalami kesulitan dalam mengapresiasi cerita raky at. Siswa beranggapan bahwa cerita rakyat kurang bermanfaat dalam kehidupan nyata dan dianggap sudah kuno. Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan y ang d ilaksanakan pada 4 Februari 2010 di kelas X F guru kurang tegas dalam mengajar. Ketika ada siswa yang berbisik-bisik dengan teman se mejanya atau berbincang-bincang, guru hanya diam saja. Guru belum menggunak an pendekatan tertentu untuk mengapresiasi cerita rakyat misalnya pendekatan kooperatif tip e Group Investigation (GI). Dari hasil wawancara dengan siswa kelas X F yang bernama Siti Nasib ah p ada hari Jumat, 5 Februari 2010 pukul 9.15 – 9.30 WIB diperoleh informasi bahwa p embelajaran cerita rakyat kurang menarik
atau kurang menyenangkan. Hal ini
karena guru dalam memberikan materi dengan ceramah dan penugasan, guru tidak menggunakan media pembelajaran, akibatny a siswa kurang aktif. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti di kelas X F disimpulkan bahwa hasil pekerjaan siswa untuk mengapresiasi cerita rakyat belum memuaskan. Siswa belum paham antara perwatakan tokoh dengan pendeskrip sian tokoh. Siswa juga belum begitu memahami latar cerita. M ereka mayoritas hany a meny ebutkan latar
6 tempat, sedangkan latar waktu dan suasana banyak yang belum paham. Untuk nilainilai sastra, siswa hany a menyebutkan nilainy a tidak memberi contoh. Pada kenyataannya dalam pembelajaran memahami cerita raky at yang dituturkan guru menerapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 68. Untuk memenuh i kriteria ini siswa h arus mampu mangapresiasi cerita rakyat, antara lain siswa harus mampu menulis kembali isi cerita dengan bahasa yang efektif, mampu menemukan tema, amanat, latar, dan hal-h al yang menarik dari cerita tersebut. Agar tujuan
pembelajaran
mendengarkan dan
apresiasi cerita rakyat
tercapai, siswa harus senang
membaca cerita rakyat. Siswa harus bany ak berlatih
mengapresiasi cerita rakyat. Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan pada hari Kamis, 4 Februari 2010 di kelas X F, dengan jumlah siswa 31 setelah diadakan ulangan cerita rakyat dip eroleh nilai 41 – 50 = 1 siswa, 51 – 60 = 9 siswa, 61 – 70 = 19 siswa, 71 – 80 = 3 siswa. Jadi, dapat disimpulkan siswa yang memenuhi KKM hanya 10 siswa sedangkan 21 siswa belum memenuhi KKM . Kegiatan pembelajaran sast ra khusunya memahami cerita rakyat diharapkan dapat mencapai hasil yang maksimal. Semua siswa diharapkan dapat mencapai Kriteria Ketuntasan M inimal (KKM ) y ang sudah ditetapkan di SMA N 1 Gemolong sebesar 68. M asalah rendahny a komp etensi sastra khususnya memahami cerita raky at p ada siswa kelas X F tersebut perlu diberi pemecahan berup a usaha untuk meningkatkan kompetensi dasar tersebut.
7 Dari uraian yang telah diun gkapkan di atas, maka penelitian tentang p embelajaran cerita raky at pada siswa kelas X F di SM A N 1 Gemolong ini perlu segera dilaksanakan. B. Rumusan Masalah Perumusan masalah y ang ingin diteliti pada p enelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah proses penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dalam pembelajaran mengapresiasi cerita r akyat p ada kelas X F SMA N 1 Gemolong? 2. Apakah p enerapan model pembelajaran Koop eratif Tipe Group Investigation (GI) dap at meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita rakyat? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian in i untuk: 1.
Mendeskripsikan dan menjelaskan p elaksanaan p embelajaran apresiasi cerita rakyat dengan menerapkan model pembelajaran GI pada siswa kelas X F SMA N 1 Gemolong.
2. M eningkatkan kemampuan apresiasi cerita rakyat dengan menerapkan model pembelajaran GI pada siswa kelas X F SMA N 1 Gemolong. D. Manfaat Penelitian 1.
Secara Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai referensi atau acuan dalam pembelajaran sastra terutama pembelajaran cerita raky at yang dip engaruhi oleh model pembelajaran GI.
8 2.
Secara Praktis a. Bagi Siswa; Hasil penelitian ini d iharapkan siswa; 1) dapat meningkatkan ke mampuan apresiasi cerita raky at; 2) dapat berinteraksi dengan sesama temannya, melatih kerja sa ma dalam tim, melatih tanggun g jawab individu, d an sebagainya; 3) dapat lebih aktif dan kreatif. b. Bagi Guru; Hasil penelitian ini diharapkan guru dapat; 1) memperoleh informasi tentang tingkat kemampuan siswa dalam mempelajari apresiasi cerita rakyat untuk menjadi acuan pada pembelajaran berikutny a; 2) melaksan akan p embelajaran den gan metode y ang inovatif yaitu dengan Group Investigation (GI) terutama terhadap pembelajaran sastra khususnya p ada apresiasi cerita raky at; 3) memberi solusi pada kesulitan pelaksanaan pembelajaran sastra khususnya p ada apresiasi cerita rakyat; 4) meningkatkan kua litas mata pelajaran bahasa d an sastra Indonesia. c. Bagi S ekolah; Hasil penelitian ini diharapkan sekolah d apat; 1) masukan dalam rangka pembinaan d an peningkatan p rofesionalisme guru;
9 2) menerapkan model pembelajaran y ang bervariasi pada pembelajaran apresiasi cerita rakyat y ang dap at pula diterapkan untuk mata pelajaran yang lain; 3) menumbuhkan iklim p embelajaran yang kondusif sehingga tercipta kualitas p embelajaran aktif, inov atif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).
10 BAB II KAJIAN TEORI, PEN ELIT IAN YANG RELEVAN, KERANGKA B ERPIKIR, HIPOT ES IS TINDAKAN A. Kajian Teori 1. Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat a. Hakikat Kemampuan Kemampuan atau kompetensi adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berp ikir dan bertindak (Depdiknas, 2004: 5). Kemampuan atau kompetensi adalah suatu keterampilan untuk mengeluarkan sumber daya internal atau bakat dalam diri seseorang yang dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun oran g lain. Kemampuan terus berkembang d an berp roses sesuai dengan bertambahnya usia seseorang. Kemampuan seseorang d apat berkembang d engan b aik jika disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh. Senada dengan hal tersebut, Mulyasa (2007: 215) menegaskan bahwa ko mpetensi yang harus dimiliki peserta didik p erlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar yang mengacu pada p engalaman langsun g. Kemampuan belajar digunak an untuk menyebutkan kemampuan individu yang berfungsi dalam lingkungan yang membutuhkan suatu usaha yang bersifat kognitif. Kemampuan dapat juga diartikan sebagai suatu komp etensi seseorang dalam penguasaan suatu aspek keterampilan. Setiap manusia mempuny ai 10
11 kemampuan yang berbeda-beda misalny a ada yang terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. M enurut Martinis Yamin (2007: 1) ko mpetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan siswa yang mencakup tiga asp ek, yaitu; pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Setiap komp etensi harus merup akan perp aduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksik an dalam kebiasaan berp ikir dan bertindak (M ulyasa, 2007: 215). Kemampuan mengapresiasi berarti kemampuan seseorang yang diwujudk an dalam penguasaan keterampilan untuk dapat mengapresiasi. Kemampuan
mengapresiasi
karya
sastra
seseorang
seba gaimana
kemampuan pencapaian belajar lainny a dapat diukur dengan tes. Ada empat tingkatan tes kesastraan menurut M oody dalam Burhan Nurgiyantoro (1987: 308314), yaitu mulai dari yang sederh ana hingga tingkatan yang kompleks. Keempat tingkatan tersebut adalah: a) tingkat informasi, berkaitan dengan hal-hal pokok yang berkenaan dengan data-data atau fakta-fakta dalam cerita; b) tingkat konsep, berkaitan dengan persepsi tentang bagaimana data-data atau fakta-fakta serta unsur-unsur cerita itu dior ganisasikan; c) tingkat persp ektif, berkaitan tentang pandangan pembaca sehubungan dengan unsur-unsur cerita yang dibacany a; d) tingkat apresiasi, berkaitan dengan permasalahan pemakaian bahasa atau unsur linguistik y ang dipandang dari asp ek keefektifan dalam p engun gkapan cerita. Menurut Sarwiji Suwandi (2009 : 45) tes digun akan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan dalam kegiatan belajar
12 mengajar. Tingkat keberhasilan siswa ini dimaksudkan juga tingkat kemampuan siswa yang dip eroleh setelah atau sebelum mengikuti kegiatan p embelajaran. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah suatu kekuatan y ang memerlukan keterampilan, sikap, pengetahuan untuk melakukan sesuatu dengan tepat dan dapat diukur. b. Hakikat Apresiasi Cerita Rakyat 1) Pengertian Apresi asi Kata apresiasi berasal dari bahasa In ggris “appreciation” secara harfiah dap at diberi pengertian seba gai pemahaman, pengenalan, pertimbangan, penilaian, dan p ernyataan y ang berisi evaluasi (Hornby dalam Herman J Waluyo dan Nugraheni Eko Wardani, 2009 : 43). Kata apresiasi secara harfiah berarti “penghargaan” terhadap suatu objek, hal, kejadian, atau pun peristiwa. Apabila yang dimaksud sesuatu itu karya sastra maka apresiasi artinya menghargai karya sastra baik prosa maupun puisi dengan seba ikbaikny a.
Untuk dap at memberi penghargaan terhadap kary a sastra, harus mengenal
karya sastra itu dengan baik. Tujuan mengenal karya sastra dengan baik adalah agar dapat bertindak dengan seadil-adilnya terhadap kary a tersebut. Dengan demikian, diharapkan dalam pemberian penghargaan dap at objektif. Hakikat apresiasi sastra adalah sikap menghargai sastra secara proporsional (p ada tempatnya). M enghargai sast ra artinya memberikan harga pada sastra sehingga sastra memiliki “kapling” dalam hati kita, dalam batin kita (Abdul Roz ak Zaidan, 2007: 1). Maksud istilah “kapling” tersebut adalah sastra mempuny ai tempat di hati
13 dan di batin pembacanya. M asih menurut Abdul Rozak Zaidan (2001: 21) bahwa apresiasi sastra itu berlangsun g dalam sebuah proses yang mencakup pemahaman, p enikmatan, dan penghayatan. Effendi, (1978: 18) memberikan definisi apresiasi sast ra adalah
kegiatan
menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, p enghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra. Hornby dalam Wilson Nadeak (1989: 44) menjelaskan bahwa apresiasi y aitu penimbangan, penilaian, pengalaman, dan pengenalan secara memadai atau dapat diartikan sebagai menimbang nilai dengan tepat akan sesuatu, mengerti dan menikmatiny a. Apresiasi merup akan hasil usaha pembaca dalam mencari dan menemukan nilai hakiki suatu kary a lewat pemahaman dan penafsiran sistematik yang dapat dinyatakan dalam bentuk tertulis (Suminto A. Sayuti, 2002: 365). Herman J. Waluyo (2005: 44-45) mengemukakan bahwa sy arat untuk dapat mengapresiasi adalah kepekaan batin terhadap nilai-nilai karya sast ra, sehingga seseorang dapat mengenal, memahami, mampu menafsirkan, mampu menghayati, dan dapat menikmati karya sastra tersebut. Dick Hartoko dalam Herman J. Waluyo (2005: 45) menyebutkan ada empat tingkatan apresiasi yaitu: tingkat menggemari, tingkat menikmati, tingkat mereaksi, dan tingkat produktif. Pendapat ini sama den gan IG. A. K. Wardani (1981: 1) bahwa ada empat tahap dalam mengapresiasi kary a sastra. Keempat tahap tersebut adalah :
14 (1)
tingkat menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa tertarik pada buku-buku sastra serta ada keinginan untuk membacanya;
(2)
tingkat menikmati, yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena mulai tumbuh p engertian;
(3)
tingkat mereaksi, yaitu mulai ada keinginan untuk menyatakan pemdapat tentang cipta sastra yang dinikmati misalnya dengan menulis sebuah resensi atau debat dalam d iskusi sastra;
(4)
tingkat p roduksi, yaitu mulai ikut menghasilkan cipta sastra. Pendapat lain dari M aidar Arsjad dalam Sof a (2008: 2) bahwa ada lima tahap
dalam mengapresiasi sastra seba gai berikut: (1)
tahap p enikmatan atau menyenangi. Tindakan operasionalnya adalah membaca kary a sastra ( cerita raky at, cerpen, novel, puisi);
(2)
tahap penghargaan. Tindakan operasionalnya, antara lain melihat kebaikan, nilai, atau manfaat karya sast ra, dan merasakan pengaruh kary a sastra ke dalam jiwanya;
(3)
tahap p emahaman. Tindakan op erasionalnya adalah meneliti dan menganalisis unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik suatu karya sastra, serta berusaha menyimpulkanny a;
(4)
tahap penghayatan. Tindakan op erasionalnya mencari hakikat atau makna suatu kary a sastra.
(5)
tahap penerapan. Tindakan op erasionalny a adalah melahirkan ide baru, mengamalkan penemuan, atau mendayagunakan hasil operasi dalam mencapai material, moral, dan strukt ural untuk kepentingan sosial, politik, dan budaya. Dengan demikian dap at disimpulkan bahwa tahap mengapresiasi karya sastra
meliputi menyenangi, menghargai, memahami, menghayati dan memproduksi. Tahap p aling rendah
adalah menyenangi sedan gkan
tahap
paling tinggi
adalah
memproduksi. Namun demikian, pembelajaran apresiasi sastra tidak semata-mata
15 mencetak sastrawan. Tujuan pembelajaran sastra (Indonesia) di sekolah menurut M aman S. M ahayana (2007: 1) adalah
agar siswa dapat menikmati dan
memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi p ekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Selain itu, para siswa agar dap at menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. 2) Pengertian Cerita Rakyat Cerita raky at merup akan sastra lisan yang berk embang di masyarakat, terutama pada masa lalu. Cerita raky at adalah cerita yang p ada dasarnya disampaikan oleh seseorang kepada oran g lain melalui penuturan lisan, yakni penciptaan, p enyebaran, dan pewarisanny a dilakukan secara lisan melalui tutur kata dari mulut ke mulut di kalangan masyarakat pendukungny a secara turun – temurun dari satu generasi ke generasi. C erita raky at terdiri dari berb agai versi, biasany a tidak diketahui p engarangnya (anonim). Cerita rakyat merup akan salah satu bentuk folklor y ang banyak dijumpai di Indonesia. M enurut James Danandjaya (1972: 4) kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folk dan lore. Folk adalah kolektifa dari or ang-oran g yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakanny a dari kelompok lain. Ciri-ciri p engenal tersebut dapat berup a: mata pencaharian yang sama, bahasa yang sam a, agama yang sama, tingkat pendidikan yang sama, dan lain sebagainya. Dalam hal ini y ang terpenting mereka telah mempuny ai suatu tradisi berup a kebudayaan y ang telah diwariskan secara turun-menurun, yang dapat mereka akui seba gai milik
16 kelompoknya dan menyebabkan mereka sadar akan identitas kelompok mereka sendiri (Dundes, 1965: 2). Alan Dundes dalam James Danandjaja (2007: 1) berp endapat bahwa kata folk berarti: Sekelompok orang y ang mempuny ai ciri-ciri pengenal fisik, sosial, kebuday aan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainny a. Ciri-ciri pengenal itu dapat berwujud warna kulit yang sama, mata pencaharian yang sama serta bahasa, taraf p endidikan, dan agama yang sam a. Namun yang lebih penting bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi yakni kebuday aan yang telah mereka warisi secara turun- temurun. Di samping itu, yang p enting p ula adalah bahwa mereka sadar akan identitas kelompokny a. Kata lore adalah tradisi dari folk, yaitu sebagian kebudayaan yang diwarisi secara turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isy arat atau alat pembantu pengingat yang lain (mnemonic device). Pendap at tersebut sejalan dengan Bruvand (1968: 5) yang mendefinisik an folklor seba gai berikut: “Folklore may be defined as those materials in culture that circulate that circulate traditionally among members of any group in different versions, whether in oral or by means of customary example”. Dalam pendapatnya ini Bruvand menekankan bahwa folklor adalah bagian dari kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun secara tradisional dalam versi yang berb eda. M enurut Achyar (2009: 1) folklor adalah sekelomp ok orang yang memiliki ciri-ciri khas yang unik sehingga dapat dibedakan dengan kelompok lainnya. Folklor diwariskan secara turun-temurun secara lisan dengan isy arat. M aksud dari pendap at
17 ini adalah folk lor yang ada di Indonesia berbeda-beda. M isalny a daerah M inang Kabau dengan Papua dalam up acara p ernikahan akan berb eda. Daerah M inang Kabau p akaian adat pengantin tertutup sedangkan di Papua agak terbuka. Jadi, folklor yang ada di setiap daerah berb eda-bed a. Pengertian folk lor dijelaskan dalam Undang-Undang Hak Cipta pasal 10 nomor 19 tahun 2002 sebagai berikut: Folklor adalah sebagian sekump ulan ciptaan tradisional, baik yan g dibuat oleh kelompok maupun p erorangan dalam masy arakat y ang menunjukk an identitas sosial dan budayanya berdasarkan st andar dan nilai-nilai yang diucapkan atau diikuti secara turun-temurun. Folklor secara umum didefinisikan sebagai bagian kebuday aan kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun - temurun. Pengertian folklor menurut Basco m dalam Nani Pollard (2009: 1) bahwa folklor mencerminkan suatu aspek kebudayaan, baik yang langsung maupun yang tidak langsung, dan tema-tema yang mend asar, misalnya; kelahiran, k ehidup an keluarga, bencana alam yang universal. Cerita tradisi lisan atau folklor yan g berasa l dari berbagai p ulau di Indon esia y ang berbeda ini mengandun g norma-norma kehidup an y ang pantas dijadikan contoh dalam kehidup an sehari-hari, tidak hanya di lingkun gan sosial tertentu, tetapi juga dalam lingkun gan masy arakat y ang lebih luas (Nani Pollard, 2009: 1). Senada den gan p endapat di atas, Suci Budhi Hariyani ( 2008: 2) berpendap at bahwa folklor mempuny ai dua fungsi yaitu fungsi sosial dan p engelompokan sosial. Fun gsi sosial meliputi pengendalian sosial, media sosial, dan nor ma sosial.
18 Cerita rakyat merup akan salah satu bentuk (genre) dari folklor. Folklor dap at disejajarkan dengan kebuday aan rakyat sehingga mempuny ai pengertian dan lingkup y ang lebih luas daripada cerita raky at. Sejalan dengan hal ini, James Danandjaja (2007: 14) menyatakan bahwa koleksi folklor Indonesia terdiri dari: kepercayaan rakyat, upacara, cerita prosa rakyat (mite, legend a, dan dongeng), nyany ian kanakkanak, arsitektur rakyat, teater rakyat, musik rakyat, dan lain-lain. Dalam masy arakat Jawa, cerita raky at adalah ragam cerita y ang berkembang dalam masyarakat. Cerita ini telah mengakar di hati masy arakat. Dalam cerita raky at ini, ada yang berbau dongeng. M enurut Ema
Husnan, Bachtiar, M artono dan
Kumalaningru m (1984: 82) dongeng adalah cerita khayal atau fantasi semata-mata, atau adakalanya yang dikaitkan dengan keadaan sebenarny a tetapi ditambah atau dibumbui dengan keanehan d an keajaiban sesuatu y ang tidak masuk akal. M asyarakat Jawa pada umumnya menganggap cerita itu disebut dongeng jika tokohnya binatang, tumbuhan atau yang lainnya. Mereka beranggapan jika cerita itu tokohny a manusia disebut cerita rakyat. Pemahaman seperti itu perlu diluruskan agar tidak terjadi p enafsiran yang keliru tentang cerita rakyat. 3) Ciri-Ciri Cerita Rakyat Berikut ini adalah ciri-ciri fo lklor yang dapat membedakan antara folklor dengan kebuday aan lain. M enurut James Danandjaja (2007: 3-4) ciri-ciri folk lor dapat dirumuskan sebagai berikut: a) penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dengan suatu contoh
19 yang disertai dengan gerak isy arat, dan alat pembantu pengingat) dari satu generasi ke generasi b erikutny a; b) folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam b entuk standar. Disebarkan di antara koleksi tertentu dalam waktu y ang cukup lama (p aling sedikit dua generasi); c) Folklor ada (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara peny ebaranny a dari mulut ke mulut (lisan), biasany a bukan melalui cetakan atau rek aman. d) folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptaannya sudah tidak diketahui lagi; e) folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berp ola; f) folklor mempuny ai kegunaan dalam kehidup an bersama suatu kolektif. Cerita rakyat mempunyai kegunaan sebagai berikut; alat pendidik, pelipur lara, protes social, dan proy eksi keinginan terpendam; g) folklor bersif at pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum; h) folklor menjadi milik bersama (collective) dari ko lektif tertentu. Hal ini disebabkan karena penciptaannya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang b ersangkutan merasa memilikinya; i) folklor pada umumy a bersifat
polos dan lugu, sehingga seringkali
kelihatannya kasar,terlalu sp ontan. 4). Bentuk-Bentuk Cerita Rakyat Cerita rakyat tidak dapat dipisahkan dari folklor karena cerita raky at bagian dari folklor. M enurut Brunvand dalam Jam es Danandjaja (2007: 21-22) bahwa folklor dapat digolon gkan menjadi tiga kelompok besar, y aitu: a)
folklor lisan adalah folklor yang memang murni lisan. B entuk-bentuk folklor ini antara lain : bahasa raky at (folk speech) sep erti logat, julukan, titel kebangsawanan ; un gkapan tradisional sep erti peribahasa, pepatah,
20 pemeo ; pertanyaan tradisional, seperti teka-teki ; puisi rakyat, sep erti pantun, gurindam, dan sy air ; cerita prosa fiksi, sep erti mite, legenda, dongeng ; dan nyany ian raky at. b)
folklor sebagian lisan merup akan fok lor yang bentukny a berup a campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. Bentuk folklor jenis ini adalah kepercayaan rakyat, permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat istiadat, upacara, p esta rakyat, dan lain-lain.
c)
folklor bukan lisan merup akan folklor yang bentuknya bukan lisan meskip un cara pembuatanny a diajarkan
secara lisan. Bentuk folklor jenis
ini antara lain arsitektur rakyat, kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman raky at, obat-obatan tradisional, gerak isyarat tradisional (gesture), buny i isyarat untuk komunikasi, dan musik raky at. Sejalan dengan pendapat di atas, Inne In ge (2007: 2) berp endapat di Indonesia folk lor dibagi menjadi tiga yaitu folklor lisan (verbal folklor), folk lor sebagian lisan (p artly verbal folklor), dan folklor bukan lisan (non verbal). Folklor lisan ad alah fo lklor y ang bentuknya murni lisan. Folklor sebagian lisan adalah folk lor y ang bentukny a merup akan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor buk an lisan ad alah folklor y ang bentuknya selain bentuk lisan walaupun cara pembuatanny a diajarkan secara lisan. William R. B ascom dalam James Danandjaja (2007 : 50) membagi cerita rakyat atau cerita prosa raky at (folk literature) ke dalam tiga kelompok, yaitu (1) mite, (myth) (2) legenda (legend), (3) don geng (folktale). Sejalan pembagian yang dilakukan oleh B ascom, Haviland (1993 : 230) juga membagi cerita rakyat ke dalam tiga kelompok besar, y aitu (1) mitos, (2) legenda, (3) dongeng.
