PELANGGAR LALU LINTAS KOTA TANJUNGPINANG (Studi Pelanggar Ibu-ibu Pengguna Motor di Jalan Tugu Pahlawan)
Naskah Publikasi
Oleh
BAMBANG SUPRIYADI NIM. 090569201014
PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017
SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang disebut dibawah ini: Nama
:
BAMBANG SUPRIYADI
NIM
:
090569201014
Jurusan/Prodi
:
ILMU SOSIOLOGI
Alamat
:
Jl. Karya Baru no.27 RT 06/RW 02, Kelurahan Bukit Cermin Kecamatan Tanjungpinang Barat, Kota Tanjungpinang
Nomor TELP
:
+6285264233111
Email
:
[email protected]
Judul Naskah
:
PELANGGAR LALU LINTAS KOTA TANJUNGPINANG (Studi Pelanggar Ibu-ibu Pengguna Motor di Jalan Tugu Pahlawan)
Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan untuk dapat diterbitkan. Tanjungpinang, 21 Maret 2016 Yang menyatakan, Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Nanik Rahmawati, M.Si NIDN.1013048002
Marisa Elsera,S,Sos, M,Si NIP. 198710192014042001
1
PELANGGAR LALU LINTAS KOTA TANJUNGPINANG (Studi Pelanggar Ibu-ibu Pengguna Motor di Jalan Tugu Pahlawan) Bambang Supriyadi Nanik Rahmawati, M.Si Marisa Elsera, S.Sos, M.Si
[email protected] [email protected] [email protected]
ABSTRAK Sarana transportasi merupakan peranan yang mendukung pembangunan dan wawasan nusantara agar dapat mendekatkan hubungan suatu daerah dengan daerah lain Sepeda motor merupakan sarana transportasi yang digunakan oleh sebagian masyarakat untuk mengantarkan orang maupun barang dari satu tempat ketempat lain. Pelanggaran lalu lintas adalah sebuah perilaku dalam mengendarai motor yang tidak mengikuti aturan-aturan akan berkendera motor yang baik dan benar serta tidak mengindahkan akan norma dan nilai yang terkandung dalam berkendara. Ibu-ibu mempunyai sifat yang menang sendiri dan tidak mau kalah yang menyebabkan kebiasaan buruk ibu-ibu sangat membahayakan saat mengendarai sepeda motor, seperti: ibu-ibu lebih mementingkan kerapian penampilan kendaraannya tanpa memperhatikan kondisi kelayakan kendaraannya; pemakaian helm sering tidak sesuai yang diharuskan atau tidak maksimal karena terganggu oleh sanggul rambut dan hijab/kerudung tebal; Karena terlalu terbiasa merasa ‘diistimewakan’ dalam kehidupan sehari-harinya, ibu-ibu tanpa sadar merasa seolah selalu didahulukan dan aman bahkan di jalan raya. Contoh: belok dengan tiba-tiba, belok tanpa memberi sinyal terlebih dulu, melaju dengan kecepatan di bawah rata-rata kendaraan lain di sekitarnya; Membawa satu atau lebih dari dua anak kecil tanpa mengenakan helm dan Mengoperasikan handphone baik mengangkat telepon maupun ber-SMS-an ria saat membawa motor. Nilai dan norma tidak dapat dipisahkan dan akan selalu berkaitan. Norma lebih banyak penekanannya sebagai peraturan-peraturan yang selalu disertai oleh sanksi-sanksi yang merupakan faktor pendorong bagi individu ataupun kelompok masyarakat untuk mencapai ukuran nilai-nilai sosial tertentu yang dianggap terbaik untuk dilakukan. Hasil penelitian adalah, Ibu-ibu sering kita jumpai di jalan berkendara motor dalam mengisi aktivitasnya, seperti bekerja, kepasar, mengantar anak sekolah, dan lainnya, namun terkadang mereka kurang mempunyai insting yang kuat dalam berkendara seperti cara, kebiasaan, tata kelakuan dan aturan-aturan yang berlaku dalam lalu lintas itulah yang membuat para pengendara lain harus ekstra hati-hati jika berada dibelakang pengendara motor ibu-ibu yang menyebabkan nilai dan norma berkendara motor ternodai akibat perilaku yang kurang tepat dalam berkendara motor. Kata Kunci : Peraturan lalu lintas, Fakta Sosial, norma sosial
2
PELANGGAR LALU LINTAS KOTA TANJUNGPINANG (Studi Pelanggar Ibu-ibu Pengguna Motor di Jalan Tugu Pahlawan) Bambang Supriyadi Nanik Rahmawati, M.Si Marisa Elsera, S.Sos, M.Si
[email protected] [email protected] [email protected]
ABSTRACT Means of transport is the means that support the development and insight into the archipelago in order to bring the relationship one area to another, Motorcycle are the accomodation of transport used by some people to deliver people and gods fromare place to another. Traffic offence is a behavior in a motorhome that day not follow the role in driving the motor is good and right and did not heed to the norms and values contained in the drive. Woman have the nature of selfish and will not bridge that cause bad habits, women sometimes are dangerais when riding a motorcycle for example women are more cancerned with neatness of appearance of their velicle regardless of eligilality conditions of their velicles. The usage of helmets are offen not appropriate or not optimal because intrupted by a hair bun, because it way kept far too used to feel in particular about a day in their life of women unconsciously fells as always take precedence and safe even on the highway for example: Turn suddenly, turn without signaling in advance at the speed below the average of other veliclesaround her, bringing me or more two minor children without wearing a helmet and operate mobile phones either pick up the phone and hair-sms when riding the motorcycle. Values and norms can not be separated and always related more eruphasis norm as regulation is always accorupted by sanctions which are factor supports far individuals or droops of people to achieve a certain meansure social values that are considered the best thing to do. The strength of the norms contained in manner, behavior patterns, habbits, customs and laws. The research is women frequently encountered in filling the already drive the motor activities such as work, go to market, dropping chidren to scooh and other butsometimes they lacked the strong instinct to drive and that’s what makes the other motorists to be extra carefully when the’re behind the biker. In this case, lackof proper behaviour in driving can be fatal. Keyword: Traffic offence, women, social norms.
