Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(2), 78-95
PEMANFAATAN AUDIO VISUAL AIDS (AVA) DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH DASAR Dewa Putu Ramendra dan Ni Made Ratminingsih Jurusan Pendidikan Bahasa Ingris Fakultas Bahasa dan Seni Undiksha Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskrisikan pemanfaatan AVA dalam proses belajar mengajar bahasa Inggris, mengidentifikasi jenis AVA yang dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar oleh para guru bahasa Inggris, dan mendeskripsikan persepsi guru dan siswa terhadap pemanfaatan AVA dalam proses belajar mengajar di sekolah dasar di kota Singaraja. Penelitian ini menggunakan desain survey pada 16 sekolah di kota Singaraja di semua kelurahan. Subjek penelitian melibatkan 16 Guru bahasa Inggris dan 518 siswa dari 16 sekolah dengan representasi dari kelas IV, V, dan VI. Hasil Penelitian membuktikan bahwa AVA digunakan dalam mengajar aspek kebahasaan maupun ketrampilan berbahasa. Sebagian besar guru (87,50%) menggunakan AVA dalam mengajar kosakata, (75%) dalam mengajarkan berbicara, dan (62,50%) dalam mengajarkan membaca. Untuk pembelajaran lafal, ejaan, dan menulis, terdapat 56,25% guru menngunakan bantuan AVA. Frekuensi terbesar pemanfaatan AVA oleh guru terdapat pada aspek kebahasaan kosakata dan pada ketrampilan membaca dan menulis. Berdasarkan jenis-jenis AVA yang dimanfaatkan oleh guru, hasil penelitian membuktikan bahwa hanya AVA jenis Visual yang dioptimalkan pemakaiannya. Untuk AVA jenis audio hanya sebagian kecil yang digunakan. Bahkan AVA jenis Audio Visual sama sekali tidak dipergunakan. Dari segi persepsi guru dan siswa terhadap pemanfaatan AVA, dapat disimpulkan bahwa baik guru dan siswa memiliki persepsi yang sangat positif terhadap pemanfaatan AVA dalam pembelajaran Bahasa inggris di sekolah dasar oleh karena AVA dapat membuat pembelajaran lebih produktif, lebih menarik, dapat meningkatkan motivasi siswa, dapat mempercepat pemahaman siswa terhadap pembelajaran, membuat guru lebih efisien memanfaatkan waktu mengajar, dan mampu membuat proses belajar lebih efektif. Kata-Kata Kunci: alat bantu pembelajaran, audio visual aids
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
78
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(2), 78-95
Abstract This research aimed at uncovering the extent to which AVA was employed in the teaching and learning process of English, identifying kinds of AVA benefited by the teachers of English, and finding out both teachers’ and students’ perception on the use of AVA in the teaching and learning process in primary school in Singaraja City. This research made used of survey design which involved 16 school representing all the villages in Singaraja City. The subject of the research were 16 English teachers and 518 students of the 16 school which were represented by grade IV, V and VI students. The results show that AVA was used in teaching both language aspect and language skill. The majority of teachers (87,50%) utilized AVA in teaching vocabulary, (75%) in teaching speaking, ang (62,50%) in teaching reading. For teaching pronunciation, spelling ang writing, only 56,25% teachers employed AVA. Meanwhile, in teaching grammatical aspect only 31,25% teachers used AVA. The highest frequency on the use of AVA was on the teaching of vocabulary and spelling. Particularly in relation to language skills, the highest frequency on the use of AVA was on reading ang writing. Dealing with kinds of AVA utilized by the teachers, the research finding shows that only visual aids were being optimized while audio aids were only used very limitedly. Even, audio visual aids were totally not used as this kind of facility was negligence in the school concern. Regarding the teachers’ and students’ perception on the use of AVA, it could be concluded that both teachers and students had very positive perception on the employed of AVA in English language teaching in primary school since AVA could make the teaching more productive and more interesting, increase students’ motivation, fasten the students’ comprehension on the lessons, make teachers more efficient in using the time, and enable to make a more effective teaching and learning process. Kay Words: teaching aids, audio visual aids
Pendahuluan Dalam usaha menyukseskan pembelajaran diperlukan adanya alat penunjang untuk meningkatkan proses pembelajaran. Alat penunjang yang dimaksud berupa AVA. Keberhasilan proses belajar mengajar khususnya
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
79
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(2), 78-95
