PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA LANJUT DI TINGKAT PELAYANAN KESEHATAN PRIMER DI INDONESIA
Pembimbing : Dr.dr. Raditya Wratsangka, Sp. OG (K)
Penyusun: Vicky Nanda Julia Yuliani
030.08.249 030.08.262
Yurike Natalie
030.08.266
Muhammad Azmuddin
030.08.282
Noor Ain binti Hariri
030.08.209
Subbihah bt Kamaralarifin
030.08.306
Mimi Suhaini binti Sudin
030.08.309
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PERIODE 26 AGUSTUS 2013 – 2 OKTOBER 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Program Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) merupakan salah satu bentuk
kesepakatan International Conference on Population and Development (ICPD) Cairo 1994, dimana dalam komitmen Internasional ini telah disepakati satu konsensus bahwa hak-hak kesehatan reproduksi disegala usia harus dijamin antara lain dengan memberikan informasi dan konseling mengenai kesehatan dan pelayanan reproduksi yang benar. Berdasarkan hal tersebut realita dilapangan menggambarkan bahwa di Indonesia akses informasi dan konseling kesehatan reproduksi maupun kesehatan seksualitas bagi penduduk yang sekarang berusia lanjut masih sangat kurang. Oleh karena itu pentingnya pelayanan kesehatan reproduksi untuk menjalankan program kesehatan reproduksi lanjut usia.(1) Pelayanan kesehatan reproduksi usia lanjut lebih ditekankan untuk meningkatkan kualitas hidup pada usia lanjut. Selain upaya promotif dan preventif, pengembangan upaya kesehatan reproduksi usia lanjut juga ditujukan untuk mengatasi masalah yang sering ditemukan pada usia lanjut, misalnya masalah menopause/andropause, osteoporosis, kanker prostat dan penyakit kardiovaskular serta penyakit degenerative lainnya yang dapat berpengaruh terhadap organ reproduksi.(2,3) Menurut WHO dan UU No. 13 tentang kesejahteraan lansia, disebut lanjut usia bila sudah berumur diatas 60 tahun. Inilah masa yang paling rentan diserang penyaikit degenerative dan penyakit berat lainnya. Sangat penting bagi wanita untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya secara teratur dengan prioritas utamanya adalah menjaga agar tubuh tetap sehat dengan mengatur pola makan yang benar, minum suplemen yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu olahraga ringan dan tetap aktif secara intelektual.(4) Pengawasan pada usia lanjut memerlukan pengetahuan dan pendidikan khusus sehingga dapat menanganinya secara multidisiplin. Berdasarkan latar belakang diatas pentingnya menerapkan program Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) yang dapat diaplikasikan menjadi bagian integral Program Bina Keluarga Lansia (BKL) dan Posyandu Lansia yang telah berjalan di masyarakat.(1,4)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
I.
Perubahan Lanjut Usia Perubahan-perubahan yang umum terlihat pada masa usia lanjut ditandai dengan
perubahan fisik dan psikologis tertentu. Baik pria maupun wanita pada usia lanjut akan menyesuaikan diri, akan tetapi hasil yang diperoleh dari penyesuaian tersebut cenderung menuju dan membawa penyesuaian diri yang tidak baik terutama dikarenakan terjadinya kemunduran fisik dan mental yang berlangsung secara bertahap. Pada saat mengalami penurunan inilah biasanya terjadi kegelisahan, kegoncangan bahkan bisa terjadi hal-hal yang sangat merugikan apabila tidak dipersiapkan dan diantisipasi dengan baik dan benar. Fase ini biasanya dikelompokkan ke dalam fase klimakterium, menopause, senium dan andropause.(5)