21 Menurut Suripan Sadi Hutomo (1991 : 62-65) membagi cerita prosa raky at menjadi enam yaitu: (1) cerita-cerita biasa (tales), (2) mite (myths), (3) legenda (legends), (4) ep ik (epical), (5) cerita tutur (ballads), dan memori (memorates). Berikut ini penjelasan tentang jenis cerita raky at y ang hanya dibatasi p ada mite/mitos, legenda, dan dongeng. a) Mite/Mitos Mite atau mitos bersal dari bahasa Yunani mythos yang berarti cerita yakni cerita tentang dewa-dewa dan pahlawan-p ahlawan yang dipuja-puja. M itos adalah cerita tentang dewa-dewa suci yang mendukung sistem kepercayaan atau agama (religi), contohny a adalah cerita-cerita yang menerangkan asal usul dunia, kehidup an manusia dan kegiatan-kegiatan hidup sep erti bercocok tanam, misa lnya tentang kepercayaan Dewi Sri atau adat istiadat yang lain ( Suripan Sadi Hutomo, 1991 : 63). Senada dengan pendap at di atas, Ema Husnan, Bachtiar, S. M artono, dan Kumalaningru m (1984: 84) berpendap at mite adalah cerita tentang dewa-dewi atau p ahlawan yang dikaitkan dengan kepercayaan kepada roh-roh halus atau bek as-bekas kepercayaan animisme. Sejalan dengan Husnan, Setya Yuwana Sudikan (1985: 42) menyatakan bahwa mite adalah cerita tentang roh-roh halus dan d ewa-dewa yang ada di kayangan. Panuti Sudjiman (1986: 32) mite adalah cerita raky at legendaris atau tradisional, biasanya bertokoh makhluk y ang luar biasa dan mengisahkan peristiwap eristiwa yang tidak dijelaskan secara rasional. James Danandjaja (2007 : 50-51) menyatakan bahwa mite (mitos) adalah p rosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang
22 empuny a cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Pada umumy a mite mengisahkan terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk t opografi, gejala alam, dan sebagainya. M ite juga mengisahkan petualangan para dewa, kisah percintaan mereka, kisah p erang mereka, dan sebagainya. M ite bercerita tentang makhluk setengah dewa, dewa-dewi, asal- usul duni a, asal-usul manusia, dan lain seba gainya. Contoh cerita tentang dewa-dewi adalah Dewi Sri. M enurut cerita mite jenazahya menitis menjadi padi, sehingga Dewi Sri dipercaya sebagai Dewi Padi dan lambang kesuburan. Pemahaman terhadap cerita mitos sering menjadi sebuah keyakinan. Keyakinan ini dapat mengarah ke takhayul jika keyakinannya
secara
berlebihan.
Akibatny a bany ak
masyarakat
yang
menganggap keramat terhadap suatu mitos. M ite yang berkemb ang luas dalam kehidup an masy arakat Jawa adalah Nyi Loro Kidul, Ki Ageng Sela, dan sebagainya. b) Legenda Legenda adalah cerita yang mengisahkan asa l-usul satu tempat atau p eristiwa zaman silam. M enurut Panuti Sudjiman (1986: 29) legenda adalah cerita raky at tentang tokoh, p eristiwa, atau tempat tertentu yang mencampurkan fakta historis dan mitos. Sudikan (1985: 43) berpendap at bahwa legenda adalah sebuah cerita yang dihubungkan den gan k eajaiban alam. Menurut Haviland (1993: 230) legenda adalah cerita- cerita semihistoris y ang memaparkan perbuatan p ara pahlawan, perpindahan penduduk, dan terciptanya adat kebiasa an lokal, dan selalu berup a campuran antara realisme dan yang
23 supernatural yang luar biasa. Legenda dapat memuat tentang keterangan langsung atau tidak langsung tentang se jarah, kelembagaan, hubun gan, nilai, dan gagasangagasan. Legenda memang erat dengan sejarah kehidupan masa lampau meskip un masa lampau tingkat keberadaanny a seringkali tidak bersifat murni lagi. M asyarakat y ang mempuny ai cerita tersebut, legenda dianggap seba gai perist iwa-peristiwa sejarah, maka ada yang mengatakan bahwa legenda adalah ‘sejarah raky at’ (Suripan Sadi Hutomo, 1991: 64). Menurut William R. Bascon dalam Raminah Bar ibin (1986: 6) legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri mirip mite dan dianggap benarbenar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Tokoh di dalam legenda ini ialah manusia biasa yang kadang-k adang mempuny ai sifat y ang luar biasa atau sering juga dibantu oleh makhluk gaib. Bruvand dalam James Danandjaja (2007: 67) membagi legenda ke dalam empat kelompok, y aitu: (1) legenda keagamaan (religius legend), (2) legenda alam gaib (supernatural legend), (3) legenda perorangan (personal legend), dan (4) legenda setempat (local legend). Legenda keagamaan biasanya berhubungan dengan agama tertentu, misalnya mengisahkan or ang-oran g suci dalam Nasrani. Legenda untuk oran g-oran g saleh di Jawa namany a Wali Sanga. Legenda alam gaib biasanya berbentuk kisah y ang ben arbenar terjadi dan pernah dialami seseorang yang bercerita tentang makhluk gaib, hantu, siluman, gejala-gejala alam gaib, dan sebagainya. Fungsiny a adalah untuk memperkuat kebenaran ’takhayul’ atau kepercayaan rakyat, contohny a Sundel
24 Bolong di Jawa Tengah. Legenda perseorangan merup akan jenis legenda yang menceritakan tokoh-tokoh tertentu yang dianggap oleh pemilik cerita benar-ben ar terjadi (James Danandjaja, 2007: 73-75). M isalnya; Jaka Tingkir di Jawa Tengah, cerita Panji di Jawa Timur, dan sebagainy a. Legenda setempat adalah legenda yang berhubungan den gan asal mula suatu tempat, nama tempat dan topografi, y aitu bentuk p ermukaan suatu daerah yang berbukit-bukit, berjurang, dan sebagainy a (James Danandjaja, 2007: 75-83). Contoh legenda adalah C andi Loro Jon ggrang, Tangkub an Perahu, Danau Toba, dan seba gainy a. c) Donge ng M enurut Panuti Sudjiman ( 1986: 15) dongeng adalah cerita tentang makhluk khayalis. M akhluk khayali y ang menjadi tokoh-tokoh cerita semacam itu biasany a ditampilkan sebagai tokoh y ang memiliki kebijaksanaan untuk mengatur masalah manusia dengan segala macam cara. Bascom dalam James Danandjaja ( 2007: 50) menyatakan bahwa dongeng adalah cerita prosa rakyat y ang dianggap tidak ben arbenar terjadi oleh yang mempuny ai cerita, dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat. Dongeng merupakan cerita yang tidak b enar-benar terjadi terutama pada zaman dahulu. Dongeng dapat dibagi ke dalam empat golongan besar, yaitu: (1) dongeng binatang (animal tales), yakni don geng yang tokohny a banatang yang dapat berbicara dan memiliki akal budi seperti manusia. Bentuk khusus dongeng binatan g adalah fabel. Fabel yang terkenal di Jawa adalah don geng Kancil. Variasi don geng Kancil menjadi menjadi beberapa sub dongeng,
25 antara lain: (a) Kancil Nyolong Timun, (b) Kancil dengan Buay a, (c) Kancil dengan Siput, (d) Kancil dengan Buaya, (e) Kancil dengan Kera, dan sebagainya; (2) dongeng biasa (ordinary folk tales), yaitu dongeng yang tokohny a manusia dan biasanya ada kisah suka dan duk a seseor ang. M isalnya: Bawan g M erah dan Bawang Putih, Ande-Ande Lumut, dan sebagainya; (3) lelucon dan anekdot (fokes and anecdotes), lelucon adalah kisah lucu anggota suatu kolektif berup a sifat atau tabiatnya sehingga menyebabkan tertawa, sedangkan anekdot adalah kisah lu cu pribadi seseor ang atau beberapa tokoh yang benar-ben ar ada; (4) dongeng berumus (formula tales) yaitu dongeng yang strukt urnya terdiri dari pengulangan-p engulangan
atau
berantai.
Dongeng-don geng
berumus
mempuny ai beberapa subbentuk, yaitu: (a) dongeng bertimbun banyak atau dongeng berantai (chain tales) yaitu dongeng yang dibentuk dengan cara menambah keterangan lebih terperinci pada setiap p engulangan inti cerita; (b) dongeng untuk mempermainkan oran g ( cacth tales) adalah cerita yang khusus untuk
memperdayai orang karena akan menyebabkan pendengarny a
mengeluarkan pendapat bodoh. (c) dongeng yang tidak mempunyai akhir (endless tales) adalah dongeng yang jika diteruskan tidak akan sampai pada batas akhir. Senada dengan Antti Aarne dan Stith Thomson dalam M aria Indra Rukmi (1978: 23-24) yang termasuk dongeng adalah lelucon dan anekdot. Antara keduany a
26 dibedakan sebagai berikut: lelucon itu tidak meny angkut kisah p ribadi seorang tokoh y ang benar-benar hidup
(contoh cerita Pak Belalang). Sedangkan anekdot
menyangkut kisah p ribadi seorang tokoh yang benar-b enar h idup. Selanjutny a lelucon dan anekdot dibagi lagi menjadi: (1) dongeng menganai orang-or ang p andir (unskull stories), (2) dongeng mengenai sepasang suami isteri (stories about married a coup le), (3) dongeng mengenai seorang wanita atau gadis (stories about a woman,girl), (4) dongeng mengenai seoran g laki-laki atau anak laki-laki (stories about a man, boy). Dongeng ini terbagi lagi atas : (a) orang laki-laki cerdik ( the clever man), (b) kecelakaan y ang membawa keberuntungan ( lucky accidents), (c) orang laki-laki bodoh ( the stupid man), (d) lelucon mengenai pejabat-pejabat agama dan badan-badan keagamaan (joces about person and religious onders), yaitu lelucon mengenai pendeta Nasrani dan p ara haji, (e) anekdot mengenai kelompok lain (anecdote about o ther groups of people), (f) anekdot mengenai tokoh-tokoh mayarakat atau negara, (g) anekdot mengenai oran g laki-laki malang. 5). Fungsi Cerita Rakyat Cerita rakyat dalam wujudny a banyak yang berup a sastra lisan. Folklor p ada umumny a mempuny ai kegunaan atau fungsi dalam kehidup an bersama suatu ko lektif misalnya cerita raky at sebagai alat pendidik, hiburan, protes sosial, dan proyeksi
27 suatu keinginan yang terpendam. M enurut Bascom dalam James Danandjaja ( 2007: 19) pengkajian sast ra lisan termasuk cerita rakyat memiliki fun gsi, antara lain: (a) sebagai sistem proy eksi, yakni yang mencerminkan angan-angan kelompok (b) sebagai alat pengesahan pranata-p ranata dan lembaga-lembaga kebud ayaan; (c) sebagai alat pendidik anak; dan (d) sebagai alat pemaksa dan p engawas agar norm anorma masyarakat akan selalu dipatuhi oleh kolektifny a ( Surip an Sadi Hutomo, 1991: 69). Keempat fungsi inilah yang mendorong pentingnya kajian tentang cerita rakyat. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cerita raky at sangat penting diajarkan kepada siswa karena mengandun g nilai moral, budaya, sosial, pendidikan, dan cerita r akyat berfungsi seba gai hiburan, kritik sosial, proyeksi suatu keinginan, dan alat pendidikan. Dengan demikian, peserta didik diharapkan dapat menerapkan nilai-nilai cerita tersebut dalam kehidup an sehari-hari. 2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) a. Pembelajaran kooperatif 1) Landasan Pemikiran Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan p rest asi belajar siswa. M odel pembelajaran ini ada beberapa macam antara lain STAD, TGT, Jigsaw, GI, TAI, dan lain sebagainya. Hampir semua mod el pembelajaran koop eratif berdampak p ositif bagi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan p endapat Johnson, Johnson, dan Stanne (2000: 1) bahwa :
28 All eight cooperative learning methods had a significant positive impact on student achievement. When the impact of coop erative learning was compared with competitive learning, Learning Together (LT) promoted the great est effect, follow ed by Academic Controversy (AC), Student-Team-AchievementDivisions (STAD), Teams-Games-Tournaments (TGT), Group Investigation (GI), Jigsaw, Teams-Assisted-Individualization (TAI), and finally Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). When the impact o f cooperative lessons was compared with individualistic learning, LT promotes the greatest effect, follow ed by AC, GI, TGT, TAI, STAD, Jigsaw, and CIRC. The consistency of the results and the diversity of the coop erative learning methods provide strong validation for its effectiveness. M aksud kutipan di atas adalah kedelapan model pembelajaran koop eratif y aitu LT, AC, STAD, TGT, GI, Jigsaw, TAI, dan CIRC mempuny ai dampak yang signifikan dalam kesuksesan siswa . Ketika pembelajaran dibandingkan dengan p embelajaran kompetisi, Learning Together memberikan efek terbesar baru diikuti oleh model pembelajaran y ang lain. Konsistensi hasil dan keanekaragaman p embelajaran koop eratif menghasi lkan validasi yang baik untuk efektivitas p embelajaran. Pembelajaran y ang b ernaung d alam teori kontruktivis adalah koop eratif. Para kontrukt ivis berargumen tentang lingkungan belajar dalam konteks yang kaya (ri ch environment). Pengetahuan dan keterampilan yang kokoh dan bermakna- gun a (meaningful-use) dapat dikonstruk melalui tugas-tugas dan pekerjaan yang otentik (CORD, 2001: 1). Pembelajaran koop eratif mun cul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
29 berdiskusi dengan temanny a. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang komp leks. M enurut Gokhale, 1995: 6 bahwa model pembelajaran kooperatif diyakini dapat memberi peluang pada siswa untuk terlibat dalam diskusi, berpikir kr itis, berani dan mau mengambil tanggun g jawab untuk p embelajaran sendiri. Sejalan dengan pendap at Gokhale, Wong &Won g (2010: 1) berpendap at bahwa : Cooperatif learning is not so much learning to cooperate as it is cooperating to learn. Most researchers of the pass fifty years have come to the consensus that cooperative learning increases student achievement and develops socialization sk ills. M aksud dari pendapat Wong &Won g d i atas adalah p embelajaaran koop eratif tidak sep erti belajar kelompok yang lain yaitu bekerja sama untuk belajar. Sebagian besar peneliti selama 50 t ahun terakhir berp endapat bahwa pembelajaran koop eratif dapat meningkatkan p restasi belajar dan keterampilan sosialisasi. M odel pembelajaran koop eratif beranjak dari pemikiran ”getting better together,” y ang menekankan pada pembelajaran kesempatan belajar y ang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh dan mengembangkan p engetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-ketarampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masy arakat. Dalam pembelajaran ini siswa tidak hany a belajar dan menerima apa y ang disajikan guru dalam PBM , tetapi bisa juga belajar dari siswa lainny a, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain (Arief Achmad, 2005: 2).
30 M odel pembelajaran adalah represent asi realitas yang disajikan dengan suatu derajat st ruktur dan urut an Richey dalam Burh anudin dan Soejoto (2008: 5). M odel p embelajaran kooperatif mengutamakan peran aktif siswa bukan berarti guru tidak berpartisipasi, sebab dalam proses pembelajaran guru berp eran sebagai perancang, fasilitator, dan pembimbing proses pembelajaran. Dalam implementasi, setiap kelompok presentasi atas hasil invest igasi di depan kelas. Tugas kelompok lain k etika satu kelompok p resentasi di depan kelas adalah melakukan evaluasi sajian kelompok (Sutama, 2007 : 1). Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif, siswa dapat aktif belajar baik dari guru, diri sendiri, maupun teman yang lainny a bahkan siswa dapat membelajarkan k epada teman-teman di k elas. Di dalam kelas koop eratif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil y ang terdiri dari 4 - 6 oran g siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah unt uk memberikan k esemp atan kep ada semua siswa unt uk dapat terlibat secara aktif dalam p roses berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, t ugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompokny a untuk mencapai ketuntasan belajar. Sebagaimana model – model pembelajaran lain, model pembelajaran kooperatif memiliki tujuan-tujuan, langkah – langkah, dan lingkun gan belajar dan sistem p engelolaan y ang khas.
31 2) Tujuan Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok st rategi pengajaran y ang melibatkan siswa bekerja secara berkol aborasi untuk mencapai tujuan bersama (Enggen and Kauchak, 1996: 279 ). Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebu ah usaha untuk meningkatkan p artisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan p engalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama – sama siswa yang berbeda latar belakangny a. Jadi dalam pembelajaran koop eratif siswa berp eran ganda y aitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan den gan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidup an di luar sekolah. Struktur tujuan koop eratif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Tujuan – tujuan pembelajaran ini mencakup tiga
hal penting, yaitu hasil belajar
akademik, p enerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim M, Rachmadiarti F., Nur M ., Ismono, 2000 : 7 ). Pembelajaran kooperatif juga mempuny ai efek yang berarti terhadap keragaman ras, buday a, agama, st rata sosial, kemampuan dan ketidakmampuan Ibrahim M., Rachmadiarti F., Nur M., Ismono dalam Trianto ( 2007: 44). Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berb eda latar belakang untuk bekerja sama dalam mengerjakan tugas-tugas mer eka. Pembelajaran
32 kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatih keterampilan-keterampilan bekerja sama dan kolaborasi serta keterampilan tanya-jawab Ibrahim M ., Rachmadiarti F., Nur M ., Ismono dalam Trianto ( 2007: 44-45). Pembelajaran kooperatif dapat mencegah dan mengobati masalah sosial seperti keragaman rasisme, seksisme, perilaku antisosial (kenakalan, kekerasan, ketidaksopanan), kurangnya nilai-nilai dan sebagainya. Hal ini sesuai pendap at Johnson, Johnson, Stanne (2000: 2) di bawah ini. The diverse and positive outcomes that simultan eously result from cooperative efforts have sparked numerous research studies on cooperative learning fo cused on preventing and treating a wide variety of social problems such as diversity (racism, sexism, inclusion of handicapped), antisocial behavior (delinquency, drug abuse, bullying, violence, incivility), lack of prosocial values and egocentrism, aliena tion and loneliness, psychological pathology, low self-esteem, and many more (see reviews by Cohen, 1994a; Johnson & Johnson, 1974, 1989, 1999a; Johnson, Johnson, & Maruyama, 1983; Kohn, 1992; Sharan, 1980; Slavin, 1991). For preventing and a lleviating many of the social problems related to children, adol escents, and young adults, cooperative learning is the instructional method of cho ice. M aksud kutipan di atas adalah hasil penelitian pembelajaran koop eratif dinyatakan berhasil kemud ian menyulut berbagai penelitian dibidang penelitian kooperatif yang difokuskan untuk mencegah dan mengobati berbagai masalah keragaman sep erti rasisme, seksisme, p erilaku antisosial (kenakalan, peny alahgunaan narkoba,
kekerasan,
ketidaksop anan),
kurangny a
nilai-nilai
prososial
dan
egosent risme, keterasin gan dan kesep ian, rendah diri dan masih banyak lagi. Untuk
33 mencegah dan mengurangi banyak masalah yang berkaitan dengan anak-an ak, remaja, dan dewasa, pembelajaran kooperatif adalah p ilihan yang tepat. 3) Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan Pembelajaran kooperatif bertitik tolak dari pandan gan John Dewey dan Herbert yang menyatakan bahwa pendidikan dalam masy arakat yang demokratis seyogyanya mengajarkan proses demokratis secara langsung. Tingkah laku kooperatif dipandang dasar
demokrasi
dan
sekolah
merupakan
laboratorium
untuk
mengembangkan tingkah laku demokr asi. Ciri pembelajaran kooperatif adalah proses demokrasi dan peran aktif siswa. Dalam pembentukan kelompok, guru menerapkan st ruktur tingkat tinggi, dan mendefinisikan semua prosedur. Akan tetapi, guru tidak boleh mengelola tingkah laku siswa dalam kelompok, dan siswa bebas melakuk an aktivitas-aktivitas di d alam kelompoknya.
Pembelajaran koop eratif akan efektif jika materi pembelajaran
tersedia lengkap di kelas, ruan g guru, p erp ustakaan, ataup un di p usat media Ibrahim, dkk, dalam Trianto ( 2007: 45). Pembelajaran kooperatif akan berjalan lancar dan sesuai dengan harapan apabila siswa mempunyai keterampilan koop eratif. Keterampilan tersebut berfungsi untuk melancarkan p eranan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dap at dibangun dengan mengembangkan komunik asi antar anggota kelompok sedangkan p eranan tugas dapat dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok.
34 4) Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Terdapat enam langkah utama dalam pembelajaran koop eratif. Langkahlangkah itu ditunjukkan pada tabel 1 ber ikut ini. Tabel 2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase
Tingkah Laku Guru
Fase-1
Guru menyampai kan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa belajar.
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase- 2
Guru menyaj ikan inrformasi dengan demonstrasi atau lewat bahan
Menyajikan informasi
bacaan .
Fase- 3
Guru menjel askan cara membentuk kelompok belajar dan membantu
Mengorg anisasikan
siswa
ke dalam
setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien .
kelompok kooperatif Fase- 4
Guru membimbing kelompok – kelompok belajar pada saat mereka
Membimbing kelompok bekerja dan
mengerjakan tugas merek a.
belajar Fase- 5
Guru mengev aluasi h asil belajar tentang materi yang telah dipelajari
Evaluasi
atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase- 6
Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar
Memberikan pengharg aan
individu dan kelompok.
