PELAKSANAAN KONSTRUKSI TAMAN DAN PEMELIHARAAN RTH JALAN KOTA BEKASI
RATIH MARINA KURNIATY A34204032
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN RATIH MARINA KURNIATY. A34204032. Pelaksanaan Konstruksi Taman dan Pemeliharaan RTH Jalan Kota Bekasi. (Dibawah bimbingan Dr. Ir. NIZAR NASRULLAH, MAgr). Kota Bekasi merupakan kota yang memiliki letak strategis di antara dua propinsi, yaitu DKI Jakarta dan Jawa Barat. Bekasi sebagai kota yang bersebelahan dengan ibukota Jakarta, membutuhkan sarana pendukung baik transportasi, perumahan, kawasan perbelanjaan, kawasan rekreasi maupun kawasan bisnis yang berfungsi dengan baik. Kota Bekasi memerlukan tamantaman kota yang berfungsi sebagai penyeimbang terhadap ruang terbangun. Pelaksanaan konstruksi taman dan pemeliharaan RTH jalan Kota Bekasi diikuti melalui magang pada lokasi Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kota Bekasi dibawah bimbingan bidang Pertamanan Kota Bekasi. Bentuk RTH di Kota Bekasi yang dikelola bidang pertamanan berupa taman alunalun, jalur hijau jalan, dan pulau jalan (traffic island). Tujuan khusus dari magang adalah mengetahui dan memahami proses dalam kegiatan pemeliharaan dan pelaksanaan pekerjaan lanskap Kota Bekasi. Hasil identifikasi aspek-aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan taman-taman Kota Bekasi diperoleh melalui pengamatan kegiatan pemeliharaan dan pelaksanaan konstruksi taman. Tujuan selanjutnya adalah menganalisis permasalahan dan memberi solusi dalam penataan lanskap Kota Bekasi khususnya dalam pemeliharaan dan pelaksanaan lanskap. Untuk kegiatan pemeliharaan dianalisis termasuk kebutuhan tenaga kerja dalam satu tahun. Kegiatan pelaksanaan konstruksi selama magang dilaksanakan di median Jl. Chairil Anwar dan taman pulau (traffic island) Jl. PMI. Untuk kegiatan pemeliharaan dilakukan bertempat di Taman Cut Meutia, dan mengikuti semua kegiatan pemeliharaan taman-taman yang dikelola bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi. Proses pekerjaan pelaksanaan konstruksi pagar taman diawali dengan penentuan pelaksana dengan pemilihan langsung. Metoda pemilihan langsung dilakukan karena dengan menggunakan metode pelelangan umum atau pelelangan
terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan. Metode pemilihan langsung dilakukan dengan membandingkan minimal 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi dan negosiasi baik teknis maupun biaya. Jenis pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan secara rutin meliputi pembersihan
area
taman,
penyiraman
tanaman,
pemangkasan
rumput,
pemangkasan semak, penutup tanah dan pohon, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, pengendalian gulma, penyulaman tanaman, dan pembersihan perkerasan. Pemeliharaan fisik yang dilakukan meliputi pemeliharaan softscape dan hardscape. Pemeliharaan fisik pada bidang Pertamanan Kota Bekasi cenderung lebih mengerjakan pemeliharaan softscape. Karena pemeliharaan elemen hardscape yang ada hanya sedikit seperti pengecatan bak tanaman dan pembersihan paving. Analisis kapasitas kerja petugas taman diperoleh dengan membandingkan kapasitas kerja petugas pemeliharaan taman antara bidang Pertamanan Kota Bekasi dengan pustaka. Nilai efektivitas yang lebih tinggi hanya pada kegiatan pemangkasan semak dan penutup tanah dengan gunting pangkas. Nilai efektivitas yang lebih rendah pada kebanyakan kegiatan pemeliharaan dapat disebabkan karena sistem pemeliharaan yang digunakan membuat pekerjaan menjadi monoton untuk tiap petugas. Selama jam kerja sebagian dari mereka kurang memanfaatkan waktu dengan baik. Hal ini juga dapat disebabkan karena kurangnya dukungan pengawas lapangan sehingga motivasi pekerja cenderung menurun. Kegiatan pemeliharaan dapat dinilai dari jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Dari hasil perhitungan HOK pemeliharaan diperoleh kebutuhan HOK untuk Taman Cut Meutia yang memiliki luas 5.710 m² adalah 6 orang. Untuk taman segitiga Jl. Ahmad Yani yang memiliki luas 477 m² diperlukan HOK 3 orang.
PELAKSANAAN KONSTRUKSI TAMAN DAN PEMELIHARAAN RTH JALAN KOTA BEKASI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh: Ratih Marina Kurniaty A34204032
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: Pelaksanaan Konstruksi Taman dan Pemeliharaan RTH Jalan Kota Bekasi
Nama
: Ratih Marina Kurniaty
NRP
: A34204032
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr.Ir. Nizar Nasrullah, Magr NIP 131 578 792
Menyetujui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof.Dr.Ir.Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019
Tanggal disetujui:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Jakarta pada tanggal 22 Maret 1986 dan merupakan putri pertama dari Bapak Santoso dan Ibu Desmutia Yetty. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Penulis memperoleh pendidikan pertama di TK At-Taqwa pada tahun 1990/1992. Pendidikan selanjutnya di SDS Harapan Indonesia sampai tahun 1998. Penulis diterima di SLTPN 5 Bekasi dan lulus pada tahun 2001. Di sekolah lanjut tingkat pertama ini, penulis pernah berkecimpung dalam kegiatan PMR. Penulis melanjutkan pendidikan dan diterima di SMUN 4 Bekasi. Penulis pernah terlibat dalam kegiatan KIR SMUN 4 Bekasi. Penulis pernah mengikuti Olympiade Kimia di Universitas Indonesia tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan dan diterima di Institut Pertanian Bogor melalui USMI dengan Program Studi Arsitektur Lanskap. Saat di perguruan tinggi, pengalaman organisasi penulis pertama kalinya melangkah dalam kegiatan DKM Al-Hurriyyah IPB tahun 2004 hingga 2007. Penulis pernah terlibat dalam HIMASKAP periode 2005/2006 sebagai sekretaris. Penulis pernah berkecimpung dalam kegiatan DPM FAPERTA periode 2006/2007. Selain di organisasi formal dalam kampus, penulis juga pernah mengikuti magang di Sub Bidang
Pemeliharaan Koleksi, Pusat Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya Bogor pada bulan Juli-Agustus 2006. Penulis pernah mengikuti seminar kesehatan lingkungan “Save The Earth, Stop Global Warming” dari BEM Jurusan Kesehatan Lingkungan POLTEKES Jakarta II pada tanggal 16 Februari 2008. Sebelum masa studi berakhir, penulis mengikuti Stadium Generale: The Prospect of Landscape Architecture Profession in The Global Era dari presiden IFLA sebagai pembicara pada tanggal 8 Agustus 2008 yang diselenggarakan di departemen Arsitektur Lanskap IPB.
i
KATA PENGANTAR Assalammu’alaikum, Wr.Wb. Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
berkat
rahmat,
nikmat
dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir dengan judul “ Pelaksanaan Konstruksi Taman dan Pemeliharaan RTH Jalan Kota Bekasi”. Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis baik dari segi moral maupun material. Pihak-pihak tersebut antara lain: 1.
Papa dan Mama, terima kasih atas do’a dan kasih sayang selama ini kepada penulis. Intan, adik-ku, terima kasih juga atas semangat dan do’anya.
2.
Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr., selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi penulis selama masa perkuliahan. Terimakasih atas bimbingan, motivasi, dan dukungan yang selalu diberikan pada penulis.
3.
Dr. Ir. Tati Budiarti, MS., selaku dosen penguji 1, terima kasih atas masukan, saran, dan kritik yang membangun.
4.
Dr. Ir. Andi Gunawan, MSc., selaku dosen penguji 2, terima kasih atas masukan, saran, dan kritik yang membangun.
5.
Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi, Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Dinas Tata Kota dan Pemukiman Kota Bekasi, terima kasih atas data-data yang dibutuhkan penulis.
6.
Bu Novi, Bu Ade, Bu Ummi, Bu Ida, Pak Agus dan staf-staf
Dinas
Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi, terima kasih atas bimbingan dan bantuannya 7.
Teman-teman wisma Nabila-Anggrek, terimakasih telah menjadi teman berbagi suka dan duka selama masa kuliah.
ii
8.
Teman-teman KKP penulis (Efi, Desi, Sari, Dede, dan Yudi), terima kasih atas kebersamaan dan persaudaraan selama KKP di Subang, Kecamatan Cisalak, Desa Pasanggrahan.
9.
Peserta yang menghadiri seminar penulis, terimakasih atas pertanyaan yang diberikan sebagai suatu masukan yang berarti.
10.
Teman-teman se-Pebimbing Akademik (Putri, Fida, dan Soni) dan sePembimbing Skripsi (Occy, Ozi, dan Kak Piko), terima kasih atas kebersamaan dan motivasinya.
11.
Saudara-saudara penulis lainnya di Lanskap’41…(Aini, Karina, Hendi, Ria, Memey, Lintang, Sari, Dita, Mba Yu, Dimas, Neno, Nana, Syita, Anjar, Anggy, Imad, Wahyuni, Dini, Tyas, Sekar, Dina, Dayat, Buyung, Dewina, Deni, Ipah, Putera, Ridho, Ita, Intan, Fuji, Diana, Cici, Krista, Diah, Faikoh), terima kasih atas kebersamaan dan persaudaraan dalam suka dan duka selama ini. Thanks for the memories.
12.
Teman-teman se-Lanskap (angkatan 38, 39, 40, 42, dan 43), Terima kasih atas motivasi, saran, dan do’anya.
13.
Pihak-pihak lain yang tidak sempat disebutkan, terima kasih atas semuanya. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam hasil
tugas akhir ini. Walau demikian, dengan segala kekurangannya penulis tetap berharap semoga hasil studi dari magang penulis ini dapat memberikan manfaat bagi pihak bidang Pertamanan Kota Bekasi khususnya dan pihak-pihak lain yang membutuhkan. Wassalam.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
iii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii I. PENDAHULUAN ................................................................................................1 1.1. Latar Belakang .............................................................................................1 1.2. Tujuan ...........................................................................................................2 1.3. Manfaat .........................................................................................................2 II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................4 2.1. Definisi Kota ................................................................................................4 2.2. Taman Kota sebagai Ruang Terbuka Hijau .................................................4 2.3. Lanskap dan Taman.....................................................................................6 2.4. Sistem Pertamanan Kota ..............................................................................7 2.5. Pelaksanaan Lanskap ....................................................................................8 2.6. Pemeliharaan Lanskap ................................................................................10 2.7. Manajemen Pemeliharaan ..........................................................................12 2.8. Sistem Pemeliharaan ..................................................................................13 2.9. Jalur Hijau Jalan dan Pemeliharaan Fisik...................................................14 III. METODOLOGI ...............................................................................................16 3.1. Lokasi dan Waktu .......................................................................................16 3.2. Metode Kerja ..............................................................................................17 3.3. Kerangka Pikir ............................................................................................20 IV. KONDISI UMUM ...........................................................................................22 4.1.Sejarah Kota ................................................................................................22 4.2. Wilayah Adminstrasi .................................................................................23 4.3. Kondisi Fisik ..............................................................................................25 4.4. Kondisi Sosial Ekonomi .............................................................................27 4.5. Rencana Tata Ruang Kota Bekasi .............................................................27 4.5.1. Maksud dan Tujuan Penataan...........................................................27 4.5.2. Kebijaksanaan Pengembangan RTH ................................................28 4.6. Profil DKPP ...............................................................................................34 4.6.1. Tugas, Peranan dan Struktur Organisasi DKPP ..............................35
iv
V. PELAKSANAAN KONSTRUKSI ...................................................................37 5.1. Pelaksanaan Administrasi...........................................................................37 5.2. Pelaksanaan Konstruksi Taman..................................................................38 VI. PEMELIHARAAN ..........................................................................................40 6.1. Organisasi dan Zonasi Ruang Kerja ...........................................................40 6.2. Pemeliharaan Fisik .....................................................................................42 Pembersihan Area.......................................................................................42 Penyiraman tanaman ..................................................................................43 Pemangkasan ..............................................................................................44 Penggemburan dan Pengendalian Gulma ...................................................45 Pengendalian hama dan penyakit ...............................................................46 Pemupukan .................................................................................................46 Penyulaman tanaman ..................................................................................47 Pembersihan paving ...................................................................................47 6.3. RTH yang Dikelola Bidang Pertamanan Kota Bekasi ...............................47 6.4. Kapasitas dan Efektivitas Kerja .................................................................49 6.5. Alat dan Bahan Pemeliharaan ....................................................................50 6.6. Biaya Pemeliharaan ....................................................................................51 6.7. Jadwal Pemeliharaan ..................................................................................52 VII. PEMBAHASAN.............................................................................................54 7.1. Pelaksanaan Konstruksi ..............................................................................54 7.1.1. Pelaksanaan Administrasi.................................................................54 7.1.2. Pelaksanaan Konstruksi Pagar Taman .............................................54 7.2. Pemeliharaan ..............................................................................................55 7.2.1. Organisasi dan Zonasi Ruang Kerja .................................................55 7.2.2. Pengelolaan Tenaga Kerja ................................................................57 7.2.3. Pemeliharaan Ideal ...........................................................................57 7.2.4. Pemeliharaan Fisik ...........................................................................58 Pembersihan Area.............................................................................58 Penyiraman tanaman ........................................................................59 Pemangkasan ....................................................................................59 Penggemburan dan Pengendalian Gulma .........................................60
v
Pengendalian hama dan penyakit .....................................................60 Pemupukan .......................................................................................60 Penyulaman tanaman ........................................................................61 Pembersihan paving .........................................................................61 7.2.5. Kapasitas dan Efektivitas Kerja .......................................................62 7.2.6. Jadwal Pemeliharaan ........................................................................64 7.2.7. Alat dan Bahan Pemeliharaan ..........................................................64 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................66 8.1. Kesimpulan .................................................................................................66 8.2. Saran ...........................................................................................................66 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................68 LAMPIRAN ...........................................................................................................70
vi
DAFTAR TABEL No
Teks
Halaman
1. Jenis Pengadaan Barang/Jasa ......................................................................10 2. Jadwal Kegiatan Magang ............................................................................17 3. Jenis Data, Unit Data, Sumber, Cara Pengumpulan dan Kegunaan ............19 4. Wilayah Administrasi Kota Bekasi .............................................................24 5. Jumlah Penduduk Kota Bekasi (jiwa) .........................................................27 6. Luasan Eksisting RTH Kota Bekasi berdasarkan Survei tahun 2007 .........33 7. Urutan Kegiatan Pelelangan Umum ...........................................................38 8. Kapasitas dan Efektivitas Kerja ..................................................................50 9. Alat-alat Kerja Kegiatan Pemeliharaan .......................................................51 10. Frekuensi Kegiatan Pemeliharaan ...............................................................52 11. Kebutuhan HOK Pemeliharaan Taman dalam satu tahun (Sistem Unit) ....63
vii
DAFTAR GAMBAR No.
Teks
Halaman
1. Peta Lokasi Kegiatan Magang .....................................................................16 2. Kerangka Pemikiran ....................................................................................21 3. Peta Batas Wilayah Administratif Kota Bekasi ..........................................23 4. Struktur DKPP Kota Bekasi ........................................................................35 5. Pemasangan Tiang Pagar di taman pulau Jl. PMI .......................................38 6. Struktur Pembagian Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja .................................41 7. Mekanisme Pengangkutan Sampah Kota Bekasi ........................................43 8. Pengisian Air dengan Mobil Tangki Air .....................................................44 9. Salah Satu Kegiatan Awal Penggemburan ..................................................45 10. Hama Keong pada Agave sp. .......................................................................46 11. Kegiatan Pembersihan paving Taman Cut Meutia dari gulma....................47 12. Beberapa Lokasi Kegiatan Pemeliharaan Taman ........................................48
viii
DAFTAR LAMPIRAN No
Lampiran
Halaman
1. Perbandingan Kondisi RTH Kota Bekasi dengan RTRW Kota Bekasi tahun 2000-2010 ...........................................................................................70 2. Kualitas Jenis-jenis RTH di Kota Bekasi ......................................................74 3. Taman-taman yang dikelola bidang Pertamanan tahun 2005 .......................77 4. Rumusan Penghitungan HOK .......................................................................78 5. Jadwal Kegiatan Wilayah Kerja Petugas Pemeliharaan Taman ...................79 6. Anggaran Biaya Pemeliharaan Tahun 2008 ..................................................82 7. Detail Konstruksi Pagar Taman ....................................................................84
1
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Letak
Kota
Bekasi
yang
bersebelahan dengan ibukota Jakarta,
membutuhkan sarana pendukung baik transportasi, perumahan, kawasan perbelanjaan, kawasan rekreasi maupun kawasan bisnis yang berfungsi dengan baik. Kota Bekasi memerlukan taman-taman kota yang berfungsi sebagai penyeimbang terhadap ruang terbangun. Taman-taman Kota Bekasi memiliki masalah yang berbeda-beda dari masalah estetika, pemeliharaan, maupun fungsi. (DKPP Kota Bekasi, 2005) Perda No. 4 tahun 2000 tentang rencana tata ruang Kota Bekasi yang memperhatikan kebutuhan terhadap ruang-ruang terbuka hijau. Dalam hal ini, RTH difungsikan untuk: (1) Meningkatkan kualitas kehidupan Kota Bekasi, (2) Membentuk paru-paru kota di tengah-tengah sistem transportasi, perdagangan dan industri, (3) Area rekreasi terbuka dan murah bagi warga Kota Bekasi, (4) Mediamedia visualisasi kota yang menarik, segar dan hijau, (5) Ruang-ruang terbuka pendukung dan penghubung antara ruang-ruang aktifitas kota, (6) Memberi citra positif terhadap Kota Bekasi dalam bentuk penataan dan perencanaan taman yang lebih estetis, spesifik dan memiliki karakteristik. (DKPP Kota Bekasi, 2005) Untuk mewujudkan RTH Kota Bekasi sesuai yang diharapkan, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi memiliki tugas dan fungsi membangun dan memelihara RTH. Tahap pelaksanaan lanskap dibagi dalam pelaksanaan administrasi dan pelaksanaan fisik. Pelaksanaan administrasi merupakan proses administrasi pengadaan pengadaan barang/jasa suatu proyek. Proses pengadaan barang/jasa meliputi tahapan perencanaan kebutuhan, pemilihan penyedia barang/jasa, pelaksanaan kontrak dan penerimaan barang/jasa. Kegiatan pemeliharaan merupakan kunci keberhasilan pembangunan lanskap. Pemeliharaan diartikan sebagai upaya menjaga taman baik fungsi/tujuan dibuatnya, dan menjaga elemen taman seperti dalam keadaan awalnya atau mendekati aslinya.
