1
PEMETAAN PATOTIPE PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI (HDB) ENDEMIS SUBANG MAPPING PATOTIPE BACTERIAL LEAF BLIGHT (BLB) ENDEMIC SUBANG Gustiani Riva
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data penyebaran patotipe penyakit HDB yang disebabkan bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae di daerah endemis Subang. Pengambilan sampel tanaman padi yang terinfeksi penyakit HDB dilakukan di 10 kecamatan di wilayah Kabupaten Subang, sedangkan pengujian untuk mengetahui patotipe HDB yang tersebar di wilayah Subang dilakukan di laboratorium dan Rumah Kaca Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari Karawang. Penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai dengan bulan Oktober 2013. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik untuk mengidentifikasi dan memetakan sebaran patotipe – patotipe penyakit HDB yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae di daerah endemis Subang. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa: Patotipe Xanthomonas oryzae p.v. oryzae yang dominan di daerah Kabupaten Subang pada umumnya adalah patotipe VIII (40,5%), kemudian patotipe IV (33,3%), dan patotipe III (26,2%). Kata kunci :Hawar Daun Bakteri (HDB), Xanthomonas oryzae pv. oryzae, Subang ABSTRACT The purpose this reasearch was to obtain data dissemination patotype of Bacterial leaf blight disease caused by bacteria Xanthomonas oryzae pv . oryzae endemic areas Subang . Sampling rice plants infected with the disease Bacterial Leaf Blight (BLB) carried out in 10 districts in, while testing to determine patotipe BLB is spread over an area of Subang conducted in the laboratory and the Greenhouse Balai Besar Peramalan Organisme Penggangu Tanaman (BBPOPT ) Jatisari Karawang . This reasearch was conducted from April to October 2013. Used a descriptive analytic methods to identify and map the distribution of patotypes BLB disease caused by the bacterium Xanthomonas oryzae pv . oryzae endemic areas Subang . The results of the study showed that : Xanthomonas oryzae pv oryzae dominant in Subang area in general is patotype VIII (40.5 % ) , then patotype IV ( 33.3 % ) , and patotype III ( 26.2 % ). Keywords : Bacterial leaf blight ( BLB ) , Xanthomonas oryzae pv . oryzae , Subang
2
PENDAHULUAN Penyakit hawar daun bakteri (HDB) pada padi yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv. oryzae merupakan salah satu penyakit yang sangat penting di negara-negara penghasil padi termasuk Indonesia dan negara-negara Asia lainnya. Di Indonesia kehilangan hasil yang disebabkan oleh penyakit tersebut dapat mencapai 70% sampai 80% (Kadir, T.S., 1999), sedangkan di India mencapai 6% sampai 60% dan Jepang mencapai 20% sampai 50%, sehingga menyebabkan kerugian yang besar secara ekonomi (Yasin, M. , G. Sarbini, L. Daha, dan T. Kuswinanti., 2005). Menurut Suparyono dan Sudir (1992), penyakit HDB dapat menyebabkan kerugian sampai 35,8%. Penyakit HDB dapat menginfeksi varietas padi hibrida dan padi gogo. Penyakit ini dapat menyerang tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman. Gejala infeksi pada tanaman muda menyebabkan tanaman layu mengering dan akhirnya mati. Serangan yang terjadi pada fase dewasa mudah diamati saat tanaman mencapai tahap pertumbuhan generatif menimbulkan gejala hawar daun (Suparyono dan Sudir, 1992). Salah satu penyebab meningkatnya serangan penyakit HDB adalah karena penanaman satu jenis varietas padi yang terus menerus tanpa adanya pergiliran varietas dan tanpa adanya pergiliran tanam dengan jenis tanaman lain. Sejak varietas modern pertama di Asia yang mengandung gen tahan terhadap hawar daun bakteri (IR20) diperoleh, pemuliaan padi tahan hawar daun bakteri menjadi salah satu program penting dalam perbaikan varietas (Suparyono, 1984). Periode waktu suatu varietas tahan menjadi rentan ditentukan oleh beberapa faktor, seperti