Vol. III No. 13 - Mei 2013
Pembelajaran Perubahan Iklim pada Konsep Ekosistem Berbantuan Video Visual Terhadap Peningkatan Sikap Kepedulian Siswa pada Global Warming Oleh Anilia Ratnasari
A. Pendahuluan Kegiatan manusia dan kemajuan teknologi dalam pembangunan seperti, pembangunan kawasan industri dan berdampak bagi kehidupan manusia dan lingkungannya. Menimbulkan dampak positif yaitu menciptakan lapangan kerja dan dapat meningkatkan perekonomian bagi masyarakat disekitarnya. Namun disertai pula dampak negatif yang dapat merugikan masyarakat dan lingkungan, yaitu dapat menyebabkan pencemaran udara, pencemaran lahan, pencemaran air, banjir, dan kekeringan. Menurut Kellert ed, (1997) pencemaran udara merupakan salah satu pencemaran yang memiliki dampak paling besar bagi kehidupan organisme di bumi. Pencemaran udara yang paling umum dan tersebasar luas akibat aktivitas manusia, yaitu meningkatnya emisi karbondioksida. Sumber penghasil karbon dioksida adalah kawasan perindustrian dan pertambangan. Pencemaran udara yang terjadi di lingkungan global sebagai pemicu terjadinya pemanasan global (global warming) diseluruh permukaan bumi, hal ini menyebabkan terjadinya pula perubahan iklim (kecenderungan iklim). Penggunaan zat-zat kimia berbahaya dan beracun (B3) pada Universitas Wiralodra Indramayu
pemisahan bijih tambang dan emisi gas rumah kaca (GRK), seperti CO2, CFC, CH4, O3, dan N2O juga sebagai penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim (Tim Sintesis Kebijakan, 2008). Selama jutaan tahun terakhir iklim masa purba terjadi secara bergantian, yaitu iklim dingin dan iklim panas di seluruh permukaan bumi. Pada periode iklim yang dingin mengalami keadaan dimana permukaan laut turun dan berlanjut sampai dengan sekarang. Iklim untuk masa periode es (glasial) yang terakhir terjadi 15.000 tahun yang lalu, diperkirakan suhu permukaan laut hanya 20 samapai 30 dibawah suhu sekarang (Anwar et al, 19840). Sedangkan iklim masa sekarang ditandai dengan curah hujan yang banyak dan penyebarannya tidak merata sepanjang tahun, dan tidak jelas batasan antara musim hujan dan kering. Iklim dunia dari masa ke masa mengalami perubahan, hal tersebut disebabkan oleh pemanasan global. Sebenarnya bumi terus menerus mengalami perubahan iklim, namun perubahan itu berlangsung secara pelan-pelan dan terjadi dalam kurun waktu ribuan atau bahkan jutaan tahun.Manusia dan lingkungan harus dapat menyesuaikan diri dengan perubahan iklim (Anwar, et.al., 1984).
19
Wacana Didaktika Sejak tahun 1972 di Indonesia mulai diadakan gerakan kesadaran lingkungan, dimana setiap orang mulai memikirkan masalah lingkungan, diantaranya pencemaran daerah-daerah alami, perkembangan penduduk, penggunaan energi, kenaik an suhu bumi, lubang ozon dan lain-lain. Semua itu menjadi masalah global karena meliputi seluruh bumi (Irwan, 2007). Masalah lingkungan yang kita hadapi merupakan masalah ekosistem dalam ekologi yaitu interaksi saling keterkait an berupa; (1). Faktor berbagai masalah, misalnya pencemaran limbah yang meng akibatkan pencemaran senyawa kimia sehingga terganggunya ekologi, (2). Faktor mempunyai efek yang berbeda misalnya wawasan pengetahuan masyarakat tentang lingkungan akan membawa dampak pada pemeliharaan lingkungan hidupnya, (3). Interaksi antara berbagai masalah dan dampak yang ditimbulkannya (Soemarwoto, 1992 ). Pendidikan merupakan unsur esensial dalam pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidik an dalam pemikiran modern merupakan proses pewarisan budaya masyarakat yang disampaikan dari generasi ke gene rasi berikutnya. Pendidikan formal mempunyai sumbangan yang sangat berharga bagi perubahan dalam masyarakat. Theodore Scultz berasumsi bahwa pendidikan formal merupakan investasi penting bagi masa depan, sangat dibutuhkan untuk menghasilkan kemampuan manusia, sikap dan perilaku produktif. Siswa merupakan masyarakat yang besar dalam pendidikan, dari jenjang sekolah sampai jenjang perguruan tinggi.
