Peluang dan Tantangan Profes Pekerlaan Sosial di Indonesia Oleh: Soetarso
ABSTRAK sepenuhnya pada kinerja Peluang dan tantangan suatu profesi tergantung peranan), termasuk penyandang profesilendiri (kemampuan, motivasi dan serta waktu yang kedudukan, hak unfuk melakukan sesuatu dan pembenarannya' hakekatnya t"p"t Dnrrgun dn*iki..,, peluang dan tantangan suafu profesi pada pekerjaan profesi tantangan dan lebih ditenfukan oleh profesi itu Jendiri. Peluang dan mempengaruhi faktorsosial sifatnya dinamis, dalam pengertian dipengaruhi faktor intemal maupun ekstemal profesi' sosial Kata kunci: peluang dan tantangan, profesi pekerjaan
Pendahuluan Peluang dan tantangan Pada hakekatnya merupakan satu kesatuan' Ketidakmampuan mengatasi tantangan dapat menyebabkan hilangnya peluang tertentu. Sebaliknya ketidakmamPuan meneiptakan dan mendaYagunakan peluang dapat menyebabkan semakin tn.u*yu tantangan yang dihadapi' Tidak
jarang terjadi kemampuan mengatasi suatu tantangan dapat membuka suafu peluang
baru. Contoh:
r Ketidakmampuan
Indonesia mengatasi Peningkatan kualitas
SDM, sebagai suatu tantangan Yang
sangat besar, menYebabkan hilangnYa berbagai Peluang Indonesia dalam Perdagangan intemasional.
r KetidamamPuan DePartemen Sosial untuk memanfaatkan 77 I
HL::IIANITAS
peluang menggalang koordinasi antar dePartemen menYebabkan meningkatnYa tantangan beruPa "diambilnYa" sebagian tugas Departemen Sosial oleh departemen lain. Contoh-contoh sejenis juga daPat
dijumpai dalam Profesi Pekerjaan sosiatantara lain: r Semakin banYaknYa [SIvVYaYasan yang digunakan oleh dunia usaha untuk melaksanakan kegiatankegiatan Yang sebenamYa termasuk dalam Pekerjaan sosial industri (peluang dan tantangan) tanPa melibatkan pekerja sosial. Berbagai benfuk pelayanan konsultasi psiko-
sosial juga banYak
Yang dilaksanakan lSlvl/yayasan tanpa keterlibatan peke4a sosial (peluang dan tantangan).
Fakr:r-fukrc, r Pt',n
fe*str Fts,r[;urlltior
: ::
ta
:
-::
:
.
a
j
-.
'::''
-:
T*l-+:
-....-*.. :r :::
Kurangnya dijumpai personel pekerjaan sosial di lingkungan OrsosASM (peluang), antara lain Lembaga Pertindungan Anak
kinerja arrnasuk ktu yang rekatnya
ekerjaan hi falrtor-
r
Propirsi, sehingga banyak ddumpai pekerja sosial yang menganggur (tantangan). Sangat langka dijumpai keterlibatan pekerja sosial di lembaga-lembaga yang melaksanakan proses politik (DPR/D, Kantor Sesne g), walaupun kita sepenuhnya menyadari bahwa pekerja sosial-lah orang pertama di dunia ini yang memahami kapan suafu undang-undang dibufuhkan oleh masyarakatatau perlu dirubah (peluang dan tantangan). Sangat langkanya pekerja sosial dalam di Ie mbaga penanggulangan
bencana formal serta pada
; koordinasi en.uebabkan gan berupa gian tugas
;lal
oleh
s juga dapat pekerjaan
SIt
yayasan
dunia usaha ln kegiatanrnga termasuk
xial
industri ,ngan) tanpa sial. Berbagai rrsultasi psiko-
n5,ak yang ayasan tanpa nsial (peluang
berbagai benfuk pelaYanan sosial bagi korban tindak kekerasan (anak dan wanita), serta tenaga kerja, termasuk pekerja migran.
