PEMETAAN DAN EVALUASI KAWASAN PESISIR KOTA SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN DATA PENGINDERAAN JAUH Rindri Rahmasari, Dr. Ing. Ir. Teguh Hariyanto, MSc Program Studi Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia Email :
[email protected];
[email protected]
Abstrak Suatu perencanaan dalam pengelolaan kawasan pesisir memerlukan batasan dan deskripsi mengenai kawasan pesisir secara jelas, karena kawasan pesisir merupakan sumber daya unik yang memerlukan pendekatan khusus dalam pengelolaannya. Permasalahan pada kota Surabaya adalah belum adanya penetapan batas pesisir terutama ke arah daratan yang mengacu pada deskripsi dan batasan pesisir menurut peraturan yang ada. Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan fisik lingkungan pesisir, yaitu terkait intrusi air laut (perembesan air asin) yang masuk ke daratan (air tanah) dimana menurut kaidah prinsip dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Lautan Terpadu (PWPLT) air merupakan faktor kekuatan penyatu utama dalam suatu wilayah pesisir. Konsep pemetaan ini dilakukan dengan cara melakukan delineasi batas pesisir pada data penginderaan jauh (citra) sesuai jangkauan masuknya air laut/asin sehingga didapatkan peta kawasan pesisir kota Surabaya beserta penutup/penggunaan lahannya. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kesesuaian maupun penyimpangan terkait kawasan pesisir kota Surabaya antara kawasan yang telah terintrusi air laut/asin dengan peta perencanaan penataan ruang pesisir terkini (Peta Rencana Tata Ruang Laut 2015) yang telah dibuat oleh pemerintah kota Surabaya dengan metode overlay dan mengevaluasinya menggunakan Sistem Informasi Geografis. Data yang digunakan selama proses penelitian yaitu data citra satelit Quickbird Multispektral tahun 2008, Peta Tingkat Intrusi Air Laut tahun kota Surabaya berdasarkan hasil penelitian tahun 2008/2009, dan peta rencana pengembangan tata ruang kawasan pesisir, yaitu peta Rencana Tata Ruang Laut (RTRL) tahun 2015. Hasil pemetaan batas kawasan pesisir menunjukkan sebagian besar wilayah kota Surabaya yaitu sebesar 15.961,95 hektar (48% dari total keseluruhan wilayah Surabaya) telah terintrusi air laut (yang selanjutnya bisa disebut wilayah pesisir) terdapat pada 20 kecamatan, baik yang terkena total (9 kecamatan) maupun hanya sebagian (11 kecamatan). Dari peta penutup/penggunan lahan, kawasan pesisir didominasi oleh tambak-rawa dan diikuti pemukiman penduduk. Jarak terdekat ke aliran air Sungai Kali Mas mencapai 722,77 meter pada sisi timur pesisir intrusi dan 741,31 meter pada sisi utara intrusi. Evaluasi pergeseran linier antara batas kawasan pesisir dengan peta RTRL menunjukkan selisih jarak terbesar sebesar 6.929,19 meter dan terkecil 64,98 meter dengan titik yang sesuai (berhimpit) yaitu titik dengan koordinat 234331,84E;688427,3N. Kata Kunci: batas pesisir, pemetaan, sistem informasi geografis, penginderaan jauh, evaluasi PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dan pemerintahan daerah yang akan datang, tantangan utamanya yaitu bagaimana suatu daerah dapat menggali dan meningkatkan nilai guna dari suatu potensi yang dimiliki baik sumber daya alam maupun manusia. Hal ini diperlukan terutama menghadapi era
otonomi daerah dan globalisasi yang tentunya tantangannya lebih kompleks. Kawasan pesisir memiliki nilai strategis dengan berbagai keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya, sehingga berpotensi menjadi prime mover pengembangan wilayah nasional. Bahkan secara historis menunjukkan bahwa kawasan pesisir telah berfungsi sebagai pusat kegiatan 1