3
atau mengalihkan suatu objek tersebut untuk
I. Pendahuluan
dapat lebih bermanfaat atau dapat berguna
1.1. Latar Belakang
untuk tujuan-tujuan tertentu (Fidel Miro, Indonesia merupakan suatu negara
2005: 4).
kepulauan dengan banyak pulau dari Sabang
Sarana
sampai Marauke. Selain itu, Indonesia
kepada
transportasi
masyarakat
maka
dan Angkutan Jalan, menyatakan bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
peran
Pada zaman era globalisasi ini, terjadi di
segala
bidang
pembangunan
ekonomi
serta
penduduk
Pertumbuhan
ekonomi
umum
Angkutan Jalan, dijelaskan bahwa : 1.
suatu daerah akan berkembang sangat pesat.
yang
menjalankan aktivitasnya masyarakat harus 2.
transportasi
untuk
dapat
kata
mendukung ataupun
lain dan
menunjang
masyarakat
untuk
jalan,
oleh
jawab di bidang sarana dan
melakukan
transportasi
angkutan
kementerian yang bertanggung
sarana
prasarana lalu lintas dan angkutan
mobilitas geografi atau perpindahan tempat, dengan
di
Urusan pemerintahan di bidang
dan
adanya kendaraan. Keberadaan kendaraan sebagai
jawab
sarana dan prasarana lalu lintas
membuat masyarakat menjadi butuh akan
digunakan
bertanggung
bidang jalan.
atau
perpindahan tempat. Keadaan ini sering kali
sendiri
Urusan pemerintahan di bidang prasarana jalan, oleh Kementerian
Guna memenuhi keperluannya atau
ini
oleh
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
menyebabkan perkembangan transportasi
geografi
diamanatkan
Menurut Undang-Undang Nomor 22
dari suatu daerah ke daerah lain. Sehingga
mobilitas
sebagaimana
Indonesia Tahun 1945.
ini
menyebabkan terjadi perpindahan penduduk
melakukan
mendukung
Undang-Undang Dasar Negara Republik
pesat.
penduduk
dalam
bagian dari upaya memajukan kesejahteraan
pertumbuhan yang
strategis
pembangunan dan integrasi nasional sebagai
kehidupan
sepertinya lajunya pertumbuhan penduduk dan
mendekatkan
Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
dibentuk
Polisi Republik Indonesia (POLRI) yang
pengaruh
lebih
Hal ini tercantum dalam Undang-Undang
melanggar hukum yang berlaku. Untuk masyarakat
dapat
hubungan suatu daerah dengan daerah lain.
dalam melakukan tingkah lakunya agar tidak
melindungi
memiliki
wawasan nusantara. Selain itu, sarana
dan Undang-undang Dasar 1945 yang telah aturan
ini
peranan yang mendukung pembangunan dan
adalah negara yang berlandaskan Pancasila
memberikan
transportasi
jalan.
dapat
3.
individu
Urusan pemerintahan di bidang pengembangan industri lalu lintas
melakukan
dan
mobilitas. Transportasi sendiri adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut
4
angkutan
jalan,
oleh
4.
kementerian yang bertanggung
adalah setiap kendaraan yang digerakkan
jawab di bidang industri.
oleh peralatan mekanik berupa mesin selain
Urusan pemerintahan di bidang
kendaraan yang berjalan di atas rel.
pengembangan
5.
teknologi
lalu
Pesatnya
lintas dan angkutan jalan, oleh
menyebabkan
kementerian yang bertanggung
kendaraan bermotor oleh masyarakat dalam
jawab di bidang teknologi.
melakukan
Urusan pemerintahan di bidang
tingginya pengguna kendaraan bermotor
registrasi
oleh masyarakat membuat banyak terjadi
dan
kendaraan
identifikasi
bermotor
dan
operasional
rekayasa
lalu
lintas
sekarang
tingginya
pengguna
kegiatan
sehari-hari.
Makin
pelanggaran lalu lintas di jalan raya.
pengemudi, penegakan hukum, manajemen
pembangunan
Budaya
dan
masyarakat
Kota
Tanjungpinang dalam berlalu lintas di jalan
serta
raya
perlu
lebih
ditertibkan,
hal
ini
pendidikan berlalu lintas oleh
dikarenakan banyaknya pelanggaran yang
Kepolisian
terjadi dan dapat dilihat dari kehidupan
Negara
Republik
Indonesia. Sepeda
sehari-hari. Pelanggaran lalu lintas ini
motor
merupakan
sarana
maupun
mobil
dikarenakan masyarakat kurang memahami
transportasi
yang
pentingnya tertib lalu lintas di jalan raya dan
digunakan oleh sebagian rakyat Indonesia
demi
untuk mengantarkan orang maupun barang
motor itu sendiri dan pengendara motor lain.
dari satu tempat ketempat lain. Setiap
Masyarakat
pada
dasarnya
masyarakat dalam menggunakan kendaraan
pentingnya
tertib
lalu
untuk berkendara di jalan harus mengikuti
masyarakat lebih sering mengacuhkan tertib
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan
lalu lintas. Selain itu masyarakat mematuhi
oleh
bermotor
tertib lalu lintas hanya untuk menghindari
tersebut pada umumnya terbagi menjadi
sanksi dari pihak polisi lalu lintas dari pada
kendaraan bermotor umum dan pribadi.
menjaga keselamatan berkendara di jalan
Kendaraan bermotor umum ini banyak
raya. Hal ini menyebabkan terjadi perilaku
digunakan secara massal oleh penduduk
penyimpangan sosial dan hilangnya budi
Indonesia baik dalam mengangkut barang
pekerti dalam berkendara di jalan raya.
maupun
bermotor
Kaum perempuan terkenal sebagai sosok
pribadi digunakan oleh manusia secara
yang sangat perhatian terhadap detail dalam
pribadi baik roda dua maupun roda empat.
segala hal. Namun kesan tersebut seakan
Menurut
hilang begitu saja ketika mereka berada di
pemerintah.
manusia.