komposisi dan dominasi patotipe, kecepatan perubahan patotipe, frekuensi penanaman, dan komposisi varietas dengan latar belakang genetis berbeda yang ditanam dalam waktu dan hamparan tertentu (Ogawa, 1993; Suparyono dkk, 2003). Penanaman varietas tahan yang terus menerus akan mendorong dan mempercepat timbulnya patotipe baru sebagai akibat tekanan seleksi yang sangat kuat untuk mematahkan ketahanan varietas (Ogawa, 1993; Semangun, 1995). Hifni (1995) melaporkan bahwa pada periode tahun 1980 patotipe bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae didominasi oleh patotipe III, sedangkan pada awal tahun 1990 dominasi bergeser ke patotipe IV. Suparyono dkk. (2004) dan Triny (2004) melaporkan bahwa pada awal tahun 2000 di beberapa daerah sentra produksi padi di Jawa di dominasi oleh Xanthomonas oryzae pv. oryzae patotipe VIII. Pemantauan tentang informasi dominasi dan komposisi patotipe di suatu ekosistem padi (spatial dan temporal) sangat diperlukan sebagai dasar penentuan penanaman varietas tahan di suatu wilayah dan perakitan varietas tahan. Data yang diperoleh dapat dipakai sebagai bahan pemetaan patotipe bakteri penyebab penyakit hawar daun bakteri (Ogawa, 1993). Ketahanan varietas padi terhadap penyakit HDB sudah mengarah pada ketahanan yang spesifik terhadap patotipe yang dominan. Uji patotipe dari penyakit HDB sangat penting, khususnya di daerah endemis penyakit HDB, agar dapat menekan serangan penyakit HDB. Uji patotipe dapat dilakukan dengan menggunakan 5 varietas indikator, yaitu Kencana, Kuntulan, Java 14, PB-5 dan Tetep. Kelima varietas indikator tersebut akan menunjukkan reaksi yang berbeda
3
terhadap isolat HDB dari sampel yang diambil di beberapa daerah endemis. Berbagai reaksi yang ditimbulkan setiap varietas indikator akan dikelompokkan ke dalam patotipe. Setiap patotipe terdapat golongan varietas padi yang peka terhadap patotipe tersebut. Dengan diketahuinya patotipe di daerah tersebut, maka dapat diketahui varietas apa saja yang peka terhadap penyakit HDB. Subang, merupakan sebuah kota di pesisir utara di provinsi Jawa Barat yang dikenal dengan salah satu lumbung padi Jawa Barat bahkan nasional. Luas lahan pertanian padi di Kabupaten Subang sekitar 84.929 hektar dengan menghasilkan produksi padi sebesar 959.533 Ton. Jumlah tersebut menempatkan Subang menjadi daerah ketiga terbesar penghasil padi di Jawa Barat. (Ridhwan Fauzi, 2013) Kabupaten Subang dikenal sebagai daerah endmis hawar daun bakteri, berdasarkan pengamatan terhadap intensitas serangan penyakit utama pada tanaman padi, yaitu penyakit tungro, virus kerdil rumput (VKR), virus kerdil hampa (VKH) dan hawar daun bakteri (HDB), diketahui bahwa penyakit hawar daun bakteri merupakan penyakit yang paling tinggi intensitas serangannya, baik pada lahan sawah lokasi demplot maupun lahan sawah petani sekitarnya, terutama pada lokasi berturut-turut di Kabupaten Karawang (5% -10%), Indramayu (5%7%), Subang (5%-10%), Bekasi (5% -5%), Bandung (5% -5%), Cianjur (4,4% 4,5%), Kuningan (3% -3%), Majalengka (2%-5%) dan Bandung Barat (0,5% 1,5%). (Iskandar Ishaq dan Nandang Sunandar, 2011) Patotipe ditentukan berdasarkan reaksi suatu parasit (pathogen) terhadap satu perangkat varietas diferensial terpilih (Mew dkk, 1982 ; Suparyono dkk, 1982). Di Jawa Barat, diperoleh sebanyak 47 isolat bakteri X. oryzae pv. oryzae terdiri dari 11 isolat (23,4%) patotipe III, 13 isolat (27,7%) patotipe IV , dan 23 isolat (48,9%) patotipe VIII. Informasi komposisi dan dominasi patotipe penyebab penyakit HDB di suatu wilayah merupakan aspek yang sangat penting terutama dalam kaitannya dengan program pengendalian dan pengembangan varietas tahan penyakit HDB. Kesesuaian penanaman varietas dengan keadaan patotipe patogen yang ada berdampak terhadap peningkatan efektifits pengendalian penyakit HDB, sehingga serangan penyakit HDB dapat ditekan, umur ketahanan