Faktor-faktor Yang Menentukan kofesi Pekeriaaan Sosial Peluang dan tantangan suatu profesi terganfu ng sepenuhnya pada kinerja
penyandang profesi sendiri (kemampuan,
motivasi dan peranan), termasuk kedudukan, hak unfuk melakukan sesuafu dan pembenarannya, serta waktu yang tepat. Dengan demikian, peluang dan tantangan suatu profesi pada hakekatnya lebih ditentukan oleh profesi itu sendiri. Peluang dan tantangan profesi pekerjaan sosial sifatnya dinamis, dalam pengertian dipengaruhi dan mempengaruhi faktorfaktor intemal maupun ekstemal profesi. Faktor Internal berupa kualitas dan intemlsi tiga pilar penyangga profesi, yaitu lembaga penggguna profesi, lembaga pendidikan
profesi dan organisasi profesi. Secara umum peran lembaga pengguna profesi adalah menentukin jurnlah dann kualitas tenaga yang dibutuhkan dalam pelayanan, lembaga pendidikan menyediakan tenaga berkualifikasi profesional yang dibutuhkan lembaga pengguna dan organisasi profesi melindungi pengguna pelayanan dan tenaga profesional. Adapun faktor eksternal terdiri
dan perafuran pemndang-undangan yang berlaku, skala dan kompleksitas masalah sosial serh gejala dan kecenderungan sosial yang berlangsung di dalam masyarakat.
Peluang dan tantangan juga bersifat
lokasional, artinya berada di negara tempat
profesi tersebut dikembangkan. Oleh karena ifu, peluang dan tantangan profesi pekerjaan sosial di Indonesia juga berada di Indonesia, tidak di Amerika Serikat atau negara lain.
Secara internal, kemampuan profesi rnendayagunakan peluang dan mengatasi tantangan ditentukan oleh kinerja penyandang profesi di tiga pilar penyandang profesi, yang antara lain mencakup:
a.
daya penalaran atau analisis terhadap sifuasi yang sedang terjadi. b. kemampuan antisipatif, c. kemampuan menghadapi berbagai resiko yang diakibatkan oleh keputusan yang diambil, d. keberanian unfuk merubah keputusan sesegera mungkin setelah terkumpulnya informasi guna pengambilan kepufusan yang lebih baik. e. kemampuan menjalin hubungan sebaikbaiknya dengan semua pihak terkait.
Beberapa contoh peluang dan sekaligus juga tantangan bagi profesi pekerjaan sosial di Indonesia adalah:
HUMANITAS
I
78
a.
Semakin meningkatnya skala
dan kompleksitas masalah sosial dan aneka bencana, baik alam maupun sosial.
Berbagai peraturan perundang-
b.
undangan sosial yang mencanfumkan kebufuhan akan pekerja sosial, antara lain:
- UU No. 7 Th. 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk -
saat ini masih Iebih bersifat "public relations" perlu diarahkan oleh pekerja sosial menjadi tanggung jawab sosial dunia usaha (corporate social responsibility).
Tantangan
Tantangan besar yang masih dihadapi pekerjaan sosial hingga saat ini adalah:
DiskriminasiTerhadap pe rempuan, UU No. 3Th. 1997 tentang Pengadilan Anak,
a.Keterbatasan kinerja ketiga pilar
tentang
tanpa rnemikfrkan peluang dan
- UU No. 4 Th. 1997
masing-masing melaksanakan tugasnya
tentang
1) Dalam era otonorni
Narkotika,
- UU No. 13 Th. 1998
daerah
sekarang ini, hampirsemua lembaga pengguna profesi pemerintah daerah
tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia,
(provinsi dan kabupaten/kota)
tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 182
dipimpin oleh personel nonprofesi. Hal yang sama juga terjadi pada lembaga pengguna profesi
- UU No. 1 Th. 2000
mengenai Pelarangan dan Tindakan gera Penghapusan Bentuk-benhrk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak,
masyarakat. Kenyataan ini
Se
menunjukkan bahwa bangsa ini
- UU No. 23 Th. 2002 tentang Perlindungan Anak. Era Otonomi Daerah yang antara lain menyebabkan adanya kesenjangan yang relatif lebar antara daerah sangat miskin
dan daerah sangat kaya dengan konsekuensi terjadinya migrasi penyandang masalah sosial dari daerah miskin ke daemh kaya. Selain ifu dana
dekonsentrasi yang dikucurkan oleh pemerintah (pusat) ke kabupaten/kota jumlahnya sangat besar. Terjadinya peningkatan partisipasi OrsosA-SM, dunia usaha, dan lembaga media massa dalam pelayanan sosial sebagai respons terhadap bencana atau l'- Contoh: Dompet Dhuafa Koran i.;::-::.rka. Dompet Peduli Stasion l=,€".-0.. :l hrtisipasi dunia usaha yang
79 I rfrmA]tlTAs
;lJ. -h
tantangan.
