Prosidil!g Seminar IImiah Hasil Penelitian Aplikasi Isotop dan Radiasi
PEMANFAATAN TEKNIK PASTEURISASIIRADIASI GAMMA MENGHASILKAN PRODUK KESEHATAN OARI TANAMAN JENfS ZINGIBERACEAE
Nikham,
Rahayu Chosdu,
Ermin Katrin
Taty Erlinda
UNTUK OBAT
H, Dien Puji Rahayu,
Basjil- dan Susanto
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi- BAT AN JI. Lebak Bulus Raya 1'10.49, Pasar Jumat, Jakarta Selatan Telp.021-7690709; Fax: 021-7691607
ABSTRAK PEMANFAATAN TEKNIK PASTEURlSASI IRADlASI GAMMA UNTUK MENGHASILKAN PRODUK KESEHATAN DARt TANAMAN OBAT JENIS ZINGIBERACEAE. Penggunaan obat herbal terstandarlfitofarmaka di Indonesia terus meningkat, ditandai dengan bertambah banyaknya industri jamuifarmasi yang memproduksi obat yang dibuat dari bah<:nalam sebagai bahan baku. Ma!>alahyang dihadapi oleh industri yang menggunakan bahan alam sebagai bahan baku adalah kerusakan selama penyimpanan karena tercemar mikroba dan serangan serangga. Radiasi gamma dapat digunakan untuk teknik pasteurisasi, namun bit,,- ditinjau dari aspek kandungan kimia dari b"-~an yang diiradiasi belum tentu menguntungkan. Oengan demikian perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui upakah simplisia temuputih pasteurisasi radiasi masih mempunyai khasiat yang diinginkan sebagai hepatoprotektor, antikanker dan antibakteri. Rimpang temuputih dicuci, dirajang tipis kemudian dikeringkan pada suhu 60°C dalam oven selama 10 jam dan selanjutnya dikemas dalam plastik polietilen, lalu diiradiasi pada dosis 0; 5; 7,5 dan 10 kGy dengan kecepatan dosis 8 kGy/jam. Setelah diiradiasi dibuat serbuk, dimaserasi dan diekstraksi dengan pelarut etanol dengan cara perkolasi. Parameter yang diamati ada!ah penapisan titokimia dan pcrsyarat'\II simplisia baik tanpa m3upun ya!lg di!rad!Jsi. Ekstrnk temuputih baik tanpa p.u!upun Y&I:g diiradiasi juga diuji khasiatnya se-t>agaihcpatoprot;:ktor p:;da tikus, antikanker tcrhadap pertumbu!lar. se! leukemia Llno d(!n diuji c:i;:yaantibakteri terhadap bakkri patogen S. t)'phi dan E. cali. Uji daya :1l1iibakteri ekslrak temuputih lerhadap bakteri teisebut dilakukan dengan met0de difl.si untuk mef!cntukar. zona hamb;lt dan Jilusi untuk menl~ntuk3il konsentrasi hambat minimum (KHM). Ha~i! yang diperoleh menunjukkan bahwa iradi?.5! gamrr.:1sampai dosis 10 kGy tidak mengubah senyawa titokimia simplis:a temuputih seperti alkaloid, saponin, tannin, fenoiik, flavonoid, tdterfenoid, stcroid dan glikosida, serta persyaratail simplisia memenuhi MMI. Uji ekstrak dari simplisia tcmuputih yang diiradiasi pada dosis 10 kGy masih menunjukkan aktivitasnya sebagai hepatoprotektor. Analisis statitik indeks organ hati menggunakan St:Jdent t-test dan ANOYA menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok uji 0, 5, 10 kGy dan pembanding (C'ursil®) dengan kelompok kontrol (p<0,05). Aktivitas sitotoksik ekstrak etil aset1\t manpun fraksi 3 tcrhadap pertumbuhan selleukemia Ll210 menunjukkan bahwa pada dosis ;,5 kGy simplisia temu putih masih berpotensi sebagai antikanker. Oosis 7,5 kGy merupakan dosis maksimum untuk tujuan pengaweian rimpang temu putih. Oemikianjuga ekstrak temuputih tanpa dan yang diiradiasi pada dosis 5 dan 10 kGy yang mengalami penyimpanan sampai 3 hulan dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.typhi dan E.coli, masingmasing pada konsentrasi ckstrnk 12,5%, zO\ia hambatnya sekitar 12 mm Sedang konsentrasi hambat minimum pada kondi';i yang sama pada kedua bakteri tersebut sekitar 28%. Kata kunci : Pasteurisasi radiasi. sinal' gamma, temuputih (Curcumae zedoaria (Berg.) Rose.), hepatoprotektor, antikar.ker, antinbakteri, Salmonella thypi, Escheria coli,
PENDAHULUAN Indonesia diperkirakan spesies dukungan macam
adalah
negara
tropis
yang
kaya
dengan
tumbuhan
yang
ada sekitar 30.000 spesies tanaman obat, tetapi yang baru ditemukan
namun
yang
ilmiahnya
dimanfaatkan
untuk
membuat
sediaan
baru sekitar
berkhasiat
obat,
sebanyak
1.000
180 spesies,
itupun
masih sangat sedikit. Pada tahun 2003 teiah terdaftar di BPOM sekitar 9.000
sediaan jamu,
dimana
sekitar 15 % adalah produk impor.
Walaupun
jumlah
produksi
141
Prosiding Semif111rJ1miah Hasi/ Penelitian Aplikasi Isotop dan Radiosi
sediaan
yang
berasal dari bahan baku tanaman obat eukup banyak, dimana sebagian besar secara
empirik juga dapat menyembuhkan
penyakit,
tetapi kalangan masyarakat
kalangan
medis masih bclum dapat menerimanya
penelitian
ilmiah untuk pembuktian
terjadi kegagalan
asli Indonesia
ketidak tersediaan
pemakaiannya
kesehatan
uang di sektor obat tradisional,
Rp 1OO.OOO/tahun untuk membeli obat tradisional per tahun jika diasumsikan
kurangnya
penduduk
data ilmiah, misalnya
standarisasi
data
produk
yang rnerupakan syarat terakhir terhadap penerimaan
dalam sistem pelayanan
sekali perputaran
ini disebabkan
ke atas dan
keamanan, khasiat dan kualitas obat. Masalah lain juga sering
~kspor disebabkan
dan informasi keamanan
[I]. Masalah
menengah
formal. Jika ini bisa terselesaikan misalnya tiap orang Indonesia
obat
maka besar
membelanjakan
maka omzetnya menjadi sekitar 15 trilyun rupiah
Indonesia yang menggunakan
obat tradisional
150 juta jiwa
tentang masalah
tanaman ob,Jt,
[2]. Pemerintah hal ini dapat Keputusan
Indonesia diketahui
sudah eukup besar menaruh perhatian telah dikeluarkan
Undang-Undang,
Peraturan
antikanker,
antioksidan,
Ekstrak
hepatoprotektor,
etanol rimpang
yaitu sel kanker ovarium mckanismc
Ll210
(diarilheptanoid),
Surat
minyak atsiri,
dan Ribosome Inactivating Protein (RIP). Temu putih banyak dimanfaatkan
polisakarida,
antimikroba,
sebagai
dan
manusia [5], kurkurnin
5-lipooksigenase hepatoprotektor
antibakteri
antiradang, dan antitrombotik
temu putih menunJukkan
11lcnghambat enzim prostag!andirI
arakhidonat
temuputih
dan
yang berkaitan dengan tanaman yang berkhasiat obat [3].
Rimpang temu putih telah diketahui terdiri dari kurkuminoid
enzim
Pemerintah
terhadap
aktivitas
menghambat
sebagai
[4].
sel··sel OVCAR-3,
mampu mcnekan
proliferasi
sel kanker mel,tlui
~intetase, biosintesis
ieukotrien,
dan memblok
[6J. Dalam
per:elitian
pada tikus, antikanker pertumbuhan
bakteri
ini dilakukan terhadap
patogen
uji khasiat
pertumbuhan
simplisia
sel leukemia
Salmonella
yaitu
aksi
typhi dan
Escheridhia coli. Tujuan penelitian antibakteri
patogen
adalah untuk mempelajari
pada simplisia
di\.1sulkan ke BPOM KEMENKES
temuputih
aktivitas sebagai hepatoprotektor, yang diiradiasi
sinar gamma.
RI sebagai data base pada dokumen
antikanker
Kcmudian
dan
datanya
Far;.,akop~Llndonesia
Seri
Obat Herbal.
BAHAN DAN METODE
Bahan. Bahan yang diuji ialah temuputih (Curcumae zedoaria (Berg.) Rose.), yang diperoleh dari Balittro Bogor dan telah diidentifikasi digunakan amoksisilin
Bogoriense
ialah Salmonella thypi dan Escheria coli. Sedang dan klorampenikol.
Media yang dipakai
Agar (TSA) dan Thioglycollate broth (TB).