varietas terhadap penyakit HDB dapat diperpanjang, kehilangan hasil dapat ditekan, pendapatan petani dapat ditingkatkan (Sudir dkk., 2009). Varietas Java 14 merupakan varietas padi yang tahan terhadap beberapa patotipe X.anthomonas oryzae pv. oryzae kecuali patotipe IV, VII, XI. Xanthomonas oryzae pv. oryzae mempunyai beberapa patotipe atau ras patogen. Setiap patotipe mempunyai virulensi spesifik terhadap padi (berdasarkan interaksi inang dan parasit). Patotipe dikelompokkan berdasarkan reaksi varietas differensial dengan Xanthomonas oryzae pv. oryzae yang rentan (kompatibel) dan tahan (tidak kompatibel). Saat ini di Indonesia terdeteksi 12 strain HDB dengan tingkat virulensi yang berbeda. Strain III, IV dan VIII merupakan kelompok yang dominan ( Sudir dkk., 2009). Pengendalian HDB yang paling efektif dan ekonomis adalah dengan menanam varietas tahan. Dengan diketahui patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae di suatu lokasi, maka informasi tersebut akan berguna untuk rekomendasi
4
pengendalian dengan menggunakan varietas tahan yang tidak kompatibel dengan patotipe di lokasi tersebut. (Sudir dkk, 2009). Berdasarkan hal diatas telah diuji beberapa sampel tanaman padi yang terinfeksi HDB dari daerah Subang. BAHAN DAN METODE Pengambilan sampel tanaman padi yang terinfeksi penyakit HDB dilakukan di 10 kecamatan di wilayah Kabupaten Subang. Sedangkan pengujian untuk mengetahui patotipe HDB yang tersebar di wilayah Kabupaten Subang dilakukan di laboratorium dan Rumah Kaca Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari Karawang. Penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai dengan bulan Oktober 2013. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : kentang, agar bakteriologi, gula, air steril, alkohol, tanaman tembakau/tanaman kentang, varietas padi diferensial, sampel tanaman padi bergejala, tanah, pupuk urea. Alat-alat yang digunakan adalah: petridish, tabung reaksi, Erlenmeyer, penggaris/meteran, jarum suntik, jarum ose, gunting, spon, jarum pentul, label, tali rafia, benang kasur, pot, amplop, plastik, kertas, alat tulis, handboard, GPS, panci, autoclave, oven, alumunium foil, kapas, spatula, dan pinset. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik untuk mengidentifikasi dan memetakan sebaran patotipe – patotipe penyakit HDB yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae di daerah endemis Subang, dengan pelaksanaan sebagai berikut : Pengambilan sample daun sakit dari beberapa daerah di Wilayah Kabupaten Subang Daun-daun sakit dikoleksi dari lahan petani yang mengusahakan varietas dominan. Sampel dikoleksi dari 10 kecamatan di Kabupaten Subang. Daerahdaerah ini merupakan sentra tanaman padi. Isolasi Sample Daun Sampel daun dikeluarkan dari amplop dan dicuci bersih, dengan air kran mengalir dan dibersihkan dengan alkohol 70% atau disinfektan lainnya, kemudian dikering anginkan. Daun-daun terinfeksi dipotong-potong, dengan ukuran kirakira 5 x 5 mm, kemudian potongan-potongan tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tabung reaksi sebelumnya diisi air steril, kemudian potongan sampel daun terinfeksi dimasukkan dan dibiarkan sekitar 5 menit. Dengan cara ini massa bakteri akan keluar dari jaringan daun sakit, sehingga dalam waktu sekitar 5 menit air steril dalam tabung reaksi sudah menjadi “larutan bakteri”, dan sesudah 5 menit, dilakukan isolasi. Ujung jarum ose yang sudah steril dicelupkan ke dalam “larutan bakteri”, kemudian digoreskan dalam media Potato Sucrose Agar (PSA) di cawan petri, kemudian diinkubasikan dalam suhu kamar, selama 2 hari (48 jam). Sesudah kira-kira 48 jam, koloni bakteri berwarna kuning mengkilat yang muncul segera diambil dan dipindahkan ke dalam medium PSA di tabung reaksi (miring), sebagai biakan murni. Biakan murni kemudian disimpan dalam lemari es dengan suhu 4 0C - 7 0C., untuk evaluasi selanjutnya.