masyarakat karena berbagai keunggulan fisik dan geografisnya. Akan tetapi, pesisir merupakan kawasan yang perlu mendapat perhatian khusus. Hal ini disebabkan kawasan pesisir memiiki karakteristikkarakteristik khusus yang terdiri dari karakteristik daratan yang terdapat pada subsistem daratan pesisir (shore line) dan karakteristik perairan yang terdapat pada subsistem periran pesisir (coastal line). Adanya interaksi keduanya menyebabkan kawasan pesisir memiiki kendala alam yang tidak ditemui pada ekosistem daratan lainnya. Permasalahan pada kota Surabaya adalah belum adanya penetapan batas pesisir secara jelas terutama ke arah daratan yang mengacu pada deskripsi menurut peraturan yang ada. Sehingga, sampai sekarang wilayah daratan pesisir masih diperlakukan sama seperti wilayah daratan lainnya. Untuk mengetahui kesesuaian maupun ketidaksesuaian (penyimpangan) dalam pengelolaan kawasan pesisir di Surabaya, maka dilakukan evaluasi antara perencanaan pengelolaan kawasan pesisir yang telah ada (existing) oleh pemerintah kota Surabaya dalam Rencana Tata Ruang Laut tahun 2015 yang merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Surabaya terhadap batasan pesisir secara jelas. Evaluasi dilakukan menggunakan kombinasi antara metode tumpang susun (overlay) Sistem Informasi Geografis dan data penginderaan jauh, yaitu citra satelit QuickBird Multispektral. Perumusan Masalah Dari latar belakang diatas, dapat diperoleh perumusan masalahnya, yaitu: “Bagaimana memetakan kawasan Pesisir Kota Surabaya dan mengevaluasinya menggunakan Sistem Informasi Geografis dan data Penginderaan Jauh” Batasan Masalah Batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Wilayah studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kawasan daratan pesisir kota Surabaya. 2. Pendekatan studi bedasarkan karakteristik fisik lingkungan pesisir. 3. Data pesisir berupa peta tingkat intrusi air laut kota Surabaya tahun
2008/2009 sumber hasil penelitian BAPPEKO, Surabaya. 4. Data Penginderaan Jauh yang digunakan yaitu Citra QuickBird Multispektral Surabaya Tahun 2008. 5. Peta Rencana Tata Ruang Laut kota Surabaya Tahun 2015. 6. Pembuatan peta kawasan pesisir dengan menggunakan metode Sistem Informasi Geografis. Tujuan 1. Memetakan kawasan pesisir kota Surabaya dengan mengetahui batasan kawasan pesisir secara jelas. 2. Membuat Sistem Informasi Geografis guna mendukung evaluasi secara tepat dan akurat sebagai acuan pertimbangan perencanaan tata ruang kawasan pesisir ke depannya. Manfaat Diperoleh hasil evaluasi antara peta kawasan daratan pesisir dengan peta tata ruang kawasan pesisir sehingga dijadikan bahan pertimbangan evaluasi baik sektor masyarakat, pemerintah, maupun birokrasi yang memerlukan pengelolaan pesisir sehingga dapat menghindari terjadinya konflik kepentingan antar satu sama lain. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian Tugas Akhir ini adalah kawasan pesisir kota Surabaya, khususnya pesisir daratan. Kota Surabaya secara geografis terletak pada garis Lintang Selatan antara 7°9°-7°21° dan 112°36°– 112° 57°Bujur Timur.
Gambar 1 Lokasi Penelitian (sumber:BAPPEKO, 2004)
Data dan Peralatan Data dan peralatan yang digunakan selama penelitian ini terdiri dari: a. Citra Satelit Quickbird Multispektral tahun 2008. 2
b. Peta Garis Digital Kota Surabaya skala 1:5000 Tahun 2002 sumber: Dinas Tata Kota Surabaya sebagai acuan koreksi geometrik. c. Peta Digital Administrasi Kota Surabaya untuk mengetahui batasbatas wilayah, kecamatan, dll. d. Data pesisir berupa Peta Tingkat Intrusi Air Laut skala 1:25000 Tahun 2008/2009 sumber: BAPPEKO, Surabaya. e. Peta Rencana Tata Ruang Laut yang mencakup kawasan pesisir skala 1:5000. f. Perangkat Keras (Hardware) - Notebook Merk Axioo Intel Pentium Dual-Core inside T2330 @1,60 GHz, Memori DDR2 798 MB, Hard Drive 1,87 MB. - Printer Canon PIXMA MP145 untuk mencetak hasil laporan penelitian. g. Perangkat Lunak (Software) ER Mapper 7.0 untuk pengolahan data Citra Quickbird Autodesk Land Desktop 2004 untk digitasi data ArcMap untuk pengolahan SIG metode overlay pada ArcGIS Microsoft Office Word 2007 untuk penulisan laporan Microsoft Office Visio 2007 untuk pembuatan flowchart tahapan penelitian Pengolahan Data Adapun untuk diagram alir tahapan pengolahan data adalah sebagai berikut:
