Pembuatan CuSO4 dari kawat tembaga
2014
Pembuatan Larutan CuSO4 Widya Kusumaningrum (1112016200005), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu’nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati. Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas lslam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta I.
Abstrak Sel elektrolisis ialah sel yang mengubah energi listrik menjadi energi kimia pada
prinsip elektrolisis katoda berada di kutub negatif dan anoda berada di kutub positif. Dengan adanya aliran listrik yang mengalir melalui kawat tembaga, terjadilah proses oksidasi dan reduksi. Elektroda yang digunakan ada 2, elektroda Cu dibuat melingkar atau spiral dan elektroda Cu yang lain dalam bentuk lurus. Elektroda Cu melingkar atau spiral berada di katoda dan elektroda Cu yang lain dalam bentuk lurus berada di anoda. Persamaan reaksinya sebagai berikut: Cu(s) + H2SO4 (aq) → CuSO4(aq) + SO2 (g) + 2 H2O
II.
Pendahuluan Elektrokimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara reksi
kimia dan aliran listrik. Aliran listrik merupakan aliran sesuatu yang bermuatan seperti elektron. Reaksi yang berhubungan dengan adanya aliran elektron adalah reaksi yang melibatkan pelepasan dan penerimaan elektron atau yang kita kenal dengan reaksi oksidasi dan reduksi atau reaksi redoks (Mulyani : 113). Reaksi redoks ada yang spontan dan ada yang tidak spontan. Reaksi redoks apontan dapat dirancang untuk menghasilkan arus listrik yang dapat digunakan untuk menghasilkan kerja mekanik, cahaya dan sebagainya. Reaksi redoks tidak spontan dapat dilangsungkan dengan menambahkan energi listrik dari luar. Alat yang dapat digunakan untuk melangsungkan keduanya adalah sel elektrokimia. Sel elektrokimia terdiri dari sepasang elektroda yang dicelupkan ke dalam suatu lelehan atau larutan ion yang di hubungkan dengan
Pembuatan CuSO4 dari kawat tembaga
2014
penghantar logam pada rangkaian luar. Sel elektrokimia dapat berupa sel galvani dan sel elektrolisis (Mulyani, 113) Elektrolisis adalah suatu proses dimana reaksi kimia terjadi pada elektroda yang tercelup dalam elektrolit, ketika tegangan ditetapkan terhadap elektroda itu. Elektroda yang bermutan positif disebut anoda dan elektroda yang bermuatan negatif di sebut katoda.elektroda seperti platina yang hanya mentransfer elektron ke dan dari larutan disebut elektron inert.elektron reaktif adalah elektroda yag secara kimia memasuki reaksi elektroda. Selama elektrolisis, terjadi reduksi pada katoda dan oksidasi pada anoda ( Dogra,2009:492). Ada banyak tipe reaksi elektroda, tetapi gambaran umumnya diringkas sebagai berikut : 1. Arus listrik yang membawa ion akan dibebaskan pada elektroda. 2. Ion negatif yang sulit akan dibebaskan pada anoda menyebabkan penguraian H 2O dan pembentukan O 2 H+ dan elektron. 3. Ion positif yang sulit untuk di bebaskan pada katoda meyebabkan penguraian H2Odan Pembentukan H2, OH - dan absorpsi elektron (Dogra,2009:492) Tembaga adalah logam merah-muda, yang lunak, dapat di tempa, dan di lihat. Tembaga melebur pada 10380C. Karena potensial elektrode standarnya positif (+0,34 V untuk pisangan Cu), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa-senyawa tembaga (I) diturunkan dari tembaga (I) oksida Cu 2O yang merah, dan mengandung ion tembaga (I) Cu+. Senyawa-senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam tembaga (I). Mereka mudah dioksidasikan menjadi senyawa tembaga (II), yang dapat diturunkan dari tembaga (II) oksida hitam. Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air ( G. Svehla,1990). Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif. Cu+ mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini bukan berarti larutan senyawa Cu(I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai pada keadaan bagaimana mereka ditemukan, yaitu jika kita mencoba membuat (Cu+) cukup banyak pada larutan air, Cu2+ akan berada pada jumlah banyak (sebab konsentrasinya harus sekitar dua juta dikalikan pangkat dua dari Cu+. Disproporsionasi akan menjadi