Sumber: Ibrahim, dkk dalam Trianto, (2007: 48-49)
Pembelajaran kooperatif seperti yang disebutkan oleh Oslen dan Kagan d alam Richards dan Rodgers (2001: 192) b ahwa p embelajaran kooperatif adalah: Cooperative learning is group learning activity organized so that learning is dependent on the socially structured exchange of information between learners in groups and in which each learner is held accoun table for his or her own learning and is motivated to increase the learning o f others. M aksud dari kutipan di atas adalah pembelajaran koop eratif adalah kelompok belajar yang mengutamakan aktivitas setiap anggota kelompok. Dengan demikian
35 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengutamakan kerja sama dengan anggota kelomp ok maupun antar kelompok lain sehingga terjadi tukar informasi dan membu at siswa lebih termotivasi dalam belajar. b. Model Pembelajaran Kooperatit Tipe Group Investigation (GI) 1) Pengertian Group Investigation (GI) M odel pembelajaran kelompok invest igasi (group investigation) adalah suatu model pembelajaran yang memberikan kemun gkinan siswa untuk mengembangkan p emahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasi l belajar sesuai pengembangan y ang dilalui siswa (Al Krismanto, 2003: 7). Group Investigation
merup akan
p erencanaan pengaturan kelas yang umum di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, p erencanaan dan proyek ( Sharan dan Sharan dalam Slavin, 2009 : 24). M enurut Setiawan (2006: 7), dalam investigasi siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mengembangkan sik ap dan pengetahuannya tentang materi yang dipelajari sesuai dengan kemampuan masing-masin g, sehingga memberikan hasi l yang lebih bermakna pada siswa. Pada keny ataannya, model pembelajaran GI tidak dapat lepas dari belajar kelompok. Akan tetapi, tidak semua belajar kelompok itu termasuk model p embelajaran GI. M enurut Sardiman (2006: 114) belajar kelompok merup akan kebutuhan sosial siswa. Guru harus dapat menciptakan suasana kerja sama antar siswa dengan h arapan dapat melahirkan suatu p engalaman belajar yang lebih baik. Lebih lanjut, Oemar Hamalik (2000: 152) berp endapat bahwa belajar kelompok dilaksanakan dalam suatu proses kelompok. Para anggota kelomp ok saling
36 berhubungan dan berp artisipasi, memberikan sumbangan untuk mencapai tujuan bersama. Pada pembelajaran kooperatif tipe GI, John Dewey dalam Slavin (2009: 214-215) berpendapat bahwa koop erasi di dalam kelas seba gai prasyarat untuk bisa menghadapi masalah kehidup an y ang kompleks dalam masy arakat demokrasi. Kelas adalah tempat kreativitas guru dan siswa membangun proses pembelajaran yang didasarkan pada perencanaan mutual dari berbagai pengalaman, kapasitas, dan kebutuhan mereka masing-masing. M odel kooperatif tipe GI dapat mengub ah p embelajaran y ang positif di kelas. Netherlands (2005: 1) berpendapat sebagai berikut: A modified GI method was implemented during the course of an action research effort consisting of two yearlong projects. Students’ writings, which had been produced twice a year, were ana lyzed to reveal their reflections concerning the GI method. The students were positive about how GI altered the ways their learning occurred in the classrooms. They also reported several positive learning outcomes resulting from the GI implementation. M aksud kutipan di atas adalah pembelajaran di kelas menjadi berbeda setelah GI diterapkan. Hasil pekerjaan siswa menjadi lebih baik. M ereka juga mempuny ai beberapa keuntungan setelah p enerapan GI. 2) Implementasi Group Investigation M odel pembelajaran Group Investigation
merup akan model pembelajaran
y ang melibatkan siswa mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi.Penerapan GI dalam p embelajaran dih arapkan dapat meningkatkan p restasi belajar peserta didik dan p eserta didik diharapkan dapat mengatasi masalah sosial.
37 M enurut Wong &Won g (2010 : 1) Group Inv estigation adalah : Group Investigation. These activities are open- ended problem solving investigations. The group is given a topic or an issue, which the students divede into smaller parts. Each student is accountable for one of these subtopics, into which he or she much conduct research. Working together as a group, the students create and end product that syn the sizes the information from each subtopic. They then present theisr findings on the main top ic or their solutions to the issue to the class in a formal presentation, as a group. M aksud dari kutipan tersebut adalah kegiatan dalam GI merup akan p enyelidikan masalah secara terbuka untuk diselesaikan. Kelompok diberikan suatu topik atau masalah dan siswa bertanggun g jawab untuk salah satu top ik tersebut. M ereka bekerja dalam sebuah kelompok. Para siswa membuat produk akhirnya mensintesiskan informasi dari setiap subtopik. Setelah diskusi selesai, mereka mempresentasikan hasil kelompokny a. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajarinya, m engikuti inv estigasi mendalam terhad ap berbagai subtop ik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok menurut Slavin (2009: 218-220) dapat dikemukak an sebagai berikut : Tahap I Mengidentifikasi Top ik dan M engatur M urid ke dalam Kelompok. Tahap II M erencanakan tugas yang dipelajari. Tahap III M elaksanakan Investigasi. Tahap IV
38 M enyiapkan laporan akhir. Tahap V Mempresentasikan laporan akhir. Tahap VI Evaluasi. T ahap pertama pembelajaran GI adalah mengidentifikasi top ik dan mengatur murid ke dalam kelompok berdasarkan kesenan gan pada topik yang sama. Guru memberikan beberapa topic, siswa memilih topik yang disenangi. Tahap kedua adalah merencanakan tugas yang akan dipelajari. Para siswa merencanakan bersama mengenai apa yang akan dipelajari. M isalnya: guru memberikan topik cerita raky at dari berbagai daerah di Indonesia. Setiap kelompok memilih topik cerita rakyat dari daerah mana yang akan dipelajari. Tahap ketiga adalah melaksanakan invest igasi. M aksudny a adalah setiap kelompok setelah memilih top ik cerita rakyat tersebut, kemudian membagi anggota kelompoknya untuk menginvestigasi cerita. M isalnya siswa A menginvestigasi karakteristik cerita rakyat, siswa B menginvest igasi unsur intrinsik, siswa C menginvestigasi nilai-n ilai sastra, dan siswa D membuat sinop sis. Tahap keempat adalah menyiapkan laporan akhir. Setiap anggota kelompok menentukan
pesan-pesan penting dari
proyek
mereka. Anggota
kelompok
merencanakan apa yang akan dilaporkan misalny a karakteristik cerita raky at, unsur intrinsik, nilai-nilai sastra, dan sinopsis cerita. Kemudian wakil-wakil kelompok membentuk p anitia acara untuk presentasi. Tahap kelima adalah mempresentasikan laporan akhir. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Ada yang menjadi mod erator, penyaji dan notulis. Anggota kelompok yang lain memperhatikan dan mencatat hasil kelompok
39 y ang sedang presentasi. Setelah kelompok yang presentasi selesai memaparkan hasilnya, anggota kelompok y ang lain diberi waktu untuk menanggapi. Tanggapan itu dapat berupa p ertany aan, kritikan, atau saran. Tahap terakhir adalah evaluasi. Pada tahap ini para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik yang telah dipresentasikan. Guru dan siswa saling berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran yang telah berlangsung. Setiap anggota kelompok dip erbolehkan unt uk bertanya kep ada anggota kelompok yang lain tentang materi yang telah dipresentasikan. Para siswa juga boleh bertanya kepada guru tentang materia atau topik y ang telah dibahas. Baik siswa maupun guru yang mendapatkan p ertanyaan menjawab soal yang diajuk an. Jadi, dalam pembelajaran GI siswa tidak hany a bertanya kep ada guru saja, tetapi boleh juga bertanya kep ada teman antarkelompok maup un t eman dalam k elomp oknya. Keenam tahap pembelajaran GI tersebut dilaksanakan guru dan siswa secara berurut an agar dapat mencapai hasil yang maksimal. Khusus pada tahap evaluasi, guru dan siswa dapat berkolaborasi dalam membuat soal tes. M isalnya dalam satu kelas ada 7 kelompok, setiap kelompok disuruh mengump ulkan soal sebanyak lima buah. Guru dapat memilih dua soal dari setiap kelompok. Jadi, jika satu kelas ada 7 kelompok berarti ada 14 soal tes yang dapat digunakan guru untuk mengevaluasi siswany a. 3) Variasi Model Cooperative Learning Pembelajaran koop eratif ada empat model yaitu STAD, JIGSAW, GI (Group Investisation) dan pendekatan st ruktural, yang meliputi Think Pair Share
40 (TPS) dan Numbered Head Together (NHT). Tabel 2 berikut ini mengikhtisarkan d an memband ingkan empat pendekatan dalam p embelajaran menurut Ibrahim,dkk, dalam Trianto (2007: 50-51). Tabel 3. Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif STAD Tujua n Kognitif Tujua n Sosial Strutur Ti m
Pemiliha n Topik Tugas Utama
Penilaian
Pengakua n
Jigsaw
Informasi Akademik sederhana Kerja kelompok dan kerjasama Kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang
Biasanya guru Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling me mbantu untuk menuntaskan materi belajarnya Tes Mingguan
Lembar penget ahuan publikasi lain
&
Investi gasi Kelompo k Informasi akademik Informasi akademik sederhana tingkat tinggi & keterampilan inkuiri Kerja kelompok dan Kerjasama dalam kerjasama kelompok kompleks Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota menggunakan pola kelompok ’asal’ & kelompok ’ ahli’ Biasanya guru
Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 anggota homogen
Biasanya guru
Pendekatan Struktural Informasi akademik sederhan a Keterampilan kelompok & keterampilan sosial Bervariasi, berdua, bertiga, kelompok dengan 4-5 orang anggota
Biasanya guru
Siswa mempelajari Siswa menyelesaikan materi dalam kelompok inkuiri kompleks ’ ahli’ kemudian me mbantu anggota kelompok asal me mpelajari materi itu
Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan secara sosial dan kognitif
Bervariasi dapat berupa Men yelesaikan tes mingguan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes uraian P ublikasi lain Lembar pengakuan dan publikasi lain
Bervariasi
Bervariasi
Sumbe r: Ibrahim (dalam Tri anto, 2007: 50-51)
B. Penelitian yang Relevan Asror Juwaini (2008) dalam tesisny a yang berjudul ” Penerapan Pembelajaran Koop eratif M odel Group Investigation (GI) untuk M eningkatkan Kemampuan M embaca Siswa Kelas VI Seko lah Dasar Negeri Bangkal 01 Kecamatan Binangun
41 Kabup aten Cilacap” menunjukkan adany a aktivitas belajar yang efektif dalam p embelajaran membaca pemahaman. Sutrisno, A.B (2006) dalam penelitianny a yang berjudul “Kemampuan Pemecahan M asalah Siswa dalam Geometri M elalui Model Pembelajaran Investigasi Kelomp ok : Studi Eksp erimen pada Siswa Kelas II SLTPN 4 Bandar Lampung”, memperoleh kesimpulan bahwa rataan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam geometri yang pembelajarannya menggunak an investigasi kelompok lebih baik daripada siswa yang menggunak an model tradisional dalam p embelajaranny a. Penelitian Asror Juwaini dengan penelitian yang akan penulis lakukan ada p erbedaan pada materi ajarny a. Jika Asror Juwaini memilih materi membaca p emahaman, maka penulis memilih materi cerita rakyat. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama penelitian tindakan kelas dan menggun akan model koop eratif tipe GI. Penelitian Sutrisno, A.B dengan p enelitian y ang akan dilakukan p eneliti juga ada persamaan dan perbedaannya. Persamaannya adalah sama-sa ma menggunak an model pembelajaran kooperatif tipe GI. Perbedaanny a adalah Sutrisno, A.B termasuk p enelitian eksp erimen sedangkan peneliti PTK. Perbedaan yang lain adalah Sutrisno, A.B meneliti matematika khususnya geometri, sedangkan peneliti memilih materi p embelajaran apresiasi cerita rakyat. Peneliti
memilih
model
pembelajaran
koop eratif
tipe
GI
dalam
mengapresiasi cerita rakyat dengan harapan siswa lebih tertarik atau senang dengan model pembelajaran yang inovatif tersebut. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe
42 GI ini dapat mengatasi masalah sosial, antara lain siswa yang dulu ego diharapkan tidak ego setelah menerapkan GI. Siswa yang du lu antisosial menjadi punya rasa sosial. Siswa yang minder menjadi percaya diri, dan pembelajaran GI membantu remaja untuk keluar dar i berbagai masalahny a. Peneliti memilih materi apresiasi cerita r akyat karena dalam cerita raky at ini mengandung nilai mor al, sosial, bud aya, pendidikan yang baik untuk dicontoh oleh generasi muda khususnya siswa SMA. Selain itu, siswa dapat memperhalus budi p ekerti lewat pembelajaran sastra khususnya cerita raky at. Dengan demikian, diharapkan siswa setelah melaksanakan pembelajaran apresiasi cerita raky at dengan model GI dapat mengatasi masalah sosial dan dapat menerapkan nilai-nilai cerita tersebut dalam kehidup an sehari-hari serta dapat memperhalus budi p ekertinya. C. Kerangka Berpikir Kerangka berp ikir penelitian ini adalah kondisi awal sebelum tindakan dilaksanakan, diperoleh gambaran (y ang dilakukan pada kegiatan prasurvei dengan observasi, wawancara, dan angket) bahwa pembelajaran cerita raky at yang selama ini berlangsung di SMA Negeri 1 Gemolong, (1) nilai kemampuan mengapresiasi cerita rakyat masih rendah, dan (2) guru menggunakan metode ceramah dalam p enyampaian materi sehingga siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam p embelajaran. (3) siswa kurang tertarik atau kurang senang dengan materi pelajaran cerita raky at karena mereka menganggap kurang bermanfaat dalam kehidup an nyata dan cerita rakyat itu kuno. Dari kondisi ini, peneliti mencoba menawarkan pembelajaran kooperatif model Group Investigation (GI) untuk pembelajaran apresiasi cerita
43 rakyat. M odel pembelajaran melalui enam tahap yaitu pertama mengidentifikasik an topik, kedua merencanakan tugas yang akan dipelajari, tiga melaksan akan invest igasi, empat menyiapkan laporan akhir, lima mempresentasikan laporan akhir, dan tahap enam evaluasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 ber ikut.
Guru
Kondisi Awal 1. Kemampuan mengapresiasi cerita raky at rendah. 2. Guru menggunakan metode ceramah. 3. Siswa kuran g tertarik atau kurang senang dengan materi cerita rakyat
PTK Penerapan M etode GI
Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan Tindakan
Analisis dan Refleksi
Observasi dan Interp retasi
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Raky at M eningkat Gambar 1. Kerangka Berpikir D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berpikir, maka hipotesis p enelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Terjadi Peningkatan Kualitas Proses dan Hasil Kemampuan M engapresiasi Cerita Rakyat dengan M enerapkan M odel Pembelajaran
44 Koop eratif Tipe Group Investigation (GI) pada Siswa Kelas X F SMA N 1 Gemolon g, Sragen.
45 BAB III METODE PENELIT IAN A. Seting Peneliti an 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Gemolong, Sragen yang beralamat di Jalan Citrosancakan , Gemolong, Sragen. Sekolah ini mempuny ai 21 kelas. T indakan penelitian ini dilaksanakan di kelas X F karena pada kelas ini terdapat p ermasalahan yang p erlu segera diatasi. Hasil belajar siswa untuk apresiasi cerita raky at masih rendah. Kriteria Ketuntasan M inimal (KKM ) untuk materi apresiasi cerita raky at adalah 68. Hasi l belajar siswa kelas X F rata-rata belum mencapai 75% dari KKM . Siswa kelas X F berjumlah 31 siswa.
Gambar 2. Lokasi SMA N 1 Gemolong
44
46 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada semester dua bulan Januari sampai bulan M ei 2010. Prosedur kegiatan dan jadwal penelitian meliputi tahap persiapan, tahap p elaksanaan penelitian, analisis data dan penyusunan laporan penelitian. Secara rinci tahapan pelaksanaan p enelitian adalah sesuai pada tabel 3 ber ikut ini. Tabel 4. Rincian Waktu dan Jenis ke giatan Penelitian N o 1 2 3 4
Waktu Ke giata n Minggu Persiapan survai awa l Persiapan instrume n da n alat Uj i pratindakan dan pe laksanaan Pelaksanaan
Januari 1 2 x x
Februari 2 3 4
4
Apr il 2 3
4
1
x
x
x
x
x
Mei 2 3
4
x
x
x
x
Siklus 2
x
Siklus 3
6
1
x
Siklus 1
5
1
2009/2010 Mare t 2 3 4
x x
Ana lisis data Peny usunan lapora n
x
x
X
x
B.
x
Subjek Peneliti an
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X F SM A N 1 Gemolong tahun ajaran 2009-2010. Siswa kelas tersebut berjumlah 31 anak. Pembelajaran apresiasi cerita rakyat dengan menggun akan model GI yang akan dilaksanakan berdasark an Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan Kuriku lum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kelas X semester 2. Guru dalam hal ini bertindak seb agai mitra p eneliti.
47 C.
Sumber Data
Sumber d ata penelitian meliputi: 1. Tempat dan peristiwa p enelitian, yakni berbagai kegiatan pembelajaran apresiasi cerita rakyat yang berlangsung di dalam kelas yang dialami oleh siswa dan guru baik sebelum tindakan (survei awa l) maupun setelah tindakan dengan menggunakan model pembelajaran GI, dan setelah dilaksanakan kegiatan. 2. Informan dalam penelitian ini adalah
Jumadi, S.Pd guru bahasa dan sastra
Indonesia dan seluruh siswa kelas X F SM A N 1 Gemolong, Sragen. 3. Dokumen yang berupa silabus, RPP, foto kegiatan pembelajaran apresiasi cerita raky at dengan model pembelajaran GI, angket, hasil pekerjaan siswa, buku pelajaran Bah asa dan Sast ra Indonesia, dan daftar nilai. D.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi: observasi, wawancara, dan angket. Teknik pengump ulan data ini dilakukan untuk mengamati kinerja guru, dan kinerja siswa. Format kinerja guru dan k inerja siswa terlampir di lamp iran. 1. Observasi T eknik ini digunakan untuk mengamati perkembangan pembelajaran yang dilakukan siswa dan guru sejak sebelum diberikan tindakan, pada saat pelaksanaan tindakan, sampai akhir tindakan. Kegiatan yang diamati meliputi pembelajaran cerita raky at y ang dilakukan ol eh guru sesuai dengan RPP y ang dibuat oleh p eneliti dan guru. Peran p eneliti dalam k egiatan ini adalah seba gai partisipan pasif. Peneliti mengambil tempat duduk paling belakang,
48 mengamati jalannya p roses pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu y ang terjadi selama p roses p embelajaran b erlangsung. Hasil observasi didiskusikan den gan guru y ang bersangkutan, k emudian dianalisis untuk mengetahui berbagai kelemahan yang ada dan untuk mencari solusi terhadap kelemahan tersebut. Hasil diskusi berup a solusi untuk berbagai kelemahan tersebut kemudian dilaksanakan d alam siklus berikutny a. 2. Wawancara Wawancara dilakukan terhadap siswa, guru, serta informan lain jika diperlukan untuk menggali data tentang kemampuan mengapresiasi cerita rakyat, serta hambatan yang dihadapi guru sa at pembelajaran apresiasi cerita rakyat. T eknik ini digun akan untuk memperoleh data dari inform an tentang pelaksanaan pembelajaran, berbagai infor masi mengenai kesulitan yang dialami guru dalam pembelajaran dan faktor penyebabnya. Wawancara dengan siswa untuk mengetahui tanggapan mereka terhadap metode GI yang diterapkan dalam pembelajaran cerita r akyat. Dalam hal ini tidak semua siswa diwawancarai tetapi diambil sampel beberapa siswa saja. 3. Angket T eknik pengump ulan data ini dilakukan dengan cara meminta siswa menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pelaksana an penelitian. Jenis angket yang digunak an peneliti adalah angket tak langsung yang tertutup. Artinya angket tak langsung adalah bila ítem pertanyaannya
49 bermaksud menggali atau merekam infor masi dari apa yang diketahui responden mengenai objek atau subjek tertentu, dan informasi dimaksud tidak berbicara langsung mengenai diri resp onden bersangkutan. Sedangkan angket tertutup adalah bila ítem pertanyaannya pada angket disertai kemungkinan jawaban yang dinilainy a paling sesuai (Sanapiah Faisal, 1981: 4-5). Angket dalam penelitian ini diterapkan pada siswa kelas X F yang berjumlah 31 orang. Format angket unt uk penelitian ini terlampir di lampiran. E. Uji Validitas Data Agar penelitian ini dapat dipertanggun gjawabkan secara ilmiah, maka diperlukan adanya validitas data. Teknik validitas data yang digunak an dalam p enelitian ini adalah teknik trianggulasi, yaitu trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode. a. Trianggulasi sumber data yaitu menggali data yang sejenis dari berbagai sumb er data yang berbeda. Peneliti menggali dari inform an yang berbed a- beda posisiny a dengan wawancara sehingga informasi dari informan satu dapat dibandingkan dengan informan lain. Selain itu, peneliti juga menggali data dari arsip atau dokumen, dan hasi l observasi terhadap aktivitas p embelajaran y ang dilakukan. b. Trianggulasi metode adalah menggali data yang sama dengan menggunak an metode pengumpulan data yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk menggali data tentang pelaksanaan pembelajaran apresiasi cerita raky at yang diperoleh dari metode wawancara dengan informan guru dan siswa, dari metode análisis
50 dokumen berupa persiapan tertulis y ang sudah dibuat oleh guru dan dari observasi pelaksanaan p embelajaran apresiasi cerita raky at y ang berlangsung. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menganalisis secara deskrip tif dan kualitatif. Menurut Suharsimi Arikunt o, dkk., (2008: 131-132), analisis deskritif adalah menganalisis data kuantitatif yang berupa nilai hasil b elajar siswa. Teknik analisis deskriptif dapat digunakan untuk mengolah data yang berkaitan dengan menjumlah, merata-rata, mencari persentasi, dan menyajikan data secara menarik, mudah dibaca dan diikuti alur berpikirny a (tabel, grafik, chart). Teknik ini digunakan untuk
membandingkan nilai tes antarsiklus. Peneliti
memband ingkan hasil sebelum p enelitian den gan hasil pada akhir setiap siklus. Teknik analisis data secara kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berup a informasi berbent uk kalimat y ang memberikan gambaran tentang tingkat p emahaman (kognitif) siswa, pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif), dan aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Untuk data kualitatif yang berup a hasil wawancara baik wawancara peneliti dengan guru maupun peneliti dengan siswa, hasil pengamatan, dan angket, peneliti biasanya melakukan proses koding untuk mengor ganisasi data. Tahapan proses koding adalah membuat matrik dari data yang terkump ul, memberi kode untuk mas ing-masing se l, membaca data secara menyeluruh dan menentukan sesuai tema, mengelompokkan masing-masin g p ernyataan ke dalam kotak-kotak sel, mengaitkan antara sel sehin gga mengandun g makna, membu at interpretasi dari data yang terdapat dalam sel, dan mendeskripsikan
51 secara jelas data dalam sel atau matrik sehingga menjadi suatu kesimpulan (Suharsimi Arikunt o, dkk., 2008: 132). Ananlisis data merup akan usaha (p roses) memilih, memilah, membuang dan menggolon gkan data untuk menjawab du a permasalahan p okok, yaitu : (1) tema apa yang dapat ditemukan p ada data-data ini dan (2) seberapa jauh data-data ini dapat menyokong tema tersebut (Sukidin, Basrowi, Suranto: 2008: 111). Hasil analisis deskrip tif maupun analisis kualitatif dijadikan dasar dalam menyusun p erencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan b ersamaan dan atau setelah p engumpulan data. G. Indikator Kinerja Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMA N 1 Gemolon g, Kabupaten Sragen pada kelas X F untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita rakyat dengan model pembelajaran koop eratif tipe Group Investigation (GI), indikator p roses pembelajaran y ang harus dicapai antara lain: 1. siswa merasa tertarik atau senang dengan p embelajaran ap resiasi cerita rakyat; 2. siswa mampu mengapresiasi cerita raky at antara lain; siswa dapat menemukan karakteristik cerita raky at, unsur intrinsik, nilai-nilai cerita rakyat, dan dapat membuat sinopsis; 3. guru mampu membangkitkan minat siswa terhadap materi cerita rakyat;
52 4. guru mampu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI; 5. guru mampu mengelola kelas. Indikator yang harus dicapai dalam meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita rakyat meliputi: 1. siswa mampu menemukan karakterist ik cerita rakyat, unsur intrinsik cerita dan nilai-nilai cerita rakyat y ang disertai data tekst ual yang mendukung, serta mampu membuat sinopsis cerita rakyat dengan bahasa y ang efektif; 2. siswa mampu beker ja sa ma dan berdiskusi dengan anggota kelompok dan antar kelompok untuk memecahkan suatu masalah sesuai top ik yang dipilih kelompokny a; 3. siswa mampu mempresent asikan hasil diskusi kelompok di depan kelas; 4. siswa mampu menanggap i kelompok lain dengan pertanyaan, kritik, maupun saran untuk p erbaikan p embelajaran di kelas. H. Prose dur Penelitian Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awa l sampai akhir.