20
Sebagai generasi yang bertanggung jawab untuk keberlangsungan lingkungan hidup manusia. Sebagai titik tolak ukur tujuan pembelajaran dalam mendidik kebiasaan, memelihara, memperbaiki, dan menyelamatkan lingkungan regional maupun lingkungan global. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Sesuai dengan Depdiknas (2006) tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi siswa sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, ber akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sikap perlu dikembangkan dalam pembelajaran. Sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap lingkungan sekitar. Perilaku sikap positif adalah pemahaman baru yang sesuai de ngan yang diharapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Dalam pengajaran sains IPA, masalah lingkungan tercakup dalam materi pelajaran oleh karena itu dibutuhkan suatu metode atau media dalam kegiatan peng ajaran dan pembelajaran. Media pembelajaran memegang peranan penting seba gaimana dikemukakan oleh S. Nasution (1982), bahwa maksud dan tujuan penggunaan media pendidikan adalah memberikan variasi dalam cara kita mengajar, memberikan lebih banyak realitas dalam mengajar, sehingga lebih tertuju pada pencapaian tujuan pembelajaran. Keberhasilan dalam menilai sikap dapat diartikan sama halnya keberhasilan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Vol. III No. 13 - Mei 2013 dalam menilai prestasi. Kegiatan proses pembelajaran biologi pada jenjang sekolah menengah, diupayakan dapat meningkatkan sikap kepedulian pada global warming dengan pembelajaran perubahan iklim dalam bab pengaruh aktivitas manusia di dalam ekosistem. Diharapkan menjadi pengetahuan wawasan lingkungan, sehingga siswa dapat membiasakan diri memiliki kepedulian terhadap masalah lingkungan (Ichsan et al., 1976). Penunjang keberhasilan pembelajaran perubahan iklim dalam konsep ekosistem diperlukan media. Media pendidikan dapat meningkatkan efisiensi proses dan mutu hasil belajar-mengajar, ditinjau dari enam aspek kegunaannya dalam rangka proses belajar mengajar sebagai berikut: verbalisme, kesalahan dalam penafsiran, perhatian siswa yang bercabang, kurangnya respon siswa, kurang perhatian siswa, keadaan lingkungan yang tidak menye nangkan. Video visual dipilih sebagai media pembelajaran yang menampilkan gerak, yang semakin lama semakin populer di masyarakat. Menurut Asyadi (2007), video tepat untuk menyajikan realita, video lebih menarik karena menyediakan visualisasi dan tidak terbatas. Animasi dan video dapat menjadi media pembelajaran yang baik, karena dapat memperlihatkan aspekaspek yang dinamik, dan tidak memerlukan pemakaian simbol tambahan seperti pada ilustrasi statis. Penggunaan alat bantu media video visual memiliki kelebihan antara lain yaitu 1) dapat dilihat siswa dalam jumlah yang relatif besar, 2) Merangkum beberapa jenis media dalam satu program, 3) Digunakan Universitas Wiralodra Indramayu
berbagai efek dan teknik yang tidak dimili ki oleh media lain, dan 4) Menghadirkan sumber yang sukar dan langka. Siswa lebih menyukai benda nyata dari pada informasi atau gambar yang dibuat oleh guru. Video visual diharapkan dapat membantu memperkuat daya ingat siswa.Visual dapat membuat konsep abstrak lebih konkrit dan dapat merangkum materi yang cukup luas. Seiring dengan adanya tuntutan pembelajaran sains kearah yang lebih inovatif dan kreatif (Ahmadi dan Supriyanto, 2004). Pines & West (1985) menyatakan bahwa proses belajar melibatkan pembentukan makna oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat dan dengar. Pembelajaran menggunakan pertunjukan video sebagai media pembelajaran sebaiknya ditunjang dengan observasi. Merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan kemampuan menggunakan fungsi panca indera (Bertel, Marvin, 2001). Memilih jenjang sekolah menengah, sebagai pendidikan formal untuk mengembangkan dan memberdayakan peran ilmu dan agama dewasa ini sangat berpengaruh pada perilaku generasi muda, salah satunya sikap kurang peduli terhadap masalah lingkungan dan sosial, di lingkungan sekolah atau pun di masyarakat. Pembelajaran perubahan iklim pada konsep ekosistem berbantuan video visual terhadap peningkatan sikap kepedulian siswa pada global warming adalah suatu upaya membina dan mempersiapkan siswa menghadapi dampak yang akan ditimbulkan oleh perubahan iklim di masa sekarang dan yang akan datang. Diharapkan siswa memiliki penguasaan konsep yang baik sebagai wawasan pengetahuan, kesadaran sikap,
21