142
di Herbarium
LIPI Bogar. Bakteri
antibiotik
yang digunakan
untuk uji antimikroba
yang adalah
yaitu Tryptone Soya
Prosiding Seminar /lmiah Hasi/ Penelitian Aplikasi lsolop dnn Radiosi
Alat. Perangkat perkolator dipakai untuk perkolasi sam pel temuputih yang sudah dihaluskan. Rotavapor
digunakan
mensterilkan
untuk memekatkan
ekstrak setelah proses perkolasi.
media. Oven dipakai mensterilkan
Otoklaf dipakai untuk
alat gelas. lradiator sinar gamma sebagai alat untuk
iradiasi sam pel.
[radiasi simplisia temuputih. polietilen
masing-masing
menggunakan
Sampel
SOO g dalam
Kimia Simplisia
a. Alkaloid. Ditimbang 9 ml air, dipanaskan
SOO
dikemas
berukuran
dalam
40 x 40
cm,
kantong
plastik
diiradiasi
dengan
endapan.
Temuputih.
mg serbuk simplisia temuputih,
tambahkaTl I ml as am kim'ida dan
diatas tangas air selama 2 men it, didinginkan
filtrat pada kaca arloji, ditambahkan
endapan
kardus
simplisia
sinar gamma 6OCOpada dosis 0; S; 7,S 10 dan 15 kGy dan laju dosis 8 kGy/jam.
PeOlapisan Kandungan
terjadi
berupa
maka
menggumpai
serbuk
Bouchhadat
tidak mengandung
berwarna
BOllchhadat LP terbentuk
2 tetes
Jika dengan
yang Jarut dalam
Meyer
metano\
lalu dikocok
lalu ditambahkan
kuat-kuat,
dibiarkan
Reaksi positif menganuung
iOQ ml air
S ml, ditambahkan
pula I ml asam klorida pekat dan ditambahkan memisah.
terdapat
pcsitif.
dengan
selama 5 men it. kemudian disaring. Filtrat dir.mbil sebanyak
serbuk magnesium
LP terbentuk
endapan berwarna coklat sampai hitam, maka ada kemungkinan
b. Flavonoid. Ditimbang sebanyak I gram serbuk temuputih ditambahkan
tidak
P dan dengan
alkaloid, dari hasil identifikasi temyata kanoungan alkalcid dalam serbuk temuputih
panas dididihkan
3 tetes
LP. Jika pada kedua percobaan
alkaloid.
putih atau kuning
dan disaring. Pindahkan
flavonoid
amil alkoho\ jika tcrdapat
warn a kuning dalam amil alkohol, dari hasil identifikasi ternyata kandungan flavonoid positf. c. Saponin. Ditimbang didihkan
selama
sebanyak
I gram serbuk temuputih ditambahkan
IS men it, kemudian
disaring.
Selanjutnya
10 ml filtrat dimasukkan
tabung reaksi, lalu dikocok secara vertikal selama lO detik kemudian Jika terbentuk identifikasi
busa yang stabi! menunjukkan
dibiarkan
reaksi positif bahwa mengandung
ternyata serbuk temuputih menunjukkan
lOO ml air panas lalu
hasil positifmengandung
selama
ke dalam 10 menit.
saponin, dari hasil saponin.
d. Tanin. Satu gram serb uk temuputih ditambah 100 ml air panas, didihkan selama S menit, kemudian berwarna
disaring.
Filtrat ditambahkan
biru kehitaman
ternyata serb uk temuputih
dengan
atau hijau lembayung menunjukkan
besi (III) klorida menunjukkan
4,S %. Jika terbentuk
reaksi
tanin positif. Dari hasil identifikasi
adanya kandungan tannin.
143
Prosiding Seminar Ilmiah Hasi/ Peilelitian Aplikasi Isotop dan Radiasi
e. Pemeriksaan steroid/triterpenoid.
Sebanyak 5 gram simplisia dimaserasi dalam 20 mL
eter selama 2 jam kemudian disaring. Sebanyak 5 mL filtrat diuapkan daiam cawan penguap sampai kering. Ke dalam residu ditambahkan dlla tetes asam asetat glasial dan setetes asam sulfat pekat. Terbentuknya warna merah-ungu menunjukkan triterpenoid, dan jika terbentuk warna hijaubiru menunjukkan steraid
f. Pemeriksaan
Glikosida. Tiga gram sample di sari dengan 30 ml campuran ( 7 bagian
volume etanol 95 % dan 3 bagian volume air dalam alat pendingin alur balik selama 10 menit, dinginkan dan saring. Pada 20 m! filtrate tambahkan 25 timbal(II) asetat 0,4 M, kocok, diamkan selama 5 menit, saring filtrate 3 kali, tiap kali dengan 20 ml carnpuran 3 bagian volume klorofOim dan 2 bagian volume isopropanol. Pada ekstrak yang sudah terkumpul di tambahkan natrium sulfat anhidrat,
saring dan lIapkan pada suhu tidak lebih dari 500 C sisa yang di peroleh dilarutkan
dengan 2 ml methanol. Cara pengujian : Uapkan 0, I mllarutan pereobaan diatas penangas air, larutkan sisa dalam 5 ml anhidrat asetat. Tambahkan 10 tetes asam sulfat, terjadi warna biru atau hijau, menunjukkan adanya glikosida (reaksi Liebermann-Bourchard). g.. Pemeriksaan leno!.
Dua gram sampel, ditambahkan dengan 25 ml etanol, kemudian
dipanaskan selama 25 menit diatas waterbat. waterbat sampat kering.
SiS1my:l
Filtrat
panas-panas
disaring lalu diuapkan di
ditrituras: d~ngan menambahkan kloroforrn. Bagian yang tidak
larut dalam kIoroform ditarnbahkan air. Terdapat llapisan, yaitu lapisan air dan lapisan kloroform, lalu
dipisahkan ..
Uji Cemaran Mikroba pada Bahan yang telah Diiradiasi dan Kontrol. Penetapan Angka Lempeng Total dan Penetapan Angka Kapang dan Kharnir dilakukan sesuai dengan prosedur dalam SNI [7]. Ditimbang serbuk temuputih sebanyak I gram, kemudian ditambahkan 99 ml larutan pengencer akua pepton 0,1% hingga diperoieh pengenceran
I:100, dihomogenkan
dan dilanjutkan
dengan pengenceran yang diperlukan. Dari sampel dengan tingkat pengenceran yang sesuai dipipet sebanyak 1 ml secara aseptik ke dalam cawan Petri sterillalu dituang 15-20 mi media NA (Nutrient Agar) sebagai media bakteri dan media PDA digunakan sebagai media kapang dan khamir. Pembuatan Ekstrak. Ditimbang lebih kurang 100 gram serbuk kering rimpang temuputih diekstraksi secara maserasi 3 kali, tiap kali dengan 600 ml pelarut n-heksan lalu dipisahkan antara filtrat dan residu. Selanjutnya residu diekstraksi dengan eara yang sarna dengan pelarut ctil asetat dan etano!. Masing-masing filtrat n-heksan, etil asetat dan etanol dipekatkan dengan menggunakan rotavapor pada suhu lebih kurang 40°C
hingga dipero!ch ekstrak yang kental. Ekstrak-ekstrak
kental tersebut kemudian divakum hingga diperoleh bobot konstan.
i. Uji Praklinis Simplisia Tanpa dan iradiasi Temuputih Sebagai Hepatoprotektor.
144
Prosiding Seminar IImiah Hasil Penelitian Aplikasi [sotop dan Radiusi
A. Pengujian efek hepatoprotektor Pengujian
ekstrak etanol temuputih yang diinduksi parasetamol.
aktivitas penyembuhan
Iuka terbuka dilakukan
dengan
menggunakan
hewan
percobwm berupa tikus putih betina galur Wistar. I. Semua
hewan
dilakukw
uji diarnbil darah yang sebelumnya
pemeriksaan
2. Tikus dikelompokkan
telah dipuasakan
selama
18 jam untuk
Kadar enzim SGPT dan SGOT awal. menjadi lima kelompok, setiap kelompok terdiri dari lima ekor tikus.
a. Kelompok
I adalah kelompok kontrol diberi salep larutan pembawa CMC 0,5%,
b. Kelompok
2 adalah kelompok pembanding
c. Kelompok
3 adalah kelompok uji diberi ekstrak temuputih 0 kGy dosis 250 mglkg BB,
diberi Cursil® dosis 25 mglkg BB,
d. Kelompok 4 adalah kclompok uji diberi ekstrak temuputih 5 kGy dosis 250 mglkg, e. Kelompok
5 adalah kelompok uji diberi ekstrak temuputih
10 kGy dosis 250 mg/kg BB.
3. Hewan diberi sedian uji secara serentak secara oral, 4. Satu jam
setelah
pemberian
sediaan
uji, kelompok
kontrol,
kelompok
kelompok zat uji ekstrak temuputih diinduksi dengan parasetamol 5. Dua puluh em pat jam setelah sebelumnya
telah dipuasakan
pemberian
parasetamol,
pembanding
dan
dosis 750 mglkg BB.
semua hewan
diambil
selama 18 jam untuk di!akukan pemeriksaan
darah yang
Kadar enzim SGPT
dan SGOT.
B. Pengujian efek hepatoprotektor
ei<strak ternuputih yang di1nduks: karbon te!n~klorida
(CCI4).