Prosedur PTK ini menurut Suharsimi Arikunto, dkk (2008: 74)
mencakup tahap-tahap : (1) p erencanaan, (2) pelaksanaa, (3) p engamatan, (4) refleksi. Keempat kegiatan tersebut saling terkait dan secara urut membentuk sebuah siklus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat p ada gambar 1 berikut.
53
Tindakan Pengembangan Perangkat
Rencana revisi
Observasi Refleksi
Gambar 3. Siklus Rancangan Penelitian Tindakan PTK merup akan penelitian yang bersiklus. Artinya penelitian dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai, apabila dalam satu siklus belum berhasil maka dilanjutkan ke siklus ber ikutny a. Alur PTK dapat dilihat p ada Gambar 3 berikut.
PPPPPPP P ermasalahan
Perencanaan Tindakan I Refleksi 1
Permasala han Baru Hasil Refleksi
Apabila ada permasalahan
Perencanaan Tindakan II
Refleksi II
P elaksan aan Tindakan I
P engamatan/Pengu mp ulan data1 P elaksanaan Tindakan II P engamatan/Pengu mpulan Data II
Dilanjutkan dengan siklus berikutnya
Gambar 4. Alur Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto,dkk. 2008: 74)
Adapun prosedur penelitian tindakan ini secara rinci diuraikan seba gai berikut:
54 1. Rancangan Siklus I a.
Tahap Perencanaan Tindakan Pada tahap ini, meny usun rencana penerapan metode GI dalam pembelajaran apresiasi cerita rakyat, y ang antara lain berisi upay a: 1) peneliti bersama guru menyusun RPP Bahasa Indonesia sesuai dengan silabus; 2) peneliti bersama guru menetapkan aspek-aspek yang perlu dibina dalam meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita rakyat;. 3) peneliti bersama guru menyusun sistem penilaian yang meliputi penilaian proses dan penilaian hasil.
b.Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada tahap p elaksanaan tindakan ini, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP y ang telah disusun bersama peneliti dengan menerapkan metode GI untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita raky at siswa. c.
Tahap Observasi Pada tahap ini dilakukan pengamatan langsun g dan penginterpretasian terhadap tindakan guru maupun siswa selama pembelajaran cerita raky at dengan menerapkan metode GI untuk mendapatkan data tentang kekuran gan dan kemajuan aplikasi tindakan pertama.
d. Tahap Refleksi Pada tahap refleksi, dilaksanakan dengan menganalisis dan mengevaluasi hasil observasi (p engamatan langsung) dan interpretasinya sehingga diperoleh
55 simpulan, pada bagian mana yang perlu dibina,
diperbaiki,
atau
disempurnakan, dan p ada bagian mana yang telah m encapai keberhasilan. 2. Rancangan Siklus II Pada siklus II perencanaan tindakan dilakuk an dengan bercermin pada hasil yang telah dicapai pada tindakan dalam siklus I sebagai up aya p erbaikan dari siklus tersebut. 3. Rancangan Siklus III Pada siklus ini perencanaan tindakan dilakuk an dengan bercermin pada hasi l yang telah dicapai pada tindakan sik lus II seb agai up aya perbaikan dari siklus tersebut.
56 BAB IV HAS IL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian sebagai jawaban atas rumusan masalah disajikan dalam B ab IV ini. Sebelum hasi l penelitian dipaparkan, terlebih dahulu diuraikan mengenai kondisi awal (pratindakan) p embelajaran apresiasi cerita raky at siswa kelas X F SM A Negeri 1 Gemolong. Deskripsi hasil penelitian meliputi: (1) kondisi awal proses p embelajaran serta kemampuan mengapresiasi cerita rakyat siswa kelas X F SMA Negeri 1 Gemolong, (2) pelaksanaan tindakan dari hasil penelitian, (3) temuan hasil p enelitian, (4) p embahasan hasil penelitian. Penelitian tindak an kelas dilakukan dalam 3 siklus den gan empat tahap dalam tiap siklusnya, yaitu tahap: (1) Perencanaan (Planning), (2) Tindakan (Acting), (3) Pengamatan (Observ ing) dan (4) Refleksi (Reflekting). A. Deskripsi Kondisi Awal Kondisi awal pembelajaran mengapresiasi cerita raky at dan tes kemampunan awal siswa dalam mengapresiasi cerita rakyat pada kelas X F masih rendah berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada hari Kamis, 4 Februari 2010 pukul 08.30-9.15 dan 9.30-10.15 WIB. Sedangkan hasil wawancara dengan guru ada indikasi bahwa siswa merasa kuran g tertarik terhadap materi cerita rakyat. Di samping itu siswa beranggapan bahwa cerita raky at itu kuno dan kurang bermanfaat dalam kehidup an ny ata. Kondisi serupa juga diungkapkan siswa berdasarkan hasi l wawancara y aitu siswa kurang antusias dan kurang aktif kar ena metode yang dipakai
55
57 guru masih monoton (ceramah) dan kurang variatif sehingga minat siswa terhadap p embelajaran apresiasi cerita raky at rendah. Dengan demikian kondisi ini perlu ditindaklanjut untuk materi apresiasi cerita raky at agar siswa lebih termotivasi (tertatrik) melalui mod el pembelajaran Group Investigation (GI). Kegiatan pratindakan untuk mengawali penelitian. Kegiatan ini meliputi (a) p embahasan tentang p ermasalahan d alam p roses p embelajaran apresiasi cerita r akyat; (b) p elaksanaan uji pratindakan; (c) pembahasan tentang up aya peningkatan kualitas p roses pembelajaran khususny a pada apresiasi cerita rakyat. Kegiatan awal penelitian melalui wawancara terhadap guru pada hari Jumat, 5 Februari 2010. Hal ini untuk membahas permasalahan yang dihadapi guru dalam p roses pembelajaran y ang berlangsung. Dari hasil wawancara, dapat diketahui b ahwa p embelajaran apresiasi cerita rakyat siswa memperoleh nilai rendah.
Kondisi ini
disebabkan karena siswa serin g mengalami kesulitan dalam mengapresiasi cerita rakyat. Selain itu,
siswa beranggapan bahwa mempelajari cerita raky at kurang
memberi manfaat dalam kehidupan ny ata dan dianggapny a sudah kuno. Pendapat ini mengakibatkan rendahnya minat siswa untuk mempelajari cerita raky at, sehingga mereka kuran g sungguh-sun gguh dalam mengapresiasi cerita raky at. Alasan lain yaitu selama ini, metode yang digunakan oleh guru dalam proses p embelajaran masih didominasi dengan metode ceramah (monoton) dan pemberian tugas. Peran guru yang masih mendominasi pelajaran seh ingga kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak menggauli kary a sastra dengan membaca sendiri berbagai bentuk kary a sastra khususnya cerita rakyat. Siswa kur ang
58 dapat memahami unsur-unsur inst rinsik dalam cerita rakyat, atau untuk menceritakan kembali cerita raky at yang telah didengar atau dibaca. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas X F dapat disimp ulkan bahwa pembelajaran cerita rakyat kurang menarik atau kurang meny enangkan. Hal ini terjadi karena guru dalam menyampaikan materi dengan ceramah. Guru tidak menggunakan media pembelajaran. Siswa kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran. Siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam pelajaran.
Gambar 5. Wawancara Peneliti dengan Siswa. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran apresiasi cerita raky at adalah metode pembelajaran yang kur ang variatif, sehingga kurang d apat membangkitkan motivasi siswa dalm belajar. Pelaksanaan uji pratindakan bertujuan untuk mengetahui kondisi awal terhadap 31 siswa kelas X F SM A Negeri 1 Gemolon g tahun pelajaran 2009-2010, kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 6 Februari 2010. M ateri uji pratindakan
59 adalah cerita rakyat “Pak Belalang”.
Dari hasil uji pratindakan yang diberikan
dengan lima soal uraian yang berkaitan den gan ciri-ciri cerita raky at, unsur intrinsik cerita, dan hal-hal yang menarik dari cerita hany a 10 siswa (32, 25 %) yang memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), siswa yang lainny a y aitu 21 siswa (67,74%) memperoleh nilai di bawah KKM (rekap nilai pratindakan terlampir di lampiran 1.7). Nilai rata-rata yang dicapai juga rendah, yaitu 64,16 masih di bawah KKM y ang ditetapkan dalam kurikulum. Berdasarkan hasil tes yang telah dilakuk an tersebut diketahui bahwa kemampuan apresiasi cerita raky at siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan sesuai dengan tujuan dan harapan yang sudah ditetapkan dalam KTSP SMA N 1 Gemolong, yaitu nilai ketuntasan minimal adalah 68 dan ketuntasan klasikal minimal adalah 75%. Dari hasil pengamatan peneliti selama proses uji pratindakan dilaksanakan, dapat dijelaskan bahwa kegiatan p embelajaran tersebut masih bersifat konvensional. Pembelajaran masih berpusat pada guru meskipun siswa diberi kesempatan untuk bertanya. M etode yang diterapkan pun kurang bervariatif. Pembelajaran yang dilakukan masih berorientasi pada metode ceramah, dan penugasan, siswa mendengarkan, dan m encatat materi sehingga keaktifan siswa sangat rendah. Sikap siswa juga menunjukk an kurang proaktif, siswa terlihat pasif dan kurang tertarik dengan materi cerita raky at. Beberapa siswa memang tampak memperhatikan penjelasan guru namun ada pula siswa yang berbisik-b isik dengan teman semejanya, bahkan ada yang berbincang-bincang sendiri. Sikap siswa sep erti ini san gat berp engaruh terhadap prestasi kemampuan mengapresiasi cerita raky at
60 y ang dipelajari. Akhirnya kemampuan mengapresiasi cerita raky at siswa rendah sebagaimana hasil uji pratindakan di awal. Hal ini perlu se gera diatasi dengan cara mengubah paradigma pengajaran menjadi pembelajaran. Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran di kelas harus dapat memilih dan menerapkan metode p embelajaran yang tepat, yaitu metode p embelajaran yang menarik dan melibatkan siswa dalam p roses pembelajaran. Dari pengamatan selama uji pratindakan dilaksanakan dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran apresiasi cerita rakyat masih rendah sehingga perlu untuk segera ditingkatkan. Adapun p enyebab rendahnya kemampuan apresiasi cerita rakyat diantaranya adalah dalam p roses pembelajaran y ang berlangsung : 1) Guru masih menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran yaitu dengan ceramah. 2) Guru belum menggunakan media pembelajaran. 3) Siswa kuran g tertarik atau kurang senang dengan materi cerita raky at karena mereka beranggap an bahwa cerita raky at kurang bermanf aat bagi kehidup an ny ata dan kuno. Dari proses yang dilakukan pada survei awa l diketahui bahwa kemampuan mengapresiasi cerita rakyat siswa kelas X F SMA Negeri 1 Gemolong masih tergolon g rend ah. Rendahny a kemampuan mengapresiasi cerita rakyat tersebut tampak dalam indikator berikut ini :
61 1) siswa belum mampu menemukan unsur-unsur intrinsik dari cerita rakyat yang dipelajri; 2) siswa belum mampu menyusun urutan peristiwa dari cerita r akyat yang dipelajari dengan bahasa y ang efektif; 3) siswa belum mempuny ai keberanian untuk menceritakan kembali cerita raky at yang sudah dipelajari. Dari hasil uji pratindakan di atas, perlu se gera diambli solusi sebagai up aya untuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran
dan
peningkatan
kemampuan
mengapresiasi cerita rakyat. Peneliti berasumsi bahwa tindakan p erlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pada kesempatan diskusi dengan guru, peneliti menawarkan metode tipe Group Investigation (GI). Alasan pemilihan metode ini karena diperkirakan akan mampu mengatasi permasalahan di atas. M etode ini termasuk ke dalam metode diskusi kelompok berbasis pembelajaran koop eratif dengan menempatkan siswa dalam kelompok heterogen. Pembagian kelompok juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesa maan minat. Hal ini san gat memun gkinkan siswa untuk belajar mengapresiasi cerita rakyat secara kelompok dengan memanfaatkan p otensi interaksi dan ker ja sa ma antarsiswa. Namun demikian, kompetensi yang harus diku asai oleh siswa lebih ditekankan pada ko mpetensi individual meskip un dilakuk an dalam bentuk diskusi kelompok. Dalam metode ini, siswa ditempatkan dalam kelomp ok belajar beranggotakan empat
sampai enam
oran g dengan
karakteristik
yang
heterogen.
Guru
mengidentifikasikan top ik dan mengatur murid ke dalam kelompok. Para siswa
62 meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah top ik, dan mengategor ikan sar ansaran. Kemudian para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih. Komp osisi kelomp ok didasarkan pada ketertarikan siswa pada topik yang sama dan bersifat heterogen. Guru membantu dalam p engump ulan informasi dan memfasilitasi pengaturan. Guru merencanakan tugas y ang akan dipelajari. Para siswa merencanakan bersama mengenai; apa yang akan dipelajari, bagaimana kita mempelajarinya, untuk tujuan apa kita menginvestigasi topik ini. Tahap berikutnya melaksanakan invest igasi. Para siswa mengumpulkan informasi, dan saling berdiskusi, mengklarifikasi dan mensintesis semua gagasan. Para siswa menyiapkan laporan akhir, kemudian mempresentasikan laporan tersebut, dan diakhiri dengan evaluasi. M etode ini pun dibantu oleh metode penugasan, dan tanya jawab sehingga ketuntasan materi dapat terwujud.
B. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan tindakan kelas yang dilakukan melalui tiga siklus yang berkelanjutan dari siklus pertama, kedua, ketiga. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yakni : (a) tahap perencanaan (plann ing), (b) tahap implementsi tindakan (acting), (c) tahap observasi (observing), dan (d) tahap refleksi (reflecting). 1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan Siklus I
63 Berdasar pada survei awal yang dilakukan dari kegiatan pratindakan, diketahui bahwa ada dua permasalahan utama dalam pembelajaran apresiasi cerita raky at, yaitu proses pembelajaran yang masih menggunak an metode pembelajaran konvensional atau ceramah dan masih rendahny a kemampuan siswa dalam mengapresiasi cerita rakyat. Sesuai dengan penawaran dari peneliti tentang pemilihan metode GI untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita raky at yang sudah disepakati oleh guru, maka dirancang Penelitian Tindakan Kelas, p ada siklus I tahap perencanaan. Kegiatan perencanaan dilaksan akan oleh guru dan peneliti pada 15 Februari 2010, bertempat di ruang tamu kepala sekolah.
Pada kesempatan ini peneliti berdiskusi dengan guru. Hal-hal yang Gambar 6. Wawan cara Peneliti dengan Guru didiskusikan antara lain : 1) peneliti menyamakan persepsi dengan guru mengenai penelitian yang dilakukan; 2)
sesuai dengan usul peneliti pada diskusi sebelumnya, bahwa akan diterapkan metode Group Investigation (GI) dalam pembelajaran apresiasi cerita rakyat serta menjelaskan cara p enerapanny a;
3)
peneliti dan guru b ersama-sama menyusun RPP untuk siklus I;
64 4)
peneliti dan guru b ersama-sa ma merumuskan ind ikator pencapaian tujuan;
5)
guru dan peneliti bersama-sama membuat lembar penilaian siswa yaitu inst rumen penelitian berup a tes dan non tes. Instrumen tes berupa lembar kegiatan siswa (LKS) yang berisi butir-butir soal digunak an untuk menilai kemampuan mengapresiasi cerita raky at. Instrumen non tes digunakan unt uk menilai sikap siswa dalam pembelajaran apresiasi cerita rakyat. Instrumen non tes ini berbentuk lembar observasi dengan kriteria penilaian yang sudah ditentukan, dan
6)
menentukan jadwal pelaksanaan tindakan.
Adapun urutan tindakan y ang sudah direncanakan dan akan d iterapkan dalam sik lus I sebagai berikut : 1) Guru mengondisikan kelas dengan mengabsen siswa yang tidak masuk, kemudian melakuk an apersepsi dengan tanya jawab ringan dengan siswa tentang cerita raky at y ang p ernah dibaca di bangku SM P. 2)
Guru menerangkan karakteristik atau cirri-ciri cerita rakyat
juga
menjelaskan unsur intrinsik cerita rakyat y ang meliputi; latar/setting, tokoh dan p enokohan, amanat, dan nilai-nilai cerita raky at secara singkat. 3)
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang sudah ditentukan berdasarkan kesenangan dalam memilih topik. M asing-masin g kelompok terdiri dari 4 - 6 anak. Guru memberi bacaan cerita raky at dari berbagai daerah di nusantara beserta dengan LKS;
65 4)
Guru menugaskan semua kelomp ok untuk menginvest igasi karakteristik cerita raky at, isi, latar, hal-hal yang menarik dari tokoh, amanat, dan nilainilai dari cerita raky at, secara berdiskusi dengan anggota kelompoknya;
5)
Guru mengamati jalannya diskusi yang dilakuk an oleh anggota kelompok tentang materi cerita raky at y ang dip ilihny a;
6)
Guru menjawab pertany aan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa yang mengalami kesulitan dalam meny elesaikan tugas-tugas kelompok;
7)
Guru menunjuk salah satu kelomp ok secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusi, sedangkan k elompok y ang lain mengamati dengan seksama;
8)
Guru bersama-sama siswa merangkum materi yang telah didiskusikan anggota kelompok;
9)
Guru memberikan evaluasi berup a tes uraian singkat untuk mengetahui kemampuan mengapresiasi cerita rakyat siswa;
10)
Guru menyimpulkan pembelajaran dan memberikan tugas PR, kemud ian kemudian menutup kegiatan belajar mengajar d engan salam. Dari kegiatan diskusi tersebut disepakati pula bahwa tindakan dalam
siklus I dilaksanak an dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari Kamis, 18 Februari 2010 dan hari Sabtu, 20 Februari 2010. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I 1)
Pertemuan Pertama Sesuai dengan perencanaan, tindakan pada siklus I pertemuan pertama
dilaksanakan p ada hari Kamis, 18 Februari 2010 selama 2 x 45 menit yaitu p ada
66 jam p elajaran ke 3-4. Pada pertemuan p ertama ini, guru akan menerapkan metode GI dalam pembelajaran ap resiasi cerita rakyat. Pada pertemuan ini, guru akan mengajak siswa untuk mengapresiasi cerita raky at dari berbagai daerah di nusantara. Guru menyampaikan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa melalui beberapa indikator. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa metode yang akan diterapkan adalah GI. Agar siswa tertarik dengan metode p embelajaran tersebut guru menyampaikan manfaat dari penerapan metode ini, yaitu dapat menumbuhkan jiwa sosial, dapat mengurangi rasa ego, kenakalan remaja, kekerasan, seksisme. dan menanamkan keyakinan bahwa di dunia ini tidak ada kesuksesan tanpa adany a kerja sama yang baik dengan orang lain. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran cerita raky at pada tindakan siklus I ini adalah sebagai berikut : a). Pembukaan Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dengan ucapan assalamualaikum, mengondisikan kelas, menanyakan siswa yang tidak masuk, mengadakan apersepsi, menjelaskan SK, KD, dan tujuan pembelajaran serta memberitahu bahwa pembelajaran akan menggunakan model kooperatif learning tipe Group Investigation (GI).
67
Gambar 7. Guru M embuka Pembelajaran. b). Kegiatan Inti Guru mengidentifikasikan top ik cerita rakyat dari berbagai daerah di nusantara antara lain dari Sulawesi yang berjudul “La Dana dan Kerbauny a,” dari Jawa Barat dengan judul “Telaga Warna” dan dari berjudul “Jaka Tingkir”.
Jawa Tengah yang
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok
heterogen y ang d idasarkan kesamaan k esenangan dalam memilih top ik. Masingmasing kelompok t erdiri dari 4 anak. Tempat duduk siswa diatur memutar. Langkah guru selanjutny a adalah memberikan bacaan cerita rakyat dari berbagai daerah di nusant ara tersebut p ada masing-masing kelompok. Kemudian guru membacakan cerita rakyat “ La Dana dan Kerbauny a” dengan lafal, intonasi, dan penghayatan yang tepat.
Siswa menyimak dengan sungguh-
sungguh. Aktivitas selanjutny a adalah setiap anggota kelompok berdiskusi dengan teman kelompoknya. Ketua kelompok membagi anggotanya untuk
68 menginvestigasi cerita. Anggota A, mencari karakterististik cerita rakyat, anggota B menemukan unsur intrinsic cerita, anggota C mencari nilai-nilai sastra, dan anggota D membuat sinopsis. Mereka mengumpulkan informasi, menganalisis data dan saling bertukar infor masi. Langkah berikutnya, anggota kelompok menyiapkan laporan tentang cerita raky at yang diinvest igasi.
Guru mengamati jalannya diskusi.
Guru
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas kelompok. Guru menugaskan salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Presentasi tersebut berisi antara lain karakteristik cerita rakyat, isi, amanat, hal-hal yang menarik dari tokoh, dan nilai-nilai cerita rakyat. Kelompok yang lain memperhatikan dengan seksama.