2
Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi secara rutin melakukan pemeliharaan RTH agar RTH dapat berfungsi dan memberi estetika kota. Oleh karena itu, magang (internship) di Kota Bekasi dalam kegiatan pelaksanaan dan pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau akan bermanfaat bagi mahasiswa dalam menambah ilmu dan keprofesian mahasiswa.
1.2. Tujuan Tujuan umum
Secara umum tujuan dari magang ini yaitu: 1. Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan serta memperluas wawasan dan keahlian untuk mencapai profesionalisme di bidang Arsitektur Lanskap. 2. Mengembangkan sikap dan keterampilan mahasiswa melalui keikutsertaan dalam kegiatan lapang dan pengamatan teknik di lapang. 3. Mengenal dan menganalisis permasalahan yang ada pada lanskap perkotaan dan mencari alternatif pemecahannya.
Tujuan khusus Secara khusus tujuan dari kegiatan magang antara lain: 1. Mengetahui dan memahami proses dalam kegiatan pelaksanaan dan pemeliharaan RTH Kota Bekasi. 2. Menganalisis permasalahan dan memberi solusi dalam aspek pemeliharaan dan pelaksanaan lanskap.
1.3. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan magang antara lain: 1. Meningkatkan wawasan mahasiswa dan sikap profesionalisme dalam
dunia kerja Lanskap.
instansi pemerintah khususnya pada bidang Arsitektur
3 2. Menambah kemampuan untuk dapat mengaplikasikan teori-teori yang
telah diberikan pada perkuliahan pada pelaksanaan dan pemeliharaan secara nyata di lapangan. 3. Sebagai salah satu media pertukaran informasi ilmu pengetahuan dalam
bidang Arsitektur Lanskap antara DKPP (Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman) Kota Bekasi dengan IPB.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kota Kota adalah suatu pusat populasi yang luas dan padat penduduknya untuk aktivitas ekonomi, sosial dan politik, mempunyai sebuah posisi geografi yang relatif tetap dan kekuasaan pemerintah spesifik. Selain itu, suatu kota harus tumbuh, berfungsi untuk organisme di dalamnya, cukup cahaya, udara, air, makanan, sirkulasi yang baik, sistem manajemen pengolahan limbah yang baik, terciptanya pembaharuan atau kota tersebut akan rusak dan mati (Simonds, 1983). Menurut Gallion dan Eisner (1994) bahwa kota merupakan sebuah pusat industri, perdagangan, pendidikan, pemerintahan atau mencakup semua kegiatan tersebut. Kota merupakan kawasan yang memiliki keaktifan, keanekaragaman dan kompleksitasnya (Branch, 1995). Dijelaskan pula bahwa kepadatan perkotaan tergantung pada tiga kondisi: persentase luas tanah yang tertutup oleh bangunan tanpa adanya ruang terbuka, ketinggian bangunan, dan banyaknya ruang terbuka yang permanen di seluruh wilayah kota. Dalam Permendagri No. 1 tahun 2007 dijelaskan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. 2.2. Taman Kota sebagai Ruang Terbuka Hijau Menurut Simonds (1983), ruang terbuka meliputi seluruh bidang tanah yang tidak ditempati oleh bangunan, seperti lapangan parkir, jalan-jalan kendaraan, jalur hijau, taman-taman pribadi, jalan setapak (pedestrian line), dan lainnya sehingga ruang terbuka bukan hanya berarti lahan yang belum terbangun, tetapi dapat digunakan. Dalam Permendagri No. 1 tahun 2007 yang dimaksud dengan ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.
5
Taman merupakan salah satu jenis RTH yang menjadi daya tarik lingkungan yang memberikan nilai tambah. Taman dalam pengertian terbatas merupakan sebidang lahan yang ditata sedemikian rupa sehingga mempunyai keindahan, kenyamanan, dan keamanan bagi pemilik atau penggunanya (Arifin, 2005). Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Penataan RTHKP adalah proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian RTHKP (Permendagri No 1 tahun 2007). Fungsi Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (Permendagri No 1 tahun 2007) adalah a. Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan b. Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara c. Tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati d. Pengendali tata air, dan e. Sarana estetika kota Manfaat Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (Permendagri No 1 tahun 2007) adalah a. Sarana untuk mencerminkan identitas daerah b. Sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan c. Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial d. Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan e. Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah f. Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula g. Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat h. Memperbaiki iklim mikro i. Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan Disebutkan juga dalam Permendagri No 1 tahun 2007 mengenai jenis Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan yang meliputi taman kota; taman wisata alam; taman rekreasi; taman lingkungan perumahan dan
6
pemukiman; taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial, taman hutan raya; hutan kota; hutan lindung; bentang alam (seperti gunung, bukit, lereng dan lembah); cagar alam; kebun raya; kebun binatang; pemakaman umum; lapangan olahraga; lapangan upacara; parkir terbuka; lahan pertanian perkotaan; jalur di bawah tegangan tinggi; sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa; jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian; kawasan dan jalur hijau; daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara; dan taman atap (roof garden). 2.3. Lanskap dan Taman Taman kota adalah ruang terbatas penggunaannya dan lentur bentuknya yang dikembangkan dengan struktur yang minimal dan didominasi oleh elemen alami yang dikembangkan dengan struktur minimal dan didominasi oleh elemen alami yang dipergunakan untuk tempat santai secara umum (Eckbo, 1964). Taman kota (Eckbo,1964) dibedakan berdasarkan luas dan penggunaannya terdiri dari: (1) Neighborhood Park Taman ini terletak di sekitar pemukiman dan luasnya sekitar 2-4 ha sebagai fasilitas rekreasi dan area interaksi sosial dalam lingkungan pemukiman ketetanggaan. (2) Community Park Taman ini mempunyai sifat yang lebih akumulatif daripada ”neighborhood park” dan untuk menampung kegiatan rekreasi bagi warga dalam bentuk suatu ”community” dan luasnya sekitar 4-20 ha atau lebih (3) City dan Regional Park Taman ini cukup luas dapat mencapai 40 ha bahkan 400 ha atau lebih, dan dilengkapi oleh nilai-nilai visual yang dapat menghilangkan kesan perkotaan.
7
Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Dalam suatu lanskap karakter harus menyatu secara harmonis dan alami untuk memperkuat karakter lanskap tersebut. Bentangan alam, salah satu contohnya adalah lingkungan kehidupan manusia maupun hewan, lebih sederhana lagi dapat dicontohkan dengan sebuah alam/lingkungan habitat kupu-kupu baik buatan manusia maupun hasil proses alam (Simonds, 1983). 2.4. Sistem Pertamanan Kota Standarisasi taman-taman kota tergantung dari keadaan kota tersebut seperti topografi, luas kota, jumlah penduduk, kebiasaan sosial masyarakat dan kebijaksanaan pemerintah setempat (Eckbo, 1964). Menurut Dahl dan Molnar (2003), dijelaskan bahwa sistem pertamanan meliputi langkah-langkah berikut: 1.
Awalnya, sebuah inventarisasi dibuat dengan taman yang ada meliputi ukuran luas, lokasi, dan aktivitas yang tersedia. Ini menunjukkan kondisi taman saat itu.
2.
Menentukan ukuran luas yang ada dibandingkan dengan standar nasional yang dipertimbangkan menjadi batas minimum untuk populasi yang ada. Sebagai contoh, standar yang diusulkan untuk kota kecil sebaiknya luas taman 4,6 ha untuk 1000 orang. Selanjutnya, sasaran tersebut ditetapkan.
3.
Langkah berikutnya adalah menentukan dimana wilayah pemerintahan dengan wilayah yang berpotensi untuk rekreasi ditempatkan. Bidang ini diidentifikasi dengan analisa keberadaan alam dan kondisi budaya. Kemudian belajar memahami tekanan populasi, arah perkembangan masa depan, daya tarik pada waktu luang yang dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, etnik, dan penghasilan kelompok yang diadakan untuk menyediakan informasi yang akan memungkinkan perencana untuk mengetahui lahan berpotensi tinggi yang diperoleh secara nyata.
4.
Terakhir, prioritas tambahan diuraikan dan peluang biaya diperiksa.
8
2.5. Pelaksanaan Lanskap Menurut Simonds (1983), pelaksanaan (construction) merupakan tahap yang dilakukan setelah proses perencanaan dan perancangan selesai. Menurut Harris dan Dines (1988), tahap pelaksanaan terdiri dari: 1. Pekerjaan pembangunan, pengawasan, dan koordinasi yang mencakup administrasi, jadwal kerja, laporan, dokumentasi, pengawasan serta kontrol biaya. 2. Penerimaan pekerjaan, meliputi penyetujuan kelengkapan pekerjaan dan pembayaran kepada kontraktor. Pelaksanaan Administrasi Pelaksanaan administrasi lanskap adalah pekerjaan lanskap yang dimulai dengan proses pembuatan dokumen pelaksanaan, tahap pelelangan, pembuatan surat-surat, berita acara, perjanjian kerja/ kontrak dan pembuatan form untuk laporan selama kegiatan pelaksanaan fisik serta beberapa prosedur kerja sebagai penuntun dan panduan pekerjaan di lapang (Simonds, 1983). Pelaksanaan administrasi merupakan proses administrasi pengadaan barang dan jasa untuk suatu proyek. Pengadaan barang/jasa adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang diperlukan perusahaan, meliputi pengadaan: barang, jasa pemborongan, jasa konsultasi dan jasa lainnya. Proses pengadaan barang/jasa meliputi tahapan perencanaan kebutuhan, pemilihan penyedia barang/jasa, pelaksanaan kontrak dan penerimaan barang/jasa. Menurut Perpres RI No 85 tahun 2006, tentang perubahan keenam atas Keppres No 80 tahun 2003 paragraf kedua pasal 17, pengadaan barang dan jasa dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu: 1. Dalam pemilihan penyedia barang/jasa pemborong/jasa lainnya, pada prinsipnya dilakukan melalui metoda pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar propinsi 2. Dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas yaitu untuk pekerjaan yang kompleks, maka pemilihan
9
penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pelelangan terbatas dan diumumkan secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar propinsi dengan mencantumkan penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi 3. Dalam hal metoda pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pemilihan langsung, yaitu pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan membandingkan sebanyakbanyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet. 4. Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. Pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi dan/atau mempunyai resiko tinggi dan/atau bernilai di atas lima puluh miliar rupiah. Penggolongan penyedia barang/jasa adalah penetapan batas nilai pekerjaan/kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa sesuai dengan kualifikasi dan klasifikasinya. Kualifikasi merupakan penilaian tingkat kemampuan finansial, personalia, peralatan dan perlengkapan pada masingmasing bidang pekerjaan. Klasifikasi penyedia barang/jasa meliputi jasa pengadaan barang/pemborongan/jasa lainnya dan jasa pengadaan konsultasi. Prakualifikasi wajib dilaksanakan untuk pengadaan jasa konsultasi dan pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya yang menggunakan metoda penunjukan langsung untuk pekerjaan kompleks, pelelangan terbatas dan pemilihan langsung. Adapun kualifikasi terhadap klasifikasi/jenis pengadaan tersebut dibedakan dalam tabel berikut.
10
Tabel 1. Jenis Pengadaan Barang/Jasa Jenis Pengadaan Jasa Pengadaan Barang/Pemborongan/ Jasa Lainnya
Jasa Pengadaan Konsultasi
a. Pelelangan Umum b. Pelelangan Terbatas c. Pemilihan Langsung d. Penunjukan Langsung a. Seleksi Umum b. Seleksi Terbatas c. Seleksi Langsung d. Penunjukan Langsung
Kompleksitas Pekerjaan Kompleks Tidak Kompleks Pascakualifikasi/ Pascakualifikasi Prakualifikasi Prakualifikasi Prakualifikasi Prakualifikasi
Prakualifikasi
Prakualifikasi
-
Prakualifikasi
Prakualifikasi
Prakualifikasi
Prakualifikasi
Prakualifikasi Prakualifikasi
Prakualifikasi Prakualifikasi
Pelaksanaan Fisik Pelaksanaan fisik meliputi pekerjaan pengukuran dan pematokan, pengolahan tanah, pelaksanaan soft material dan pelaksanaan hard material dan pemeliharaan (Rachman, 1984). Pelaksanaan fisik merupakan tahap pekerjaan lanskap yang dilaksanakan oleh penerima pekerjaan di lapangan dimana jenis, lokasi, volume dan persyaratan lain telah ditetapkan sebelumnya pada pelaksanaan administrasi. 2.6. Pemeliharaan Lanskap Pemeliharaan adalah usaha untuk merawat serta mempertahankan suatu taman sehingga dapat tetap terjaga keindahannya dari fungsi taman tersebut. Pemeliharaan dapat dilakukan pada hard material maupun soft material (Dinas Pertamanan DKI Jakarta, 1994). Carpenter et al. (1975) mendefinisikan pemeliharaan sebagai bagian dari industri lanskap yang menangani dan memelihara kondisi tapak agar selalu tampak seperti yang diharapkan secara estetik dan menyenangkan dengan lingkup tanggung jawab pada manajemen, pengetahuan penanganan tanaman dan elemen lanskap lainnya.
11
Lebih lanjut Arifin dan Nurhayati (2005) menyatakan bahwa terdapat dua jenis
pemeliharaan,
yaitu
pemeliharaan
fisik
dan
pemeliharaan
ideal.
Pemeliharaan ideal adalah jenis pemeliharaan untuk mempertahankan tujuan dan fungsi dibuatnya taman atau jenis lainnya. Pemeliharaan ini dilakukan dengan membuat peraturan-peraturan penggunaan lahan. Pemeliharaan fisik meliputi pemeliharaan elemen keras maupun elemen lunak (tanaman). Menurut Sternloff dan Warren (1984), prinsip-prinsip pemeliharaan taman adalah sebagai berikut: 1. Penetapan tujuan dan standar pemeliharaan 2. Pemeliharaan harus dilakukan secara ekonomis baik waktu, tenaga kerja, peralatan dan bahan 3. Operasional
pemeliharaan
hendaknya
didasarkan
pada
rencana
harus
didasarkan
pemeliharaan tertulis yang logis 4. Jadwal
pekerjaan
pemeliharaan
taman
pada
kebijaksanaan dan prioritas yang benar 5. Pemeliharaan dan pencegahan perlu ditekankan 6. Pengelolaan pemeliharaan taman harus diorganisir dengan baik 7. Sumber dana yang cukup perlu untuk mendukung program pemeliharaan yang telah ditetapkan 8. Penyediaan tenaga kerja yang cukup penting untuk melaksanakan fungsifungsi pemeliharaan 9. Program pemeliharaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan alami 10. Pengelola pemelihara taman harus bertanggungjawab terhadap keamanan masyarakat dan pekerja 11. Pemeliharaan dijadikan pertimbangan utama dalam perancangan dan pembangunan taman 12.Para pegawai pemeliharan harus bertanggungjawab menjaga citra perusahaan di mata publik.
12
2.7. Manajemen Pemeliharaan Manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain (Robbins dan Coulter, 2004). Menurut Sternloff dan Warren (1984), perencanaan pengelolaan taman yang baik dan logis harus mencakup halhal berikut ini: 1. Pendataan lengkap mengenai seluruh area taman, fasilitas, dan peralatan yang dipelihara 2. Perencanaan pemeliharaan secara tertulis, meliputi: a. Standar pemeliharaan semua area, fasilitas dan peralatan b. Pengidentifikasian dan pembuatan daftar kegiatan pemeliharaan rutin untuk mencapai standar yang telah ditetapkan c. Prosedur
yang
menerangkan
metode
yang
efisien
dalam
melaksanakan kegiatan pemeliharaan rutin d. Frekuensi kegiatan pemeliharaan e. Karyawan yang melaksanakan kegiatan f. Bahan-bahan termasuk bahan sekali pakai g. Peralatan untuk melaksanakan kegiatan h. Pendugaan waktu yang akurat 3. Cara pelaksanaan pemeliharaan tidak rutin dan insidental seperti pekerjaan perbaikan dan persiapan tenaga khusus 4. Pemeliharaan preventif terhadap kondisi yang dapat mempercepat keausan dan kerusakan melalui inspeksi yang sistematik dan terjadwal 5. Jadwal penugasan untuk tiap pekerjaan pemeliharaan meliputi perorangan, tim atau kontraktor sehingga terpantau apakah pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik 6. Sistem
untuk
mendesain
dan
merencanakan
pekerjaan,
jadwal
pemeliharaan, dan pengawasan 7. Sistem analisis dan pengawasan biaya pemeliharaan
Carpenter et al. (1975) bahwa hal terpenting lainnya yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan adalah melakukan pekerjaan yang tepat pada waktu yang
13
tepat. Oleh karena itu, diperlukan jadwal pemeliharaan yang dijadikan sebagai acuan dalam melakukan kegiatan terdapat 3 tahap dalam membuat jadwal pemeliharaan, yaitu: 1.
Mengklasifikasikan area berdasarkan tingkat pemeliharaan
2.
Membuat daftar tanaman yang ada dalam area yang harus dipelihara dan tentukan jenisnya (semak, pohon, herba). Karena jenis aktivitas pemeliharaan tergantung dari jenis tanaman tersebut
3.
Menentukan kegiatan apa yang harus dilakukan untuk mencapai pemeliharaan yang diinginkan
Dijelaskan juga oleh Carpenter et al. (1975) bahwa tingkat pemeliharaan taman dibedakan menjadi 3 area, yaitu area yang membutuhkan tingkat pemeliharaan tinggi (intensif), sedang (semi-intensif), dan rendah (ekstensif). Faktor utama yang membedakan tingkat pemeliharaan tersebut adalah biaya. Tingkat pemeliharaan yang intensif membutuhkan biaya yang tinggi, begitu pula sebaliknya.
2.8. Sistem Pemeliharaan Sistem penetapan metode pemeliharaan pada umumnya terbagi menjadi tiga, yaitu pemeliharaan unit, pemeliharaan khusus, dan pemeliharaan kontrak (Sternloff dan Warren, 1984) dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Pemeliharaan unit, yaitu karyawan unit melakukan semua jenis pekerjaan pemeliharaan sendiri. Keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan sistem ini adalah: -
Karyawan lebih mengenal fasilitas yang ada
-
Relatif lebih mudah dalam menentukan penugasan
-
Memudahkan direktur unit mengontrol pemeliharaan dan program karyawan sehingga lebih mudah terkoordinasi
-
Karyawan cenderung loyal kepada unit dan bangga pada pekerjaannya
Pekerjaan ini akan lebih efektif jika cukup banyak pekerjaan sehingga karyawan dapat bekerja sepanjang tahun dan jika terdapatnya alat sederhana tidak akan terlalu mahal.