A.KLIMAKTERIUM Klimakterium adalah masa sebelum dan sesudah menopause seseorang wanita, dimana terjadi perubahan fisik maupun mental yang disebabkan terutama kerana terjadinya penurunan hormonal secara perlahan dan pasti pada wanita tersebut. Pada fase ini seorang wanita akan mengalami “kekacauan” pola menstruasi, serta terjadi perubahan psikologis dan perubahan fisik. Kejadian ini berlangsung rata-rata selama 5 tahun sebelum dan sesudah menopause, dengan variasi ada yang sampai 10 tahun atau tanpa kekacauan yang signifikan, sehingga klimakterium dapat terjadi pada wanita sejak usia 40 tahun sehingga dari 55 tahun.(6) 1. Kondisi fisiologis Pada fase klimakterium terjadi penurunan hormon kewanitaan secara perlahan dan pasti, diikuti dengan perubahan fisiologi antara lain menurunnya sampai berhentinya fungsi ovarium (indung telur) dan tidak memproduksi telur dan kadar hormon estrogen menurun(6). Hal tersebut berakibat haid tidak teratur, rahim memgecil, kulit mulai keriput, dan mengalami dispareunia (sakit saat bersanggama) karena produksi getah vagina berkurang.(7) 2.Kondisi psikologis
Pada fase klimakterium, secara patologis gejala psikosomatik mengalami peningkatan dalam berbagai bentuk, antara lain cemas, gelisah, mudah tersinggung, kesepian, merasa terasing, takut tanpa sebab, susah tidur, cepat lelah, berdebar-debar, cemburu, dan curiga pada suami.(1)
B. MENOPAUSE Menopause adalah fase akhir dari masa reproduksi wanita yang terjadi secara alamiah. Setiap wanita pasti mengalami masa menopause. Dalam perjalanan hidupnya seorang wanita yang memasuki usia sekitar 45 tahun, mengalami penuaan indung telur, sehingga tidak sanggup memenuhi kebutuhan hormon estrogen. Sistem hormonal seluruh tubuh mengalami kemunduran dalam memproduksi hormon, antara lain kemundurun kelenjar tiroid yang mengeluarkan hormon tiroksin untuk metabolisme umum dan kemunduran kelenjar paratiroid yang mengatur metabolisme kalsium. Penurunan produksi hormon menyebabkan berbagai perubahan fisik dan psikis.(9)
1. Proses Menopause Menopause adalah waktu berhentinya siklus haid seorang wanita secara alamiah yang biasanya terjadi pada periode di mana wanita berusia antara 45-50 tahun. Menopause dapat didahului dengan proses yang berlangsung lama, bahkan dapat berlangsung selama sepuluh tahun. Artinya seorang perempuan kemungkinan sudah mengalami perubahan pada siklus dan kualitas haidnya,(8) serta perubahan-perubahan fisik maupun psikis lainnya pada saat ia berusia 40 tahun. Menstruasi benar-benar tidak datang lagi pada wanita ratarata setelah mencapai usia 50 tahun (dengan rentang usia antara 48-52 tahun). Dapat ditambahkan, bahwa saat datanya menopause berbeda-beda setiap orang, kerana dipengaruhi oleh usia pertama kali perempuan memperoleh haid (menarche). Variasi ini terjadi pula akibat adanya perbedaan status gizi, kultur/budaya,lingkungan soaial. Sebagai contoh wanita berpendidikan dan berpenghasilan tinggi biasanya mendapatkan menopause pada usia lebih tua dibanding dengan wanita dari strata dibawahnya.1,5 2. Perubahan-perubahan saat menopause Perubahan-perubahan yang terjadi merupakan dampak negatif dari menopause. Dampak yang terjadi dapat bersifat jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka
pendek dapat berupa : a. Perubahan organ reproduksi •
Rahim mengalami atrofi (pengecilan ukuran), panjang menyusut, dinding rahim menipis. Jaringan otot rahim menjadi menyusut, dan mengandung lebih banyak jaringan serabut (fibrotik).Leher rahim (serviks) mengecil, tidak menonjol ke dalam, lama kelamaan akan “merata” dengan dinding vagina.
•
Lipatan-lipatan saluran indung telur menjadi lebih pendek, menipis dan mengerut, rambut getar pada ujung saluran telur (fimbrae) menghilang;
•
Volume indung telur mengecil dan permukaan mengeriput;
•
Otot jaringan vagina (liang senggama) melemah dan lebar vagina menyempit;
•
Jaringan vulva (mulut kemaluan) menipis kerana berkurang/ hilangnya jaringan lemak dan elastisitas sehingga nyeri saat bersanggama (dispareunia).
