Grahatani Vol. 01 (3): 25-34, September 2015
ISSN-2442-9783
Pematahan Dormansi Secara Fisik, Kimia, dan Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Benih Kemiri (Aleurites moluccana willd) Intan Simamora1, Ratna Mauli Lubis2, dan Mahyuni Khairiyah Harahap2 1
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Graha Nusantara 2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Graha Nusantara Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pematahan Dormansi secara Fisik, Kimia dan Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Benih Kemiri, yang dilaksanakan bulan Januari sampai April 2014 di Lahan Fakultas Pertanian Universitas Graha Nusanta Padangsidimpun. Metode penelitian ini Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 ulangan. Terdiri dari 2 faktor yaitu: pematahan dormansi benih kemiri, terdiri dari 4 taraf yaitu; dikikir, dibakar, KNO3 dan air batrai. Buah kemiri dalam penyimpanan terdiri dari 4 taraf yaitu; 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan, data hasil penelitian diolah dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan’t. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pematahan dormansi benih kemiri memberikan pengaruh nyata terhadap umur berkecambah (hari), tinggi tanaman (cm), panjang akar (cm), jumlah daun dan persentase perkecambahan (%). Lama penyimpanan benih tidak berpengaruh terhadap semua parameter pengamatan. Tidak ada interaksi antara lama penyimpana dengan perlakuan pematahan dormansi, kecuali pada parameter panjang akar dan umur munculnya kecambah. Perlakuan dikikir memberikan hasil lebih baik dibandingkan perlakuan pematahan dormansi lainnya. (Kata Kunci: Benih Kemiri, Dormansi, Lama Penyimpanan) ABSTRACT The aims of this study is to determine Dormancy Fracture in Physical, Chemical and The Effect of Storage Perioed on Seed of Candlenut. This research conducted from January to April 2014 in the Land of the Agriculture Faculty, Graha Nusantara University Padangsidimpun. The method of this research used factorial randomized block design with 2 replication. Consists of two factors, namely dormancy fracture of hazelnut seed that consists of 4 level, namely; filed ,bBurned , KNO3 and batrai water. The candlenut istorage in 4 level, namely; 1 week, 2 weeks, 3 weeks and 4 weeks. To determine the effect of each treatment, research data was processed and followed by multiple range Duncan't test. The results showed fracture dormancy of hazelnut seed dormancy had significant effect on germination age (days), plant height (cm), root length (c) , number of leaves and germination percentage (% ). The storage periode of seed had no effect on all parameters of observation. There was no interaction between the storage periode with dormancy fracture treatments, except in the length parameter roots and age emergence of sprout.. Filed treatment gave better results than other dormancy fracture treatments . (Key words : Candlenut seed, Dormanc fracture , Storage periode)
25
Intan Simamora et al.
Pematangan Dormansi Secara Fisik, Kimia
Pendahuluan Kemiri (Aleurites sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang potensial untuk dikembangkan. Hal itu disebabkan pasar kemiri yang semakin terbuka sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan konsumsi kemiri, baik di dalam maupun di luar negeri. Selain itu tanaman kemiri dapat tumbuh di semua areal. Ditinjau dari segi teknis budidaya, tanaman kemiri tidak hanya berguna sebagai tanaman industri saja, tetapi juga sebagai tanaman reboisasi untuk mencegah erosi dan mengatur tata air. Selain itu, tanaman ini juga dapat menjadi tanaman pioner di lahanlahan kritis dan lahan marginal karena dapat menekan pertumbuhan alang-alang. Dilihat dayaguna tanaman kemiri tersebut, dapat dipastikan bahwa tanaman kemiri sangat berpeluang untuk dikembangkan. Mengembangkan tanaman yang bernilai ekonomi cukup tinggi, diharapkan pendapatan petani di pedesaan dapat ditingkatkan, Salah satunya dengan cara mengembangkan tanaman kemiri. Masalah utama dalam perbenihan kemiri adalah faktor dormansi fisik pada benih, dormansi tersebut disebabkan oleh tebal dan kerasnya kulit benih, sehingga penyerapan air kedalam embrio terhambat dan akibatnya menghambat pertumbuhan dan perkembangan embrio juga, embrio yang berkembang sulit memecahkan tempurung untuk memunculkan kecambah. Oleh karena itu, tanpa adanya perlakuan tertentu terhadap kulit benih, benih sulit berkecambah dalam waktu 4-6 bulan. Dalam waktu yang lama tersebut lembaga atau benih dapat mengalami kerusakan mekanis, fisiologis ataupun biologis sehingga daya kecambah benih menjadi sangat rendah, hanya mencapai 50-60% saja (Paimin, 1994). Pematahan dormansi benih merupakan kegiatan penting untuk meningkatkan keberhasilan persemaian dalam rangka menyediakan bibit siap tanam dengan mutu dan jumlah yang memadai. Dari uraiaan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pematahan dormansi benih kemiri secara fisik dan kimia.