pada mata pelajaran Bahasa Inggris banyak dipengaruhi oleh pemanfaatan AVA yang sesuai. Dengan AVA yang tepat akan mampu memotivasi dan mengarahkan konsentrasi siswa terhadap materi pelajaran. Apabila mereka termotivasi dalam belajar maka hasil pembelajaran dapat pula ditingkatkan (Kemp, 1980). Pernyataan di atas didukung oleh Scott dan Ytreberg (1990:108). Mereka mengungkapkan bahwa cara yang utama menyampaikan makna dalam proses pembelajaran bahasa asing kepada anak-anak adalah melalui berbagai variasi alat Bantu pembelajaran. Pelajaran akan jauh lebih mudah dan lebih menarik bagi anak-anak jika guru dengan sepenuhnya memanfaatkan benda-benda atau objek serta bahasa untuk menyampaikan makna. Sesungguhnya AVA atau alat bantu pembelajaran merupakan suatu hal yang sudah sangat dikenal oleh para guru karena dalam setiap pembelajaran guru tidak akan pernah lepas dengan alat-alat pembantu proses pembelajaran. Hanya saja frekuensi pemanfaatannya pada setiap guru akan berbeda-beda sesuai dengan materi yang diajarkan ataupun kreativitas guru itu sendiri. AVA adalah alat pandang dengar yang berupa benda-benda atau apa saja yang dapat dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga, yang kita pakai dalam membantu menjelaskan dalam pengajaran (Haryanto, 1995). Kemp (1980) menambahkan AVA adalah merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. Setiap orang yang bergelut di bidang pengajaran mestinya bukan hanya mengenal AVA tetapi yang terpenting adalah secara aktif memanfaatkannya untuk menyukseskan program pembelajaran. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar pemanfaatan AVA cenderung sangat diperlukan. Hal ini disebabkan oleh cara belajar anak-anak yang lebih cocok untuk mengaktualisasikan bahasa yang dipelajari dalam bentuk benda nyata. Bagi kebanyakan anak-anak dalam mempelajari kata-kata atau ekspresi Bahasa Inggris akan sangat sulit kalau hal itu hanya diomongkan atau diajarkan dalam bentuk verbal yang bersifat abstrak. Mereka akan lebih mudah mempelajari kata-kata tertentu apabila dibantu dengan alat pandang dengar yang nyata, umpamanya berupa gambar, realita atau benda orisinal, flash cards, atau benda lainnya. AVA sangat bermanfaat dalam proses belajar mengajar oleh karena (1) dapat memfokuskan perhatian siswa terhadap makna suatu kosakata dengan lebih jelas dan langsung sehingga pengajaran bahasa bias lebih
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
80
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(2), 78-95
hidup, dan (2) dapat menarik perhatian siswa ke dalam proses pembelajaran oleh karena ada sesuatu yang menarik untuk dilihat atau didengar (Haryanto, 1995). Menurut Csabay (2006:24), motivasi sangat penting dalam belajar bahasa. Salah satu cara ampuh dan terkenal untuk meningkatkan daya tarik siswa dalam pembelajaran adalah dengan membawa sesuatu yang luar biasa dan baru ke dalam kelas. Lebih lanjut Shin (2006:3) mengungkapkan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan perhatian dan keterlibatan siswa dalam aktivitas belajar diperlukan adanya alat pendukung berupa alat-alat bantu visual, mainan, boneka ataupun objek-objek lain yang berwarna-warni, yang sesuai dengan cerita atau lagu yang digunakan dalam pembelajaran. Dengan pemanfaatan alat atau benda-benda tersebut akan membantu membuat bahasa yang dipelajari lebih mudah dipahami dan selanjutnya bias dimanfaatkan untuk aktivitas lanjutan seperti menceritakan kembali cerita (retelling stories) atau permainan tebak-tebakan (guessing game). Mengingat pentingnya peran AVA ini dalam pembelajaran dan menyadari belum adanya penelitian mengungkap manfaat AVA dalam mendukung proses belajar mengajar, maka dipandang perlu untuk melakukan studi tentang pemanfaatan AVA dalam pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar di kota Singaraja dalam usaha mengaktualisasikan kurikulum berbasis kompetensi. Sesuai dengan uraian di atas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Sejauh manakah pemanfaatan AVA dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris di sekolah dasar di kota Singaraja? (2) Jenis AVA apa sajakah yang dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar oleh para guru Bahasa Inggris di sekolah dasar di kota Singaraja? (3) Bagaimanakah persepsi guru terhadap pemanfaatan AVA dalam proses belajar mengajar di sekolah dasar di kota Singaraja? (4) ) Bagaimanakah persepsi siswa terhadap pemanfaatan AVA dalam proses belajar mengajar di sekolah dasar di kota Singaraja? Metode Populasi penelitian ini adalah semua SD baik negeri maupun swasta di kota Singaraja sebanyak 43 SD sekolah dasar negeri dan 3 sekolah dasar swasta. Semua sekolah wajib memberikan mata pelajaran Bahasa Inggris. Oleh karena banyaknya sekolah negeri yang ada di kota Singaraja, maka beberapa sekolah akan diambil sebagai sampel. Adapun teknik
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
81
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(2), 78-95