Kendaraan
Kendaraan
Undang-Undang
Republik
menjaga
mengetahui
lintas,
balik
Lalu
Jalan
kebiasaan buruk inilah yang dianggap oleh
menyatakan bahwa kendaraan bermotor
Jusri Pulubuhu, chief instructor Jakarta
Dan
Angkutan
5
kendaraan.
namun
Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lintas
kemudi
keselamatan pengendara
Kebiasaan-
Defensive Driving Consulting (JDDC), akan
6.
Posisi duduk menyamping saat
membahayakan. Tidak hanya untuk mereka,
membonceng
tetapi juga untuk orang-orang di sekitarnya
penumpang.
di jalan raya.
7.
atau
menjadi
Karena terlalu terbiasa merasa
Berikut adalah beberapa kebiasaan
‘diistimewakan’ dalam kehidupan
buruk wanita yang membahayakan saat
sehari-harinya, wanita tanpa sadar
mengendarai sepeda motor:
merasa seolah selalu didahulukan
1.
2.
Wanita
lebih
mementingkan
dan aman bahkan di jalan raya.
kerapihan penampilan kendaraan-
Contoh: belok dengan tiba-tiba,
nya tanpa memperhatikan kondisi
belok
kelayakan kendaraannya.
terlebih dulu,
Wanita cenderung lebih mem-
kecepatan di bawah rata-rata
perhatikan estetika penampilan
kendaraan lain di sekitarnya.
pakaian dalam berkendara seperti memakai
sepatu
tumit
8.
tinggi
5.
sinyal
melaju
dengan
Jari telunjuk dan tengah dari
tuas rem depan.
selendang/syal, dan membawa tas
4.
memberi
tangan kanan selalu menempel
(high heels), aksesori berlebihan,
3.
tanpa
9.
Membawa satu atau lebih dari
jinjing yang dapat mempengaruhi
dua anak kecil tanpa mengenakan
keselamatan.
helm.
Memakai jaket secara terbalik
10. Mengoperasikan handphone.
(bagian
belakang
Satuan Lalu lintas (SatLantas) Polres
depan)
yang
dipakai
dianggap
di
lebih
Tanjungpinang
setiap
harinya
selalu
efektif menahan terpaan angin
melakukan penghimbauan kepada seluruh
dari
pengguna
depan,
padahal
ini
kendaraan
bermotor,
seperti
mengganggu kedua tangan ketika
dipasangnya pengeras suara di simpang
bermanuver.
lampu merah yang berisi himbauan tentang
Memegang kemudi/setang dengan
keselamatan berlalu lintas dan menaati
posisi bisep di atas atau memutar
peraturan lalu lintas, bahkan melakukan
gas dengan posisi tangan terbalik
tindakan tegas
(dari bawah).
sebagai sanksi dalam pengendalian sosial
Untuk
di
sejumlah
berupa tilang ditempat
daerah,
masyarakat yang melanggar lalu lintas.
pemakaian helm sering tidak
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
sesuai yang diharuskan atau tidak
peneliti
maksimal karena terganggu oleh
mengenai “Pelanggar Lalu lintas Kota
sanggul rambut
Tanjungpinang”.
dan
hijab
/
kerudung tebal.
6
tertarik
melakukan
penelitian
1.2. Rumusan Masalah II. Atas dasar latar belakang masalah
Landasan Teori
2.1. Fakta Sosial
tersebut di atas dan untuk mempermudah
Untuk memisahkan sosiologi dari
dalam penelitian ini, maka penulis dapat
filsafat dan memberinya kejelasan serta
merumuskan masalah yaitu “Apa penyebab
identitas tersendiri, Durkheim (1895/1982)
ibu-ibu melakukan pelanggaran lalu lintas di
menyatakan bahwa pokok bahasan sosiologi
Jalan Tugu Pahlawan Kota Tanjungpinang ?
haruslah berupa studi atas fakta sosial (lihat
”.
Gane, 1988; Gilbert,1994; dan edisi spesial sociological perspectives
1.3. Tujuan Peneltiian
1995).
Secara
singkat, fakta sosial terdiri dari struktur Adapun tujuan penelitian ini adalah
sosial, norma, budaya, dan nilai yang berada
untuk mengetahui penyebab pelanggaran
di luar dan memaksa aktor.
lalu lintas di Jalan Tugu Pahlawan Kota
Fakta sosial adalah seluruh cara
Tanjungpinang.
bertindak, baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah
1.4. Manfaat Penelitian
paksaan eksternal; atau bisa juga dikatakan Adapun
kegunaan
penelitian
ini
bahwa fakta sosial adalah seluruh cara
adalah : 1.
bertindak
3.
umum
dipakai
suatu
Secara subyektif, sebagai sarana
masyarakat, dan pada saat yang sama
untuk
keberadaannya terlepas dari manivestasi-
mengembangkan
ke-
mampuan dalam menulis karya
manivestasi
ilmiah
1895/111982: 13). Hal yang penting dalam
tentang
pelanggaran
2.
yang
lalu
penyebab lintas
Kota
individual.