5
Isolasi Isolat Isolat yang sudah murni (bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae) diuji dulu dengan menggunakan uji hipersensitifitas (dengan daun tembakau). Isolat bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae berwarna kuning dengan elevasi cembung. Isolat diberi air steril, diaduk secara merata dengan menggunakan alat steril dan diinokulasikan pada jaringan daun tembakau, dengan menggunakan jarum suntik yang steril. Jika bagian daun tembakau yang diinokulasi menjadi kering, maka isolat tersebut merupakan Xanthomonas oryzae pv. oryzae. Isolat Xanthomonas oryzae pv. oryzae diinokulasi dan diperbanyak pada media PSA di tabung reaksi. Dari sampel-sampel daun yang diambil, setelah di inokulasi dan diuji dengan uji hipersensitifitas, ada yang menunjukkan bukan isolat hawar daun bakteri, dengan tidak adanya perubahan warna daun menjadi kuning atau kering, sehingga ruas daun tetap hijau. Evaluasi Patotipe Lima varietas differensial yang mengandung gen ketahanan berbeda terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae, ditanam di rumah kaca BBPOPT, Jatisari. Varietas diferensial ini adalah Kencana, Kuntulan, PB-5, Java 14 dan Tetep. Setelah dikecambahkan, masing-masing genotipe ditanam langsung (direct seedling) dalam pot, berisi tanah sawah dan diberi dipupuk N dosis tinggi. Setelah mencapai stadium anakan maksimum, pertanaman diinokulasi dengan masing-masing biakan murni isolat bakteri yang sudah diperoleh dari kegiatan isolasi di atas. Inokulasi dilakukan dengan metode needle prick, menggunakan inokulum berumur 48 jam. Setiap indikator diulang sebanyak tiga kali untuk masing-masing sample. Pengamatan Keparahan Penyakit Keparahan penyakit HDB diamati dengan mengukur panjang gejala dan perubahan warna pada masing-masing daun yang diinokulasi, pada 14-21 hari setelah inokulasi. Panjang gejala dan panjang daun total diukur, tiap varietas dengan menggunakan penggaris. Keparahan penyakit dinyatakan sebagai perbandingan antara panjang gejala dengan panjang daun, dinyatakan dalam persen (%). Reaksi varietas differensial terhadap isolat HDB yang diinokulasikan, ditunggu sampai 14 hari, kemudian dilakukan pengamatan dengan mengukur bagian daun yang terinfeksi dan panjang daun secara keseluruhan. Presentase keparahan penyakit HDB, dihitung dengan menggunakan rumus : Keparahan Penyakit =
× 100%
Klasifikasi Patotipe Reaksi masing-masing varietas differensial diklasifikasikan ke dalam tahan dan rentan, jika keparahan 10% varietas dianggap tahan dan jika keparahan 10% varietas dianggap rentan. Pengelompokan patotipe dilakukan berdasar interaksi antara patotipe dan varietas differensial yang dihitung dari nilai keparahan penyakit pada masing-masing varietas.