14
2. Pemeliharaan khusus, yaitu karyawan dilatih mengerjakan pekerjaan tertentu saja seperti memangkas, mengendalikan gulma, dan sebagainya. Keuntungan dari sistem khusus ini adalah : -
Karyawan jadi ahli dalam pekerjaannya
-
Peralatan mahal yang disediakan dapat digunakan dengan baik, sehingga biaya-biaya alat dapat diminimalkan
Namun kekurangan dari sistem ini adalah : -
Terjadi pengulangan-pengulangan yang membuat pekerjaan monoton bagi karyawan
-
Kehilangan waktu untuk berpindah dari satu unit ke unit lain
Pekerjaan ini akan efektif jika keterampilan yang diperlukan untuk alat tertentu cukup sulit untuk dipelajari, dan jumlah area yang kecil membuat pekerjaan menjadi tidak praktis 3. Pemeliharaan oleh kontraktor, yaitu semua pekerjaan dilakukan oleh kontraktor, dan keuntungan yang diperoleh adalah : -
Tidak ada investasi alat
-
Karyawan yang terlatih dapat digunakan dalam pekerjaan
-
Tidak ada persoalan karyawan
Sedangkan kerugiannya antara lain: -
Kehilangan kontrol kapan dan bagaimana pekerjaan diselesaikan dengan baik
-
Biaya lebih mahal karena kontraktor mengambil keuntungan
2.9. Jalur Hijau Jalan dan Pemeliharaan Fisik Menurut Simonds (1983), jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan diperuntukkan bagi kelancaran lalu lintas. Dijelaskan juga fungsi tanaman pada jalan adalah untuk mengisi ruang yang membatasi antara jalan dengan bagian lain yang ditempatkan mengikuti alur jalan dan merupakan bagian dalam sistem jaringan jalan, sehingga tanaman menjadi pagar alami pada jalan (Harris dan Dines, 1988).
15
Pemeliharaan fisik dilakukan untuk mempertahankan kondisi elemen taman yang meliputi elemen keras dan elemen lembut agar tetap menampilkan sifat fisiknya sesuai desain awal yang diinginkan, sehingga aspek estetika dan fungsi elemen tetap seperti semula. Konsep pemeliharaan fisik merupakan pemeliharaan taman untuk mengimbangi pemeliharaan secara ideal sehingga taman tetap rapi indah, asri, nyaman dan aman. Secara umum, pemeliharaan elemen keras merupakan pemeliharaan pencegahan, yaitu pembersihan lumut dan karat, pengecatan, dan penggantian atau perbaikan elemen yang rusak. Sementara pemeliharaan tanaman meliputi pembersihan areal taman, penyiangan, penggemburan tanah, penyiraman, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, penyulaman dan pemindahan tanaman, pembibitan, serta pemeliharaan peralatan. (Arifin dan Arifin, 2005)
16
III.. METOD DOLOGI 3.1. Lokasi dan Wak ktu Keegiatan maagang ini dilaksanaka d an di Dinaas Kebersihhan Pertam manan Pemakamaan Kota Beekasi (DKP PP Kota Beekasi). Kegiiatan maganng ini dilak kukan mulai 21 Februari 2008 samppai 20 Jun ni 2008 diibawah bim mbingan bidang Pertamanaan. Daalam kegiattan magangg tersebut berbagai kegiatan k yanng dilaksan nakan bidang Pertamanan dan Pemakam man Kota Bekasi B diikuuti dan dipellajari, khusu usnya L pada aspeek pemelihharaan, pellaksanaan konstruksi dan admiinistrasi. Lokasi kegiatan magang m melliputi tamann pulau jalaan (Traffic Island), I jaluur hijau kotaa, dan taman-tam man yang dikkelola oleh bidang Perttamanan daan Pemakam man Kota Beekasi.
Gambbar 1. Peta Orientasi O Lo okasi Kegiaatan Magangg
17
Selama magang, kegiatan pelaksanaan konstruksi dilakukan di median Jalan Chairil Anwar dan taman pulau jalan (traffic island) PMI, sedangkan untuk kegiatan pemeliharaan dilakukan di Taman Cut Meutia, namun mengikuti kegiatan pemeliharaan pada semua taman-taman yang dikelola bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi. Tabel 2. Jenis dan waktu kegiatan selama magang. Feb Maret Nama Kegiatan 4 1 2 3 4 1 Orientasi kantor dan v v v kondisi lapang 2 Pengenalan Organisasi dan Manajemen Pengenalan Lembaga kerja dan v v v v v struktur organisasi Pengenalan Kondisi Lapang 3 Pemeliharaan lanskap
No
April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
v v v v v v v v v
4 Pelaksanaan pekerjaan lanskap Pelaksanaan Administrasi Pelaksanaan Konstruksi taman 5 Analisis dan evaluasi pekerjaan 6 Penulisan skripsi
v v v v v
v v v v v
v
v
v
v v v v v v v v v v
v
v
v
v
v v v v v v v v v v v
3.2. Metode Kerja Kegiatan magang yang dilakukan meliputi kegiatan administrasi, lapang, dan studio. Sebagian besar waktu kegiatan magang meliputi kegiatan pemeliharaan. Kegiatan administrasi meliputi pengenalan struktur organisasi dinas, sistem pembagian kerja, mempelajari prosedur pelelangan dan RKS
18
(Rencana Kerja dan Syarat-syarat) proyek pada salah satu pekerjaan bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi yang dilaksanakan yaitu pelaksanaan konstruksi
pagar
taman.
Kegiatan
studio
meliputi
pembuatan
rencana
pemeliharaan, desain ulang dan penyusunan RAB. Selama magang, mahasiswa mengikuti kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1.
Kegiatan administrasi antara lain mempelajari dan mengamati sistem kerja, prosedur pelelangan dan penyusunan RKS proyek
2.
Kegiatan pelaksanaan pekerjaan antara lain mengamati pekerjaan konstruksi pagar taman
3.
Kegiatan manajemen proyek, meliputi: kegiatan lelang dan pembuatan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
4.
Kegiatan pemeliharaan dan manajemen karyawan. Data diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lapangan, wawancara
serta studi pustaka. Sumber data diperoleh melalui Dinas Tata Kota dan Pemukiman Kota Bekasi, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi, Bappeda, BPS Kota Bekasi serta survai lapang seperti dijelaskan pada Tabel 3 berikut.
19
Tabel 3. Jenis Data, Unit Data, Sumber, Cara Pengumpulan dan Kegunaan
A
Cara Pengumpulan
Kegunaan
Jenis Data
Sumber
ASPEK BIOFISIK DAN SOSIAL Administrasi
BAPPEDA
Studi pustaka dan wawancara
Mengetahui kondisi luas dan batas wilayah administratif
Sejarah Kota
BAPPEDA
Studi pustaka
Mengetahui kondisi umum kota dari segi sejarah
Topografi
BAPPEDA
Studi pustaka dan wawancara
Mengetahui kemiringan lahan, kondisi ketinggian kota di atas permukaan laut
Hidrologi
BAPPEDA
Studi pustaka dan wawancara
Mengetahui sumber air kota dan sistem irigasi serta pemanfaatannya
Studi pustaka dan wawancara
Mengetahui tingkat kenyamanan kota
Studi pustaka dan pengamatan foto
Mengetahui jenis dan persebaran
Studi pustaka dan wawancara Pengamatan foto
Mengetahui peruntukkan lahan spesifik dan spasial jika ada Mengetahui kondisi ruang terbuka hijau kota saat di lapang
DKPP Bekasi
Studi pustaka dan wawancara
Mengetahui taman-taman yang ada baik berupa tabel maupun secara spasial
BPS
Studi pustaka dan wawancara
Mengetahui persebaran dan jumlah penduduk
DKPP Bekasi
Wawancara, studi pustaka, pengamatan lapang
Mengenal kondisi organisasi dan aspek pengelolaan yang dilakukan dan aspek pemeliharaan yang dibutuhkan
DKPP Bekasi
Studi pustaka dan Wawancara
Mengetahui proses administrasi dan konstruksi
Iklim a. Temperatur b. Kelembaban
BAPPEDA
c. Curah hujan d. Intensitas matahari Vegetasi
Penggunaan lahan View
Pertamanan kota
Demografi/kependudukan B
DKPP Bekasi dan pengamatan lapang BAPPEDA Pengamatan Lapang
ASPEK PEMELIHARAAN Struktur organisasi Tujuan,Visi,Misi Manajemen pemeliharaan a. Pelaksanaan pemeliharaan b. Jadwal pemeliharaan
C
c. Kapasitas kerja ASPEK PELAKSANAAN Pelaksanaan Konstruksi dan Proses administrasi
20
3.3. Kerangka Pikir Adanya taman-taman kota yang dikelola bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi merupakan bagian
perwujudan dari visi Dinas
Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) untuk menjadikan Kota Bekasi sebagai kota terbersih, tertata dan terasri se-Jawa Barat. Program Adipura yang diselenggarakan Kementrian Lingkungan Hidup tiap setahun sekali mendorong Kota Bekasi untuk meningkatkan kebersihan dan keasrian kota. Proses pembelajaran (magang) dilakukan di bawah bimbingan bidang Pertamanan Kota Bekasi dalam bidang Pemeliharaan dan Pembangunan Taman. Kegiatan magang mencakup 3 aspek yaitu: 1. Aspek pemeliharaan meliputi pemeliharaan fisik dan ideal 2. Aspek kelembagaan dan SDM meliputi pengenalan lembaga kerja dan sistem kerja. 3. Aspek pelaksanaan meliputi kegiatan pelaksanaan konstruksi pagar taman, mengikuti dan mempelajari proses administrasi. Ketiga aspek tersebut dianalisis potensi yang dapat dipertahankan dan permasalahan yang ditemukan di lapangan. Seluruh hasil analisis dirangkum secara deskriptif, kemudian dibuat rekomendasi untuk pengelolaan pemeliharaan. Adapun kerangka pikir dalam kegiatan magang dapat dilihat pada Gambar 2.
21 Kota Bekasi
Program Adipura Kota Bekasi
Proses Belajar/Magang
Pemeliharaan
Fisik
Pelaksanaan Kelembagaan dan SDM Administrasi dan Fisik
Ideal
Potensi
Permasalahan
Dipertahankan
Pemecahan Masalah
Analisis (Deskriptif)
Rekomendasi
Gambar 2. Kerangka Pikir Kegiatan Magang
22
IV. KONDISI UMUM 4.1. Sejarah Kota Bekasi Dalam catatan sejarah, nama "Bekasi" memiliki arti dan nilai sejarah yang khas. Menurut Poerbatjaraka (seorang ahli bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno), asal mula kata Bekasi secara filosofis berasal dari kata Chandrabhaga. Chandra berarti "bulan" (dalam bahasa Jawa Kuno, sama dengan kata Sasi) dan Bhaga berarti "bagian". Jadi, secara etimologis kata Chandrabhaga berarti bagian dari bulan. Kata Chandrabhaga berubah menjadi Bhagasasi yang pengucapannya sering disingkat menjadi Bhagasi. Kata Bhagasi ini dalam pelafalan bahasa Belanda seringkali ditulis "Bacassie" kemudian berubah menjadi Bekasi hingga kini. Bekasi dikenal sebagai "Bumi Patriot", yakni sebuah daerah yang dijaga oleh para pembela tanah air. Mereka berjuang disini sampai titik darah penghabisan untuk mempertahankan negeri tercinta dan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Balada kepahlawanan tersebut tertulis dengan jelas dalam setiap bait guratan puisi heroik Pujangga Besar Chairil Anwar yang berjudul "Krawang Bekasi". Berdasarkan UU No.14 tahun 1950, terbentuklah Kabupaten Bekasi. Kabupaten Bekasi ini memiliki wilayah yang cukup luas, dan terdiri dari 4 kewedanaan, 13 kecamatan dan 95 desa. Pesatnya perkembangan Kecamatan Bekasi menuntut adanya pemekaran Kecamatan Bekasi menjadi Kota Administratif Bekasi. Pembentukan Kota Administratif Bekasi ini dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 48 tahun 1981. Pada awal pembentukan ini Kota Administratif Bekasi dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 20 April 1982 dengan walikota pertama adalah H. Soedjono. Kota Administratif Bekasi mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini tampak pada peningkatan jumlah penduduk serta tingginya aktivitas ekonomi. Oleh karena itu, status Kota Administratif Bekasi diubah menjadi Kotamadya Bekasi. Hal ini diatur dalam UU No. 9 tahun 1996.
23
4.2. Wilayah Administrasi Letak Kota Bekasi yang sangat strategis merupakan keuntungan bagi Kota Bekasi terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Kemudahan dan kelengkapan sarana dan prasarana transportasi di Kota Bekasi menjadi salah satu daerah penyeimbang DKI Jakarta. Secara geografi Kota Bekasi berada pada posisi 106⁰55' BT dan 6⁰15' - 6⁰15' LS dengan ketinggian 19 m di atas permukaan laut. Batas-batas wilayah administrasi Kota Bekasi adalah: Sebelah Utara
: Kabupaten Bekasi
Sebelah Selatan
: Kabupaten Bogor
Sebelah Barat
: Kota Jakarta Timur
Sebelah Timur
: Kabupaten Bekasi
Gambar 3. Peta Batas Wilayah Administratif Kota Bekasi
24
Sejak tahun 2001 wilayah administrasi Kota Bekasi terbagi menjadi 12 kecamatan yang terdiri dari 52 kelurahan (Tabel 4). Kota Bekasi memiliki luas wilayah sekitar 210,49 km², dengan Kecamatan Bantar Gebang sebagai wilayah terluas (41,78 km²) sedangkan Kecamatan Bekasi Timur sebagai wilayah terkecil (13,49 km²). Tabel 4. Wilayah Administrasi Kota Bekasi No 1
Kecamatan Bekasi Timur
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kelurahan Bekasi Jaya Aren Jaya Duren Jaya Margahayu Bintara Kota Baru Jakasampurna Kranji Bintara Jaya Pekayon Jaya Jakamulya Kayuringin Jaya Margajaya Jakasetia Bojong Rawalumbu Pengasinan Bojongmenteng Sepanjang Jaya Kaliabang Tengah Harapan Baru Teluk Pucung Perwira Harapan Jaya Margamulya
2
Bekasi Barat
3
Bekasi Selatan
4
Rawalumbu
5
Bekasi Utara
6
Medan Satria
1. 2. 3. 4.
Medan Satria Kalibaru Pejuang Harapan Mulya
7
Jatiasih
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jatimekar Jatirasa Jatiluhur Jatiasih Jatikramat Jatisari
25
No 8
Kecamatan Jatisampurna
9
Pondok Gede
10
Bantar Gebang
11
Pondok Melati
12
Mustika Jaya
1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4.
Kelurahan Jatisampurna Jatirangga Jatiraden Jatikarya Jatiranggon Jatiwaringin Jatimakmur Jatibaru Jatibening Jaticempaka Bantar Gebang Ciketing Udik Cikiwul Sumur Batu Jati Melati Jati warna Jati Rahayu Jati murni Mustika Jaya Mustikasari Pedurenan Cimuning
Sumber: Bappeda Kota Bekasi, 2005 4.3.Kondisi Fisik
1.
Topografi Kondisi topografi relatif datar dengan kemiringan lahan 0-2%. Wilayah
Kota Bekasi terletak pada ketinggian antara 10-45 meter di atas permukaan laut. Wilayah dengan ketinggian kurang dari 25 meter di atas permukaan laut terletak pada kecamatan Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Bekasi Timur dan Pondok Gede. Sedangkan wilayah dengan ketinggian lebih dari 25 meter di atas permukaan laut terletak pada Kecamatan Bantar Gebang, Jatiasih dan Jatisampurna (Bappeda Kota Bekasi, 2005).
2.
Hidrologi Kondisi hidrologi Kota Bekasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu air
permukaan dan air tanah. Air permukaan yang terdapat di wilayah Kota Bekasi
26
meliputi sungai/kali Bekasi dan beberapa sungai/kali kecil lainnya serta saluran irigasi yang selain digunakan untuk mengairi sawah juga merupakan sumber air baku bagi kebutuhan air minum wilayah Bekasi dan DKI Jakarta. (Bappeda Kota Bekasi, 2005)
3.
Jenis Tanah dan Geologi Struktur geologi wilayah Kota Bekasi didominasi oleh Pleistocene
Volcanic Facies. Struktur aluvium menempati sebagian kecil wilayah Kota Bekasi bagian utara. Sedangkan struktur Miocene Sedimentary Facies terdapat di bagian timur wilayah Kota Bekasi sepanjang perbatasan dengan DKI Jakarta. Tanah di Kota Bekasi didominasi oleh jenis tanah latosol dan aluvial (Bappeda Kota Bekasi, 2005).
4.
Vegetasi Kondisi vegetasi di wilayah Kota Bekasi sedikit penyebarannya dan
meliputi tanaman yang terletak pada taman kota, taman rumah dan pekarangan, jalur hijau jalan, serta areal pertanian (Bappeda Kota Bekasi, 2005).
5.
Iklim dan Curah Hujan Wilayah Kota Bekasi secara umum tergolong pada iklim kering dengan
tingkat kelembaban yang rendah. Penutupan lahan yang didominasi oleh bangunan
(industri/perdagangan
serta
pemukiman)
menimbulkan
kondisi
lingkungan yang panas. Temperatur harian berkisar antar 24-33⁰C. (Bappeda Kota Bekasi, 2005). Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari dan Maret, yaitu masingmasing tercatat 294 mm dan 391 mm dengan jumlah hari hujan 15 dan 14 hari. Jumlah curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 36 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak empat. Total curah hujan yang tercatat sepanjang tahun 2006 adalah 1.941 mm (Bappeda Kota Bekasi, 2006).