b. Perubahan fungsi reproduksi •
Pada menopause, menurunnya kondisi fisiologis disertai dengan indung telur mengecil sehingga tidak menghasilkan telor lagi, siklus menstruasi normal berhenti, dan berarti kesuburan pada wanita tersebut telah berhenti pula.(5,6)
c. Perubahan kejiwaan •
Perubahan kejiwaan yang dialami seorang wanita menjelang menopause. Antara lain merasa tua kerana takut menjadi tua, tidak menarik lagi, mudah tersinggung, gampang kaget sehingga jantung berdebar, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual suaminya, khawatir suaminya akan menyeleweng. Keinginan seksual menurun dan sulit mencapai kepuasan seksual (orgasme). Mereka juga merasa sudah tidak berguna, secara ekonomi tidak produktif, merasa hanya menjadi beban keluarga.(6)
Dampak jangka panjang antara lain :(6,7,8) a. Osteoporosis : Osteoporosis adalah bekurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat penurunan kadar hormon estrogen, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah pátah. Umumnya osteoporosis terjadi pada tulang yang berongga, yaitu tulang belakan. leher, paha, panggul dan lengan bawah. Osteoporosis dapat dipercepat oleh kekurangan
kalsium, sinar matahari, aktivitas fisik dan olah raga; kurang gizi, kelainan kelenjar gondok (hipertiroid), merokok, minum alkohol dan penggunaan kortikoseroid, misalnya pads penderita asma, lupus. b. Penyakit jantung koroner: Kadar estrogen yang cukup, mampu melindungi wanita dan penyakit jantung koroner. Berkurangnya hormon estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol baik (HDL, high density lipoprotein) dan meningkatnya kolesterol tidak baik (LDL, low density lipoprotein), yang meningkatkan kejadian penyakit jantung koroner pada wanita. c. Kepikunan (dimensia tipe Alzheimer) : Kekurangan hormon estrogen juga mempengaruhi susunan saraf pusat atau otak. Penurunan hormon estrogen menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, kehilangan ingatan akan penstiwa jangka pendek, sukar tidur, gelisah, depresi, sampai pada kepmkunan tipe Alzheimer. Penyakit kepikunan Alzheimer dapat terjadi bila kekurangan estrogen sudah berlangsung cukup lama dan berat, yang dipengaruhi faktor keturunan serta proses ketuaan. 3. Gejala menopause Beberapa gejala menopause adalah timbul hot flushes atau hawa panas, lazimnya terjadi pada wajah atau kulit leher tetapi dapat pula terasa pada seluruh tubuh.Gejala lain dapat berupa sulit tidur (insomnia), merasa pusing-pusing, emosi berubah-ubah, gampang tersinggung, dan minat melakukan hubungan seksual mulai menurun. Tanda-tanda lain menopause adalah lazim dialami perempuan usia di atas 50/55 tahun. Diikuti dengan keluhan psikis; malu bertemu orang lain dan kemudian cenderung mengurung diri. Kulit keriput, payudara kendor, menggantung. Tulang mengalami keropos (osteoporosis, mudah patah), kelainan pembuluh darah meningkat. Implikasi yang kemudian muncul adalah aktiviti senggama menurun kerana vagina kering dan sakit. Namun perlu diperhatikan bahawa menstruasinya yang terjadi saat menopause, harus dicurigai adanya kanker.(1,5) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa saat menopause, volume hormon estrogen berkurang secara signifikan. Kondisi ini mengakibatkan beberapa kumpulan gejala yang disebut dengan sindroma kekurangan estrogen, yaitu: a.Gangguan neurovegetatif (gejolak panas); b.Gangguan psikis, gampang tersinggung, depresi(tertekan), insomnia(sulit tidur); c.Gangguan organik seperti infark jantung, osteoporosis, peradangan, infeksi atau penyusutan organ seks.