6
Tabel. 1 Reaksi ketahanan tanaman varietas diferensial Indonesia untuk uji Patotipe HDB No.
Varietas
Reaksi ketahanan terhadap bakteri X. oryzae pv. Oryzae
1.
Kencana
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
R
2.
Kuntulan
R
S
S
S
R
R
R
S
S
R
S
S
3.
Tetep
R
R
S
S
R
S
S
S
R
S
R
R
4.
PB-5
R
R
R
S
S
R
S
S
S
S
S
R
5.
Java 14
R
R
R
S
R
R
S
R
R
R
S
R
Kelompok patotipe I II III IV V Keterangan: R = Resistant (tahan) dengan keparahan penyakit < 10%, S = Susceptible (rentan) dengan keparahan penyakit > 10%
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
Sumber: Petunjuk Pelaksana Kegiatan Pengamatan dan Pemetaan Patotipe HDB semilaboratorium 2013 Pemetaan Patotipe Hasil analisa terhadap reaksi ketahanan patotipe di setiap wilayah kecamatan terhadap beberapa tanaman padi diferensial kemudian dideskripsikan dalam peta wilayah Kabupaten Subang, dengan menggunakan program MapInfo Profesional 10.0. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari kegiatan isolasi Xanthomonas oryzae p.v. oryzae pada sampel-sampel daun sakit HDB diperoleh sebanyak 42 isolat. Berdasarkan reaksinya masing-masing isolat selama 14 hari terhadap 5 varietas diferensial, ke 42 isolat dapat dipisahkan ke dalam kelompok patotipe yang diharapkan sesuai tingkat keparahannya. (Tabel.2)
7
Tabel. 2 Reaksi Ketahanan Varietas diferensia Kode Isolat PA-SBGJBP-001-14 PA-SBGJBP-002-14 PA-SBGJBP-003-14 PA-SBGJBP-004-14 PA-SBGJBP-006-14 PA-SBGJBP-008-14 PA-SBGJBP-009-14 PA-SBGJBP-011-14 PA-SBGJBP-014-14 PA-SBGJBP-015-14 PA-SBGJBP-016-14 PA-SBGJBP-019-14 PA-SBGJBP-025-14 PA-SBGJBP-027-14 PA-SBGJBP-029-14 PA-SBGJBP-031-14 PA-SBGJBP-032-14 PA-SBGJBP-043-14 PA-SBGJBP-044-14 PA-SBGJBP-046-14 PA-SBGJBP-048-14 PA-SBGJBP-049-14 PA-SBGJBP-050-14 PA-SBGJBP-053-14 PA-SBGJBP-054-14 PA-SBGJBP-064-14 PA-SBGJBP-065-14 PA-SBGJBP-067-14 PA-SBGJBP-069-14 PA-SBGJBP-070-14 PA-SBGJBP-073-14 PA-SBGJBP-075-14 PA-SBGJBP-076-14 PA-SBGJBP-078-14 PA-SBGJBP-080-14 PA-SBGJBP-081-14 PA-SBGJBP-084-14 PA-SBGJBP-085-14 PA-SBGJBP-086-14 PA-SBGJBP-087-14 PA-SBGJBP-097-14 PA-SBGJBP-100-14
Asal Kecamatan PAGADEN PAGADEN PAGADEN PAGADEN PAGADEN PAGADEN PAGADEN CIASEM CIASEM CIASEM CIASEM CIASEM SUKASARI SUKASARI BLANAKAN BLANAKAN BLANAKAN JALAN CAGAK JALAN CAGAK JALAN CAGAK JALAN CAGAK JALAN CAGAK KASOMALANG KASOMALANG KASOMALANG TANJUNGSIANG TANJUNGSIANG TANJUNGSIANG TANJUNGSIANG TANJUNGSIANG CIBOGO CIBOGO CIBOGO CIBOGO CIBOGO CIBOGO PURWADADI PURWADADI PURWADADI PURWADADI PABUARAN PABUARAN
Varietas IR 42 CIHERANG MEKONGGA CIHERANG INPARI INPARI IR 42 CIGEULIS CIHERANG IR 64 MEKONGGA MUNCUL CILAMAYA CIHERANG DENOK PANDAN WANGI MUNCUL CILAMAYA MEKONGGA CIHERANG CIUNGGUL MEKONGGA MEKONGGA CIUNGGUL INPARI 10 MEKONGGA CIUNGGUL CIUNGGUL UMUL UMUL CIHERANG 1R 66 SITU BAGENDIT SITU BAGENDIT INPARI 10 CIHERANG CIHERANG INPARI 13 SITU BAGENDIT KETAN KETAN SITU BAGENDIT SIDENOK CIHERANG
Patotipe VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII III IV III IV IV IV IV IV IV III IV III III III III III IV III III III IV III III VIII VIII VIII VIII IV VIII VIII VIII III VIII VIII VIII
Berdasarkan hasil analisis reaksi tanaman diferensial terhadap 42 isolat yakni diketahui terdapat 3 jenis patotipe yaitu patotipe III, IV, dan VIII berada di daerah Kabupaten Subang, yang kemudian dideskripsikan dalam peta wilayah Kabupaten Subang.