27
4.4. Kondisi Sosial Ekonomi Mayoritas penduduk Kota Bekasi adalah pendatang/migran dari daerah lain. Secara umum komposisi penduduk di Kota Bekasi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang datang dari DKI Jakarta dan yang datang dari luar Jakarta, yang secara umumnya tinggal menetap di Kota Bekasi. Penyebaran penduduk di Kota Bekasi memiliki kecenderungan terkonsentrasi di wilayah barat dan pusat (Pondok Gede dan Bekasi Barat) yang berbatasan dengan DKI Jakarta serta di bagian utara dan timur (Bekasi Utara dan Bekasi Timur) yang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi. Tabel 5. Jumlah Penduduk Kota Bekasi (jiwa) No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pondok Gede Jatisampurna Pondok Melati* Jatiasih Bantar Gebang Mustika Jaya* Bekasi Timur Rawa Lumbu Bekasi Selatan Bekasi Barat Medan Satria Bekasi Utara Kota Bekasi *) Kecamatan pemekaran
Tahun 2006 210.999 71.750 111.056 168.896 77.680 89.632 270.256 174.205 200.790 276.879 150.628 268.673 2.071.444
2007 224.176 73.744 118.935 165.520 78.224 92.932 276.496 184.380 207.744 287.989 160.152 273.512 2.143.804
Sumber: BPS Kota Bekasi
4.5. Rencana Tata Ruang Kota Bekasi 4.5.1. Maksud dan Tujuan Penataan Rencana tata ruang suatu kota berfungsi untuk menjaga konsistensi perkembangan kota/kawasan perkotaan, baik pada level makro/wilayah kota maupun pada level rencana detail. Dalam UU No. 26 tahun 2007 dengan tegas lebih mengarahkan pemanfaatan untuk RTH baik lahan privat maupun publik. Tujuan penyelenggaraan RTH di perkotaan adalah untuk meningkatkan mutu
28
lingkungan perkotaan yang nyaman, segar, indah, bersih dan sebagai sarana pengamanan lingkungan perkotaan. RTH Kota mempunyai fungsi ekologis (utama) dan fungsi tambahan sebagai arsitektur kota, sosial dan ekonomi (Bappeda, 2007). Menurut Permendagri No.1 tahun 2007, perencanaan pembangunan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan memuat jenis, lokasi, luas, kebutuhan biaya, target waktu pelaksanaan, dan disain teknis. Pembangunan RTH berdasarkan luas wilayah perkotaan mempunyai ketentuan sebagai berikut: •
RTH di perkotaan terdiri dari RTH publik (milik pemerintah dan terbuka untuk umum) dan RTH privat (milik perorangan atau swasta)
•
Proporsi RTH baik privat maupun publik pada wilayah perkotaan disesuaikan
dengan
potensi
kota
dan
mengacu
pada
ketentuan
perundangan •
Proporsi RTH Publik pada wilayah kota paling sedikit 10% dari wilayah kota
•
Jika luas RTH baik publik maupun privat di suatu kota memiliki total luas lebih besar dari peraturan/ perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya (Bappeda, 2007).
4.5.2.
Kebijaksanaan Pengembangan RTH Kondisi RTH di Kota Bekasi jika dilihat pada RTRW Kota Bekasi dapat
digambarkan menurut jenis kawasan/RTH sebagai berikut: Pertamanan Jenis RTH ini di Kota Bekasi tersebar dalam berbagai kawasan fungsional kota antara lain pemerintahan, perdagangan, dan jasa, industri, pendidikan dan pusat BWK/Sub BWK. Arahan rencana pemanfaatan pada jenis RTH ini dalam RTRW 2000-2010 mempunyai fungsi utama sebagai : -
Sarana untuk menciptakan keserasian dan keindahan lingkungan
-
Sarana
untuk
mempengaruhi
atau
memperbaiki
iklim
mikro
mempertimbangkan jenis, letak/lokasi serta jenis vegetasinya memenuhi kriteria yang dapat dilihat pada Lampiran 1.
29
Dari kondisi lapangan tahun 2005, taman yang ada hanya sebagian kecil dari kegiatan pembangunan di Kota Bekasi, baik itu kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa, pemukiman, dan industri, yang menyediakan pertamanan dengan proporsi memadai. Bahkan di Kota Bekasi ini masih sedikit terdapat taman kota yang berfungsi sebagai taman bermain serta tempat sosialisasi dan interaksi antar penduduk kotanya. Pada kegiatan industri, perdagangan dan jasa yang berkembang di Kota Bekasi umumnya tidak menyediakan taman, baik berupa taman lingkungan atau yang berupa buffer guna memisahkan antar kegiatan industri dengan kegiatan lainnya. Penyediaan taman ini hanya dilakukan di pemukiman-pemukiman yang dikembangkan swasta dalam skala besar. Namun demikian luasan taman yang tersedia belum mencukupi (Bappeda, 2007). Lapangan Olahraga Terletak menyebar sesuai dengan jenis skala pelayanan (pusat kota, pusat BWK, pusat sub-BWK). Arahan rencana pemanfaatan untuk lapangan olahraga dalam RTRW 2000-2010 difungsikan sebagai sarana olahraga dan rekreasi dengan pola pengembangan yang perlu dikaitkan dengan pengembangan kawasan pemukiman dan pusat-pusat kegiatan baru (pusat BWK, pusat sub-BWK, lingkungan pemukiman). Jika dilihat dari kondisi di lapangan tahun 2005, lapangan olahraga yang tetap terjaga keberadaannya berupa kompleks olahraga Kota Bekasi di Jl. Ahmad Yani. Untuk lapangan olahraga skala lingkungan masih sangat terbatas jumlahnya dengan proporsi yang masih belum mencukupi bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang harus dilayani fasilitas ini. (Bappeda, 2007) Jalur Hijau Jenis RTH ini di Kota Bekasi tersebar dalam bentuk jalur. Arahan rencana pemanfaatan untuk jalur hijau dalam RTRW 2000-2010 ini mempunyai fungsi utama sebagai jalur pengaman utilitas/instalasi penting (sungai, jalan kereta api, jalan tol, jaringan listrik tegangan tinggi); sekaligus menciptakan keserasian lingkungan. Pola pengembangan perlu memperhatikan lokasi, jaringan yang diamankan, serta kriteria vegetasi untuk jalur hijau yang dapat dilihat pada Lampiran 1.
30
Jika dibandingkan dengan kondisi di lapangan tahun 2005, maka hampir seluruh jalur hijau yang ada di Kota Bekasi khususnya yang ada di pusat kota sebagian besar kondisinya sudah terpenetrasi oleh bangunan, baik itu berupa jalur hijau di sepanjang jalan, sepanjang KA, sepanjang tegangan tinggi, maupun jalur hijau sepanjang sungai (sempadan sungai). (Bappeda, 2007) Pemakaman Jenis RTH yang terletak pada BWK (Bagian Wilaya Kota) Pusat kota Bekasi antara lain TPU Kelurahan Perwira, Kelurahan Durenjaya, dan TMP di Jl. Pahlawan), BWK Jatisampurna (desa Jatisari), BWK Bantargebang (Desa Padureunan dan Sumurbatu) tersebar sebagai pemakaman. Arahan rencana pemanfaatan pemakaman dalam RTRW 2000-2010 yaitu memiliki fungsi utama sebagai sarana tempat pemakaman umum untuk memenuhi kebutuhan kota dan BWK, sekaligus sebagai kawasan hijau kota. Pola pengembangan tersebar pada setiap BWK dengan mempertimbangkan keberadaan pemakaman yang telah ada. Penataan
atau
penetapan
lokasi
pemakaman
secara
tepat
perlu
mempertimbangkan ketentuan yaitu tidak berada dalam kawasan yang padat penduduknya, menghindari penggunaan lahan yang subur, memperhatikan keserasian lingkungan, mencegah kerusakan lahan yang berlebihan. Sebagai unsur dari kawasan hijau kota, kriteria vegetasi untuk pemakaman dapat dilihat pada Lampiran 1. Kondisi di lapangan pada tahun 2005, sarana pemakaman yang ada di Kota Bekasi kondisinya masih relatif cukup baik dan masih dipenuhi oleh ruang terbuka hijau kota. (Bappeda, 2007) Pertanian Jenis RTH pertanian Kota Bekasi terletak di BWK Bantargebang (Desa Ciketikngudik, Sumurbatu) dan BWK Jatisampurna. Arahan rencana pemanfaatan RTH dalam RTRW 2000-2010 pada pertanian difungsikan sebagai penghasil produksi pertanian sekaligus konservasi terhadap kegiatan budidaya pertanian yang telah ada. Pola pengembangannya mempertimbangkan potensi yang ada serta keserasian dengan kawasan sekitarnya. Pemanfaatan ruang yang diperbolehkan: tanaman semusim, pertanian tanaman pangan, tanaman tahunan, hortikultura perkampungan, wisata agro, budidaya perikanan darat.
31
Dilihat dari kondisi di lapangan tahun 2005, RTH yang berupa pertanian di Kota Bekasi sebagian besar telah terpenetrasi oleh bangunan, terutama oleh kegiatan pemukiman skala besar yang dikembangkan skala besar yang dikembangkan swasta, baik yang ada di Kecamatan Jatisampurna. Apabila kondisi ini tidak dikendalikan dan diawasi secara ketat diperkirakan dalam waktu dekat RTH jenis ini akan hilang. (Bappeda, 2007) Pekarangan Merupakan jenis RTH Kota Bekasi yang terletak di BWK Bantargebang dan BWK Jatisampurna. Arahan rencana pemanfaatan RTH dalam RTRW 20002010 pada pekarangan mempunyai fungsi sebagai sarana untuk menciptakan keserasian pada kawasan pemukiman. Pola pengembangan yaitu menyatu dengan kapling-kapling pemukiman yang direncanakan. Sesuai dengan kawasan hijau kota, kriteria vegetasi untuk pekarangan dapat dilihat pada Lampiran 1. Dilihat dari kondisi di lapangan pada tahun 2005, pola pengembangan pekarangan yang masih
menyatu
dengan
kapling-kapling
pemukiman
yang
direncanakan
menyebabkan keberadaan RTH ini terpenetrasi oleh kegiatan terbangun. Untuk itu, perlu adanya pengawasan yang cukup ketat oleh dinas-dinas terkait, terutama dalam menerapkan garis sempadan bangunan, KDB dan intensitas kepadatan bangunan yang difungsikan sebagai RTH pekarangan. (Bappeda, 2007) Sempadan Situ Keberadaan sempadan situ di Kota Bekasi terletak pada Situ Gede di Bojongmenteng (BWK 3), Situ Lumbu di Bojong Rawalumbu (BWK 1), Situ Pulo di Jatisampurna (BWK 4). Arahan rencana pemanfaatan RTH dalam RTRW 2000-2010 untuk sempadan situ memiliki fungsi utama sebagai kawasan konservasi bagi perlindungan air tanah serta sebagai sistem retensi dan pengisian air tanah. Pola pengembangan antara lain: -
Melindungi dan mengamankan kawasan situ dari kegiatan budidaya yang dapat menganggu budidaya kelestarian fungsi situ-situ tersebut.
-
Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada di sekitar kawasan situ
-
Keberadaan situ-situ lainnya pada kawasan pemukiman perlu tetap dipertahankan sebagai sistem retensi dan pengisian air tanah
32
Kondisi sempadan situ tahun 2005 umumya masih belum terjaga dengan baik. Hampir semua situ yang ada tidak mempunyai daerah pengaman situ, baik yang berupa sempadan situ yang merupakan RTH pada radius 200 meter dari pinggir situ pada saat air pasang maupun RTH yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Sebagian besar kondisinya sudah terpenetrasi oleh kegiatan terbangun, baik yang berda di sekitar Situ Gede di Bojongmenteng, Situ Lumbu di Bojong Rawalumbu, maupun di sekitar Situ Pulo di Jatisampurna (Bappeda, 2007). Penyusunan rencana RTH Kota Bekasi ini cenderung menggabungkan 1) Pengetahuan mengenai kondisi lokal; 2) Pertimbangan-pertimbangan para ahli; dan 3) Ketersediaan perangkat hukum yang ada untuk mempermudah implementasi di lapangan. Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Bekasi tahun 2000-2010 mengemukakan bahwa pengembangan kawasan terbangun di Kota Bekasi lebih diarahkan untuk menarik perkembangan fisik kota ke arah selatan. Sampai saat ini perkembangan Kota Bekasi di bagian selatan masih tertinggal apabila dibandingkan dengan Kota Bekasi di bagian utara, karena selama ini pembangunan lebih ditekankan di bagian utara. Sementara pada pusat kota yang telah cukup terbangun, pengembangan lebih ditekankan pada pemantapan terhadap fungsi-fungsi yang telah ada selama ini (Bappeda, 2007). Pada umumnya, pemanfaatan lahan di Kota Bekasi lebih diarahkan pada kawasan pemukiman perkotaan, yang jenis dan jumlahnya lebih diarahkan agar sesuai dengan potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan. Dalam RTRW Kota Bekasi juga dijelaskan bahwa rencana struktur tata ruang Kota Bekasi lebih diarahkan pada terbentuknya suatu sistem pusat pemukiman di wilayah Jabotabek yang terintegrasi (Setyorina,2007). Kondisi eksisting RTH Kota Bekasi meliputi kondisi eksisting kuantitas RTH Kota Bekasi, kondisi eksisting kualitas RTH kota Bekasi, serta potensipotensi RTH Kota Bekasi yang belum dikembangkan. Dari 27 jenis RTH yang terdapat di kawasan perkotaan, Kota Bekasi memiliki 20 jenis Ruang Terbuka Hijau (RTH). Sembilan jenis merupakan jenis RTH yang dikelola sektor publik dan sisanya merupakan jenis RTH yang dikelola sektor privat. Jenis RTH yang terdapat di Kota Bekasi antara lain sebagai berikut:
33
A. RTH Publik 1. Situ,danau,rawa, dan sempadannya 2. Semapadan sungai 3. Hutan kota
6. Tempat Pemakaman Umum (TPU) 7. Lapangan olahraga/lapangan terbuka
4. Taman kota
8. Jalur Hijau Sempadan Jalan
5. Taman lingkungan
9. Pulau Jalan
B. RTH Privat 1. Sempadan instalasi berbahaya 2. Sempadan Kereta Api (KA) 3. Pekarangan sarana transportasi 4. Pekarangan Perumahan
7. Pekarangan Fasilitas Kesehatan 8. Pekarangan Fasilitas Pendidikan 9. Pekarangan Kawasan Militer 10. Pekarangan Fasilitas
5. Pekarangan Pemerintahan 6. Pekarangan Perkantoran
Perdagangan 11. Pekarangan Kawasan Industri/pergudangan
Berdasarkan hasil survei Bappeda yang telah dilakukan pada tahun 2007, didapatkan temuan data luasan eksisting RTH Kota Bekasi. Perhitungan luasan RTH ini didapatkan melalui asumsi-asumsi lebar RTH berdasarkan pengamatan di lapangan. Ketersediaan RTH yang dapat dianalisis hanya berupa RTH publik sedangkan RTH privat sulit untuk dihitung ketersediaannya karena tidak terdapat data mengenai RTH privat (Bappeda, 2007). Tabel 6. Luasan Eksisting RTH Kota Bekasi berdasarkan Hasil Survei No 1 2 3 4 5 6 7
Jenis RTH Sempadan Jalan Semapadan Sungai Sempadan Instalasi Berbahaya Sempadan Rel KA Sempadan Jalan Tol Situ dan sempadan Taman
Jumlah Sediaan (m²) 124.350 4.062.120 493.368 96.840 504.340 234.000 274.317
34 Tabel 7. (Lanjutan)
No Jenis RTH 8 Taman Fasos Fasum di perumahan 9 Taman Pemakaman Total Sediaan RTH Sumber: Bappeda, 2007 Keterangan:
Jumlah Sediaan (m²) 1.401.137 548.823 7.739.295
Asumsi lebar sempadan jalan = 1 meter, baik di kiri kanan jalan Asumsi lebar sempadan sungai = 6 meter, baik di kiri maupun di kanan sungai Asumsi lebar sempadan instalasi berbahaya = 4 meter, baik di kiri maupun di kanan SUTET Asumsi lebar sempadan rel KA = 4 meter, baik di kiri maupun di kanan rel Asumsi lebar sempadan jalan tol = 10 meter, baik di kiri maupun di kanan tol
Apabila masing-masing perhitungan jenis RTH tersebut dijumlahkan maka didapatkan total sediaan RTH Kota Bekasi dari ke-9 jenis RTH tersebut. Total sediaan ke-9 jenis RTH tersebut adalah sebesar 774 ha. Dengan luas wilayah Kota Bekasi sebesar 21.601 ha, maka total sediaan RTH tersebut adalah 3,58% dari total luas Kota Bekasi. Sedangkan berdasarkan UUPR No. 26 tahun 2007, persentase RTH Publik di kawasan perkotaan adalah 20%. Maka, Kota Bekasi masih harus menambah RTH publik sebanyak 16,42% dari total luas Kota Bekasi (Bappeda, 2007). Oleh karena itu, jika peningkatan kuantitas tidak dapat memungkinkan untuk mencapai kekurangan RTH publik maka perlu diambil langkah lain selain langkah peningkatan kuantitas RTH, misalnya melalui peran teknologi, ataupun peningkatan kualitas RTH Kota Bekasi. Selain kuantitas atau luasan RTH eksisting, kualitas RTH juga sangat perlu ditingkatkan dalam penyediaan RTH di Kota Bekasi. Kondisi jenis-jenis RTH yang ada di Kota Bekasi dapat dilihat pada Lampiran 2 (Bappeda, 2007).
4.6. Profil DKPP Kota Bekasi Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kota Bekasi merupakan salah satu bentuk kedinasan di lingkungan pemerintah Kota Bekasi. Pembentukannya merupakan refleksi dari pelaksanaan UU No. 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bekasi No. 29 tahun 2003. Lingkup pelayanan Dinas
35
Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman terfokus kepada penataan kebersihan kota, pertamanan dan pemakaman. Namun di lain pihak sarana penunjang, teknologi, serta sumber daya manusia yang tersedia belum memadai seperti yang dibutuhkan.