sampling yang digunakan adalah berupa purposive random sampling, di mana semua kelurahan dari sekolah negeri akan diwakili oleh satu sekolah saja. Semua sekolah swasta yang berjumlah 3 sekolah juga ditentukan sebagai sampel. Dengan demikian, terdapat 16 sekolah yang dijadikan sampel penelitian. Oleh karena penelitian ini tergolong penelitian survey, maka untuk mengumpulkan data primer, kuesioner digunakan untuk menjaring masukan dari responden baik guru maupun siswa terhadap pemanfaatan AVA. Kuesioner dikembangkan dalam empat bagian, yang masing-masing itemnya diarahkan untuk memperoleh data yang menjawab 4 permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Lembar observasi digunakan untuk mendapatkan data tambahan tentang upaya guru dalam memanfaatkan AVA dalam proses pembelajaran. Observasi kelas dilakukan sebanyak 16, yaitu satu kali untuk setiap sekolah yang menjadi sampel penelitian. Untuk itu satu kelas ditentukan sabagai tempat observasi dengan mrnggunakan teknik lotere. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan yang sama pada setiap kelas untuk menjadi tempat observasi penelitian. Data primer dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner ke semua sekolah dasar yang menjadi sampel penelitian. Kuesioner disebarkan kepada guru dan juga siswa. Kuesioner untuk guru menjawab rumusan permasalahan no 1 sampai dengan 3, yaitu yang berhubungan dengan sejauh mana pemanfaatan AVA dalam proses belajar mengajar, jenis AVA apa saja yang digunakan, serta persepsi guru terhadap pemanfaatan AVA, sedangkan kuesioner untuk siswa menjawab rumusan no 4, yaitu tentang persepsi mereka terhadap penggunaan AVA dalam pembelajaran. Setelah data terkumpul, data tersebut ditabulasikan, dikelompokkan serta diinterpretasikan berdasarkan temuan dan karakteristik permasalahan. Data sekunder tentang pemanfaatan AVA dalam proses pembelajaran didapatkan melalui observasi kelas. Dari observasi kelas diketahui bagaimana upaya guru memanfaatkan AVA dan jenis AVA yang digunakan dalam pembelajaran. Data primer yang dikumpulkan dari kuesioner dianalisis secara deskriptif kuantitatif melalui beberapa tahapan. Pada tahap awal data ditabulasi dan dikelompokkan berdasarkan permasalahan yang menjadi kajian penelitian. Untuk permasalahan pertama, yaitu tentang sejauh manakah para guru Bahasa Inggris memanfaatkan AVA, dianalisis sesuai dengan frekuensi
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
82
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(2), 78-95
dan presentase pemanfaatan AVA dalam pembelajaran aspek kebahasaan maupun keterampilan berbahasa. Untuk permasalahan kedua, peneliti menganalisis jenis-jenis AVA yang dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar dan presentase pemanfaatan untuk setiap jenis AVA dalam pembelajaran. Selanjutnya untuk menjawab permasalahan ketiga dan keempat, peneliti mengkaji persepsi guru dan siswa terhadap pemanfaatan AVA dalam proses pembelajaran. Analisa deskriptif kuantitatif dicari dengan menghitung presentase persepsi mereka terhadap pemanfaatan AVA yang selanjutnya diinterpretasikan secara deskriptif kualitatif. Data sekunder yang didapatkan dari lembar observasi dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif kualitatif berdasarkan temuan di lapangan. Hasil Hasil yang diperoleh dari kuesioner mengenai penggunaan alat AVA berdasarkan aspek atau komponen dari pembelajaran Bahasa Inggris yang disebarkan kepada 16 orang guru sebagai responden dapat ditunjukkan pada Table 1. Tabel 1 Pemanfaatan AVA Oleh Guru No. Jenis Jumlah Responden Persentase (%) Pembelajaran (Guru) 1. Kosakata 14 87,5 2. Gramatika 5 31,25 3. Lafal 9 56,25 4. Ejaan 9 56,25 5. Mendengarkan 7 43,75 6. Berbicara 12 75 7. Membaca 10 62,5 8. Menulis 9 56,25 Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa seluruh komponen pembelajaran Bahasa Inggris diajarkan dengan menggunakan bantuan AVA. Dari kedelapan komponen pembelajaran Bahas Inggris, terlihat bahwa AVA paling banyak dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran kosakata, yaitu 14 orang (87,5%). Terdapat 12 orang (75%) responden menggunakan bantuan AVA dalam mengajarkan berbicara. AVA digunakan oleh 10 orang
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
83
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(2), 78-95
(62,5%) responden dalam pembelajaran membaca. Terdapat 9 responden (56,25%) yang menggunakan AVA dalam pembelajaran lafal, ejaan, dan menulis. Terdapat 7 orang responden (43,75%) yang menggunakan AVA dalam pembelajaran mendengarkan. AVA digunakan paling sedikit oleh responden dalam pembelajaran gramatika, yaitu hanya 5 orang (31,25%). Frekuensi pemanfaatan AVA berdasarkan delapan aspek atau komponen dalam pembelajaran Bahasa Inggris oleh guru dapat disajikandalam Tabel 2. Tabel 2 Pemanfaatan AVA No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jenis Pembelajar an Kosakata Gramatika Lafal Ejaan Mendengark an Berbicara Membaca Menulis
Selalu (%)
Frekuensi Sering (%) Jarang (%)
7 1 1 1
43.75 6.25 6.25 6.25
6 4 5 8 6
37.5 25 31.25 50 37.5
1 5 7 3 4
6.25 31.25 43.75 18.75 25
2 3 3
12.5 18.75 18.75
7 7 7
43.75 43.75 43.75
4 2 2
25 12.5 12.5
Tidak Pernah (%) 2 12.5 7 43.75 3 18.75 3 18.75 5 31.25 3 4 4
18.75 25 25
Berdasarkan frekuensi pemanfaatan AVA oleh 16 responden dalam pembelajaran Bahasa Inggris, dapat diperoleh bahwa hampir semua guru menggunakan AVA dalam mengajarkan kosakata. Terdapat 7 orang (43,75%) yang selalu menggunakannya dalam mengajar kosakata, dan 6 orang (37,5%) yang sering mengajar kosakata dengan bantuan AVA. Dalam mengajarkan gramatika, guru tidak banyak memanfaatkan AVA, diakui oleh 5 orang guru (31,25%) jarang menggunakannya, dan 7 orang guru (43,75%) tidak pernah menggunakannya. Untuk pengajaran lafal, hanya sebagian kecil guru yang memanfaatkan AVA hanya 1 orang (6,25%) dan 8 orang (50,00%) sering menggunakannya, sisanya 3 orang (18,75%) jarang dan tidak pernah menggunakannya.