8
Hasil analisis reaksi tanaman diferensial disajikan pada peta berikut ini:
0
5
10
kilometers
PATOK PATOK PATOK BEUSI BEUSI PATOK PATOK PATOK BEUSI BEUSI BEUSI BEUSI
6.24°S
LEGON LEGON LEGON KULON KULON KULON KULON LEGON LEGON LEGON KULON
BLANAKAN BLANAKAN BLANAKAN BLANAKAN BLANAKAN BLANAKAN
PUSAKANAGARA PUSAKANAGARA PUSAKANAGARA PUSAKANAGARA PUSAKANAGARA PUSAKANAGARA
CIASEM CIASEM CIASEM CIASEM CIASEM CIASEM
PAMANUKAN PAMANUKAN PAMANUKAN PAMANUKAN PAMANUKAN SUKASARI SUKASARI SUKASARI SUKASARI SUKASARI PUSAKAJAYA PUSAKAJAYA PUSAKAJAYA PUSAKAJAYA PUSAKAJAYA PUSAKAJAYA TAMBAKDAHAN TAMBAKDAHAN TAMBAKDAHAN TAMBAKDAHAN TAMBAKDAHAN TAMBAKDAHAN
6.36°S
BINONG BINONG BINONG BINONG BINONG BINONG
COMPRENG COMPRENG COMPRENG CIKAUM CIKAUM CIKAUM CIKAUM CIKAUM CIKAUM PAGADEN PAGADEN PAGADEN PAGADEN PAGADEN PAGADEN PURWADADI PURWADADI PURWADADI PURWADADI PURWADADI PURWADADI
PABUARAN PABUARAN PABUARAN PABUARAN PABUARAN PABUARAN
PAGADEN PAGADEN PAGADEN BARAT BARAT BARAT CIPUNAGARA CIPUNAGARA BARAT CIPUNAGARA PAGADEN PAGADEN PAGADEN BARAT CIPUNAGARA CIPUNAGARA KALIJATI KALIJATI KALIJATI KALIJATI KALIJATI CIPEUNDEUY CIPEUNDEUY CIPEUNDEUY CIPEUNDEUY CIPEUNDEUY CIPEUNDEUY
DAWUAN DAWUAN DAWUAN DAWUAN DAWUAN DAWUAN SUBANG SUBANG SUBANG SUBANG SUBANG SUBANG
CIBOGO CIBOGO CIBOGO CIBOGO CIBOGO CIBOGO
6.6°S
SERANGPANJANG SERANGPANJANG SERANGPANJANG SAGALAHERANG SAGALAHERANG SAGALAHERANG SERANGPANJANG SERANGPANJANG SERANGPANJANG CIJAMBE CIJAMBE CIJAMBE CIJAMBE CIJAMBE CIJAMBE JALAN JALAN JALAN JAGAK JAGAK JAGAK
Patotipe di Kab. Subang
KASOMALANG KASOMALANG KASOMALANG KASOMALANG KASOMALANG KASOMALANG
6.72°S
CIATER CIATER CIATER CIATER CIATER CIATER
6.48°S
TANJUNG TANJUNG TANJUNG SIANG SIANG SIANG TANJUNG TANJUNG TANJUNG SIANG SIANG CISALAK CISALAK CISALAK CISALAK CISALAK
Patotipe III (9) Patotipe IV (11) Patotipe VIII (10)
108°E
107.88°E
107.76°E
107.64°E
107.52°E
Total isolat Xanthomonas oryzae p.v. oryzae adalah 42 isolat, 10 isolat berasal dari kecamatan Blanakan, Kec. Ciasem, dan Kec. Sukasari, mewakili dataran rendah dan 19 isolat dikumpulkan dari daerah dataran sedang (Kec. Cibogo, Kec. Pabuaran, Kec. Purwadadi, Kec. Pagaden). Sedangkan 13 isolat berasal dari Kec. Jalancagak, Kec. Kasomalang, Kec. Tanjungsiang mewakili dataran tinggi di Kab. Subang. Berdasarkan keparahan penyakit yang ditimbulkan 42 isolat tersebut terdiri dari 3 kelompok patotipe, yaitu kelompok patotipe III, IV, dan VIII. Kelompok III adalah isolat bakteri yang virulen tinggi terhadap varietas Kencana, Kuntulan, dan Tetep tetapi virulensinya rendah terhadap varietas PB5 dan Java14. Kelompok patotipe IV adalah isolat bakteri yang virulensinya tinggi terhadap seluruh tanaman varietas diferensial. Sedangkan patotipe VIII adalah isolat