4.6.1. Tugas, Peranan dan Struktur Organisasi DKPP Pembentukan Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman sebagai dinas pelayanan masyarakat membawahi bidang persampahan, bidang pertamanan dan pemakaman, bidang pengendalian dan penyuluhan serta bidang peralatan dan perlengkapan. Adapun struktur organisasi dinas dapat dilihat pada bagan berikut: KEPALA DINAS BAGIAN TATA USAHA JABATAN FUNGSIONAL
BIDANG Pengendalian & Penyuluhan
SUBAG. Perencanaan
BIDANG Persampahan
BIDANG Pertamanan & Pemakaman
SUBAG. UMUM
BIDANG Peralatan & Perlengkapan
SEKSI Pengendalian
SEKSI Penampungan
SEKSI Pembangunan & Pemeliharaan Taman & Makam
SEKSI Pengadaan Peralatan dan Perlengkapan
SEKSI Penyuluhan
SEKSI Pengangkutan
SEKSI Reklame & Dekorasi Kota
SEKSI Pemeliharaan Peralatan & Perlengkapan
UPTD TPA
Keterangan:
UPTD IPLT
UPTD TPU
Lokasi magang
Gambar 4.Struktur Organisasi DKPP Kota Bekasi Sumber: Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi, 2007
36
Kedudukan Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman sebagai unsur dinas yang bertanggungjawab langsung kepada walikota melalui sekretaris daerah yang meliputi tugas-tugas pokok sebagai berikut: -
Bidang
Kebersihan
pengendalian,
Kota
penampungan
meliputi
perencanaan,
penyuluhan
dan
dan
pengangkutan,
pengadaan
dan
pemeliharaan sarana dan prasarana persampahan dan lumpur tinja. -
Bidang Pertamanan dan Pemakaman meliputi perencanaan, penyuluhan dan pengendalian, pembangunan dan pemeliharaan taman, dekorasi kota, registrasi dan penyiapan lahan pemakaman serta pemeliharaan dan penertiban pemakaman. Visi DKPP adalah “Menjadikan Kota Bekasi sebagai kota terbersih, tertata
dan terasri se-Jawa Barat”. Untuk mencapai visi tersebut maka misi DKPP, yaitu: 1. Meningkatkan pelayanan kebersihan, pertamanan dan pemakaman yang prima kepada masyarakat dalam mendukung Bekasi sebagai kota Unggul dalam Jasa dan Perdagangan bernuansa Ihsan. 2. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang ketertiban, kebersihan, dan keindahan sebagai kebutuhan hidup dan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah. 3. Memanfaatkan sampah sebagai bahan yang berguna dan bernilai ekonomis
37
V. PELAKSANAAN KONSTRUKSI TAMAN 5.1.
Pelaksanaan Administrasi Pelaksanaan konstruksi pagar taman dilaksanakan dari Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan Pemakaman yang termasuk dalam kegiatan operasional pemeliharaan taman. Pihak dinas dipilih sebagai panitia pengadaan barang dan jasa. Untuk penyedia barang/jasa pada pelaksanaan konstruksi pagar taman dipilih dengan pemilihan langsung. Adapun urutan kegiatan saat pelelangan umum sebagai berikut: Tabel 7. Urutan Kegiatan Pelelangan Umum No Uraian Kegiatan 1 Pengumuman Prakualifikasi 2 Pendaftaran dan pengambilan dokumen prakualifikasi 3 Pemasukan dokumen prakualifikasi 4 Evaluasi dokumen prakualifikasi 5 Pengumuman hasil prakualifikasi 6 Masa sanggah atas hasil prakualifikasi 7 Undangan lelang 8 Pengambilan dokumen pemilihan penyedia 9 Penjelasan (Aanwizing) 10 Pemasukan dokumen penawaran 11 Pembukaan dokumen penawaran 12 Evaluasi dokumen penawaran 13 Penetapan pemenang 14 Pengumuman pemenang 15 Masa sanggah atas hasil prakualifikasi 16 Penunjukan pemenang (SPPBJ) 17 Penandatanganan kontrak
Hari Kerja 7 hari 9 hari 9 hari tidak diatur tidak diatur tidak diatur tidak diatur tidak diatur lama pengambilan min 7 hari sejak pengumuman 7 hari hari terakhir pemasukan dokumen penawaran tidak diatur tudak diatur surat penetapan diterima panitia maks 5 hari sejak pengumuman paling lambat 5 hari sejak pengumuman paling lambat 14 hari sejak SPPBJ
Sumber: Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
38
Selama kegiatan magang, mahasiswa hanya mempelajari penyusunan RKS proyek. Sebelum pelaksanaan penjelasan pekerjaan (aanwizing), penyedia barang/jasa atau pelaksana diberikan dokumen prakualifikasi dan pemilihan langsung dalam rangkap 1 (satu), yang berisikan perihal formulir isian prakualifikasi
dan
jenis-jenis
pekerjaan
yang
akan
dilaksanakan.
Dari
pengumuman hasil prakualifikasi, pelaksana atau penyedia barang/jasa untuk konstruksi pagar taman yang memenuhi persyaratan mengikuti pelelangan adalah CV. Citra Alam Jaya, CV. Kartika Lestari, dan CV. Semarak abadi. 5.2. Pelaksanaan Konstruksi Taman Pelaksanaan pemagaran di taman pulau jalan (traffic island) PMI Kota Bekasi dikerjakan oleh pemborong dari CV. Citra Alam Jaya. Tahapan pembuatan konstruksi pagar taman yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pengukuran lokasi taman; ukuran luas taman diketahui agar diperoleh kebutuhan lubang pondasi tiang. 2. Penggalian dan pembuatan pondasi tiang pagar; pada taman pulau jalan PMI ini dibuat
lubang tiang sebanyak 68 lubang dengan jarak antar
lubang 2 m dan kedalaman lubang pondasi 30 cm. 3. Pemasangan tiang pagar; pagar yang digunakan pipa besi silinder yang berukuran 2 inci dengan tinggi 120 cm. Tiang pagar diukur agar berdiri tegak lurus.
Gambar 5. Pemasangan Tiang Pagar di taman pulau jalan PMI
39
4. Selanjutnya pengecoran pondasi tiang; untuk pengerjaan pengecoran disediakan campuran bahan batu split, pasir dan semen dengan perbandingan 5:1. Semen merupakan salah satu dari campuran yang dibutuhkan dengan perbandingan bahan semen lebih sedikit daripada batu split dan pasir. Setelah ketiga bahan tersebut dicampurkan, lalu siap untuk dimasukkan ke lubang pondasi tiang pagar. Hasil pengerjaan pengecoran tersebut ditunggu hingga beberapa hari. 5. Pemasangan behel dengan pengelasan; jenis behel yang digunakan adalah besi ulir dengan panjang 6 m. 6. Pengecatan; merupakan tahap terakhir pada konstruksi pagar taman dan tiang pagar dicat dengan dua warna yaitu hijau dan orange.
40
VI. PEMELIHARAAN 6.1.
Organisasi dan Zonasi Ruang Kerja Berdasarkan Keputusan Walikota Bekasi No. 21 tahun 2004 tentang tugas
pokok dan fungsi, bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi mempunyai tugas pokok membantu kepala dinas melaksanakan kewenangan dinas di bidang Pertamanan dan Pemakaman yang meliputi pembangunan dan pemeliharaan taman dan makam serta reklame dan dekorasi kota. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut bidang Pertamanan dan Pemakaman mempunyai fungsi: -
Penyusunan rencana kerja bidang secara berjangka sesuai visi dan misi dinas
-
Perumusan penjabaran kebijakan teknis dinas di bidang pertamanan dan pemakaman
-
Pengkoordinasian dan pembnaan kegiatan pelaksanaan tugas seksi di bawahnya
-
Pemberian petunjuk administratif dan operasional pelaksanaan tugas kepada seksi di bawahnya
-
Penyusunan jadwal kegiatan operasional sesuai kebutuhan
-
Pemberian pelayanan kepada masyarakat dan pihak ketiga lainnya di bidang Pertamanan dan Pemakaman
-
Pelaksanaan penataan dekorasi kota
-
Pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaan taman dan makam
-
Penginventarisasi taman, taman pemakaman umum, taman makam pahlawan dan reklame
-
Pelayanan perizinan reklame
-
Pengelolaan taman pemakaman umum
-
Pelaksanaan hubungan kerjasama kegiatan dinas dengan perangkat daerah, masyarakat dan pihak ketiga lainnya
-
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dalam lingkup tugasnya
-
Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya sesuai perintah kepala dinas
-
Penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan kegiatan dinas
41
-
Penyiapan bahan penyusunan LAKIP Dinas sesuai bidang tugasnya.
Pembagian kerja pada bidang Pertamanan Kota Bekasi dilakukan berdasarkan pembagian lokasi taman-taman yang dikelola. Setiap taman dipelihara oleh satu orang koordinator yang berperan sebagai pengawas taman, dan beberapa petugas operasional taman, seperti dapat dilihat pada bagan struktur organisasi sebagai berikut:
KEPALA BIDANG PERTAMANAN DAN PEMAKAMAN
PELAKSANA ADMINISTRASI KABID.PERTAMANAN&PEMAKAMAN
KEPALA SEKSI PEMBANGUNAN & PEMELIHARAAN TAMAN & MAKAM
PELAKSANA OPERASIONAL LAPANGAN 45 orang
KOORDINATOR 13 orang
PELAKSANA ADMINISTRASI 6 orang
PETUGAS PENYIRAMAN 6 orang
PETUGAS PEMANGKASAAN 13 orang
PETUGAS PEMOTONG RUMPUT 11 orang
PETUGAS PENGANGKUT SAMPAH 2orang
Gambar 6. Struktur Pembagian Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja (Sumber: Laporan Praktek Kerja Profesi, 2005 yang telah disesuaikan dengan tahun 2008)
42
Selama mahasiswa mengikuti kegiatan pertamanan, sistem kerja dilaksanakan mulai dari hari senin sampai jumat yang dimulai pada pukul 08.00 WIB hingga 12.00 WIB. Lokasi kerja terbagi dengan beberapa taman yang dikerjakan oleh 13 tim kerja sesuai dengan jadwal kegiatan wilayah kerja petugas yang telah ditentukan. Tim kerja tersebut terdiri dari 13 orang koordinator lapang dan 25 petugas. Untuk satu taman dikerjakan 1 orang koordinator lapang bersama 3 atau lebih petugas taman. Zonasi ruang kerja pemeliharaan taman Kota Bekasi mengikuti zona pembagian kerja yang telah disusun. Uraian jadwal pembagian wilayah dan petugas dapat dilihat pada Lampiran 5.
6.2. Pemeliharaan Fisik Jenis pekerjaan pemeliharaan yang telah dilakukan secara rutin meliputi pembersihan
area
taman,
penyiraman
tanaman
pemangkasan
rumput,
pemangkasan semak, penutup tanah dan pohon, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, pengendalian gulma, penyulaman tanaman, dan pembersihan perkerasan. Berdasarkan pengamatan, kegiatan pemeliharaan yang dilakukan bidang Pertamanan sebagai berikut: Pembersihan area Pembersihan area taman dilakukan agar kebersihan dan keasrian taman dapat terjaga. Kegiatan ini dilakukan setiap hari kecuali hari sabtu dan minggu. Kegiatan pembersihan area taman meliputi penyapuan taman dan pembuangan sampah. Penyapuan taman dilakukan setelah kegiatan pemotongan dan pemangkasan pada suatu area taman. Alat yang digunakan adalah sapu lidi dan pengki. Kegiatan penyapuan taman ini dilakukan oleh tenaga kerja (pesapon) yang ditugaskan dari bagian persampahan untuk mengangkut sampah yang kemudian diangkut ke dump truck. Tenaga kerja (pesapon) yang ditugaskan membersihkan area taman berjumlah 1-2 orang tiap taman tergantung luasan area taman. Adapun mekanisme pengangkutan sampah Kota Bekasi dapat dilihat pada gambar berikut:
43
TPA SUMUR BATU
Gambar 7. Mekanisme Pengangkutan Sampah Kota Bekasi Mekanisme pengangkutan sampah Kota Bekasi dapat diuraikan sebagai berikut: Sampah pemukiman yang diambil dari tong sampah rumah tangga yang diangkut dengan gerobak untuk dikumpulkan di transfer depo. Selanjutnya sampah dibawa dump truck ke TPA Sumur Batu. Berkisar 65% sampah dari industri diambil dengan container yang kemudian dibawa arm roll ke TPA Sumur Batu. Sampah perkantoran sekitar 65% diambil dari tong sampah diangkut oleh gerobak ke tempat pembuangan sementara (TPS) yang selanjutnya diangkut dump truck ke TPA Sumur Batu. Untuk sampah jalan dan taman sekitar 40% yang dibersihkan oleh tenaga kerja (pesapon) menggunakan pengki yang selanjutnya diangkut ke TPA Sumur Batu dengan dump truck. Sekitar 65% sampah pasar diangkut ke TPS atau container yang selanjutnya dibawa ke TPA Sumur Batu dengan dump truck atau arm roll. Penyiraman tanaman Penyiraman
diperlukan
untuk
memenuhi
kebutuhan
pertumbuhan
tanaman. Penyiraman dilakukan setiap hari termasuk hari libur kecuali hari minggu. Kegiatan ini mulai dari pukul 06.30 karena biasanya harus mengisi tangki air. Ada 3 tim yang mengerjakan kegiatan penyiraman dan masing-masing mempunyai mobil tangki air sebagai mobil operasional dan mempunyai lokasi kerja yang menjadi tanggungjawab tiap tim. Ketiga tim penyiram menggunakan
44
Gambar 8. Pengisian Air dengan mobil tangki air berkapasitas 5000 liter mobil tangki air yang berkapasitas 4000 - 5000 liter. Kegiatan penyiraman dengan menggunakan mobil tangki air dikarenakan taman-taman yang dikelola oleh bidang Pertamanan Kota Bekasi letaknya menyebar. Mobil tangki ini dilengkapi dengan selang berukuran 30 m untuk menyiram tanaman yang sulit dijangkau. Air yang digunakan untuk penyiraman taman bersumber dari sungai Kalimalang. Pemangkasan Pemangkasan merupakan kegiatan pemeliharaan yang juga perlu dilakukan. Pemangkasan (pruning) dilakukan untuk mengontrol pertumbuhan tanaman sesuai yang diinginkan, menjaga keamanan bagi pengguna jalan, serta menjaga kesehatan tanaman dan dapat memberikan penampilan tanaman secara estetis. Pemangkasan dilakukan terhadap penutup tanah, semak, perdu dan pohon. Pemangkasan rumput dilakukan guna menjaga agar rumput tetap tampil rapi dan tidak berbunga. Jenis rumput yang dijumpai pada beberapa taman yang ada adalah rumput gajah (Axonopus compressus). Kegiatan pemangkasan rumput dilakukan dengan menggunakan mesin pangkas gendong yang berkapasitas 1.5 liter bensin dilakukan secara rutin setiap hari di wilayah taman yang berbeda. Pemilihan lokasi pemangkasan disesuaikan dengan prioritas taman sesuai dengan ketinggian rumput yang dapat dilihat di lapangan. Kegiatan ini dilakukan di tiap taman dengan minimal 3-4 petugas taman yang telah menjadi tanggung jawab para petugas taman untuk memelihara taman. Pemangkasan semak juga termasuk pemeliharaan rutin untuk satu lokasi dilakukan 1-2 minggu sekali karena letak taman yang menyebar. Metode
45
pemangkasan yang dilakukan pada dasarnya agar terlihat rapi sehingga dibuat suatu pangkasan yang berbentuk. Tanaman yang sering dipangkas adalah tanaman Acalypha macrophylla (teh-tehan). Alat yang digunakan untuk memangkas semak yaitu gunting pangkas bertipe trimmer. Pemangkasan pohon dilakukan tiap setahun sekali pada lokasi jalur hijau jalan. Pemangkasan pohon dilakukan oleh pihak ke tiga kontraktor. Faktor yang menyebabkan pohon harus dipangkas karena pohon-pohon yang ada di sepanjang jalan telah mengganggu kenyamanan pengguna jalan. Pelaksanaan pemangkasan pohon tahun 2008 ini telah dilakukan di jalur hijau jalan Ir.H.Juanda, Jl. Rawa Tembaga, Jl. Chairil Anwar dan Jl. Kartini. Alat yang digunakan adalah chainsaw (gergaji mesin) dan golok. Penggemburan dan pengendalian gulma Penggemburan bertujuan untuk memperbaiki kondisi fisik tanah, seperti pada pengamatan salahsatu taman yang dikelola bidang pertamanan Kota Bekasi yaitu taman Cut Meutia (Gambar 9). Kegiatan penggemburan tanah pada Taman Cut Meutia dilakukan 1 petugas dengan membuat parit yang mengelilingi jenis tanaman semak atau penutup tanah. Kegiatan ini rutin dilakukan ketika terlihat kondisi sekeliling tanaman terutama pada semak sudah banyak ditumbuhi gulma atau rumput liar. Setelah kegiatan penggemburan tanah dilakukan, lalu diberi pupuk NPK Mutiara dengan cara ditabur. Alat yang digunakan untuk menggemburkan tanah adalah kored, cangkul, dan linggis.
Gambar 9. Salah satu kegiatan awal penggemburan dengan linggis
46
Pengendalian hama dan penyakit Kegiatan pengendalian hama dan penyakit diperlukan tidak hanya untuk memberantas hama dan penyakit secara langsung tetapi juga sebagai upaya pencegahan dari serangan hama dan penyakit. Kondisi tanaman yang terlihat tidak banyak yang rusak karena hama dan penyakit, seperti dalam pengamatan di lapang ada diantaranya pada tanaman Agave sp. di Taman Pulau Jalan PMI terserang hama keong seperti pada Gambar 10. Cara membasmi hama keong adalah dengan manual.
Gambar 10. Hama Keong pada tanaman Agave sp. di taman pulau jalan PMI Pemupukan Pemupukan juga berperan penting dalam upaya pemeliharaan taman guna memenuhi/menyeimbangkan
kebutuhan
pertumbuhan
tanaman
terhadap
kesuburan tanah. Aktivitas pemupukan yang dilakukan petugas Taman menggunakan pupuk NPK Mutiara 15-15-15 dengan berat 25 kg untuk luas taman 5.710 m². Pupuk NPK tersebut diberikan langsung ke tanah yang bersamaan dengan kegiatan penggemburan tanah. Pupuk disebar langsung ke tanah yang dibuat parit pada sekitar semak, penutup tanah dan pohon. Cara lain pemupukan yang pernah dilakukan adalah dengan mencampurkan pupuk urea yang diberikan sebanyak 25 kg ke dalam mobil tangki air yang berkapasitas 4000 atau 5000 liter. Kegiatan pemupukan pada taman Cut Meutia dilakukan oleh 1 orang petugas taman.