Gejala-gejala tersebut sangat nyata,menyebabkan penurunan kualitas dan produktivitas hidup kaum wanita.(1,5) 4. Menyikapi perubahan dan gejala yang timbul saat menopause. Untuk menghadapi/mengatasi perubahan dan gejolak jiwa saat datangnya masa klimakterium, menopause sampai dengan senium, yang terutama adalah adanya pengetahuan dan kesadaran tentang kehadiran menopause maupun pengetahuan tentang KRL pada umumnya. Dengan pengetahuan yang cukup tentang KRL maka secara dini dapat diantisipasi secara benar. Potensi penting lainnya adalah keharmonisan dan adanya saling pengertian dalam keluarga. Dalam keluarga yang rukun, damai dan harmonis, kesiapan menerima proses penuaan semakin besar tanpa terganggu gejala klinis yang berarti. Keharmonisan sangat penting, kerana pasangan ini akan ditinggalkan anak-anak yang kuliah, bekerja, maupun berkeluarga, dan tinggal di lain daerah. Maka saling pengertian harus selalu dibina agar tetap bahagia hidup serumah dengan pasangan yang sama-sama sudah lansia. Karena pada dasarnya sebagian lansia wanita tidak sanggup untuk hidup bersama dengan keluarga anaknya. Kebahagiaan hidup pasangan lansia ini akan berimplikasi positif saat isterinya memasuki masa klimakterium tanpa ketakutan ditinggal berselingkuh oleh suaminya. Untuk itu maka pengetahuan tentang KRL harus dikuasai dua pihak serta keluarganya.(1) 5. Menghindari penuaan kulit terlalu cepat Wanita menopause dianjurkan untuk menjaga kesegaran tubuh, agar tetap menarik dan membuat tampil lebih percaya diri. Hal itu dimaksudkan untuk merespon usia yang semakin bertambah, diikuti dengan kulit semakin tipis, makin sensitif terhadap cahaya matahari, lapisan lemak bawah kulit menjadi longgar, sehingga keringat dan keriput akan muncul di wajah, dagu dan leher.(1) Beberapa tips untuk menghambat proses penuaan kulit adalah sebagai berikut: a. Usahakan tubuh jangan terlalu gemuk, sehingga saat lemak bawah kulit berkurang atau menghilang tidak terlalu nyata; b. Hindari sebanyak mungkin sinar matahari, kerana sinar ultraviolet dapat merusak kulit dan kemungkinan menimbulkan kanker kulit.
c. Meningkatkan aktivitas olahraga paling tidak seminggu tiga kali masing-masing sekitar 30 menit, melakukan massage(di salon kecantikan) dengan maksud memperlancar peredaran darah kulit sehingga keriput kulit tertahan. d. Massage dapat dilakukan sendiri termasuk memberikan pelembab kulit. 6. Mempersiapkan diri menghadapi menopause Ketika wanita akan memasuki masa menopause perlu mempersiapkan diri dengan baik antara lain: a. Memenuhi makanan bergizi dengan maksud membantu dalam menghambat implikasi negatif menopause terhadap kinerja otak, mencegah kulit mengering.Gizi harus terpenuhi secara seimbang yakni memenuhi zat gizi perhari dengan asupan zat-zat gizi makanan yang mengandung karbohidrat (nasi,roti0, protein(telur), lemak omega3 atau 6(ikan), vitamin (A,B,C dan seterusnya), mineral, dan air. Dengan pemenuhan gizi sesuai dengan kondisi kesehatannya masing-masing. b. Jenis makanan tersebut diantaranya dianjurkan mengandung phytohormonestrogen (sebagai terapi pengganti hormon estrogen alamiah), seperti kacang kedelai dan papaya setiap hari. Segelas susu kedelai setiap hari cukup bermanfaat mengurangi keluhan menopause.Demikian pula bermanfaat untuk mencegah “hot flushes” pada saat menopause dan mengurangi risiko peningkatan kolesterol. Oleh kerana peningkatan kolesterol dapat mengakibatkan hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke. Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin D, seperti ikan tuna, ikan salmon,minyak ikan, telor dan susu akan memperkuat tulang dan mengurangi osteoporosis. c. Mengurangi stress.Sebaiknya wanita yang memasuki era menopause mempunyai kegiatan atau beraktivitas secara rutin dan membiasakan diri dengan hidup yang rileks, menghindari tekanan, dan pikiran yang membebani.Kebiasaan ini adalah dalam rangkan mengatasi gangguan psikologis, dimana wanita merasa tidak sempurna lagi. Bila gangguan stress tidak secara dini diatasi, kemungkinan lebih buruk bisa saja terjadi yang dapat memicu munculnya berbagai jenis penyakit degeneratif(penuaan). d. Menghentikan merokok dan minuman beralkohol.Bagi wanita yang berkebiasaan merokok maka wajib segera diakhiri. Oleh kerana asap rokok dapat meningkatkan risiko kanker paru, menyebakan kulit wajah mengering, warna kuku kusam kerana kandungan nikotin yang melekat di jari-jemari.Berhenti merokok akan mengurangkan gejala menopause.