9
bakteri yang virulensinya tinggi terhadap varietas Kencana, Kuntulan, Tetep, dan PB5 namun virulensinya rendah terhadap varietas Java14. Dari sejumlah 42 isolat bakteri tersebut, sebanyak 14 (33,3%) merupakan patotipe III, 11 (26,2%) patotipe IV, dan patotipe VIII berjumlah17 (40,5%) isolat. Bakteri patotipe VIII merupakan bakteri yang dominan terdapat di Kab. Subang, kemudian dikuti dengan patotipe III dan patotipe IV pada urutan terakhir. Hasil Penelitian ini sesuai dengan yang dilaporkan pada penelitian sebelumnya, pada awal tahun 2000-an sampai tahun 2009 (Suparyono dkk., 2004; Triny S. Kadir., 2004; Sudir dkk., 2009; Sudir, 2011) bahwa patotipe VIII merupakan patotipe yang dominan di daerah Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa sejak tahun 2004 sampai 2011 dominasi patotipe Xanthomonas oryzae p.v. oryzae di Jawa (Kab. Subang). Data ini diperoleh dari kegiatan penelitin musim kemarau dengan kondisi lingkungan yang sebenarnya kurang menguntungkan untuk perkembangan hawar daun bakteri. Penelitian ini dapat menjadi landasan pemulia untuk merakit dan mengembangkan varietas-varietas baru yang memiliki sifat ketahanan terhadap bakteri Xanthomonas oryzae p.v. oryzae patotipe III, IV, dan VIII. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan, bahwa : 1. Patotipe Xanthomonas oryzae p.v. oryzae yang dominan di daerah Kabupaten Subang pada umumnya adalah patotipe VIII (40,5%), kemudian patotipe III (33,3%), dan patotipe IV (26,2%). 2. Isolat bakteri Xanthomonas oryzae p.v. oryzae yang diperoleh dari dataran sedang (Kec. Cibogo, Kec. Pabuaran, Kec. Purwadadi, Kec. Pageden) di dominasi oleh patotipe VIII. 3. Isolat bakteri Xanthomonas oryzae p.v. oryzae yanng diperoleh dari dataran rendah (Kec. Blanakan, Kec. Ciasem, Kec. Sukasari) adalah patotipe III dan IV, namun di dominasi oleh patotipe IV. 4. Isolat bakteri Xanthomonas oryzae p.v. oryzae yanng diperoleh dari dataran tinggi (Kec. Jalan Cagak, Kec. Kasomalang, Kec. Tanjungsiang) adalah patotipe III dan IV, namun di dominasi oleh patotipe III. DAFTAR PUSTAKA Hifni, H. R. 1995. Variasi pathogen hawar daun bakteri di Indonesia dalam Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. Iskandar Ishaq dan Nandang Sunandar. 2011. Tanggap Produktivitas Padi Sawah Varietas Inpari-13 terhadap Dosis Aplikasi Pemupukan yang sama pada Lahan Sawah Irigasi di Jawa Barat. Buletin Hasil Kajian 1 (1): 23-32. Kadir, T.S. 1999. Variasi Patogen Xanthomonas oryzae pv. oryzae. Prosiding Kongres Nasional XV dan Seminar Ilmiah PFI. Purwokerto, 16-18 September.