Wacana Didaktika dan perilaku yang memuliakan lingkungan hidup secara rasional dan bertanggung jawab dari segi sosial, politik, ekonomi, dan kesejahteraan lingkungan global. B. Pembelajaran Konsep Perubahan Iklimpada Global Warming Dalam GBPP mata pelajaran biologi terdapat pelajaran yang berkaitan dengan lingkungan, sehingga pembelajaran global warming pada konsep perubahan iklim berbantuan video visual dengan observasi sangat relevan diterapkan. Menurut Nasution (Dahar, 1995) terdapat bermacam-macam cara menggunakan sumbersumber dari lingkungan untuk kepenting an pengajaran, yaitu; (1) Membawa kelas siswa ke lingkungan untuk keperluan pengajaran (karyawisata, service projects, school camping, survey, interview), (2) Membawa sumber-sumber dari lingkung an ke dalam kelas untuk keperluan peng ajaran (Resource person, benda-benda, seperti pameran atau koleksi), (3) Pembelajaran lingkungan meliputi pengajaran mengenai pola, masalah, isu, yang terjadi dalam lingkungan. Konsep-konsep yang tercantum dalam komponen literasi yaitu ekosistem, aliran energi, perubahan dalam ekosistem, populasi, komunitas, suksesi, keseimbangan ekologis, dan manusia se bagai variable ekologis. Menurut Fien (Susilo, 2003) mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan melalui tingkah laku yaitu dengan mempelajari bagaimana pengaruh kegiatan manusia terhadap kerja sistem alam. Hal ini berarti bahwa perlu juga dipelajari
22
bagaimana faktor politik, ekonomis, dan sosial budaya yang mempengaruhi keputusan manusia dalam menggunakan lingkungan, disamping pengetahuan mengenai faktor ekologis. 1. Perubahan Iklim dan Pemanasan Global (Global Warming)
Pencemaran udara telah menyebabkan ketidakstabilan ekologi yaitu mening katnya suhu udara karena bertambahnya konsentrasi gas-gas pencemar, seperti gas karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida, dinitrogen oksida (NO2), kloroflorokarbon (CFC), metana (CH4), dan partikel debu (Wardhana, 2001). Gas-gas tersebut dinamakan gas rumah kaca (GRK), di Indonesia sumber utama gas rumah kaca berasal dari kegiatan perindustrian, pertambangan dan perubahan tata guna lahan kehutanan yaitu sekitar 63% dan sektor energi sekitar 25% dari total emisi (PELANGI, 2004). Pencemaran udara merupakan pemicu utama terjadinya pemanasan global (global warming).Pemanasan global terjadi akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Menurut Surtikanti (2009) Gas rumah kaca (GRK) dapat menimbulkan suatu kondisi yang disebut efek rumah kaca. Gas rumah kaca bersifat meneruskan gelombang pendek dari matahari yang mempunyai gelombang panjang (lamda) antara 0,15 µm sampai 4µm, kemudian diemisikan ke bumi. Radiasi yang diserap oleh bumi kemudian dipancarkan kembali dalam bentuk sinar inframerah sebagai gelombang panjang (Anggraeni, 2008). Sinar inframerah tersebut di atmosfer diserap oleh gas-gas rumah kaca sehingga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Vol. III No. 13 - Mei 2013 tidak terlepas ke luar angkasa, menyebabkan panas terperangkap di troposfer dan akhirnya meningkatkan suhu bumi. Gas rumah kaca dalam jumlah tertentu dibutuhkan untuk menjaga temperatur bumi sekitar 15% (59oF). Tidak adanya gas rumah kaca menyebabkan rata-rata temperatur bumi mencapai -180oF (0oF), tetapi jika jumlah gas rumah kaca semakin banyak maka radiasi yang terperangkap akan semakin besar. Permukaan bumi akan semakin panas dan terjadi kenaikan temperatur disebut dengan peristiwa pemanasan global (global warming) (Anggraeni, 2008). Pemanasan global (global warming) berpengaruh pada perubahan iklim yang terjadi semenjak lebih dari seratus tahun yang lalu (PELANGI, 2004).
Gambar 2.1.Ilustrasi Pemanasan Global (Global Warming) http://www.globalwarmingperubahaniklim.com/2010/03
Menurut Tjasyono (2004) teori perubahan iklim yaitu cuaca pada pagi hari biasanya udara dingin langit cerah, dan pada siang hari udara panas langit berawan. Perubahan cuaca semacam ini lebih tepat disebut dengan fluktuasi, yaitu per Universitas Wiralodra Indramayu
ubahan yang cenderung berulang-ulang. Akan tetapi perubahan iklim baru dapat diketahui setelah periode waktu yang panjang, beberapa ahli klimatologi menggunakan istilah kecenderungan iklim (climatic trend). Kecenderungan perubahan iklim disebabkan oleh perubahan yang berpola siklus tertentu baik harian, musiman, tahunan, maupun siklus beberapa tahun (Anggraeni, 2008).Pengaruh aktivitas manusia dan alam seperti pergeseran kontinen, letusan gunung berapi, perubahan orbit bumi terhadap matahari, noda matahari, dan peristiwa El nino. Hal tersebut menyebabkan pola iklim berubah secara berkelanjutan baik dalam skala global maupun skala lokal. Perubahan iklim skala lokal adalah perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca daerah tertentu. Perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan wilayah bumi keseluruhan. Pola iklim global sebagian besar ditentukan oleh energi matahari yang masuk dan pergerakan planet di ruang angkasa (Tjasyono, 2004). Dampak efek gas rumah kaca dan aerosol terhadap iklim, faktor dominan yang menentukan kecenderungan iklim diperkirakan oleh kenaikan konsentrasi efek rumah kaca. Gas rumah kaca transparan terhadap insolasi dan menyerap radiasi gelombang panjang bumi sehingga kehadiran gas ini di atmosfer lambat laun akan menaikan suhu bumi yang diukur dan suhu efektif bumi sehingga terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim (Tjasyono, 2004). Aerosol dapat mempengaruhi iklim melalui hamburan dan penyerapan ra-