Citra QuickBird Surabaya Bagian Timur dan Utara Tahun 2008
Data Pesisir: Peta Tingkat Intrusi Air Laut Tahun 2008
Peta Garis Tahun 2002
Mozaiking
Digitasi Koreksi Geometrik Tidak RMS error ≤ 1 pixel
Editing
Ya Konversi Format shapefile (shp) ke vektor (erv)
Citra Terkoreksi Formula Editor
Peta Batas Pesisir Kota Surabaya
Cropping: Annotation Map
Contrast Enhancement
Interpretasi Visual Validasi Lapangan
Tidak
Uji Ketelitian > 85 % Ya Peta Kawasan Pesisir Kota Surabaya Tahun 2008
Gambar 2 Diagram Alir Pengolahan Citra
Sedangkan tahapan evaluasi SIGnya sebagai berikut: Peta Garis Digital Tahun 2002
Peta Rencana Tata Ruang Laut (RTRL) Tahun 2015
Editing
Digitasi
Peta Jaringan Sungai
Peta Kawasan Pesisir Kota Surabaya Tahun 2008
Data NonSpasial
Overlay
Evaluasi
Integrasi Sistem SIG
Sistem Informasi Geografis: Informasi Evaluasi Kawasan Pesisir Kota Surabaya
Gambar 3 Diagram Alir Tahapan Evaluasi SIG
Berikut ini penjelasan diagram pengolahan datanya: 1. Data yang digunakan adalah Citra QuickBird multispektral tahun 2008, Peta Tingkat Intrusi Air Laut tahun 2008/2009 sebagai data pesisir, Peta Garis Digital skala 1: 5000 yang dipakai sebagai acuan dalam koreksi geometrik citra, dan Peta RTRL sebagai bahan evaluasi. 2. Citra yang didapatkan terdiri dari beberapa scene, sehingga dilakukan 3
3.
4.
5.
6.
7.
penggabungan (mozaiking) terlebih dahulu kemudian didapatkan Citra QuickBird Surabaya sepanjang bagian utara dan timur. Melakukan koreksi geometrik pada citra . Apabila RMS error ≤ 1 piksel, dapat dikatakan citra satelit telah terkoreksi secara geometrik. Koreksi ini dilakukan untuk menyamakan sistem proyeksi antara Citra dengan Peta garis. Citra yang didapatkan sebelumnya mempunyai sistem proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator) kemudian direktifikasi sehingga menghasilkan citra terkoreksi geometrik dengan sistem proyeksi baru, yaitu TM-3 (Tranverse Mercator-3). Langkahnya yaitu dengan menempatkan titik kontrol tanah/GCP pada kenampakan yang terlihat jelas pada citra. Melakukan digitasi pada data tingkat intrusi air laut sehingga didapatkan peta intrusi air laut/air asin saja. Sesuai deskripsi dan batasan tentang batas kawasan pesisir, maka jangkauan perembesan air asin yang masuk ke daratan merupakan batas kawasan pesisir menurut pendekatan lingkungan dari segi fisik. Digitasi dilakukan menggunakan software Autodesk Land Desktop 2004. Ekspor ke format .shp untuk kemudahan pengolahan lebih lanjut. Peta intrusi air laut yang telah didigitasi dioverlay-kan dengan citra QuickBird untuk mendapatkan penutup/penggunaan lahan dari pesisir Surabaya dari cakupan batas wilayah tersebut. Untuk mendapatkan batasan ini, maka dilakukan delineasi pada masingmasing band RGB pada ER Mapper 7.0. Dengan formula yang sama, dilakukan pembatasan sesuai batas kabupaten kota Surabaya. Melakukan penajaman kontras citra agar memudahkan dalam interpretasi visual/manual penutup/penggunaan lahan dari batas kawasan pesisir, terutama untuk mengkontraskan antara ekosistem yang masih dipengaruhi air dan yang
tidak/kering (seperti pemukiman, jalan, industri, dll). Hal ini dilakukan dengan melakukan edit transform limits yaitu melakukan perubahan pada histogram grafik sesuai kebutuhan. 8. Melakukan interpretasi visual untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi penutup/penggunaan lahan yang ada dalam batas pesisir. 9. Validasi lapangan (ground truth) digunakan untuk mengetahui keadaan penutup/penggunaan lahan yang sebenarnya di lapangan. Apabila uji kebenaran dilapangan mencapai > 85%, maka interpretasi dianggap benar (Anderson dalam Febrianto, 2007). Rumus yang digunakan, yaitu: KI = JKI x 100% JSL