47
Penyulaman tanaman Penyulaman tanaman diperlukan untuk mengganti tanaman yang telah mati, cacat atau telah habis masa pertumbuhannya. Kegiatan penyulaman dilakukan pada taman pulau jalan PMI yaitu penyulaman tanaman Jatropha sp. Kegiatan penyulaman dilakukan setahun sekali jika diperlukan. Pembersihan paving Kegiatan pembersihan paving seperti di Taman Cut Meutia sering dilakukan karena jenis perkerasan tersebut ditumbuhi rumput. Rumput yang ada di perkerasan tersebut selalu tumbuh meski telah diatasi dengan pembersihan secara manual dengan kored. Biasanya dilakukan satu orang dari petugas kebersihan namun sering dibantu oleh petugas dari pengangkut sampah lainnya, seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Gambar 11. Kegiatan Pembersihan paving Taman Cut Meutia dari gulma 6.3. RTH yang Dikelola Bidang Pertamanan Kota Bekasi Berdasarkan perencanaan
tahun 2005, RTH yang dikelola bidang
Pertamanan Kota Bekasi terdiri dari 26 titik lokasi yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Bentuk taman-taman yang dikelola bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi sebagian besar berupa alun-alun, taman sudut, jalur hijau jalan, dan pulau jalan (traffic island). Gambar beberapa taman tersebut disajikan pada Gambar 12.
48
(a) Median Jl. Chairil Anwar
(b) Taman Bulan-bulan
(d) Taman Cut Meutia
(e) Median Jalan PMI
(f) Alun-alun
(c) Taman Segitiga DPRD
49
(g) Jembatan Jl. Veteran
(h) Taman depan PMI
(i) Jl. Sersan Aswan
(j) Taman segitiga Jl. A. Yani
Gambar 12. Beberapa Lokasi Kegiatan Pemeliharaan Taman 6.4. Kapasitas dan Efektivitas kerja Perbandingan kapasitas kerja antara bidang Pertamanan Kota Bekasi dengan pustaka dapat dilihat pada Tabel 9. Beberapa kegiatan pemeliharaan taman Kota Bekasi memiliki nilai efektivitas yang lebih rendah yaitu pembersihan area, penyiraman, pemangkasan rumput dengan mesin gendong, pengendalian HPT, pemupukan, penggemburan, dan penyulaman. Nilai efektivitas yang lebih tinggi hanya pada kegiatan pemangkasan semak dan penutup tanah. Nilai efektivitas yang lebih rendah dapat disebabkan karena sistem pemeliharaan yang digunakan membuat pekerjaan menjadi monoton untuk tiap petugas. Akibatnya, selama jam kerja sebagian dari mereka kurang memanfaatkan waktu dengan baik.
50
Hal ini juga dapat disebabkan karena kurangnya dukungan dari pengawas lapangan, sehingga motivasi pekerja cenderung menurun. Adapun kapasitas kerja petugas Pertamanan Kota Bekasi berdasarkan hasil pengamatan di lapang dan wawancara sebagai berikut: Tabel 8. Kapasitas dan Efektivitas Kerja Kapasitas Kerja (m2 per jam per orang) No
Jenis Pekerjaan Pemeliharaan DKPP(a)
Pembersihan area (penyapuan) 100 Penyiraman tanaman dengan mobil tangki air 500 3 Pemangkasan rumput dengan mesin gendong 129.6 4 Pemangkasan semak dan penutup tanah dengan gunting pangkas 24.8 5 Pengendalian HPT pada semak dan penutup tanah dengan tebar furadan 500 6 Pemupukan semak dan penutup tanah 200 7 Pemupukan pohon 7 pohon 8 Penggemburan dan penyiangan semak dan penutup tanah dengan kored atau linggis 18.9 9 Penyulaman tanaman semak 3 10 Pembersihan perkerasan paving dari rumput dengan manual 12.6 Sumber : (a) Pengamatan dan wawancara (DKPP) (b) Adriana (1992) 1 2
PUSTAKA(b)
Efektivitas Kerja (%)
400
25%
700
71.4%
250
51.8%
10
248%
500
100%
200 7 pohon
100% 100%
40 3
47.3% 100%
-
-
6.5. Alat dan Bahan Pemeliharaan Jumlah alat-alat kerja yang dipergunakan untuk kegiatan pemeliharaan bidang Pertamanan Kota Bekasi sebanyak 61 alat. Fungsi alat-alat kerja tersebut untuk mendukung berlangsungnya kegiatan pemeliharaan pada seluruh taman yang dikelola Pertamanan Kota Bekasi seluas 68.957 m². Setiap alat kerja yang ada dipegang oleh para petugas taman yang sudah menjadi tugasnya sehingga kondisi ketahanan alat menjadi tanggungjawab tiap petugas. Alat yang dibagikan
51
pada para petugas adalah alat yang sering digunakan setiap hari sedangkan untuk alat yang tidak dipergunakan sehari-hari seperti gergaji, cangkul, knapsack sprayer, arit diberikan saat alat tersebut dibutuhkan. Tabel 9. Alat-alat kerja Kegiatan Pemeliharaan bidang Pertamanan Kota Bekasi No Alat 1 Mesin potong rumput gendong 2 Mesin potong pohon 3 Gunting rumput 4 Gunting pangkas 5 Gergaji 6 Cangkul 7 Kored 8 Parang 9 Arit 10 Kape 11 Knapsack sprayer 12 Sapu lidi 13 Pengki 14 Mobil bak
15 Mobil tangki Jumlah
Fungsi Memangkas rumput
Jumlah 10
Memotong pohon besar Menggunting rumput Pemangkasan semak Memotong pohon besar Menggemburkan tanah Menggemburkan tanah Memangkas tanaman penganggu, semak maupun perdu secara manual Memangkas tanaman penganggu, semak maupun perdu secara manual Pembersihan areal taman Menyemprotkan pestisida ke tanaman Membersihkan dan penyapuan areal sekitar taman Mengangkut sampah hasil penyapuan pada areal Kendaraan operasional petugas dinas untuk melakukan pengawasan, survei lapangan sekaligus mengantar setiap petugas taman lokasi kerja masing-masing Kendaraan untuk penyiraman tanaman
2 7 5 2 5 4 1 5 2 4 5 5 1
3 61
6.6. Biaya Pemeliharaan Anggaran biaya pemeliharaan dibuat untuk jangka waktu satu tahun tersusun dalam rencana kegiatan anggaran (RKA). Besarnya anggaran yang disediakan untuk pemeliharaan taman sangat terbatas. Semua biaya yang tersedia digunakan untuk membayar gaji tenaga kerja pemeliharaan, biaya operasional, biaya untuk peralatan, biaya untuk pembelian bahan-bahan seperti pupuk, pestisida, dan bahan bakar. Anggaran tiap bulan yang dikeluarkan biasanya ada untuk keperluan biaya operasional seperti bahan bakar mesin pemotong rumput.
52
Anggaran biaya pemeliharaan saat ini diprioritaskan untuk tiga taman antaralain median Jl. Chairil Anwar, taman pulau jalan PMI, dan taman Cut Meutia. Median Jl. Chairil Anwar dan taman pulau jalan PMI dibutuhkan untuk pembuatan pagar taman, sedangkan taman Cut Meutia perlu penulaman tanaman, pemasangan lampu taman dan pemupukan. Ketiga taman tersebut memerlukan biaya sebanyak sembilan puluh lima juta rupiah. Uraian biaya untuk tiga taman tersebut dapat dilihat pada Lampiran 6. 6.7. Jadwal Pemeliharaan Dilihat dari kegiatan pemeliharaan program kerja tahunan meliputi rencana pemeliharaan rutin dan pemeliharaan insidental. Kegiatan pemeliharaan rutin yang dilakukan seperti penyiraman, pemangkasan rumput dan semak, serta penggemburan. Untuk kegiatan pemeliharaan yang bersifat insidental seperti pemangkasan pohon di tepi jalan dan pengendalian hama penyakit tanaman. Jadwal pemeliharaan harian, mingguan, bulanan, tahunan atau kegiatan yang digolongkan sebagai kegiatan insidental pada taman-taman Kota Bekasi antaralain terlihat pada tabel berikut: Tabel 10. Frekuensi Kegiatan Pemeliharaan Taman Frekuensi No
Kegiatan Pemeliharaan
1 Penyapuan 2 Pembuangan sampah 3 Penyiraman 4 Pemangkasan rumput 5 Pemangkasan semak 6 Pemangkasan pohon 7 Pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan furadan
Harian
10 Penyulaman tanaman
Bulanan
Tahunan
Insidental
v v v v v v v
8 Pemupukan dan penggemburan 9 Penyiangan dan pengendalian gulma
Mingguan
v v v
53 Tabel 11. Frekuensi Kegiatan Pemeliharaan Taman
No
Frekuensi
Kegiatan Pemeliharaan Harian
11 Pembersihan perkerasan
Mingguan
Bulanan
Tahunan
Insidental
v
12 Evaluasi pekerjaan pemeliharaan
v
Sumber: Wawancara dan pengamatan, 2008
54
VII. PEMBAHASAN 7.1. Pelaksanaan Konstruksi Taman 7.1.1.
Pelaksanaan Administrasi Metoda pemilihan langsung dilakukan dalam pelaksanaan konstruksi pagar
taman, karena dengan menggunakan metode pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan. Metode pemilihan langsung dilakukan dengan membandingkan minimal 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi dan negosiasi baik teknis maupun biaya. 7.1.2.
Pelaksanaan Konstruksi Elemen keras dalam taman dapat berwujud aneka jenis bangunan taman,
mulai dari penutup permukaan tanah hingga berbagai jenis konstruksi bangunan sebagai penunjang/fasilitas kegiatan pada tapak. Untuk dapat melakukan pemeliharaan terhadap bangunan taman dengan tepat, terlebih dahulu harus mengenal berbagai jenis material/bahan bangunan yang digunakan beserta sifat atau karakternya. Pagar yang digunakan adalah tiang pagar dari pipa besi silinder yang berukuran 2 inci dengan ketinggian 120 cm, seperti pada uraian tahapan pembuatan konstruksi pagar. Pembuatan pagar taman tersebut diperlukan untuk menambah keindahan dari taman. Keindahan pagar yang dimunculkan selain dari bentuk juga dapat dari pemilihan warna yang digunakan. Pagar taman sebagai elemen taman memiliki fungsi sebagai pembatas, penyekat ruang, dan terutama sebagai pengaman taman dari gangguan luar yang tidak diinginkan (Arifin dan Arifin, 2005). Pada prinsipnya pagar yang digunakan dalam taman hendaknya memenuhi beberapa ketentuan seperti berikut: 1. Pagar memiliki fungsi yang sesuai dengan tujuan desain taman, yaitu sebagai pengamanan, pelengkap keindahan taman, atau keduanya. Adapun fungsi tersebut dapat menentukan bentuk, tinggi, dan kekuatan pagar yang digunakan. Bila keindahan pagar yang ditonjolkan, selain dari bentuk, juga dapat ditunjang oleh warna dan ukuran yang digunakan
55
2. Pembuatan pagar dan pemilihan jenis bahan disesuaikan dengan dana yang tersedia, 3. Kekuatan dan ketahanan pagar terhadap iklim sekitar perlu diperhatikan. Misalnya, untuk daerah yang bercurah hujan tinggi dan kelembapan udara tinggi sebaiknya tidak menggunakan material pagar dari kayu atau bambu karena akan cepat keropos, lapuk, dan terserang rayap. Dalam pelaksanaan pagar taman menggunakan jenis pipa besi silinder sehingga tahan terhadap curah hujan yang tinggi. 4. Biaya pemeliharaan perlu dipertimbangkan karena setiap material memerlukan tingkat dan biaya pemeliharaan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, bila menggunakan pagar tanaman harus diperhitungkan frekuensi pemeliharaan, penggunaan alat, dan tenaga pemangkasan yang akan dilakukan secara reguler. Karena menggunakan jenis pipa besi silinder, maka pemeliharaan pagar hanya perlu pengecatan ulang atau pengelasan ulang pada bagian yang patah. 5. Unsur/segi estetika perlu dipertimbangkan. Bentuk, warna, ukuran,dan tinggi pagar akan menentukan kesesuaian antara komposisi pagar, taman, dan bangunan yang ada di dalamnya. Jadi, jenis pagar yang dipilih sudah tepat dari bentuknya yang mudah dalam pemeliharaan. Namun tinggi pagar tidak sesuai dengan komposisi taman atau jalur hijau jalan yang ada didalamnya. Tinggi pagar lebih tinggi dari komposisi dari tanaman. Ukuran pagar sebaiknya direndahkan agar komposisi taman yang ada di dalamnya masih dapat terlihat estetis.
7.2. Pemeliharaan 7.2.1.
Organisasi dan Zonasi Ruang Kerja Struktur organisasi bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi
dalam kinerja di lapangan cukup fleksibel/ terkesan tidak kaku. Bagian kegiatan pemeliharaan dipegang oleh Kepala Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Taman dan Makam yang bertugas memberikan arahan kerja pada pelaksana operasional lapangan yang berjumlah 45 orang. Pelaksana operasional lapangan
56
bertugas melakukan kegiatan pemeliharaan rutin. Kepala Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Taman dan Makam ini juga memberikan arahan kerja administrasi yang dikerjakan oleh 6 orang. Seperti pada Lampiran 5 mengenai jadwal kegiatan wilayah kerja petugas pemeliharaan yang telah dibuat, pelaksana operasional lapangan yang terdiri dari koordinator dan petugas terlihat ada yang merangkap kedua peran tersebut. Namun, saat di lapangan terkesan kinerjanya cukup baik, dan telah menjadi tim kerja yang solid. Dijelaskan pula sebagai suatu bagian, pemeliharaan taman biasanya terdiri dari beberapa seksi yang bekerja secara spesifik dan bertujuan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas kerja (Arifin dan Arifin, 2005). Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja, maka diperlukan pembagian kerja yang spesifik seperti pada usulan struktur organisasi berikut. Bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi
Seksi Perencanaan, Desain dan Konstruksi Taman dan Makam
Seksi
Seksi
Pemeliharaan Taman
Pembibitan
Gambar 13. Usulan Struktur Organisasi bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi Spesialisasi kerja pada bidang Pertamanan Kota Bekasi diperlukan untuk menggambarkan sejauh mana tugas-tugas di organisasi itu dibagi-bagi menjadi sejumlah pekerjaan tersendiri. Seksi perencanaan, desain dan konstruksi taman dan makam pada Gambar 13 berperan dalam memberi arahan teknis pembangunan taman dan makam yang melibatkan pihak kontraktor. Seksi pemeliharaan taman berperan dalam kegiatan operasional pemeliharaan. Seksi pembibitan
berperan
dalam
kegiatan
perbanyakan
tanaman
menyediakan tanaman untuk pelaksanaan dan pemeliharaan.
hias
yang
57
7.2.2.
Pengelolaan Tenaga Kerja Pembagian kerja dan tenaga kerja taman Kota Bekasi cukup baik dengan
dibuatnya pembagian wilayah kerja. Bentuk taman Kota Bekasi umumnya sebagai jalur hijau jalan dan pulau jalan yang lebih diarahkan untuk menjaga estetika/keindahan fisik taman kota. Peningkatan kinerja petugas taman perlu dilakukan, seperti tiap tiga bulan dilakukan rolling pekerjaan yang didasarkan pada hasil evaluasi pekerjaan di lapang. Rolling pekerjaan dimaksudkan agar pekerja terampil dalam mengerjakan semua jenis pekerjaan serta menghindari kejenuhan terhadap jenis pekerjaan yang sama. Pekerja yang kinerjanya baik dipertahankan pada lokasi dan jenis pekerjaan yang sama atau dipindahkan ke lokasi yang membutuhkan keterampilan lebih dan sering dilewati oleh user. Demikian sebaliknya dengan pekerja yang belum terampil. Pekerja yang kurang rajin dipindahkan ke lokasi yang sering dilewati user agar termotivasi untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Untuk lebih meningkatkan sense of belonging (rasa memiliki) terhadap taman, maka taman atau jalur hijau jalan perlu ada yang direncanakan dan dirancang ulang. Pada Gambar 15, pekerjaan merencanakan, merancang dan konstruksi menggunakan jasa kontraktor dengan melibatkan petugas pemelihara taman dalam kegiatan konstruksi.
7.2.3. Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal pada taman dilakukan sebagai upaya menjaga taman baik fungsi/tujuan dibuatnya. Penerapan pemeliharaan ideal pada taman biasanya dengan penggunaan papan larangan untuk pengguna taman. Seperti pada beberapa lokasi taman yang dikelola bidang Pertamanan Kota Bekasi pada gambar berikut.
58
(a)
(b)
Gambar 14. Contoh Pemeliharaan Ideal yang ada pada taman Kota Bekasi Keterangan : (a) Taman Cut Meutia
(b) Taman pulau Jl. PMI
7.2.4. Pemeliharaan Fisik Pemeliharaan fisik yang ditujukan untuk menjaga kondisi taman agar taman tetap tampil indah, nyaman dan aman. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi softscape dan hardscape. Pemeliharaan fisik pada bidang Pertamanan Kota Bekasi cenderung lebih mengerjakan pemeliharaan softscape. Karena pemeliharaan elemen hardscape yang ada hanya sedikit seperti pengecatan bak tanaman dan pembersihan paving. Pembersihan area taman Permasalahan yang terlihat adalah saat area taman atau jalur hijau jalan telah dibersihkan, dibiarkan beberapa hari menjadi timbunan di sudut taman ataupun pinggir jalan. Hal ini menyebabkan timbunan sampah hasil penyapuan menjadi berserakan akibat hembusan angin. Kurangnya koordinasi yang jelas dari koordinator taman dengan petugas pengangkut sampah, sehingga perlu komunikasi dan kerjasama yang baik antara pengawas taman dengan petugas pengangkut sampah. Karena petugas pengangkut sampah bukan dari bidang Pertamanan tapi bagian persampahan, jadi perlu diketahui titik area taman yang akan dilakukan pembersihan sehingga dapat diprediksikan waktu sampah yang harus diangkut.