(Durkheim,
pemisahan sosiologi dari filsafat adalah ide
Tanjungpinang.
bahwa
Secara praktis, sebagai masukan
“sesuatu” (S.Jones, 1996) dan dipelajari
bagi pihak POLANTAS Kota
secara empiris. Artinya, bahwa fakta sosial
Tanjungpinang
me-
mesti dipelajari dengan perolehan data dari
ngetahui perilaku Berlalu Lintas
luar pikiran kita melalui observasi dan
Masyarakat Kota Tanjungpinang.
eksperimen.
Secara akademis, penelitian ini
2.2.
diharapkan
dapat
memberikan
material
konstribusi
bagi
perpustakaan
Durkheim membedakan dua tipe ranah
Universitas Maritim Raja Ali
fakta sosial material dan non material. Fakta
Haji serta masukan bagi kalangan
sosial material seperti gaya arsitektur bentuk
penulis lainnya yang tertarik pada
teknologi, hukum dan perundang-undangan,
bidang ini.
relatif mudah dipahami karena keduanya
dalam
7
fakta
sosial
dianggap
sebagai
Fakta Sosial Material dan Non
bisa diamati secara langsung. Lebih penting
dipelajari secara langsung karena cenderung
lagi, fakta sosial material tersebut sering kali
berhubungan dengan simbol material seperti
mengekspresikan kekuatan moral yang lebih
isyarat, ikon, dan gambar atau praktek
besar dan kuat yang sama-sama berada
seperti ritual.
diluar
individu dan memaksa
mereka.
d.
Kekuatan moral inilah yang disebut dengan
Arus sosial Sebagian besar
fakta sosial yang
fakta sosial non material.
dirujuk emile Drukheim sering diasosiasikan
2.3. Jenis-jenis Fakta Sosial Nonmaterial
dengan
a.
Moralitas.
organisasi
menjelaskan
sosial.
bahwa
Namun
fakta
sosial
dia tidak
mengenai
menghadirkan diri dalam bentuk yang jelas”.
moralitas: pertama, Durkheim yakin bahwa
Durkheim menyebutnya arus sosial. Dia
moralitas adalah fakta sosial, dengan kata
mencontohkan dengan “luapan semangat,
lain, moralitas bisa dipelajari secara empiris,
amarah, dan rasa kasihan”.
Persperktif
durkheim
karena ia berada diluar individu, ia memaksa
e.
individu, dan bisa dijelaskan dengan fakta-
Pikiran kelompok Arus
sosial dapat
dilihat
sebagai
fakta sosial lain. Kedua, Durkheim dianggap
serangkaian makna yang disepakati dan
sebagai sosiolog moralitas karena studinya
dimiliki bersama oleh seluruh anggota
didorong oleh kepeduliannya pada kesehatan
kelompok. Karena itu arus sosial tidak bisa
moral kesehatan moral masyarakat modern.
dijelaskan
b.
Kesadaran kolektif. Durkheim
perhatiannya
suatu
pikiran
individual. Arus sosial juga tidak bisa
mencoba pada
berdasarkan
mewujudkan
secara
intersubjektif
yaitu
dengan
berdasarkan interaksi antar individu. Arus
berbagai macam cara dan konsep. Usaha
sosial hanya akan tampak pada level
awalnya untuk menaangani persoalan ini
interaksi bukan individu.
adalah dengan mengembangkan ide tentang
2.4 Nilai dan Norma Sosial
kesadaran
kolektif.
definisikan
kesadaran
moralitas
dijelaskan
Durkheim
a.
Nilai
sebagai
Menurut Horton dan Hunt dalam
berikut: seluruh kepercayaan dan perasaan
(Narwoko, 2004:55) nilai adalah gagasan
bersama orang kebanyakan dalam sebuah
mengenai suatu pengalaman itu berarti atau
masyarakat akan membentuk suatu sistem
tidak
yang tetap yang punya kehidupan sendiri,
mengarahkan perilaku dan pertimbangan
kita boleh menyebutnya dengan kesadaran
seseorang,
kolektif atau kesadaran umum.
apakah sebuah perilaku tertentu itu salah
c.
kolektif
men-
Representasi Kolektif Representasi
kolektif
berarti.
Nilai
pada
tetapi ia tidak
hakikatnya
menghakimi
atau benar. tidak
dapat
Nilai adalah suatu bagian penting dari
direduksi kepada individu-individu karena ia
kebudayaan. Suatu tindakan dianggap sah,
muncul dari interaksi sosial dan hanya dapat
artinya secara moral dapat diterima kalau
8
harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati
dianggap orang lain sebagai perbuatan
dan dijunjung oleh masyarakat di mana
yang tidak sopan, misalnya makan
tindakan itu dilakukan. Ketika nilai yang
berdecak, makan sambil berdiri, dan
berlaku
sebagainya.
menyatakan
beribadah
adalah
bahwa
sesuatu
kesalehan
yang
harus
2.
Kebiasaan (folkways)
dijunjung tinggi, maka bila ada orang yang
Kebiasaan
malas berbiabadah tentu akan menjadi bahan
berulang-ulang dalam bentuk yang
perngunjingan. Sebaliknya, bila ada orang
sama. Kebiasaan mempunyai daya
yang dengan ikhlas rela menyumbangkan
pengikat yang lebih kuat dibanding
sebagian hartanya untuk kepentingan ibadah
cara.
atau rajin amal dan semacamnya, maka ia
indikator. Jika orang-orang lain setuju
akan dinilai sebagai orang yang pantas
atau
dihormati dan diteladani.
maka bisa menjadi sebuah ukuran.
b.
Norma
3.
adalah
Kebiasaan
menyukai
perbuatan
yang
merupakan
perbuatan
suatu
tertentu,
Tata kelakuan (mores)
Alvin L. Bertrand dalam (Basrowi,
Tata kelakuan adalah suatu kebiasaan
2005:88) mendefinisikan norma sebagai
yang diakui oleh masyarakat sebagai
suatu standar-standar tingkah laku yang
norma
terdapat di dalam semua masyarakat.
berperilaku.