Keterangan : KI = Ketepatan Interpretasi JKI =Jumlah Kebenaran Interpretasi JSL = Jumlah Sampel Lapangan 10. Melakukan evaluasi terhadap peta rencana pengembangan pesisir yaitu Peta Rencana Tata Ruang Laut (RTRL) yang dibuat oleh pemerintah kota Surabaya, dengan cara overlay dari hasil dijitasi data yang telah ada menggunakan software ArcGIS 9.3 antara batas pesisir masing-masing peta sehingga didapatkan penyimpangannya. 11. Evaluasi juga dilakukan terhadap seberapa dekatnya suatu batas pesisir terhadap aliran sungai, yaitu sungai Kali Mas yang mengalir dari ujung utara Surabaya hingga masuk ke dalam daratan (tengah kota). 12. Hasil studi berupa pemetaan kawasan pesisir kota Surabaya beserta evaluasinya menggunakan Sistem Informasi Geografis. HASIL DAN ANALISA Hasil Pengolahan Data Pesisir Peta Tingkat Intrusi Air Laut Berdasarkan Peta tingkat intrusi air laut, dihasilkan luas pada masing-masing area, yaitu sebaran air tawar 7.587,41 hektar 4
(23%), payau 9.717,49 hektar (29%), dan asin 15.961,95 hektar (48%). Peta Batas Pesisir Dari tumpang susun (overlay) batas administrasi 31 kecamatan Surabaya yang ada terhadap batas pesisir, menunjukkan terdapat 20 kecamatan yang terdapat pada kawasan terintrusi air laut, baik yang terkena keseluruhan semua maupun sebagian. Kecamatan yang selanjutnya disebut kecamatan pesisir tersebut, diantaranya: Pakal, Benowo, Asemrowo, Tandes, Sukomanunggal, Sawahan, Krembangan, Bubutan, Semampir, Bulak, Kenjeran, Tambaksari, Mulyorejo, Gubeng, Sukolilo, Ruingkut, Gunung Anyar, Tenggilis Mejoyo, Wonocolo, Wonokromo. Pengolahan Data Citra Citra yang didapatkan terdiri dari beberapa bagian/potongan, sehingga dilakukan penggabungan (mozaiking) terlebih dahulu.
Gambar 4 Hasil Mozaik Citra QuickBird Tahun 2008
Selanjutnya, melakukan koreksi geometrik dengan menempatkan 8 titik kontrol tanah (GCP) yang tersebar pada citra. Nilai rata-rata RMSerrors (Average RMSerrors) dari citra Quickbird : 0,34. Pemotongan citra (cropping) dilakukan untuk menyesuaikan agar area pada citra sesuai dengan batas area asin (batas pesisir). Menggunakan bantuan annotation map, yaitu data vektor (format .erv) yang ditampalkan pada citra sebagai pemotong dan formula editor inside to region pada ER Mapper. Hasil batasan pemotongan tersebut sebagai berikut:
Gambar 5 Hasil Cropping
Hasil penajaman kontras citra (contrast enhancement) sebagai berikut:
Gambar 6 Cropping Dengan Contrast Enhancement
Peta Kawasan Pesisir Kota Surabaya Tersusun atas pembuatan batas pesisir terlebih dahulu dan mengoverlaykan serta melakukan pemotongan pada citra sesuai cakupan area intrusi air asin. Untuk penutup lahannya, dilakukan interpretasi dan klasifikasi citra secara visual. Interpretasi Visual Interpretasi dilakukan untuk mendapatkan pembagian kelas landcover (penutup lahan)/landuse (penggunaan lahan) pada citra yang telah dilakukan delineasi (cropping). Hasil interpretasi tersebut dibagi menjadi menjadi 9 (sembilan) kelas. Tabel 1. Pembagian Kelas Penutup Lahan Pesisir Kelas Penutup/Penggunaan Lahan Mangrove Tambak-Rawa RTH-Sawah/Ladang Pelabuhan Militer Industri-Gudang Pemukiman Lahan Kosong dll (jalan dan sungai)
Luas (ha) 480,81 6.619,89 1.915,52 111,53 134,08 932,33 3.975,17 445,89 1.346,73
Total
15.961,95
Uji Ketelitian Interpretasi Melakukan validasi lapangan yaitu untuk mengetahui kebenaran hasil interpretasi citra serta membandingkan 5