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
84
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(2), 78-95
Sebagian guru menyatakan menngunakan AVA dalam mengajarkan mendengarkan. Namun 9 guru (56,25%) jarang dan tidak pernah memanfaatkan bantuan AVA dalam pembelajaran mendengarkan. Dalam pengajaran berbicara, terdapat 2 orang guru (12,50%) yang selalu memanfaatkan bantuan AVA, 7 orang (43,75%) yang sering menggunakan bantuan AVA tetapi 4 orang (25,00%) jarang dan 3 orang (18,75%) tidak pernah menggunakan bantuan AVA. Dalam pembelajaran membaca dan menulis, frekuensi pemanfaatan AVA sama, yaitu sebagian besar guru (62,50%) menggunakan bantuan AVA, namun terdapat 6 orang guru (37,50%) yang jarang dan tidak pernah menggunakannya. AVA meliputi Audio (alat bantu dengar), Visual (alat bantu pandang), dan Audio Visual (alat bantu pandang dengar). Jenis-jenis alat bantu AVA yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Inggris tersaji pada Tabel 3. Tabel 3 Jenis Alat Bantu (AVA) yang Digunakan Jenis Alat bantu
Jumlah responden (Guru)
Persentase (%)
1 4
6,25 25,00
16 15 16 13 8 0 3 3 5 2 1 8 3 10 5 2
100 93,75 100 81,25 50,00 0,00 18,75 18,75 31,25 12,50 6,25 50,00 18,75 62,50 31,25 12,50
Audio (alat bantu dengar) Radio Tape Recording Visual (alat Bantu pandang ) Papan tulis Benda-benda nyata Gambar Flash card (kartu bergambar) Chart (tabel) Slide Puppets Class mascots Paper dolls English corner board Cardboard boxes Card game Board games Word/Sentence card Word display Transparancies
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
85
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Calender Clock Readers Maps Toys Building blocks Overhead projector Audio Visual (alat Bantu pandang dengar) Video Film
1(2), 78-95
8 12 5 8 7 1 1
50 75 31.25 50 43.75 6.25 6.25
0 0
0 0
Data yang terdapat pada Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat dua jenis audio atau alat bantu dengar yang digunakan oleh guru, yaitu radio dan tape recording. Radio hanya dimanfaatkan oleh 1 orang guru saja (6,25%). Tape recording atau kaset rekaman digunakan oleh 4 orang (25,00%). Dalam tabel juga terlihat bahwa alat bantu pandang atau visual digunakan oleh para guru dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Seluruh guru (100%) menggunakan papan tulis. Benda-benda nyata digunakan oleh hampir seluruh guru yaitu 15 orang (93,75%) Gambar dimanfaatkan oleh seluruh guru dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Inggris. Terdapat 13 orang (81,25%) yang menggunakan flash card (kartu bergambar). Chart atau tabel dimanfaatkan oleh 8 orang guru (50,00%). Tidak ada guru yang menggunakan slide. Terdapat 3 orang (18,75%) yang memanfaatkan puppets dan class mascots. Paper dolls digunakan oleh 5 orang (31,25%). English cornerboard dimanfaatkan oleh 2 orang (12,50%). Hanya 1 orang saja (6,25%) yang menggunakan cardboard boxes. Card games dimanfaatkan oleh 8 orang (50,00%). Terdapat 3 orang guru (18,75%) yang menggunakan board game. Word/sentence cards dimanfaatkan oleh 10 orang (62,50%). Word display digunakan oleh 5 orang (31,25%). Terdapat 2 orang (12,50%) yang memanfaatkan transparencies. Calendar digunakan oleh 8 orang (50,00%). Clock digunakan oleh 12 orang guru (75,00%). Terdapat 5 orang (31,25%) yang memanfaatkan readers. Maps digunakan oleh 8 orang (50,00%). Toys digunakan oleh 7 orang (43,75%). Terdapat 1 orang (6,25%) yang menggunakan building blocks dan overhead projector. Audio visual tidak digunakan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Inggris.