Nilai dan norma tidak dapat dipisahkan
pengatur Tata
dalam
setiap
kelakuan
lebih
menunjukkan fungsi sebagai pengawas
dan akan selalu berkaitan. Perbedaannya
kelakuan
secara umum bahwa norma mengandung
anggota-anggotanya.
sanksi
mempunyai kekuatan pemaksa untuk
yang
relatif
tegas
pelanggarnya.
Norma
lebih
terhadap banyak
oleh
kelompok Tata
terhadap kelakuan
berbuat atau tidak berbuat.
penekanannya sebagai peraturan-peraturan
4.
Adat istiadat (custom)
yang selalu disertai oleh sanksi-sanksi yang
Adat istiadat adalah tata kelakuan yang
merupakan faktor pendorong bagi individu
berupa aturan-aturan yang mempunyai
ataupun
sanksi lebih keras. Anggota masyarakat
kelompok
masyarakat
untuk
mencapai ukuran nilai-nilai sosial tertentu
yang
yang dianggap terbaik untuk dilakukan.
mendapatkan
Untuk dapat membedakan kekuatan norma-norma
tersebut,
maka
adat-istiadat
sanksi
hukum,
akan baik
formal maupun informal.
secara
III. Metode Penelitian
sosiologis dalam Basrowi (2005 : 88)
3.1. Jenis Penelitian
dikenal ada empat bagian norma-norma
Jenis penelitian yang peneliti ambil
sosial, yaitu: 1.
melanggar
adalah penelitian deskriptif karena lebih
Cara (usage) Perbuatan seseorang yang melanggar
dapat mengetahui bagaimana kenyataan
norma (dalam tingkatan cara) tersebut
yang diangkat oleh peneliti karena langsung
yang ada di lapangan tentang per-masalahan
9
bertemu dengan para pengguna jalan yang
digunakan adalah dengan pendekatan secara
ada
intensif ke informan. Teknik penentuan
di
Kota
Tanjungpinang
untuk
diwawancara.
informan yang digunakan dalam penelitian ini
3.2. Lokasi Penelitian
“Purposive
Subjek penelitian yang peneliti kaji mengenai per-masalahan pelanggar lintas
di
Jalan
Tugu
Tanjungpinang. dilakukan
Pahlawan
Penentuan
dengan
lalu
Purposive
sampling
sampling.
adalah
pemilihan
informan yang ada dalam posisi terbaik dan
Kota
memiliki
tujuan
ini
informasi
yang
bahwa
informan
berdasarkan
lokasi
pertimbangan
menggunakan
dalam
memberikan
dibutuhkan”.
Pemilihan
penilaian
atau
lokasi tersebut merupakan tempat yang
karakteristik yang diperoleh data sesuai
terjadi peningkatan pelanggaran lalu lintas
dengan maksud peneliti (Silalahi, 2010:272).
dalam tahun ke tahun. Selain itu Kota
Karakteristik
Tanjungpinang
sebagai
berkendara motor di jalan Tugu Pahlawan
Ibukota Provinsi Kepulauan Riau me-
Kota Tanjungpinang sebanyak 5 orang yang
ngalami pembangunan dan kepadatan yang
terjaring melakukan pelanggaran.
menyebabkan meningkatnya para pengguna
3.5.Teknik Pengumpulan Data
yang
berstatus
jalan dalam beraktifitas.
Informan
Pengumpulan
data
adalah
adalah
ibu-ibu
segala
kegiatan yang di lakukan dalam usaha
3.3. Jenis Data
mengumpulkan data-data atau informasi Data primer Yaitu
yang menunjang penelitian di antaranya data yang
secara
langsung
pengetahuan mengenai permasalahan dan
peneliti peroleh dari sumbernya, dalam hal ini
data
tersebut
diperoleh
data
melalui
belakang
wawancara dengan informan dengan kriteria
tidak
langsung
penelitian.
akan di analisis.
dari
3.6.Teknik Analisa Data
sumbernya, data sekunder yang berupa catatan
terhadap
latar
dokumentasi guna mematangkan hasil yang
Data sekunder merupakan data yang
bukti,
informan
dengan
yaitu berupa observasi, wawancara, dan
Data sekunder
secara
berhubungan
Adapun teknik dan alat pengumpul data
ibu-ibu yang membawa kendaraan bermotor.
diperoleh
yang
dari
Satlantas
Penelitian ini menggunakan teknik
Polres
analisa data sesuai model Miles dan
Tanjungpinang atau laporan historis yang
Huberman
telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)
(dalam
Sugiyono;
2009)
mengemukakan bahwa aktifitas dalam data
yang di publikasikan dan yang tidak di
kualitatif dilakukan secara interaktif dan
publikasikan.
berlangsung secara terus menerus sampai
3.4.Populasi dan Sampel
tuntas
Sesuai dengan jenis penelitian bahwa
sehingga
datanya
sudah
jenuh.
Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi
penelitian kualitatif tidak menggunakan pendekatan populasi dan sampel tapi yang
10
data, penyajian data, dan kesimpulan atau
pendidikan
SMA
verifikasi.