23
Wacana Didaktika diasi matahari, dan melalui emisi radiasi gelombang panjang. Aerosol adalah partikel berbentuk cairan atau padatan yang berukuran lebih besar dari molekul tunggal (diameter molekul = 0,0002 mikron). Dan mempunyai waktu tinggal di atmosfer dari beberapa detik sampai beberapa bulan.Partikel yang diinjeksikan ke atmosfer oleh aktivitas manusia dapat bertindak sebagai inti kondensasi yang mempengaruhi awan dan hujan.Curah hujan minimum pada waktu konsentrasi aerosol paling kecil (Tjasyono, 2004). Dampak aktivitas manusia pada iklim. Peningkatan jumlah penduduk (populasi), pembangunan dan perkembangan kota, pertumbuhan industri, kepadatan lalu lintas, serta penebangan hutan. Hal tersebut merupakan masalah dalam perubahan cuaca dan iklim. Aktivitas manusia dapat mengubah cuaca secara tidak sengaja. Perubahan iklim (kecenderungan iklim) menyebabkan peningkatan evapotranspirasi. Evapotranspirasi potensial dataran tinggi lebih rendah dibandingkan evapotranspirasi dataran rendah, kerena temperatur di dataran tinggi lebih rendah dibanding kan temperatur di dataran rendah. Sehingga mempengaruhi siklus hidrologi (Tjasyono, 2004).
2. Strategi Adaptasi Terhadap Per ubahan Iklimdan Global warming Sebagai langkah penanggulangan dampak perubahan iklim global, maka diperlukan suatu langkah adaptasi. Adaptasi merupakan salah satu cara untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim global. Strategi mitigasi yang terus dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca
24
(GRK). Beberapa langkah adaptasi yang dapat dilakukan, yaitu: Pertama, Penghijauan (reboisasi) upa ya penghijauan dapat memberikan manfaat, seperti manfaat klimatologis yaitu banyaknya pohon akan menurunkan suhu. Hal ini disebabkan tumbuhan dapat mengubah atmosfer dan iklim. Tumbuhan dapat mengubah lingkungan fisik dalam skala global, melalui penggunaan CO2 sebagai sumber karbon. Atom karbon dalam CO2 terlibat dalam empat ikatan kovalen, dua ikatan dengan setiap atom karbon oksigen (Cambell et al., 2003). Sel hijau merupakan satu-satunya bagian autotrofik tumbuhan yang mendapatkan CO2 dari atmosfer melalui stomata daunnya dan menggabungkannya kedalam bahan organik biomassanya sendiri melalui proses fotosintesis. Persamaan reaksi fotosintesis 6CO2+6H2O+Energi cahaya menjadi C6H12O6+6O2. Perubahan kimiawi selama proses fotosintesis telah disiapkan dalam kloroplas dikenal dengan fiksasi karbon yang menghasilkan gula (bahan makanan) dan oksigen (O2) berasal dari CO2 yang dilepaskan selama fotosintesis. Hal tersebut terbukti bahwa tumbuhan menurunkan jumlah CO2 di atmosfer. Fotosintesis dapat menurunkan suhu bumi membantu mengurangi penyerapan radiasi sinar matahari.Hal tersebut pula dapat yang dapat menurunkan pencegahan mencairnya es dikutub (Cambell et al., 2003). Pada akhir abad 21 konsentrasi CO2 dan suhu meningkat 20C. Peningkatan suhu hanya 1,30C akan membuat dunia ini lebih hangat dari 100.000 tahun yang lalu, Pemanasan akan terjadi paling besar disekitar kutub sekitar suhu diatas 40C, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Vol. III No. 13 - Mei 2013 air bersifat seperti cairan pada umumnya. Ketika Kristal-kristalnya hancur, es mulai mencair, molekul-molekulnya bebas untuk bergeser mendekat satu sama lainnya. Pencairan es di kutub mengakibatkan naiknya permukaan laut dengan taksiran sekitar 100m, yang secara perlahan-lahan akan merendam daerah pantai (pesisir), pulau-pulau kecil 150 km atau lebih ke daratan dari garis pantai saat ini (Cambell et al., 2003). Penipisan lapisan ozon di atmosfer. Ozon menyerap radiasi UV (Ultraviolet), yang mencegah banyak radiasi UV tersebut mencapai kontak dengan organisme yang berada di biosfer. Ozon (O3) terdapat didalam lapisan stratosfer yang lebih rendah antara 17 dan 25 km diatas permukaan bumi. Kajian satelit pada atmosfer menyatakan bahwa lapisan ozon secara perlahan-lahan telah mengalami penipis an tersebut terus berlangsung dengan laju yang semakin meningkat. Perusakan ozon terutama disebabkan oleh akumulasi kloroflorokarbon (CFC) (Cambell et al., 2003). Ketika produk perombakan dari zat kimia CFC mencapai stratosfer. Atom khlor yang terkandung dalam CFC bereaksi de ngan ozon, untuk membentuk khlor monoksida, ClO dan molekul oksigen, O2. Persamaan reaksinya (Tjasyono, 2003).