10
Mew, T.W, Vera Cruz, dan R.C. Rayes. 1982. Interaction of Xanthomonas campetris oryzae and Resistance of Ricecultivar. Phytopathology 72(7): 786-789. Ogawa, T. 1993. Methods and strategy for monitoring race distribution and identification of resistance genes to bacterial leaf blight (Xanthomonas campestris pv. oryzae) in rice. JARQ 27:71-80. Ridhwan Fauzi. 2013. http://rieffazc.blogspot.com/2013/07/kurang-gizi-lumbungpadi.html. (diakses : Sabtu, 23 November 2013. Pukul: 06.27 wib). Semangun, H. 1995. Konsep dan azas dasar pengelolaan penyakit tumbuhan terpadu. Pros. Kongres XII dan Seminar nasional PFI, Yogyakarta, 6-8 Sept. 1995 Sudir, Suprihanto, dan Triny S. Kadir. 2009. Identifikasi Patotipe Xanthomonas oryzae p.v. oryzae, Penyebab Penyakit Hawar Daun Bakteri di Sentra Produksi di Jawa,. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 22(3) : 131-138. Sudir. 2011. Komposisi Patotipe Xanthomonas oryzae p.v. oryzae, Penyebab Penyakit Hawar Daun Bakteri di Daerah Sentra Produksi Padi di Jawa,. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 617-627. Suparyono, A. S. Suriamihardja, and T. Tjubar yat. 1982. Rice bacterial patotype group which attacks the IR36 group of variety. Ilmu Pertanian 3(5). Suparyono. 1984. Pathotype shifting of Xanthomoas campestris pv.oryzae, the cause of bacterial leaf blight in West Java. Indonesian J. of Crop Science. Suparyono dan Sudir, 1992. Perkembangan penyakit bakteri hawar daun pada stadia tumbuh yang berbeda dan pengaruhnya terhadap hasil padi. Media Penelitian Sukamandi. 12 : 6-9. Suparyono, Sudir, dan Suprihanto. 2003. Komposisi patotipe patogen hawar daun bakteri pada tanaman padi stadium tumbuh berbeda. Jurnal Penelitian Pertanian. 22(1) : 45-50. Suparyono, Sudir, dan Suprihanto. 2004. Pathotype profile of Xanthomoas campestris pv.oryzae,isolates from the rice ecosystem in Java. Indonesian Jurnal of agricultural Science, Vol. 5(2): 63-69.
11
Triny S. Kadir, 2004. Pemantauan reaksi galur isogenik IRBB-IRRI terhadap Xanthomonas campestris pv.oryzae di berbagai daerah endemis Hawar daun bakteri. Laporan Hasil Penelitian Tahun 2004. Balai Penelitian Tanaman Padi. 11 hlm. Yasin, M. , G. Sarbini, L. Daha, dan T. Kuswinanti. 2005. Uji produksi toksin Beauverisin beberapa Isolat B. bassiana Vuill yang berasal dari beberapa spesis serangga inang. Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Biotehnologi Pertanian Indonesia, Univ. Brawijaya, Univ. Negeri Malang, dan Univ. Muhammadyah Malang. Hal 180-182.