Tikus diketompokkan
secara acak dalam 6 kelompok. Tiap kelompok terdiri atas 5 ekor tikus.
Satu kelompok normal, satu kelompok kontrol, satu kelompok pembanding Se1ama 7 hari tikus diadaptasikan sebelumnya
telah dipuasakan
hari berturut-turut
selama 18 jam, untuk pemeriksaan
zat uji pada dosis 250 mglkg, pemberian
Jiberi
Karbon
hanya diberi parafin hewan
diambil
pemeriksaan
darah
Tetraklorida
dilakukan
(pembawa)
(CCI4)
sebelumnya
secara
dan kelompok
uji diberi
per oral. Pada hari ke-8,
2 mVKg BB dalam paraffin
telah
dipuasakan
cairo Kelompok
karbon tetraklorida selama
diinduksi
18 jam
(CCI4),
untuk
normal semua
dilakukan
Kadar enzim SGPT dan SGOT sctelah diberi sediaal1 zat uji dan diinduksi
karbon tetraklorida
yang
sediaan zat uji
dan kelompok zat uji ekstrak etanol temuputih
cairo Pada hari ke-3 setelah pemberian yang
diambil darah
uji.
SGPT dan SGOT awal, Selama 7
pembap.ding di:':'eri~sediaan abat pembanding
kelompok kontrol, kelompok pcmbanding dengan
kemudian semua kelompok
kelompok normal dan kontrol hanya diberi vehikulum
CMC 0,5 %, Kelompok sediaan
(diklimatisasi),
dan tiga kelompok
dengan
untuk pegamatan efek hepatoprotektor.
145
Prosiding Seminar /lmiah Hasi/ Penelitian Aplikasi fsotop dan Radiosi
C. Pemeriksaan efek hepatoprotektor 1. Penyiapan serum pada uji biokimia klinis Sebeilim pengambi!an
darah, hewan percobaan dipllasakan selama i 8 jam. Hewan dipallaskan
±
di bawah sinar lampll bohiam selama
15
menit. Kemlldian
darah diambil secara perlahan-Iahan
dari vena ekor tiklls yang telah dipotong sebanyak 0,5-1 mL. Darah dimasukkan eppendorf
kemudian
disentrifugasi
serum yang berwama penglljian
selama 15 men it dengan kecepatan
3000 rpm sampai diperoleh
bening. Tabung yang berisi darah yang lisis tidak dapat digunakan
biokimia ini karena dapat mempengaruhi
darah dan ditentukan
ke dalam tabung
hasi! percobaan.
Serum dipisahkan
lIntuk
dari sel-sel
kadar enzim SOPT dan SGOT.
2. Penetapan kadar SGPT dan SGOT Serum yang diperoleh dipipet sebanyak
150 ilL dengan menggunakan
mikropipet dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian dicampllr dengan larlltan pereaksi GPT atau GOT sebanyak 750 ilL. Diinkubasikan
selama
1
menit pada suhll kamar. Setelah I men it diukur serapannya,
kemudian
dibaca serapan dan kadar SGOT dan SGPT. Penctapan kadar SGPT dan SGOT dilakukan alat uji tes klinik (Clinicon 4010).
menggunakan Penetapan
kadar SGPT dan SGOT dilakukan
s~belum diberi induksi
parasetamoi
"etelah induksi parasetamol
3. Pemerikssan
kemudian
atall karbcl1 tetmk!orida,
hat;
makropatologi
hati diiakukan
senyawa kloroform,
dilakukan diamati
awal
dan kadar SOPT dan SGOT akhir
pada seluruh
kclompok
kadar SGPT dan SGOT akhir. Semua hcwan percobaan
dibius menggunakan Pembedahan
2 kali, yaitu Kadar SOPT dan SGOT
atall karbon tetraklorida.
makropatologi
Pemeriksaan telah diperiksa
dengan
untuk pengamatan
warna dan ukurannya,
hewan percobaan dikorbankan,
bila sudah mati dibedah dan dikeluarkan
dengan cara organ hatinya.
organ hati. Hati yang telah dikeluarkan kemudian
difoto. Kemudian
terhadap bobot badan tikus setelah diinduksi dcngan parasetamol
dihitung
yang
ditimbang,
rasio bobot hati
atau karbon tetraklorida.
Sobot hati tikus (gram)
X 100 %
Rasio hati Bobot badan tikus (gram)
II. Uji Simpiisia Tanpa dan Iradiasi Sebagai Antikanker
Uji Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Etil Asetat terhadap Sel Leukemia L1210. Pengujian aktivitas
sitotoksik
ekstrak
seperti pad a penelitian
146
etil asetat terhadap
scbelumnya
sel leukemia
L 121 0 dilakukan
[1]. Pada uji aktivitas sitotoksik
ini digunakan
dengan
metode
media RPMl-
Prosiding Seminar IImiah Hasi/ Penelilian Aplikasi Isolop dan Radia.>i
\640 yang mengandung
L-glutamin,
di ruang steri!. Sel leukemia
dan calf bovine serum. Semua pekerjaan dilakukan
NaHC03,
L 12\ 0 disuspensikan
ke dalam media yang telah mengandung
calf
bovine serum sehingga jumlah sel sekitar 2 x \ 05 sel/m!. Sel leukemia L 121 0 diperoleh dad The institute of Physical and Chemical Research Japan. Pengujian
aktivitas
terhadap ekstrak etil asetat dari sam pel kontrol dan yang diradiasi. diiakukan 5, 10, 20, 40 dan 80 Ilg ekstraklml. Nilai ICso dipcroleh berdasarkan
sitotoksik
dilakukan
dengan variasi dosis
konversi nilai log konsentrasi
ke bentuk anti log.
Fraksinasi Ekstrak Paling Aktif Menggunakan difraksinasi
menggunakan
230. Sebanyak
etil asetat dilarutkan
celite 545, dimasukkan
ditambahkan
kolom dengan adsorben (fase diam) silika gel 60 mesh 70-
kromatografi
\ gram ekstrak
Kolom Kromatografi. Ekstrak etil asetat
dalam etil asetat hingga
ke dalam kolom. Pemisahan
dilakukan
sistem landaian (gradien) n-heksan, etil asetat dan metano!. Masing-masing lebih 150 ml, dipekatkan
lamt kemudian
dengan pengeluasi
duat ditampung
kemudian divakum hingga diperoleh bobot konstan.
Uji Aktivitas Sitotoksik Fraksi-fraksi terltadap Sel Leukimia LI2JO. Pengujian sitotoksik
kurang
aktivitas
fraksi 1-7 dari sam pel kontrol dilakukan dengan eara yang sarna seperti pada uji aktivitas
sitotoksik ekstrak etil asetat, namun dengan variasi dosis \, 2, 4, 8 dan \6 Ilg/m!.
III. Uji Simplisia T'H1p~d:," Iradia~i Sebagai Antibakteri Patogen Pengukur!'n Zona Hambat. Silinder terbuat dar! baha!l sTainless steel diietakkan iempeng media TSA. Larutan ekstrak daging buah mahkota dewa dengan konsentrasi \2.5 dan 10 % diteteskan
menggunabn
24 jam pada suhu 30°C. Pengamatan menggunakan
dilakukan
sebanyak
\ 00 Ill, kemudian
dengan mengukur
Konsentrasi
Hambat ..
Minimum
pcrtumbuhan
dinkubasi
selama
zona jemih di sekitar silinder
(KHM). Larutan
ml ke dalam 9,0 ml media TSA, digoyang
sebanyak"\,O
segera ke dalam eawan petri dan dibiarkan beku, lalu diinokulasi diinkubasi
100,50,25,
jangka sorong.
Penentuan ditambahkan
mikropipet
di atas
selama bakteri
24 jam
pada suhu 37°C.
Pengamatan
uji
simplisia
temuputih
supaya homogen,
dituang
dengan 10,0 III suspensi bakteri,
didasarkan
pada ada atau tidaknya
pad a media TSA.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan kimia simplisia temuputilz iradiasi. Hasil pereobaan pemeriksaan
persyaratan
simplisia temuputih
terlihat bahwa simplisia temuputih
kandungan
fitokimia
dan
iradiasi disajikan pada Tabel I dan 2. Pada Tabel ini
baik yang tanpa diiradiasi maupun yang diiradiasi mengandung
147
1(%)
Prosiding Selilina!' IImiah Hasi! Penelitian Aplikasi Iso/up dan Radiasi
senyawa kimia seperti alkaloid, saponin, tannin, fenolik, flavonoid, triterfenoid, steroid dan glikosida.
Tabel
---
I. Pemeriksaan
simplisia temu putih diiradiasi sinar gamma pada dosis 0, 5 dan 10 kGy
-i-:~~l-DOS:~~:~I 6:~2...~ '----- -,, 1 1-
INlo.1~d:alf(~~ian --
---I ~,. --.. ~---
18,86 1(%) IWKadar abu (%) tak- larut asam --3 IKadar ~-~ -~.~--~ -.-.-_.-
-
4 5
I
-
----- .