59
Penyiraman tanaman Kegiatan penyiraman yang dilakukan sudah berjalan baik dari segi waktu penyiraman, ketersediaan peralatan dan ketersediaan air. Pada musim penghujan, kegiatan penyiraman tidak dilakukan, karena itu kegiatan difokuskan pada kegiatan operasional lain. Pembagian petugas penyiraman juga cukup baik dengan tiga mobil yang masing-masing mempunyai lokasi dan tenis kerja yang berbeda. Misalnya, ada satu mobil yang bertugas untuk menyiram jalur median jalan dengan media pot tanaman akan berbeda cara kerja penyiraman untuk taman pulau jalan (traffic island) yang tidak ada media pot. Kendala yang dihadapi pada kegiatan penyiraman sama seperti pada laporan praktek kerja profesi (Erynayati, 2005) yaitu mempunyai masalah dengan nozzle (mata penyemprot yang pancaran airnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan). Jika nozzle ini mengalami kerusakan maka semburan air yang keluar dari mobil tangki tidak dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, sehingga semburan air yang keluar dari dalam tangki jatuh terlalu keras pada tanah dan tanaman pada taman menjadi rusak khususnya tanaman yang memiliki batang yang tidak kokoh serta dapat merusak tanaman yang baru ditanam. Akibat lain dari kerusakan pada nozzle, menyebabkan penyiraman jadi tidak merata, penyiraman pada semak dengan kerapatan padat seringkali hanya mengenai permukaan daun saja sedangkan tanah tidak tersiram dengan sempurna. Pemangkasan Pemangkasan tanaman ditujukan untuk mengontrol pertumbuhan tanaman sesuai yang diinginkan, menjaga keamanan serta menjaga kesehatan tanaman. Permasalahan yang seringkali dijumpai dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah saat jalan yang ramai lalu lintas kendaraan sehingga perlu hati-hati. Pemangkasan rumput dan semak sudah berjalan dengan baik dimana dilakukan setiap hari untuk pemangkasan rumput sedangkan semak dilakukan dalam frekuensi mingguan. Untuk kegiatan pemangkasan pohon merupakan kegiatan insidental namun dilakukan dengan frekuensi waktu tahunan. Elliot dan Widodo (1996) dalam Suryani (2007) menyatakan sebaiknya pemangkasan tidak dilakukan secara berat agar tidak dihasilkan luka pangkas
60
yang besar karena membutuhkan proses penyembuhan yang lama, terutama pada tanaman tua atau sakit. Prinsip pemangkasan perlu diketahui oleh pekerja agar dapat dipraktekkan di lapang. Penggemburan dan pengendalian gulma Kegiatan penggemburan yang dilakukan selama magang, pada tamantaman yang ada sudah cukup baik, meskipun tenaga kerja yang melakukan pekerjaan ini terbatas. Bahkan dari pengamatan di lapang, ada tenaga kerja yang biasanya memangkas semak juga turut berperan melakukan penggemburan namun cara yang dilakukan sudah baik. Pekerjaan ini biasanya dikerjakan bersamaan waktunya dengan penyiangan. Tanah yang gembur sangat diperlukan agar pertumbuhan tanaman optimum (Sulistyantara, 2005). Penggemburan tanah akan memberikan sirkulasi udara yang baik di daerah perakaran (Arifin dan Arifin, 2005). Pengendalian Hama dan Penyakit Respon petugas pemelihara cukup baik dan cepat dalam menangani kemunculan HPT. Namun hal tersebut kurang optimal karena tidak diimbangi dengan tersedianya pestisida sehingga kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman belum dapat dikatakan sempurna. Meskipun tidak dapat dilakukan dengan baik, hama dan penyakit yang ada umumnya terdapat pada tanaman semak yang dapat diatasi dengan memangkas semak yang terkena serangan hama dan penyakit tanaman tersebut. Pemupukan Kegiatan pemupukan yang dilakukan pada Taman Cut Meutia, diberikan pupuk majemuk NPK 15-15-15. Hal ini lebih baik, karena sebagian besar tanaman memerlukan ketiga unsur hara N, P dan K. Kegiatan pemupukan sangat diperlukan untuk keberlangsungan pertumbuhan berbagai jenis tanaman. Suatu pupuk adalah bahan yang memberikan zat hara pada tanaman. Pupuk biasanya diberikan pada tanah, tetapi dapat pula diberikan lewat daun atau batang sebagai larutan (Harjadi,1978). Dalam kegiatan pemupukan bidang Pertamanan Kota Bekasi ini, pemupukan diberikan pada tanah yang telah digemburkan.
61
Menurut Lingga (1986), setiap tanaman memerlukan paling tidak 16 unsur hara untuk pertumbuhannya yang normal. Dari 16 unsur ini, 3 unsur (karbon, hidrogen, oksigen) diperoleh dari udara, 13 unsur lagi disediakan oleh tanah. Dari 13 unsur hara, hanya 6 unsur yang diambil tanaman dalam porsi cukup banyak. Karena dibutuhkan dalam jumlah banyak, maka disebut unsur makro (yaitu N,P,K,S,Ca,Mg). Unsur N, P, K yang dibutuhkan dalam jumlah banyak dan mutlak ada maka pupuk yang sering ada diutamakan mengandung ke tiga unsur tersebut. Dan muncullah pupuk yang mengandung N (seperti urea), P (seperti TSP), dan K (seperti KCl). Di bidang Pertamanan Kota Bekasi pupuk yang diberikan pupuk majemuk NPK mutiara 15-15-15 seperti yang dilakukan pada Taman Cut Meutia. Berdasarkan keterangan yang diperoleh, kegiatan pemupukan diberikan pada saat tanam untuk pohon, tanaman semak, dan rumput. Pada masa pemeliharaan, pemberian pupuk dilakukan dengan cara menabur di atas permukaan tanah. Pemakaian
pupuk
organik
sebaiknya
diterapkan
dengan
memperoleh
humus/kompos yang berasal dari sisa-sisa tanaman. Untuk memperoleh humus/kompos ini salah satunya dapat dibuat dengan sanitary landfill pada salah satu sudut taman sehingga dapat membantu aktivitas pembersihan area taman. Penyulaman tanaman Kegiatan penyulaman tanaman yang dilakukan pada salah satu taman ini sudah cukup baik meskipun tenaga kerja yang melakukan pekerjaan ini terbatas. Kegiatan ini dilakukan tanpa memperhatikan musim, karena kerusakan tanaman hias dapat terjadi kapan saja sehingga kegiatan ini tetap dilakukan. Penyulaman dilakukan dengan tetap memperhatikan desain yang telah dibuat. Cara ini memungkinkan kita mengganti tanaman dengan jenis yang lain dari yang ditanam sebelumnya (Sulistyantara, 1992). Pembersihan paving Kendala yang terjadi adalah belum adanya tindakan efektif dan efisien baik untuk pengendalian maupun pemberantasan rumput pada paving yang mengganggu fungsi dan keindahan penglihatan serta tujuan semula dari perancang dan perencana taman. Pemeliharaan paving ini sebaiknya lebih ditekankan pada
62
pemeliharaan rutin. Cara mengatasi gulma pada paving selain menggunakan kored yaitu dengan penyemprotan herbisida.
7.2.4 Kapasitas Kerja dan Efektifitas Kerja Selain dengan mengetahui kapasitas kerja, kegiatan pemeliharaan dapat dinilai dari jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pemeliharaan taman atau jalur hijau Kota Bekasi. Dari hasil Tabel 12 menunjukkan bahwa jumlah petugas Taman Cut Meutia saat ini yang dikerjakan oleh 2 orang masih kurang. Kenyataan di lapang, para petugas bekerja dengan tidak ada target waktu, sehingga untuk kegiatan seperti penggemburan dapat terselesaikan beberapa hari untuk Taman Cut Meutia yang saat ini dikerjakan 2 orang. Jika dihitung dengan pendekatan jumlah HOK (Hari Orang Kerja) seperti tertera pada Tabel 12, maka kebutuhan petugas taman dalam pekerjaan pemeliharaan Taman Cut Meutia adalah 6 orang dengan catatan dalam satu tahun. Kendala yang terlihat adalah jumlah tenaga kerja pada satu taman yang tidak mencukupi seperti pada Taman Cut Mutia. Bidang Pertamanan Kota Bekasi termasuk menggunakan sistem pemeliharaan unit. Karena terlihat keseharian aktivitas petugas taman dengan pekerjaan dan lokasi taman yang telah menjadi tanggungjawab masing-masing petugas dalam sebuah tim kerja. Menurut Sternloff dan Warren (1984), sistem pemeliharaan unit, yaitu semua unit melakukan semua jenis pekerjaan pemeliharaan sendiri. Keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan sistem ini adalah: -
Karyawan lebih mengenal fasilitas yang ada
-
Relatif lebih mudah dalam menentukan penugasan
-
Memudahkan direktur unit mengontrol pemeliharaan dan program karyawan sehingga lebih mudah terkoordinasi
-
Karyawan cenderung loyal kepada unit dan bangga pada pekerjaannya
63
Tabel 12. Kebutuhan HOK Pemeliharaan Taman dalam satu tahun (Sistem Unit) di Taman Cut Meutia dan Taman Segitiga Jl. Ahmad Yani
KK No
Jumlah
Waktu yang dibutuhkan
HOK
[3]
[4]
{[2]:[1]}
[3]:4
Frek. Per tahun
HOK setahun
[5]
[6]
[7]
{[4]*[5]}
{6}:245 hari kerja
Kebutuhan Pekerja Pembulatan
Parameter [1]
Taman Cut Meutia Pembersihan area (penyapuan)
1
Penyiraman tanaman Pemangkasan rumput Pemangkasan semak dan penutup tanah Pemupukan semak dan penutup tanah Pemupukan pohon Penggemburan dan penyiangan semak dan penutup tanah Pembersihan perkerasan paving dari rumput dengan manual JUMLAH HOK Taman Segitiga Ahmad Yani Pembersihan area (penyapuan)
2
Penyiraman tanaman Pemangkasan rumput Pemangkasan semak dan penutup tanah Pemupukan semak dan penutup tanah Pemupukan pohon Penggemburan dan penyiangan semak dan penutup tanah JUMLAH HOK
[2]
[8]
100m2
997.1 m²
9.97
2.49
312
776.88
500m2
1068.9m²
2.14
0.54
312
168.48
129.6m2
997.1m²
7.69
1.92
245
470.4
24.8m2
71.8m²
2.90
0.72
24
17.28
200m2
71.8m²
0.36
0.09
24
2.16
7 phn
68 phn
9.71
2.43
24
58.32
18.9m2
71.8m²
3.80
0.95
48
45.6
12.6m2
25m²
1.98
0.50
48
24
1563.12
6.38
100m2
378.8m²
3.79
0.95
312
296.4
500m2
451.8m²
0.90
0.22
312
68.64
129.6m2
378.8m²
2.92
0.73
245
178.85
24.8m2
73.09m²
2.95
0.74
24
17.76
200m2
73.09m²
0.36
0.09
24
2.16
7 phn
0
0
0
24
0
18.9m2
73.09m²
3.87
0.97
48
46.56
610.37
2.49
6
3
Ket: KK : Kapasitas Kerja Pengamatan Pemeliharaan Pertamanan Kota Bekasi HOK : Hari Orang Kerja (3.5 jam)
64
7.2.5. Jadwal Pemeliharaan Hal yang menjadi kendala adalah tidak adanya target dan keterbatasan kemampuan pekerja untuk mematuhi jadwal yang telah dibuat. Program kerja yang diketahui hanya pada jadwal pembagian wilayah kerja dan setiap petugas mempunyai kegiatan pemeliharaan masing-masing. Untuk waktu kapan petugas harus memangkas, menyulam, memupuk, jika ada perintah dari koordinator lapang. Dalam pengamatan di lapang, evaluasi belum rutin dilakukan setiap bulan, sehingga perlu ada evaluasi terhadap jadwal pembagian kerja dan kegiatan pemeliharaan. Taman yang ada tidak dikatakan tingkat pemeliharaan yang tinggi, tapi dari beberapa taman ada yang perlu dipertahankan bentuknya, seperti pada taman pulau jalan (traffic island) PMI yang mempunyai fungsi estetika dan kenyamanan pengguna jalan yang baik. Untuk Taman Cut Meutia, keberadaan taman tersebut di dekat terminal yang banyak dilintasi transportasi dan tingkat polutan yang tinggi, maka taman perlu ditingkatkan pemeliharaan dari pertumbuhan tanaman dan perlu penyulaman dengan tanaman yang mereduksi polusi udara transportasi seperti hanjuang merah. Selain itu, perlunya pemindahan lokasi terminal kota yang saat ini terlihat semerawut. Untuk taman alun-alun yang juga merupakan salah satu bentuk RTH Kota Bekasi yang terluas dari taman atau bentuk RTH lainnya yang dikelola bidang Pertamanan Kota Bekasi. Alun-alun dapat ditingkatkan fungsi keberadaannya sebagai hutan kota. Sebaiknya alun-alun Kota Bekasi perlu dirancang ulang dengan mengetahui beberapa hal antara lain (1) persepsi masyarakat Kota Bekasi mengenai hutan kota, (2) persepsi terhadap alun-alun pada saat ini, dalam kaitannya dengan fungsi alun-alun sebagai RTH, (3) sejarah perkembangan alunalun dan faktor-faktor penyebab perubahan fungsi alun-alun, (4) dan mengevaluasi fungsi alun-alun sebagai RTH.
7.2.6. Alat dan Bahan Pemeliharaan Berdasarkan data inventarisasi dan hasil pengamatan, diketahui bahwa peralatan pemeliharaan bidang Pertamanan Kota Bekasi tergolong sederhana dan
65
kurang dari segi kuantitas maupun keragaman, terutama gunting potong tanaman semak. Selain keterbatasan alat, bahan pemeliharaan juga tidak selalu tersedia di gudang. Hal tersebut mempengaruhi kecepatan penanganan masalah di lapang. Pendataan alat dan bahan pemeliharaan yang dilakukan setiap satu bulan sekali dapat ditindaklanjuti dengan pengajuan pembelian alat dan bahan yang masih kurang atau belum dimiliki demi lancarnya pekerjaan pemeliharaan. Alat pertamanan ada yang bersifat sementara dan cepat rusak, ada pula yang relatif tahan lama. Masa efektif peralatan tersebut sebenarnya tergantung dari aspek perawatan dan penyimpanan sesudah digunakan. Peralatan dapat tahan lama bila dirawat dan disimpan secara benar. Sebaliknya, penyimpanan dan penggunaan yang sembarangan serta tidak pernah dirawat dapat mempercepat rusaknya alat-alat pemeliharaan taman (Arifin dan Arifin, 2005).
66
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1.
Kegiatan magang di bidang Pertamanan pada Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi memberikan pengalaman tentang situasi dan kondisi di lapangan khususnya pada kegiatan pemeliharaan taman yang dikelola bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi.
2.
Pelaksanaan administrasi adalah proses administrasi pengadaan barang dan jasa untuk suatu proyek. Proses pengadaan barang/jasa meliputi tahapan perencanaan kebutuhan, pemilihan penyedia barang/jasa, pelaksanaan kontrak dan penerimaan barang/jasa.
3.
Pelaksanaan konstruksi pagar taman yang dilaksanakan pemborong terdiri atas proses pengukuran lokasi, penggalian dan pembuatan pondasi, pematokan, pengecoran pondasi, pemasangan behel dan pengecatan
4.
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan bidang Pertamanan Kota Bekasi meliputi
pemeliharaan
rutin
dan
pemeliharaan
insidental.
Kegiatan
pemeliharaan rutin yang dilakukan seperti penyiraman, pemangkasan rumput dan semak, serta penggemburan dan pemupukan. Untuk kegiatan pemeliharaan yang bersifat insidental seperti pemangkasan pohon dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. 5.
Kebutuhan tenaga kerja dengan melihat HOK pemeliharaan dalam satu tahun dengan sistem unit untuk Taman Cut Meutia yang memiliki luas 5.710 m² adalah 6 orang (4 petugas taman dan 2 penyiram tanaman). Untuk taman segitiga Jl. Ahmad Yani yang memiliki luas 477 m² adalah 3 orang cukup (1 petugas taman dan 2 penyiram tanaman).
8.2. Saran 1.
Peningkatan keterampilan tenaga kerja dengan tenaga ahli yang kompeten untuk meningkatkan produktivitas kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya pelatihan.
67
2.
Peningkatan jumlah pengawas lapang dan terdapat uraian peran yang jelas sebagai pengawas.
3. Penyusunan rencana tertulis baik program kerja dan evaluasi hasil pekerjaan yang disetujui oleh kepala bidang, kepala dinas khususnya untuk pekerjaan selanjutnya.
68
DAFTAR PUSTAKA Adriana, N. 1992. Pengelolaan Taman Bunga Keong Emas TMII, Jakarta. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. (Tidak dipublikasikan) Arifin, H.S. dan N.H.S. Arifin, 2005. Pemeliharaan Taman edisi revisi. Jakarta: Penebar Swadaya. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi. 2007. Penyusunan Rencana Induk Penataan, Pengelolaan dan Pengendalian Ruang Terbuka Hijau Kota Bekasi. Draft Laporan Akhir. Bekasi. Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, 2006. Kota Bekasi Dalam Angka (Bekasi Municipality in Figure) 2006. Bekasi. Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, 2007. Indeks Pembangunan Manusia Kota Bekasi Tahun 2007. Bekasi. Branch, M.C. 1995. Perencanaan Kota Komprehensif (terjemahan): Pengantar dan Penjelasan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Carpenter, P.L, Walker, dan Lanphear. 1975. Plants in The Landscape. United States of America. W.H. Freeman and Company, San Fransisco. Dahl, B. dan Molnar. 2003. Anatomy of a Park - Essentials of Recreation Area Planning and Design. Waveland Press, Inc. United States of America. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi. 2005. Final Report Perencanaan Penataan Taman-taman Kota Bekasi. Puri Dimensi, pt. Eckbo, G. 1964. Urban Landscape Design. McGraw-Hill inc. New York. Elliot, R. dan W.D. Widodo. 1996. Pedoman Praktis Pemangkasan Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya. Erynayati, L, 2005. Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Hasibuan dan Jalan Chairil Anwar, Bekasi. Laporan Praktek Kerja Profesi.Jurusan Arsitektur Lanskap. Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan. Universitas Trisakti. Jakarta. Gallion, A.B. dan Eisner. 1994. Pengantar Perancangan Kota (terjemahan). Edisi kelima. Jilid pertama. Penerbit Erlangga, Jakarta. Harris, C.W. dan N.T. Dines. 1988. Time Saver Standar for Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Co. New York. 961p.