koordinat citra dengan koordinat yang sesungguhnya. Uji ketelitian dilakukan pada citra Quickbird tahun 2008, yaitu citra tahun terakhir penelitian agar didapatkan penutup/penggunaan lahan yang melegkapi pemetaan kawasan pesisir. Jumlah titik sampel yang digunakan pada cek lapangan sebanyak 45 titik, yang kemudian didapatkan kesalahan pada 4 titik dalam penginterpretasian yaitu 3 titik yang diintrepretasikan sebagai kelas tambak-rawa ternyata pada keadaan yang sesungguhnya merupakan kelas sawah-ladang, sedangkan 1 titik lainnya yang diinterpretasi sebagai kelas lahan kosong ternyata pada keadaan yang sebenarnya merupakan kelas pemukiman. Sehingga dari data yang diperoleh dapat dirumuskan sebagai berikut : KI
Keterangan : KI JKI JSL
tidak sesuai dengan arahan kebijakan pemerintah kota. Pemanfaatan area tambak dan tanaman rawa mendominasi kawasan pesisir. Tambak-rawa pada kawasan pesisir dalam hal ini yaitu kegiatan budidaya tambak dan habitat vegetasi rawa yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Adanya kegiatan budidaya ini, menyebabkan meluasnya intrusi air laut sebagai batas pesisir. Kedekatan Terhadap Sungai Sungai yang diambil sebagai studi yaitu Sungai Kali Mas, dimana kali Mas merupakan salah satu sungai utama kota Surabaya yang apabila dilihat dari peta tingkat belum terkena intrusi air laut dan dijadikan cadangan sumber air bersih oleh pemerintah kota Surabaya. Fungsi Kali Mas di Surabaya saat ini salah satu diantaranya adalah sebagai pengatur permukaan air tanah di sekitar sungai dan berperan mencegah intrusi air laut lebih jauh ke dalam (karena terdapat Dam Gubeng). Hal ini dikarenakan akumulasi air permukaan dapat meresap dan mengisi akuifer sehingga dapat memperbesar tekanan air dari daratan ke arah pantai. Terkait dengan fungsi tersebut, bisa dikatakan sungai Kali Mas dapat menjadi zona penyangga (buffer zone) dari kawasan pesisir agar intrusi air laut tidak bertambah menjorok ke dalam daratan (air tanah). Berikut ini terdapat data selisih jarak pada pesisir timur dan utara, yang digunakan untuk melihat seberapa dekatjarak pesisir terhadap daerah sungai, sehingga dapat diwaspadai agar intrusi air asin tidak semakin menjorok ke sungai.
= JKI x 100% JSL = 41 x 100% 45 = 91% = Ketepatan Interpretasi = Jumlah Kebenaran Interpretasi = Jumlah Sampel Lapangan
Dengan nilai 91% berarti interpretasi dianggap benar karena sudah memenuhi toleransi yang ada yaitu diatas 85% (Anderson dalam Febrianto, 2007). Evaluasi Pemetaan Kawasan Pesisir Hasil Peta Kawasan Pesisir Terhadap Penutup/Penggunaan Lahan Intrusi air laut terjadi akibat adanya eksploitasi air tanah secara berlebih dan apabila keseimbangan hidrostatik antara air tanah tawar dan air tanah asin di daerah pantai terganggu. Akibatnya terjadi pergerakan air tanah asin/air dari laut ke darat. Penutup/penggunaan lahan pesisir yang terkena dampak negatif intrusi air laut (salinitas dengan kadar Cl tinggi) ini yaitu kawasan pemukiman. Salah satu parameter kesesuaian untuk kawasan pemukiman yang baik menurut pemerintah kota Surabaya yaitu mempunyai salinitas air tanah tawar atau belum mengalami kerusakan air bawah tanah akibat pencemaran air laut. Selain itu, intrusi air laut berpengaruh teradap umur suatu konstruksi bangunan, jalan, jembatan. Sehingga, dapat disimpulkan batas pesisir
Tabel 2. Pesisir Surabaya bagian Timur 227478,59E; 703621,65N
Sempadan S. Kali Mas 226162,51E; 703377,84N
ΔL (m) 1.338 ,48
Keca matan Semam pir
2
227344,06E; 702588,79N
226269,60E; 702593,54N
1.074 ,48
Semam pir
3
228035,18E; 701059,45N
226320,95E; 700898,62N
1.721 ,75
Semam pir
4
228950,36E; 699859,26N
226272,20E; 699633,58N
2.687 ,65
Bulak
5
230555,05E; 699434,26N
226791,34E; 699048,47N
3.783 ,43
Tambak sari
No
Posisi
1
Lokasi Jalan setapak tambak dekat pemukiman jalan semampir-B (ujung) Lahan kosong dekat sungai Jalan, di daerah jalan Wonokusum o Jaya 1 Jalan di jalan Geranting Depan pemukiman jalan dukuh
6
6
231873,93E; 697387,39N