-
0 0 20,90 016,35 17,37 19,41 12,13 ...•.. .•......•..
fi 7R
i
~
~Q
L1
Q,
Kadar sari dalam air (%) Kadar sari dalam alkoho
Tabel 2. Uji fitokimia simplisia temu putih diiradiasi sinar gamma pada dosis 0, 5 dan 10 kGy No.
2
Uraian
I
Dosis (kGy)
I
~~~:~~
I
-:-:-°:-:---1
::::
•.
I
·1·····f:f~1
~··5IFlavonOid . ·--------r--~H+-----I~--.+-t-~~-
l~
. ~·l;::~~ik8
.un
1~;~:i~nOid
~ikosida
U_
u ~ ._.;.~nt·_·~:;···f---i+---1
J I
++++ +~+I
_
++++ +~+~+- _~
I
++++ ..~-'=-'~+---_--I
Keterangan: - = Negatif, ++ = Positif, ++++ = Pcsitif kuat sekali
Senyawa tanin dan steroid dalam simplisia tidak terdeteksi dimungkinkan senyawa tersebut terperangkap dalam sel, mungkin dengan eara diekstraksi senyawa tersebut dapat ditarik dari dalam sel. Perlakuan iradiasi hingga dosis 10 kGy pada simplisia seeara kualitatif tidak mempengaruhi perubahan kandungan kimia simplisia temuputih. Demikian juga hasil pemeriksaan simplisia tanpa dan yang diiradiasi tidak menunjukkan perbedaan berarti artinya perlakuan iradiasi tidak mempengaruhinya. Dengan demikian simplisia temuputih dapat dipakai sebagai salah satu bahan dalam produksi kosmetik, jamu dan obat tradisional. Pen2uiian Efek Hepatoprotektor
Ekstrak Temuputih vanf! Diinduksi Parasetamoj
Parasetamol atau asetaminofen merupakan derivat asetanilida adalah metabolit dari fenasetin. Parasetamol mempunyai khasiat sebagai analgetik dan antipiretik. Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat antinyeri yang paiing aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri).
:48
I
Prnsiding Seminar lImiah Hasil Penelitian Aplikasi Isotop dan Radi!1si
Efek
samping
hipersensitivitas
pad a penggunaan
parasetamol
tidak jarang
dan kelainan darah. Pada penggunaan
parasetamol
ini disebabkan
lain
reaksi
nekrosis hati yang ireversibble. oleh
parasetamol
ini diuraikan
glukuronida
dan sulfat. Kerja merusak sel hati disebabkan
asetil-ku:nonimina
antara
kronis dari 3-4 gram sehari dapat terjadi
kerusakan hati, pada dosis diatas 6 gram mengakibatkan Hepatotoksisitas
terjadi,
menjadi metabolit-metabolir
metabolit-metabolitnya.
toksis yang diekskresi
Oalam
sebagai
oleh ikatan metabolit
yang hereaksi dan terjadi akibat oksidasi mikrosomal
hati,
konyugat-
parasetamol
N-
pad a protein sel hati. Pada
dosis normal atau dosis lazim metabolit ini dapat ditangkal oleh glutation (suatu tripeptida dengan -SH) dengan pembentukan reaksi sitotoksik.
konjugat yang tidak toksik. Apabila cadangan
Pada dosis diatas
10 gram, persediaan
peptida
glutation
tersebut
habis dan metabolit-
metabolit mengikat pada protein dengan SH di sel-sel hati, dan terjadilah kerusakan Hasil pengukuran
kadar GOT, GPT dan ind~ks organ hati pengujian
etanol temuputih
yang diinduksi
kadar
relatif
diinduksi
GOT
parasetamol
dan GPT pengujian
parasetamol
habis, terjadi
ireversible [2].
efek hepatoprotektor
ekstrak
dapat dilihat pada Tabel 3 - 5. Hasil perhitungan
efek hepatoprotektor
ekstrak
etanol
temuputih
yang
dapat dilihat pada Tabel 6 - 7. Hasil analisis statistik dengan menggunakan
Student t-test dapat dilihat pad a Tabel 8 - 13 dan hasil analisis statistic menggunakan
ANOV A
dapat dilihat pada Tabel 14. Secara visual, dapat dilihat bahwa pcningkatan temuputih
0, 5 dan
SGPT kelornpok
J
0 kGy !ebih ked! jika dibar:dingkan
kontrol sebesar 48,36%, dan peningkatan
kGy berturur-turut
terhadap
kadar SGPT keiompok
22,75, 2 I,87 dan 20,96%, sedangkan Hasil analisis
pad a kelompok
menggunakan
student
uji 0, 5 dan 10 kGy berturuHurut
adalah
pembanding
kontrol (p<0,05), ,sedangkan hasil analisis menggunakan
(p<0,05).
ada perbedaan
bermakna
mengalami
t-test menunjukkan
kelompok
SGPT
bahwa
kelompok
kontrol, sedangkan
kGy dan terjadi peningkatan kelompok kelompok
pembanding
antara
kelompok
terlihat
bahwa
tidak ada perbcdaan
(Cursil®) dengan kelompokkontrol
sebesar
tidak ada perbedaan
terjadi
uji
bermakna
dengan
metoda ANOV A menunjukkan uji dengan
kelompok
kontrol
uji ekstrak 0 kGy hampir
indeks organ hati kelompok IO
kGy. Jika dibandingkan
peningkatan
indeks
organ
uj; 0, 5 dan 10 kGy. Hasil analisis statitik indeks organ hati menggunakan
dan ANOV A menunjukkan pembanding
terjadi penurunan
indeks organ hati kelompok
(Cursil®),
penurunan
uji 0, 5 dan 10 kGy jika dibandingkan
Secara visual, dapat dilihat bahwa indeks organ hati kelompok
sarna dengan
Kadar
kontrol
pada kadar SGPT dan SGOT kelompok
kadar
Peningkatan
kadar SGOT kelompok
bermakna
pada
kontrol.
uji ckstrak
kadar SGPT ke!ornpok uji 0, 5 rian 10
adalah 27,20, 33,84 dan 15,43%. Peningkatan
sebesar 42,94%, dan peningkatan
10,45%.
SGOT dao SGPT kelornpok
kC'.dar
antara kelompok
uji 5 dengan
di semua
Student t-test
uji 0, 5, 10 kGy dan
(p<0,05).
149
Prosiding Seminar I1miah Hasil Penelilian Aplika.>iIsolop dan Radiasi
Hasil pengukuran SGPT, SGOT dan indeks organ hati efek hepatoprotektor yang diinduksi parasetamol
Tabel 3. Kadar SGPT uii ekstrak temuputih No. Kadar SGPT Ke!ompok Tikus AW;1.1(U/L) I 34 K ontral
ekstrak temuputih
Kadar SGPT Akhir (U/L) 65
Delta I
3I
2
43
59
16
3 4 5
39 36 42
45 61 54
6 25 12
1
38 80 ± 3 83 " 39
56 80 ± 7 69 " 54
18,00 ± 10,02 15
44 30
49 49
5 19
72
rata-rata ± sd 2
3
Ekstrak Temuputih 0 kGy dosis 250 mg/kg BB
4
5 rata-rata
~ rata-rata±sd I
250 mg/kg BB
150
-I 8
I
54 80 ± 7 79 " 58
8,60 ± 16,20 17
I I
~ J
48 44
73 49
25 5
4
47
58
---L-_L
L 14,64
54
± sd
dosis Ekstrak250Temuputih mglkg BB5 kGy
I
68Uj2
46 46 20 ± 15 69 , , 41
44
i
5,80 ±± 17,40 37 51 -5 54 37 24 5S 51,60 78 74 46 56 20 50 57 55 60 30 40 70 30 45,80334 ±± 12,05 5,81 ±± 10,53 63,80 11,80 46,40 42 14,55I I I Ekstrak Temuputih 10 kGy I
44.80±2,77 J3
!
62
-~;~,69
11
I
I~~l I
48
-----------l--~-r--?-t~V~ 44
is 15,~O±
-5
I
hasiding
Tabel4. 19 107 ,----17 150 78 I 109 120 IS7
Kadar SGOT2 uji ekstrak temuputih No. 22,60 -16,40 48,20 23,00 ± ±'J 21,80± 163 49 127 144 44 J5~ 151 102 24 75 177 134 121 144 122 401 137,20± 148 32 180 i39 139 125 136 117 167 128 129 88 94 -19 -13 47 86 39 21 46 37 16 204 133 140 188 141 153 168 156 123 167 Delta 32153,60 95 106 156 152 153 -2 157 -48 115 172,60 ±1 17,33 25,62 124,40 27,23 20,18 144,00± 121,00 18,01 26,02 144,80 ]114,00 22,48 26,92 135,80 28,18 (U/L) 6,88 ±± 27,65 SGOT Akhir 4422,20 I 4 SGOT Awal (U/L) I I 1 I Kelompok 22,55 18,89 30,46 25,97 I I I I
± sd BB Josisrata-rata 250 mg/kg
5
I
Seminar IImiah Hasi/ Penelitian Aplikasi [salop dan Radwsi
III
15]
Prasiding Seminar IImiah Hasi! Penelitian Aplikasi [salOp dan Radiasi
Tabel 5. Data 0,196 bobot hati terhadap bobot badan tikus setelah diinduksi parasetamol -+- - - rasio ± 3.523No, 3 ,<. 3,755 ± 3,773 212 174 190 191 194 170 194 180 182 Bobot Badan Rasio 178 166 185 165 34,., ± 13,54 186 Bobot 3,477 6,050 '/,150 7,970 2,898 4,810 3,686 6,820 3,776 7,320 7,350 3,775 6,870 3,321 3,732 7,090 7,040 3,366 6,530 4,478 6,772 ±±Hati 0,473 3,743 3,935 6,690 6,230 6,504 1,143 3,472 4,022 3,789 6,250 3,806 7,080 6,974 0,449 184,80 5,59 (g)(g) 172,80 8,53 (%) i 192,20± Kelompok 0,569
!