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
86
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(2), 78-95
Berdasarkan ketiga jenis alat Bantu AVA, tampak bahwa Audio dan Visual digunakan oleh para guru dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Inggris. Persepsi guru tentang pemanfaatan alat penunjang pembelajaran AVA diperoleh melalui penyebaran kuesioner. Data mengenai persepsi guru yang terkait dengan pemanfaatan alat Bantu AVA disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 Persepsi Guru Tentang Pemanfaatan AVA No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Sangat setuju (%) 13 81,25 9 56,25 11 68,75 13 81,25 10 62,50 5 31,25 7 43,75 9 56,25
Skala Setuju (%) Kurang Setuju (%) 3 18,75 7 43,75 5 31,25 3 18,75 6 37,50 9 56,25 2 12,5 9 56,25 7 43,75
Tidak Setuju (%)
Tabel 4 menunjukkan terdapat 13 orang (81,25%) sangat setuju dan 3 orang (18,75%) setuju bahwa pemanfaatan alat Bantu (AVA) mampu membuat pembelajaran lebih produktif. Terdapat 9 orang (56,25%) sangat setuju dan 7 orang (43,75%) setuju bahwa pemanfaatan alat Bantu (AVA) dalam pembelajaran dapat membuat guru lebih efisien dalam memanfaatkan waktu belajar. Jumlah guru yang sangat setuju bahwa penyediaan berbagai variasi AVA dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar adalah 11 orang (68,75%) dan yang setuju terdapat 5 orang (31,25%). Terdapat 13 orang guru (81,25%) sangat setuju dan 5 orang (31,25%) setuju bahwa penggunaan berbagai AVA dapat membuat pembelajaran menarik. 10 orang (62,50%) sangat setuju dan 6 orang (37,50%) setuju bahwa penggunaan berbagai AVA dapat mempercepat pemahaman siswa terhadap pembelajaran. Jumlah guru yang sangat setuju bahwa penggunaan berbagai AVA dapat memberikan akses informasi yang sama terhadapsiswa adalah 5 orang (31,25%) dan terdapat 9 orang (56,25%) yang setuju. Terdapat 7 orang (43,75%) yang sangat setuju dan 9 orang (56,25%) yang setuju bahwa
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
87
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(2), 78-95
penggunaan AVA dalam pembelajaran dapat membuat pembelajaran lebih ilmiah. Terdapat bahwa 9 orang (56,25%) yang sangat setuju dan 7 orang (43,75%) yang setuju bahwa penggunaan AVA merupakan satu komponen teknologi pembelajaran yang mampu membuat proses belajar efektif dan efisien. Persepsi siswa tentang pemanfaatan alat penunjang pembelajaran AVA juga diperoleh melalui penyebaran kuesioner. Data mengenai persepsi siswa yang terkait dengan pemanfaatan alat bantu AVA disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Persepsi Siswa Tentang Pemanfaatan Alat Bantu (AVA) No.
1 2 3 4 5
Sangat Setuju (%) 344 66,41 289 55,79 304 58,69 302 58,30 319 61,58
Skala Setuju (%) Kurang Setuju (%) 164 31,66 5 0,97 197 38,03 27 5,21 174 33,59 27 5,21 176 33,98 28 5,41 161 31,08 28 5,41
Tidak Setuju (%) 5 0,97 5 0,97 13 2,51 11 2,12 10 1,93
Dalam Tabel 5 menunjukkan bahwa, terdapat 344 orang siswa (66,41%) yang sangat setuju dan 164 orang (31,66%) yang setuju bahwa pemanfaatan alat bantu (AVA) dalam pembelajaran mampu meningkatkan pemahaman terhadap pelajaran. Jumlah siswa yang sangat setuju bahwa pemanfaatan alat bantu AVA dapat meningkatkan motivasi mereka dalam belajar adalah 289 orang (55,79%). Terdapat 197 orang (38,03%) yang setuju AVA mampu meningkatkan motivasi belajar mereka. Terdapat 304 orang siswa (58,69%) yang sangat setuju dan 174 orang (33,59%) yang setuju bahwa penggunaan berbagai AVA dapat membuat pelajaran lebih menarik. Jumlah siswa yang sangat setuju bahwa penggunaan berbagai AVA dapat memberikan informasi kepada mereka adalah 302 orang (58,30%) dan 176 orang (33,98%) yang setuju bahwa penggunaan berbagai alat bantu AVA dapat memberikan informasi kepada mereka. Jumlah siswa yang sangat setuju dengan persepsi bahwa penggunaan alat bantu AVA dapat mempercepat proses belajar adalah 319 orang (61,58%) dan 161 orang
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
88
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(2), 78-95
(31,08%) yang setuju bahwa penggunaan alat Bantu AVA dapat mempercepat proses belajar. Terkait dengan angket yang telah diisi oleh para guru dan siswa di sekolah-sekolah yang dijadikan sebagai subjek penelitian, maka tindak lanjut yang dilakukan adalah observasi pembelajaran di dalam kelas sehubungan dengan penggunaan AVA yang dimaksud dalam angket. Adapun kelas yang diobservasi meliputi kelas IV, V, dan VI, yang disebar secara acak di 16 sekolah sesuai dengan kelas dalam pengisian angket sebelumnya. Data Hasil observasi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Penggunaan AVA dalam PBM Subj
1
2
3
4
Pre Activity -
Gamba, Papan tulis Realita
5
Papan Tulis -
6
-
7
Papan Tulis
8
-
9
-
10
Papan
Kegiatan Whilst Activity Caption, Papan Tulis, Reader Text book Papan tulis, Reader,text book Realita, Word cards, Card games, Papan tulis Realita, Papan Tulis Papan tulis, Card games, Flash cards (games) Papan Tulis, Reader,LKS Benda Nyata ( Realita ), Papan Tulis Papan tulis, Realita, gambar Papan tulis, Reader,text book Papan tulis,