Metodologi Penelitian Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Praktek Fakultas Pertanian Universitas Graha Nusantara Padangsidimpuan yang berlokasi di Tor Simarsayang. yang dilaksanakan pada Tanggal 19 Januari 2014 sampai dengan Tanggal 23 April 2014.
26
Grahatani Vol. 01 (3): 25-34, September 2015
ISSN-2442-9783
Materi penelitian Penelitian ini menggunakan 150 benih kemiri yang diambil di Desa Pakkal Dolok Lama, Kecamatan Batang Onang Kabupaten Padang Lawas Utara, yaitu dengan memilih buah kemiri yang masih segar dengan ukuran yang lebih besar dan seragam. Pemanenan buah kemiri dilakukan sekali dalam seminggu dan diberi lebel waktu pengambilan. Penyimpanan Buah yang dipanen diberi label kemudian disimpan didalam ruangan pada suhu kamar (± 25-27°C) sesuai dengan perlakuan yang sudah ditetapkan. Seleksi Benih Benih kemiri yang akan di jadikan benih harus berasal dari buah yang telah masak (kulit buahnya sudah berwarna coklat dan jatuh sendiri dari pohon, kira-kira 1-8 hari). Pengumpulanbenih dilakukan pada akhir musim berbuah, yaitu dengan memilih benih yang lebih besar dengan berat 80-90 butir/Kg dan sehat. Masukkan benih ke dalam air, apabila tenggelam maka benih tersebut baik dan bila terapung maka benih rusak. Aplikasi Perlakuan 1. Benih yang sudah diseleksi, disimpan sesuai dengan perlakuan yang sudah di tentukan. Dan disimpan pada suhu kamar. 2. Perlakuan secara fisik pada benih kemiri -
Kulit benih di kikir bagian micropyl dan bagian bawahnya sampai terlihat selaput putih yang membungkus bagian buah. Setelah pengkikiran selesai baru benih disemaikan dalam bak perkecambahan.
-
Pembakaran
Pembakaran dilakukan dengan menggali tanah sedalam 10-15 cm. Kemudian, benih dimasukkan kedalamnya dan ditutup dengan pasir. Diatas lubang tersebut dibuat apiunggun untuk membakar pasir secara merata dan setelah 30 menit benih dibongkar. Dalam keadaan panas, benih disiram dengan air agar tempurungnya retak. 1. Perlakuan secara kimia - Larutan KNO3 0.2 % (2 gram/ liter air) Sebelum disemai, benih dimasukkan kedalam ember plastik kemudian disiram dengan larutan KNO3hingga seluruh benih terendam dalam larutanselama 30 menit. Setelah itu, benih diangkat lalu dicuci sampai bersih kemudian ditanam. - Air Batre dengan pH 1,3 100 ml/ liter air
27
Intan Simamora et al.
Pematangan Dormansi Secara Fisik, Kimia
Sebelum disemai, benih dimasukkan kedalam ember plastik kemudian disiram dengan larutan air batre yang sudah dicampur dengan air hingga seluruh benih terendam dalam larutan. Perendaman dilakukan selama 15 menit. Setelah itu, benih diangkat lalu dicuci sampai bersih kemudian ditanam. Penanaman benih dilakukan sedalam 2-4 cm, dengan posisi benih agak miring dengan bagian yang runcing menghadap keatas agar pertumbuhan dan perkembangan akar sempurna. Pemeliharaan di lakukan dengan cara penyiraman 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari, sesuai dengan kondisi dilapangan. Benih yang baik akan mulai berkecambah pada umur 22-30 hari.