I
0 mglkg BB - -
1
I
I
Ekstrak Temuputih 10 kGy dosis 250 mg/kg BB rata-rata
152
I
-l
3 4 5
± sd
Cmsil® dosis 25 mg/kg BB I
!
2
mta-rata ± sd
i I I
159
0,560
179
163 176
6,930 7,060 6,610
167,40 ± 9,40
6,498 ± 0,686
173 195 185
5,910 7,110 6,200 4,870
L
---
2
L 5
176 174
180,60 ± 9,34
6,186 ± 0,879
4,126 3,872 4,331 3,756 3,883 ± 0,381 3,416 3,646 3,351 2,767 3,931 3,422 ± 0,431
1
Prosiding Seminar IImiah Hasi! Penelitian Aplikasi IsolOp dan Radiasi
Hasil perhitungan kadar SGPT dan SGOT relatif efek hepatoprotektor diinduksi parasetamol
ekstrak temuputih
yang
Tabel 6. Kadar relatif SGPT uji ekstrak temuputih Kelompok
No. Tikus
Kadar SGPT
Kadar SGPT
A wal (UlL) !OO
2 3
100
4 5
100 100
Akhir (U/L) 191,18 137,21 115,38 169,44 128,57
91,18 37,21 15,38 69,44 28,57
100 ± 0,00 100 100 100 100 100
148,36 ± 31,15
48,36 ± 31,15
I 2 3 4 5
138,46 147,83 163,33 75,00
38,46 47,83 11,36 63,33 -25,00
100 ± 0,00
127,20 ± 34,76
27,20 ± 34,76
141,46 152,08 111,36 123,40
41,46 52,08 11,36 23,40
i40:91.
~ 40,91
102,33
2,33
90,57
-9,43
I
Kontrol
rata-rata
± sd
.l2
Ekstrak Temuputih 0 kGy dosis 250 mg/kg BB rata-rata
Ekstrak Temuput,h I
100
± sd
5 kGy
~
I
sd'
::: 100 100
,5
t---·--rata-rata:i dosis 250 mg/kg BB
.
i00 100 :i: O,O~_ ---
~
I
I,
100
I' Ekstrak Temuputih 10 kGy I dosis 250 mg/kg BB
23 4 5
I
100 100 100 100 100 ± 0,00 100
2
100
3 4 5
L I rata-rata
± sd
Cursil® dosis 25 mg/kg BB
rata-rata
± sd
111.36
I
Delta
175,00 75,0016,24 133,84:r:ft6,24 3..>,84± 119,05 90,20 115,43 ± 35,31
1
I
19,05 -9,80 15,43
± 35,31
100
166,67 101,79 144,44 109,09
66,67 1,79 44,44 9,09
100
200,00
100,00
100 ± 0,00
144,40 ± 40,77
100
~
44,40
± 40,77
153
0
Prosiding Seminar Ilmiah Hasi/ Penelitian Aplikosi !SOIOpdan Radiasi
Tabel 7. Kadar relatifSGOT uji ekstrak temuputih 41 2 21,87 42,94 ± I15 IKadar 24,05 100SGOT 100 Kadar± (UlL) SGOT 21,62 121,62 22,16 14,18 100,83 0,83 -9,56 11,58 90,44 48,94 122,75 25,21 121,87 62,82 73,53 12,50 162,82 173,53 112,50 114,18 2,63 24,05 20,51 120,51 111,58 00,00 0,00100 84,31 122,16 184,31 148,94 30,23 130,23 41,49 142,94 33,20 !102,63 100 ±34450,00 , 100±0,00 Awal (U/L) Akhir 141,49 No. Delta 2 25,21 I Kelompok 33,20± 22,75 I 100 3 I
,
-I
--
2
± sd
J
4
100
I
l~__
100
89,10
Pen!!uiian Efek HeDatoprotektor CCI4 merupakan
pada populasi Konversi
100 100
3
Fk:->trak T~muputih 10 kGy II 20,96 ± 100 100-13,19 0,64 86,81 ±. i9,99_ 70,55 41,12 141,12 120,96 102,61 2,61 100 98,68 100 ±3 0,00 iOO,64 I 5100 rata-rata ± so ~ 12,48 ± 12,48 100 ± 0,00 89,55 I dosis 25U mg/kg BB
139,17 123,86 19,99
-1,32 -29,45
I
154
-10,45±
berupa aktivasi dan peningkatan
Paparan CCI4 menyebabkan jumlah
halus sel hati (hepatosit).
perubahan
sel Kupffer di jaiingan
nekrosis hepatosit.
450 adalah sistem enzim oksidase yang berperan dalam metabolisme endoplasma
23,86
Ekstrak Temliuutih van!! Diinduksi CCI4
CCI4 menjadi CCh* oleh sitokrom p-450 menyebabkan
dalam reticulum
39,17
1-10'90
zat kirnia yang bersifat hepatotoksik.
se! kupffer,
-- ------
I
obat-obatan
CCI/' menyebabkan
Sitokrom
hati. P-
yang terdapat di
kerusakan
membran
Prosidit'g Seminar Ilmiah Hasi/ Penelitian Aplikad isvlop dan Radiasi
sel. Membran membran
sel mempunyai
adalah
molekul
struktur dasar berupa lipid dan protein. Komponen
fosfolipid.
Mo!ekul
asam lemak tak jenuh yang mempunyai
fosfolipid
terbesar
lipid
terdiri atas
ikatan rangkap dan bersifat tidak stabil dan mudah diserang
oleh radikal bebas.
Hasil pengukuran diinduksi CCI4
SGPT, SGOT dan indeks organ hati efek hepatoprotektor
ekstrak temuputih yang
Tabei 8. Kadar SGPT uji ekstrak temuputih Kelompok
Kontrol
rata-rata
J
No.
Kadar SGPT
Kadar SG PT
Tikus
A \Val (UlL)
Akhir (UIL) 74
2
25
67
3
30
4 51
33 20 43
69 57 40
± sd
30,20 ± 8,70
2
1
Ekstrak Temuputih 0 kGy dosis 250 mg/kg BB
4 5
_k
4 5II I
1--
rata-rata ± sd
i
I
-l
i
31
42 39 24 20
---I
31,20 ± 9,42
61,40± 13,46 63 43
40 64
3 8
39
I
65
51
I
47
I
52
3 44 I '''' ±±±±sd rata-rata 48 47 59 57 40 58 43 -12 45 337 43 51 J46,60 44 31 -17 28 42 49 52 50 -10 68 -7 56 38 59 48 -13 -5 -3 16 41 35 49,00± 4,00 17,51 10,22 45,00 -8,00 39,60 6,00 3,44 53,20 -6,60 ±6,19 7,02 1,56 47,6043253±± 9,97 4,56 47.60'; 10.3 I I --
Delta
i-
j
54,00 ± 9.70
I .
6.40
26
-4
± !1 ~84
I
I
155
Prosiding Seminar I1mioh Hasi[ Penelilian Apliknsi [salop dan Radiasi
.)
...,
1
Tabel 9. Kadar SGOT uji ekstrak temuputih 2 No. ±± 13,00± 24,60 5,20 -,,,, Kadar i139 ')r, 144 121 162 34 145 110 140 149 117 134 -12 22 137 160 -10 -13 131 150 39 160 107 108 128 136 152 -3'037 15 31(UIL) 165 176 164 155 132 99 85 84-12 40 60 144 125 133 -14 126 98 SGOT 34 ±± 158,40 16,53 143IAwal 143,40 ± 138,20 11,55 145,40 13,45 97,00 I 121,60± 18,61 ± 12,10 18,51 Akhir (U/L) 4 I Delta 423,89 28,54 29,48I Kelompok Kadar SGOT
I
i -----
--.. -
mglKg
lit)
ICursil® BB
CCh* merupakan
ikatan
Radikal
detergen. membran
156
Peroksida
retikulum
145
124 117
1
3
129
-6
4
135 135
117
-18
5
130
113
-17
132,20 ± 10,57
120,00 ± 6,40
asam
lemak,
lemak kemudian
tak jenuh bereaksi
pada
molekul
dengan
sifat merusak membran
-12,20 9,31
menyebabkan
terlepasnya
I
yang
menghasilkan asam lemak tak
lainnya, reaksi ini terjadi
sel yang disebut dengan efek
lipid juga dapat merusak membran retikulum endoplasma.
endoplasma
i
±
fosfolipid
oksigen
bereaksi dengan rantai samping
radikal bebas baru serta lipid peroksida
lipid mempunyai
Selain itu peroksida
113,00 ± 14,32
:.45 -27,80 ± 12,64 -21
116
peroksil ini kemudian
jenuh lainnya dan membentuk
97
J
rangkap
oksidatif
I
2
± sd
dekomposisi
radikal peroksil.
secara berantai.