Gambar 8. Kelompok Siswa sedan g Presentasi. Guru dan siswa merangkum materi yang telah dibahas di kelas X F tersebut. Kemudian guru memberikan kuis kepada siswa untuk dikerjakan. Waktu mengerjakan ku is 10 menit. Sekali-k ali guru mengingatkan agar siswa
69 mengerjakan send iri dan tidak b ekerja sama den gan teman semejany a. Guru ju ga mengingatkan agar teliti dalam mengerjakan kuis. Setelah waktu habis, gur u menyuruh siswa unt uk mengump ulkan p ekerjaannya di meja guru. c). Penutup Guru menyimpulkan materi, memberikan kesempatan untuk bertanya bagi siswa yang belum jelas, dan memberi PR pada kelompok yang belum mempresentasikan laporan akhir untuk menyelesaikan di rumah. Kemudian gur u menutup pelajaran dengan bacaan wasalamualaiku m. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Februari 2010 jam ke 5-6 yaitu pukul 10.15-11.45 WIB, bertempat di ruang kelas X F. Guru menyampaikan hasil kuis p ertemuan p ertama. 2)
Pertemuan Kedua Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan
kedua dalam pelaksanaan tindakan siklus I adalah : a). Pembukaan Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan assalamualaikum. Guru mengondisikan kelas dengan menyuruh siswa untuk berkelompok sesuai dengan kelompokny a pada pertemuan pertama. Kemudian siswa disuruh mempersiap kan pekerjaan mereka pada pertemuan sebelumny a, yaitu mempresentasikan hasil diskusi kelompok tentang karakteristik cerita raky at, isi, amanat, latar, hal-hal yang menarik dari tokoh, nilai-nilai dan sinop sis singkat cerita.
70 b). Kegiatan Inti Guru menunjuk kelompok y ang belum maju pada pertemuan pertama. Kelompok yang lain menyimak dengan seksama sambil mencatat informasi yang disampaikan k elompok tersebut. Para siswa saling memberikan u mpan balik mengenai top ik cerita raky at yang disampaikan k elompok lain. Setelah semua kelompok selesai present asi, guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran cerita rakyat.
Gambar 9. Kelomp ok Siswa sedang Presentasi. Kemudian guru memberi kuis kepada siswa untuk mengetahui kemajuan dalam mengapresiasi cerita rakyat. Guru mengingatkan bahwa mereka tidak boleh bekerja sama dengan anggota kelompok maupun antar kelompok. Guru juga mengingatkan agar siswa dalam mengerjakan kuis teliti dan cermat. Setelah waktu habis, guru meminta siswa untuk mengumpulkan p ekerjaanny a di meja guru. c). Penutup
71 Guru berkolaborasi dengan siswa menyimpulkan pembelajaran. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan wassalamualikum. Bel berbunyi tiga kali menandakan istirahat kedua telah tiba. Guru dan peneliti meninggalkan ruang k elas X F diikuti para siswa unt uk beristirahat. Guru dapat menyelesaikan semua langkah tersebut sesuai dengan waktu yang tersedia. Begitu bel tanda istirahat kedu a berbunyi, guru sudah pada tahap menutup pelajaran. Dalam tahap ini, guru bertindak seba gai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran apresiasi cerita rakyat di dalam kelas, sedangkan p eneliti hany a bertindak sebagai partisip an pasif. c. Observasi Siklus I Obervasi dilakukan saat p embelajaran apresiasi cerita raky at dengan mod el koop eratif tipe GI berlangsung pada Kamis, 18 Februari 2010 pukul 08.30 – 10.15 WIB (jam ke 3 – 4) d an Sabtu, 20 Februari 2010 p ukul 10.15 – 11.45 WIB (jam ke 5 – 6). Observasi difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilaksanak an guru serta aktivitas siswa dalam pembelajaran apresiasi cerita dengan menerapkan model GI. Dalam observasi ini, peneliti menggunakan p edoman observasi (terlampir p ada lampiran). Pada saat observasi, peneliti bertindak sebagai partisipan p asif dan duduk di bangku p aling belakang. 1) Pengamatan terhadap Guru Pada pertemuan pertama siklus 1 ini, guru berusaha melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah disusun bersama peneliti. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang heterogen dan juga
72 berdasarkan kesamaan kesenangan dalam memilih topik. Guru memberi kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya mengenai permasalahan k elompok yang mereka hadap i selama diskusi. Pada pertemuan pertama siklus I ini, gur u masih terlihat belum dapat mengontrol dengan baik jalanny a kerja kelomp ok. M asih didapatinya siswa yang hanya diam saja, atau ada siswa yang berbicara dengan teman semejanya tentang topik yang lain. Kegiatan guru dalam proses pembelajaran belum dapat berjalan dengan baik. Suasana san gat gaduh ketika siswa sibuk mencari anggota kelompok dan menata tempat duduknya. Pada pertemuan kedua siklus I ini, peneliti menggunakan lembar penilaian kinerja guru yang meliputi indikator sebagai ber ikut : a)
Guru melaksanakan p embelajaran sesuai den gan r encana yang telah disusun.
b)
Guru menjalin komunik asi dan interaksi multi arah.
c)
Guru memberi kesemp atan kep ada siswa untuk bertanya.
d)
Guru mampu menciptakan suasana yang menyenangkan.
e)
Guru berkeliling mengontrol kerja masing-masing k elompok.
f)
Guru memberikan motivasi kepada siswa yang belum berp artisipasi dalam kerja kelompok.
g)
Guru mengingatkan bahwa setiap anggota kelompok harus melakukan invest igasi.
h)
Guru menekankan p entingny a kerja sama dalam p embelajaran kooperatif.
i)
Guru menekankan kepada siswa bahwa kepahaman anggota kelompok terhadap materi pelajaran menjadi tanggun g jawab kelomp ok.
73 j)
Guru menyimpulkan materi sebelum mengakhiri proses pembelajaran. Tabel 5. Lembar Observasi Penilaian Kinerja Guru Lembar Observasi Penilaian Kinerja Guru No. Indikator 1 Jumlah
1
2
3
Keterangan : 1. Selalu, skor : 3 2. Kadang-k adang, skor : 2 3. Tidak p ernah, skor : 1 Penghitungan nilai akhir dalam skala 0-100 adalah sebagai berikut : Nilai akhir =
( )
× Skor Ideal (100) = ......
Berdasarkan lembar pengamatan dan penilaian, diperoleh hasil bahwa kinerja guru pada siklus I m encapai skor 76,67. Dari indikator y ang ditentukan diketahui bahwa guru masih pada posisi jawaban “kadangkadang” dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini wajar karena guru belum terbiasa melaksanakan mod el koop eratif tipe GI, tetapi pada pertengahan pelajaran guru mulai dapat melaksanakan tugasny a dengan lebih baik. Guru lebih bersemangat dalam membimbing siswa untuk menyelesaikan tugas kelompok mereka. Guru mulai aktif mengontrol kegiatan kelompok secara bergiliran d an suasana kelas lebih hidup. Guru kadang-kadang memberi masukan kepada kelompok yang tampil ke depan
74 kelas untuk meny ampaikan karakteristik cerita rakyat, isi singkat, amanat, latar, hal-hal yang menarik dari tokoh cerita raky at, dan nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita rakyat.
2) Pengamatan terhadap S iswa Pada pertemuan pertama siklus I yang dilaksanakan pada hari Kamis, 18 Febru ari 2010, siswa tampak belum aktif dan masih tampak bingun g dengan apa yang harus dikerjakan. Hal ini karena baik guru maupun siswa belum terbiasa dengan pembelajaran dengan mod el koop eratif tipe GI. Siswa sangat gaduh ketika mencari anggota kelompokny a dan ketika menata tempat duduk kelompokny a. Didapati beberapa siswa hany a diam saja, tidak mampu berpendap at, tetapi ada juga siswa yang sangat aktif di dalam kelompoknya. Namun, siswa yang aktif ini hanya beberapa orang sa ja. Ketika guru menunjuk se cara acak anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi, kebetulan yang ditunjuk guru kelompok 6 y ang beranggotakan Anang, Andryas, Dian, dan Novilia. Kelompok ini dalam mempresentasikan hasil diskusi sangat monot on, kurang menarik, sehingga kelompok yang lain ramai sendiri. Pada saat kelompok 6 membuka tanya jawab, terlihat hanya dua siswa yang mengacungkan tangan. Penanya pertama (Siti) mengkritik tulisan y ang di tayangkan kurang jelas karena bagrounnya sangat mencolok dan
75 menanyakan contoh latar suasana yang menegangkan, sedangkan penanya kedua (Eti) menanyakan gaya bahasa yang menarik dalam cerita rakyat “Jaka Tingkir”.
Gambar 10. Siswa sedang Bertanya (berdiri). Aktivitas siswa dalam berdiskusi membuat suasana kelas sangat ramai. Guru masih belum dapat mengendalikan situasi tersebut. Dalam hal ini, penilaian y ang dilakukan oleh guru difokuskan pada partisipasi siswa dalam menyumbangkan pikirannya, bukan pada kualitas jawaban siswa benar atau salah. Pertemuan kedua p ada sik lus 1 ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Februari 2010. Pada pertemuan kedua ini mulai ada peningkatan. Siswa sudah mulai aktif dalam kegiatan pembelajaran. Suasana ke las sudah tidak seramai sep erti pada pertemuan pertama. Siswa menjalankan tugasnya dalam berdiskusi kelompok lebih tertib. Guru menunjuk kelompok 3 untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan judul “Asal M ula Sragen.”
76 Kelompok 3 beranggotakan Fandy , Kurniawan, Muh Anggie, dan M uh Jafar. Present asi kelompok ini sudah tidak monot on. Ada variasi dalam penyampaian materi. Ketika kelompok ini membuk a tanya jawab juga ada dua penanya. Penany a pertama (Arni) menanyakan inti cerita tersebut. Sedangkan penanya kedua (Dian Kirana) menanyakan tokoh utama, setting, dan alur cerita. Dalam menjawab pertanyaan kelompok 3 masih membaca teks, belum menggunak an bahasanya sendiri. Hal ini wajar karena siswa belum terbiasa presentasi dan belum terbiasa menjawab pertanyaan teman di depan kelas. Penerapan model kooperatif tipe GI untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita rakyat belum dapat berjalan dengan op timal. M asih ada sebagian siswa yang dalam berdiskusi kelompok belum berpartisipasi aktif, baru sekedar mendengarkan saja. Mereka masih menggantun gkan jawaban p ada teman y ang pandai. Berdasarkan hasi l angket yang diberikan kepada siswa tentang kinerja anggota kelompok yang diberikan setelah pembelajaran dengan model koop eratif tipe GI siklus I diketahui bahwa dalam kerja kelompok GI, partisipasi siswa sebagai peserta diskusi masih rendah. M ereka belum dapat melakukan kerja sama dengan baik dan kerja kelompok masih didominasi oleh anggota kelompok tertentu. Penilaian proses untuk individu berdasarkan lembar penilaian proses yang dised iakan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 6. Lembar Penilaian Proses Pembelajaran
77 Lembar Penilaian Proses Pembelajaran Apresiasi Cerita Rakyat dengan Menerapkan Model GI S IKLUS I No Nama Siswa 1 2 3 4 5 N 1 Jumlah Keterangan : Aspek Nilai 1. Kedisip linan 10-20 2.
Minat
10-20
3.
Kerjasama
10-20
4.
Keaktifan
10-20
5.
Tanggun g jawab
10-20
Penghitun gan nilai akhir dalam skala 10-100 Berdasarkan p enilaian proses pembelajaran yang dilakukan diperoleh n ilai rata-rata kelas 73,26 den gan n ilai tertinggi 86 d an terendah 65 (rekap hasil penelitian terlampir di lampiran 2.10 Siklus I). Perhatikan grafik 1. Penilaian Proses M engapresiasi Cerita Rakyat berikut ini . Grafik 1. Penilaian Proses Siklus I 100 90
Nilai yang Diperoleh
80 70 60 50
SIKLUS I
40 30 20 10 0 1
3
5
7
9
11
13
15
17
Sisw a
19
21
23
25
27
29
31
78 Penilaian kemampuan mengapresiasi cerita rakyat dengan asp ek p enilaian : (1) ketepatan mengungkapkan isi cerita rakyat; (2) kemampuan menjelaskan amanat cerita dengan d ata y ang mendukung; (3) ketepatan menemukan n ilai-nilai dalam cerita rakyat; (4) kemampuan membandingkan nilai-nilai cerita raky at yang telah dipelajari; (5) kemampuan membuat synopsis cerita rakyat yang dip elajari. Dari indikator di atas diperoleh hasil sebagai berikut :
No
Tabel 7. Daftar Nilai Kemampuan Apresiasi Cerita Raky at Daftar Nilai Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat Siklus I Kelas X F S MA N 1 Gemolong I II III IV V (0Nama Siswa (0-20) (0-20) (0-20) (0-20) 20)
Jumlah Rata-rata Keterangan : I = Ketepatan mengun gkapkan isi cerita raky at secara tepat. II
=
Kemampuan menjelaskan amanat yang terdapat dalam cerita dengan data yang mendukung.
III =
Ketepatan menemukan n ilai-nilai dalam cerita raky at.
IV =
Kemampuan membandin gkan nilai-nilai cerita rakyat dengan kehidupan masa kini.
V =
Kemampuan membuat sinop sis cerita raky at yang dipelajari. Berdasarkan lembar penilaian kemampuan mengapresiasi cerita
rakyat pada siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 68,32 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 49 (terlampir di lampiran 2.11).
79 Perhatikan grafik 2. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Cerita Raky at berikut ini . Grafik 2. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat 90 80
Nilai yang Di perol eh
70 60 50 SIKLUS I 40 30 20 10 0 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25
27
29
31
Si swa
d. Analisis dan Refleksi Siklus I Berdasarkan hasi l pengamatan penelitian
pada
siklus
I, dapat
dikemukak an bahwa kualitas pembelajaran apresiasi cerita raky at belum mengalami peningkatan yang cukup berarti. Hal ini ditandai oleh beberapa hal berikut. 1)
Siswa yang mampu memperoleh nilai di atas batas ketuntasan minimal (KKM ) baru 16 siswa atau 51,61%.
2)
Keaktifan siswa dalam pembelajaran yang berlangsung dalam kerja kelompok belum maksimal. Hal ini terbukti dari jawaban siswa yang menjawab kadang-kadang masih tinggi yaitu 49,03%, y ang menjawab selalu hany a 26,45%, dan y ang menjawab tidak p ernah 24,52% (rekap hasil angket evaluasi kinerja kelompok terlampir di lampiran 2.6). Partisip asi seluruh
80 anggota kelompok, tukar pendapat, bertanya dan saling membantu antar anggota kelompok masih rend ah. M ereka masih terlihat pasif dan pembicaraan dalam kelompok masih didomin asi oleh beberapa orang. 3)
Siswa kurang aktif dalam pembelajaran, kur ang konsentrasi, sehingga mereka juga kur ang dalam k edisiplinan, ker ja sama, dan kurang bertanggun g jawab dalam kerja kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Ketika proses kerja atau diskusi kelompok berlangsung maup un saat ada kelompok yang presentasi di depan, masih saja ada siswa yang berbincangbincang sendir i.
4)
Guru sudah mampu mengelola kelas dengan menerapkan model koop eratif tipe GI namun belum maksimal. Rata-rata kinerja guru baru 76,67 (r ekap observasi penilaian kinerja guru terlampir di lampiran 2.7).
Guru belum
mampu menciptakan situasi pembelajaran yang mendukung siswa untuk aktif, berkonsentrasi, serta termotivasi untuk belajar. Pengawasan guru dalam k elomp ok masih kuran g. Berdasarkan analisis hasil tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pembelajaran belum terpenuhi. Suasana pembelajaran dengan menerapkan mod el pembelajaran koop eratif tipe GI belum d apat berjalan den gan baik. Berd asarkan analisis tersebut, berikut ini dikemukakan refleksi dari kekurangan yang d itemukan.
81 1)
Guru diharapkan lebih aktif dalam melakukan pengawasan dalam kinerja masin g-masin g kelompok. Selain itu, guru juga harus menguasai se mua prosedur dalam pembelajaran dengan model GI, dan cara penilaiannya.
2)
Siswa diharapkan lebih aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung, dengan menyumbangkan pemikiranny a dalam kerja kelompok. Siswa yang begitu mendominasi jalanny a kerja kelomp ok seharusnya disadarkan agar ia juga memberi kesemp atan kep ada temanny a.
3)
Siswa yang belum aktif dalam pembelajarannya, guru dimohon m embimbing siswa agar mampu mengeluarkan p endapat. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus I
dikatakan berhasi l akan tetapi belum mencapai hasil yang maksimal. Peningkatan memang terjadi pada beberapa indikator yang telah ditentukan pada survei awal antara lain siswa sudah dapat menemukan latar suasana, waktu, siswa sudah dapat menentukan nilai-nilai cerita beserta bukt i pendukungnya. Pada survei awal atau pratindakan mereka mayoritas hany a mengetahui latar waktu dan dalam menyebutkan nilai-nilai cerita tidak disertai bukt i pendukung. Nilai ratarata apresiasi cerita raky at siswa masih di bawah batas Kriteria Ketuntasan M inimal (KKM = 68). Oleh karena itu, siklus II sebagai perbaikan proses pembelajaran pada siklus I perlu dilaksanakan. Pelaksanaan siklus II in i disetujui oleh guru setelah peneliti mengajukan hasil analisis dan refleksi siklus I pada hari Kamis, 25 Februari 2010.
82 2. Siklus II a. Perencanaan Tindakan Siklus II Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, disepakati bahwa siklus II perlu dilakukan. Persiapan dan perencanaan tindakan dilakukan pada hari Kamis, 25 Februari 2010 di ru ang guru SMA Negeri 1 Gemolong. Peneliti menyampaikan kembali hasil observasi dan refleksi terhadap p embelajaran apresiasi cerita raky at dengan menerapkan p embelajaran koop eratif tipe GI y ang dilakukan pada siklus I. Kepada guru y ang bersangkutan disampaikan se gala kelebihan dan k ekuran gan proses pembelajaran apresiasi cerita yang telah dilakukan. Untuk mengatasi h al tersebut, akhirnya disepakati hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru seba gai up aya perbaikan pada siklus I. Dalam diskusi kelompok, siswa belum melaksanakan dengan op timal. M asih ada anggota kelompok yang belum berpartisipasi aktif, sehingga terkesan mengikut temanteman dalam kelompokny a. Juga masih ada kelompok yang didominasi oleh siswa yang pandai bicara, sehin gga diskusi masih terkesan kaku dan kuran g hidup . Hal-hal tersebut yang akan d iperbaiki pada siklus II. Pada perencanaan tindakan ini, guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pembelajaran apresiasi cerita raky at dengan menerapkan pembelajaran koop eratif tipe GI. Dalam diskusi antara guru dan peneliti disepakati bahwa cerita rakyat yang akan dipelajari adalah “Telaga Warna” cerita rakyat Jawa Barat. Pada siklus II, proses penilaian lebih ditekankan p ada p enilaian p roses dan p enilaian hasil.
83 Penilaian proses pembelajaran dengan menggunakan lembar penilaian sikap (afektif) y ang terdiri dari asp ek : (1) kedisiplinan (2) minat; (3) kerja sa ma; (4) keaktifan; (5) tanggung jawab. Penilaian hasil apresiasi cerita rakyat digun akan untuk mengetahui komp etensi siswa dalam menanggapi cerita raky at, asp ek yang dinilai meliputi : (1) ketepatan mengungkapkan isi cerita rakyat; (2) kemampuan menjelaskan latar cerita den gan data yang mendukung; (3) k etepatan menjelaskan hal-hal yang menarik dari latar cerita rakyat; (4) kemampuan menyebutkan nilai-nilai yang terdapat dalam cerita raky at yang telah dipelajari; (5) kemampuan membandingkan nilai-nilai cerita rakyat dengan kehidupan mas a kini. Lembar penilaian y ang digunakan sama den gan y ang digun akan p ada sik lus I. Disepakati bahwa tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu Kamis, 4 Maret 2010 pukul 08.30 – 10.15 WIB (jam ke 3-4 ) dan Sabtu, 6 Maret 2010 p ukul 10.15 – 11.45 WIB ( jam ke 5-6) di ruan g kelas X F SMA N 1 Gemolong. Adapun urutan tindakan y ang sudah direncanakan dan akan diterapkan dalam siklus II sebagai berikut : 1)
guru
mengondisik an kelas dengan
mengucapkan
salam
kemud ian
mengabsen siswa siap a yang tidak masuk, kemud ian melakukan apersep si tentang cerita rakyat dan tanya jawab t entang cerita rakyat; 2)
guru menerangkan relevansi cerita raky at dengan situasi dan kehidup an sekarang;
84 3)
guru memberikan motivasi pada siswa dengan memaparkan manfaat model pembelajaran kooperatif tipe GI.
4)
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok sep erti siklus I dan memberi
alokasi
waktu
bagi
masing-masin g
kelompok
untuk
menginvest igasi cerita raky at y ang berjudul “Kisah Telaga Warna”. 5)
Guru memberi bacaan cerita rakyat yang berjudul “Kisah Telaga Warna”.
6)
Guru menugaskan siswa untuk menginvest igasi cerita raky at “Kisah Telaga Warna” tentan g isi, latar, hal-hal yabg menarik dari latar, nilai-n ilai yang terdap at dalam cerita, dan membandingkan nilai-nilai tersebut dengan kehidup an masa kini.
7)
Guru menunjuk kelompok secara acak dan siswa y ang merasa kelompokny a ditunjuk maju untuk mempresentasikan hasil diskusi.
8)
Guru dan siswa (anggota kelompok yang lain) mengevaluasi kejelasan dan penampilan kelompok yang maju.
9)
Guru meny impulkan pembelajaran, siswa yang belum jelas dipersilahkan bertanya;
10) Guru memberikan tes uraian sin gkat untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam mengapresiasi cerita raky at; 11) Guru menutup pelajaran.
85 b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II 1)
Pertemuan Pertama Sesuai yang telah direncanakan, maka tahap tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu Kamis, 4 Februari 2010 dan Sabtu, 6 M aret 2010 di ruang kelas X F SMA N 1 Gemolong. Pada pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada Kamis, 4 Febru ari 2010 mulai pukul 08.30-10.15 WIB (jam ke 3-4). Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran apresiasi cerita raky at pada tindakan siklus II ini adalah sebagai berikut a) Pembukaan Guru membuka p elajaran den gan mengucap assalamualaiku m. Guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi, apersep si, menerangkan relevansi cerita raky at dengan kehidup an sekar ang dan memberikan motivasi pada siswa dengan memaparkan manfaat model pembelajaran koop eratif tipe GI. b) Kegiatan Inti Guru membagi kelompok seperti pada siklus I. Kemudian guru membagikan bacaan cerita rakyat yang berjudul “Kisah Telaga Warna.” Setelah siswa duduk sesuai kelompoknya, guru memberi waktu ba gi masingmasin g kelompok untuk menginvestigasi cerita rakyat “Kisah Telaga Warna”. Guru menyuruh tiap kelompok untuk mengump ulkan infor masi tentang cerita rakyat “Kisah Telaga Warna”. Tiap anggota kelompok
86 berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompok. Misalnya kelompok V anggota A menemukan isi, anggota B mencari latar, anggota C mencari hal-hal yang menarik dari latar, anggota D menemukan nilai-nilai dalam cerita dan seterusnya.