226267,72E; 697809,41N
5.622 ,08
Mulyo rejo
7
228037,76E; 697402,40N
226947,57E; 697468,17N
1.092 ,17
Tambak sari
8
228030,27E; 696664,27N
226777,56E; 697278,77N
1.395 ,31
Tambak sari
9
229754,62E; 695552,04N
227700,98E; 696647,04N
2.327 ,34
Gubeng
10
227907,85E; 694139,99N
227206,20E; 694313,40N
722,7 7
Wonokro mo
11
228760,26E; 693137,33N
226727,64E; 693271,07N
2.036 ,99
Wonokro mo
setro 1 Lahan kosong dekat jalan Kali Kepiting Pemukiman jalan Ambengan Selatan Depan masjid jenderal sudirman, jalan Dharmawang sa Depan pemukiman di jalan jojoran 3 jalan depan perumahan jalan Ngagel jaya utara 6 Taman depan jalan bratang binangun 6
Evaluasi Rencana Tata Ruang Laut (RTRL) Terhadap Batas Kawasan Pesisir Peruntukan Lahan/Pemanfaatan Ruang Pada batas kawasan pesisir, penutup/penggunaan lahan terbesarnya yaitu tambak dan rawa dan diikuti oleh pemukiman, sedangkan arahan pemanfaatan ruang terbesar pada kebijakan rencana tata ruang laut diarahkan untuk kawasan konservasi dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 2.912,04 hektar (prosentase 50%), terutama konservasi kawasan lindung pesisir pantai timur Surabaya (Pamurbaya) dan diikuti oleh kawasan khusus militer dan pelabuhan sebesar 1.235,98 hektar (prosentase 11%). Pergeseran Linier Evaluasi pergeseran linier digunakan untuk melihat seberapa besar penyimpangan jarak antara batas peta rencana RTRL 2015 terhadap batas pesisir 2008. penyimpangan jarak terbesar mencapai hingga 6929,19 meter dan terkecil 64,98 meter, sedangkan 1 titik berhimpit. Apabila daerah dengan penyimpangan jarak terbesar ditelusuri antar titik keduanya, maka wilayah yang dilewati intrusi/batas pesisir ini hingga masuk ke kota, yaitu kecamatan Rungkut - Kecamatan Tenggilis Mejoyokecamatan Wonocolo.
Dari hasil penyebaran pada 11 posisi koordinat pada pesisir Surabaya bagian timur dengan sungai, didapatkan jarak terdekat yaitu 722,77 meter. Tabel 3. Pesisir Surabaya Bagian Utara 224645,50E; 702129.27N
Sempadan S. Kali Mas 226235,98E; 702298,01N
ΔL (m) 1.609,22
2
224773,15E; 701646.72N
226261,30E; 701732,02N
1.490,60
3
224462,05E; 700433.51N
226292,11E; 700535,47N
1.832,90
No
Posisi
1
4
5
6
7
8
224748,02E; 699366.95N
225100,10E; 698668.03N
226243,05E; 699631,23N
226724,44E; 698614,18N
1.518,21
3.303,63
225438,14E; 698083.41N
226178,07E; 698128,46N
741,31
224877,67E; 697407.78N
226777,56E; 697278,77N
1.904,26
224366,59E; 696824.16N
227662,47E; 696651,52N
3.300,40
Keca matan Krem banga n Krem banga n
Krem banga n
Bubut an
Bubut an
Bubut an
Sawa han
Sawa han
Lokasi TPS pelabuhan Tjg perak, Jalan di jalan Laksaman a Madya M Nasir Depan taman, jalan Tjg sadari, dekat jalan tol SurabayaTjg Perak Depan pemukima n penduduk jalan Dupak Bandar rejo Depan pemukima n penduduk jalan Gundih Depan jalan tembok lor 2 Depan pemukima n jalan kelud Depan pemukima n jalan petemon kali
Sedangkan pada posisi pesisir utara terhadap sungai, jarak terdekatnya mencapai 741,31 meter.
Tabel 4. Koordinat hasil Pergeseran Linier Data ke-
Koordinat A (Easthings;Northings)
Koordinat B ( Easthings;Northings )
∆L (m)
1
210138,77E; 701328.65N
216347,62E; 704029,49N
6.770,85
2
211553,84E; 700276,05N
216665.83E; 703159,51N
5.869,14
3
211722,01E; 698214,4N
211265,31E; 702519,31N
4.329,02
4
216019,60E; 698706,50N
217688,49E; 701381,00N
3.152,48
5
218841,06E; 698002,69N
219129,14E; 700601,72N
2.614,95
6
221326,19E; 698282,97N
221133,64E; 700628,94N
2.353,86
7
222764,95E; 698189,54N
222903,08E; 700628,94N
2.443,31
8
224328,28E; 701236,92N
224238,67E; 700359,85N
881,63
9
224664,61E; 696813,06N
224512,28E; 701153,49N
4.343,10
10
224863,84E; 700824,15N
224791,19E; 701614,56N
793,74
11
227529,80E; 701236,92N
230058,93E; 702743,35N
2.943,78
12
228499,23E; 701833,25N
231411,90E; 701211,24N
2.978,34
13
230609,10E; 700462,01N