140,80 ± 4,21
oasis 25 mg/kg
rata-rata
menyebabkan
---1 142
± sd
rata-rata
1-------
I
ribosom
dari membran
Rusaknya retikulum
Prosiding Seminar IImiall Hasil Penelilian Aplikasi [SOIOpdan Radiasi
endoplasma,
sehingga terjadi gangguan sintesis protein dengan demikian lipid yang dihasilkan
sel tidak dapat diangkut keiuar sel dan rr:engakibatkan
oleh
timbunan lemak di dalam hepatosit.
Tabel 10. Data rasio bobot hati terhadap bobot badan tikus betelah diinduksi CCI4 2 r./f\ 4,607 3,038 No. ±Hati 178 174 159 34 200 179 196 193 180 155 162 Bobot Bobot Rasio 170 168oBadan
I
8,240 2,933 2,829 5,661 5,154 5,036 8,450 6,500 7,330 4,736 7,200 3,279 2,879 4,012 5,452 6,557 4,822 4,610 4,404 3,268 6,406 8,680 7,486 0,699 189,20 184,80±± 10,08 6,62 4,286 4,676 7,950 (%) (g) (5,763 g) ±± 0,745 I Kelompok 0,542 0,218
-,
I
1---·II
dosis 250 mg/kg BB
..
I
j
,<;
-1__ 4-__ ,
__
,".
ri1ta-rala :1:s
L I
d
T I
Cursil® dosis 25 mg/kg BB
kovalen
7,570
136 165 J65 141 165
6,020 7,440 7,750 5,810 6,370
I 2 3 4
154,40 ± 14,62 175 181 189 172
6,678 ± 0,868 7,610 7,520 7,840 7,630
5
159
7,250
175,20± 11,14
rata-rata±sd
Sitokrom
._
6,380
2I 3 4 5
rata-rata ± sd
jelas,
I
hepatotoksisitas
CCLt
disebabkan
karena
3,753
I
.l
17" 60 . - 6~' I ..,-:;;~~T. , J, :1:), 0 ! ' ,. :i,<>
Ekstrak Temuputih 10 kGy dosis 250 mg/kg BB
Sehingga
L
I II I~? l~J
7,570±0,214
biotransformasinya
4,427
<1.428±
'
0 420
4,426 4:509 4,697 4,121 3,861 4,323 ± 0 ,332 4,349 4,155 4,148 4,436 4,560 4 329 ± 0179 --
,
di hati oleh
P-450 reduktase dengan kofaktor NADPH menjadi radikal CCh* yang berikatan secara pada membran
mitokondria
hepatosit
dan merubah
dan diikuti pembengkakan
progresif
permeabilitas
sel. Pada tahap lanjut terjadi jelas
sel karena peningkatan
permeabilitas
membran
157
Prosiding Seminar IImiah Hasi/ Peilelitian Apiikasi ISOIOpdon Radiasi
sel terhadap
Na+, H20
enzimseluler, terutama
dan Ca2+. Influks massif Ca2+ menyebabkan
serta denaturasi
inaktifasi
protein, yang pada akhirnya menyebabkan
pada vena sentralis (perisentralis).
Perbaikan kerusakan jaringan
mitokondria
dan
kematian sel (nekrosis), hati oleh paparan CCI4
terjadi dahlm waktu 7-10 hari, hal ini disebabkan oleh adanya respon mitosis yang cepat dari sel-sel parenkim hati yang masih utuh [8].
HasH perhitungan diinduksi CCk
kadar SGPT dan SGOT relatif efek hcpatoprotektor
ekstrak
temuputih
yang
Tabel II. Kadar relatif SGPT uji ekstrak te!l1uputih No. 100 100208,56 lOa Kadar SGPT Kadar SGPT 130,00 172,73 72,73 172,09 72,09 98,44 -1,56 1118,18 13,18 108,56 ±Delta 40,87 ± 40,87lOa ± 30,00 268,00 230,00 168,00 107,50 7,50 200,00 100,00 IlOa (U/L) I Awal Akhir (UlL) Kelompok
1
--
r----------------2---1--±± ±± T± 4 IEkstrak Temuputjh 5 I dosis 2 I I
250I. mg/kg BB. I I _ 100 IlOa 100 lOa -17,65 100116,04 90,32 125,53 7,50 111,36 11,36 -26,00 190,32 102,50 88,37 89,58 -11,63 -10,42 2,50 25,53 83,95 80,77 -19,23 -10,98 16,04 11,06 12,32 46,94 46,94 11,06 100 89,02 71,19 -28,81 72,92 78,95 -27,08 -21,05 107,50 81,82 -18,18 74,00 82,35 -16,05 12,32 -12,07 rata-rata sd 87,93 I
kGy
I
158
I
4 330,00 3
I
!
100
!
100 00 :i:
0.00
-:;;t-i
I~-92,16J 66,67 ! t 16.59 ± 29.66,
-7,84--1 i
66,67 16.59 ± 29.66
j
Prosiding Semin(ir IImiah Hasil Penelitian Aplikasi Isotop dan Radil1Si
Tabel 12. Kadar relatifSGOT uji ekstrak temuputih 3 f\ A/\ No. 5,54 ± 10,37 ± tl\C 28,57 CA 100""'7 1I f\f\ 2 \00-18,52 100 Kadar SGOT Kadar 93,75 101,97 1,97 10,07 110,07 34,34 28,91 132,23 118,80 134,34 171,43 89,09 29,41 129,41 128,57 100,93 0,93 ± SGOT 33,67 100 ±34 0,00 -9,03 -8,05 32,23 128,91 18,80 91,95 90,97 -\0,91 -6,25 47,06 7!,43 147,06 81,48 110,37 20,07 ! A 100 wal (U/L) Akhir Delta(U/L) Kelompok 20,07 33,67 _1..
I
--L
+18,~ 5 -8,90 ±± -19,82 100-31,69 -13,08 73,13 68,31 -14,48 100,86 -4,44 86,67 86,92 -13,33 91,10 0,86 80,i8 ± 6,77 9,17 95,56 4 85,52 I 100 -'26,87 rata-rata ± sd 6,77 9,17 I I
5 100 ±3 0,00
I
-10,00 - 17,24
.I
i
13.29
I
I
II. Uji Simplisia Tanpa dan Iradiasi Sebagai Antikanker
Aktivitas Sitotoksik Ekstrak. Hasil uji aktivitas menunjukkan ICso
bahwa ekstrak tersebut menghambat
:S 30Ilg/ml.
selleukimia
sitotoksik
pertumbuhan
Ekstrak dengan nilai' ICso :S 30 Ilg/ml dinyatakan
LI210 [9]. Nilai
ICso
dari ketiga selleukemia
ekstrak
temuputih
LI210 dengan nilai
aktif menghambat
ekstrak n-heksan, etil asetat, dan etanol berturut-turut
pertumbuhan 6,23; 4,71;
dan 4,3'1 Ilg/ml. Ekstrak etanol memiliki nilai ICso paling aktif, namun untuk analisis selanjutnya
159
Prosiding Seminar I!miah Hasil Penelitian Aplikasi [salop dan Radiasi
digunakan
ekstrak etil asetat karena ekstrak etil asetat memberikan
baik dibandingkan
sebagai inhibitor terhadap ekstrak
Ekstrak Etil Asetat. Hasil uji aktivitas pertumbuhan
sitotoksik
ekstrak
sel leukemia L 121 0 ditampilkan
etil asetat yang diradiasi
(ICso rata-rata 5,72 Og/mi), d:tunjukkao kGy berturut-tumt
bercak yang lebih
ekstrak etanol.
Aktivitas Sitotoksik
sitotoksik
pemisahan
mengalami
penllrunan
dengan bcrtambahnya
ICso rata-rata 7,46; 8,86;
etil asetat
pada Tabel 3. Aktivitas
dibandingkan
dengan
kontrol
niiai ICso sampel 5; 7,5; 10 dan 15
11,35; dan 15,34 !!g/ml.
Tabel13. Hasi! uji aktivitas sitotoksik ekstrak etil asetat dari simplisia temuputih terhadap pertumbuhan selleukemia L1210 ulangan 1 dan ulangan 2 Ulangan 4,71 11,54 14,92 7,72 8,50 ICs~ml)I
Oosis
Aktivitas walaupun
sitotoksik
mengalami
Hal in! menunjukkan
Ulangan 7,21 9,22 15,77(J.1g/ml) 2 6,73 11,16 ICso
terhadap
penurunan,
sitotoksik
bah'Na iradiasi gamma
menurun,
terjadi
hal ini diduga
perubahan
dap<:.t mcnurunkan
pertumbuhan
ionisasi, semakin besar dosis yang diberikan menyebabkan
sel icukemia
L1210
sampeJ
tetapi masih da!am batas CI.k!ifdengan ililai lCso
asetat rimpang temu putih ternadap aktivitas
pertumbuhan
sel leukemia
aktivitas LI2iO.
adanya efek langsung
d:radiasi
< 10 !!g/ml [10].
sitotoksik
ekstrak
etii
Dosis radiasi meningkat,
radiasi
pada mated
akan semakin besar daya ionisasinya
fisika dan kimia yang dapat
yang
menyebabkan
berupa
sehingga
semakin
akan
menurun
aktivitas senyawa tersebut [10].