Penyandang Cacat,
- UU No. 22 Th. 7997
pendukung profesi, dalam pengertian
2\
mundur ke era tahun 50 dan 60-an dengan rnitos "setiap orang dapat rnelaksanakan pekerjaan sosial. " Kita tentunya malu dengan negaraneg6ra lain di kawasan ASEAIIIatas kenyataan ini. Negara-negara ini tahu benar peran profesi pekerjaan sosial dalam pembangunan nasional masing-masing. Lembaga pendidikan profesi lebih
banyak memikirkan
dan melaksanakan rutinitas konvensional. Belum ada upaya serius untuk secara berkala rnengkaji isi kurikulum sesuai dengan perkembangan peluang dan tantangan profesi. Materi pendidikan
juga rnasih banyak yang tidak "membumi". Ikatan lembaga ini
fft'
juga belum berfungsi semestinYa. Kondisi dan kinerja organisasi
Daftar Pustaka
jawab
profesi dalam perkembangan
ate social
sejarahnya hingga saat ini lebih parah. Keberadaan organisasi ini antara ada dan tiada sehingga
National fusociation of Social Workers UU No. 7 Th.7984- tentang Penghapusan
at "public eh pekerja
rg
xg
masih ga saat ini
tiga pilar pengertian n fugasnya
lang
ri
dan
daerah
3)
selama ini tidak pemah memberikan manfaat dalam bentr-rk apapun bagi perke mbangan profesi yang menjadi tanggung jawabnya. b. Karena berbagai keterbatasan tersebut
maka antar hubungan ketiga Pilar pendukung profesi tersebut tidak bersifat saling menunjang dan rnelengkapi-.
Kesimpulan
Segala Bentuk DiskriminasiTerhadap
perempuan,
UU No. 3 Th. 1997 tentang Pengadilan Anak,
UU No. 4 Th, 1997 tentang Penyandang Cacat,
UU No. 22Th. \997 tentang Narkotika, UU No. 13 Th. 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, UU No. 1 Th. 2000 tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 182 mengenai Peiarangan dan Tindakan Segera
ua lembaga
Dengan berbagai pengetahuan, (25
Penghapusan Bentuk-irerrtuk
rtah daerah
jenis menurut NASW 1982J, keterampilan (14 jenis menurut NASW 1982), dan nilai umum (10 jenis menurutNASW 1982)yang dimiliki penyandang profesi, seharusnya profesi pekerjaan sosial mampu secara
Pekerjaan Terburuk Untuk Anak, UU No. 23 Th. 2AO2 ir-ntang Perlindungan Anak.
lte n/kota) rrcnprofesi.
rjadi pada prof esi
I dan 60-an
dan mendayagunakan peluang mauPun mengatasi tantangan yang dihadapinya
rang dapat
dengan sebaik-baiknya.
Ltaan ini bangsa ini
dinamis
menciptakan
an sosial." Ian negara{SEAN atas ,-negara ini
ii pekerjaan ran nasional
rofesi lebih an dan rutinitas ada upaya a berkala tum sesuai pefuangdan ilpendidikan
yang tidak embaga ini HUMANITAS
I
80