231886,57E; 700158,35N
1.313,06
7
14
231068,30E; 699388,61N
232586,48E; 698947,48N
1.580,97
15
231286,68E; 698566,12N
232931,91E; 698218,09N
1.681,64
16
232076,52E; 697098,70N
233337,04E; 697234,73N
1.267,84
17
231886,57E;700158,35N
231286,68E; 698566,12N
1.681,64
18
232586,48E;698947,48N
232076,52E; 697098,70N
1.267,84
19
232931,91E;698218,09N
228002,84E;697082,37N
5.602,39
20
233575,13E; 697234,73N
227902.84E; 694184,26N
6.440,43
21
234330,22E; 693774,46N
228831,46E; 692920,94N
4.950,04
22
233778,45E;692747,26 N
228535,52E; 692000.48N
4.905,52
23
233437,57E; 691816,05 N
226692,57E; 690669,8N
6.929,19
24
233597,05 E; 691254,46N
230456,03E; 690363,66N
3.385,74
25
233834,39 E; 690587,05N
230437,66E; 689918,74N
3.677,89
26
234112,54 E; 689769,97N
230682,78E; 689066,45N
3.588,38
27
234315,86E; 688857,67N
234441,18E; 688867,67N
125,72
28
234331,84E; 688427,30N
234331,84E; 688427,30N
0
29
234292,20E; 687969,59N
23422732E; 687965,99N
64,98
Ketidaksesuaian Lahan Dari analisis overlay SIG pada pengolahan spasial, maka lahan RTRL yang tidak sesuai dengan batas pesisir sebesar 10.817,86 ha. Pada dasarnya, peta RTRL 2015 Surabaya masih difokuskan pada kegiatan pembangunan perairan pesisir, dimana mengunakan dasar Peta Laut dan berpedoman terhadap arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Surabaya. Kebijakan pemerintah kota Surabaya dalam menentukan batas daratan pesisir RTRL yaitu mengacu pada batas administratif desa/kelurahan. Untuk mempermudah ditetapkan berdasar alur perencanaan jalan raya utama yang ada di sepanjang pantai atau paling dekat dengan laut. PENUTUP Kesimpulan Dari penelitian ini, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Hasil dalam penelitian ini dapat dipakai dalam evaluasi dan peninjauan kembali peta rencana pengembangan kawasan pesisir kota Surabaya b. Dalam pemetaan RTRL, pemerintah kota Surabaya tidak menggunakan acuan batas pesisir menurut deskripsi pengelolaan kawasan pesisir, namun masih mengacu pada
Peta Laut dimana batas daratan pesisir yang digunakan adalah batas administratif, yaitu perencanaan jalan utama. c. Nilai RMSerror rata-rata citra Quickbird adalah 0,34 atau tidak lebih dari 1 pixel, dimana resolusi spasial 1 pixel pada Citra QuickBird sebesar 2,44 meter. d. Dari hasil uji ketelitian interpretasi dan validasi lapangan, didapatkan ketelitian yang sudah masuk toleransi diatas 85%, yaitu sebesar 91%. e. Dari hasil pengolahan peta tingkat intrusi air laut menunjukkan bahwa air asin merupakan kondisi yang paling mendominasi di kota Surabaya dengan luas ±15.961,95 hektar dengan prosentase sebesar 48% dari keseluruhan luas total wilayah Surabaya. Kecamatan di Surabaya yang sudah termasuk ke dalam kawasan pesisir ini terdiri dari 20 kecamatan yaitu Pakal, Benowo, Asemrowo, Semampir, Bulak, Kenjeran, Tambaksari, Mulyorejo, Sukolilo yang terkena intrusi secara keseluruhan dan kecamatan yang terintrusi sebagian atau berpotensi terintrusi lebih dalam yaitu Tandes, Sukomanunggal, Sawahan, Krembangan, Bubutan, Gubeng, Rungkut, Gunung Anyar, Tenggilis Mejoyo, Wonocolo, Wonokromo. Dari hasil interpretasi dan klasifikasi visual, didapatkan 9 kelas penutup lahan, dengan kelas pemanfaatan tambak-rawa yang terbesar yaitu 6626.19 hektar. f. Dari hasil interpretasi dan klasifikasi visual, didapatkan 9 kelas penutup/penggunaan lahan, kelas vegetasi mangrove dengan luas 480,81 hektar (prosentase 3%), kelas tambak-rawa dengan luas 6.619,89 hektar (prosentase 41%), kelas Ruang Terbuka Hijau (RTH)sawah/ladang dengan luas 1.915,52 hektar (prosentase 12%), kelas khusus pelabuhan dengan luas 111,53 hektar dan kelas khusus militer dengan luas 134,08 hektar (masing-masing prosentase 1%), 8