Kromatografi Kolom Ekstrak Etil Asetat. Fraksinasi ekstrak etil asetat sampel yang diradisasi dengan
dosis 5 kGy, 7,5 kGy, 10 kGy, dan 15 kGy serta kontrol yang tidak diradiasi
ulangan 1 dan ulangan 2 masing-masing dilihat pada Tabel 4.
160
menghasilkan
dengan
7 fraksi. Adapun bobot fraksi tersebut dapat
Prosiding Seminar /lmiah Hasil Penelitian Aplikasi lsotop dan Radiasi
Tabel 14. Bobot fraksi-fraksi hasil pemisahan dengan kromatografi Bobot (g) 50,052 10kGy kGy 0,699 15 kGy 0,735 0,070 0,005 0,028 0,039 0,004 0,633 0,499 0,115 0,122 0,048 7,5 kGy 0,006 0,006 0,018 0,047 0,243 0,066 0,095 0,119 0,012 0,030 0,006 0,659 0,007 0,015 0,003 0,132 0,005 0,013 0,059 0,007 I Fraksi
kolom
Aktivuas Sitotoksik Fraksi Etil Asetat dall Fraksi 3. Ke tujuh fraksi dari ekstmk eti! asetat rimpang temuputih
konirol aktif menghambat
30 ~glml. Fraksi 3 mempunyai (1,71 Itg/ml), fraksi
sei leukemia L j 21 0 dengan nilai ICso <
penumbuhan
aktivitas paling tinggi dengar:
nilai ICso I ,43 ~g/ml diikuti fraksi 4
I (3,13 J..lg/ml), fraksi 6 (3,61 J..lg/ml), fraksi 5 (3,70 ~g/ml),
fraksi 2 (3,77
~glml), dan fraksi 7 (5,58 J..lg/ml). Fraksi dengan nilai lCso paling aktif, yakni fraksi 3 dipilih dan dianalisis
lebih lanjut. Hasil dari uji aktivitas sitotoksik rata-rata fraksi 3 dengan dosis iradiasi 0; 5;
7,5; 10; dan 15 kG)' djp~rlihatkan dirad:asi s:totoksik
menga!ami
penurunan
bdum menunjukkan
Pada sampei yang diradiasi
10
pada Tabel 5. /\ktivitas
dibandingkan adanya
kGy clan
terhadap
pcrbcdaan 15
kontrol.
yang menyolok
scl leukemia
,tg/ml scsuai der:gan rekomendasi sitotoksik
makin menurun,
menyebabkan
terjadi
dibandingkan
penurunan
dengan kontrol.
aktivitas sitotoksiknya. aktivitas sitotoksik fraksi 3
National Cancer Institute [3]. Dosis radiasi rnakin besar, aktivitas
hal ini diduga karena adanya efek langsung
perubahan
dosis 7,5 kGy aktivitas
L 1210, tetapi masih dalam batas aktif dengan nilai ICso :s 30
ionisasi, semakin besar dosis yang diberikan menyebabkan
Sampa:
kG Y muiai terlihat perbedaan
lradiasi gamma pad a serbuk temu putih mengakibatkan terhadap pertumbuhan
sitOt0ksik fraksi 3 dari s~mpel yan.g
fisika
dan
radiasi pada materi berupa
akan semakin besar daya ionisasinya kimia
semakin menurun aktivitas sitotoksiknya
komponen
dalam
temu
sehingga
putih
yang
akan dapat
[2].
161
Prosiding Seminar IImiah Hasil Penelitian Aplikasi lsotop dan Radiosi
Tabel 15. Hasil uji aktivitas sitotoksik fraksi 3 dari simplisia temuputih terhadap pertumbuhan selleukemia L 121 0 I Dosis lradiasi (kGy)
Nilai
III. Uji
1,88 1,22 5,51 2,22 ICso (Ilg/ml)
6,64
ICso
rata-rata dari 2 ulangan
Simplisia T2npa dan Iradiasi Sebagai Antibakteri Patogen
Zona hamhat ekstrak temuputih terhadap bakteri secara difusi. Hasil pengukuran hambat Aktivitas
ekstrak temuputih antimikroba
terhadap
bakteri S. typhi dan E. coli dapat disajikan
ekstrak temuputih
yang diiradiasi
sekitar 50 % sudah cukup untuk menghambat simplisia
temuputih
berturut-turut
biakan bakteri.
konsentrasi
Zona hambat ekstrak
terhadap S. typhi 17,0 mm dan E. coli 9,2 mm. Oar! hasil ini
dapat dilihat bahwa daya hambat ekstrak
temuputih
ham bat lebih Juas bemrti !ebih sensitif dibandingkan
162
pada Tabel 16.
pada dusis 10 kGy dengan
pertumbuhan
zona
terhadap E. coli.
b~kteri S. typhi mempunyai
zona
Prosiding Seminar /fmiah Hasil Penelitian Aplikasi IsoliJp dan Radiasi
Tabel 16. Diameter zona hambat (mm) aktivitas ekstrak etanol simplisia Temu putih iradiasi dan tanpa iradiasi selama penyimpanan terhadap bakteri Salmonella tvphi I 14 17 17 12 15 19 12 21 17 14 12 20 13 117 11214 0422 13 I Bulan 10 oo9kGy 518 kGv kGv 10 o kGy 510 kGy 3kGv Bulan Konsentrasi
II r-=
Tabel 17. Diameter zona hambat (mm) aktivitas antibiotik kloramfenikol pembanding terhadap baktcri Salmonella typhi 711 914 12 12 611 9 Bulan 25 22 14 325 o Buhm Konsentrasi (Jl~/ml) 21 -
sebagai
--
Tabel 18. Diameter zona ham bat (mm) aktivitas ekstrak simp]isia temuputih iradiasi dall tai1pa iradiasi sclama penyimpanan terhadap bakteri Escherichiu coli . 16 22 110 s19 3i 20 11 1i22 317 14 1o 22 IS o Bulan 3 Bulan 19 919 iOkGy 51213 OkGy 10kGy kGy 515 kGy i Konsentrasi kGy C21 18
Tabel
19. Diameter zona hambat (mm) aktivitas antibiotik amoksisilin banding terhadao bakteri Escherich: - --, 628 9IS 12 17 22 22 17 28 912 7 Bulan 315 o Bulan Konsentrasi (/lg!ml)
sebagai
163
Prosiding Seminar Ilmiah Hasil Peneiitian Aplikasi Isotop dan Radiasi
Konsentrasi hamhat minimum (KHM) simplisia temuputih terhadap hakteri. Hasil KHM simplisia temuputih terhadap bakteri E. coli, dan S. typhi dapat dilihat pada Tabel
penentuan
20 dan 21. Data pada Tabel ini menunjukkan
bahwa KHM simptisia
coli 10 % dan S. typhi 6 %. Bakteri S. au reus nampaknya buah mahkota
disebabkan
aktivitas antimikroba
lebih sensitif terhadap
ekstrak daging
E. coli, dan S. typhi. Dari data tersebut dapat dikatakan
dewa dibanding
bakteri E. coli paling resisten terhadap ekstrak temuputih mungkin
temuputih terhadap bakteri E.
bahwa bakteri E. coli mempunyai
dengan S. tryphi. Hal ini
dibandingkan
kemampuan
bahwa
membentuk
ekstrak temuputih, sedangkan yang lain tidak mempunyai
protcksi terhadap daya proteksi [10].
Tabel 20. Jumlah bakteri hidup (set/mt) pada konsentrasi hambat minimum simplisia temuputih irad:asi dan tanpa iradiasi selama penyimpanan terhadap bakteri -
---
~~
lmonel!,
~-~:T~~~
~ ~kGy 3 Bulan 2"1 o Bulan '04x 103 '76.104 104 9.8;0418) x XlO-:1j'9.1 xX7kGy to 51,13x 10 o2,8 kGy kGy o1,31x10Q kGy Konsentrasi 2,04 I 2,88 2,53 2,12 1,96 104 X W'f &3 x 10'3' 101 I 1,96 2,42 2,42 2,1 2,83 1,98x X xXx'04 x104 16'" 104 X 104 104 104'82'1041''1 103 1,47x10 't 55x;~ 1,44xl(t 104 ?\.I 8,8x XlI, .-X ~1,32x104 . ,J •.I x1,26 - 1,27x104 : • , 8.7 x 10' _ J...z}7 x 1~4J 1,14 x 104 1 9,1 x 10 1,45 x 10 ~J
15
9,2 x 10'
-
~--~~ 19
20 22 24 26
Antimikroba manusia.
o
!