Gambar 11. Siswa Berdiskusi Kelomp ok. Para siswa dalam k elompok itu saling bertukar informasi, berdiskusi, mengklarifikasi semua gagasan. Guru mengingatkan tiap kelompok untuk menyiapkan laporan akhir. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan. Guru menekank an keaktifan dari masin g-masin g anggota kelompok dengan menjelaskan bahwa asp ek yang dinilai dalam proses pembelajaran adalah : a) kedisiplinan; b) minat; c) kerja sama; d) keaktifan; dan e) tanggun gjawab. Kelompok yang seluruh anggotanya menunjukkan kinerja sesuai dengan indikator tersebut dengan baik akan mendapatkan point yang bagus. Guru menekankan kepada siswa bahwa setiap anggota berp artisipasi aktif sesuai tugas yang diberikan oleh kelompoknya. Ketika para siswa sedang bekerja dalam k elompok, guru berkeliling kelas, memberi
87 pujian kepada kelompok y ang bekerja dengan baik, dan kadang guru duduk dengan tiap kelompok untuk mendengarkan bagaimana para anggota kelompok bekerja. c) Penutup Sampai pada langkah ketujuh ini, bel berbunyi menunjukkan bahwa waktu pelajaran sudah selesai. Guru menyuruh tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil investigasi pada pertemuan berikutnya. Kemudian guru menutup pelajaran. Pembelajaran dilanjutkan pertemuan selanjutny a pada hari Sabtu, 6 M aret 2010 pukul 10.15-11.45 WIB (jam ke 5-6). 2)
Pertemuan Kedua Sesuai kesep akatan dengan guru, maka pertemuan kedua pada siklus II ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 6 M aret 2010 pukul 10.15-11.45 WIB (jam ke 5-6). Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan kedua dalam pelaksanaan tindakan siklus II adalah : a) Pembukaan Guru
membuka
pelajaran
dengan
mengucap
salam.
Guru
mengondisikan kelas dengan melakukan p resensi dan menyuruh siswa untuk berkelompok sesuai dengan kelompokny a pada saat pertemuan pertama siklus II.
88 b) Kegiatan Inti Guru menyuruh siswa mempersiapkan pekerjaan mereka pada pertemuan sebelumny a, yaitu mempresentasikan hasil investigasi cerita raky at “Kisah Telaga Warna.”
Gambar 12. Siswa M enyiapkan Laporan Hasil Investigasi. Presentasi itu antara lain berisi tentang isi, latar, hal-hal yang menarik dari latar, nilai-nilai yang terdap at dalam “Kisah Telaga Warna”, dan perbandingan nilai-nilai d alam c erita tersebut den gan kehidupan masa kini. Guru menunjuk kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil invest igasi dari cerita raky at “Kisah Telaga Warna” tersebut. Setelah semua kelompok maju, guru dan siswa mengevaluasi penampilan tiap kelomp ok. Guru dan siswa berkolaborasi mny impulkan pembelajaran cerita raky at “Kisah Telaga Warna.” Guru memberi evaluasi berupa tes uraian tentang cerita rakyat “Telaga Warna”. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan mengapresiasi cerita rakyat y ang telah dipelajari. Semua siswa
89 mengerjakan evaluasi secara individu. Siswa diminta mengump ulkan kertas jawaban hasil tes ketika waktu yang ditetapkan guru sudah selesai. c) Penutup Guru menutup pelajaran dengan salam. Buny i bel tanda istirahat kedu a berbunyi. Guru dan p eneliti serta siswa keluar kelas untuk beristirahat. Guru dapat menyelesaikan semua langkah tersebut sesuai dengan waktu yang tersedia. Begitu bel tanda pergantian pelajaran berbunyi, guru sudah pada tahap menutup pelajaran. Dalam tahap ini, guru bertindak sebagai fasilitator jalannya kegiatan pembelajaran apresiasi cerita raky at di dalam k elas, sedangkan penelti hany a bertindak sebagai partisipan p asif. c.
Obse rvasi Siklus II Observasi dilaksanakan saat pembelajaran apresiasi cerita raky at dengan
model GI berlangsung p ada Kamis, 4 M aret 2010 pukul 08.30-10.15 WIB ( jam ke 3-4 ) dan hari Sabtu, 6 Maret 2010 pukul 10.15-11.45 WIB (jam ke 5-6 ). Observasi difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran apresiasi cerita dengan menerapkan model GI, kegiatan yang dilaksanakan guru dan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam observasi ini, peneliti ikut melakukan penilaian dengan memegang lembar penilaian proses kegiatan anggota kelompok dan lembar penilaian apresiasi cerita rakyat. Pada saat observasi, p eneliti bertindak seba gai p artisipan p asif dan duduk di ban gku p alin g belakang.
90 1) Pengamatan terhadap Guru Pengamatan kepada guru dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian dan observasi kinerja guru yang sama sep erti pada siklus I. Dari hasil penilaian yang dilakukan diperoleh skor 83,33 untuk kinerja guru. Guru berusaha melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah disusun bersama peneliti. Setelah guru membagi siswa dalam kelompok kecil sesuai kelompok yang sudah ditetapkan, guru mengontrol jalannya diskusi kelompok. Guru sudah menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan kooperatif. Guru telah mampu membangkitkan minat, keaktifan dan tanggung jawab siswa. Guru terlihat lebih aktif dalam memantau kinerja setiap kelompok. Guru menekankan kepada siswa bahwa mereka mempuny ai hak yang sama untuk mengeluarkan pendapatnya. Ketika para siswa sedang bekerja dalam kelomp ok, guru berkeliling kelas, menjelaskan pertany aan yang diajukan siswa dalam kelompok tersebut. Kadang-kadang guru duduk dengan tiap kelompok untuk mendengarkan bagaimana para anggota kelompok bekerja. Pada akhir pelajaran guru meny impulkan pembelajaran dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Guru dapat menguasai penerapan model p embelajaran koop eratif tipe GI.
91
Gambar 13. Guru sedang M eny impulkan Pembelajaran. 2)
Pengamatan terhadap Siswa Pada pertemuan pertama siklus II y ang dilaksanakan p ada har i Kamis,
4 M aret 2010, siswa tampak lebih aktif daripada pelaksanaan tindakan siklus I. Namun, siswa masih san gat gaduh ketika mencari anggota kelompokny a dan ketika menata tempat duduk kelompoknya. Didapati pada awal pelajaran siswa masih kurang memperhatikan tugasnya. Ketika guru menulis beberapa topik cerita raky at, beberapa siswa masih berbicara sendiri. Meskip un demikian, setelah berjalan beberapa waktu siswa dapat berdiskusi den gan teman anggota kelompoknya.
92
Gambar 14. Siswa sedang Berbicara dengan Teman Semejanya. Pembelajaran pada siklus II difokuskan agar siswa dapat menjelaskan isi, latar, hal-hal yang menarik dari latar, nilai-nilai dalam cerita raky at, perbandingan nilai-nilai cerita rakyat tersebut dengan kehidupan masa kini. Siswa sudah tampak antusias dan memiliki motivasi yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Siswa menjadi terpacu untuk membuat kelompokny a menjadi kelompok yang terbaik. Mereka terlibat lebih aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab mereka. Misalnya; ketika kelompok 7 yang beranggotakan Agustina, Ismi, Leyla, dan Purnama tampil mempresentasikan hasil invest igasi, ada beberapa siswa yang menanggapi. Hal ini berbeda pada siklus I dulu, siswa yang menanggapi p aling bany ak dua orang.
93
Gambar 15. Siswa sedang Bertany a. Pada pertemuan kedua siklus II yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 6 Maret 2010, kegiatan p embelajaran d apat berlangsung sesuai rencana. Siswa semakin antusias mengikuti kegiatan pembelajaran. Suasana agak ramai karena siswa berdiskusi, saling mengeluarkan pendapat adalah hal yang wajar terjadi dalam pembelajaran koop eratif. Dengan demikian dapat melatih siswa untuk dapat menyelesaikan p ermasalahan secara bekerja sa ma, memacu kreativitas dan kekritisan mereka. Siswa sudah dapat merasakan manfaat pembelajaran dengan diskusi kelompok dengan model GI. Partisipasi dan tanggung jawab siswa untuk dapat menyelesaikan tugas semakin meningkat. Tampak mereka membantu anggota kelompok yang belum paham atau untuk menemukan jawaban. Ketika anggota kelompok presentasi, kelompok yang lain aktif bertany a dan memberikan saran.
94 Demikian pula untuk kelompok yang sedang presentasi, semua anggotanya lancar memberikan jawaban dari pertany aan kelompok lain.
Gambar 16. Kelompok sedang Presentasi dan M enjawab Pertanyaan. Namun demikian, masih ada beberapa siswa yang masih kur ang percaya diri dan tidak mau bertanya, tetapi sudah ada peningkatan daripada pertemuan pada siklus I. Dari 8 (delapan) kelompok yang presentasi ada 5 kelompok yang sudah bagus, sedangkan 3 kelompok belum bagus karena penyampaiannya masih monoton, bahasa y ang digunakan kuran g efektif dan dalam menjawab p ertany aan dari kelompok lain kurang jelas. Dalam kinerja kelompok, mereka juga berlatih untuk merencanakan tugas y ang akan dipelajari, mengumpulkan inform asi, menganalisis data, dan menyimpulkan cerita rakyat yang diinvestigasi. Ketika mereka presentasi, tanggapan dan saran dari kelomp ok lain juga mengalami peningkatan. Hal tersebut selain berdasarkan hasil pengamatan peneliti, juga ditunjukkan melalui hasi l angket p roses kinerja kelompok.
95 Berdasarkan angket yang telah disebark an dapat dijelaskan bahwa dalam kerja kelompok GI, partisipasi siswa sebagai peserta diskusi sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan partisip asi pada siklus I. Peningkatan dilihat dari jumlah siswa yang menjawab “selalu” dari setiap point pertanyaan mengalami peningkatan dari 26,45% menjadi 43,23%, yang meny atakan “kadang-kadang” sebesar 38,70% sedangkan yang menyatakan “tidak pernah” sebesar 18,07% (rekap hasil evaluasi kinerja kelompok siklus II terlampir di lampiran 3.5). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata siswa sudah mengalami peningkatan dalam kinerja kelomp ok, walaupun p eningkatan tersebut belum mencapai sesuai yang diharapkan. Selain dari angket, peneliti juga melakukan penilaian proses pembelajaran apresiasi cerita rakyat dengan menerapkan model GI sep erti pada siklus I, dengan indikator meliputi : a) kedisiplinan; b) minat; c) kerja sama; d) keaktifan; dan e) tanggun g jawab. Berdasark an penilaian proses pembelajaran yang dilakuk an diperoleh nilai rata-rata kelas 74,84 dengan nilai tertinggi 86 dan terend ah 63 (rekap hasil penilaian terlampir di lampiran 3.9 Siklus II). Nilai hasil tes yang diambil dari tes yang diberikan pada akhir siklus II ini diperoleh hasil yang cukup bagus, dengan nilai rata-rata kelas 72,65 nilai t ertinggi 90 d an nilai terendah 53 (terlampir di lampiran 3.10 siklus II). Namun, masih banyak siswa yang belum mampu menjelaskan hal-hal yang menarik dari latar. Dari hasil siklus II ini, baru 24 siswa atau 77,41% siswa
96 yang mampu mengerjakan soal tes y ang diberikan dengan nilai di atas KKM . Masih ada 7 siswa atau 22,59% yang masih di bawah KKM.
Gambar 17. Siswa sedang M engerjakan Tes. d. Analisis dan Refleksi Siklus II Berdasarkan hasil pengamatan penelitian pada siklus
II, dapat
dikemukak an bahwa kualitas pembelajaran apresiasi cerita rakyat sudah mengalami peningkatan yang cukup berarti, tetapi belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini ditandai dengan beberap a hal berikut : a)
Siswa yang memperoleh nilai di bawah ketuntasan minimal (KKM ) masih cukup tinggi yaitu 22,59%.
b)
Keaktifan siswa dalam pembelajaran yang berlangsung dalam kerja kelompok sudah mengalami peningkatan tetapi belum maksimal. Partisipasi seluruh anggota kelompok, tukar pendap at, bertanya dan saling membantu antar anggota kelompok masih belum maksimal, dari angket yang diisi oleh
97 siswa masih banyak yang meny atakan kadang-kadang dan tidak pernah. Keaktifan mereka masih kurang maksi mal dan pembicaraan dalam kelompok masih didom inasi ol eh satu orang. c)
Keseriusan dan konsentrasi siswa masih kurang, sehingga mereka juga kurang dalam kedisip linan, k erja sama, keaktifan dan tanggung jawab dalam kerja kelompok menyelesaikan tugas yang diberikan. Ketika proses kerja atau diskusi kelompok berlangsung maupun saat ada kelompok yang presentasi di depan, masih saja ada siswa yang berb incang-b incang send iri.
d)
Keterampilan guru dalam mengelola kelas meningkat. Guru telah mampu mengelola kelas dengan menggunak an model GI dengan baik. Guru telah mampu menciptakan situasi pembelajaran yang mendukung siswa untuk aktif, berkonsentrasi, serta termotivasi untuk belajar. Kontrol atau pengawasan guru dalam kelompok cukup baik, bahkan guru berkeliling ke tiap-tiap kelompok dan kadang duduk untuk mendengarkan pembicaraan siswa dalam berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Berdasarkan analisis hasil tersebut, dapat diungkapkan bahwa kualitas
proses pembelajaran sudah baik. Kekurangan ditemui pada sikap siswa yang masih kuran g konsentrasi dan serius, terkadang bercakap-cakap dengan siswa yang lain. Siswa yang nilainya belum mencapai KKM masih ada 7 siswa atau masih 22,58%. Keaktifan, tanggungjawab, kerja sam a dan kedisiplinan siswa juga masih perlu ditingkatkan. Suasana pembelajaran dengan menerapkan cooperative learn ing dengan model GI belum dapat berjalan dengan baik.
98 Berdasarkan analisis tersebut, berikut ini dikemukakan refleksi dari kekuran gan yang ditemukan. Berdasarkan hasi l analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus II dikatakan berhasi l akan tetapi belum mencapai hasil yang maksimal. Peningkatan memang terjadi pada beberapa indikator dibandin gkan siklus sebelumnya, tetapi masih bany ak kekurangan seperti yang disebutkan di atas. Oleh karena itu, siklus III sebagai proses perbaikan pembelajaran pada siklus II perlu dilaksanakan. Pelaksanaan siklus III disetujui oleh guru setelah peneliti mengajukan hasil analisis dan r efleksi siklus II p ada Senin, 8 Maret 2010. 3. Siklus III a. Perencanaan Tindakan Siklus III Berdasarkan hasi l refleksi pada siklus II, disepakati bahwa siklus III perlu dilaksanakan. Persiapan dan perencanaan tindakan dilakukan pada hari Senin, 8 M aret 2010 di ruang guru SMA Negeri 1 Gemolon g, setelah peneliti menyampaikan hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan p ada siklus II. Peneliti meny ampaikan kepada guru y ang b ersangkutan segala kelebihan dan kekuran gan proses pembelajaran apresiasi cerita raky at yang telah dilakukan. Pada perencanaan tindakan ini, guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pembelajaran apresiasi cerita raky at dengan menerapkan model GI. Dalam diskusi antara guru dan peneliti disep akati bahwa cerita raky at yang akan dipelajari adalah “Cerita Raky at dari Daerah Sekitar
99 Siswa.” Pada siklus III, proses penilaian tetap ditekankan pada penilaian proses dan penilaian hasi l. Kegiatan pembelajaran lebih ditekankan pada kompetensi dasar “menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita raky at
yang
disampaikan secara langsung atau melalui rekaman. Lembar p enilaian yang digunakan pada siklus III adalah penilaian p roy ek dan penilaian proses. Penilaian proyek merup akan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesa ikan dalam waktu tertentu (Sarwiji Suwandi, 2009: 86). Indikator penilaian proses dengan menggun akan lembar penilaian sikap (afektif) y ang terdiri atas asp ek : (1) kedisiplinan; (2) minat; (3) kerja sa ma; (4) keaktifan; dan (5) tanggung jawab. Penilaian proyek apresiasi cerita rakyat digunakan untuk mengetahui komp etensi siswa dalam menanggapi cerita raky at, aspek y ang dinilai meliputi ; (1) perencanaan terdiri dari persiapan dan rumusan judul, (2) p elaksanaan terdiri dari sistematika penulisan, keakuratan sumber data, kuantitas sumber data, analisis sumber data, dan penarikan kesimpulan , (3) laporan proyek terdiri dari performans dan penguasaan materi (Sarwiji Suwandi, 2009 : 87). Isi proy ek meliputi: 1) M engidentifikasi unsur intrinsik cerita, yaitu (1) ketepatan mengun gkapkan hal-hal yang menarik dari tokoh disertai data tekstual; (2) kemampuan menjelaskan amanat yang terkandung dalam cerita; (3) kemampuan menjelaskan latar cerita dengan data yang mendukun g; (4) kemampuan menemukan nilai-nilai cerita rakyat dengan tepat.
100 2) Kemampuan menuliskan kembali cerita rakyat yang telah dipelajari atau membuat sinop sis cerita. Disepakati bahwa tindakan siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan y aitu Kamis, 11 Maret 2010 dan Sabtu, 13 M aret 2010 di ruang kelas X F SMA Negeri 1 Gemolong. Adapun urutan tindakan y ang sudah direncanakan dan akan diterapkan dalam siklus III sebagai berikut : Kegiatan Awal 1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. 2)
Guru dan siswa bertanya jawab tentang relevansi isi cerita rakyat dengan kehidup an masa kini.
Kegiatan Inti 1)
Guru menjelaskan teknik p enulisan narasi d an deskripsi.
2)
Guru menyuruh siswa untuk berkelompok sesuai siklus II.
3)
Setiap kelompok melakukan investigasi untuk menentukan top ik cerita raky at yang dip ilih.
4)
Setiap kelompok mendata inform asi, menganalisis, dan menyimpulkan masukan dari anggota kelompok terutama tentang unsur intrinsik dan synopsis cerita raky at.
5)
Setiap anggota kelompok berkontribusi terhadap kelompoknya.
6)
Guru menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Setelah semua kelompok selesai presentasi, guru dan siswa mengevaluasi pembelajaran cerita rakyat dari berbagai daerah d i sekitar siswa.
101 7)
Guru memberi penilaian pada hasil pekerjaan (p royek) setiap kelompok dan pada saat presentasi.
Kegiatan Penutup 1)
Guru mengumpulkan hasil p ekerjaan kelompok (p royek) untuk dinilai.
2)
Guru menyimpulkan pembelajaran d an menutup dengan salam.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III Sesuai yang telah direncanakan, maka tahap tindakan siklus III dilaksanakan dalam dua k ali p ertemuan y aitu Kamis, 11 Maret 2010 p ukul 08.30 – 10.15 WIB dan Sabtu, 13 Maret 2010 pukul 10.15-11.45 WIB di ruang kelas X F SMA Negeri 1 Gemolong. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran apresiasi cerita raky at pada tindakan siklus III sebagai berikut. 1) Pertemuan p ertama Pertemuan p ertama yang dilaksanakan pada hari Kamis, 11 M aret 2010 pukul 08.30-10.15 WIB adalah sebagai berikut: a)
Guru membuka pelajaran den gan mengucap salam;
b)
Guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi, guru memberikan motivasi pada siswa dengan memaparkan manfaat model pembelajaran koop eratif tipe GI;
c)
Guru bertanya jawab dengan siswa tentang relevansi cerita raky at dengan kehidup an sekarang;
102 d)
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok sesuai dengan kelompok pada siklus II, guru menyuruh siswa membuat proyek tentang cerita raky at yang ada di d aerah sekitar siswa;
e)
Guru menugaskan kelompok untuk mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita rakyat yang dibuat proyek dan menemukan nilai-nilai dalam cerita raky at tersebut; Guru meny uruh siswa untuk melanjutkan tugas di rumah. Kemud ian guru dan siswa berkolaborasi untuk men gevaluasi pembelajaran cerita rakyat pada hari itu. Guru menutup pelajaran den gan salam. Pada langkah kelima ini bel tanda pergantian pelajaran telah berbunyi. Pertemuan kedua akan dilaksanakan p ada har i Sabtu, 13 M aret 2010.
2) Pertemuan kedua a) Guru membuka p elajaran dengan salam. b) Guru menyuruh kelompok untuk menyiapkan proyek tentang cerita raky at terutama unsur intrinsik dan sinopsis sebagai bahan p resentasi; c) Guru menunjuk kelomp ok secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Kelompok yang lain menanggapi penampilan kelompok y ang maju. d) Setelah se mua kelompok presentasi, guru dan siswa berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran cerita raky at dari berbagai daerah y ang t elah didiskusikan.
103 e) Guru memberi evaluasi pada setiap kelompok pada saat presentasi dan hasil pekerjaan (p royek) y ang dikumpulkan. f) Guru menyimpulkan p embelajaran dan menutup pelajaran den gan salam. Guru dapat menyelesaikan semua langkah tersebut sesuai dengan waktu yang tersedia baik p ada p ertemuan pertama maupun p ertemuan kedua. Begitu be l tanda p ergantian pelajaran berbunyi, guru sudah pada tahap menutup p elajaran. Dalam tahap ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalanny a kegiatan pembelajaran apresiasi cerita raky at di dalam kelas, sedangkan peneliti hany a bertindak sebagai partisipan pasif. c. Obse rvasi Siklus III Observasi dilaksanakan saat pembelajaran apresiasi cerita raky at dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI dalam tindakan siklus III yang berlangsung pada hari Kamis, 11 Maret 2010 pukul 08.30 WIB -10.15 WIB ( jam ke 3 - 4) dan Sabtu, 13 M aret 2010 WIB pukul 10.15 – 11.45 WIB (jam ke 5 – 6). Seperti pada siklus II, observasi difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran apresiasi cerita rakyat dengan menerapkan model GI, kegiatan yang dilaksanakan guru, serta aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam observasi ini, peneliti menggun akan pedoman observasi (terlampir pada lampiran) serta ikut melakukan penilaian dengan memegan g lembar p enilaian p roses kegiatan anggota kelompok dan l embar penilaian p roy ek apresiasi cerita raky at. Pada saat observasi, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan duduk di bangku p aling b elakang.
104
Gambar 18. Peneliti Duduk di Kursi Belakang. a)
Pengamatan terhadap Guru Guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah disusun bersama peneliti. Guru sudah menciptakan suasana pembelajaran
yang
kondusif dan koop eratif. Guru telah mampu
membangkitkan minat, keaktifan dan tanggung jawab siswa. Guru terlihat lebih aktif dalam memantau kinerja setiap kelompok. Guru menekankan kepada setiap anggota kelompok bahwa mereka mempuny ai tanggung jawab untuk melakukan investigasi. Guru juga menegaskan bahwa dalam membuat proyek cerita lebih ditekankan pada kerja masing-masing anggota kelomp ok, kemudian h asil tulisan kelompok dip resentasikan di depan kelas.