kelas industri – pergudangan dengan luas 932,33 hektar (prosentase 6%), kelas pemukiman dengan luas 3.975,17 hektar (prosentase 25%), kelas lahan kosong dengan luas 445,89 hektar (prosentase 3%) dan 1 kelas sisanya/dll untuk kelas jalan dan sungai dengan luas 1.346,73 hektar (prosentase 12%). g. Jarak batas pesisir apabila ditinjau kedekatan dengan aliran sungai Kali Mas, yaitu 722,77 meter dari pesisir Surabaya bagian timur dan 741,31 meter Surabaya bagian utara. h. Hasil digitasi peta Rencana Tata Ruang laut (RTRL) tahun 2015 didapatkan 9 kelas klasifikasi peruntukan lahan atau pemanfaatan ruang, yaitu vegetasi mangrove dengan luas 375,65 hektar (prosentase 3%), kawasan khusus (militer dan pelabuhan) dengan luas 1.235,98 hektar (prosentase 11%), kawasan konservasi/Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan luas 2.912,04 (prosentase 50%), kawasan wisata dengan luas 158,32 hektar (prosentase 2%), kawasan pemukiman dengan luas 809,21 hektar (prosentase 7%), kawasan niaga dengan luas 64,94 hektar (prosentase 1%), kawasan fasilitas pelabuhan dengan luas 4,58 hektar (prosentase 0,08%), kawasan bozem dengan luas 32,62 hektar (prosentase 0,58%), kawasan fasilitas umum (fasum) dengan luas 20,25 hektar (prosentase 0,36%). i. Dari penelitian perbandingan linier dan luasan dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan/penyimpangan yang cukup besar antara peta rencana pengembangan pesisir, yaitu
j.
RTRL dengan batasan pesisir. Penyimpangan jarak terbesar yaitu 6.929,19 meter yang berlokasi di Rungkut -Tenggilis MejoyoWonocolo. Sedangkan ketidaksesuaian luas lahan sebesar 10.817,86 hektar. Hal ini dikarenakan adanya dasar yang tidak sama dalam memetakan batas kawasan pesisir. Faktor skala perlu diperhitungkan dan berpengaruh pada ketepatan evaluasi.
Saran a. Perlu sinkronisasi antara peta eksisting (yang telah ada) dan kondisi lingkungan pesisir sehingga ada penyelarasan dan tidak tumpang tindih. b. Dilakukan peninjauan ulang terhadap penataan ruang dan peruntukan lahan mengenai kawasan yang sudah terintrusi air laut ke dalam zona pembagian daerah tertentu dan mengacu pada prinsipprinsip pengelolaan wilayah pesisir. c. Melihat hasil kedekatan sungai, maka perlu juga dibuat Dam tambahan selain Dam Gubeng yang telah ada. d. Mengurangi kegiatan pemanfaatan yang dapat menyebabkan intrusi air laut semakin membesar seperti eksplorasi, pengeboran, penggalian air bawah tanah atau dapat dilakukan dengan ijin pemerintah kota Surabaya Untuk keperluan lebih lanjut, perlu dilakukan evaluasi terhadap kondisi lingkungan pesisir yang lain seperti pencemaran pada air laut, sedimentasi, dll.
DAFTAR PUSTAKA Febrianto. A. 2007. Intrepretasi Citra Satelit SPOT 5 Untuk Pemetaan Penggunaan Lahan Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Malczewski, J. 1999. GIS and Mullticriteria Decision Analysis. Departmenet of Geography, University of Western Ontario. Pusat kajian sumber daya pesisir dan lautan. 2000. Jurnal Pesisir dan Lautan, Volume 3 No. 2 ISSN 1410-7821. 9
Bogor: Institut Pertanian Bogor. Staf Pemerintah Kota Banda Aceh. 2007. Modul Pelatihan ArcGIS Tingkat Dasar”. Aceh Nias: GIS Konsorsium Aceh Nias. Purwadhi, F. Hardiyanti, Sri. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta: PT. Gramedia. Rochaddi, B dan Adhi, C.S. 2004. Delineasi Batas Biogeofisik Wilayah Pesisir Kota Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro.
Setyawanta, L. 2009. Pidato pengukuhan pada upacara penerimaan Jabatan Guru Besar Dalam Ilmu Hukum dan Fakultas Hukum: Reformasi Pengaturan Pengelolaan Wilayah Pesisir di Indonesia dan Tantangan Dalam Implementasi Daerah. ______. 2010. Situs Resmi Pemerintah Kota Surabaya/Kali Mas
. Dikunjungi tanggal 13 Desember 2010, pukul 21.00 BBWI.
LAMPIRAN
Peta Tingkat Intrusi Air Laut
Peta Evaluasi Ketidaksesuaian Lahan RTRL 2015 Terhadap Batas Pesisir Kota Surabaya
10