Sedangkan
IV. Pembahasan
pendidikan SMP terdapat sebanyak 1 orang
yang
informan,
4.1. Karakteristik Informan Dalam penelitian kualitatif, informan
sebanyak
orang.
memiliki
Sementara
menamatkan
2
tingkat
sisnya
hanya
sekolah
dasar
pendidikan
sengaja dipilih oleh peneliti karena mampu
sebanyak 1 orang dan Perguruan tinggi
memberikan informasi tentang masalah yang
sebanyak 1 orang.
akan di teliti. Untuk itu peneliti melakukan
4.1.4. Pekerjaan Informan
penggalian data sumber terpecaya langsung
Berdasarakan
dari pengemudi motor khusunya ibu-ibu
sangatlah dominan berjumlah 5 orang dari
motor ibu-ibu yang melintas di jalan Tugu
total keseluruhan informan yaitu 5 orang
Pahlawan berjumlah 5 orang.
dimana 1 ibu-ibu pengendara motor bekerja
4.1.1. Umur Informan
di swasta dan sisanya bekerja sebagai ibu
Berdasarkan data hasil lapangan dapat
rumah tangga. Dalam hal ini ibu-ibu yang
terlihat perbedaan umur informan penelitian,
sebagai ibu rumah tangga yang berwirausaha
dari data mayoritas informan berada pada
di rumah banyak mengakses waktunya untuk
usia 20-40 tahun dari keseluruhan informan.
mengurusi anak dari mengantar anak ke
Sedangkan yang memiliki umur 21-30 orang,
dapat
sebagai ibu rumah tangga dan berwirausaha
yang di ambil peneliti yaitu pengemudi
2
lapangan
diketahui bahwa informan yang bekerja
sebagai informan penelitiannya. Informan
sebanyak
data
sementara
sekolah,
sisanya
menjemput
kebutuhan
memiliki umur diatas 30 tahun sebanyak 3
sehari-hari
serta
berbelanja
dan
kebutuhan
penunjang usahanya.
orang.
4.1.5. Tempat tinggal Informan
4.1.2. Jenis Kelamin Jenis
Dari hasil wawancara ini maka bisa
Kelamin atau dalam bahasa
diambil keputusan bahwa informan berada
inggrisnya yaitu Sex merupakan suatu akibat dari
dimorfisme
seksual
didaerah mana dan menuju kemana dalam
(perbedaan
berkendara, oleh karena itu bisa menjadi
sistematik luar antar individu yang berbeda
dampak
jenis kelamin dalam spesies yang sama),
berkendaraan
yang pada manusia dikenal menjadi Pria dan
mempunyai
Wanita. dalam penlitan ini seluruh informan
jauh
pilihan-pilihan
mentaati
dan lain
dekat akan
tempat tinggal ibu-ibu pengendara motor
Berdasarkan hasil data lapangan yang
banyak di sekitaran jalan Tugu Pahlawan
telah didistribusikan dapat terlihat bahwa
berjumlah 4 orang, sedangkan 1 orang yang
mayoritas tingkat pendidikan yang telah penelitian
baik
dalam
dalam turun lapangan menunjukkan bahwa
4.1.3. Pendidikan Informan
informan
ibu
kesiapan berkendara. Data yang kami terima
yang ada memiliki jenis kelamin perempuan.
ditamatkan
seorang
tinggal
adalah
11
berada
jauh
dari
jalan
Tugu
Pahlawan yang memang terbiasa melewati
norma
jalan tersebut untuk melakukan aktivitas
warga masyarakat secara turun-temurun.
kerjanya maupun aktivitas lainnya.
Tujuannya
sosial.
macam-macam
norma
a) Cara (usage)
fungsi rambu-rambu lalu lintas yang ada
Cara adalah suatu bentuk perbuatan
terjadinya
tertentu yang dilakukan oleh individu-
kecelakaan.
individu dalam suatu masyarakat akan
Pengendara ibu-ibu sering melakukan
tetapi tidak dilakukan secara terus
pelanggaran seperti, berhenti mendadak,
menerus. Cara ibu-ibu mengendarai
berjalan pelan dijalur yang salah maupun
motor yang sering terlihat adalah
belok dengan isyarat lampu yang salah. Sifat
menurunkan
yang ngeyel atau mau menang sendiri dalam
melanggar
dalam
jalan hendaknya pengendara memberikan tanda atau isyarat dan melihat
tidak peduli akan cemoohan pengendara lain
ke belakang apakah keadaan jalan lagi
dikarenakan ibu-ibu selalu cuek dan tidak
kosong akan pengendara atau ramai,
menghiraukan ocehan penegndara lain serta
cara pada saat berbelok hendaknya
tidak bisa dibantah atas tindakannya.
dilakukan dengan memberikan isyarat
4.2.1.
Nilai dan Norma Sosial Ibuibu Pengendara motor Setiap manusia memiliki kriteria yang
Suatu
nilai
baik
agar
pengendara
yang
tidak
merugikan
dibelakang
dan
menjaga jarak berkendara yang ada di
sebagai
depan, cara membawa muatan barang atau
pedoman perilaku dalam masyarakat. nilai
yang
tidak
serta
melebihi
mengganggu
keseimbangan motor. b) Kebiasaan (Folkways)
dalam bentuk norma-norma sosial yang sanksi-sanksi
orang
kapasitas
bagi
masyarakat, maka nilai diaktualisasikan
dengan
sebelumnya
buruknya
berfungsi
pentingnya
sebagai
cara menjalankan motor di pinggir
mendapatkan sanksi sosial, ibu-ibu sering
mengenai
kanan
jalan maupun pada saat lampu merah,
berkendara
motor. Disaat terjadi reaksi pelanggaran dan
berbeda-beda
kaki
penyandar saat berhenti di ditengah
pribadi ibu-ibu inilah yang menjadi suatu
dilengkapi
terdapat
sosial menurut daya tariknya seperti :
pengendara serta tidak mengetahui akan
Begitu
Dalam konsep operasional yang
dimana
berkendara, sikap pengendara, kebiasaan
sesuatu.