105
Gambar 19. Kelompok Siswa sedang Presentasi. Kelompok yang lain mendengarkan dan memberikan komentar, berup a pertanyaan, saran atau pujian. Memang suara gaduh, riuh, dan ramai masih tampak. Akan tetapi, suasana ramai tersebut mengarah pada situasi yang kondusif.
Gambar 20. Siswa sedang Bertany a. Sewaktu para siswa sedang bekerja dalam kelompok, guru berkeliling kelas dan kadang guru duduk dengan tiap kelompok untuk mendengark an bagaimana para anggota kelompok bekerja. Langkah
106 selanjutnya, guru menugaskan siswa untuk mengisi angket yang disiap kan oleh peneliti. Angket tersebut digunakan peneliti untuk mengetahui sikap serta minat mereka terhadap pembelajaran apresiasi cerita raky at pasca tindakan berup a penerapan model GI. Pada kesempatan tersebut, peneliti menyampaikan terima kasih kepada siswa dan guru yang telah membantu penelitian. Tepat p ukul 11.45 WIB pembelajaran
diakhiri dengan
mengucapkan salam. Pada tahap ini guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran cerita raky at di dalam kelas sedangkan peneliti hanya bertindak sebagai p artisipan pasif. b) Pengamatan terhadap Siswa Pada pertemuan pertama siklus III yang dilaksan akan pada hari Kamis, 11 M aret 2010, siswa tampak lebih aktif daripada pelaksanaan tindakan p ada siklus II. Proses pembelajaran pada siklus III ini situasi kelas sudah lebih kondusif. Pada saat guru mengawali pembelajaran dengan menanyakan tentang pemberian tugas (p roy ek) melalui diskusi kelompok model GI, siswa menjawabnya bahwa pelajaran lebih menyenangkan sehingga pembelajaran terasa lebih mudah. Siswa dapat menikmati proses pembelajaran
dengan
keterlibatan
siswa
secara
langsung
dalam
mengapresiasi cerita rakyat. Suasana kelas tampak terkendali, walaupun memang agak ramai karena masing-masin g siswa dalam kelompok bekerja dan berdiskusi. Pembelajaran berlangsung efektif dan tepat waktu. Siswa mempuny ai
107 antusias yang tinggi untuk menjadikan kelompoknya menjadi kelompok yang terbaik. Kelompok demi kelompok telah tampil untuk present asi semua, terny ata ada satu kelompok yang kurang tepat dalam memilih top ik, yaitu kelompok 2. Kelompok ini beranggotakan Atik, Felina, Meykawati, dan Olivia. Kelompok itu memilih cerita raky at dari Lampung Selatan. Padahal guru menyuruh setiap kelompok untuk memilih cerita rakyat dari daerah sekitar siswa. Jika siswa dari Gemolong kabupaten Sragen dan sekitarny a mengambil cerita raky at dari Lampung Selatan, maka terlalu jauh. Isi proy ek dari kelompok 2 sudah cukup bagus. Jadi, dari 8 kelompok hanya satu kelompok y ang kuran g tepat dalam memilih topik. Siswa sudah dapat memahami tugas dan tanggun g jawabnya dalam kelompok. M ereka juga memahami pentingnya kedisiplinan d an kerja sa ma dalam mengerjakan
tugas. M ereka menyatakan bahwa dengan GI
menjadikan mereka lebih percaya diri. M ereka dapat berkomunikasi lebih lancar tanpa rasa minder. Kerja sama yang dibangun men jadikan hubun gan antarsiswa lebih akrab dan komunikatif. Saling berpendapat, bertanya, memberikan saran dan komentar sudah menjadi hal yang biasa di antara siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil angket tentang sikap siswa setelah mengikuti pembelajaran. Berdasarkan angket yang sudah diisi oleh siswa dapat diketahui bahwa dalam kerja kelompok GI, partisipasi siswa sebagai peserta diskusi
108 sudah mengalami peningkatan yang cukup tajam dibandingkan dengan partisipasi pada siklus II. M ereka sudah saling membantu, saling mendengark an, saling memberi komentar ketika ada kelompok
yang
mempresentasikan hasil proy ekny a. Hasil angket untuk point pertanyaan tentang adany a siswa yang mendominasi kerja kelompok sudah semakin sedikit ditunjukkan dengan yang menjawab selalu hany a 4 siswa atau 12,90%.
Rata-rata keaktifan dengan indikator jawaban “selalu” sudah
menunjukkan rata-rata 77,41%, jawaban “kadang-k adang” hanya 13,50%, dan jawaban “tidak pernah” 10,90% (rekap hasil evaluasi kinerja kelompok siklus III terlampir di lampiran 4.4). Selanjutnya untuk nilai kemampuan mengapresiasi cerita rakyat dari proyek diperoleh hasil yang sangat bagus, terutama kemampuan kelompok menuliskan sinopsis cerita rakyat yang sudah diinvest igasi dengan bahasa mereka sendiri. Kelompok yang sudah mampu membuat proyek apresiasi cerita rakyat yang diinvestigasi secara runtut meningkat dibandingkan dengan siklus II. Dari hasi l siklus III ini, dip eroleh nilai rata-rata kelas 80,16 dengan nilai tertinggi 92 dan terendah 60. M asih ada tiga siswa yang belum tuntas atau 9,67%. Pada siklus II siswa yang mampu mengerjakan soal tes cerita rakyat di atas KKM adalah 77,41% sedan gkan pada siklus III siswa yang mampu mengerjakan soal tes cerita r akyat di atas KKM adalah 90,33% (rekap nilai hasil kemampuan mengapresiasi cerita raky at terlampir di
109 lampiran 4.2 siklus III). Perbandingan nilai kemampuan mengapresiasi cerita raky at antara siklus II dan siklus III dapat di lihat pada grafik 3. berikut.
d. Analisis dan Refleksi Siklus III Berdasarkan hasi l pengamatan penelitian pada siklus III, dapat dikemukak an bahwa pembelajaran apresiasi cerita raky at dengan menerapkan model pembelajaran tipe GI sudah mengalami peningkatan yang sangat bagus. Proses pembelajaran dapat berjalan dengan lebih efektif, lebih lancar, bahkan lebih baik diband ingkan dengan pembelajaran pada siklus sebelumnya, baik siklus I maupun siklus II. Hal ini ditandai dengan beberapa hal berikut : 1) Siswa yang memperoleh nilai di atas batas ketuntasan minimal (KKM ) 28 siswa atau ketuntasan klasikal 90,33%, dengan nilai r ata-rata kelas 80,16. 2)Keaktifan siswa dalam pembelajaran yang berlangsung dalam kerja kelompok sudah mengalami peningkatan. Partisipasi seluruh anggota kelompok, tukar pendapat, bertanya dan saling membantu antar anggota kelompok sudah cukup
110 bagus, hal ini dilihat dari pengamatan peneliti juga dari angket yang diisi oleh siswa. Siswa yang meny atakan “selalu” untuk p oint pertanyaan partisipasi, saling menanggapi, kedisiplinan, k erja sama dan tanggun g jawab semakin meningkat. 3)
Keseriusan dan konsentrasi siswa meningkat, walaup un memang masih saja ada siswa yang berbincang-bincang sendiri. Kedisip linan, kerja sa ma, keaktifan, dan tanggun g jawab dalam kerja kelompok menyelesaikan tugas yang diberikan sudah semakin bagus.
4)
Keterampilan guru dalam mengelola kelas meningkat. Guru telah mampu mengelola kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan baik. Guru telah mampu menciptakan situasi pembelajaran yang mendukung siswa untuk aktif, berkonsentrasi, serta termotivasi untuk belajar. Kontrol atau p engawasan guru dalam kelompok cukup baik, bahkan guru berkeliling ke tiap-tiap
kelompok dan kadang duduk untuk
mendengark an pembicaraan siswa dalam berdiskusi dengan anggota kelompokny a. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus III dikatakan berhasil. Peningkatan terjadi pada beberapa indikator dibandingkan siklus sebelumny a. Nilai rata-rata kelas sudah mencapai batas ketuntasan meskipun masih ada siswa yang belum mencapai nilai di atas KKM . Meskipun demikian, penelitian dipandang cukup untuk dilaksanakan dengan berbagai pertimbangan, antara lain alokasi waktu untuk materi apresiasi cerita rakyat dianggap cukup dengan mempertimbangkan materi y ang lain.
111 C. Hasil Penelitian Berdasarkan pada permasalahan y ang diru muskan dalam bagian pendahuluan dan deskripsi hasil penelitian, berikut ini dirumuskan hasil penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI p ada pembelajaran apresiasi cerita raky at di kelas X F SMA Negeri 1 Gemolong. 1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita Rakyat Sebelum tindakan penelitian ini dilaksanakan, siswa telihat kuran g tertarik mengikuti pembelajaran cerita rakyat. Siswa menganggap bahwa cerita raky at adalah cerita kuno yang kurang menarik, dan kuran g bermanfaat dalam kehidupan nyata. Proses pembelajaran masih didominasi oleh guru dengan menggunakan metode ceramah sehingga siswa pasif dan potensi kerja sam a antarsiswa belum dioptimalkan. Setelah pembelajaran dilaksanakan dengan model koop eratif tipe GI, siswa menjadi tertarik dan antusias. Model koop eratif tipe GI dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, mereka terlibat langsung d alam mengapresiasi cerita raky at yang dipelajari. Suasana kelas dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI memang agak gaduh dan ramai, karena siswa saling berdiskusi, berp endap at, mengkritik, atau menanggapi temanny a. Pada saat pindah tempat duduk dan berkelomp ok dengan teman satu kelomp okny a suasana ramai lebih terasa. Akan tetapi, kelas yang ramai tetap terarah p ada pencapaian tujuan p embelajaran.
112 Peran guru sebagai motivator, fasilitator, evaluator, san gat mendukun g keberhasilan proses pembejalaran. Guru dituntut lebih aktif dan kr eatif dalam penyiapan bahan dan melakukan pengawasan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dari peneltian yang dilakukan, guru lebih siap dalam mengajar mulai dari tahap perencanaan pembelajaran, penguasaan materi pembelajaran sehingga proses pembelajaran dap at berlangsung lebih terarah. 2. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Apresi asi Cerita Rakyat Proses pembelajaran yang b erkualitas lebih mudah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran apresiasi cerita raky at dilihat dari faktor-faktor berikut : a)
Keaktifan Siswa Keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat dilihat dengan lembar p enilaian sikap (afektif) yang terdiri dari asp ek : (1) kedisiplinan; (2) minat; (3) kerja sama; (4) ke aktifan; dan (5) tanggun gjawab. Keaktifan siswa diamati selama proses pembelajaran berlangsung.
b)
Minat dan M otivasi Siswa Siswa lebih berminat dan termotivasi mengikuti pembelajaran apresiasi cerita rakyat. Minat dan motivasi sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dapat menumbuhkan motivasi internal dalam diri siswa sehin gga siswa lebih berminat dan tertarik dalam belajar. c) Tanggun g Jawab dan Keberanian
113 Penerapan model pembelajaran koop eratif tipe GI dapat melatih rasa sosial siswa, diantaranya adalah rasa tanggung jawab terhadap keberhasilan belajar teman-temannya dalam satu kelompok. Tanggung jawab dan keberanian siswa meningkat dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Diharapkan tanggun g jawab d an keb eranian siswa akan terasah unt uk p roses pembelajaran selanjutnya. d)
Keterampilan Guru dalam M engelola Kelas Guru lebih terampil dalam melakukan proses pembelajaran dan kesiap an guru lebih matang. Mulai dari tahap persiapan RPP, penyiapan materi, dan media. Pengkondisian kelas dengan kelompok kecil perlu pengontrolan yang tepat dari guru. Peran guru semakin bagus dari siklus I, II dan III. Guru semakin menguasa i kelas dan mampu menciptakan suasana pembelajaran y ang menyenangkan.
e)
Peningkatan Kemampuan Siswa dalam M engapresiasi Cerita Rakyat Peningkatan kemampuan siswa dalam mengapresiasi cerita raky at dilihat dari nilai hasil tes yang dilakukan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan.
f)
Kelebihan d an Kekuran gan M odel Pembelajaran Kooperatif Tipe GI 1) Kelebihan model GI y aitu mampu membangun jiwa sosial siswa den gan menerapkan sikap kerja sama, mengurangi rasa rendah diri siswa, membantu siswa terhindar dari rasa ego, kekerasan, dan bertanggun g jawab terhadap keberhasilan kelompoknya, meningkatkan keberanian
114 siswa, minat dan keaktifan siswa seh ingga tujuan pembelajaran lebih tercapai. 2) Kekurangan model GI, bahwa dalam p enerapan model GI dapat memicu munculny a potensi penghalang, yaitu adanya siswa yang pandai dan percaya diri mendominasi pembicaraan dalam kelompok sehingga semua tugas dikerjakan oleh seorang siswa. Kemun gkinan kedua yaitu siswa yang tidak banyak berpartisipasi dan hanya mengikut temanny a yang pandai. Hal tersebut memunculkan pembagian tugas yang tidak merata dalam satu kelompok. Kedua kelemahan ini d apat diatasi dengan membuat siswa bertanggung jawab secara individual atas pembelajaran mereka. M asing-masin g kelompok dihargai berdasarkan jumlah skor individual atau hasil k erja individual lainnya. D. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan pada permasalahan y ang diru muskan dalam bagian pendahuluan serta deskripsi hasil penelitian, berikut ini dijabarkan pembahasan hasil penelitian p enerapan model pembelajaran koop eratif tipe GI untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita rakyat di kelas X F SMA Negeri 1 Gemolong. 1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita Rakyat Berdasarkan hasil survei awal, diperoleh gambaran bahwa minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran apresiasi cerita rakyat masih rendah. Siswa kurang tertarik dengan cerita raky at dan pembelajaranny a. Hal tersebut
115 merupakan akibat dari proses pembelajaran yang kurang memperhatikan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Dari hasil pengamatan awa l diperoleh permasalahan sebagai berikut : (a) kemampuan mengap resiasi cerita rakyat siswa rendah, (b) guru menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan mater i sehingga siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam KBM , dan (c) siswa kuran g tertarik atau kurang senang den gan materi cerita rakyat. Guru masih menjadi pusat pembelajaran, akibatnya p embelajaran menjadi kurang kondusif dan kuran g menyenangkan. Kondisi tersebut membawa dampak yang negatif terhadap kemampuan mengapresiasi cerita raky at siswa. Dari hasil uji pratindakan, dengan materi uji pratindakan “Pak Belalang” dengan lima soal uraian yang berkaitan mengenai unsur intrinsik cerita, hanya 10 siswa (32,25%) yang memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan M inimal (KKM) y aitu 68,00. Jadi, masih ada 21 siswa (67,74%) memperoleh nilai di bawah KKM . Nilai ratarata yang dicapai juga r endah, y aitu 64,16 masih di bawah KKM yang ditetap kan dalam kur ikulum. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa antara proses pembelajaran dan hasil mempuny ai hubungan timbal balik yang erat. Guru harus mengubah paradigma dalam pembelajaran sesuai dengan perkembangan zaman. Pemilihan model pembelajaran yang efektif menjadi hal penting bagi guru. B erdasarka n permasalahan tersebut, tindakan yang telah dilakukan dalam penelitian adalah menerapkan model pembelajaran koop eratif tipe GI untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita rakyat. Alasan pemilihan model ini karena
116 diperkirakan akan mampu mengatasi permasalahan di atas. M odel ini termasuk ke dalam metode diskusi kelompok berbasis pembelajaran kooperatif dengan menempatkan siswa dalam kelompok heterogen juga
berdasarkan kesa maan
kesenangan dalam memilih top ik. Hal ini sangat memungkinkan siswa untuk belajar mengapresisi cerita raky at secara berkelompok dengan memanfaatkan potensi interaksi dan kerja sama antarsiswa. Dengan model pembelajaran koop eratif tipe GI dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam proses p embelajaran, mereka terlibat lansung dalam meny imak (mendengarkan), membaca, memahami, menganalisis dan membuat sinopsis cerita raky at yang dipelajari. Pembelajaran ini disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sa ma siswa yang berbeda latar belakangny a. Dengan bekerja secara ko laboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka
siswa
akan
mengembangkan
keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan san gat bergun a bagi kehidup an di lu ar sekolah. M odel pembelajaran kooperatif tipe GI telah diterapkan dalam pembelajaran apresiasi cerita raky at melalui tindakan sebany ak tiga siklus. Pada siklus I, siklus II, dan siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Berdasarkan hasi l observasi dan hasil tes yang telah dilakuk an dari sik lus I samp ai siklus III p embelajaran apresiasi cerita rakyat mengalami p eningkatakan.
117 Peningkatan mencakup p eningkatan ku alitas proses p embelajaran ap resiasi cerita raky at dan p eningkatan kemampuan mengapresiasi cerita raky at siswa kelas X F SMA N 1 Gemolong. 2. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Apresi asi Cerita Rakyat Setelah diterapkan mod el pembelajaran koop eratif tipe GI dalam pembelajaran apresiasi cerita raky at, maka dalam proses pembelajaran selama berlangsung terasa lebih hidup daripada sebelumny a. Tindakan-tindakan yang dilaksanakan dalam tiap siklus mampu meningkatkan kualitas pembelajaran apresiasi cerita raky at siswa kelas X F SMA Negeri 1 Gemolong. Hal ini dapat dilihat pada indikator-indikator berikut : a)
Keaktifan Siswa Keaktifan siswa dalam
pembelajaran
apresiasi cerita raky at
mengalami peningkatan. Keterlibatan siswa yang diwujudkan dalam kerja sama antarsiswa dalam kelompok selama proses pembelajaran meningkat. Keaktifan siswa dalam pembelajaran dipantau dengan lembar penilaian sikap (afektif) yang terdiri dari asp ek : (1) kedisip linan; (2) minat; (3) kerja sama; (4) keaktifan; dan (5) tanggun g jawab. Dari pantauan peneliti dan dari angket yang diisi siswa pada setiap akhir siklus, didapatkan bahwa pada siklus I hanya 26,45% yang menyatakan bahwa setiap anggota kelompok sudah berp artisipasi. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 16,78% sehingga siswa yang aktif
118 berp artisipasi dalam kerja kelompok menjadi 43,23%. Siklus III keaktifan siswa mengalami ken aikan sebesar 34,18 sehingga menjadi 77,41%. Sesuai dengan konstruktivisme dalam pembelajaran dan perubahan paradigma dalam p embelajaran, maka siswa sebagai subjek dalam pembelajaran bukan objek sehingga siswa yang harus aktif. Teori kognitif memandang pelajar seba gai seseor ang yang bertindak, memben tuk, dan merancang daripada sekedar menerima rangsangan
(stimulus)
dari
lingkun ganny a. Belajar adalah pemerolehan keterampilan ko gnitif yang kompleks, sehingga belajar harus menjadi “belajar yang bermakna” yaitu belajar y ang dapat dihubungkan d engan y ang sudah diketahui, bukan b elajar hafalan (Hadley, 1993: 53). Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menjadi san gat penting sehingga harus dipahami oleh guru, bahwa guru harus menciptakan proses pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek dan guru tidak mendo minasi d alam p roses pembelajaran. b) Minat dan Motivasi Siswa Setelah
dilakukan
dengan
menerapkan
model
pembelajaran
koop eratif tipe GI siswa tampak lebih berminat dan termotivasi mengikuti pembelajaran apresiasi cerita rakyat. Minat dan motivasi dapat dibangkitkan dengan penerapan mod el pembelajaran koop eratif tipe GI dari struktur tujuannya yaitu tujuan koop eratif yang melakukan usaha beror ientasi tujuan dari tiap individu memberi kont ribusi pada p encapaian tujuan anggota yang lain (Slavin, 2009:
119 34). Siswa yang bekerja keras dan membantu temanny a akan dipuji dan didukung o leh teman-teman satu kelompokny a. c) Tanggung Jawab dan Keberani an Siswa Pembelajaran koop eratif dengan mod el GI dapat melatih tanggun g jawab siswa untuk mengerjakan tugas kelompoknya, juga bertanggun g jawab terhadap teman seke lompoknya untuk dapat memahami apa yang dibahas. Siswa menyatakan bahwa model GI menjadikan mereka lebih percaya diri. M ereka dapat berkomunikasi lebih lancar tanpa rasa minder. Kerja sama yang dibangun menjadikan hubun gan antarsiswa lebih akrab dan komunikatif. Saling berpendap at, bertany a, memberikan saran dan komentar sudah menjadi hal yang biasa di antara siswa. Keberanian siswa untuk presentasi hasil investigasi cerita raky at y ang sudah dipelajari di depan kelas meningkat. Keberanian siswa san gat berk aitan dengan rasa harga diri. Seperti yang diungkapkan Slavin (2009: 122) bahwa rasa harga diri yang dimiliki oleh siswa adalah perasaan bahwa mereka memang disukai oleh temanteman mereka dan perasaan bahwa siswa dapat melakukan hal-hal yang berbau akademik. Para siswa merasa keberadaannya dapat diterima oleh teman-temanny a. d) Keterampilan Guru dalam Mengelola Kelas Kemampuan guru dalam mengelola kelas merup akan salah satu penentu keberhasilan proses pembelajaran.