Hasil reaksi tersebut adalah perubah an ozon menjadi O2. Khlor berfungsi sebagai katalisator, karena Cl dipakai pada Universitas Wiralodra Indramayu
reaksi pertama (1.1), yang kemudian terbentuk kembali dalam reaksi yang kedua (1.2) diperkirakan setiap atom Cl akan merusak sekitar 100.000 molekul ozon. Fotosintesis dapat mengurangi penipisan lapisan ozon. Oksigen (O2) berasal dari CO2 yang dilepaskan selama fotosintesis sehingga konsentrasi oksigen yang ada di atmosfer meningkat(Cambell et al., 2003). Pembentukan ozonosfer terbentuk karena konsentrasi molekul O2 lebih besar dari pada konsentrasi atom oksigen (O). Oleh karena itu atom O sering mengalami tumbukan dengan molekul O2, tumbukan ini cenderung membentuk ozon. Dapat di lihat pada persamaan reaksi sebagi berikut; O(g)+O2(g) O3* (g). Reaksi O dengan O2 yang membentuk O3 (ozon).Waktu hi dup molekul O3 sangat pendek dan akan terurai kembali menjadi atom O dan O2 (Tjasyono, 2004). Kedua, Pemeliharaan dan pengaman an tanaman yang bermanfaat dapat menghisap polutan disekitar perkotaan dan jalur transportasi.Ketiga, Konservasi dan perlindungan dataran tinggi, sebagai menerima, menyimpan, dan memasok air ke daerah dataran rendah.Keempat, Pe ngelolaan atau menajemen lingkungan dengan baik yaitu menghemat pemakaian alat-alat industri atau rumah tangga yang dapat menghasilkan gas rumah kaca (GRK). Kelima, Penyediaan informasi bagi seluruh masyarakat mengenai dampak pemanasan global dan perubahan iklim terhadap sumber daya alam. Keenam, Menambah wawasan dan kesadaran lingkungan kepada masyarakat, dengan mengubah pola gaya hidup yang dapat menyelamatkan lingkungan kehidupan.
25
Wacana Didaktika 3. Peranan IPTEK Terhadap Pembela jaran Perubahan Iklim dan Global Warming Pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) diterapkan dalam bentuk kepedulian menanamkan kesadaran dengan melihat realita lingkungan. Oleh karena itu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan lingkungan, khususnya pada pembelajaran global warming pada konsep perubahan iklim dalam bab aktivitas manusia di dalam ekosistem. Diharapkan lebih meningkatkan rasa kesadaran siswa terhadap lingkungan hidup, lebih partisipatif, kritis dan aktif dalam kepedulian lingkungan (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2006). C. Video Visual sebagai Media Pembelajaran Konsep Perubahan Iklim Penggunaan alat bantu media audio visual. Sejalan dengan Dale (Arsyad, 2007) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio visual dapat memberikan banyak manfaat didukung oleh peran aktif guru dalam proses pembelajaran. Pengembangan Program video visual dimanfaatkan secara terintegrasi paling sedikit memiliki dua jenis media yang tergabung dalam kelompok ini, yaitu media slide suara dan media film trip suara (Warsita, 2008). Faktor yang penting diperlukan dalam media audi visual adalah penulisan naskah (scenario) memerlukan persiapan, dan racangan (Arsyad, 2007). Gambaran pola-pola pembelajaran dengan menggunakan media, diantaranya:
26
Pertama, Pola 1 adalah gambaran suatu kegiatan pembelajaran dimana guru memegang kendali yang penuh dalam kegiatan belajar mengajar. Kedua, Pola 2 adalah gambaran suatu kegiatan pembelajaran dimana media pembelajaran sebagai alat bantu dan guru sebagai fasilitator. Ketiga, Pola 3 sumber belajar terdiri dari media dan sumber lain sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar. Keempat, Pola 4 dalam kegiatan pembelajaran hanya menggunakan satu sumber yaitu media sebagai sumber utama dalam kegiatan belajar mengajar.Ilustrasi gambaran pola-pola pembelajaran dengan media pada gambar 2.3. Kurikulum
Media Guru
Media
Guru Media
Guru Anak didik
Gambar.1. Bagan gambaran pola-pola pembelajaran dengan media (Warsita, 2008).