Keterampilan dan Aspek Bahasa
Kelas
Ket
Berbicara dan tata bahasa
IV
-
Membaca dan tata bahasa
IV
-
Berbicara, Kosakata, dan Ejaan
IV
-
IV
LKS
Berbicara, Menulis, Kosakata dan lafal Berbicara, Kosakata,dan Tata bahasa
IV
Dalam pre activity dan post activity guru-guru yang diobservasi cenderung menggunaka n pertanyaan oral tanpa media apapun untuk mengulang pelajaran yang telah lalu
LKS
Berbicara
V
Realita, Papan tulis (game) Text book
Berbicara dan tata bahasa
V
Berbicara, Lafal dan kosakata
V
Text book
Membaca dan Lafal
V
-
Membaca,
V
Post Activity -
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
89
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Tulis 11 12
Papan Tulis -
13
Papan Tulis
14
-
15
Gambar
16
-
Reader, LKS Papan tulis, Reader Handout, Reader, Caption, Papan tulis Papan tulis, Gambar, Realita, Papan tulis, LKS Papan tulis, Reader, LKS Papan tulis
1(2), 78-95
kosakata, dan lafal -
Membaca dan kosakata Berbicara dan tata bahasa
VI VI
-
Membaca dan tata bahasa
VI
LKS
Menulis dan Kosakata Menulis dan tata bahasa
VI
Menulis dan Kosakata
V
Gambar
-
VI
Pada Tabel 6, tampak bahwa 100% guru yang diobservasi menggunakan alat Bantu papan tulis dalam setiap pembelajaran, terutama dalam mengajarkan ketrampilan membaca, menulis dan berbicara. Begitu juga halnya dalam mengajarkan aspek-aspek bahasa seperti kosakata, lafal, ejaan, dan tata bahasa, guru-guru tersebut memanfaatkan papan tulis sebagai media paling utama di samping buku teks, lembar kerja siswa, realita, gambar, word cards, card games, flash cards, reader. Pembahasan Berdasarkan Tabel 1, tampak bahwa guru-guru SD yang berjumlah 16 orang di kota Singaraja sudah memanfaatkan AVA dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Inggris. AVA digunakan dalam mengajar aspek kebahasaan maupun ketrampilan berbahasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar guru (87,50%) menggunakan AVA dalam mengajar kosakata, (75,00%) dalam mengajarkan berbicara, dan (62,50%) dalam mengajarkan membaca. Untuk pembelajaran lafal, ejaan, dan menulis, terdapat 56,25% guru menggunakan bantuan AVA. Namun, dalam hal pembelajaran aspek gramatika, hanya 31,25% guru menggunakan bantuan AVA. Secara lebih rinci, frekuensi pemanfaatan AVA dalam mengajarkan aspek kebahasaan maupun ketrampilan berbahasa dapat dipaparkan sebagai berikut. Pembelajaran aspek kosakata memiliki frekuensi pemanfaatan paling banyak dibandingkandengan aspek yang lain. Ini terbukti dari pernyataan JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
90
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(2), 78-95
guru bahwa 43,75% yang selalu menggunakan AVA dan 37,50% sering memanfaatkan AVA dalam mengajar kosakata. Sehubungan dengan pembelajaran aspek ejaan 50,00% guru menyatakan sering menggunakan AVA dan hanya 6,25% yang selalu menggunakan AVA, sisanya masingmasing 18,75% jarang dan tidak pernah menggunakanbantuan AVA. Berkaitan dengan pembelajaran keterampilan berbahasa (membaca dan menulis) sebagian besar guru menyatakan selalu dan sering menggunakan AVA. Untuk pembelajaran berbicara, lebih dari 50,00% guru menyatakan selalu dan sering memanfaatkan bantuan AVA. Namun sebaliknya untuk pembelajaran keterampilan mendengarkan, lebih dari 50,00% guru menyatakan jarang dan tidak pernah menggunakan AVA. Dapat disimpulkan bahwa frekuensi pemanfaatan AVA terbanyak terdapat pada aspek kebahasaan kosakata dan ejaan. Segi keterampilan berbahasa, frekuensi pemanfaatan AVA terbanyak terdapat pada keterampilan membaca dan menulis. Berdasrkan jenis-jenis AVA yang dimanfaatkan oleh guru, hasil penelitian membuktikan bahwa hanya AVA jenis visual yang dioptimalkan pemakaiannya. Sedangkan, untuk AVA jenis audio hanya sebagian kecil yang digunakan. Bahkan AVA jenis audio visual sama sekali tidak dipergunakan. Secara detail, jenis AVA visual dimanfaatkan guru adalah sebagai berikut. Seluruh responden yaitu guru (100%) menyatakan mengoptimalkan papan tulis dan gambar. Hampir seluruh responden (93,75%) memanfaatkan benda-benda nyata, (81,25%) menggunakan flash card (kartu bergambar), (75,00%) menngunakan Clock, (62,50%) memanfaatkan Word/sentence cards. Sebagian guru (50,00%) menggunakan chart (tabel), card games, calendar, dan maps. Jenis AVA visual yang minim penggunaannya adalah cardboard boxes, building blocks, overhead projector, puppets, class mascots. English corner board, board games, dan transparencies. Sedangkan, tidak satupun guru yang memanfaatkan slide. Merujuk pada rumusan permasalahan ketiga dan keempat tentang persepsi guru dan siswa mengenai pemanfaatan AVA dalam pembelajaran bahasa inggris, hasil penelitian membuktikan hamper semua guru menyatakan setuju dan bahkan sangat setuju bahwa pemanfaatan AVA dapat membuat pembelajaran lebih produktif, lebih menarik, dapat meningkatkan motivasi siswa, dapat mempercepat pemahaman siswa terhadap pembelajaran, membuat guru lebih efisien memanfaatkan waktu mengajar, dan mampu membuat proses belajar lebih efektif.
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
91
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(2), 78-95
Tidak jauh berbeda dengan pendapat guru, hampir seluruh siswa setuju dan bahkan sangat setuju dengan pemanfaatan AVA oleh karena dapat meningkatkan pemahaman terhadap pelajaran, mempercepat proses belajar, membuat pelajaran lebih menarik, memberikan informasi kepada siswa, dan meningkatkan motivasi mereka dalam belajar. Dari paparan di atas, dapat diintisarikan bahwa baik guru dan siswa memiliki persepsi yang sangat positif terhadap pemanfaatan AVA dalam pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar. Terkait dengan hasil observasi pemanfaatan AVA dalam PBM, ditemukan bahwa dalam kegiatan awal (pre activity) guru-guru (37,5%) dari 16 sekolah menggunakan media papan tulis untuk mengarahkan siswa pada pelajaran selanjutnya dan untuk mengulang kembali pelajaran pada pertemuan berikutnya. Dalam hal ini guru menuliskan kosakata yang telah diajarkan, ataupun yang akan diajarkan di papan tulis. Dan ada juga guru yang menuliskan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan pekerjaan rumah siswa ataupun yang berhubungan dengan materi pada pertemuan itu. Dari 16 orang guru yang diobservasi ditemukan adanya penggunaan gambar dan realita (18,75%) dalam mengawali pembelajaran dan hal ini diketahui sangat membantu dalam meningkatkan semangat siswa untuk memperhatikan pelajaran. Namun hampir sebagian besar guru- guru tersebut (50,00%) tidak menggunakan media apapun dalam mengawali pembelajaran. Mereka hanay menggunakan Tanya jawab oral untuk mengarahkan siswa pada topik ataupun untuk mengulang pelajaran yang telah lalu. Penggunaan gambar di awal biasanya dilakukan jika materi yang sudah atau yang akan diberikan adalah materi dengan media yang mudah didapat ataupun dibuat sendiri oleh guru, seperti misalnya gambar buahbuahan, rumah beserta isinya. Untuk realita, guru biasanya menggunakan benda-benda di sekitar sekolah, ruang kelas, bahkan benda-benda yang dibawa oleh siswa dan guru sendiri, seperti untuk materi Clothes, things in the classroom. Pada tahap inti pelajaran (whilst activity) papan tulis adalah media pembelajaran yang utama (100%). Di sini guru menggunakan papan tulis disamping sebagai tempat untuk menuliskan materi dan soal (terutama untuk sekolah-sekolah yang siswanya tidak diberikan pegangan buku), papan tulis juga digunakan untuk menempelkan gambar dan caption. Dalam pembelajaran bahasa Inggris di 16 sekolah yang telah diobservasi, secara umum media audio visual tidak ada sama sekali. Kecenderungan yang terjadi, guru sebagian besar hanya memanfaatkan media papan tulis, text
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
92
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(2), 78-95
book yang ada, reader serta lembar lerja siswa, dan jika memungkinkan mereka umumnya menggunakan realita yang ada di sekitar mereka. Sebanyak 31,25% (5 orang) guru yang diobservasi menggunakan realita sebagai media untuk mengajarkan kosakata baru, lafal, dan tata bahasa sederhana, seperti preposition. 12,50% (2 orang) guru menggunakan media gambar dan 12,50% (2orang guru menggunakan caption untuk mengajarkan keterampilan berbicara terutama untuk mengarahkan siswa dalam belajar berbicara dalam bentuk dialog. Dari 16 sekolah yang diobservasi hanya 12,50% yang menggunakan word/letter cards, card games dan flash cards sebagai media penunjang pembelajaran. Secara keseluruhan media tersebut digunakan dalam bentuk permainan (games) yang ringan untuk memperkenalkan kosakata, ejaan, dan tata bahasa. Di salah satu sekolah, gambar buah-buahan digunakan untuk mengajarkan siswa tentang plural and singular nouns yang sederhana, selanjutnya gambar tersebut digunakan untuk mengarahkan siswa pada pemahaman tentang penggunaan like and dislike. Pada kegiatan selanjutnya gambar tersebut digunakan untuk melatih siswa dalam mengeja kata-kata dalam Bahasa Inggris dengan perpaduan kosakata dan ejaan secara bersamaan. Terkait dengan media yang digunakan oleh para guru di akhir pelajaran (post activity), dari hasil observasi ditemukan bahwa pada umumnya 5 orang guru (31,25%) memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan lembar kerja siswa atau latihan di buku teks di rumah untuk dibahas pada pertemuan selanjutnya. Namun terdapat juga seorang guru (6,25%) yang menggunakan realita sebagai media pada kegiatan akhir pembelajaran dalam bentuk permainan berbantukan papan tulis sebagai tempat menuliskan jawaban siswa. Disamping itu ada seorang guru (6,25%) menggunakan gambar pada akhir kegiatan untuk mengingatkan siswa kembali tentang apa yang sudah dipelajari. Sisanya, 9 orang guru (56,25%) sama sekali tidak menggunakan media di akhir pelajaran. Mereka hanya mengulas pelajaran dalam bentuk tanya jawab dan setelah itu berakhir dengan salam perpisahan. Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya guru lebih banyak menggunakan media visual dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris di sekolah dasar. Hal ini dikarenakan memang media tersebut yang paling mudah untuk diakses. Bahkan media audio visual semua sekolah tidak pernah menggunakannya. Hal ini karena fasilitas ini tidak tersedia di sekolah. Hasil angket membuktikan bahwa ada 2
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
93
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(2), 78-95
sekolah yang gurunya menggunakan media audio yaitu tape player dalam pembelajaran, namun dalam observasi kelas pemanfaatan itu tidak tampak. Simpulan Dari hasil penelitian yang dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. AVA digunakan dalam aspek kebahasaan maupun ketrampilan berbhasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar guru (87,50%) menggunakan AVA dalam mengajar kosakata, (75,00%) dalam mengajarkan berbicara, dan (62,50%) dalam mengajarkan membaca. Untuk pembelajaran lafal, ejaan, dan menulis, terdapat (56,25%) guru menggunakan bantuan AVA. Namun, dalam hal pembelajaran aspek gramatika, hanya 31,25% guru menggunakan bantuan AVA. Frekuensi terbesar pemanfaatan AVA oleh guru terdapat pada aspek kebahasaan kosakata dan ejaan. Segi keterampilan berbahasa, frekuensi pemanfaatan AVA terbanyak terdapat pada keterampilan membaca dan menulis. Berdasarkan jenis-jenis AVA yang dimanfaatkan oleh guru, hasil penelitian membuktikan bahwa hanya AVA jenis visual yang dioptimalkan pemakaiannya. Sedangkan, untuk AVA jenis audio hanya sebagian kecil yang digunakan. Bahkan AVA jenis audio visual sama sekali tidak dipergunakan. Dari segi persepsi guru dan siswa terhadap pemanfaatan AVA, dapat disimpulkan bahwa baik guru dan siswa memiliki persepsi yang sangat positif terhadap pemanfaatan AVA dalam pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar karena dapat membuat pembelajaran lebih produktif, lebih menarik, dapat meningkatkan motivasi siswa, dapat mempercepat pemahaman siswa terhadap pembelajaran, membuat guru lebih efisien memanfaatkan waktu mengajar, dan mampu membuat proses belajar lebih efektif. Mengingat AVA sangat bermanfaat dalam membantu proses pembelajaran, guru disarankan untuk selalu menggunakan AVA yang sesuai karakteristik materi dan kegiatan yang dilakukan siswa. Guru sebaiknya menvariasikan AVA yang digunakan dalam pembelajaran yang tidak hanya menggunakan jenis visual tetapi juga jenis audio dan audio visual. Sesuai dengan harapan pemerintah agar sekolah mengoptimalkan implementasi kurikulum berbasis kompetensi, maka sekolah disarankan
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
94
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(2), 78-95
untuk melengkapi fasilitas pembelajaran khususnya jenis audio supaya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran mendengarkan (listening) dan bila memungkinkan jenis audio visual untuk memutarkan film untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran listening dan speaking. Penelitian berikutnya bias dikonsentrasikan untuk menemukan alas an atau factor-faktor yang menyebabkan guru menggunakan jenis-jenis AVA tertentu saja. Daftar Rujukan Csabay, N. 2006. Using comic strips in language classes. English Teaching Forum. 44(1). 24-27. Direktorat PLP. 2002. Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning(CTL). Jakarta: Depdiknas. Haryanto, Y. 1995. TEFL II (Modul 1-9). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kemp, J. E. 1980. Planning and producing audio visual materials. New York: Harper and Row Publishers. Scott, W. A. & Ytreberg, L. H. 1990. Teaching english to children. London: Longman Group UK Ltd. Shin, J. K. 2006 Ten helpful ideas for teaching english to young learners. English Teaching Forum. 44(2). 2-7.
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
95