Rancangan penelitian Rancangan percobaan yang di lakukan adalah rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor dan 2 ulangan, yang di kodekan seperti simbol-simbol berikut: 1.
Pematahan dormansi (D) terdiri dari 4 taraf yaitu: - D1
: Dikikir
- D2
: Pembakaran
- D3
: Perendaman dengan larutan KNO3
- D4
: Perendaman dengan air batrai denganpH 1,3
2.
Penyimpanan (L) terdiri dari 4 taraf yaitu: -
L1
: Penyimpanan selama 4 minggu setelah panen
-
L2
: Penyimpanan selama 3 minggu setelah panen
-
L3
: Penyimpanan selama 2 minggu setelah panen
-
L4
: Penyimpanan selama 1 minggu setelah panen
Sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan sebagai berikut : D1 L1
D2 L1
D3 L1
D4 L1
D1 L2
D2 L2
D3 L2
D4 L2
D1 L3
D2 L3
D3 L3
D4 L3
D1 L4
D2 L4
D3 L4
D4 L4
Jumlah ulangan diperoleh dengan rumus sebagai berikut: ( tc – 1) ( n – 1) ≥ 15 (4.4 – 1) ( n – 1 ) ≥ 15
28
Grahatani Vol. 01 (3): 25-34, September 2015
ISSN-2442-9783
(16 – 1 ) ( n – 1 ) ≥ 15 15
( n – 1 ) ≥ 15
15 n - 15 ≥ 15 15 n ≥ 15 + 15 15 n ≥ 30 n ≥ 30/15 n ≥ 2.
n = 2 ulangan
Jumlah bak perkecambahan = 16 (kombinasi perlakuan) x 2 (ulangan) = 32 bak Jumlah benih / perlakuan
= 9 benih
Jumlah benih seluruhnya
= 9 x 32 = 288benih
Jumlah sampel / perlakuan
= 5benih
Jumlah sampel seluruhnya
= 5 x 32 = 150benih
Analisis data Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis variansi berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 2 x 2 untuk mengetahuai adanya pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati. Model matimatika yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yijk
= µ + Ai + Bj + Abij + ∑ijk
Yijk
: nilai pengamatan pada perlakuan lama penyimpanan ke i, pematahan dormansi ke j dan taraf ke-k
µ
: Galat percobaan
Ai
: pengaruh perlakuan lama penyimpanan pada taraf ke-i
Bj
: pengaruh pematahan dormansi pada taraf ke-j
Abij
: Interaksi pengaruh perlakuan lama penyimpanan pada taraf ke- i dan pematahan dormansi pada taraf ke- j
∑ijk
: Jumlah pengamatan perlakuan, lama penyimpanan ke-i,
pematahan
dormansi ke-j pada tarap ke-k Dimana
i : lama penyimpanan j : pematahan dormansi k : ulangan
29
Intan Simamora et al.
Pematangan Dormansi Secara Fisik, Kimia
Data dianalisis dengan menggunakan analysis of variance (ANOVA). Apabila hasil analisis terdapat hasil yang berpengaruh terhadap perlakuan maka dilanjutkan dengan pembandingan secara Duncan’t Multiple Range Test (DMRT). (Steel dan Torrie, 1989).
Hasil dan Pembahasan Tabel 1. Rata-rata umur perkecambahan (hari) pada pematahan dormansi secara fisik, kimia dan pengaruh lama penyimpanan terhadap benih kemiri Perlakuan L1 L2 D1 50,50 c 33,00 c D2 69,50 a 0,00 d D3 55,50 c 67,50 b D4 58,50 bc 75,00 a Rataan 58,50 44,13 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf
L3 L4 Rataan 37,00 b 40,00 c 40,38c 59,50 a 34,00 d 40,50 bc 0,00 c 75,50 a 49,13ab 59,00 a 67,00 b 64,88a 38,88 53,38 yang tidak sama pada kolom menunjukkan
sangat berbedanyata. dan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada (ᾱ = 0,05) pada uji Duncan.
Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman (cm) pada pematahan dormansi secara fisik, kimia dan pengaruh lama penyimpanan terhadap benih kemiri Perlakuan
L1
L2
L3
L4
Rataan
D1 30,37 26,62 33,00 35,00 D2 15,95 0,00 25,37 11,50 D3 25,60 23,58 0,00 18,55 D4 29,00 19,25 28,50 15,50 Rataan 25,23 17,37 21,72 20,13 Keteranga : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom sangat berbeda nyata. dan huruf yang sama menunjukkan
tidak
31,25a 13,21c 16,93bc 23,06ab menunjukkan
berbeda nyata pada (ᾱ
= 0,05) pada uji Duncan
Tabel 3. Rata-rata panjang akar (cm) pada pematahan dormansi secara fisik, kimia dan pengaruh lama penyimpanan terhadap benih kemiri Perlakuan D1 D2 D3 D4 Rataan
30
L1 18,25 a 10,85 b 18,33 a 18,00 a 16,36
L2 18,37 a 0,00 c 16,83 b 15,91 b 12,78
L3 16,25 b 17,00 b 0,00 c 20,50 a 13,43
L4 22,50 a 8,00 d 13,75 b 10,00 c 13,56
Rataan 18,84a 8,96c 12,23bc 16,10 ab
Grahatani Vol. 01 (3): 25-34, September 2015
ISSN-2442-9783
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom menunjukkan sangat berbeda nyata. Dan huruf yang sama menunjukkan
tidak
berbeda nyata (ᾱ
=
0,05) pada uji Duncan
Tabel 4. Rata-rata jumlah daun pada pematahan dormansi secara fisik,
kimia dan
pengaruh lama penyimpanan terhadap benih kemiri Perlakuan
L1
L2
L3
L4
Rataan
D1 5,00 7,00 6,00 7,00 6,25a D2 2,50 0,00 4,50 2,00 2,25 c D3 6,00 5,00 0,00 3,50 3,62bc D4 5,50 5,00 5,50 2,50 4,62 ab Rataan 4,75 4,25 4,00 3,75 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom menunjukkan sangat berbeda nyata. Dan huruf yang sama menunjukkan
tidak
berbeda nyata (ᾱ
=
0,05) pada uji Duncan
Tabel 5. Rata-rata daya kecambah (%) pada pematahan dormansi scara Fisik, Kimia dan pengaruh lama penyimpanan terhadap benih kemiri Perlakuan
L1
L2
L3
L4
D1 33,33 44,45 44,44 44,44 D2 38,89 0,00 27,78 11,11 D3 44,45 50,00 0,00 38,89 D4 22,22 27,78 11,11 11,11 Rataan 34,72 30,56 20,83 26,39 Keerangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom sangat berbeda nyata. Dan huruf yang sama menunjukkantidak
Rataan 41,66 a 19,44 bc 33,33 ab 18,05 c menunjukkan
berbeda nyata (ᾱ
=
0,05)
pada uji Duncan
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan D1 (dikikir),D2 (dibakar),D3 (direndam dengan KNO3) dan D4 (direndam dengan air batrai denganpH 1,3) memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter yaitu umur berkecambah (hari), tinggi tanaman (cm), panjang akar (cm), jumlah daun dan persentase perkecambahan %. Di mana umur berkecambah paling cepat terdapat pada perlakuan D1 (dikikir), begitu juga pada parameter tinggitanaman, tanaman paling tinggi terdapat pada perlakuan D1(dikikir), parameter panjang akar, akar paling panjang terdapat pada perlakuan D1(dikikir), paramrter jumlah daun, jumlah daun paling banyak terdapat pada
31
Intan Simamora et al.