Sejalan dengan Bruner (Arsyadi, 2007) ada tiga tingkatan utama modus belajar model yang dapat diamati dalam penyajian materi secara visual yaitu: Pertama, pengalaman langsung (Enactive). Kedua pengalaman piktorial/gambar (Ikomik). Ketiga, pengalaman abstrak (symbolik). Menurut Wasita (2008) pemanfaatan media video visual sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran yaitu dapat membantu siswa memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Vol. III No. 13 - Mei 2013 dan mendalam. Sejalan dengan Levie & Levie (Arsyad, 2007) tentang belajar melalui stimulus visual dan verbal menyimpulkan bahwa dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik. Kemp & Dayton (Arsyad, 2007) menjelaskan bahwa media pengajaran dalam proses belajar siswa memiliki beberapa manfaat antara lain: 1) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, 2) bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya, 3) dapat dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran dengan baik. 4) pelajaran akan lebih bervariasi, dan lebih interaktif. 5) menghemat waktu pelajaran, 6) media dapat mengkomunikasikan isi pesan yang ingin disampaikan sehingga menumbuhkan sikap positif siswa. Menurut Kemp (Sadiman dkk, 1999) kelebihan dan kelemahan video visual dianggap lebih efektif dalam mencapai sasaran pembelajaran. Beberapa kelebihan media video visual adalah sebagai berikut: 1) memiliki semua kemampuan yang dipunyai media audio, media visual maupun film; 2) dapat merangkum beberapa jenis media dalam satu program; 3) dapat digunakan berbagai efek dari dan teknik yang tidak dipunyai oleh media lain; 4) penggunaannya tidak memerlukan ruangan besar. Kelemahan media video visual juga memiliki kelebihan kelemahan diantaranya: 1) tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dan rangkaian kegiatan produksi video; 2) harus memenuhi persyaratan teknik produksi; 3) memerlukan peralatan yang kompleks dan mahal; 4) kesesuaian sukar karena jenis format atau standar yang berbeda; 5) persiapan Universitas Wiralodra Indramayu
yang memerlukan kontinuitas kerja yang berurutan. D. Pembentukan Sikap Kepedulian Siswa pada Global Warming Tujuan pembelajaran sains yaitu terjadinya perubahan sikap kearah yang lebih positif dan bermanfaat sesuai dengan teori behaviouristik (Ahmadi&Supriono, 2004). Pembelajaran yang demikian sesuai de ngan sabda Nabi dalam haditsnya “bahwa sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang selalu memberikan manfaat bagi se samanya”. Beberapa pengertian sikap menurut pandangan para ahli sebagai berikut: 1. Syarifudin (Sutarjo, 1998) menyata kan bahwa sikap ialah suatu obyek berupa perasaan mendukung atau tidak mendukung terhadap obyek tersebut. Sikap berarti suatu keinginan untuk melakukan perbuatan yang berkaitan dengan adanya suatu obyek tertentu. Sikap adalah suatu proses interaksi antara diri seseorang dengan lingkungannya yang mana seseorang terlibat melakukan reaksi terhadap lingkungannya.
2. Thutstone (Hamalik, 2002) mengata kan bahwa sikap merupakan tingkat kecenderungan yang positif atau negatife yang berhubungan dengan obyek psikologi. Obyek psikologi tersebut meliputi: symbol, kalimat, slogan, orang, lembaga, serta ide yang ditujukan agar dapat membedakan pengaruh positif dan negatif.
27
Wacana Didaktika 3. Nana Sudjana (dalam Tisnawati, 2000) menyatakan bahwa sikap merupakan kesediaan seseorang untuk menolak atau menerima suatu obyek berdasarkan pemikiran obyek itu apakah ber arti atau tidak berarti bagi dirinya.
4. Kimball Young (1945) menyatakan bahwa sikap merupakan suatau predisposisi mental untuk melakukan suatu tindakan. 5. Fishbein & Ajzan (1975) menyebutkan bahwa sikap sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten dalam cara tertentu berkenaan dengan obyek tertentu. Menurut Allport (Dayakisni & Hudariah (2009) pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen ada tiga yaitu: Pertama, Komponen afektif yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang.Kedua, Sasaran kategori afektif cukup luas dan kompleks. Menca kup kategori seperti sikap, minat, motivasi, konsep akademik, dan sebagainya. Ketiga, Pengembangan karakteristik afektif seper ti konsep positif diri, sikap positif terhadap sekolah dan mata pelajaran di sekolah, sesuai dengan kebutuhan, dan memiliki rasa kesadaran terhadap lingkungan internal. Sebagai contoh, sikap, nilai, dan minat (Stiggin, 1994). Menurut Brigham (Dayakisni & Hudariah, 2009) ada beberapa ciri sifat (karak teristik) dasar dari sikap, yaitu: Petama, Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku. Kedua, Sikap ditujukan mengarah kepada obyek psikologis atau
28