masyarakat
peneliti lakukan menggunakan norma sosial
motor baik dalam pengecekan kelengkapan
kebiasaan
warga
kepada
norma itu, sehingga tercipta keteraturan
dikarenakan tidak disiplin dalam berkendara
menyebabkan
agar
disosialisasikan
menyesuaikan perilakunya dengan nilai dan
4.2. Analisis pelanggaran lalu lintas oleh ibu-ibu pengendara motor Pelanggaran lalu lintas sering terjadi
sehingga
tersebut
Kebiasaan
bagi
(folkways),
adalah
pelanggarnya. Setelah nilai dan norma
perbuatan yang diulang-ulang sehingga
disepakati serta diterima, maka nilai dan
menjadi kebiasaan. Pengendara motor
12
c)
khususnya ibu-ibu suka melakukan
yang melanggar hukum bisa berhati –
kebiasaan tidak memperhatikan alat
hati dan mematuhi aturan berkendara
keamanan berkendara yaitu dengan
melalui rambu-rambu lalu lintas serta
memakai
kelengkapan bermotor untuk meng-
helm
dikarenakan
jarak
tempuh yang dekat dan memasang kaca
hindari
sanksi
saat
spion yang biasa dilepas oleh anaknya
kendaraan bermotor.
terjadi
razia
dan tidak memasangnya kembali, saat
Pelanggaran lalu lintas yang sering
mengendara sering menerima telepon
terjadi pada ibu-ibu pengendara motor
maupun ber-sms-an, tidak mengetahui
baik dari cara menegendarai motor,
rambu-rambu saat berbelok maupun
kebiasaan dalam memberikan lampu
memberikan isyarat saat berbelok, di
sein yang tidak sesuai dengan arah
saat hujan sering menerobos lampu
belok,
merah dikarenakan tidak memakai /
helm, tidak menggunakan kaca spion,
membawa jas hujan.
menghidupkan lampu pada siang hari,
Tata Kelakuan Norma sosial juga memandang tata
menerobos lampu merah, pengendara
kelakuan
bermotor
tidak menghidupkan lampu pada siang
khusunya ibu-ibu yang dimana suka
hari, pengendara berboncengan tiga,
membahayakan
dan insting dalam berkendara yang
pengendara
penegendara
seperti
lain
dilakukan
ngeyel jika membuat kesalahan dalam
menyebabkan
berkendara, tidak memahami akan
kecelakaan
kondisi
2003:20).
yang
dikendarai serta tidak
layak
saat
menyiapkan
V.
kelengkapan berkendara dan memakai
ataupun
dapat
kemacetan
dan
dijalan
raya
(Wirjono,
Kesimpulan dan Saran
dipaparkan pada pembahasan sebelumnya
d) Hukum Hukum adalah suatu rangkaian aturan ditujukan
ketentuan,
ibu-ibu
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
bermotor.
masyarakat
oleh
5.1. Kesimpulan
helm ganda jika ada penumpang dalam
yang
menggunakan
yang tidak memiliki SIM dan STNK,
dengan sifat yang tak mau kalah,
motor
tidak
yang
kepada
yang bisa disimpulkan diantaranya sebagai
anggota
berikut :
berisi ketentuan-
perintah, larangan,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
1.
kewajibam, agar
Berdasarkan
kerangka
teori
yang
digunakan mengenai norma sosial,
dalam
norma sebagai suatu standar-standar
masyarakat tercipta suatu ketertiban
tingkah laku yang terdapat di dalam
dan keadilan. Dalam aturan (hukum) di
semua masyarakat. Norma sosial ibu-
jalan terdapat rambu-rambu lalu lintas
ibu dalam mengendarai motor, maka
sebagai petunjuk pengendara motor.
dari hasil lapangan ditemukan bahwa
Hukum juga terdapat sanksi agar pihak
13
2.
3.
4.
norma mengandung sanksi yang relatif
sepatu
tegas terhadap pelanggar lalu lintas
aksesori
ibu-ibu pengendara motor.
dan membawa tas jinjing yang dapat
Berdasarkan kerangka teoritis yang
mempengaruhi keselamatan; Memakai
digunakan dalam penelitian ini ternyata
jaket secara terbalik (bagian belakang
memang benar bahwa kekuatan norma-
dipakai di depan) yang dianggap lebih
norma
pe-
efektif menahan terpaan angin dari
ngendara motor khususnya ibu-ibu
depan, padahal ini mengganggu kedua
yang
terjadinya
tangan ketika bermanuver; Memegang
pelanggaran lalu lintas berasal dari
kemudi/setang dengan posisi bisep di
empat indikator yaitu : Cara (Usage)
atas atau memutar gas dengan posisi
dalam mengendarai motor, Kebiasaan
tangan terbalik (dari bawah); Untuk di
(folkways) dalam mengendarai motor,
sejumlah
tata
dalam
sering tidak sesuai yang diharuskan
berkendara motor serta aturan dalam
atau tidak maksimal karena terganggu
berkendara motor yang telah ditetapkan
oleh
sebagai hukum (law) maupun adat
/kerudung tebal; Posisi duduk me-
istiadat (custom) yang secara tertulis
nyamping
maupun tidak dengen sanksi sebagai
menjadi penumpang; Karena terlalu
penegak atas pelanggaran yang terjadi.
terbiasa merasa ‘diistimewakan’ dalam
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
kehidupan sehari-harinya, wanita tanpa
bahwa ibu-ibu melakukan pelanggaran
sadar merasa seolah selalu didahulukan
lalu lintas dalam berkendara motor
dan aman bahkan di jalan raya. Contoh:
dikarenakan kurangnya
pemahaman
belok dengan tiba-tiba, belok tanpa
akan berkendara yang baik dan benar
memberi sinyal terlebih dulu, melaju
serta tidak memiliki insting dalam
dengan kecepatan di bawah rata-rata
melakukan tindakan yang benar di
kendaraan lain di sekitarnya; Jari
jalanan saat berkendara.