Pematangan Dormansi Secara Fisik, Kimia
perlakuan D1 (dikikir), dan parameter persentase perkecambahan, terdapat pada perlakuan D1 (dikikir) pula. Sedangkan umur berkecambah paling lambat terdapat pada perlakuan D4 (diendan dengan air batrai dengan pH 1,3). ini disebabkan karena benih yang ditanam dengan perlakuan D1 (dikikir) berkecambah lebih awal dari pada perlakuan D2 (dibakar), D3 (direndam dengan KNO3) dan D4 (direndam dengan air batrai dengan pH 1,3). Hal ini disebabkan karena adanya perlakuan secara fisik yaitu dikikir, yang tujuannya untuk menipiskan tempurung benih sehingga air mudah masuk kedalam benih dan cepat berkecambah. Begitu juga dengan perlakuan dibakar untuk meretakkan kulit benih supaya mudah dimasuki air dan cepat berkecambah.Akan tetapi, jika pembakaran dilakukan dengan waktu yang lama akan mengakibatkan benih matang dan tidak bisa berkecambah lagi. Sedangkan menurut Sachmidt (2002) perlakuan mekanis (skaripikasi) pada kulit benih dilakukan dengan cara penusukan, penggoresan, pemecahan, pengkikiran atau pembakaran. Dengan bantuan pisau, jarum, kikir, kertas gosok atau lainnya adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi dormansi secara fisik, karna setiap benih ditangani dengan manual, dapat diberikan perlakuan individu sesuai dengan ketebalan kulit benih. Pada hakekatnya semua benih dibuat permeabel dengan resiko keruskan yang kecil, asal daerah radikel tidak rusak. Namun demikian,umur perkecambahan perlakuan D2 (dibakar) hampir sama dengan D1 (dikikir) dibandingkan D3 (direndam dengan KNO3) dan D4 (direndam dengan air batrai denganpH 1,3). Sedangkan pada parameter tinggi tanaman, perlakuan D4 (direndam dengan air batrai dengan pH 1,3) lebih tinggi dibandingkan pada perlakuanD3 (direndam dengan KNO3) dan D2 (dibakar). Data yang sama juga terjadi pada parameter panjang akar, perlakuan D4 (direndam dengan air batrai denganpH 1,3) memiliki panjang akar yang lebih panjang dibandingkan pada perlakuanD3 (direndam dengan KNO3) dan D2 (dibakar). Begitu juga terdpat pada parameter jumlah daun, perlakuan D4 (direndam dengan air batrai denganpH 1,3) memiliki jumlah daun paling banyak dibandingkan dengan perlakuan D3 (direndam dengan KNO3) dan D2 (dibakar). Dan parameter persentase perkecambahan paling banyak terdapat pada perlakuan D1 (dikikir) yang kedua terdapat pada perlakuan D3 (direndam dengan KNO3)
dan yang
ketiga terdapat pada perlakuan D2 (dibakar), dan yang paling sedikit terdapat pada perlakuan D4 (direndam dengan air batrai dengan pH 1,3).