kategori, dalam hal ini skema yang dimiliki individu menentukan bagaimana mengkatagorisasikan target objek dimana sikap diarahkan. Ketiga, Sikap mempengaruhi perilaku, sikap yang mengarah pada suatu obyek memberikan satu alasan untuk berperilaku mengarah pada obyek itu dengan suatu cara tertentu. Menurut Sherif & Sherif (Dayakisni & Hudariah, 2009) bahwa sikap dapat berubah karena kondisi dan pengaruh yang diberikan. Sebagai hasil dari belajar pembentuan sikap senantiasa akan berlangsung dalam interaksi manusia berkenaan dalam obyek tertentu. Menurut Bimo Walgito (Dayakisni & Hudariah, 2009) bahwa pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor yaitu: 1) Faktor internal (Individu itu sendiri), yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif. Sehingga tidak semua yang datang akan di terima atau di tolak; 2) Faktor eksternal, yaitu keadaan yang ada di luar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau merubah sikap. Teori tentang pembentukan dan perubahan sikap yaitu teori belajar dan pe nguatan, teori ini bersumsi bahwa sikap merupakan respon yang dipelajari terhadap rangsang (stimulus) tertentu. Untuk mencapai tujuan pembentukan sikap positif, memerlukan kreatifitas guru dalam merancang program pembelajaran yang terintegrasi dengan penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam materi pembelajaran perubahan iklim dan nilai-nilai yang terkandung dalam bahan ajar dapat dipahami oleh siswa melalui belajar bermakna. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Vol. III No. 13 - Mei 2013 E. Peningkatan Sikap Siswa pada Setiap Indikator Peningkatan sikap kepedulian siswapada perubahan iklim dan global warming setiap indikator yang dikaji adalah: 1) sikap kesukaan siswa terhadap mata pelajaran perubahan iklim dan global warming, 2) sikap terhadap pentingnya pengetahuan tentang perubahan iklim dan global warming, 3) sikap terhadap kebiasaan rasa toleran siswa di sekolah atau di lingkungan tempat tinggal terhadap perubahan iklim dan global warming, sikap kepedulian siswa terhadap masalah lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim dan global warming, 4) sikap kepedulian siswa terhadap dampak perubahan iklim dan global warming. Grafik peningkatan sikap kepedulian siswa pada global warming ditunjukkan pada gambar.1.
Gambar 1. Diagram N-Gain pada Setiap Indikator Sikap Kepedulian Siswa pada Global Warming
Berdasarkan Gambar 1. menunjukkan persentase N-gain sikap siswa setiap indikator kelas eksperimen lebih baik diban dingkan kelas kontrol. Dijabarkan sikap siswa setiap indikator kelas eksperimen Universitas Wiralodra Indramayu
tertinggi sebesar 57,%6, terjadi pada indikator sikap kesukaan siswa terhadap mata pelajaran perubahan iklim dan kelas kontrol tertinggi sebesar 36,5% terjadi pada indikator sikap kepedulian terhadap dampak dan upaya penanggulangan perubahan iklim. Sikap siswa kelas eksperimen terendah sebesar 37,8% pada indikator pentingnya pengetahuan tentang perubahan iklim dan kelas kontrol terendah sebesar 23,1% terjadi pada indikator sikap kebiasaan dan rasa toleran siswa di sekolah atau di lingkungan tempat tinggal terhadap perubahan iklim dan global warming. Pembelajaran konsep perubahan iklim berbantuan video visual dengandapat meningkatkan sikap kepedulian siswa pada global warming secara signifikan lebih tinggi, berdasarkan tolak ukur hasil skor post testdan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kuat dugaan bahwa peningkatan sikap kepedulian siswa pada global warming dipengaruhi oleh penayangan video visual yang merangkum konsep perubahan iklim dari mulai penyebab sampai dengan dampak yang diakibatkan, dan bagaimana penanggulangannya. Hal tersebut sesuai dengan Levie & Lentz (Arsyad, 2007) salah satu fungsi media video visual adalah fungsi afektif yaitu dapat terlihat dari tingkat kesenangan siswa ketika belajar dalam membaca teks dan gambar sehingga dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Hal tersebut dapat meningkatkan sikap positif mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran, menyadarkan siswa terhadap pentingnya memiliki sikap positif pada materi pelajaran khususnya yang berkaitan dengan masalah lingkungan dalam ke-
29
Wacana Didaktika hidupan sehari-hari. Sesuai dengan Stiggin (1994) menyatakan bahwa sikap positif diri yaitu sikap positif terhadap rasa tole ransi pada lingkungan, dan rasa kesadaran pada lingkungan internal dan eksternal. Dari hasil analisis data sikap siswa setiap indikator melalui penyajian konsep perubahan iklim berbantuan video visual dengan sikap siswa tertinggi terjadi pada indikator sikap kesukaan siswa terhadap materi pelajaran konsep perubahan iklim. Hal tersebut sesuai dengan Stiggin (1994) menyatakan bahwa sikap positif diri berarti sikap positif pada pengatahuan yaitu sikap kesukaan atau ketidaksukaan pada kosep pelajaran. Sejalan pula dengan Sherif & Sherif (Dayaksni dan Hudaniah, 2010) menyatakan bahwa sikap positif diperoleh dari hasil belajar. Dipertegas teori pembentukan dan perubahan sikap yaitu teori belajar dan penguatan, teori ini berasumsi bahwa sikap merupakan respon yang dipelajari terhadap rangsang (stimulus) tertentu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang terintegrasi dengan penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam materi pembelajaran perubahan iklim dan nilainilai yang terkandung dalam materi pembelajaran perubahan iklim dan nilai-nilai yang terkandung dalam bahan ajar dapat dipahami oleh siswa melalui belajar bermakna. Sesuai dengan Rustaman & Rustaman (1997) bahwa pada pembelajaran biologi diperlukan pengembangan potensi siswa dalam kemampuan akademik (kognitif) dan dalam sikap (afektif). Hal ini berarti bahwa peningkatan penguasaan konsep siswa pada konsep perubahan iklim akan diikuti dengan pembentukan sikap positif siswa, yaitu mendorong siswa