e. Berolahraga secar terukur dan teratur, murah, sesuai usia seperti jalan kaki, jogging,bersepeda,berenang, naik tangga minimal 3 kali dalam seminggu. Olahraga berefek pada terpeliharanya hidup aktif yang mampu menekan gejala insomnia, memperlambat oetoporosis, gangguan jantung, mengeliminasi “hot flushes” dan mengurangi berat badan. f. Proses memasuki era menopause akan nerjalan lancar manakala memperoleh dukungan moral dari keluarga khusunya suami.Seorang suami harus paham dan menyadari bahawa isterinya telah memasuki masa menopause untuk tanggapan antara lain dengan memberikan perhatian yang lebih, tidak membiarkan isterinya merana kesepian merasa tidak berguna. Romantisme saat masih muda mestinya terus dipelihata sehingga akan mengurangi perasan murung tadi. Demikian pula anakanaknya hendaklah memahami kondisi perasaan dan emosi ibunya yang tidak stabil. Kemesraan yang terbina dengan baik diharapkan akan menyebakan wanita merasa bahagia, efeknya keriput wajah dan tubuh tidak terlalu banyak berkembang biak. g. Melakukan kunjungan rutin petugas kesehatan untuk secara berkala diperiksa kondisi kesehatannya, termasuk skrining dini kemungkinan adanya kanker mulut rahim. Secra statistik kanker mulut rahim merupakan pembunuh pertama pada wanita Indonesia yang jika dapat dideteksi lebih awal dapat diobati hingga sembuh.(6) C. Senium Dialami oleh wanita berumur di atas 60 tahun dengan kondisi mampu beradaptasi tanpa estrogen tetapi secara patologis terdeteksi mudah terjadi osteoporosis dan gejala kemunduran IQ. (1)
D. Andropause Andropause merupakan istilah untuk laki-laki yang mengalami penuaan dengan segala konsekuensi dan gejala-gejala yang ditimbulkannya dibidang fisik, sosial, mental. Berbeda dengan menopause, kesuburan pada orang dengan andropause hanya mengalami kemunduran secara bertahap dan pasti. Gejala andropause antara lain : potensi seksual menurun, kurang bergairah, mudah tersinggung, daya konsentrasi terganggu, mudah letih, lesu, lemah, kaku-kaku, osteoporosis, rambut rontok, kulit
kering, organ reproduksi laki-laki mengecil, impotensi. Munculnya andropause pada laki-laki berbeda-beda. (1)
E. Menghadapi Proses Alamiah Semua ini merupakan proses alamiah, semestinya tidak terjadi penyulit yang tidak diperlukan. Untuk itu menjadi tugas keluarga, terutama suami untuk memberikan perhatian penuh agar istri tetap bahagia menjalanan masa-masa tersebut diatas, dengan didasari atas pengetahuan yang cukup tentang KRL. Upaya menyikapi krisis menopause dan andropause yang perlu diingat bahwa ini bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan bagian dari siklus hidup yang semestinya wajar dijalani. Upaya yang dapat dilakukan adalah menikmati kegiatan yang dijalankan, mengikuti kursus, melakukan kegiatan social dan seni budaya, menjalani karier baru, saling memahami, memberi dan menerima dukungan dalam keluarga, meningkatkan spiritual. (1)
II.
