PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PROBLEM-BASED LEARNING) PADA MATERI PELUANG KEJADIAN SEDERHANA DI KELAS IX SMP NEGERI 3 TULUNGAGUNG Katiasri Guru SMP Negeri 3 Tulungagung ABSTRACT: Problem Based Learning is a learning model that emphasizes student to be active. Students are given a chance to study by themselves for building their knowledge based on self-experience and experiment. The research aims are to 1) compare the average score of student learning outcomes by implementing problem based learning model in group and classical for simple matter opportunities event, and to 2) know whether implementing problem based learning model in group is effective for teaching simple matter opportunities event in 9th grade of 3rd State Junior High School or not. This research is quasi experimental. The research design is randomized static group comparison design. The conclusion are 1) the average score of student outcomes by implementing problem based learning model in group is higher than classical for simple matter opportunities event in 9th grade of the 3rd State Junior High School, 2) Problem based learning model in group is more effective for teaching matter opportunities event in 9th grade of 3rd Junior High chool. Keywords: Problem Based Learning, Learning Outcomes, and Learning Effectiveness
Berdasarkan Peraturan Menteri
Usaha
untuk
meningkatkan
Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun
kualitas
2006 tentang Standar Kompetensi
pendidikan matematika telah banyak
Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP)
dilakukan,
untuk SMP dan sederajat, disamping
diupayakan, namun mutu pendidikan
penguasaan dalam materi pelajaran itu
yang dicapai belum sesuai dengan
sendiri, mata pelajaran matematika
harapan yang diinginkan. Hasil analisa
diberikan kepada peserta didik juga
data
bertujuan untuk membekali peserta
Tulungagung pada bulan Januari 2012
didik dengan kemampuan berfikir
menyebutkan, nilai
logis, kritis, kreatif, dan inovatif, serta
nasional mata pelajaran matematika
untuk mengembangkan kemampuan
mengalami
menggunakan
dalam
tersebut ditunjukkan oleh nilai rata-
pemecahan masalah dalam kehidupan
rata ujian nasional mata pelajaran
sehari-hari.
matematika tahun 2010 adalah 9,45,
matematika
seksi
pendidikan,
bahkan
khususnya
terus
kurikulum
menerus
SMPN
rata-rata
penurunan
ujian
0,56.
Endro Purwanto: Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Pembelajaran Problem Creating Materi Perbandingan Siswa Kelas Vii Smp Negeri 3 Tulungagung, April 2015
3
Hal
76
sedangkan tahun 2011 adalah 8,89.
dari konsep tersebut. Alasannya, jika
Upaya
para siswa bisa mengkonstruksi sendiri
seksi
kurikulum
untuk
meningkatkan mutu pendidikan antara
representasi
lain: memotivasi guru matematika
lebih
untuk kreatif, inovatif, dan penuh
konsep dalam representasi tersebut.
semangat secara profesional dalam
Sehingga untuk selanjutnya mereka
mendidik siswa agar hasil Ujian
juga mudah untuk mengingat hal-hal
Nasional bisa maksimal. Hal tersebut
tersebut dan dapat mengaplikasikannya
sesuai
dalam
dengan
gagasan
Dimyati
tersebut
mudah
mereka akan
menemukan
situasi-situasi
sendiri
yang
sesuai
(199:37), guru memiliki peranan yang
(Teori Belajar Matematika, 20052:10).
penting dalam pembelajaran. Diantara
Hal
peranan
guru
melakukan
ini
dapat
diartikan:
1)bagi
belajar
adalah
siswa
dalam
pengetahuan
barunya.