Guru
yang profesional
120 mempunyai ciri-ciri : (1) memiliki kepribadian yang matang dan berkembang; (2) penguasaan ilmu yang kuat; (3) keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan (4) pengembangan profesi secara berkesin ambungan. Dalam pembelajaran koop eratif dengan model GI, p eran guru sebagai p engontrol kegiatan diskusi kelompok. Pembelajaran sudah tidak didom inasi dengan metode ceramah. Guru sudah menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan koop eratif. Guru telah membangkitkan minat, keaktifan, dan tanggung jawab siswa. Guru aktif dalam memantau k inerja setiap kelompok dan menekankan kepada siswa bahwa mereka mempunyai tanggun g jawab untuk memastikan bahwa teman satu kelompok mereka telah mempelajari materiny a. Sewaktu para siswa sedang bekerja dalam kelomp ok, guru berkeliling kelas, dan kadang guru duduk dengan tiap kelompok untuk mendengarkan bagaimana para anggota kelompok bekerja. e)
Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat Peningkatan kualitas pembelajaran apresiasi cerita rakyat juga berimplikasi pada kemampuan siswa dalam mengapresiasi cerita raky at. Berdasarkan hasil pengamatan awal dan hasi l pra-tindakan, diperoleh nilai siswa yang rendah. Hal ini diseb abkan karena proses pembelajaran yang belum menyentuh taraf apresiatif. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang, juga belum memanfaatkan potensi kerja sama antarsiswa. Hasil uji pratindakan sebelum tindakan dengan nilai rata-rata
121 yang dicapai masih rendah, yaitu 64,16 masih dibawah KKM yang ditetapkan dalam kurikulum y aitu 68,00. B erdasarkan p ermasalahan tersebut peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi siswa terhadap karya sast ra khususnya cerita raky at dengan menerapkan model GI. Tujuannya agar siswa memiliki kemampuan sesuai dengan st andar kompetensi yang telah ditentukan, juga mencapai batas KKM yang ditetapkan dalam kurikulum yakni 68,00 dan daya serap mencapai 75%. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan menerapkan mod el GI baru pertama kali dialami oleh siswa. Kerja kelompok yang pernah dilakukan merupakan kerja kelompok biasa. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa para siswa belum memiliki pengalaman belajar dengan kerja kelompok model GI. Guru p un menyadari bahwa minat siswa terhadap cerita rakyat masih rendah sehingga berp engaruh terhadap nilai mereka. Guru belum pernah menerapkan st rategi pembelajaran khusus yang mampu membangkitkan minat siswa dan m elibatkan siswa secara aktif dalam p roses pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran apresiasi cerita raky at belum berjalan dengan baik. Setelah diterapkan model pembelajaran koop eratif tipe GI dalam pembelajaran aprsiasi cerita raky at dari siklus satu sampai siklus tiga mengalami p eningkatan y ang b agus. Peningkatan tersebut dilihat dari penilaian p roses dan penilaian h asil. Penilaian proses sudah dijelaskan di depan, sedangkan penilaian hasil yang
122 digun akan untuk mengetahui komp etensi siswa dalam menanggapi cerita raky at. Penilaian hasi l pada siklus I dan siklus II ditekankan pada kemampuan siswa mengapresiasi cerita raky at yang diperdengarkan kemudian mampu menemukan unsur-unsur intrinsik, hal-hal yang menarik, relevansi isi cerita raky at dengan situasi kehidup an sekarang, serta kemampuan membuat sinop sis cerita raky at y ang sudah d iinvestigasi. Asp ek yang dinilai meliputi : (1) ketepatan meny ebutkan karakteristik cerita raky at; (2) ketepatan mengun gkapkan isi cerita dan amanat; (3) kemampuan menjelaskan latar cerita dengan data yang mendukun g dan hal-hal yang menarik dari latar tersebut;(4) kemampuan menemuk an hal-hal yang menarik dari tokoh (5) ketepatan menemuk an nilai-n ilai dalam cerita raky at dan kemampuan membandin gkan nilai-nilai cerita rakyat dengan kehidup an masa kini; (6) kemampuan menuliskan kembali cerita rakyat yang telah dipelajari. Pada siklus I jumlah siswa yang mencapai KKM masih belum mencapai 75%. Namun ada peningkatan dari uji pratindakan, yaitu dari 10 siswa (32,25%) yang memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ) meningkat menjadi 16 siswa (51,61%). Kenaikan sebesar 19,36%. Setelah dilakuk an analisis dan refleksi k ekurangan pada sik lus I, disepakati untuk dilaksanakan sikus II. Peningkatan tersebut dapat dilihat p ada grafik 4 berikut ini.
123
Pada siklus II siswa diberikan pembelajaran apresiasi cerita raky at dengan tetap menerapkan pembelajaran koopretarif tipe GI tetapi diiringi dengan beberapa perbaikan. Guru membantu kelompok yang mengalami kesulitan dalam menginvestigasi cerita raky at. Peran guru dalam melakukan pengawasan dan p engontrolan lebih diperhatikan. Pada siklus II mengalami peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Nilai yang diperoleh di siklus II meningkat sebanyak 24 siswa atau 77,41% sudah mencapai KKM atau peningkatan sangat besar yaitu sebesar 25,8% dari siklus I. Siswa yang belum tuntas masih 7 siswa atau 22,59% sehin gga pembelajaran apresiasi cerita rakyat dilanjutkan pada siklus III. Peningkatan tersebut tampak pada grafik 5. berikut ini.
124
Pada siklus III p embelajaran apresiasi cerita r aky at dilakukan d engan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe GI dengan beberapa perbaikanperbaikan atas kekurangan pada siklus II. Siklus III ini juga mengalami peningkatan dilihat dari penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses seperti dijelaskan sebelumnya, sed angkan penilaian hasil yang digun akan untuk mengetahui komp etensi siswa dalam menanggapi cerita raky at. Penilaian hasil pada siklus III ditekankan p ada kemampuan : 1)
M engidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita raky at dari berbagai daerah
yang meliputi : (1) ketepatan mengungkapkan tokoh-tokoh
dengan p enokohannya atau kar akteristik tokoh disertai data tekstual; (2) kemampuan menjelaskan amanat yang terkandung dalam cerita; (3) kemampuan menjelaskan latar cerita dengan d ata yang mendukung; 2) M ampu menyebutkan urut-urut an peristiwa dalam cerita raky at sebagai bahan untuk menulis sinopsis;
125 3) M ampu menuliskan kembali sinopsis cerita dengan bahasa sendiri yang efektif. Setelah dilakukan uji komp etensi siklus III siswa yang dapat mencapai KKM sebanyak 28 siswa atau 90,32%. Sebelumnya 24 siswa atau 77,41%. Pada siklus III ini pencapaian ketuntasan klasikal sebesar 75% dapat tercapai dan hanya tiga siswa yang belum memenuhi KKM sebesar 68,00 sehingga penelitian tindakan kelas yang dilakukan dinyatakan berh asil dan dianggap selesai. Peningkatan nilai siswa dijelaskan dalam tabel 7 berikut. Tabel 8. S kor/Nilai Kemampuan Apresi asi Cerita Rakyat Kelas X F S MA Negeri 1 Gemolong Siswa Nilai Tindakan Terendah
Nilai
Siswa
Rata-
Mencapai
rata
KKM
Nilai
Belum M encapai
Tertinggi
KKM Pratindakan 50
77
64,16
10
21
Siklus I
49
85
68,32
16
15
Siklus II
53
90
72,65
24
7
Siklus III
60
92
80,16
28
3
126 Perbandingan
nilai
kemampuan
mengapresiasi
cerita
raky at
pada
pratindakan, siklus I, siklus II, dan siklus III dapat dijelaskan pada grafik 6. berikut ini. GRAFIK
6. PERBANDINGAN NILAI KEMAMPUAN MENGAPRESIASI
CERIT A RAKYAT PRASIKLUS, SIKLUS I, II DAN III
Berdasarkan grafik di atas tergambar jelas bahwa bahwa secara teoretis dan secara empiris hasil penelitian tersebut cukup bermanfaat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita raky at. Secara teoretis penelitian yang dilakuk an oleh peneliti didukung dengan teori-teori y ang relavan dengan masalah yang dihadapi. Secara empiris tindakan-tindakan yang dilakukan oleh peneliti memiliki dampak yang bermanfaat bagi peningkatan kemampuan mengapresiasi cerita raky at. Terhadap tiga siswa yang belum mencapai batas Kriteria Ketuntasan M inimal (KKM ) yaitu 68,00, peneliti telah melakukan wawancara mendalam baik p ada siswa tersebut maupun pada guru yang bersan gkutan. Dari wawancara pada guru terungkap bahwa ketiga siswa tersebut tergolong siswa yang rajin dan patuh,
127 akan tetapi dalam bidang akademik memang berbed a dengan teman-teman sekelasnya. Siswa tersebut memang lebih lambat dalam pembelajaran. Ketiga siswa tersebut mendapat nilai kurang dibandingkan dengan siswa yang lain. Biasanya guru memberikan re midi lagi untuk siswa yang nilaianya masih kur ang.
128 BAB V S IMPULAN, IMPLIKASI, DAN S ARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dalam pembelajaran mengapresiasi cerita rakyat pada kelas X F SMA N 1 Gemolon g dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam KBM. Siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran karena secara langsung siswa dilibatkan mulai pemilihan topik, p engump ulan informasi, peny iapan laporan, pembuatan laporan, presentasi, dan evaluasi. Guru tidak lagi mendo minasi pembelajaran. Sebelum guru menerapkan model pembelajaran koop eratif tipe GI yaitu dan masih menggunakan metode ceramah, siswa kurang tertarik dan kuran g antusias siswa pasif. Kemudian guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI sehingga siswa tertarik dan antusias dalam mengikuti KBM. Selain itu, guru juga memilih bahan dan sumber pembelajaran dari beberapa sumber tidak hanya dari buku paket. Media yang digunak an guru tidak hanya papan tulis, kapur, spidol, tetapi juga menggunakan LCD sehingga siswa lebih tertarik dalam mengikuti KBM . 2. M elalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) terny ata dapat meningkatkan hasil kemampuan mengapresiasi cerita rakyat pada siswa kelas X F SMA N 1 Gemolong. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil nilai kemampuan mengapresiasi cerita raky at siswa dari pratindakan, siklus I, sik lus
129
129 II, dan siklus III. Nilai rata-rata pratindakan adalah 64,16 naik menjadi 68,32 pada silus I. Siklus II nilai rata-rata 72,65 dan siklus III nilai rata-rata menjadi 80,16. Jumlah siswa yang memenuhi KKM juga mengalami kenaikan. Pada pratindakan siswa yang memenuhi KKM hanya 10 siswa sedangkan 21 siswa di bawah KKM. Setelah dilakukan tindakan siklus I siswa y ang memenuhi KKM menjadi 16, yang belum memenuhi KKM 15 siswa. Pada siklus II siswa y ang di atas KKM naik menjadi 24 siswa (77,41%) dan yang di bawah KKM 7 siswa (22,59%). Siklus III siswa yang memenuh i KKM 28 siswa (90,33%), dan yang belum memenuh i KKM hanya 3 siswa (9,67%). Selain kenaikan nilai kemampuan tersebut juga terjadi kenaikan pada kinerja guru dan p enilaian p roses. Kinerja guru pada siklus I, nilai akhirnya 76,67 menjadi 83,33 pada siklus II. Pada siklus III nilai akhir kinerja guru mengalami kenaikan sebesar 3,34 seh ingga menjadi 86,67. Penilaian proses ternyata juga mengalami kenaikan. Rata-rata penilaian proses siklus I adalah 73,26, siklus II 74,84, dan siklus III menjadi 78,81. Jadi, dapat disimpulkan antara proses pembelajaran, kinerja guru, dan nilai kemampuan mengapresiasi cerita rakyat saling terkait.
Semakin bagus proses pembelajaran dan kinerja gur u
mengakibatkan nilai yang diraih siswa juga bagus. B. Implikasi Berdasarkan simpulan di atas, dinyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran apresiasi cerita rakyat di kelas X F SM A Negeri 1 Gemolong Kabup aten Sragen dap at berjalan dengan efektif dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigation
130 (GI). Kemampuan mengapresiasi cerita rakyat siswa dapat meningkat setelah melakuk an tindakan-tindakan dalam penelitian y ang dilakuk an pada masing-masin g siklus. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan proses pembelajaran dan p eningkatan hasil p embelajaran dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu : guru, siswa, model pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar. Keterampilan guru dalam mengelola kelas dan memilih serta menerapkan model pembelajaran yang kurang akan menjadi siswa tidak berminat sehingga tidak memperhatikan pelajaran. M odel pembelajaran GI merup akan salah satu jenis kooperatif learning yang dapat mengatasi berb agai permasalahan siswa antara lain siswa menjadi tidak minder, terhindar dari egoeisme, kekerasan, dan seb againya, sehingga dapat menimbuhk an minat dan motivasi siswa. Dalam pembelajaran koop eratif model GI,
siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar sehingga siswa yang aktif dan dilibatkan mulai p emilihan top ik, mengumpulkan informasi, meny iapkan laporan, membuat laporan, mempresentasikan atau melaporkan sampai pada tahap evaluasi. Dengan demikian, belajar akan menjadi bermakna. Jadi, tujuan utama pembelajaran sastra di sekolah adalah menumbuhkan dan mengembangkan daya apresiasi siswa terhadap karya-kary a sastra. M engapresiasi sastra berarti menanggapi sastra dengan kemampuan afektif. Pemberian tindakan p ada siklus I, siklus II, dan siklus III menggambarkan bahwa ada bebarapa kelemahan dalam pembelajaran apresiasi cerita rakyat. Dari kegiatan analisis dan refleksi yang dilaksanakan setelah tindakan, diketahui terdapat p eningkatan baik kualitas proses maupun hasil berupa kemampuan siswa dalam
131 mengapresiasi cerita rakyat mulai dari menganalisis unsur-unsur intrinsiknya, menemukan hal-hal yang menarik dari cerita raky at, menemukan relevansi cerita rakyat dengan situasi kehidup an sekarang, kemampuan mempresentasikan hasi l diskusi, dan menulis sinopsis cerita yang dip elajari. Segi proses, terdapat peningkatan keterampilan guru dalam mengelola kelas, keaktifan, perhatian, konsent rasi, minat dan motivasi siswa dalam p embelajaran. Adapun dari segi hasil, terdapat p eningkatan nilai rata-rata siswa siklus I sampai siklus III. Dari penerapan tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran GI san gat baik diterapkan oleh guru dalam proses p embelajaran sehingga dapat meningkatkan p restasi belajar siswa. C. S aran Saran y ang dap at dikemukakan dalam peneliti ini adalah , 1. Kepala Sekolah a. M embuat kebijakan untuk meningkatkan kompetensi guru melalui kegiatan IHT, Workshop, pertemuan forum-forum ilmiah seperti seminar, dan diklat. b. M emotivasi guru untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif
melalui berbagai
model pembelajaran. c. M enyediakan sarana prasarana penunjang pembelajaran yang memadai, seperti kelengkapan koleksi buku-buku di perpustakaan, CD interaktif, dan sebagainya. 2. Guru a. Guru sebaikny a membuat RPP yang jelas dan lengkap pembelajaran dilaksanakan.
sebelum proses
132 b. Guru perlu mengembangkan pembelajaran apresiasi sastra yang inovatif misalnya dengan menerapkan model pembelajaran GI karena model ini melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran sehin gga dapat meningkatkan kemampuan mengapresiasi siswa. c. Guru sebaikny a sering memberikan motivasi kepada siswa, terutama siswa yang belum aktif dalam pembelajaran dan juga memberikan bimbingan kepada siswa yang kemampuany a rendah. d. Guru harus segera mengetahui berbagai bentuk hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran d an mampu untuk mengatasiny a. e. Guru harus membuat evaluasi dan sistem penilaian yang tepat untuk mnengetahui keberhasilan p roses belajar mengajar y ang dilakukan. 3. Siswa a. Siswa sebaikny a melakukan kerja sama yang baik dengan teman-temanny a, dengan sering melakukan diskusi dan tukar pengalaman dengan membentuk kelompok belajar. b. Siswa harus bany ak menambah wawasan dengan serin g membaca buku-buku di perpustakaan, sering membuka internet yang memuat sast ra khususnya cerita rakyat, berlatih soal-soal, dan tidak malu untuk meminta bimbingan kepada guru. Harapan peneliti semo ga memberikan manfaat dan sumbangan bagi pengembangan p embelajaran secara u mum.
134
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak Zaidan. 2001. Pedoman Penyuluhan Apresiasi Sastra. Jakarta: Depdiknas ________.2007.Apresiasi Sastra dalam http://jokp in.blogsp ot.com/2007/09/apresiasisast ra 13. html. diunduh tanggal 28 April 2010 pukul 07.39 WIB Achyar. 2009. Folklor dan Kearifan Bangsa, dalam http://achy ar89.wordp ress. com/2009/01/13/folk lor-kearifan-ban gsa/diunduh tanggal 29 April 2010 pukul 09.30 WIB Al Krismanto. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi Dalam Pembelajaran Matematika (Makalah Pelatihan Instruktur/ Pengembang SMU). Yogyakarta: Dirjen Dikdasm en. Depdiknas. PPPG. Matematika. Arief Achmad. 2005. Implementasi Model Cooperative Learning Dalam Pendidikan IPS Di Tingkat Persekolahan dalam http://www.co-p eration.org/pages/clMethods.html. diunduh tanggal 20 Januari 2010 p ukul 11.15 WIB Asror
Juwaini. 2008. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Bangkal 01 Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap dalam http://pasca.uns.ac.18p m345 diunduh tanggal 26 Januari 2010 pukul 10.00 WIB
Bruvand, Jan Harold. 1968. The Stud y of American Folklore: An Introduction. New York: W.W. Norton & Company Inc. Burhan Nurgiyantoro. 1987. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE Burhanuddin dan Soeyoto. 2008. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Geografi Melalui Model pembelajaran GI, dalam http://ptkguru.wordp ress.com/2008/05/19/p enelitian-tindakan-kelas-ptkupaya-meningkatkan-minat-belajar-geografi diunduh tanggal 29 April 2010 pukul 09.50 WIB CORD.
2001. Contextual Learning Resource dalam http://www.cord.org/lev2.cf m/65.diunduh tanggal 12 Februari 2010 pukul 12.30 WIB 134
135
Depdiknas. 2004. Stándar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Dep diknas. Dundes, Alan. 1965. The Study of Folklor. Englewood Cliffs, Nj., Prentice-Hall,Inc. Effendi, S. 1978. Bimbingan Apresiasi Puisi. Jakarta : Nusa Indah Ema Husnan, Bachtiar, S. M artono dan Kumalaningrum. 1984. Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung: An gkasa Enggen, Paul D & Kaucak, Donald, P. 1996. Strategis for Teachers Teaching Content and Thinking Skills. Boston: Allyn and Bacon Gokhale, A.A. 1995. “Collaborative Learning Enhances Critical Thinking”, Journa l of T echno logy Education 7(1) diunduh tanggal 9 februar i 2010 p ukul 8.30 WIB Hadley,
Alice Omoggio. 1993. Teaching Language in Heinle&Heninly Publidhers.
Context. Boston:
Haviland, William A. 1993. Antropologi. Terjemahan R. G. Soekodijo. Jakarta: Erlangga Herman J. Waluyo. 2005. Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia M edia Utama Herman J. Waluyo dan Nugraheni Eko Wardani. 2009. Pengkajian Prosa Fiksi. Surakarta: Pro gram Pascasarjana UNS Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M ., dan Ismoyo. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabay a: University Press IG. A.K. Wardani. 1981. Pengkajian Apresiasi Prosa. Jakarta: P3G Depdikbud Undang-Undang Hak Cip ta No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Inne
Inge. 2007. Tradisi & Folklor http://innegypt.blogsp ot.com/2007/07/tradisi-dan-folklore.ht ml tanggal 28 April 2010 pukul 13.36 WIB
dalam diunduh
James Danandjaja. 1972. Penuntun Cara Pengumpulan Folklore bagi Pengarsipan. Jakarta, diperbanyak oleh Panitia Nasional Tahun Buku Internasional, d. a. Jalan M erdeka Selatan 11.
136
----------. 2007. Folklor Indonesia: Ilmu gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Grafiti. Johnson, David W., Roger Johnson, dan M ary Beth Stanne. 2000. “Cooperative Learning Methods: A Meta-Analysiis” Vol. 2 Number 3/june 2000. International journal of Science and M athematics Education dalam http://www.co-operation.org/pages/cl-methodeds.html.2000. diunduh tanggal 22 Februari p ukul 12.30 WIB M aman S. M ahayana. 2007. Apresiasi Sastra Indonesia di Sekolah dalam http://Johnherf.wordpress. com/2009/02/apresiasi-satra-indonesia-di-sekolah diunduh tanggal 28 ap ril 2010 pukul 08.30 WIB M aria Indra Rukmi. 1978. Pak Belalang Suatu Cerita Humor Melayu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebuday aan. M artinis Yamin. 2007. K iat Membelajarkan Sastra. Jakarta: Gaung Persada Press M ulyasa E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Prak tis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nani Pollard. 2006. Penga jaran Bahasa Indonesia untuk Pembelajaran Asing Melalui Cerita Tradisi Lisan dalam http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/Nani Pollard. doc. diunduh tanggal 28 April 2010 pukul 09.24 WIB Netherlands, Springer. 2005. “Students’ Reflection on Implemen tation of Group Investigation in Korean Secondary Science C lassrooms” Volume 3 Number 2/june 2005. International Journal of Science and Mathematics Education dalam http://www.Springerlink.com/content/u34u634q340ju13 diunduh tanggal 22 Februari p ikul 13.00 WIB Oemar Hamalik. 2000. Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti Panuti Sudjiman. 1986. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia. Paulus Haryono. 2005. Pendidikan Berbasis Realitas. Makalah Seminar Nasional. Unika Soegijapranata, Semarang. Raminah Baribin. 1986. “Cerita Panji Jejak dan Pengaruhny a dalam Kesusasteraan Indonesia” makalah yang dipersembehkan kepada Prof. Dr. Zoetmul ier pada peringatan hari ulang tahunn ya.
137
Richards, Jack dan Theodore S. Rodgers. 2001. Approaches and Methods in Language Teaching. Chambr idge University Press. Sanapiah Faisal. 1981. Dasar dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya : Usaha Nasional Sardiman, A.M . 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sarwiji Suwandi. 2009. Model Assesment dalam Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Ray on 13 Setiawan. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi (Makalah Pelatihan Instruktur Pengembangan SMU). Yogyakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknas. PPPG Matematika Yogyakarta Setya Yuwana Sudikan. 1985. Apresiasi Sastra Untuk Anda (Pengantar Teori dan Perkembangan Sastra Indonesia Lama). Surabaya: Sinar wijaya Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Prak tik. Terjemahan Linda. Bandun g: Nusa Media Sofa.
2008. Apresiasi Prosa Indonesia dalam http://massofa. Wordp ress.com/2008/03/07/apresiasi-prosa-indonesia diunduh tanggal 5 Februari 2009 p ukul 13.05 WIB
Suci Budi Hariyani. 2008. Kajian Folklor Upacara Adat Suran di Desa Sarirejo Kecamatan Pati Kabupaten Pati, Jateng dalam http://krp2.krpdiy .org/elearning/sher efik/file/19112008200639 M PP New doc diunduh t anggal 29 april 2010 p ukul 11.15 WIB Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindak an Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Sukidin, Basrowi, Suranto. 2008. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jak arta: Insan Cendikiawan Suminto A. Sayuti. 2002. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama M edia
138
Suripan Sadi Hutomo. 1991. Mutiara yang Terlupakan Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabay a: HISKI Jawa Timur. Sutama. 2007. “Model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Pengembangan Kreativitas Mahasiswa “ Varidika.Vol.19.no.1, Juni 2007. Journal International dalam http://eprint.ums.ac.id/760 diunduh tanggal 12 Februari 2010 p ukul 12.50 Sutrisno A.B. 2006. “Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa dalam Geometri Melalui Model Pembelajan Investigasi Kelompok: Studi Eksp erimen pada Siswa Kelas II SLTP N 4 Bandar Lampung” Tesis tidak diterbitkan. PPS UPI Bandung. Suyanto. 2007. ”Tantangan Profesional Guru di Era Global”. Mak alah disampaikan dalam rangka Dies Natalis ke 43 Universitas Negeri Yokyakarta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kon truktivistik Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka Wilson Nadeak. 1989. Pengajaran Apresiasi Puisi untuk sekolah Lanjutan Atas. Bandung: Sinar Baru Wong
& Wong. 2010. Cooperatif learning http://edweb.sdsu.edu/eet/articles/ cooperativeling/index.html tanggal 29 April 2010 pukul 14.10 WIB
dalam diunduh