Seksualitas di Era Lansia Seiring dengan bertambahnya usia dan menjadi lansia, maka terjadilah kemunduran
fisiologis, mental dan sosial secara menyeluruh, termasuk minat melakukan hubungan seksual mengalami penurunan. Namun demikian, mengalami menopause bukan berarti menghentikan aktivitas seksual, hanya saja keinginan untuk melakukan hubungan seksual mulai menurun. Kondisi menopause ini berbeda dengan pria dimana umunya pria lansia(yang masih sehat) tetap aktif ingin melakukannya.(1) Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini : (4,9) Fase Tanggapan Seksual Fase desire
Wanita Lansia Pria Lansia - Terutama dipengaruhi - Interval oleh
penyakit
dirinya
baik
-
Masalah
melakukan
sendiri
ataupun pasangan hubungan
untuk kontak
seksual meningkat -
Hasrat oleh
dipengaruhi penyakit
-
antar keduanya
kecemasan
Hal-hal tentang harga
kemampuan seks
diri
Fase arousal
Mulai
Desire pada lansia wanita
testosterone
mungkin
bertahap
menurun
-
akan
Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
Semburat
panas
ereksi
dikulit menurun
-
Ereksi tidak kuat
Elastisitas
-
Testosterone menurun
-
Elevasi
dinding
Iritasi
uretra
dan
testis
perineum
kandung kemih
ke lebih
lambat dan sedikit
-
Otot yang menegang
-
Penguasaan
-
menurun Tanggapan orgasmic
-
ejakulasi membaik Kemampuan
muscular) -
atas
kurang intens disertai
mengontrol ejakulasi
sedikit kontraksi
membaik
Kemampuan
untuk
-
mendapatkan orgasme
multiple
-
terdapat
refrakter
otot
Jumlah
kontraksi
menurun -
Mungkin
Kontraksi berkurang
berkurang
Fase pasca orgasmik
yang
-
vagina menurun
fase
menurun
usia, tapi bisa bervariasi - Pembesaran payudara
-
(
tahun
mempengaruhi libido
-
orgasmic
55
dengan makin lanjutnya
berkurang
Fase
usia
akan
Volume
ejakulat
menurun periode Periode refrakter memanjang dimana secara
pembangkitan gairah secara ereksi segera lebih sukar
fisiologis,
dimana
dan
orgasme
berikutnya lebih sukar
A. Keinginan dan tantangan seksual lansia wanita(1) •
Pada azasnya wanita pasca menopause tetap ingin melakukan hubungan seksual.
•
Sebagian pasangan lansia, merasa tidak nyaman berhubungan seksual
•
Tidak ada kemunduran kemampuan seks pada wanita menopause
•
Secara naluriah, keinginan bersanggama mengalami peningkatan, kerana tidak khawatir hamil lagi.
•
Ketidakmampuan melakukan hubungan seks menjadi salah satu faktor serius penyebab depresi psikosis akibat ikutannya, wanita bisa menderita pruritus yakni gatal di kemaluan atau mimpi erotik. Sebenarnya, keinginan wanita untuk bersanggama berlangsung seumur hidup meski tidak beraturan. Bahkan sebagian wanita berstatus tidak menikah diketahui melakukan masturbasi untuk memenuhi kebutuhan seksualnya.4
B. Upaya yang dapat dilakukan oleh perempuan di era meopause(1) •
Menerima dengan ikhlas period menopause sebagai sebagian dari proses kehidupan.
•
Melakukan olahraga secra teratur, minimal tiga kali dalam seminggu selama minimal 30-60 menit.Jenis olahraga yang dianjurkan adalah yang ringan-ringan sahaja seperti jlaan pagi, senam lansia, bersepeda, berenang atau mengerjakan pekerjaaan rumah yang membutuhkan kekuatan fisik seperti mengepel lantai, dan membersihkan halaman perkarangan.
•
Hubungan seksual dapat dilakukan dengan kondom yang umumnya memiliki lubrikan (pelicin), atau mengolesi organ reproduksi dengan cairan jelly.
•
Memberikan hormon estrogen pengganti atau mengkonsumsi makanan yang kaya estrogen.(1)
C. Upaya pencegahan terhadap keluhan/masalah menopause yang dapat dilakukan di tingkat pelayanan dasar antara lain: (1) I.
Pemeriksaan alat kelamin: Pemeriksaan atat kelamin wanita bagian luar, hang rahim dan leher rahim untuk melihat kelainan yang mungkin ada, misalnya lecet, keputihan, pertumbuhan abnormal seperti benjolan atau tanda radang.
II.
Pap Smear: Pemeriksaan ini dapat dilakukan setahun sekali untuk melihat adanya tanda radang dan deteksi awal bagi kemungkinan adanya kanker pada saluran reproduksi. Dengan demikian pengobatan terhadap adanya kelainan dapat segera dilakukan.
III.
Perabaan Payudara: Ketidakseimbangan hormon yang terjadi akibat penurunan
kadar hormon estrogen, dapat menimbulkan pembesaran atau tumor payudara. Hal ini juga dapat terjadi pada pemberian hormon pengganti untuk mengatasi masalah kesehatan akibat menopause. Perabaan payudara sendiri atau yang disebut SADARI (Periksa Payudara Sendiri) dapat dilakukan secara teratur untuk menemukan tumor payudara sedini mungkin. Caranya dapat dilihat pada Bab tentang KankerSistem Reproduksi. IV.