tersebut
adalah
konstruktivisme,
pembelajaran
dengan
kegiatan
aktif
model pembelajaran yang disesuaikan
membangun
dengan kondisi siswa, bahan belajar
Siswa mencari sendiri arti dari yang
dan sekolah setempat. Penyesuaian
mereka
tersebut dilakukan untuk peningkatan
jawab terhadap hasil belajarnya. Setiap
mutu belajar, supaya tujuan pengajaran
siswa mempunyai cara sendiri untuk
tercapai dengan hasil yang baik. Bila
mengkonstruksikan
guru tidak dapat menggunakan strategi
kadang sangat berbeda dengan teman-
belajar yang sesuai, hasil belajar yang
teman yang lain. Penting bagi siswa
diharapkan
mendapatkan
tidak
mungkin
akan
tercapai secara optimal. Menurut (Construction
teorema
pelajari
mencoba konstruksi
Theorem),
dalam
dan
bertanggung
pengetahuannya,
kesempatan
bermacam-macam
untuk cara
belajar yang cocok. Sehingga penting bagi
guru
untuk
menciptakan
teorema konstruksi cara yang terbaik
bermacam-macam
bagi
untuk
metode yang membantu siswa dalam
mempelajari sesuatu konsep dalam
belajar. 2) mengajar bukanlah kegiatan
matematika
dengan
memindahkan pengetahuan dari guru
mengkonstruksi sebuah representasi
ke siswa, tetapi merupakan kegiatan
seseorang
siswa
adalah
kegiatan
Katiasri : Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Learning) Pada Materi Peluang Kejadian Sederhana Di Kelas IX SMP Negeri 3 Tulungagung ,Desember 2014
dan
77
yang
memungkinkan
siswa
membangun sendiri pengetahuannya.
kemampuan
yang
Sedangkan model
Salah satu model pembelajaran sesuai
konstruktivis
dengan adalah
paham
pembelajaran
pemecahan
masalah, dan ketrampilan intelektual.
Peran guru sebagai mediator dan fasilitator.
berfikir,
tahapan
pembelajaran
didalam
berdasarkan
masalah (Problem-Based Learning) adalah: orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan
siswa
dalam
berdasarkan masalah (Problem-Based
belajar,
Learning). Pembelajaran berdasarkan
individual
masalah (Problem-Based Learning)
mengembangkan dan menyajikan hasil
sangat efektif untuk pendekatan proses
karya,
berfikir yang lebih tinggi, membantu
mengevaluasi
siswa
masalah.
Arends
membentuk
menyatakan
bahwa,
“pembelajaran
pengetahuannya sendiri. Sedangkan
berdasarkan
masalah
menghendaki
yang
pembelajaran
para siswa melakukan penyelidikan
berdasarkan masalah adalah pemberian
autentik dan berusaha memperoleh
masalah yang autentik (masalah yang
pemecahan-pemecahan nyata terhadap
dekat dengan kehidupan siswa) dan
masalah-masalah nyata”.
memproses
dimilikinya,
informasi
dan
utama
dari
yang
kompleks di awal pembelajaran. Siswa diberi secara
kesempatan aktif
belajar
untuk
pengetahuannya
sendiri
membangun
sesuai
membimbing
penyelidikan
maupun
kelompok,
serta
menganalisis proses
dan
pemecahan (2008:42)
Salah satu ciri utama dari pembelajaran
berdasarkan
masalah
adalah pemberian masalah autentik
dengan
atau masalah yang dekat dengan
pengalaman dan pengetahuan yang
kehidupan dunia nyata siswa. Menurut
dimilikinya. Peran guru lebih banyak
peneliti, siswa kelas IX SMPN 3
sebagai
Tulungagung
fasilitator
pembelajaran.
dalam
Menurut
proses Ibrahim
akan
lebih
antusias
apabila dihadapkan langsung dengan
(2005:14), pembelajaran berdasarkan
permasalahan
masalah
dikembangkan
keseharian mereka. Peneliti berharap
membantu
siswa
untuk
mengembangkan
dengan pembelajaran
yang
dekat
menerapkan berdasarkan
Endro Purwanto: Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Pembelajaran Problem Creating Materi Perbandingan Siswa Kelas Vii Smp Negeri 3 Tulungagung, April 2015
dengan
model masalah 78
dapat menciptakan lingkungan belajar
Membandingkan
yang
belajar siswa dengan penerapan model
aktif,
kreatif,
efektif
dan
rata-rata skor hasil
menyenangkan. Dengan memberikan
pembelajaran
kesempatan peserta didik aktif akan
secara kelompok dan rata-rata skor
mendorong kreatifitas peserta didik
hasil belajar siswa dengan penerapan
dalam
model
belajar
masalah
atau
yang
memecahkan
pembelajaran
masalah
berdasarkan
dalam
masalah secara klasikal pada materi
Efektif
peluang kejadian sederhana, 2) Selain
diartikan sebagai ketercapaian suatu
membandingan hasil belajar penerapan
tujuan atau kompetensi yang akan
dua model pembelajaran, penelitian ini
dicapai. Sedangkan alasan peneliti
juga
memilih
apakah
kehidupan
dihadapi
berdasarkan
sehari-hari.