Pembuatan CuSO4 dari kawat tembaga
2014
sempurna. Di lain pihak jika Cu+ dijaga sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap), Cu2+ sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap. Tembaga (II) sulfat mempunyai banyak kegunaan di bidang industri diantaranya untuk mebuat campuran Bordeaux (sejenis fungisida) dan senyawa tembaga lainnya. Senyawa ini juga digunakan dalam penyepuhan dan pewarnaan tekstil serta sebagai bahan pengawet kayu. Bentuk anhidratnya digunakan untuk mendeteksi air dalam jumlah kelumit. Tembaga sulfat juga dikenal sebagai vitriol biru (Annisa, 2008). III.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan Gelas kimia 1 buah, power supply 1 buah, kabel penghubung secukupnya, logam Cu secukupnya, larutan H2 SO4 . Langkah kerja 1. Masukkan larutan H2 SO4 200 ml ke dalam gelas kimia. 2. Pasang logam Cu ( lilitan logam Cu) menggunakan kabel penghubung ke kutub positif power supply, dan logam Cu batangan ke kutub negatif power supply. 3. Nyalakan power supply dengan voltase 3 volt. 4. Tunggu sampai larutan berubah menjadi warna biru. IV.
Hasil dan Pembahasan Persamaan reaksi: Cu + H2SO4 → CuSO4 + SO2 + 2 H2O
Katoda : Cu2+ + 2e Cu Anoda : Cu Cu2+ + 2e Cu Cu Pada praktikum kali ini, melakukan pembuatan CuSO 4 dengan kawat tembaga. Prinsip yang digunakan ialah sel elektrolisis. Sel elektrolisis ialah sel yang mengubah energi listrik menjadi energi kimia pada prinsip elektrolisis katoda berada di kutub negatif dan anoda berada di kutub positif. Dengan adanya aliran listrik yang mengalir melalui kawat tembaga, terjadilah proses oksidasi dan reduksi. Elektroda yang digunakan ada 2, elektroda Cu dibuat melingkar atau spiral dan elektroda Cu yang lain dalam bentuk lurus. Elektroda Cu melingkar atau spiral berada di katoda dan elektroda Cu yang lain dalam bentuk lurus berada di anoda. Persamaan reaksinya sebagai berikut:
Pembuatan CuSO4 dari kawat tembaga
2014
Cu(s) + H2SO4 (aq) → CuSO4(aq) + SO2 (g) + 2 H2O
Pada percobaan ini logam Cu bentuk spiral mengendap. Sedangkan bentuk lilitan tidak mengendap. Pada percobaan ini menghasilkan larutan CuSO4 . Cu mengendap disebabkan karena terjadinya proses reaksi oksidasi dan reduksi. Cu yang mengendap adalah Cu yang berada di katoda, Cu ini mengalami reaksi reduksi dan menerima elektron dari Cu yang berada di anoda yang mengalami oksidasi. V.
Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Logam Cu bentuk spiral mengendap sedangkan bentuk lilitan tidak mengendap. Pada percobaan ini menghasilkan larutan CuSO4 berwarna biru. 2. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, dan pada katoda terjadi reaksi reduksi. 3. Endapan Cu yang dihasilkan merupakan hasil dari proses oksidasi dan reduksi.
VI.
Daftar Pustaka Dogra, Sk. Dogra. 2009. Kimia Fisik dan Soal-soal. Penerbit Universitas Indonesia :
Jakarta. Mulyani, Sri.Dkk. COMMON TEXTBOOK KIMIA FISIKA II. Universitas Pendidikan Indonesia. Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka. Syabatini,
Annisa.
2008.
Pembuatan
CuSO 4.5H2O.
(http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/16/pembuatan-cuso45h2o/). Diakses pada jumat, 11 April 2014. Pukul 11:36 WIB.
Pembuatan CuSO4 dari kawat tembaga
2014