81XT03T ,
9,8 x 0 87, x 103
7,8x 4,5 x 2,4 x 1,4 x 8,0 X
5,6x 3,2 x 2,5 x 8,0 x 8,0 x
!
103 103
10-' 10-' 102
10 10 10 10 10
adalah zat yang dapat membasmi mikroba, khususnya
Zat antimikroba
j
harus mempunyai
mikroba yang merugikan
sifat toksisitas selektif setinggi mungkin.
Artinya zat
ini hams bersifat toksik untuk mikroba, tetapi tidak untuk manusia [11]. Aktivitas
antimikroba
baik in vivo maupun in vitro memiliki
bakteriostatik
dan bakteriosida.
pertumbuhan
bakteri, akan tetapi tidak membunuhnya.
merusak
mikroba
menghambat
164
secara
biosintesis
dua tipe kerja yaitu secara
Senyawa yang bekerja secara bakteriostatik
irreversible [11].
menghambat
Sebaliknya yang bersifat bakteriosida
Adapun
dinding sel, meningkatkan
bersifat
mekanisme
permiabilitas
kerja
membran
antimikroba
akan adalah
sel, dan mengganggu
X
Prosidiug Seminar llmiah Hasil Penelitian Aplikasi lsolop dan Radias!
sintesis protein sel, sehinga menghambat Umumnya,
antimikroba
sel bekerja sebagai bakteriostatik.
untuk tercapainy~ Artinya
adalah
tertentu.
Hal
antimikroba banyaknya
sedangkan
bervariasi
kepada
tergantung
jenis
kematian sel mikroba.
dinding sel atau permiabilitas
yang mempengaruhi
membran
sintesis protein bekerja sebagai
dir.yatakan dengan berapa kadar yang dibutuhkan
Umumnya
batas SUCltuantimikroba
bergantung
atau menyebabkan
pembentukan
kerja suatu antimikroba
suatu efek antimikroba.
kadar ini
yang mempengaruhi
bakteriosida,
Intensitas
pertumbuahan
intensitas
kerja dinyatakan
yang secaI'a in vitro bekerja
masing-masing mikrobanya.
kepekaan
mikroba,
dalam KHM.
terhadap jadi
mikroba
KHM
Di sam ping itu KHM bergantung
suatu kepada
inokulum serta media yang dipakai pembiakan mikroba [12].
Tabel
21. Jumlah koloni dari konsentrasi ham bat minimum simplisia temuputih iradiasi dan tanpa iradiasi selama penyimpanan terhadap bakteri Escherichia coli x5o IOz ! 5,0 o Bulan 3 Bulan -28 I ,02,0 xkGy 4,0 10 IOkGy kGy o]0' kGy Konsentrasi 4,0 IOl 2,0 IOl x10' 8,0 3,0 4,0 xX--X lOrIOz 10l 10l 10' 1,0 2,03 L X ___ 104 ' _ X I~ __ 2-~'_." ,J X ., _ x--,-" x 103 I ,.:.! x. 26 17 8,9 x lOj lOr 9,1 x IOj lOJ 8,4 xX __10" 10J 1,23 10' 1,03 104 9,9 Xx 103 10 24 9,0 9,0 I,Ox 1,5xX 103 7,Ox 9,0 22 20 2,9 x 10l 10j 4,2 1,4 x 10l IOj 3,9 1,5 X 103 2,1 5,6 7,9 Xx 103 2,8 X IOl 4,9 XX 103 2,2 xX IOI 103 3,8 --]:) I 104 104 1,04 X 104 x 104 1,64 Ix...• 1041 18I ],48 Ix0') 7,3:~x -1,27 103 jX 186,3 X10+9'" !OJ 5,8 10:; xI -1,79-X-W 10-'1 S71,05'10'x 1,45 104 II" 8,9 xJo41 10j 7,6 x1~410- I 16 14 .., I 1,74 x 104 1,52 x 10' i 1,53XJO"'1 2,03 x 104 1,89 X iO"4 1,91 x 10
----
-
104
2,37
X
104
~
~
'*
t
2,1S. 10': 2,OJx IO:-j 6,2 x W1,8x 10', 5,h 1_,,72 10' x 10' 3,7 +-2,31 x 10' x-'!C~2,08xj9' 9,8 x 10' 6,7 x_10' 6,3 x W
Ket. : - : menunjukkan jumlah koloni pada cawan petri> 300 koloni -- : menujukkan iidak adanya pertumbuhan koloni bakteri
KESIMPULAN 1. Simplisia
temuputih
yang diiradiasi
maupun tanpa diiradiasi
mengandung
senyawa
alkaloid,
flavonoid, saponin dan tanin. 2. Hasil analisis statitik indeks organ hati menggunakan tidak ada perbedaan
bermakna
antara kelompok
Student t-test dan ANOV A menunjukkan
uji 0, 5, 10 kGy dan pembanding
(Cursil®)
dengan kelompok kontrol (p
165
Prosiding Seminar !/miah HasH Pcnclitian Aplikasi Isutop dan Rudiasi
3. Serdasarkan
hasil penelitian
fraksi 3 terhadap
yang diperoleh,
pertumbuhan
sel leukemia
rim pang temu putih masih berpotensi maksimum
untuk tujuan pengawetan
ckstrak
temuputih
terhadap
sitotoksik
L 121 0 menunjukkan
scbagai
antikanker.
ekstrak
etil asetat
maupun
bahwa pad a dosis 7,5 kGy
Dosis 7,5 kGy merupakan
dosis
rimpang temuputih.
4. Zona ham bat ekstrak simplisia temuputih kGy masing-masing
aktivitas
pad a konsentrasi
bakteri E. coli
100% yang diiradiasi
pada dosis 10
11,0 mm, dan S. typhi 17,0 mm. Nilai KHM
yang diiradiasi pada dosis 10 kGy, terhadap bakteri E. coli 10 % dan S. typhi
6%. UCAPAN TERIMA
KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan
kepada !nstalasi Iradiator Gamma
telah membantu
iradiasi simplisia temuputih.
Ibu Dr. Afifah
S. Sutjiatmo
MIPA, Universitas
Jenderal
Penulis juga mengucapkan
M.Si. Apt., dkk. dari Lab Farmakologi, Ahmad Yani Sandung
PA TIR SA TAN yang
terima kasih sekali kepada Jurusan
Farmasi
yang telah rrn::mbantu mengerjakan
Fakultas penelitian
uji praklinis hingga selesai.
DAFT AR PUST AKA 1.
ANONOM, 199!, Departemen K~sehatan Repubiik Indonesia, Pedoman Pengujian Dan Pengembangan Fitofarmaka : Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitofarmaka Dan Pengujian Klinik, hal :77-'60, Jakarta.
2.
MUTSCHLER, ERNST, 1991, Dinamika Obat, Buku Ajar FarmakoJogi Edisi Kelirna, Penerbit ITS, hal. 201-203, Sandung,
dan Toksikologi,
3.
NOR AINI, A.S., MERRINA, A., STANLASS, J. and SREERAMANAN, S., Cytotoxic potential on breast cancer cells using selected forest species found in Malaysia, Int. Cancer Res., 4, 2008,103-109.
4.
WINDONO, T., dan PARFIA TI, N., Curcuma zedoaria (Sergius) Roscoe, kajian pustaka kandungan kimia dan aktivitas farmakologik. Dalam: P!'Us:ding Sernina.r Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXI, 2002. Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas Surabaya; 2002. hat. 247255.
5.
SYU, WJ et al. Cytotoxicity of curcuminoid and some novel zedoaria. Journal 0.( Natural Product, 1998; 61 (12): 1532-1534.
6.
SURH, Y., Molecular mechanism of chemopreventive effects of selected medicinal phenolic substances. Sr. J. Cancer, 1999; 80 (I -2): 110-116.
7.
LESWARA,
N.D., Radiofarmasi.
compounds
from
Curcuma
dietary
and
Depok: Penerbit UI; 2005,117,119-120.
8. ARUN, N., N. NALINI, Efficacy of turmeric on blood sugar and polyol pathway in diabetic albino rats, Plant Foods for Human Nutrition, 2002, 57: 41-52, Netherlands.
166
Prosiding Seminar IImich Hasil Penelitian Aplikasi IsolOp dan Radiasi
9. WINARNO, H. and WINARNO, EX., Benzophenone glucoside isolated from the ethyl acetate extract of the bark of mahkota dewa [Phaleria rnacrocarpa (Scheff.) Boerl], Indo. 1. Chern., 9 (I), 2009, 142-145. 10. LORIAN, Y., Antibiotics Baltomore (1980) 6 - 22
in Laboratory
II. GANISW ARA, G. S., (eds.), Farmakologi Farmakologi, Jakarta (1995) 571 - 573.
Medicine,
The Wiliams
and Wilkins
dan Terapi, Ed. 4, Fakultas
12. JA WETZ, E., MELNICK, J.L., and ADELBERG, E.A. , Mikrobiologi IRA W A TI, S., Penerbit Buku Kedokteran EGC (1995) 249 - 251.
Company,
Kedokteran
Bagian
Kedokteran,
Editor
167