telunjuk dan tengah dari tangan kanan
Adapun kebiasaan buruk wanita yang
selalu menempel tuas rem depan;
membahayakan
mengendarai
Membawa 1 atau lebih dari 2 anak
sepeda motor sperti : Wanita lebih
kecil tanpa mengenakan helm dan
mementingkan kerapihan penampilan
Mengoperasikan handphone
sangat
mempengaruhi
menyebabkan
kelakukan
kendaraannya
(mores)
saat
tanpa
memperhatikan
kondisi
kelayakan
kendaraannya;
Wanita
cenderung
lebih
tumit
tinggi
berlebihan,
daerah,
sanggul
saat
(high
heels),
selendang/syal,
pemakaian
rambut
dan
membonceng
helm
hijab
atau
5.2. Saran Berdasarakan hasil penelitian yang
mem-
telah dilakukan mengenai permasalahan
perhatikan estetika penampilan pakaian
pelanggaran lalu lintas ibu - ibu
dalam berkendara seperti memakai
pengendara motor dilihat dari norma
14
sosialnya maka dapat direkomendasikan
motor dalam keadaan jarak jauh
beberapa saran sebagai berikut :
dan
melewati
mendampingi 1.
Sebaiknya
kepada
ibu-ibu
pengendara motor agar memahami tata tertib berkendara motor di jalan 4.
kecelakaan baik si pengendara
pemahaman
baik
bagi
bermotor,
lalu
keamanan
(safety)
menyalip
dari
memberikan pemahaman tentang berkendara motor kepada ibu-ibu belum
memahami
menguasai banyak
pihak
kepolisian sosialisasi
dengan harapan.
Bagi Keluarga, hendaknya untuk
jika
Bagi
tetap kepada
menunggu kedatangan anda penuh
dan
sebelah kanan. 3.
melancarkan
dikarenakan keluarga yang dirumah
dalam
kendaraan
dalam
dari kecelakaan di jalan raya
berkendara, memberi isyarat lampu dan
diperlukan
baik dan benar sehingga terhindar
surat-surat
lintas
jika
tata cara berkendara motor yang
pengendara
pengendara bermotor, memahami rambu-rambu
ibu-ibu
terhadap tata tertib lalu lintas dan
bermotor diantaranya: Kelayakan kendaraan
motor
pengendara ibu-ibu untuk patuh
dan
pengetahuan aturan dan tata cara yang
menggati
pengendara
memberikan
sendiri maupun pengendara lain. Perlunya
atau
raya,
aktivitas sehari-hari.
sehingga terhindar dari sebuah
2.
jalan
dan
pemahaman
akan berkendara motor yang baik, maka diharapkan tidak membawa
15
DAFTAR PUSTAKA BUKU-BUKU : Arikunto, Suharsimi.1998. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bagong, Suyanto J. Dwi Narwoko. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Media Group Emile Durkheim. The Rules of Sociological Method. Halaman 13 E. Durkheim, Suicide, 1952 : 167 Dr.Basrowi,M.S.2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia Daryanto. 1998. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Apollo. Harry Partt Fairshild, Dictionarry of Sosciology (New Jersey : Little Field. Adam & Co.,1977), sebagaimana dikutip oleh Balitbang Dikbud, hal. 25. Hurlock, Elizabeth. 2001. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga. Kepolisian Negara Republik Indonesia. Prosedur Surat Keterangan Catatan Kepolisian. Website : http://www.polri.go.id. Diakses 27 Februari 2014. Lemhannas. 1995. Disiplin Nasional. Balai Pustaka: Jakarta. Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Akademi Kepolisian, 2009, Fungsi Teknis Lalu Lintas, Semarang : Kompetensi Utama, (hal. 6.) Poerwadarminta.1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Rianegara, M.D. 2010. Upaya Polri dalam mensosialisasikan Undang- undang nomor 22 tahun 2009 dalam rangka meminimalisir terjadinya tindak pidana pelanggaran lalu lintas. Malang : Universitas Brawijaya Saksono. 1994. Polisi dan Lalu Lintas. Bandung. Mandar Maju. Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat Sekaran, Uma, 1984. Research Methods for Business, A Skill Building Approach, Second Edition. Singarimbun, Masri & Sofian Efendi.1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta:LP3ES. Silalahi, Ulber.2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refila Aditama Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sudarto, Daryanto. 1999. Penyaring Perkara Pidana Oleh Polisi. Jakarta: Pradnya Paramita. Soekanto, Soerjono, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah – Masalah Sosial, Kedua Bandung : Citra Aditya Bakti, 1989, hlm 58 Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Ritzer, George, Douglas J Goodman. 2013. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Doyle P Johnson.1988. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jil 1. Jakarta: Gramedia Wirjono Prodjodikoro, 2003, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: Refika Aditama, hal. 20. Klavert, Irene. 2007. “Kedisiplinan Berlalu Lintas Pengemudi Angkutan Kota di Kota Semarang Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Penegakan Hukum Lalu Lintas”. Skripsi. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata. Fidel, Miro. 2005. Perencanaan Transportasi. Jakarta : Erlangga
16
DOKUMEN : Anggraini, Dini. 2013. Studi Tentang Perilaku Pengendara Kendaraan Bermotor di Kota Samarinda. eJournal Sosiatri-Sosiologi, 1 (1): 10-19 ISSN 0000-0000, ejournal.sos.fisipunmul.org Daniaty NM, Janti . 2016. Perilaku Mengemudi Siswa SMA Kota Tanjungpinang. Skripsi Sosiologi Fisip UMRAH Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara menetapkan Keputusan Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 14 Bab II Pasal 5 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang No 14 tahun 1999 Bab VII pasal 24 menyatakan tata tertib berlalu lintas
Internet: http://lantas.polri.go.id5 di akses pada tanggal 10 Agustus 2016 jam 15:24 Wib http://dapurpacu.com/185126/10-kebiasaan-berbahaya-wanita-saat-naik-motor tanggal 17 Oktober 2016, jam 22:52 Wib
17
di akses pada