materi
sederhana
peluang
dalam
kejadian
untuk
pembelajaran
mengetahui berdasarkan
ini
masalah secara kelompok efektif untuk
dikarenakan materi peluang kejadian
mengajar materi peluang kejadian
sederhana
sederhana di kelas IX SMP Negeri 3
sering
penelitian
bertujuan
dijumpai
dalam
kehidupan sehari-hari siswa.
Tulungagung.
Berdasarkan uraian di atas, di lakukan
suatu
penelitian
METODE
dengan
Penelitian
ini
mengangkat masalah untuk melihat
sebagai
“Apakah rata-rata skor hasil belajar
experiment), karena informasi yang
siswa yang mengikuti pembelajaran
yang diperoleh merupakan perkiraan
berdasarkan masalah secara kelompok
informasi yang dapat diperoleh dengan
lebih tinggi secara signifikan jika
eksperimen sebenarnya dalam keadaan
dibandingkan dengan rata-rata skor
yang
hasil belajar siswa yang mengikuti
mengontrol
pembelajaran
semua
berdasarkan
masalah
secara klasikal untuk materi peluang 3
penelitian
Tulungagung?”. ini
adalah:
Tujuan 1)
tidak
semu
memungkinkan dan/atau
variabel
(quasi
untuk
memanipulasi yang
relevan
(Budiyono, 2003:83).
kejadian sederhana di kelas IX SMP Negeri
eksperimen
digolongkan
Peneliti memberikan perlakuan yang
berbeda
penelitian,
pada yaitu
dua
sampel
pembelajaran
Katiasri : Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Learning) Pada Materi Peluang Kejadian Sederhana Di Kelas IX SMP Negeri 3 Tulungagung ,Desember 2014
79
berdasarkan masalah secara kelompok
perlakuan,
dan pembelajaran berdasarkan masalah
kebetulan belaka.
secara
klasikal.
Kedua
bukan
karena
fartor
sampel
Penelitian ini dilaksanakan di
penelitian tersebut diasumsikan sama
kelas IX SMP Negeri 3 Tulungagung
dalam segi yang relevan dan hanya
yang
berbeda dalam penggunaan model
Soemoharjo no 24 Tulungagung telp.
pembelajarannya.
(0355)
Rancangan
beralamat
di
321824
jalan
tahun
Oerip
pelajaran
penelitian ini adalah The Randomized
2012/2013. Oleh karena itu, populasi
Static
dari penelitian ini adalah seluruh siswa
Group
Design.Dalam
Comparison rancanagan
ini
kelas IX SMP Negeri 3 Tulungagung
sekelompok subjek yang diambil dari
yang terdiri dari 8 kelas pada tahun
populasi
dikelompokkan
pelajaran 2012/2013 sejumlah 246
secara acak menjadi dua kelompok,
siswa. Adapun sebagai sampel dalam
yaitu kelompok eksperimental dan
penelitian ini adalah: a) kelompok
kelompok
yang
eksperimen adalah kelas IX.1 SMP
kelompok
kontrol.
Negeri 3 Tulungagung, sebanyak 31
eksperimental
dikenai
siswa, dan b) kelompok kontrol adalah
tertentu
disebut
pembanding juga
Kelompok variabel jangka
perlakuan waktu
atau
tertentu
tertentu.
dalam
kelas
IX.2
SMP
Negeri
3
Kemudian
Tulungagung, sebanyak 31 siswa.
kedua kelompok dikenai pengukuran
Pengambilan sampel dilakukan dengan
yang sama. Perbedaan yang timbul
cara “ Cluster Random Sampling ”.
dianggap
Menurut
bersumber
dari
variabel
perlakuan.
sampling
Pada rancangan ini tes awal
Budiyono random
sampling random
(2003:37),
kluster
adalah
yang dikenakan
tidak digunakan, namun pengacakan
berturut-turut terhadap unit-unit atau
digunakan
mengendalikan
sub-sub populasi. Unit-unit atau sub-
berperannya
sub populasi ini disebut kluster. Dalam
variabel luaran serta untuk menjamin
pengambilan sampel dengan cara ini,
bahwa setiap perbedaan diantara kedua
kluster-kluster
kelompok itu setelah eksperimen dapat
homogen (sama antara satu dengan
dikaitkan
yang lainnya). Hal ini sesuai dengan
semua
untuk
kemungkinan
dengan
diberikannya
yang ada dianggap
Endro Purwanto: Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Pembelajaran Problem Creating Materi Perbandingan Siswa Kelas Vii Smp Negeri 3 Tulungagung, April 2015
80
karakteristik siswa kelas IX SMP
format, bahasa dan isi oleh validator
Negeri
dimana
pakar yang dipilih. Dalam hal ini
memiliki
validator yang dipilih terdiri dari tiga
3
Tulungagung,
masing-masing
kelas
kemampuan
yang
orang, yaitu: satu validator ahli isi
tersebut
mata pelajaran, satu validator ahli
didasarkan nilai rapor matematika
perancangan pembelajaran 1, satu
kelas tersebut.
validator
homogen.
matematika Kemampuan
ahli
perancangan
Uji coba dilakukan pada kelas
pembelajaran 2, 5) Dilakukan Uji coba
IX SMP Negeri 3 Tulungagung yang
soal tes hasil belajar siswa pada materi
bukan kelompok kelas eksperimen dan
peluang kejadian sederhana. Uji coba
bukan kelompok kelas kontrol, yaitu
dilakukan
di
setelah diacak yang menjadi kelas uji
kelompok
eksperimen
coba adalah kelas IX.3.
kelompok kontrol di SMP Negeri 3
kelas
yang
bukan
dan
bukan
Langkah-langkah penelitian ini
Tulungagung, 6) Dilakukan analisis
adalah sebagai berikut: 1) Populasi
data uji coba, yaitu diuji validitas butir
ditentukan, 2) Ditentukan secara acak
soal dan diuji reliabilitas tes, 7)
sampel penelitian, dengan cara diundi.
Dilakukan revisi-revisi sesuai dengan
Sampel dibagi menjadi dua kelompok,
hasil analisis pada langkah 4 dan
yaitu
langkah
kelompok
eksperimen
dan
6,
8)
Dilakukan
proses
kelompok kontrol, 3) Dibuat perangkat
pembelajaran matematika pada materi
pembelajaran
berupa
rencana
peluang kejadian sederhana dengan
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP),
model
pembelajaran
berdasarkan
lembar kegiatan siswa (LKS), tes hasil
masalah secara kelompok untuk kelas
belajar (THB) pada materi peluang
eksperimen,
kejadian
kelompok kontrol diberikan model
sederhana,
4)
Perangkat
pembelajaran
berupa
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP),
pembelajaran secara
sedangkan
untuk
berdasarkan
klasikal,
9)
masalah Dilakukan
lembar kegiatan siswa (LKS), tes hasil
pengambilan data nilai akhir hasil
belajar (THB) pada materi peluang
belajar
kejadian
sederhana yang terdiri dari 30% nilai
sederhana
diuji
validitas
materi
peluang
Katiasri : Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Learning) Pada Materi Peluang Kejadian Sederhana Di Kelas IX SMP Negeri 3 Tulungagung ,Desember 2014
kejadian
81
tugas siswa dan 70% nilai tes hasil
hasil belajar matematika pada materi
belajar, 10)
pokok peluang kejadian sederhana
untuk
Dilakukan analisa data
mengetahui
pembelajaran
dan
keefektifan
terdiri dari 6 soal. Soal tes yang
signifikansi
digunakan
berbentuk
tes
uraian.
perbedaan hasil belajar siswa pada
Melalui tiga validator ke-6 soal tes
materi peluang kejadian sederhana,
hasil belajar dinyatakan: soal nomor 1,
yang
3, 5 dapat digunakan dengan revisi
ditinjau
dari
perbedaan
penggunaan model pembelajaran.
kecil, soal nomor 2,4,6 dapat diguna-
Pembelajaran dikatakan efektif
kan tanpa revisi. Setelah direvisi, se-
pembelajaran
mampu
mua soal dapat digunakan untuk men-
ketuntasan
gambil data penelitian. Berdasarkan
jika
membantu
itu
mencapai
belajar. Siswa dikatakan tuntas belajar
rumus
secara individual jika nilai akhir hasil
(Arikunto, 2009), diperoleh hasil per-
belajar siswa telah mencapai skor
hitungan koefisien korelasi antara skor
80%, dan dikatakan tuntas secara
butir dengan skor total (rxy) tes hasil
klasikal
jika kelas tersebut
telah
belajar
terdapat
85%
telah
luang kejadian sederhana dengan ting-
secara
kat validitas setiap butir tes sebagai
siswa
mencapai
tuntas
individual
(Pedoman
yang
belajar
Pembelajaran
korelasi
product
moment
matematika pada materi pe-
berikut:
Tuntas, 2004). Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan uji hipotesis. Uji hipotesis ini menggunakan program SPSS”Uji t Dua Sampel Independen”
Berdasarkan data pada Tabel 1
(Uyanto, 2009: 137-161).
di atas masing-masing butir tes no.1
HASIL
dan no.6 mempunyai validitas yang
Sebelum soal diujikan untuk
sangat
tinggi, butir tes no. 2, no.4,
pengambilan data, soal tersebut diuji
no.5 mempunyai validitas cukup dan
coba terlebih dahulu. Uji coba tes hasil
butir tes no. 3 mempunyai validitas
belajar bertujuan untuk melihat validi-
tinggi. Dalam penelitian ini, butir tes
tas butir tes, dan reliabilitas tes. Tes Endro Purwanto: Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Pembelajaran Problem Creating Materi Perbandingan Siswa Kelas Vii Smp Negeri 3 Tulungagung, April 2015
82
dikatakan valid jika mempunyai validi-
hasil belajar telah memenuhi per-
tas cukup, tinggi, atau sangat tinggi,
syaratan instrumen yang baik yaitu
sehingga dapat disimpulkan bahwa
valid dan reliabel, dengan demikian
butir soal yang terdiri dari 6 soal
instrumen tes hasil belajar dapat
adalah valid artinya instrumen itu
digunakan sebagai instrumen dalam
mengukur apa yang seharusnya diukur,
penelitian.
sehingga dapat digunakan untuk men-
Setelah dilakukan uji validitas
gukur penguasan siswa terhadap ma-
dan uji reliabilitas, serta tes telah me-
teri peluang kejadian sederhana.
menuhi persyaratan instrumen yang
Dengan menggunakan rumus
baik yaitu valid dan reliabel, dengan
Alpha (Arikunto, 2009), diperoleh ha-
demikian instrumen tes hasil belajar
sil perhitungan koefisien reliabelitas
dapat digunakan sebagai instrumen
tes hasil belajar matematika pada me-
dalam penelitian sebagai pengambil
teri peluang kejadian seerhana sebesar
data. Data nilai akhir dapat dilihat pada
r11 (α) = 0,625 . Tes hasil belajar
Tabel 2 berikut ini.
menunjukkan, mempunyai reliabilitas
Tabel 2 Data Nilai Akhir Kelas Ekspermen
yang tinggi. Sedangkan dalam peneli-
dengan Kelas Kontrol Keterangan
Kelas eksperimen
Kelas kontrol
Rata-rata nilai akhir
87,42
82,16
hasil belajar matematika pada materi
Banyak siswa yang tuntas belajar
27
21
peluang kejadian sederhana reliabel.
Banyak siswa yang tidak tuntas
4
10
Persentase banyak siswa yang tuntas belajar
87,1%
67,7%
Ketuntasan belajar secara klasikal
Tuntas
Tidak tuntas
tian ini, butir tes dikatakan reliabel jika mempunyai reliabilitas minimal cukup, sehingga dapat disimpulkan bahwa tes
Dengan demikian tes hasil belajar tersebut mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi serta dapat memberikan hasil yang tepat untuk dipakai mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi peluang kejadian sederhana.
Dari
Tabel
2
di
atas
Memperhatikan uraian di atas,
menunjukkan bahwa persentase ban-
dapat kita lihat bahwa instrumen tes
yak siswa yang tuntas belajar untuk
Katiasri : Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Learning) Pada Materi Peluang Kejadian Sederhana Di Kelas IX SMP Negeri 3 Tulungagung ,Desember 2014
83
siswa-siswa yang mendapatkan pem-
atau hipotesis penelitian (research
belajaran dengan model pembelajaran
hypothesis). Ha adalah lawan atau
berdasarkan masalah secara kelompok
tandingan dari H0. Pengujian H0 dan
(kelas eksperimen) adalah 87,1%, hal
Ha memerlukan hipotesis statistik.
ini menunjukkan siswa-siswa yang
Hipotesis statistik adalah pernyataan
mendapatkan
khusus
pembelajaran
dengan
mengenai
populasi
atau
model pembelajaran berdasarkan ma-
sampel. Selanjutnya hipotesis statistik
salah secara kelompok tuntas secara
inilah yang diuji. Sesuai dengan
klasikal. Sedangkan persentase banyak
keputusan yang akan diambil sebagai
siswa yang tuntas belajar untuk siswa-
hasil dari penemuan penelitian, maka
siswa yang mendapatkan pembelajaran
uji hipotesis penelitian ini mengguna-
dengan model pembelajaran berdasar-
kan uji hipotesis satu sisi (one-side
kan masalah secara klasikal (kelas ke-
atau one –tailed test) untuk sisi atas
las kontrol) adalah 67,7%, hal ini
(upper tailed) dan taraf signifikansi
menunjukkan siswa-siswa yang men-
.
dapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berdasarkan masalah secara klasikal tidak tuntas secara klasikal.
adalah: H0 : rata-rata skor hasil belajar siswa kelas eksperimen
Menurut 121),
Hipotesis dalam penelitian ini
Usman
(2003:119-
skor hasil belajar siswa kelas
ialah
pernyataan
kontrol
hipotesis
sementara
rata-rata
yang
perlu
diuji
Ha : rata-rata skor hasil belajar siswa
kebenaranya. Pengujian hipotesis akan
kelas eksperimen
membawa kepada kesimpulan untuk
skor hasil belajar siswa kelas
menolak atau menerima hipotesis.
kontrol
rata-rata
Dengan demikian kita dihadapkan
Hipotesis statistiknya adalah:
pada dua pilihan. Agar pemilihan lebih
H0 :
terinci, maka diperlukan hipotesis
Ha :
alternatif
yang
disingkat
Ha
dan
hipotesis nol (null) yang disingkat H0.
Dalam
pengujian
hipotesis,
kriteria untuk menolak atau tidak
Ha disebut juga sebagai hipotesis kerja Endro Purwanto: Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Pembelajaran Problem Creating Materi Perbandingan Siswa Kelas Vii Smp Negeri 3 Tulungagung, April 2015
84
menolak Ho berdasarkan P-value seba-
varance sama besar (equal vari-
gai berikut:
ances assumed) terpenuhi, maka
Jika P-value
, maka Ho ditolak
digunakan uji-t dua sampel independen
dengan Jika P-value
, maka Ho tidak dapat
dengan
asumsi
kedua
varance sama besar (equal variances assumed) untuk hipotesis
ditolak dengan
H0:
dimana: = rata-rata skor hasil belajar siswa
terhadap Ha
, pada Tabel 3 didapat P-value (2-tailed) = 0,055. Karena peneliti
kelas eksperimen = rata-rata skor hasil belajar siswa
melakuakan uji hipotesis satu sisi (one tailed) Ha
kelas kontrol. Uji-t dua sampel independen: a) Uji hipotesis Levene’s Test untuk
, maka
nilai P-value (2-tailed) harus dibagi dua menjadi
= 0,0275.
mengetahui apakah asumsi kedua
Karena P-value = 0,0275 lebih
variance sama besar terpenuhi
kecil dari
atau tidak terpenuhi dengan hipotesis: H0 :
maka H0: ditolak
dengan
=
terhadap Ha :
konsekuensi Ha diterima. Artinya
dimana
= variance
rata-rata skor siswa-siswa yang
= variance group2.
diberi perlakuan dengan model
group1 dan
Dari hasil Levene’s Test
pada
pembelajaran
berdasarkan
ma-
kelompok
lebih
Tabel 3 didapat p-value = 0,275
salah
lebih besar dari
= 0,05 sehingga
tinggi dibandingkan rata-rata skor
tidak dapat ditolak.
dari siswa-siswa yang diberi per-
Artinya asumsi kedua varians
lakuan dengan model pembela-
sama besar (equal variances as-
jaran berdasarkan masalah secara
sumed) terpenuhi.Group1 adalah
klasikal.
H0 :
kelas
=
eksperimen,
secara
sedangkan
group2 adalah kelas kontrol. b) Karena hasil Levence’s Test diatas menyatakan bahwa asumsi kedua Katiasri : Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Learning) Pada Materi Peluang Kejadian Sederhana Di Kelas IX SMP Negeri 3 Tulungagung ,Desember 2014
85
semakin
PEMBAHASAN
besar,
efektiflah Hasil
pembelajaran
sangat
yang
dipilih
dan
digunakan. Semakin tepat metode yang dipilih
dan
digunakan
untuk
pembelajaran akan semakin efektif
semakin
pembelajaran
(Hastari,
2008).
dipengaruhi oleh ketepatan metode pembelajaran
sehingga
Penentuan tingkat keefektifan pembelajaran
bergantung
pada
penguasaan tujuan pembelajaran tertentu. Pencapaian tingkat penguasaan tujuan pembelajaran biasanya disebut ketuntasan
pencapaian tujuan pembelajaran yang
belajar
ditetapkan (Fuad, 2012).
indikator keefektifan pembelajaran (Slavin,
Pada dikatakan
dasarnya efektif
pembelajaran
pembelajaran jika
tercapai.
merupakan
salah
satu
1994).
tujuan Menurut
yang
Beberapa model pembelajaran diharapkan
mampu
pandangan konstruktivis, tujuan akan
permasalahan
dalam
tercapai jika siswa aktif membangun
matematika. Salah satu diantaranya
pengetahuannya dalam pembelajaran.
adalah
Dengan demikian keefektifan juga
berdasarkan
dipengaruhi oleh aktifitas. Siswa tidak
pembelajaran
hanya
guru dituntut untuk mendorong siswa
secara
pengetahuan
pasif
yang
menerima
diberikan
guru.
belajar
mengatasi pembelajaran
model
pembelajaran
masalah.
Pada
berdasarkan
secara
aktif
meningkatkan
meningkatan pemahaman dan daya
memahami
serap
matematika,
sehingga
meningkatkan
hasil
siswa
meningkatkan
saja
tetapi
ketrampilan
juga berpikir
siswa. Semakin aktif siswa maka
masalah
dan
Hasil pembelajaran ini tidak hanya
kemampuan suatu
model
konsep
dapat dalam dalam dapat
belajarnya
(Tresnaningsih, 2010).
ketercapaian ketuntasan pembelajaran Endro Purwanto: Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Pembelajaran Problem Creating Materi Perbandingan Siswa Kelas Vii Smp Negeri 3 Tulungagung, April 2015
86
Pada pembelajaran berdasarkan masalah
secara
kegiatan
secara klasikal siswa-siswa yang men-
pembelajaran masih didominasi oleh
dapat pembelajaran berdasarkan ma-
guru
salah secara kelompok adalah 87,1%.
(teacher
klasikal,
Tulungagung, dan 2) ketuntasan belajar
centered),
sehingga
dalam pembelajaran siswa kurang aktif.
Hal
Berbeda
pembelajaran
penerapan model pembelajaran ber-
berdasarkan masalah secara kelompok,
dasarkan masalah secara kelompok
kegiatan pembelajaran berpusat pada
membantu
siswa
belajar, artinya pembelajaran berdasar-
dengan
(student
centered),
serta
tersebut
menunjukkan
mencapai
bahwa
ketuntasan
menuntut siswa lebih aktif. Siswa
kan masalah secara kelompok
dilibatkan
diterapkan di kelas IX.1 SMP Negeri 3
secara
penyelidikan
langsung
dan
dalam
menemukan
penyelesaian masalah.