32
Grahatani Vol. 01 (3): 25-34, September 2015
ISSN-2442-9783
Hal ini disebabkan karena dosis KNO3yang digunakan terlalu sedikit dan tidak murni, sehingga ada data yang nol karena tidak berkecambah. begitu juga pada perlakuan dibakar, pembakaran yang dilakukan menggunakan kayu bakar, tidak bisadisama ratakan apinya, sehingga pada perlakuan D2L2 dan D2L4 datanya nolkarena apinya terlalu besar sehingga menghasilkan panas pada benih, maka terjadi pengurangan makanan didalam benih yang akhirnya akan menurunkan daya kecambah bahkan tidak dapat berkecambah. Begitu juga pada perlakuan perendaman dengan air batrai terdapat angka nol, karena kandungan H2SO4yang ada didalam air batrai tidak begitu berpengaruh terhadap pematahan dormansi benih kemiri. Sedangkan menurut Akhirudin (2007), menyatakan bahwa perendaman bertujuan agar cadangan makanan dalam endosperem dapat dicerna setelah benih menyerap air, air juga sebagai alat trasport larutan makanan dari endosperem atau kotiledon ketitik tumbuh pada proses emberio, didaerah mana diperlukan untuk membentuk protoplasma baru. Menurut Sutopo (1998), perendaman dengan bahan kimia dilakukuan untuk memecahkan dormasi benih, bertujuan untuk menjadikan kulit benih agar lebih mudah masuk pada saat proses imbibisi. Berbagai perlakuan penyimpanan terhadap benih kemiri tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter pengamatan yaitu : umur perkecambahan (hari), tinggi tanaman (cm), panjang akar (cm), jumlah daun dan persentase perkecambahan (%). Hal ini disebabkan karena penyimpanan benih kemiri di ruangan terbuka dan suhu yang tidak teratur. Selama penyimpanan benih akan mengalami kemunduran baik morfologi dan fisiologi, dengan berlangsungnya proses respirasi benih menghasilkan panas, air dan karbondioksidamaka akan terjadi pengurangan zat makanan didalam benih yang akhirnya akan menurunkan daya kecambah dan laju kecepatan kecambah (Sadjad, 1992). Sedangkan menurut Oren. L. dkk, (1990), Pada suatu kelompok benih, proses kehidupan individu benihnya tidak berlangsug dengan laju yang sama antara yang satu dengan yang lainnya. Kalau benih disimpan pada berbagai keadaan, proses kehidupan benih berahir pada waktu yang tidak sama. Menurut Pengampu, (2009), Benih yang akan disimpan harus memiliki kadar air yang optimal untuk dapat disimpan lama, tanpa mengalami penurunan viabilitas benih. Pada benih-benih ortodoks, umumnya pada saat panen kadar air masih cukup tinggi yaitu
33
Intan Simamora et al.
Pematangan Dormansi Secara Fisik, Kimia
sekitar 16 – 25 %. Oleh karena itu kadar air tersebut harus diturunkan untuk mempertahankan viabilitas benih tetap tinggi selama penyimpanan. Menurut Sutopo, (1998), Seiring didapati bahwa walaupun embrio telah terbentuk sepurna dan kondisi lingkungan yang memungkinkan, namun benih tetap gagal berkecambah, benih-benih yang demikin ternyata memerlukan jangka waktu simpan tertentu agar benih dapat berkecambah.
Kesimpulan dan Saran Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: pematahan dormansi benih kemiri memberikan pengaruh nyata terhadap umur
berkecambah (hari), tinggi
tanaman (cm), panjang akar (cm), jumlah daun dan persentase
perkecambahan
(%),
lama penyimpanan benih kemiri tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan, ada interaksi antara pematahan dormansi dan lama penyimpananbenih kemiri terhadap parameter umur berkecambah (hari) dan panjang akar (cm), dan perlakuan dikikir memberikan hasil lebih baik dibandingkan perlakuan pematahan dormansi lainnya. Dianjurkan bila ingin menanam benih kemiri, agar memakai perlakuandikikir dan menggunakan alat pengkikir benih. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pematahan dormansi secara fisik, dengan cara dikikir pada benih lain yang memiliki kulit yang keras.
Daftar Pustaka Akhiruddin, 2007. Pengaruh Lamanya perendaman dan Letak Benih Pads Bagian Tongkol Terhadap Viabilitas Benih Jagung (Zea mays L). Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih. Takengon. 44 Hal. Oren. L. dkk 1990. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih Rajawali Jakarta 446 Hal. Paimin, 1994. Budidaya dan Prospek Bisnis Kemiri (Aleurite moluccana willd) Jakarta. Pengampu. T. 2009. Bahan Belajar dan Tehnologi Benih Program Hibah Penulisan Buku Ajar. Universitas Hasanuddin. Makasar.174 Hal. Sachmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis (Terjemahkan) Dr. Mohammad Na’iem dkk, Bandung. Sadjad, S. 1992. Dari Benih Kepada Benih. PT. Gramedia Widiarsana Indonesia. Jakarta Steel, R. G. D. Dan J. H. Torrie. 1989. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik. PT Gramedia, Jakarta. Sutopo. L. 1998. Tehnologi Benih. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Rajawali, Jakarta. 223 Hal. 34