Penggunaan bahan makanan yang mengandung unsur fitoestrogen: Hormon estrogen yang kadarnya menurun pada menopause, dapat diganti dengan memakan dalam jumlah cukup makanan yang mengandung unsur fito-estrogen (kedelai, tahu, tempe, kecap, pepaya dan semanggi merah).
V.
Penggunaan bahan makanan sumberkalsium: Makanan yang mengandung kalsium antara lain susu, yoghurt, keju, teri, dll.
VI.
Menghindari makanan yang mengandung banyak lemah, kopi dan alkohol.
D. Hal-hal yang perlu dilakukan tentang seksual pada laki-laki lansia(1) -
mengelola keinginan/nafsu seksual yang benar
-
hubungan seksual merupakan hubungan keintiman yang tidak selalu berakhir dengan hubungan intim
-
saling menyentuh, merangsang, mencium bisa tetap dilakukan sampai usia kapanpun
-
seks itu menyehatkan seperti halnya olahraga, oleh karena itu kemudian badan berkeringat
E. Penanganan pada pasangan yang terganggu aktivitaas hubungan seksualnya (7) a. Berikan konseling b. Diet seimbang dengan mengurangi asupan karbohidrat yang mengandung gula, mengkonsumsi susu, tempe, kedelai (estrogen alami) c. Tindak lanjut yaitu hormonal bila diperlukan
BAB III KESIMPULAN Secara biologi penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan-perubahan yang umum terlihat pada masa usia lanjut adalah ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Baik pria maupun wanita, pada usia lanjut mereka akan melakukan penyesuaian diri agar mereka tampak siap dan sesuai dengan masa usia lanjut tersebut secara baik ataupun tidak baik. Perubahan-perubahan tersebut meliputi perubahan pada sistem pernafasan, perubahan pada
telinga,
perubahan
pada
mata,
perubahan
pada
gigi, perubahan
pada
persendian, perubahan otot, perubahan pada kulit. Perumbuhan penduduk lanjut usia yang pesat selama beberapa dekade terakhir merupakan implikasi dari semakin baiknya kualitas hidup manusia sehingga usia harapan hidup meningkat. Penanganan kesehatan umum lansia sudah dilakukakan pemerintah lewat berbagai program antara lain Bina Keluarga Lansia (BKL), Posyandu Lansia, dan lainnya. Maka secara eksplisit mulai saat sekarang pelayanan Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) harus ditangani secara serius11.
BAB IV DAFTAR PUSTAKA 1. Pembinaan Kesehatan Reproduksi Bagi Lansia.Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Jakarta 2012. Diunduh dari www.bkkbn.go.id/.../Seri%201%20Program%20KKB
juni 20
2013 2. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi Untuk Petugas kesehatan Di Tingkat Pelayanan Dasar.Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta;2008 p 213 3. Program Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Integartif di Tingkat Pelayanan Dasar. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta; 2008 p 49 4. Agosti y, Duke p. Medmaps for Pathophysiology. Female Reproductive System Disorders. Philadelphia; 2008. p. 231 5. National
Institute
of
Aging.
Menopause.
April
2008.
Diunduh
dari
http://www.nia.nih.gov/health/publication/menopause. Diakses Juni 20, 2013 6. Pusat Kesehatan Reproduksi. Diunduh dari di http://pskespro.chnrl.net/pusat kesehatan reproduksi. Diakses pada Juni 20, 2013. 7. Rumah Sakit Semen Gresik. Kesehatan Reproduksi Pada Wanita Usia Lanjut.
http://www.rssemengresik.co.id/index.php? option=com_content&task=view&id=21&Itemid=25 Diakses Juni 20,, 2013. 8. Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia, Kesehatan Reproduksi
Usia
Lanjut.
Jakarta;
2005.
p.22-24.
Diunduh
dari
http://indonesia.unfpa.org/application/assets/publications/Kebijakan_Strategi_Nasiona l_Kesehatan_Reproduksi_di_Indonesia.pdf.pdf. Diakses Juni 20, 2013. 9. BKKBN. Pembinaan Kesehatan reproduksi bagi lansia. 2012. Jakarta diunduh dari http://ceria.bkkbn.go.id/home juni 20 2013. 10. Darmojo RB, Hadi MH. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 4. Balai penerbit FKUI; 2010.