Tulungagung pada materi
Saran ini
penerapan
dapat
pembelajaran
berdasarkan masalah secara kelompok dan pembelajaran berdasarkan masalah secara klasikal didapat P-value = 0,0275 lebih kecil dari
ditujukan
kepada
beberapa pihak: 1) bagi sekolah, perlu
menyimpulkan: 1) hasil analisis data atara
peluang
kejadian sederhana.
KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian
efektif
, maka
dikembangkan dan diterapkan model pembelajaran keaktifan
yang
siswa,
pembelajaran
melibatkan
misalnya
berdasarkan
model masalah
sehingga dapat memacu siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, serta hasil belajar siswa menjadi lebih
H0 ditolak dengan konsekuensi Ha
baik,
diterima, artinya rata-rata skor hasil
pembelajaran
belajar
hendaknya mengkomunikasikan secara
siswa
pembelajaran
yang
berdasarkan
mengikuti masalah
jelas
2) bagi guru, pada permulaan berdasarkan
tujuan
masalah,
pembelajaran,
secara kelompok lebih tinggi dibanding
menumbuhkan sikap positif terhadap
dengan rata-rata skor hasil belajar
pelajaran, dan mendeskripsikan apa
siswa yang mengikuti pembelajaran
yang
berdasarkan masalah secara klasikal
pembelajaran. Bagi siswa yang belum
pada
kejadian
pernah terlibat dalam pembelajaran
sederhana di kelas IX SMP Negeri 3
berdasarkan masalah sebelumnya, guru
materi
peluang
dilakukan
siswa
Katiasri : Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Learning) Pada Materi Peluang Kejadian Sederhana Di Kelas IX SMP Negeri 3 Tulungagung ,Desember 2014
dalam
87
harus menjelaskan proses-proses dan
dimaksudkan agar kegiatan belajar
prosedur-prosedur model pembelajaran
siswa
ini
kelompok berjalan lancar.
agak
rinci.
Hal
tersebut
secara
mandiri
ataupun
DAFTAR RUJUKAN Arends, R.I. 2008. Learning to Teach.Terjemahan Soetjipto Helly Prajitno, Soetjipto Sri Mulyantini.2008. Bandung. Pustaka Pelajar.
Al Qur’an). Jurnal Penelitian Pendidikan, 22 (1): 22-30. Hastari,
R.C. 2008. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (ProblemBased Instruction) untk materi segi empat di kelas VII SMPN 33 Surabaya. Tesis : Tidak dipublikasikan.
Ibrahim,
M. 2005. Berdasarkan University Press.
Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Budiyono.2003. Metode Penelitian Pembelajaran Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.2004. Pedoman Pembelajaran Tuntas. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.20052. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI no 23 th 2006,tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan ,Pendidikan Dasar Dan Menengah. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Pembelajaran Masalah.Unesa
Slavin, R.E. 1994. Educational Psycholog The Into Practice Fourth Edition. Boston: Allyn and Bacon Publishers. Usman Husaini. 2003. Pengantar Statistika. Jakarta. Bumi Aksara. Tresnaningsih. 2010. Eksperimentasi Pembelajaran Berbasis Masalah dan Diskusi kelas Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX ditinjau dari IQ Siswa Pada Materi Logika Matematika SMA Negeri Kabupaten Magetan Tahun Ajaran 2009/2010, (Online), (http.Frisqi.blog.com.jurnalrizqi.pdf), diakses 12 Pebruari 2013. Uyanto.S.S.2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. yogyakarta. Graha Ilmu.
Fuad, J.A. 2012. Pengaruh Metode Qiraati terhadap Prestasi Pebelajar (Studi Eksperimen pada Metode Membaca Endro Purwanto: Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Pembelajaran Problem Creating Materi Perbandingan Siswa Kelas Vii Smp Negeri 3 Tulungagung, April 2015
88