30
bertingkah laku yang berawawasan ling kungan. DAFTAR PUSTAKA A Great Leap Forward, (1993). Educational Objectives of the Scout Movement. Updating pf the Youth Programe. Ahmadi & Supriyono.(1990). Psikologi Belajar. Solo:Rineka Cipta Anderson, L.W., et al. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. New York: Longman. Anderson, J.M. & Spencer, T. (1991). Carbon Nutrien and Water Balance af tropical rain forest ecosystem subject to disturbance: management implications and research. Proposal. MAB Disgest 7. UNESCO, Paris,95pp Anggraeni, V.H. (2008). Proyeksi Neraca Air Sebagai Implikasi Perubahan Iklim Global.Bandung: Tesis ITB Anwar, dkk.(1984). Ekologi Ekosistem Sumatera. Yogyakarta: UGM Press Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Asyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Charles, J. Brainerd. (1978). Piaget’s Theory of Intellegence. New Jersey: Prentice Hall, Inc Cronbach, L.J. (1954). Education Psycology. New York: Harcourt, Brace and Company Dahar, W.R. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Vol. III No. 13 - Mei 2013 Depdiknas.(1994). Kurikulum Penddikan Dasar Garis-garis Besar Program Pengajaran Sekolah lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. . (2004). Silabus Kurikulum 2004. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Menengah. ________. (2006). Daftar Silabus Fisika KTSP 2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Dayakisni & Hudaniyah.(2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E. (1993).How to Design and Evaluate Research in Education (second ed). New York: McGraw-Hill Book Co. Gagne, N. L. & Berliner. D. C. (1979), Educational Psychology (2nded). Boston: Houghton Miff Lin Company Gall, M.D. & J.P. (2003).Educational research an introduction. Boston: Library of congress cataloging in publication data. Gonzales, P. (2009). Highlights from TIMSS 2007: Mathematic and Science Achievement of U.S. Fourthand Eighth-Grade Students in an International Context. Washington: National Center foe Education Statistics. (online). Tersedia: http://nces.ed.gov/ pubs2009/2009001.pdf(10 februari 2010) Hubbard, Peter et al. 1983. A Training Course for TEFL, Oxford University Press: Oxford. Hamalik, O. (2002). Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Agensindo Universitas Wiralodra Indramayu
Kellert, ed. (1997).Encyclopedia of Environment.Vol 1.Simon and Schaster and Practice Hall International.London. Ichsan, et al. (1991).Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Pendidikan dan Kebudayaan Kemp,Jerrold E.& Smellie, Don C. (1989). Planning, Producing and Using Instructional Media. New York: Happer&Row, Publisher, Inc Khaelany. (1996). Islam Kependudukan & Lingkungan Hidup. Jakarta: Rineka Cipta Kneller, G.F. (1984). Introduction to the Philosophy of Education. New York: John Willey Sons Inc. Liliasari.(2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi (Studi Pengembangan Berpikir Kritis dan Kreatif). Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi. UPI Bandung. Metltzer, D. (2002). The Relation Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physic. America Journal of Physic, (70), 1259-1268 Miarso.Y, dkk. (1986), teknologi komunikasi pendidikan,Jakarta: CV.Rajawali Nasution, S.(1982). Teknologi Pendidikan. Bandung: Jemmars Nasution.S. (1995).Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumiaksara. Nasar.(2006). Merancang Pembelajaran Aktif dan Kontekstual Berdasarkan “SISKO” 2006. Jakarta: Gramedia.
31
Wacana Didaktika Natawidjaja.R. (1986).Penyusunan Instrumen Penelitian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bandung: IKIP Bandung. Notoatmodjo, S. (2003).Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta Piaget, J.(1979). The Child’s Conception of Physical Causality. New Jersey: Little Field, Adams & Co. Pines & West. (1986). Conceptual Understanding and Science Learning: an Interpretation of Research within a Sources of Knowledge Framework, Science Education. 70 (5), 583-604. Pelaksana Panitia Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru.Pendidikan Lingkungan Hidup.Bandung:UPI Pelangi. (2004). Bumi Makin Panas Ancaman Perubahan Iklim di Indonesia. Yayasan pelangi Indonesia. Jakarta. Riduwan. (2002). Skala Pengukuran variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
32
Ruseffendi, H.E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Andira. Rustaman, N & Andrian Rustaman. (1997). Pokok-pokok Pengajaran Biologi dan Kurikulum 1994. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press. Setiono, K. (1998.) Manusia Kesehatan dan Lingkungan. Bandung: Lembaga Penelitian Unpad
Stiggins.(1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York: United States Sugiono.(2008). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sudjana.(2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito ***
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan