PEMAKNAAN HADIS-HADIS MUKHTALIF MENURUT ASY-SYA@FI'I@: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
Oleh: Muhammad Irfan Helmy NIM: 05.3.484/S3 Promotor: Prof. Dr. H. Suryadi, M.Ag. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A.
DISERTASI Diajukan kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Agama Islam
YOGYAKARTA 2014
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
TIM PENGUJI 1. Prof. Dr. H. Musa Asy’arie (Ketua Sidang/Penguji) 2. Dr. H. Maksudin, M. Ag. (Sekretaris Sidang) 3. Prof. Dr. H. Suryadi, M. Ag. (Promotor/Penguji) 4. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M. A. (Promotor/Penguji) 5. Dr. H. M. Alfatih Suryadilaga, M. Ag. (Penguji) 6. Dr. Ocktoberrinsyah, M. Ag. (Penguji) 7. Prof. Dr. H. Nasruddin Harahap, S.U. (Penguji) 8. Dr. H. Hamim Ilyas, M. A. (Penguji)
ii
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
iii
ABSTRAK Studi tentang hadis yang memfokuskan pada dimensi sosiologis-historis perlu dilakukan untuk menggali perspektif lain dari ilmu hadis itu sendiri. Ilmu Mukhtalif al-H}adi>s\ yang dirumuskan asy-Sya>fi'i> merupakan bagian ilmu hadis yang dapat dikaji dengan perspektif sosiologis-historis. Studi tentang metode asy-Sya>fi'i> dalam pemaknaan hadis-hadis mukhtalif termasuk studi yang layak dieksplorasi lewat perspektif sosiologis-historis. Hal ini bukan hanya karena asy-Sya>fi'i> menulis sebuah karya khusus yang disebut Ikhtila>f al-H}adi>s\, tetapi juga karena studi hadis perspektif ini relatif belum banyak dilakukan oleh para praktisi studi hadis. Studi-studi atas pemikiran hadis asy-Sya>fi'i> masih terbatas pada aspek substantif dan belum banyak menyentuh dimensi sosiologis-historis. Pemikiran di atas menjadi landasan dirumuskannya masalah-masalah pokok disertasi ini, yaitu: pertama, apa struktur kemasukakalan asy-Sya>fi'i> yang menjadi landasan bagi asy-Sya>fi'i> dalam pemaknaan hadis-hadis mukhtalif? kedua, apa kepentingan dan motif asy-Sya>fi'i> dalam merumuskan metode pemaknaan hadis-hadis mukhtalif? ketiga, bagaimana konteks sosial, politik, ideologi dan budaya secara timbal balik memengaruhi asy-Sya>fi'i> dalam pemaknaan hadis-hadis mukhtalif? keempat, dalam konteks pertarungan ahl al-h}adi>ṡ dan ahl ar-ra'y, dominasi aliran manakah yang ingin disokong asySya>fi'i> dalam konstruksi pemikiran hadis? Untuk menjawab masalah-masalah pokok di atas, disertasi ini menggunakan metode deskriptif-analitis untuk memaparkan, menafsirkan, menganalisis dan menyimpulkan secara sistematis, faktual, objektif dan akurat mengenai gagasan primer yang menjadi objek penelitian ini. Sedangkan pendekatan yang digunakan disertasi ini adalah pendekatan
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
iv
sosiologi pengetahuan. Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis perkembangan suatu pemikiran dengan melihat adanya pengaruh lingkungannya secara kronologis-historis, sehingga dapat ditemukan makna dan maksud dari sebuah pemikiran. Metode dan pendekatan di atas menyampaikan disertasi ini kepada beberapa poin temuan, yaitu: pertama, dalam struktur logis pemikiran asy-Sya>fi'i> tentang hadis Nabi Saw, pemaknaan hadis-hadis mukhtalif dengan metode yang dirumuskannya, merupakan bagian tidak terpisahkan dari gerakan mengkonter para penghujat hadis agar eksistensi hadis sebagi hujjah dapat dipertahankan sepanjang masa. Untuk tujuan itu, bagi asySya>fi’i> ikhtila>f yang terjadi antar hadis hanyalah ikhtila>f z}a>hiri> bukan ikhtila>f haqi>qi>. Kedua, kepentingan utama asy-Sya>fi'i> dalam merumuskan metode ilmu Mukhtalif al-H}adi>s\ adalah mempertahankan eksistensi hadis terutama hadis ah}ad> sebagai sumber hukum Islam. Di samping itu, perumusan ilmu Mukhtalif al-H}adi>s\ asy-Sya>fi'i> berkepentingan untuk menegaskan kebebasan dalam berijtihad dan menolak taqlid, membebaskan ulama dan intelektual dari intervensi kekuasaan, merumuskan sintesis dari pertentangan antar aliran pemikiran dalam memahami teks-teks keagamaan, dan mensistematisasi metodologi ilmu-ilmu keislaman terutama ilmu-ilmu hadis. Ketiga, dengan melihat kepada konteks sosial masa asy-Sya>fi'i>, terungkap bahwa pemaknaan hadis-hadis mukhtalif yang dirumuskan asy-Sya>fi'i> dipengaruhi oleh dinamika keilmuan yang berkembang sebelum dan ketika asy-Sya>fi'i> hidup baik dari aspek teori maupun metodologi. Keempat, dalam konteks pertarungan antaraliran pemikiran, terungkap bahwa metode berpikir asy-Sya>fi'i> ternyata tidak menunjukkan keberpihakan kepada salah satu aliran yang menonjol pada masanya yaitu madrasah al-h{adi>s\ dan madrasah ar-ra'y. Dengan demikian,
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
v
pendapat yang menyatakan bahwa asy-Sya>fi'i> sepenuhnya berpihak kepada ahli hadis, perlu ditinjau kembali. Mengingat konteks saat ini berbeda dengan konteks masa asy-Sya>fi'i> yang melatarbelakangi pemaknaan hadis-hadis mukhtalif, maka perlu dirumuskan ilmu Mukhtalif al-H}adi>s\ dengan pendekatan hermeneutik-kritis. Selain bertujuan mengungkap makna yang sebenarnya dari teks hadis, pendekatan ini juga mengajak para peneliti untuk melepaskan diri dari ideologi atau pemikiran yang membatasi munculnya inovasi pemikiran dan paradigma baru dalam studi hadis.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
vi
KATA PENGANTAR
Bismilla>hirrah}ma>nirrah}i>m
Segala puji dan sanjungan hanya milik Allah Subh}a>nahu> Wa Ta'a>la>, Tuhan yang kepada-Nya kembali semua makhluk. Dialah Tuhan yang dari-Nya bersumber segala ilmu dan pengetahuan. Alh}amdulilla>hi Rabbil 'A
n, berkat kuasa dan taufiq-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan disertasi ini. Sebuah proses yang cukup melelahkan sekaligus menegangkan sebelum sampai kepada puncak akademik jenjang Doktor. Sebuah "ritual" yang merubah rutinitas seseorang sekaligus menciptakan rutinitas baru demi pencapaian sebuah otoritas akademik. Sebuah perjalanan yang tidak hanya membutuhkan ketajaman intelektual, tetapi juga kekuatan spiritual sekaligus keseimbangan emosional. Dan sekali lagi Alh}amdulilla>h, Allah Subh}a>nahu> Wa Ta'a>la> telah mengaruniakan taufiq-Nya kepada penulis untuk melewati semua itu. Layaknya sebuah karya akademik jenjang Doktor, disertasi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademik bagi pengembangan studi Islam. Sebagai manusia biasa penulis juga berharap disertasi ini dapat memberikan manfaat bagi para peminat studi hadis Nabi Saw walaupun penulis sendiri menyadari sepenuhnya, karya disertasi ini tidak luput dari kekurangan. Meskipun demikian, inilah ikhtiyar yang dapat penulis sumbangkan bagi pengembangan studi hadis di Tanah Air. Dalam penulisan disertasi ini, banyak pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian disertasi ini. Untuk itu, ijinkanlah penulis dengan penuh kerendahan hati menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggitingginya kepada :
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
vii
1. Prof. Dr. Suryadi, M. Ag. selaku promotor I yang dengan keluwesan, keterbukaan dan ketelitiannya telah memberikan bimbingan, arahan dan koreksi dalam proses penulisan disertasi ini sehingga terwujud seperti yang tampak saat ini. 2. Dr. phil. Sahiron Syamsuddin, MA. selaku promotor II yang di tengah mobilitasnya beraktivitas dari kota satu ke kota lainnya, masih menyempatkan diri membaca dan memberikan koreksi dengan teliti naskah disertasi ini sehingga menjadikan disertasi ini lebih baik dari sebelumnya. 3. Prof. Dr. Musa Asy'arie, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang pendapat-pendapatnya pada saat memberikan perkuliahan program Doktor (2005-2006) banyak menyiratkan bahwa studi program Doktor 'wajib' diselesaikan oleh mereka yang sudah terjun di dalamnya. 4. Prof. Dr. Khoiruddin Nasution, MA, Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga yang dengan tekun senantiasa memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan penulisan disertasi ini. 5. Dr. Imam Sutomo, M. Ag., Ketua STAIN Salatiga yang selalu antusias mengingatkan penulis untuk menyelesaikan penulisan disertasi ini sehingga bisa kembali menginfakkan waktu lebih banyak lagi demi kemajuan lembaga. 6. K.H. Irfan Hielmy (alm) semoga Allah senantiasa merahmati beliau yang pada saat menjadi pengasuh Pesantren Darussalam Ciamis Jawa Barat telah membuka wawasan penulis akan pentingnya intelektualitas dan kesalehan bagi seorang penuntut ilmu. Beliaulah yang mengajarkan para santrinya meneladani spirit muslim moderat, mukmin demokrat dan muhsin diplomat. 7. Para guru dan dosen penulis yang jasanya tidak akan bisa ternilai sejak penulis memulai pendidikan dasar hingga
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
viii
pendidikan Doktor. Tanpa mereka penulis tidak akan sampai pada kondisi seperti saat ini. Dengan ketulusan merekalah, penulis berharap semoga semua pengetahuan yang penulis terima menjadi ilmu yang bermanfaat. 8. Ayahanda Drs. H. Entjum Ma'sum dan Ibunda Hj. Euis Hermawati serta kedua mertua penulis H. Rohayat dan Hj. Siti Mariyah (alm.), merekalah yang tidak pernah berhenti senantiasa berdo'a bagi kesuksesan penulis dalam menjalani hidup dan kehidupan ini. Tetesan air mata merekalah bukti ketulusan hati mereka berharap yang terbaik bagi penulis. 9. Belahan jiwa penulis, Heti Rohaeti, AMK., ibu dari ketiga buah cinta Aliffia Hilmiaty (12), Najma Millati Hanifa (9), Muhammad Khatami Mutsaqqof (4) yang telah menunjukkan keikhlasan dan kesabaran mendampingi penulis dalam proses penulisan disertasi ini. Ketulusannya tidak menjadikannya bosan untuk selalu mengingatkan penulis agar segera menyelesaikan disertasi ini. 10. Ananda tersayang Fia, Najma dan Hatta. Merekalah yang menjadi obat bagi penulis pada saat kondisi lelah mendera penulis di tengah penyelesaian disertasi ini. Merekalah yang acapkali "protes" ketika penulis harus berlama-lama beri'tizal menyelesaikan disertasi sehingga mengurangi kebersamaan dengan mereka. Anak-anakku, inilah bukti ketulusan kalian semua. 11. Adinda tersayang Ali, Neneng, Hammam, Anis, Hadi, Ati, Opik dan Ai. Merekalah yang senantiasa penulis banggakan karena ketulusan mereka berbagi yang terbaik dengan penulis. Bersama merekalah penulis merasakan betapa manisnya ukhuwwah islamiyah dalam hidup. 12. Para karyawan Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, Perpustakaan STAIN Salatiga, teman-teman dosen STAIN Salatiga, IKPDN,
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
ix
IKADA, Ar-Ra>bit}ah al-'Aj al-Azhar asySyari>f Cabang Indonesia dan semua sahabat serta kolega penulis yang demikian besar jasanya bagi penulisan disertasi ini. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada mereka, penulis tidak sebutkan satu per satu dalam naskah ini. Untuk mereka semua penulis berdo'a semoga apa yang telah disumbangkannya menjadi amal saleh dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Jaza>kumulla>h ah}sanal jaza>'. A<mi>n. Salatiga,
Maret 2014
Muhammad Irfan Helmy, Lc., MA
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................... TIM PENGUJI ................................................................... ABSTRAK........................................................................... KATA PENGANTAR ........................................................ DAFTAR ISI ...................................................................... A. B. C. D. E.
i ii iii vi x
Latar Belakang ........................................................ Rumusan Masalah ................................................... Kerangka Teori ......................................................... Metode dan Pendekatan ........................................... Temuan Penelitian ................................................... 1. Orisinalitas ilmu mukhtalif al-Hadis asy-Syafi’i .......................................................... 2. Kepentingan dalam perumusan metode ilmu mukhtalif al-hadis ...................................... 3. Pengaruh dinamika keilmuan terhadap metode rumusan asy-Syafi’i ............................... 4. Netralitas ay-Syafi’i ........................................... 5. Pendekatan hermeneutic-kritis dalam pemaknaan hadis-hadis mukhtalif ...................... F. Penutup .....................................................................
1 3 3 10 12
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...........................................
31
13 14 19 24 24 27
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
1
A. Latar Belakang Tidak dapat dimungkiri, bahwa eksistensi hadis sepeninggal Nabi Muhammad Saw berada pada suatu kondisi yang mulai tidak seimbang dibanding dengan eksistensi alQur'an. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut. Pertama, cara periwayatan hadis yang selain berlangsung secara lafal juga berlangsung secara makna. Kedua, dalam sejarah hadis telah muncul berbagai pemalsuan terhadap hadis. Ketiga, hadis merupakan sumber ajaran Islam yang dibukukan dalam rentang waktu jauh lebih lama daripada pembukuan al-Qur'an. Keempat, periwayatan hadis selain beragam metodenya, juga beragam tingkat validitas masing-masing metodenya. Faktorfaktor inilah yang kemudian membuka peluang untuk diadakan pengkajian dan penelitian hadis dalam banyak persoalan yang tidak jarang menimbulkan perdebatan.1 Salah satu upaya memperkuat eksistensi hadis yang dilakukan para ulama adalah dengan memberikan perhatian kepada studi matan hadis.2 Selain sanad yang menjadi pilar transmisi hadis dari masa ke masa, matan adalah salah satu bagian terpenting dari hadis. Tanpa matan, hadis tidak akan bernilai apa-apa. Praktik keberagamaan yang sampai saat ini berlangsung adalah buah dari pemahaman terhadap matan hadis. Karenanya, studi matan hadis mutlak mendapat perhatian. 1
Erfan Soebahar, Menguak Fakta Keabsahan Al-Sunnah: Kritik Mus}t}afa> as-Siba>'i terhadap Pemikiran Ah}mad Ami>n mengenai Hadis dalam Fajr al-Isla>m (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet. Ke-1., hlm. 5. 2 Muh}ammad T}a>hir al-Jawa>bi, Juhu>d al-Muh}addis\i>n fi Naqd Matn al-H}adi>s\ an-Nabawi asy-Syari>f (Tu>nis: Mu'assassah Abd al-Kari>m ibn Abdulla>h, tt.). Dalam buku ini penulis mengupas secara komprehensif seluk beluk metodologi krtitik matan hadis. Secara sistematis penulis berhasil memetakan teori-teori kritik matan hadis dan menarik garis pembatas yang jelas dengan metodologi kritik sanad hadis.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
2
Dalam konteks studi matan hadis, salah satu persoalan besar adalah ketika dalam tataran realitas ditemukan hadis-hadis yang secara substantif bertentangan satu sama lain. Redaksi hadis-hadis itu masing-masing memberikan muatan hukum yang saling bertentangan tentang suatu masalah. Dalam kondisi seperti ini, matan hadis-hadis tersebut menjadi sulit untuk dipahami karena tidak mungkin mengamalkan salah satu hadis secara langsung dengan begitu saja mengesampingkan matan hadis yang lainnya. Kondisi dimana terjadi pertentangan isi matan hadis dengan matan hadis lainnya disebut dengan ikhtila>f al-h}adi>s\ dan hadis-hadis yang saling bertentangan disebut dengan mukhtalif al-h}adi>s\.3 Salah seorang tokoh yang memelopori metode penyelesaian hadis-hadis yang bertentangan dari segi makna adalah Muhammad bin Idris asy-Sya>fi’i> (150–204 H.). Pemikiran-pemikirannya tentang ilmu mukhtalif al-H}adi>ṡ tertuang dalam karyanya Ikhtila>f al-H}adi>s.\ Karya ini diakui sebagai karya pertama yang ditulis seorang tokoh yang membahas tentang hadis-hadis yang bertentangan secara makna dan metode penyelesaiannya. Buku ini menjadi inspirasi bagi munculnya karya-karya setelahnya tentang h}adiṡ-hadismukhtalif. Metode yang digunakan asy-Sya>fi’i> dalam menyelesaikan pertentangan antarhadis diakui sebagai metode yang orisinil. Ini terbukti dengan karya-karya setelahnya yang membahas tentang mukhtalif al-H}adi>s \yang hanya berputar pada metode yang digunakan asy-Sya>fi’i>. Kelebihan yang digunakan asy-Sya>fi’i> ini, terlihat pada rumusan masalah-masalah fundamental yang kemudian dibahasnya secara mendalam sehingga menghilangkan kerumitan yang tampak sebelumnya.
3
Ibid., hlm. 368.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
3
Sejauh ini studi tentang metode asy-Sya>fi'i> dalam pemaknaan hadis-hadis mukhtalif masih terbatas pada aspek substantif dan belum banyak menyentuh dimensi sosiologishistoris, padahal studi tentang metode asy-Sya>fi'i> dalam pemaknaan hadis-hadis mukhtalif termasuk studi yang layak dieksplorasi lewat perspektif sosiologis-historis. Hal ini bukan hanya karena asy-Sya>fi'i> menulis sebuah karya khusus yang disebut Ikhtila>f al-H}adi>s\, tetapi juga karena studi hadis perspektif ini relatif belum banyak dilakukan oleh para praktisi studi hadis. Studi hadis yang memfokuskan pada dimensi sosiologis-historis perlu dilakukan untuk menggali perspektif lain dari ilmu hadis itu sendiri. B. Rumusan Masalah Pemikiran di atas menjadi landasan dirumuskannya masalah-masalah pokok berikut ini, yaitu: Pertama, apa struktur kemasukakalan asy-Sya>fi'i> yang menjadi landasan bagi asySya>fi'i> dalam pemaknaan hadis-hadis mukhtalif? Kedua, apa kepentingan dan motif asy-Sya>fi'i> dalam merumuskan metode pemaknaan hadis-hadis mukhtalif? Ketiga, bagaimana konteks sosial, politik dan budaya secara timbal balik memengaruhi asySya>fi'i> dalam mencetuskan metode pemaknaan hadis-hadis mukhtalif? Keempat, dalam konteks pertarungan madrasah alh}adi>ṡ dan madrasah ar-ra'y, dominasi aliran manakah yang ingin disokong asy-Sya>fi'i> dalam konstruksi pemikiran hadis? C. Kerangka Teori Agar tetap konsisten dalam pencapaian tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan beberapa terminologi sebagai kerangka teori yang merupakan kata kunci dalam disiplin sosiologi pengetahuan (sociology of knowledge). Berikut adalah paparannya:
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
4
1. Struktur Kemasukakalan (Plausibility Structure) Pada mulanya pembahasan tentang struktur kemasukakalan erat kaitannya dengan disiplin sosiologi agama. Dalam telaah sosiologi agama, problem yang muncul berkaitan dengan kemasukakalan biasanya berkisar seputar pertanyaan mengapa dan bagaimana individu-individu mengklaim keyakinan mereka sebagai sebuah kebenaran. Dalam perspektif psikologi, kemasukakalan ini ditafsirkan sebagai fenomena yang hampir sempurna subjektifitasnya. Sedangkan ilmuwan sosial tidak hanya memfokuskan pembahasan pada substansi dari sistem pemaknaan tetapi juga hubungan dialektik antara pemaknaan dan konteks sosio-kultural yang lebih luas yang menjadikan sebuah pemaknaan sebagai sesuatu yang masuk akal atau logis.4 Struktur kemasukakalan merupakan salah satu fokus pembicaraan dalam sosiologi pengetahuan. Konsep struktur kemasukakalan merupakan pintu masuk bagi diakuinya relativitas dalam suatu pemikiran. Sementara itu, diakuinya relativitas merupakan tujuan sosiologi pengetahuan yang secara terang-terangan menolak objektivitas (ala positivisme ilmu-ilmu kealaman) dalam ranah ilmu-Ilmu sosial.5 Intinya, struktur kemasukakalan adalah pemaknaan seorang individu atas sebuah realitas yang dialaminya. Pemaknaan ini akan sangat dipengaruhi oleh konteks sosiologis setiap individu. Artinya, sebuah realitas bisa dimaknai berbeda oleh individu-individu yang berbeda tergantung pada subyektifitasnya. Karena itu, sebuah realitas bisa saja pada satu waktu dipahami berbeda dengan 4
Internet Website, http://hirr.hartsem.edu/ency/Plausibility.htm, diakses tanggal 8 Novemver 2010. 5 Muhyar Fanani, Fiqih Madani: Konstruksi Hukum Islam di Dunia Modern (Yogyakarta: LKiS, 2010), hlm. 112.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
5
pemahaman terhadap realitas itu pada waktu yang lain. Pendek kata, struktur kemasukakalan erat kaitannya dengan relativitas sebuah pemaknaan terhadap realitas. Struktur kemasukakalan membantu para pengkaji untuk memahami sebuah pemikiran yang dicetuskan seseorang. 2. Teori Determinasi Sosial Pengetahuan Teori determinasi sosial pengetahuan adalah teori yang menyatakan bahwa sebuah pemikiran, ide atau pengetahuan yang dicetuskan seseorang adalah sebagai hasil dari dinamika dan interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat tempat individu itu tinggal. Dalam kerangka ini, sosiologi pengetahuan mencermati kekuatan-kekuatan yang hidup dan sikap-sikap aktual yang mendasari sikap-sikap teoretis. Kekuatan itu tidak dilihat sebagai sesuatu yang individual belaka, namun lebih pada tujuan kolektif suatu kelompok yang mendasari pemikiran individu. Sosiologi pengetahuan melihat individu hanyalah berpartisipasi dalam pandangan yang telah digariskan kelompok. Oleh karena itu, sebagian besar pemikiran dan pengetahuan tak bisa dimengerti secara betul selama kaitannya dengan kehidupan atau dengan implikasi sosial kehidupan manusia tidak diperhitungkan.6 Dengan melihat latar belakang sosial akan terkuak kekuatan-kekuatan yang tidak kelihatan yang mendasari pengetahuan. Dengan demikian, pikiran dan gagasan bukanlah hasil ilham-terisolasi, tapi lebih merupakan pengalaman
6
Karl Mannheim, Ideologi dan Utopia: Menyingkap Kaitan Pikiran dan Politik, terj. F. Budi Hardiman (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hlm. 291292.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
6
historis kolektif suatu kelompok yang diandaikan individu yang kemudian dianggap sebagai pikiran kelompok.7 Tesis yang ingin dikembangkan oleh sosiologi pengetahuan adalah bahwa proses sosial historis merupakan proses yang memiliki makna yang hakiki bagi kebanyakan wilayah pengetahuan. Konsep kebenaran tidak tetap sepanjang jaman, melainkan bergerak dinamis mengikuti proses perubahan historis. Kriteria kebenaran sangat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk pengetahuan yang dominan dan situasi intelektual umum pada suatu masa. 3. Teori Relasionisme Teori relasionisme sesungguhnya adalah konsekuensi logis dari teori determinasi sosial pengetahuan. Ketika teori determinasi sosial pengetahuan menyimpulkan bahwa suatu ide atau pengetahuan berkembang sesuai dengan konteks sosial pencetusnya, itu berarti bahwa selalu ada kaitan atau relasi antara pengetahuan dengan realitas sosial. Itulah sesungguhnya inti dari relasionisme. Relasionisme tidak sama dengan relativisme. Titik perbedaan antara keduanya terletak pada perspektif tentang konsep kebenaran. Dalam relativisme, tidak ada sesuatu pengetahuan yang diakui kebenarannya secara tetap dan absolut. Sedangkan relasionisme sama sekali tidak menafikan kebenaran. Relasionisme membatasi kebenaran sesuai dengan konteks sosial dimana kebenaran itu muncul. Dengan kata lain, lain konteks sosial, akan lain pula perspektif kebenaran yang muncul meskipun tentang satu objek yang sama. Selalu ada relasi antara pengetahuan atau ide dengan konteks sosial
7
Ibid., hlm. 292.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
7
pencetusnya.8 Dengan berpijak pada teori relasionisme ini, maka dalam proses pemaknaan suatu ide atau pengetahuan tidak hanya terpaku pada bunyi dari ide atau pengetahuan tersebut. Yang mutlak dilakukan adalah menguak konteks sosiologis maupun psikologis dari pencetus ide atau pengetahuan. Dengan langkah ini, makna dibalik suatu ide atau pengetahuan akan dapat ditangkap secara utuh dan tepat. Ini berangkat dari asumsi bahwa pengetahuan pada dasarnya adalah bukan pengetahuan itu sendiri, melainkan akibat dari dinamika sosial yang digeluti pencetusnya. Pendek kata, pengetahuan atau ide adalah akumulasi dari realitas-realitas yang saling berinteraksi pada masa tertentu. 4. Ideologi dan Utopia Konsep ideologi dan utopia adalah salah satu sumbangan Karl Mannheim dalam sosiologi pengetahuan. Konsep ideologi mencerminkan satu penemuan yang timbul dari konflik politik, yakni bahwa kelompok-kelompok yang berkuasa dalam pikiran mereka menjadi sedemikian intensif terbelenggu pada kepentingan suatu situasi sehingga mereka tidak dapat dengan mudah lagi melihat fakta-fakta tertentu yang akan menghancurkan rasa penguasaan mereka. Di dalam kata ideologi, tersirat pemahaman bahwa dalam situasi-situasi tertentu ketidaksadaran kolektif kelompok-kelompok tertentu menggelapkan kondisi riil dari suatu masyarakat baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi kelompok-kelompok lain dan dengan jalan itu menstabilkan kondisi masyarakat itu. 9 Sedangkan konsep pemikiran utopis mencerminkan penemuan yang berlawanan dari perjuangan politis, yaitu bahwa 8 9
Ibid., hlm. 307 Ibid., hlm. 42.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
8
kelompok-kelompok tertentu yang tertindas secara intelektual sedemikian kuatnya berkepentingan untuk menghancurkan dan mengubah kondisi masyarakat yang ada sehingga mereka mau tidak mau hanya melihat unsur-unsur yang cenderung menolak kondisi tersebut dalam situasi tersebut. Pikiran mereka tidak mampu mendiagnosis kondisi masyarakat yang ada secara tepat. Mereka tidak memusatkan diri pada apa yang sesungguhnya ada melainkan dalam pikiran mereka, mereka sudah berusaha mengubah situasi yang ada. Pikiran mereka tak pernah merupakan suatu diagnosis atas situasi itu; pikiran mereka hanya dapat digunakan sebagai suatu arah tindakan. Dalam mentalitas utopis, ketidaksadaran kolektif yang dijuruskan oleh keinginan-keinginan dan kehendak untuk bertindak, menyembunyikan segi-segi tertentu dari kenyataan. Pikiran utopis itu pada gilirannya kembali pada segi sesuatu yang akan menggoncangkan keyakinan atau melumpuhkan keinginannya sendiri untuk mengubah kenyataan. 10 Pandangan Mannheim tentang ideologi dan utopia ini sesuai dengan prinsip-prinsip yang dibahasnya dalam sosiologi pengetahuan. Pada dasarnya, pengetahuan manusia tidak bisa dilepaskan dari eksistensinya. Orang yang menganut ideologi dari sebuah sistem kemasyarakatan tertentu akan sulit melihat kebenaran dari sebuah teori kemasyarakatan lain yang tidak didasarkan pada sistem yang ada, karena bagi penganut ideologi dari sistem kemasyarakatan yang ada, adalah kepentingannya untuk mempertahankan sistem ini. Baginya semua kemungkinan lain adalah kemungkinan yang utopis, dalam arti utopia yang absolut.11 10 11
Ibid.
Arif Budiman, "Dari Patriotisme Ayam dan Itik sampai ke Sosiologi Pengetahuan: Sebuah Pengantar", dalam Karl Mannheim, Ideologi
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
9
5. Dialektika Eksternalisasi, Objektivasi dan Internalisasi Dalam perspektif sosiologi pengetahuan, selalu ada dialektika diri (the self) dengan dunia sosio-kultural. Dialektika itu berlangsung dalam suatu proses dengan tiga momen simultan, yaitu eksternalisasi (penyesuaian diri dengan dunia sosio-kultural sebagai produk manusia), objektivasi (interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi), dan internalisasi (individu mengidentifikasi diri dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi tempat individu menjadi anggotanya).12 Tentang eksternalisasi, Berger menje1askan bahwa sebagai produk sosial, eksternalisasi manusia memiliki karakter sui generis sebagai perlawanan, baik dimensi organik mereka maupun konteks lingkungannya. Hal ini penting untuk menekankan bahwa eksternalisasi merupakan kebutuhan antropologis manusia. Adalah tidak mungkin manusia menutup diri. Manusia harus terlibat dalam proses eksternalisasi diri dalam setiap aktivitasnya. Dengan dalil eksternalisasi ini, Berger berpendapat bahwa pengetahuan masyarakat adalah produk manusia dan konstruksi pengetahuan masyarakat adalah on going human production. Oleh karena itu, manusia sebagai individu secara sadar atau tidak sadar selalu melakukan eksternalisasi diri secara terus-menerus untuk menjaga eksistensi tatanan sosial yang telah diciptakannya, meski kadang harus tunduk dan bahkan kehilangan eksistensi dan Utopia: Menyingkap Kaitan Pikiran dan Politik , terj. F. Budi Hardiman (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hlm. xix. 12
Lihat Frans M. Farera, "Menyingkap Misteri Manusia sebagai Homo Faber", dalam Peter Berger dan Thomas Luckmann, Tafsir Sosial atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi Pengetahun, terj. Hasan Basyari (Jakarta: LP3ES, 1990), hlm. xx.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
10
dirinya. Dimensi eksternalisasi suatu pengetahuan berlanjut kepada proses objektivasi. Proses objektivasi adalah proses signifikasi. Artinya, proses produksi pengetahuan di masyarakat pada dasarnya merupakan tanda bagi proses objektivasi itu sendiri.13 Proses penandaan ini merupakan proses habitualisasi (habitualization) kolektif masyarakat yang terinstitusionalisasi lewat proses yang berulang-ulang. Dengan kata lain, realitas kehidupan sehari-hari selain terisi oleh objektivasi, juga memuat signifikasi. Signifikasi atau pembuatan tanda-tanda oleh manusia, merupakan objektivasi yang khas, yang telah memiliki makna intersubjektif walaupun terkadang tidak ada batas yang jelas antara signifikasi dan objektivasi. Setiap individu menafsirkan realitas objektif secara subjektif. Dalam proses menafsir itulah berlangsung internalisasi. Internalisasi adalah proses yang dialami manusia untuk 'mengambil alih' dunia yang sedang dihuni sesamanya. Internalisasi berlangsung seumur hidup dengan melibatkan sosialisasi, baik primer maupun sekunder. Internalisasi adalah proses penerimaan definisi situasi yang disampaikan orang lain tentang dunia institusional. Dengan diterimanya definisidefinisi tersebut, maka individu tidak hanya mampu mamahami definisi orang lain, tetapi lebih dari itu, turut mengkonstruksi suatu definisi secara bersama dan kolektif. Dalam proses mengkonstruksi inilah, individu berperan aktif sebagai pembentuk, pemelihara, sekaligus perubah masyarakat. D. Metode dan Pendekatan Penelitian ini adalah penelitian literer yang mengkaji pemikiran asy-Sya>fi’i> tentang hadis-hadis mukhtalif dan 13
Ibid., hlm. 35-36.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
11
pemaknaannya. Sumber primer dalam penelitian ini adalah karya yang ditulis asy-Sya>fi’i> tentang ilmu mukhtalif al-H}adi>s\ yaitu kitab Ikhtila>f al-H}adi>s\. Adapun sumber sekunder dalam penelitian ini adalah karya-karya orang lain baik berupa buku, jurnal, artikel, makalah maupun karya ilmiah akademik (tesis dan disertasi) yang mengkaji tentang pemikiran asy-Sya>fi’i> tentang ilmu mukhtalif al-h}adiṡ. Termasuk dalam sumber sekunder ini adalah karya-karya orang lain tentang ilmu mukhtalif al-h}adi>ṡ baik yang memfokuskan pada metode penyelesaian hadis-hadis mukhtalif maupun teori-teori ikhtila>f al-H}adi>s\ secara umum. Untuk menjawab masalah-masalah pokok di atas, penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis14untuk memaparkan, menafsirkan, menganalisis dan menyimpulkan secara sistematis, faktual, objektif dan akurat mengenai gagasan primer yang menjadi objek penelitian ini yaitu dimensi sosiologis-historis pemaknaan hadis-hadis mukhtalif asy-Sya>fi’i>. Sedangkan pendekatan yang digunakan penelitian ini adalah pendekatan sosiologi pengetahuan. Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis perkembangan suatu pemikiran dengan melihat adanya pengaruh lingkungannya secara kronologishistoris, sehingga dapat ditemukan makna dan maksud dari sebuah pemikiran.15 Pendekatan sosiologi pengetahuan dikenal mempunyai perhatian besar dalam memahamai hubungan timbal balik antara 14
Jujun S. Suriasumantri, "Penelitian Ilmiah Kefilsafatan dan Keagamaan: Mencari Paradigma Kebersamaan" dalam Tradisi Baru Penelitian agama Islam Tinjauan antar Disiplin (Bandung: Nuansa, 1998), Cet. Ke-1, hlm. 44. 15 Lihat: Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat (Yogyakarta: Paradigma, 2005), Cet. Ke-1, hlm. 58; Jujun S. Suriasumantri, Penelitian, hlm. 45.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
12
pemikiran dengan konteks sosial yang melingkupinya, termasuk kepentingan dominasi dan hegemoni yang disokongnya. Tugas sosiologi pengetahuan adalah menganalisis bentuk-bentuk sosial pengetahuan, membicarakan proses bagaimana inividu-individu memeroleh pengetahuan tersebut, dan akhirnya membahas pengorganisasian institusional dan distribusi sosial pengetahuan. Sosiologi pengetahuan akan membantu memahami hubungan antara pengetahuan dengan struktur dan kesadaran sosial masyarakat.16 Sebagai sebuah pendekatan, sosiologi pengetahuan mencurigai secara kritis hubungan antara pengetahuan dengan kepentingan. Oleh karena itu, pengkaji sosiologi pengetahuan mengkaji motif, kepentingan, dan konteks yang mendorong munculnya suatu pengetahuan atau suatu ide. Di samping itu, tujuan apa yang akan dicapai dengan pengetahuan atau ide itu juga menjadi fokus perhatian. Dalam perspektif sosiologi pengetahuan, suatu pengetahuan atau ide biasanya dapat dianalisis terkait dengan hegemoni atau dominasi apa yang ingin disokongnya. Apabila suatu ide baru bermunculan, maka ide baru itu dapat dicurigai mengusung suatu keinginan untuk menegakkan dominasi atau hegemoni yang baru. Inilah fokus utama kajian sosiologi pengetahuan. Di samping itu, sosiologi pengetahuan biasanya juga memerhatikan paradigma suatu pengetahuan. Paradigma tertentu harus dicurigai mengusung kepentingan tertentu atau ingin menyokong dominasi (hegemoni) tertentu. E. Temuan Penelitian Metode dan Pendekatan di atas menyampaikan penelitian ini kepada beberapa poin temuan, yaitu:
16
Muhyar Fanani, Metode., hlm. 64.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
13
1. Orisinalitas ilmu mukhtalif al-h}adi>s| Asy-Sya>fi’i> Asy-Sya>fi’i> adalah pelopor peletak dasar-dasar ilmu mukhtalif al-H}adi>s\. Kontribusi asy-Sya>fi’i> dalam ilmu mukhtalif al-h}adi>s\ dapat ditelusuri lewat karyanya ar-Risa>lah dan Ikhtila>f al-H}adi>s\. Kedua karya ini adalah diantara karyakarya asy-Sya>fi’i> lainnya yang sangat terkenal dalam khazanah keilmuan Islam. Dalam kedua karya inilah asy-Sya>fi’i> secara rinci berbicara tentang cara menyelesaikan pertentangan yang terjadi dalam hadis Nabi saw. Metode yang digunakan asy-Sya>fi’i> dalam menyelesaikan pertentangan antarhadis diakui sebagai metode yang orisinil. Ini terbukti dengan karya-karya setelahnya yang membahas tentang mukhtalif al-H}adi>s \yang hanya berputar pada metode yang digunakan asy-Sya>fi’i>. Kelebihan metode yang digunakan asy-Sya>fi’i> ini, terlihat pada rumusan masalahmasalah fundamental yang kemudian dibahasnya secara mendalam sehingga menghilangkan kerumitan yang tampak sebelumnya. Dalam pandangan asy-Sya>fi'i>, tidak ada pertentangan yang sesungguhnya terjadi antarhadis. Dengan demikian, ikhtila>f yang terjadi antarhadis hanyalah ikhtila>f z}a>hiri> bukan ikhtila>f haqi>qi>. Hal ini berdasarkan kepada aplikasi metode pemaknaan hadis-hadis mukhtalif yang dirumuskan asy-Syafii. Secara hierarkis-gradual, metode yang diterapkan asySya>fi’i> dalam menyelesaikan hadis-hadis mukhtalif terdiri dari dari tiga langkah. Pertama, mengkompromikan antara dua hadis yang saling bertentangan selama memungkinkan. Kedua, jika langkah kompromi antara dua hadis yang bertentangan tidak mungkin dilakukan, maka ditempuh metode Naskh dengan memperhatikan beberapa syarat. Hadis yang secara historis diketahui disampaikan Nabi Saw lebih akhir, maka ia menjadi Na>sikh bagi hadis yang disampaikan Nabi Saw lebih dahulu.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
14
Dengan demikian, hadis yang menjadi Na>sikh inilah yang diamalkan. Ketiga, dalam kondisi langkah kompromi tidak bisa dilaksanakan dan tidak diketahui mana hadis yang menjadi Na>sikh dan mana yang menjadi Mansu>kh, maka yang ditempuh adalah metode Tarji>h dengan mempertimbangkan aspek-aspek valid yang dapat memposisikan sebuah hadis lebih dapat diterima ketimbang hadis lainnya (murajjiha>t mu'tabarah). 2. Kepentingan dalam perumusan metode ilmu Mukhtalif al-
H}adi>s\ Kepentingan utama asy-Sya>fi'i> dalam merumuskan metode ilmu Mukhtalif al-H}adi>s\ adalah mempertahankan eksistensi hadis terutama hadis ah}ad> sebagai sumber hukum Islam. Pada masanya, asy-Sya>fi’i> menyaksikan munculnya kelompok-kelompok yang menolak hadis sebagai sumber hukum Islam. Jika melihat kepada konteks sosial yang terjadi pada abad pertama dan kedua Hijriyah, penolakan terhadap hadis sebagai sumber hukum Islam sesungguhnya imbas dari konflik dan perseteruan yang bernuansa politik terutama pasca wafatnya khalifah Usman bin Affan yang kemudian semakin memanas pada masa khalifah Ali bin Abu Talib. Kelompok penolak hadis yang pertama adalah mereka yang menolak hadis secara keseluruhan. Kelompok ini berargumentasi bahwa al-Qur'an telah mencakup semua penjelasan tentang segala sesuatu.17 Sedangkan kelompok penolak hadis kedua yang dihadapi asy-Sya>fi'i> adalah mereka yang menolak hadis kecuali jika terdapat ayat al-Qur'an yang semakna dengan hadis itu. Dengan ungkapan lain, bagi 17
Muh}ammad Abu> Zahrah, Asy-Sya>fi'i: H}aya>tuh wa 'As}ruh Ara>'uh wa Fiqhuh (Kairo: Da>r al-Fikr al-Arabi, 1948),hlm. 192; Abdul H}ali>m alJundi, al-Ima>m asy-Sya>fi'i>: Na>s}ir as-Sunnah wa Wa>d}i' al-Us}u>l (Kairo: Da>r al-Ma'a>rif, t.t.), hlm. 234.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
15
kelompok ini hadis harus mempunyai pendukung dari al-Qur'an untuk dapat diterima sebagai dalil.18 Disamping kepentingan utama di atas, perumusan ilmu Mukhtalif al-H}adi>s\ asy-Sya>fi'i> juga mempunyai 4 (empat) kepentingan lainnya, yaitu: a. Menegaskan kebebasan dalam berijtihad dan menolak taqlid Dalam perjalanan intelektual asy-Sya>fi’i>, hal ini jelas terlihat dalam sikapnya terhadap para ulama yang pernah berinteraksi dengannya. Asy-Sya>fi’i> tidak segan-segan mengkritik para ulama tidak hanya yang berasal dari Hijaz tetapi juga mereka yang berasal dari Irak. Lebih dari itu, asySya>fi’i> bahkan mengkritik imam Malik yang merupakan gurunya sendiri ketika imam Malik meninggalkan hadis s}ah}i>h} dan lebih mengutamakan salah satu pendapat sahabat, tabi'in atau pendapat imam Malik sendiri. Kritik paling tajam yang diarahkan asy-Sya>fi’i> kepada imam Malik adalah ketika imam Malik dalam satu kasus meninggalkan pendapat Ibn Abbas dan lebih memilih pendapat Ikrimah padahal imam Malik sendiri menilai Ikrimah kurang kredibel dan menyarankan untuk tidak menerima hadis yang disampaikannya.19 b. Membebaskan ulama dan intelektual dari intervensi kekuasaan Dalam konteks kehidupan asy-Sya>fi’i> , ia tidak tercatat sebagai tokoh intelektual yang pernah menduduki posisi yang mempunyai otoritas dan kewenangan yang tinggi dalam sistem pemerintahan. Ia hanya tercatat sebagai pegawai biasa ketika berada di Yaman dan itu pun tidak lama kemudian ia 18
Abdul H}ali>m al-Jundi, al-Ima>m asy-Sya>fi'i>, hlm. 234. Ah}mad Ami>n, D}uha> al-Isla>m, Juz II, (Kairo: Maktabah anNahd}ah al-Mis}riyah, t.t.), hlm. 224-225. 19
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
16
mengundurkan diri dari pekerjaannya meskipun sangat berpeluang untuk meraih posisi yang lebih tinggi dan mempunyai otoritas tinggi pula karena etos kerja yang baik yang diperlihatkannya selama menjadi pegawai di Yaman. Asy-Sya>fi’i> bukan tidak pernah mendapat tawaran posisi yang mempunyai otoritas tinggi yang jika diterima tentu akan bisa merubah kondisi ekonomi kehidupannya. Abdurrahman asy-Syarqawi mencatat, bahwa setelah tinggal di Irak selama dua bulan, asy-Sya>fi’i> dipanggil oleh khalifah alMa'mun dan ditawarkan kepadanya jabatan sebagai pemimpim para hakim (qa>d}i al-Qud}a>h) seperti yang pernah diemban oleh Muhammad bin al-Hasan pada masa khalifah Harun ar-Rasyid. Sebuah jabatan yang cukup mempunyai prestise tinggi di kalangan pemerintahan. Akan tetapi asy-Sya>fi’i> tidak bersedia menerima jabatan ini. Kondisi psikologisnya cenderung untuk tidak condong kepada suatu posisi dan hanya memfokuskan diri dalam pengembangan keilmuan yang digelutinya baik dalam bidang hukum Islam, sastra maupun bidang ilmu lainnya.20 Sikap penolakan asy-Sya>fi’i> boleh jadi karena asySya>fi’i> menyaksikan apa yang terjadi pada hukum Islam ketika otoritasnya dipegang oleh Muhammad bin al-Hasan pada masa khalifah Harun ar-Rasyid. Begitu pula ia menyaksikan pada masa khalifah al-Ma'mun apa yang terjadi akibat keberpihakan al-Ma'mun pada aliran Mu'tazilah. Bagi asy-Sya>fi’i> , agaknya penunjukkan Muhammad bin al-Hasan sebagai pemimpin para hakim oleh khalifah Harun ar-Rasyid justeru kontraproduktif dengan konteks yang berkembang saat itu dimana terjadi perebutan pengaruh antara pengikut madrasah al-h}adi>ṡ dan madrasah ar-Ra'y. Sebagaimana diketahui, Muhammad bin al20
Abdurrah}ma>n asy-Syarqa>wi>, A'immah al-Fiqh at-Tis'ah (Kairo: Da>r asy-Syuru>q, 2010), hlm. 160.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
17
Hasan sendiri adalah berasal dari golongan ahl ar-Ra'y dan dengan sendirinya akan terjadi kooptasi kekuasaan atas kerja intelektual para hakim yang dapat berujung pada pemanfaatan produk istinba>t} hukum sebagai legitimasi kebijakan pemerintah. Pada sisi lain, aliran ahl ar-Ra'y mendapatkan angin segar dari pemerintah untuk berkembang lebih maju dibandingkan yang lainnya. Hal ini jelas menjadikan para ilmuwan dan ulama berada dalam ketidakbebasan karena terhegemoni oleh kekuasaan. Hal yang sama juga terjadi pada tokoh-tokoh Mu'tazilah pada masa khalifah al-Ma'mun. c. Merumuskan sintesis dari pertentangan antaraliran pemikiran dalam memahami teks-teks keagamaan Keistimewaan asy-Sya>fi’i> yang paling menonjol sebagai seorang intelektual muncul setelah ia menyaksikan berbagai macam bentuk dan pola pembentukan pemikiran keagamaan serta perbedaan dalam cara penetapan sintesis yang dilakukan baik oleh ulama golongan Hijaz dan ulama golongan Irak. Disamping itu, interaksi intensif yang dilakukan asy-Sya>fi’i> dengan kedua golongan ulama tersebut dalam bentuk debat (jadal) dan diskusi (muna>z}ara>h) juga memberikan andil besar bagai kemunculan keistimewaan asy-Sya>fi’i> sebagai seorang intelektual yang independen.21 Fakta-fakta yang disaksikan asy-Sya>fi’i> tersebut menjadi motivasi bagi dirinya untuk menentukan sikap yang proporsional di hadapan kelompok-kelompok yang saling berlawanan dan berseteru. Ketika ia menyaksikan bahwa sikap ulama Hijaz tehadap hadis berbeda dengan sikap ulama Irak terhadap h}adiṡ; sikap ulama Hijaz terhadap qiya>s dan istih}sa>n berbeda dengan sikap ulama Irak; sikap ulama Hijaz terhadap ijma ahli Madinah dan ijma ulama secara umum berbeda 21
Ah}mad Ami>n, D}uh}a> al-Isla>m, hlm. 224.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
18
dengan sikap ulama Irak, asy-Sya>fi’i> mencoba berdiri dengan sikap yang tepat dan proporsional. Sikap yang diambilnya adalah melakukan sintesis dari dua kubu yang berlawanan dengan cara merujuk semua masalah yang bersifat sekunder kepada prinsip-prinsip yang bersifat primer. Langkah seperti ini, tidak diragukan lagi merupakan lompatan baru dalam metode berpikir. Rumusan prinsip primer yang dicetuskan asySya>fi’i> menjadi landasan untuk meninjau ulang pemikiran dan konsep kelompok-kelompok yang saling berlawanan itu tanpa melihat latar belakang geografis atau sosiologis. d. Mensistematisasi metodologi ilmu-ilmu keislaman Sebelum kemunculan asy-Sya>fi’i>, orang-orang hanya membincangkan masalah-masalah seputar hukum syariah secara alamiah saja dan belum ada rujukan kaidah otoritatif yang dapat digunakan sebagai metode mengetahui dalil-dalil syariah serta metode menyeleksi dan menguatkan dalil-dalil syariah tersebut.22 Kemunculan asy-Sya>fi’i> dengan kaidahkaidah sistematis menjadi rujukan orang-orang pada masa itu dalam mengetahui tingkatan-tingkatan sumber syariat. Selain kaidah-kaidah usul fikih yang termuat dalam kitab ar-Risa>lah, asy-Sya>fi’i> juga merumuskan kaidah-kaidah dalam ilmu hadis yang hingga kini menjadi rujukan para pakar ilmu hadis dalam menilai kualitas sanad dan memahami matan h}adiṡ. Dalam kitab ar-Risa>lah asy-Sya>fi’i> telah merumuskan banyak kaidah prinsip dalam ilmu h}adiṡ. Untuk sekadar menyebut contoh, asy-Sya>fi’i> telah menetapkan rumusan syarat diterimanya suatu h}adiṡ, teori hadis sya>z\, hadis munqat}i' dan hadis mursal serta metode sistematis-gradual dalam menyelesaikan hadis-hadis yang tampak bertentangan dari segi makna. Asy-Sya>fi’i> tidak diragukan lagi sebagai pelopor 22
Ibid., hlm. 228.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
19
peletak kaidah ilmu h}adiṡ. Sebelum kemunculan asy-Sya>fi’i>, para ulama dalam menilai kualitas hadis dan menentukan diterima atau tidaknya suatu hadis terkesan begitu ideologis karena dipengaruhi sentimen politik, wilayah bahkan etnis. Setelah kemunculan asy-Sya>fi’i>, maka lahir lah kaidah ilmu hadis yang disusun berdasarkan standar kelayakan ilmiah menurut asy-Sya>fi’i> meski dalam perkembangannya juga tidak terlepas dari banyak kritik dan itu sangat wajar dalam dinamika ilmu pengetahuan apa pun. 3. Pengaruh dinamika keilmuan terhadap metode rumusan asy-Sya>fi’i> Dengan melihat kepada konteks sosial masa asy-Sya>fi'i>, terungkap bahwa metode pemaknaan hadis-hadis mukhtalif yang dirumuskan asy-Sya>fi'i> dipengaruhi oleh dinamika keilmuan yang berkembang sebelum dan ketika asy-Sya>fi'i> hidup baik dari aspek teori maupun metodologi. a. metode Hiwar (Dialog) Perseteruan yang sengit antara madrasah al-h}adi>ṡ dan madrasah ar-Ra'y telah mengakibatkan maraknya kegiatan diskusi (muna>z}arah) dan debat (muja>dalah) yang diprakarsai oleh kedua aliran tersebut. Tradisi ini tidak hanya terselenggara pada momen-momen akademik tetapi juga pada momen-momen keagamaan. Selain dalam forum-forum keilmuan (h}alaqa>t addars), tradisi ini juga berlangsung di rumah, masjid dan bahkan pada saat momentum ibadah haji. Tradisi ini terekam dengan jelas dalam literatur-literatur yang mengkaji kehidupan para tokoh yang tidak hanya terjadi secara lisan antara dua pemikir atau tokoh, tetapi juga secara tulisan. Salah satu bukti adalah tulisan yang dikirim oleh Al-Lais bin Sa'd dari Mesir kepada Imam Malik di Madinah. Dalam tulisannya, al-Lais menyanggah
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
20
pendapat Imam Malik tentang kehujjahan ijma' penduduk Madinah (Ijma>' ahl al-Madi>nah).23 Tradisi diskusi dan debat ini sangat berpengaruh terhadap karya-karya yang ditulis asy-Sya>fi’i>. Jika kembali kitab Ikhtila>f al-h}adi>ṡ karya asy-Sya>fi’i>, metode h}iwa>r ini juga sangat jelas terlihat dalam pembahasan-pembahasan yang dipaparkan asy-Sya>fi’i>. Penerapan metode h}iwa>r oleh asy-Sya>fi’i> agaknya dimaksudkan untuk mengimbangi argumentasi lawan-lawannya. Dengan metode ini, lawan yang secara kebetulan pengikut madrasah ar-Ra'y dapat diketahui alur berpikirnya oleh asySya>fi’i> yang dengan begitu akan sangat membantu dalam memperkuat argumentasinya. Di samping itu, metode ini menggambarkan pemikiran asy-Sya>fi’i> yang jauh ke depan sehingga memungkinkan baginya untuk memprediksi sanggahan-sanggahan yang bakal muncul sebagai bantahan atas pendapat-pendapatnya. b. Metode Historis Aliran ahl al-h}adi>ṡ menggunakan metode historis dalam upaya mencari data sebagai jawaban atas masalah yang muncul. Hal ini terbukti ketika mereka merujuk pendapat-pendapat para sahabat dan tabi'in dalam tahapan pencarian data. Mereka juga melakukan tinjauan tentang kehidupan para sahabat dan tabi'in untuk mengetahui siapa diantara mereka yang termasuk penduduk Madinah.24 Dalam konteks asy-Sya>fi’i>, metode historis ini juga terlihat jelas dalam karya-karya yang ditulis asy-Sya>fi’i>. Pendapat para sahabat dan tabi'in dijadikan asy-Sya>fi’i> sebagai bagian dari dalil atau argumentasi bagi pemikirannya tentang suatu masalah. Jika kembali kepada metode pemaknaan h}adiṡ23 24
Ibid., hlm. 168. Ibid., hlm. 160.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
21
hadis mukhtalif asy-Sya>fi’i>, metode historis ini digunakan asySya>fi’i> ketika ia melakukan tinjauan terhadap historisitas h}adiṡhadis yang kontradiktif dari segi makna. Asy-Sya>fi’i> menggunakan metode historis ini untuk mengetahui mana hadis yang datang lebih awal dan mana yang datang lebih akhir dan dalam konteks apa hadis itu disampaikan Nabi saw. Selain dalam penerapan metode Naskh, asy-Sya>fi’i> juga menggunakan metode historis ini ketika ia melakukan tinjauan terhadap riwayat perjalanan intelektualitas dan kredibilitas para perawi hadis yang meriwayatkan h}adiṡ-hadis yang dikesankan kontradiktif untuk kemudian menetapkan bahwa hadis yang diriwayatkan oleh para perawi yang terbukti s}iqah adalah lebih kuat daripada yang lainnya. c. Metode Logic-Filosofis (Mantiqi-Falsafi) Cikal bakal metode logic-filosofis ini dapat dilihat pada metode yang digunakan baik oleh aliran ahl al-h}adi>ṡ maupun ahl ar-Ra'y. Aliran ahl al-h}adi>ṡ menggunakan metode logicfilosofis ini ketika mereka berupaya menangkap pesan-pesan implisit (tersirat) al-Qur'an dan hadis untuk kemudian mencocokkannya dengan substansi kasus yang muncul dalam masyarakat. Langkah ini juga mereka terapkan dalam konteks upaya mencari prinsip-prinsip umum dalam Islam yang berupa perintah, larangan, halal dan haram untuk kemudian dicocokkan dengan masalah yang mereka hadapi.25 Pada sisi lain, aliran ahl ar-Ra'y juga menggunakan metode logic-filosofis. Menurut Ahmad Amin, mereka tidak hanya berani dan lugas menggunakan logika tetapi juga berani merumuskan hipotesis-hipotesis bagi permasalahanpermasalahan yang diprediksi akan muncul dalam dinamika kehidupan umat Islam. Akibatnya, penyelesaian masalah 25
Ibid.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
22
menjadi sangat tergantung pada logika dan terkesan positivistik seperti layaknya matematika, al-Jabar dan Teknik. Aliran ahl arRa'y dikenal mempunyai kapabilitas maksimal dalam melakukan analogi, menemukan 'illah dan sebab (al-'ilal wa alasba>b) juga segi-segi perbedaan dan persamaan (wuju>h al-furu>q wa al-muwa>faqa>t) dalam proses penetapan jawaban atas suatu masalah.26 Dalam kajiannya tentang ilmu Mukhtalif al-h}adi>ṡ, metode logic-filosofis yang digunakan asy-Sya>fi’i> dapat dilihat ketika ia menerapkan metode takhs}i>s} dalam menyelesaikan pertentangan antar dua h}adiṡ. Dalam hal ini asy-Sya>fi’i> mentakhsis hadis yang bersifat 'a>mm ad-dila>lah (general) dengan hadis yang bersifat kha>s} ad-dila>lah (partikular). Selain itu, secara umum sistematika pembahasan yang disusun asySya>fi’i> tentang ikhtila>f dalam hadis juga menggambarkan metode logic-filosofis. Dalam pokok masalah yang berjudul العلل فى الحديثmisalnya, asy-Sya>fi’i> menjadikan judul ini sebagai prinsip utama yang bersifat umum kemudian memaparkan empat masalah yang dalam pemikirannya termasuk ke dalam prinsip umum ini. Keempat masalah tersebut adalah pertama, berkenaan dengan hukum-hukum tambahan yang bersumber dari hadis dan tidak disebutkan dalam al-Qur'an. Kedua, berkenaan dengan hadis Nabi yang mempunyai makna dan dila>lah yang sama dan h}adiṡ-hadis Nabi yang mempunyai makna kontradiktif. Ketiga, berkenaan dengan na>sikh-mansu>kh dalam h}adiṡ. Keempat, berkenaan dengan perbedaan pendapat para ahli fiqih dalam memaknai larangan Nabi; yang pertama bermakna wajib sedangkan yang kedua bermakna nadb.
26
Ibid., hlm. 161.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
23
d. Metode Analisis Tekstual Metode analisis tekstual pada prinsipnya digunakan oleh kedua aliran baik ahl al-h}adi>ṡ maupun ahl ar-Ra'y. Keduanya sama-sama merujuk kepada teks al-Qur'an dan hadis untuk mencari jawaban dari permasalahan yang muncul dalam kehidupan umat. Dengan pengertian lain, teks al-Qur'an dan hadis bagaimanapun tidak bisa dilepaskan secara total dari metode berpikir kedua aliran tersebut. Teks al-Qur'an dan hadis senantiasa mengiringi dinamika dan aktualisasi daya pikir kedua aliran tersebut. Jika kembali kepada pemaknaan asy-Sya>fi’i> terhadap h}adiṡ-hadis mukhtalif, metode analisis tekstual juga dapat ditemukan dengan mudah. Paling tidak terdapat 2 (dua) penerapan metode ini ketika asy-Sya>fi’i> menyelesaikan pertentangan antara dua h}adiṡ. Pertama, penetapan hukum iba>h}ah atau nadb terhadap satu masalah yang diceritakan secara berbeda oleh dua h}adiṡ. Kedua, memilih mengamalkan hadis yang teksnya lebih sesuai dengan bunyi teks al-Qur'an. Pada yang tertama, asy-Sya>fi’i> menetapkan hukum iba>h}ah setelah sebelumnya menganalisis teks-teks hadis yang bercerita tentang masalah tersebut. Dari analisis tekstual itu, asy-Sya>fi’i> menemukan bahwa tidak ditemukan ada salah satu teks hadis yang pesannya tidak mendapat persetujuan dari Nabi saw sehingga pesan yang terkandung dalam semua teks tersebut boleh diamalkan sebagai dalil. Sedangkan pada yang kedua, asySya>fi’i> memilih hadis yang ra>jih setelah melakukan analisis tekstual dengan mengkonfirmasi teks hadis itu dengan bunyi teks al-Qur'an. Asy-Sya>fi’i> menemukan teks al-Qur'an yang pesannya sejalan dengan bunyi teks hadis sehingga menjadi back up bagi hadis itu.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
24
4. Netralitas asy-Sya>fi’i> Dalam konteks pertarungan antaraliran pemikiran, terungkap bahwa metode berpikir asy-Sya>fi’i> ternyata tidak menunjukkan keberpihakan kepada salah satu aliran yang menonjol pada masanya yaitu madrasah al-H}adi>s\ dan madrasah ar-Ra'y. Dengan demikian, pendapat yang menyatakan bahwa asy-Sya>fi'i> sepenuhnya berpihak kepada ahli hadis, perlu ditinjau kembali. Temuan sebagaimana yang dikemukakan pada poin 2 dan 3 cukup menjadi bukti netralitas asy-Syafii dalam menghadapi perseteruan ahli hadis dan ahli ra'yi. 5. Pendekatan hermeneutik-kritis dalam pemaknaan hadishadis mukhtalif Sebagai upaya pengembangan metode pemaknaan hadishadis mukhtalif perlu dirumuskan ilmu Mukhtalif al-H}adi>s\ dengan pendekatan hermeneutik-kritis. Selain bertujuan mengungkap makna yang sebenarnya dari teks hadis, pendekatan ini juga mengajak para peneliti untuk melepaskan diri dari ideologi atau pemikiran yang membatasi munculnya inovasi pemikiran dan paradigma baru dalam studi hadis. Dalam perspektif sosiologi pengetahuan, paradigma setiap ilmu bukanlah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, melainkan sebuah perjalanan panjang yang tidak mengenal kata berhenti. Ilmu akan tetap berjalan mengikuti proses yang berlangsung sehingga paradigma ilmu saat ini merupakan hasil dari proses masa lalu sekaligus menjadi paradigma yang terus berproses menjadi paradigma masa depan. Dalam konteks saat ini, pendekatan dalam Ilmu Mukhtalif al-H}adi>s\ ada baiknya diperkuat dengan ilmu bantu lainnya yang termasuk dalam kategori ilmu sosial dan Humaniora. Hal ini cukup beralasan karena tantangan studi hadis saat ini tidak lagi sama dengan masa para ulama penulis Ilmu Mukhtalif al-H}adi>s\ \ pada abad ke-2 sampai ke-3 Hijriah.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
25
Jika pada masa-masa awal tantangan studi hadis adalah seputar masalah otoritas (h{ujjiyah) hadis sebagai sumber hukum Islam, maka saat ini hal itu tidak terlalu dipermasalahkan. Untuk mencapai tujuan tersebut Ilmu Mukhtalif al-H}adi>s\ perlu diperkaya dengan pendekatan hermeneutik. Hermeneutika sering diartikan sebagai metode understanding of understanding. Metode ini sangat sesuai diterapkan dalam ilmuilmu kemanusiaan (geistenwissenschaften) yang objeknya adalah ekspresi kehidupan (lebensaeusserung) meliputi konsep, tindakan dan penghayatan (erlebnis) manusia. Karena itu, ilmuilmu kemanusiaan secara metodologis menggunakan metode verstehen (memahami) berbeda dengan ilmu-ilmu alam yang menggunakan metode erklaren (menjelaskan hubungan kausalitas).27 Selain pendekatan hermeneutik, Ilmu Mukhtalif al-H}adi>s\ juga perlu diperkaya dengan pendekatan teori kritis. Teori ini digunakan sebagai alat untuk melakukan kritik ideologi dalam bidang ilmu yang oleh Habermas disebut dengan ilmu-ilmu kritis yang mempunyai kepentingan emansipatoris.28 Pengetahuan yang termasuk dalam kelompok ilmu-ilmu kritis ini, dapat secara langsung mengaitkan antara pengetahuan dan 27
Ilyas Supena, "Hermeneutika Teologis Rudolf Bulltmann" dalam Nafisul Atho dan Arif Fahrudin (ed.), Hermeneutika Transendental: Dari Konfigurasi Filosofis menuju Praksis Islamic Studies (Yogyakarta: IRCISOD, 2003), hlm. 95; F. Budi Hardiman, "Ilmu-Ilmu Sosial dalam Diskursus Modernisme dan Post-Modernisme", dalam Suplemen Ulumul Qur'an No.1 Vol. Th. 1994, hlm.6. 28 Dalam perspektif Habermas, terdapat tiga pembagian bidang ilmu dengan kepentingannya masing-masing. Pertama, ilmu-ilmu empirisanalitis yang mempunyai kepentingan teknis. Kedua, ilmu-ilmu sosial kemanusiaan yang mempunyai kepentingan praktis. Ketiga, ilmu-ilmu kritis yang mempunyai kepentingan emansipatoris. Lihat F. Budi Hardiman, Menuju Masyarakat Komunikatif (Yogyakarta: Kanisius, 2009), hlm. 32-34.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
26
kepentingan; teori dan praksis, melalui upaya refleksi diri yang tidak pernah berhenti sehingga masyarakat dapat terbebas dari pasungan dogma, ideologi, dan dominasi yang berasal dari luar dirinya.29 Teori kritis dimungkinkan untuk melakukan dua macam kritik. Di satu pihak ia melakukan kritik transendental dengan menemukan syarat-syarat yang memungkinkan pengetahuan dalam diri subjek. Di lain pihak, ia melakukan kritik imanen dengan menemukan kondisi sosiohistoris dalam konteks tertentu yang mempengaruhi pengetahuan manusia. Dengan kata lain, teori kritis merupakan Ideologiekritik (kritik ideologi), yaitu suatu refleksi diri untuk membebaskan pengetahuan manusia bila pengetahuan itu jatuh dan membeku pada satu kutub, entah transendental entah empiris.30 Jika ditarik ke dalam wacana pemaknaan h}adiṡ, maka ketika seseorang memaknai sebuah matan h}adiṡ, ia harus mampu membebaskan diri dari pemaknaan-pemaknaan yang sudah ada sebelumnya sehingga bisa dengan leluasa memberi pemaknaan kepada matan hadis tersebut. Sikap ini juga harus diimbangi dengan kesadaran dan pengetahuan bahwa pemaknaan-pemaknaan terhadap matan hadis yang ada terlebih dahulu tidak lepas dari kepentingan-kepentingan para pemberi makna tersebut. Dengan demikian, seseorang yang memaknai matan hadis mempunyai peluang yang sama dalam memberikan makna sebuah hadis tanpa harus merasa inferior dan terpasung 29
George Ritcher dan Douglas J. Goodman, Teori-Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 186; Bandingkan dengan F. Budi Hardiman, Kritik Ideologi, Menyingkap Pertautan Pengetahuan dan Kepentingan Bersama Jurgen Habermas (Yogyakarta: Kanisius, 2009), hlm. 179-203; F. Budi Hardiman, Menuju Masyarakat Komunikatif (Yogyakarta: Kanisius, 2009), hlm. 33. 30 F. Budi Hardiman, Kritik Ideologi, hlm. 33.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
27
oleh ideologi, doktrin, dan pemaknaan-pemaknaan matan hadis yang telah ada sebelumnya. F. Penutup Dalam perspektif sosiologi pengetahuan, secara historisfaktual asy-Sya>fi'i> adalah tokoh yang memelopori perumusan bangunan teori ilmu mukhtalif al-h}adi>s\. Ini dapat dibuktikan dalam karya-karya yang ditulisnya terutama kitab ar-Risa>lah dan Ikhtila>f al-H}adi>s\. Dalam rumusan ilmu mukhtalif al-h}adi>s\ asy-Sya>fi'i>, teori dan metodologinya diarahkan kepada eliminasi pertentangan antarhadis yang dikesankan oleh sebagian ulama. Selain itu, rumusan itu juga diarahkan untuk mengkonter ide-ide penolakan hadis yang menjadikan pertentangan antarhadis sebagai pintu masuk. Dalam perkembangan berikutnya, konteks sosial yang melingkupi dinamika studi hadis, menggiring ilmu mukhtalif alh}adi>s\ asy-Sya>fi'i> menjadi sebuah ideologi yang kuat dan kokoh dalam pengertian tidak adanya rumusan ilmu mukhtalif al-h}adi>s pasca asy-Sya>fi'i> yang memberikan sumbangan paradigma baru dalam pemaknaan hadis-hadis mukhtalif. Metode al-jam', annaskh dan at-tarji>h} rumusan asy-Sya>fi'i> tetap menjadi metode utama yang digunakan ulama pasca asy-Sya>fi'i> dalam diskursus ilmu mukhtalif al-h}adi>s\. Berdasarkan kepada pembahasan pada bab-bab disertasi, beberapa kesimpulan dapat ditarik dari penelitian ini: Pertama, dalam struktur logis pemikiran asy-Sya>fi'i> tentang hadis Nabi Saw, pemaknaan hadis-hadis mukhtalif dengan metode yang dirumuskannya, merupakan bagian tidak terpisahkan dari gerakan mengkonter para penghujat hadis agar eksistensi hadis sebagi hujjah dapat dipertahankan sepanjang masa. Dalam pandangan asy-Sya>fi’i>, celah masuk yang mengancam eksistensi hadis sebagai hujjah harus ditutup serapat
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
28
mungkin, termasuk dugaan adanya pertentangan antarhadis. Struktur logis asy-Sya>fi’i> ini, mengantarkannya kepada kesimpulan bahwa tidak ada pertentangan yang sesungguhnya terjadi antarhadis. Semua bentuk pertentangan antarhadis dapat diselesaikan dengan salah satu metode dari tiga metode berikut yaitu al-jam', an-naskh, dan at-tarji>h}. Dengan demikian, ikhtila>f yang terjadi antarhadis hanyalah ikhtila>f z}a>hiri> bukan ikhtila>f haqi>qi>. Kedua, kepentingan utama asy-Sya>fi'i> dalam merumuskan metode ilmu mukhtalif al-h}adi>s\ adalah mempertahankan eksistensi hadis terutama hadis a>h}a>d sebagai sumber hukum Islam. Ini termotivasi oleh gencarnya serangan terhadap otoritas hadis dari golongan para penolak hadis yang muncul pada masa sebelum dan ketika asy-Sya>fi'i> hidup. Di samping itu, perumusan ilmu mukhtalif al-h}adi>s\ asy-Sya>fi'i> berkepentingan untuk menegaskan kebebasan dalam berijtihad dan menolak taqli>d, membebaskan ulama dan intelektual dari intervensi kekuasaan, merumuskan sintesis dari pertentangan antaraliran pemikiran dalam memahami teks-teks keagamaan, dan mensistematisasi metodologi ilmu-ilmu keislaman terutama ilmu-ilmu hadis. Ketiga, dengan melihat kepada konteks sosial masa asySya>fi'i>, terungkap bahwa pemaknaan hadis-hadis mukhtalif yang dirumuskan asy-Sya>fi'i> dipengaruhi oleh dinamika keilmuan yang berkembang sebelum dan ketika asy-Sya>fi'i> hidup baik dari aspek teori maupun metodologi. Ini dapat dibuktikan ketika asySya>fi'i> memaknai hadis-hadis mukhtalif di mana jelas terlihat pemaknaan asy-Sya>fi'i> yang cenderung akomodatif. Pengaruh konteks sosial, keilmuan dan lainnya juga tampak dalam metode-metode yang digunakan asy-Sya>fi'i> dalam pemaknaan hadis-hadis mukhtalif seperti metode h}iwa>r, metode historis, metode logik-filosofis dan metode analisis tekstual.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
29
Keempat, dalam konteks pertarungan antaraliran pemikiran, terungkap bahwa metode berpikir asy-Sya>fi'i> ternyata tidak menunjukkan keberpihakan kepada salah satu aliran yang menonjol pada masanya yaitu madrasah al-H}adi>s\ dan madrasah ar-Ra'y. Dalam kajian penulis terhadap ilmu Mukhtalif al-H}adi>s\ asy-Sya>fi'i>, ia berusaha mengakomodasi metode-metode yang digunakan kedua aliran tersebut dalam merumuskan makna dari hadis-hadis yang dikesankan bertentangan. Dengan demikian, pendapat yang menyatakan bahwa asy-Sya>fi'i> sepenuhnya berpihak kepada ahli hadis, perlu ditinjau kembali. Mengingat konteks saat ini berbeda dengan konteks masa asy-Sya>fi'i> yang melatarbelakangi pemaknaan hadis-hadis mukhtalif, maka metode pemaknaan hadis-hadis mukhtalif rumusan asy-Sya>fi'i> perlu diperkaya dengan pendekatanpendekatan lain. Diantara pendekatan yang patut dilakukan adalah hermeneutika dan pendekatan kritis. Dengan demikian, dapat dirumuskan ilmu mukhtalif al-h}adi>s\ dengan pendekatan heremeneutik-kritis. Selain bertujuan mengungkap makna yang sebenarnya dari teks hadis, pendekatan ini juga mengajak para peneliti untuk melepaskan diri dari ideologi atau pemikiran yang membatasi munculnya inovasi pemikiran dan paradigma baru. Sebagai rekomendasi dari penelitian ini, penulis menyarankan dua hal berikut : Pertama, studi dalam lingkup ulu>m al-h}adi>s\ dengan pendekatan sosiologi pengetahuan diharapkan dapat dilakukan lebih banyak lagi dengan mengambil topik-topik yang dapat memberikan sumbangan ilmiah-akademik baru dalam lingkup studi hadis. Sisi lain dari pendekatan sosiologi pengetahuan adalah memberikan horizon yang lebih luas dalam memahami seluk-beluk suatu ilmu atau pengetahuan. Hal ini juga berlaku pada studi yang menjadikan hadis sebagai objek kajian.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
30
Kedua, perlu adanya tindak lanjut dari hasil penelitian ini yaitu berupa studi atau penelitian lanjutan yang bertujuan untuk merumuskan metode pemahaman atau pemaknaan hadis yang mampu memadukan antara teori ulu>m al-h}adi>s\ klasik dan pendekatan-pendekatan penelitian lainnya seperti ilmu-ilmu sosial dan Humaniora. Walla>hu A'lam bi as}-s}awa>b.
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
31
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. IDENTITAS DIRI Nama : H. Muhammad Irfan Helmy, Lc., MA Tempat/Tgl Lahir : Ciputat, 4 Januari 1974 NIP : 19740104 200003 1 003 Pangkat/Gol : Pembina/IV/a Jabatan : Lektor Kepala Alamat Rumah : Perum Garuda Kav.XI Jl. Nakula Sadewa III RT 01/III Kembang Arum, Dukuh, Salatiga, Jawa Tengah Alamat Kantor : STAIN Salatiga, Jl. Tentara Pelajar No.2 Salatiga 50721 Nama Ayah : Drs. H. Entjum Ma'sum Nama Ibu : Hj. Euis Hermawati Nama Mertua : H. Rohayat Hj. Siti Mariyah (alm.) Nama Istri : Heti Rohaeti, AMK Nama Anak : Aliffia Hilmiaty (12) Najma Millati Hanifa (9) Muhammad Khatami Mutsaqqof (4) Kontak Person : 08122520154/085727714989 e-mail: [email protected] B. RIWAYAT PENDIDIKAN 1. Pendidikan Formal a. Madrasah Diniyyah Al-Huda Ciputat Kab. Tangerang, 1985 b. SD Negeri Ciputat VI Kab. Tangerang, 1986 c. MTs Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan, 1989 d. MAN Program Khusus Darussalam Ciamis Jawa Barat, 1992
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
32
e. Fak. Ushuluddin Universitas Al-Azhar Cairo Mesir, 1996 f. Institute of Research and Arab Studies Cairo Mesir, 1997 g. Program Pascasarjana IAIN Syahid Jakarta, 2002 h. Program Doktor PPs UIN SuKa Yogyakarta, 2014 2. Pendidikan Non-Formal a.Partnership For School: Professional Exchange and U.S. School Visit for Indonesian Pesantren Leaders and Educators East West Center, Hawaii, USA, 2008. b.International Training Program on Leadership Development, V.V. Giri National Labour Institute Noida, Republic of India, 2013. C. RIWAYAT PEKERJAAN 1. PT. Serambi Ilmu Semesta Jakarta, 1999-2000 2. Tenaga Pengajar (III/a) TMT 1 April 2001 3. Asisten Ahli (III/a) TMT 1 Juni 2002 4. Asisten Ahli (III/b) TMT 1 April 2003 5. Lektor (III/c) TMT 1 April 2005 6. Lektor (III/d) TMT 1 April 2008 7. Lektor Kepala (IV/a) TMT 1 Oktober 2012 8. Pengajar Ma'had MahasiswaYa Qoumi Salatiga, 20062010 D. PRESTASI/PENGHARGAAN 1. Peserta Terbaik I Musabaqah Fahmil Qur'an (MFQ) tingkat Kabupaten Ciamis, 1992 2. Peserta Terbaik I Musabaqah Fahmil Qur'an (MFQ) tingkat Provinsi Jawa Barat, 1992
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
33
3. Penghargaan KBRI Cairo sebagai Mahasiswa Berprestasi di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, 1994 E. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Wakil Ketua Majlis Tanfidz Pengembangan Bahasa Arab dan Inggris MAPK Darussalam Ciamis, 1991-1992 2. Redaktur Jurnal HIMMAH Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Mesir, 1993 3. Departemen Kaderisasi dan Penerbitan Ikatan Alumni MAPK Indonesia Cairo Mesir, 1992-1994 4. Redaktur Buletin FOKUS Cairo Mesir, 1995 5. Pemimpin Redaksi Buletin PERDANA Cairo Mesir, 1994 6. Redaktur Buletin MANGGALA Cairo Mesir, 1995 7. Wakil Ketua Ikatan Keluarga Pesantren Darunnajah (IKPDN) Cairo Mesir, 1995 8. Departemen Penerbitan Keluarga Paguyuban Masyarakat Jawa Barat (KPMJB) Kairo Mesir, 1994 9. Departemen Terjemah Lembaga Studi Pemikiran dan Shahwah Islamiyah (LESPISI) Kairo Mesir, 1994-1996 10. Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orsat Kairo Mesir, 1993-1997 11. Liaison Officer Konferensi Menteri Wakaf dan Urusan Agama Islam Negara-Negara OKI di Jakarta, 1997. 12. Wakil Sekretaris Yayasan Annashiriyah Ciputat Tangerang, 1999-2000 13. Sekretaris Unit Pelayanan Bahasa STAIN Salatiga, 20022006 14. Sekretaris Bidang Pengembangan Bahasa Arab Unit Pelayanan Bahasa STAIN Salatiga, 2006-2010 15. Redaktur Jurnal IJTIHAD STAIN Salatiga, 2001-2006 16. Redaktur Jurnal ATTARBIYAH STAIN Salatiga, 20062010
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
34
17. Redaktur Jurnal LISANIA STAIN Salatiga, 2010sekarang 18. Editor Indonesian Journal of Islam and Muslim Society (IJIMS) Program Pascasarjana STAIN Salatiga, 2011 19. Sekretaris Majlis Tabligh dan Dakwah Khusus PDM Salatiga, 2005-2010 20. Ketua Majlis Tarjih dan Tajdid PDM Salatiga, 20102015 21. Wakil Ketua Ikatan Dai Indonesia (IKADI) PD Salatiga, 2006-2011 22. Anggota Association of Translator and International Dialogue (ATIDA), Switzerland, 2009-sekarang 23. Departemen Pelatihan dan Pengembangan LPTQ Kota Salatiga, 2009-sekarang. 24. Pemimpin Redaksi Jurnal IJTIHAD (terakreditasi DIKTI) STAIN Salatiga, 2012-sekarang. F. KARYA ILMIAH 1. Buku a. 38 Sifat Generasi Unggulan (Terjemahan dari Falnabda bi Anfusina), Gema Insani Press Jakarta, 1998 b. Khilafah Manusia antara Akal dan Wahyu (Terjemhan dari Khilafat al-Insan Bayn al-‘Aql wa al-Wahy), Gema Insani Press Jakarta, 1998 c. Cita Keluarga Islam (Terjemaham dari Dustur al-Usrah fi Zhilal al-Qur’an), Serambi Ilmu Semesta Jakarta, 2001 d. Berdamai dengan Dunia (Terjemahan dari Al-Washaya al-‘Asyr Liman Yurid an Yahya), Serambi Ilmu Semeta Jakarta, 2002 e. Kontekstualisasi Hadis: Telaah atas Asbab al-Wurud dan Kontribusinya terhadap Pemahaman Hadis Nabi Saw, STAIN Salatiga Press-Mitra Cendekia Yogyakarta, 2007
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
35
f. Khutbah Jum'at Tematik (editor), STAIN Salatiga PressMitra Cendekia Yogyakarta, 2010 2. Artikel a. Kriteria Keshahihan Hadits Menurut al-Tirmidzi (Artikel dalam Jurnal Ijtihad STAIN Salatiga, Nomor 1 Tahun I/Mei-Agustus/2001) b. رؤية إسالمية: معالجة الفقر كوسيلة لتحقيق العدالة اإلجتماعية (Artikel dalam Jurnal Ijtihad STAIN Salatiga, No.1 Tahun V/Jan-Juni 2005) c. Menanamkan Spirit Ukhuwah menjelang Pemilu (Artikel dalam HU Solo Pos Edisi Jum'at, 26 Maret 2004) d. Membangun Mental Anak dengan Psikologi IslamArtikel dalam HU Suara Merdeka Edisi Minggu, 11 April 2004) e. Menghargai Pluralisme Membangun Toleransi (Artikel dalam HU Wawasan Edisi Minggu, 27 Juni 2004) f. Pakaian dan Harga Diri (Kolom dalam HU Republika Edisi Kamis, 29 Juli 2004) g. Seni Untuk Kebaikan (Kolom dalam HU Republika Edisi Selasa, 21 Desember 2004) h. Pluralisme Mahmoud Ayoub: Landasan Epistemologi Fiqih Inklusif (Karya Tulis dalam Jurnal Kontemplasi STAIN Tulung Agung, Vol.02. No.02, Nopember 2005) i. Sinetron Religius, Bukti Gairah Spiritual?(Artikel dalam HU Solo Pos Edisi Jum’at, 27 Mei 2005) j. Alquran bukan bible: Melacak otentitas kitab suci agama-agama (Artikel dalam jurnal Ijtihad STAIN Salatiga, tahun 2007) k. Dimensi Sosiologis Historis Asbab al-Wurud dan Kontribusinya terhadap Pemahaman Hadits secara Kontekstual (Artikel dalam jurnal Ijtihad STAIN Salatiga, tahun 2006)
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
36
l. سياسات تدريس اللغة العربية فى الجامعات اإلسالمية بإندونيسيا (Artikel dalam Jurnal LISANIA STAIN Salatiga, tahun 2010. m. Menolak Validitas Hadis Imam Perempuan (Makalah Diskusi Dosen STAIN Salatiga, 6 Agustus 2005) n. Pengajaran Bahasa Arab di STAIN Salatiga: Belajar dari Pengalaman (Makalah dalam Forum Diskusi Bulanan (FORDIB) STAIN Salatiga, tanggal 17 Desember 2009). o. Perspektif Hadis tentang Salam (Makalah dalam Diskusi Dosen Jurusan Syariah STAIN Salatiga, tanggal : 6 Agustus 2002) p. Metodologi Takhrij Hadis: Tinjauan Sanad Dan Matan Hadis No.2 - Bab Fardl Al-Wudlu - Kitab Al-Thaharah Sunan Abu Dawud (Makalah dalam Diskusi Dosen Jurusan Syariah STAIN Salatiga, tanggal: 31 Desember 2002) q. Metode Penelitian Kelemahan Perawi Hadis (Makalah dalam Diskusi Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, tanggal 2003) r. Prinsip-Prinsip Islam tentang Etika Dunia Maya (Makalah dalam Seminar Pemanfaatan Internet Aman bagi Anak, Salatiga 2011) s. Kurikulum Pendidikan Bahasa Arab Dan Peningkatan Daya Saing Lulusan Progdi PBA (Makalah Workshop Kurikulum STAIN Surakarta, 2009) t. Fikih Islam Perspektif Sosiologi Pengetahuan: Studi Pemikiran Hadis asy-Sya>fi’i> (Artikel dalam Jurnal Ijtihad STAIN Salatiga, 2011)
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
37
3. Penelitian a. Potensi dan Peluang TPQ di Kota Salatiga, P3M STAIN Salatiga, 2004 b. Metode Amtsilati dan Pengajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Darul Falah Bangsri Jepara Jawa Tengah, P3M STAIN Salatiga, 2007 c. Muslim Thailand: Dinamika Mempertahankan Eksistensi, P3M STAIN Salatiga, 2011 d. Instrumen Evaluasi Kelompok Bimbingan Haji (KBH) dalam Pembentukan Kemandirian Jama’ah Haji di Kota Salatiga, 2013 G.PENGALAMAN SEMINAR/WORKSHOP/PELATIHAN a. Conference of Ministers of Wakaf and Islamic Religious Affairs, Organization of Islamic Conference (OIC), Jakarta, 1997 b. Seminar Studi Islam dalam Menghadapi Tantangan Dunia Baru, Cairo, 1994 c. Seminar Peran Peradaban Timur Tengah dalam Membangun Peta Keislaman Indonesia, Cairo, 1996 d. Pelatihan Metode Pembelajaran Bahasa Arab, Salatiga, 2001 e. Seminar Reformasi Pendidikan, Salatiga, 2001 f. Pelatihan Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi, Salatiga 2002 g. Workshop Manajemen Perguruan Tinggi, Salatiga 2002 h. Workshop Penelitian Kualitatif, Salatiga 2003 i. Seminar Metode Pengajaran Kitab-Kitab Klasik, Salatiga 2004 j. Seminar Pendidikan Islam dalam Tarikan Liberalisme dan Fundamentalisme, Salatiga 2004 k. Workshop Jender dan Keluarga, Salatiga 2004
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
38
l. Seminar Kurikulum Berbasis Kompetensi, Cirebon 2004 m. Seminar Reformasi Pendidikan, STAIN Salatiga 2001 n. Seminar Metode Pembelajaran Bahasa Arab, STAIN Salatiga 2001 o. Seminar Penulisan Karya Ilmiah untuk Jabatan Fungsional dan Struktural, Perpustakaan Nasional 2000. p. Semiloka Metode Pengajaran Kitab Klasik, STAIN Salatiga 28 Agustus 2004 q. Diskusi KBK STAIN, Cirebon 16 Juni 2003 r. Pelatihan Penelitian Kualitatif, STAIN Salatiga 21-26 Juli 2003 s. Seminar Regional Pendidikan, STAIN Salatiga 27 Maret 2003 t. Workshop ESQ, STAIN Salatiga 24 Agustus 2006 u. Seminar Nasional on Science and Religion, STAIN Salatiga 15 Desember 2006 v. Seminar Mencari Format Ruqyah Salihah, STAIN Salatiga 12 April 2006 w. Workshop Quantum Teaching and Learning, STAIN Salatiga 6 Agustus 2008 x. Workshop Pembelajaran Sains berbasis Lingkungan, STAIN Salatiga 28 Juli 2009 y. Seminar Nasional Pengajaran Bahasa Arab berbasis Cross Cultural Understanding, UIN Jakarta 11 Desember 2008 z. Seminar Nasional Pendidikan Islam dan Lingkungan Hidup, STAIN Salatiga 27 Mei 2009 å. Workshop Manajemen Kelembagaan Perguruan Tinggi, STAIN Salatiga 8 Januari 2009 bb. Pelatihan Communication Skill, STAIN Salatiga 25 Maret 2009
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
39
cc. Diklat Pengembangan Materi Bahasa Arab, Balai Diklat Jateng 2005 dd. Pelatihan Penulian Jurnal Ilmiyah, Ditnaga Dikti Depdiknas RI 2008 ee. Pelatihan Dosen Ilmu Hadits Tingkat Nasional, Ditjen Pertais Depag RI 2007 ff. Workshop Partnership for School, Hawaii USA East West Center (EWC) Hawaii, USA 2008 gg. Semiloka Metode Pengajaran Kitab Klasik, STAIN Salatiga 2006 hh. Dialog Islamophobia di Barat dan Radikalisme Islam di Indonesia, STAIN Salatiga 2007 ii. Seminar Dinamika Perempuan Muslim di Perancis, STAIN Salatiga- Kedubes Prancis Jakarta 2007 jj. Seminar Spiritualisme dalam Islam, STAIN SalatigaKedubes Prancis Jakarta 2007 kk. Seminar Dakwah dan Problematikanya di Era Kontemporer, STAIN Salatiga-Kedubes Saudi Arabia Jakarta 2008 ll. Lokakarya Penyusunan Kurikulum dan Silabi Diklat Guru dan Pembina Pontren di Indonesia, Balitbang Diklat Depag RI 2003 mm. Seminar Pendidikan Islam dalam Tarikan Fundamentalisme dan Liberalisme, STAIN Salatiga 2007 nn. Workshop 'Build Better Motivated Teacher' STAIN Salatiga 2012 oo. Workshop Inovasi Manajemen dan Pengelolaan Jurnal Ilmiyah, 2012 pp. Sosialisai dan Telaah Tafsir Tematik dan Tafsir Ilmi Balitbang Diklat Kemenag RI, 2012
Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan
40
qq. Workshop Teknologi Pembelajaran Berbasis Website Bagi Dosen Program DMS STAIN Salatiga, 2013 rr. Workshop Internasionalisasi Jurnal Ilmiyah Ditlitabmas Direktorat DIKTI Kemendikbud RI, 2013. ss. Konferensi Internasional Islam, Peace and Civilization Ministry of Religious Affairs – Kingdom of Jordan, 2013. tt. Temu Konsultasi Pengelola Jurnal Ilmiyah PTAI seIndonesia, 2013 uu. Seminar Nasional Studi Hadis Kontemporer, STAIN Ponorogo 2013. vv. Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama, Lombok – NTB, 2013. ww. Workshop Peningkatan Mutu Publikasi Ilmiyah dan Aplikasi Open Journal System, STAIN Salatiga, 2013. xx. Seminar Tafsir al-Qur’an Berkerangka Budaya, STAIN Salatiga, 2013.
Yogyakarta,
Maret 2014
H. Muh. Irfan Helmy, Lc., MA