69
Keppres RI No 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/jasa Pemerintah. http://www.pu.go.id.5 Agustus 2008. Lingga, P. 1986. Petunjuk penggunaan pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya. Lestari, G. dan Kencana, 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta: Penebar Swadaya. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. Menteri Dalam Negeri. Jakarta. Pratiwi, U.N. 2007. Pemeliharaan Lanskap, Pelaksanaan Renovasi dan Pengembangan Fasilitas Kemang Jaya Apartemen Taman, Jakarta. Skripsi. Program Studi Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. (Tidak dipublikasikan) Rachman, Z. 1984. Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lanskap. Bogor: Makalah dalam Festival Tanaman VIHimagron. Sari, D.P. 2002. Sistem Pertamanan Kota di Kotamadya Surabaya, Jawa Timur. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. (Tidak dipublikasikan). Setyorina, E.,2007. Distribusi Spasial Lahan Pertanian Perkotaan Sebagai Salahsatu Bentuk RTH di Kota Bekasi. Skripsi. Program Studi Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor (Tidak Dipublikasikan). Simonds, J.O. 1983. Landscape Architecture-A Manual of Site Planning and Design. Second Edition. McGraw-Hill Pub. Co., New York. Sternloff, R dan Warren, 1984. Park and Recreation Maintenance Management. Second Edition. North Carolina State University. Sulistyantara. 1995. Taman Rumah Tinggal. Jakarta: Penebar Swadaya. Suryani. 2007. Pelaksanaan Pekerjaan dan Pemeliharaan Lanskap Pemukiman Bogor Nirwana Residence. Skripsi. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. (Tidak dipublikasikan)
70
Lampiran 1. Perbandingan Kondisi RTH Kota Bekasi dengan Rencana RTRW Kota Bekasi tahun 2000-2010 Jenis Kawasan/RTH Pertamanan
Lapangan olahraga
Lokasi Tersebar dalam berbagai kawasan fungsional kota: pemerintahan, perdagangan, dan jasa, industri, pendidikan dan pusat BWK/Sub BWK
Tersebar sesuai dengan jenis skala pelayanan (pusat kota, pusat BWK, pusat subBWK)
Arahan Rencana Pemanfaatan RTH dalam RTRW 2000-2010 Fungsi Utama: sebagai sarana untuk menciptakan keserasian dan keindahan lingkungan, sarana untuk mempengaruhi/memperbaiki iklim mikro mempertimbangankan jenis, letak/lokasi serta jenis vegetasinya memenuhi kriteria: - Karakteristik tanaman: pekarangan tidak menganggu pondasi, dahan tidak mudah patah, struktur daun setengah rapat sampai rapat - Ketinggian bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain secara seimbang - Kecepatan tumbuh sedang - Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya - Jenis tanaman tahunan atau musiman - Jenis tanaman setengah rapat, 90% dari luas area harus dihijaukan Bentuk-bentuk kawasan hijau pertamanan yang dikembangkan: taman kota, taman dalam kawasan fungsional (pemerintahan, perdagangan dan jasa, pendidikan), taman lingkungan pemukiman, pulau jalan, taman gerbang tol, taman gerbang kota
Fungsi utama: sebagai sarana olahraga dan rekreasi. Pola pengembangan perlu dikaitkan dengan pengembangan kawasan pemukiman dan pusat-pusat kegiatan baru (pusat BWK, pusat sub-BWK, lingkungan permukiman). Pemanfaatan ruang: lapangan olahraga sesuai dengan jenisnya, sarana penunjang olahraga)
Kondisi di lapangan tahun 2005 Hanya sebagian kecil dari kegiatan pembangunan di kota Bekasi, baik itu kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa, permukiman, dan industri, yang menyediakan pertamanan dengan proporsi memadai. Bahkan di Kota Bekais ini masih belum terdapat taman kota yang berfungsi sebagai taman bermain serta tempat sosialisai dan interaksi antar penduduk kotanya. Sedangkan pada kegiatan industri, perdagangan dan jasa yang berkembang di Kota Bekasi umumnya tidak menyediakan taman, baik berupa taman bermain, taman lingkungan atau yang berupa buffer guna memisahkan antar kegiatan industri dengan kegiatan lainnya. Penyediaan taman ini hanya dilakukan di pemukiman-pemukiman yang dikembangkan swasta dalam skala besar. Namun demikian luasan taman yang tersedia belum mencukupi Lapangan olahraga yang tetap tejaga keberadaannya berupa kmpleks olahraga kota Bekasi di Jl. Ahmad Yani. Sedangkan lapangan olahraga skala lingkungan masih sangat terbatas jumlahnya dengan proporsi yang masih belum mencukupi bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang harus dilayani fasilitas ini
71
Lampiran 1. (Lanjutan) Jenis Kawasan/RTH Jalur hijau
Pemakaman
Lokasi Tersebar dalam bentuk jalur
BWK Pusat Kota (TPU Kel. Perwira, Kel. Duren jaya, dan TMP di Jl. Pahlawan) BWK Jatisampurna (desa Jatisari) BWK Bantargebang (desa Padurenan dan Sumurbatu) tersebar sebagai pemakaman
Arahan Rencana Pemanfaatan RTH dalam RTRW 2000-2010 Fungsi utama: sebagai jalur pengaman utilitas/instalasi penting (sungai, jalan kereta api, jalan tol, jaringan listrik tegangan tinggi); sekaligus menciptakan keserasian lingkungan. Pola pengembangan perlu memperhatikan lokasi, jaringan yang diamankan, serta kriteria vegetasi untuk jalur hijau sebagai berikut: - Kriteria tanaman: struktur daun setengah sampai rapat, dominan warna hijau, pekarangan tidak menganggu pondasi - Kecepatan tumbuh bervariasi - Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya - Jenis tanaman tahunan atau musiman - Jenis tanaman setengah rapat, 90% dari luas area harus dihijaukan
Kondisi di lapangan tahun 2005 Hampir seluruh jalur hijau yang ada di Kota Bekasi khususnya yang ada di pusat kota sebagian besar kondisinya sudah terpenetrasi oleh bangunan, baik itu berupa jalur hijau di sepanjang jalan, sepanjang KA, sepanjang tegangan tinggi, maupun jalur hijau sepanjang sungai (sempadan sungai). Apabila hal ini terus dibiarkan, diperkirakan dalam waktu tidak lama jalur hijau yang ada di Kota Bekasi akan habis menjadi daerah terbangun itu perlu dibuat aturan yang jelas tentang pengamanan jalur hijau ini dan dilakukan pengawasan yang ketat dengan sangsi berat bagi para pelanggarnya.Jalur hijau yang sudah gundul perlu segera ditanami kembali dengan jenis vegetasi tanaman keras seperti kriteria yang sudah ditetapkan dalam RTRW
Fungsi utama: sebagagi sarana tempat pemakaman umum (TPU) untuk memenuhi kebutuhan kota dan BWK, sekaligus sebagai untuk kawasan hijau kota. Pola pengembangan tersebar pada setiap BWK dengan mempertimbangkan keberadaan pemakaman yang telah ada. Penataan/penetapan lokasi secara tepat perlu mempertimbangkan ketentuan: tidak berada dalam kawasan yang padat penduduknya, menghindari penggunaan lahan yang subur, memperhatikan keserasian lingkungan, mencegah pengrusakan lahan yang berlebihan. Sebagai unsur dari kawasan hijau kota, kriteria vegetasi untuk pemakamn adalah: - Kriteria tanaman: perakaran
Sarana pemakaman yang ada di Kota Bekasi kondisinya masih relatif cukup baik dan masih diipenuhi oleh ruang hijau kota
72
Lampiran 1. (Lanjutan) Jenis Kawasan/RTH
Lokasi
Pertanian
BWK Bantargebang (Desa Ciketikngudik, Sumurbatu) BWK Jatisampurna
Pekarangan
BWK Bantargebang, BWK Jatisampurna
Arahan Rencana Pemanfaatan RTH dalam RTRW 2000-2010 tidak menganggu pondasi, struktur daun renggang sampai setengah rapat, dominan warna hijau - Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya - Jenis tanaman tahunan atau musiman - Jenis tanaman renggang sampai setengah rapat, sekitar 50% dari luas areal harus dihijaukan Fungsi utama: sebagai penghasil produksi pertanian sekaligus konservasi terhadap kegiatan budidaya pertanian yang telah ada. Pola pengembangannya perlu mempertimbangkan potensi yang ada serta keserasian dengan kawasan sekitarnya. Pemanfaatan ruang yang diperbolehkan: tanaman semusiman, pertanian tanaman pangan, tanaman tahunan, hortikultura perkamungan, wisata agro, budidaya perikanan darat. Fungsi utama: sebagai sarana untuk menciptakan keserasian pada kawasan pemukiman. Pola pengembangan: menyatu dengan kapling-kapling pemukiman yang direncanakan. Sesuai dengan kawasan hijau kota, kriteria vegetasi unuk perkarangan: - Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya - Jenis tanaman tahunan atau musiman - Jarak tanaman bervariasi, persentase hijau disesuaikan dengan intensitas kepadatan bangunan
Kondisi di lapangan tahun 2005
Ruang tebuka hijau yang berupa pertanian di Kota Bekasi sebagian besar telah berpeneterasi oleh kegiatan terbangun, terutama oleh kegiatan pemukiman skala besar yang dikembangkan swasta, baik yang ada di Kecamatan Jatisampurna. Jika kondisi ini tidak dikendalikan dan diawasi secara ketat diperkirakan dalam waktu dekat ruang terbuka hijau jenis ini akan hilang Pola pengembangan perkarangan yang masih menyatu dengan kaplingkapling pemukiman yang direncanakan menyebabkan keberadaan RTH ini rawa terpenetrasi oleh kegiatan terbangun. Untuk itu perlu adanya pengawasan yang cukup ketat oleh dinas-dinas terkait, terutama dalam menerapkan garis sempadan bangunan, KDB dan intensitas kepadatan bangunan yang difungsikan sebagai RTH pekarangan
73
Lampiran 1. (Lanjutan) Jenis Kawasan/RTH Sempadan Situ
Lokasi Situ Gede di Bojongmenteng (BWK 3) Situ Lumbu di Bojong Rawalumbu (BWK 1) Situ Pulo di Jatisampurna (BWK 4)
Arahan Rencana Pemanfaatan RTH dalam RTRW 2000-2010 Fungsi utama: sebagai kawasan konservasi bagi perlindungan air tanah serta sebagai sistem retensi dan pengisian air tanah. Pola Pengembangan: - Melindungi dan mengamankan kawasan situ dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu budidaya yang dapat mengannggu kelestarian fungsi situ-situ tersebut Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada di sekitar kawasan situ - Keberadaan situ-situ lainnya pada kawasan pemukiman perlu tetap dipertahankan sebagai sistem retensi dan pengisian air tanah
Sumber: Revisi RTRW Kota Bekasi Tahun 2010
Kondisi di lapangan tahun 2005 Keberadaan situ-situ di Kota Bekasi umumnya masih belum terjaga dengan baik. Hampir semua situ yang ada tidak mempunyai daerah pengaman situ, baik yang berupa sempadan situ yang merupakan ruang terbuka hijau pada radius 200 meter dari pinggir situ pada saat air pasang maupun ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Sebagian besar kondisinya sudah terpenetrasi oleh kegiatan terbangun, baik yang berada di sekitar Situ Gede di Bojongmenteng, Situ Lumbu di Bojong Rawalumbu, maupun di sekitar Situ Pulo di Jatisampurna
74
Lampiran 2. Kualitas Jenis-jenis Ruang Terbuka Hijau di Kota Bekasi Jenis Tanaman Rumput, pohon besar, pohon perdu
Ketersediaan Aksesibilitas Akses jalan menuju situ kondisi perkerasannya kurang baik dan sempit
Ketersediaan Street Furniture Tidak tersedia street furniture, masih cenderung alami, belum tersentuh penataan
Sempadan sungai
> Rumput > Pohon Besar > Pohon Sedang > Pohon Kecil > Pohon Palm > Pohon Perdu
Kurang ditemui jalan inspeksi
Tidak tersedia street furniture, masih cenderung alami, belum tersentuh penataan
> Sebagai saluran drainase utama Kota Bekasi > Untuk sempadan sungai besar digunakan sebagai sawah/ tegalan dan lahan kosong > Pada beberapa titik, sempadan sungai ini dimanfaatkan untuk membangun rumah non permanen > Ada yang dimanfatkan sebagai tempat pembuangan sampah sementara
3
Hutan kota
> Rumput > Pohon besar > Pohon sedang > Pohon kecil
Berada di kawasan pusat kota yang dapat diakses dengan mudah
> Tersedia pedestrian > Terdapat situs Tugu Perjuangan di dalam kawasan taman alun-alun ini sehingga dapat menjadi landmark taman > Tersedia tempat untuk beraktivitas sosial seperti tempat duduk, shelter, dsb
Taman alun-alun ini selain berfungsi sebagai paru-paru kota juga mewadahi berbagai macam aktivitas, seperti olahraga, tempat duduk-duduk, dsb
4
Taman kota
> Rumput > Pohon Besar > Pohon Sedang > Pohon Kecil > Pohon Palm > Perdu
Berada di kawasan pusat kota yang dapat diakses dengan mudah
Kurang didukung oleh fasilitas penunjang, seperti shelter/gazebo, arena bermain, kantin permanen, mushola, toilet, lampu taman, dsb
> Aktivitas yang ada di taman kota ini relatif beragam > Sebagai sarana berolahraga > Sarana pemancingan > Tempat duduk dan bercengkrama > Tempat aktivitas ekstrakurikuler siswa
No
Jenis RTH
1.
Situ, danau, rawa dan sempadannya
2
Penggunaan > Sebagai tegalan, > pada beberapa titik digunakan sebagai sarana pemancingan
75
Lampiran 2. (Lanjutan) Jenis Tanaman > Rumput > Pohon Besar > Pohon Sedang > Pohon Kecil > Pohon Palm > Perdu
No
Jenis RTH
5
Taman lingkungan
6
Tempat Pemakaman Umum (TPU)
> Rumput > Pohon Besar > Pohon Sedang > Pohon Kecil > Perdu
7
Lapangan olahraga/lapangan terbuka
> Rumput > Pohon Sedang > Pohon Kecil > Pohon Palm > Perdu
8
Jalur Hijau Sempadan Jalan
> Rumput > Pohon Besar > Pohon Sedang > Pohon Kecil > Pohon Palm > Perdu
Ketersediaan Aksesibilitas > Taman lingkungan berada di dalam kawasan perumahan > Sebagian besar letaknya strategis, yaitu berada di jalan utama perumahan Akses ke TPU kurang baik karena jalan utamanya kecil
> Letaknya strategis berada di kawasan pusat kota > Untuk lapangan olahraga di perumahan, sebagian besar letaknya strategis yaitu berada di jalan utama perumahan > Untuk sempadan jalan di pusat kota, sudah tersedia trotoar yang cukup memadai > Untuk jalan di kawasan lain, sebagian besar belum memiliki trotoar
Ketersediaan Street Furniture > Sebagian besar sudah tersedia tempat duduk > Ada beberapa taman yang menyediakan arena bermain
> Tersedia tempat duduk > Sudah tersedia
> Untuk lapangan olahraga skala kota, seperti GOR A.Yani dan lapangan multiguna Jl. Sersan Aswan, kurang menyediakan fasilitas pendukung yang baik, seperti mushola, toilet, katin, dsb > Untuk kawasan pusat kota sudah tersedia halte, tempat sampah, lampu, dsb > Sedangkan untuk sempadan diluar kawasan pusat kota, penyediaan street furniture masih minim
Penggunaan > Sebagian besar terdiri dari fasilitas sosial dan fasilitas umum berupa masjid, lapangan olahraga, dan balai pertemuan
> Pemanfaatan TPU hanya sebagai tempat makam > Kecuali untuk TPU Perwira yang cukup luas besarannya, ada yang menggunakan TPU ini sebagai tempat duduk-duduk dan tempat berjualan makanan dan minuman > Melakukan aktivitas olahraga > Pada kesempatan tertentu juga digunakan sebagai tempat untuk panggung kesenian, baik berupa pagelaran 17 Agustus, maupun acara lain
> Tidak hanya sebatas ruang terbuka hijau > dipergunakan oleh pedagang informal sebagai lahan berjualan > sebagai areal parkir kendaraan > etalase toko atau tempat meletakkan barang jualannya > Pemanfaatan ini seringkali menghilangkan keberadaan RTH sempadan jalan tersebut
76
Lampiran 2. (Lanjutan) Jenis Tanaman > Rumput > Pohon Besar > Pohon Sedang > Pohon Kecil > Pohon Palm > Perdu
Ketersediaan Aksesibilitas > Untuk pulau jalan yang luasannya cukup besar dapat diakses dengan baik, hal ini dapat dilihat melalui ketersediaan pedestrian di dalam pulau jalan > Untuk pulau jalan yang luasannya kecil, akses terbatas
Ketersediaan Street Furniture > Untuk pulau jalan yang luasannya cukup besar sudah tersedia sarana duduk-duduk dan lampu taman, tetapi kurang dalam hal perawatan > Untuk pulau jalan yang luasannya kecil, tidak tersedia street furniture
Sempadan instalasi berbahaya
> Rumput > Pohon Kecil > Pohon Palm > Perdu
> Akses di dalam sempadan cukup terbuka > Kecuali untuk gardu listrik, akses di dalam sempadan terbatas
Tidak tersedia street furniture
Sempadan Kereta api
> Rumput > Pohon Kecil > Perdu
Akses cukup terbuka
Tidak tersedia street furniture
No
Jenis RTH
9
Pulau Jalan
10
11
Sumber: Hasil Observasi dan Hasil Analisis, Bappeda, 2007
Penggunaan > Berupa taman pasif sehingga bukan merupakan taman yang dipergunakan untuk aktivitas lainnya > Keberadaan taman ini lebih untuk kepentingan fungsi estetika > Pada beberapa lokasi pulau jalan tersebut digunakan gelandangan sebagai tempat tinggalnya. Hal ini tentu mengurangi nilai estetika dari taman pulau jalan tersebut > dimanfaatkan sebagai tegalan/sawah > untuk sempadan instalasi SUTT yang berada di kawasan perumahan, pihak pengembang mengalokasikan lahan di bawah SUTT/SUTET untuk digunakan sebagai taman/median jalan Pada beberapa titik ada yang dimanfaatkan untuk membangun rumah liar non permanen
77
Lampiran 3. Taman-taman yang dikelola bidang pertamanan dan pemakaman Dinas Kebersihan,Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi tahun 2005 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Nama Taman Taman Alun-alun Taman PMI Taman Bulan-bulan Taman Segitiga A. Yani Taman Proyek Taman depan Hero Taman Jaka Sampurna Taman Hasibuan Taman Cut Meutia Taman depan TMP Taman Tol Timur Arah Cikampek Taman Kantor Walikota Taman Sudut Bina Bangsa Taman jalur A. Yani Taman Bougenvil Chairil Anwar Taman Sudut Sersan Aswan Taman Depan Asrama Haji Taman Jembatan Jl. Veteran Taman Oleander Sersan Aswan Taman Jembatan Hasibuan Taman samping PDAM Taman samping RM Patin Taman Jalur Kalimalang Taman Jembatan Tol Bekasi Timur Taman Pintu Tol Bekasi Timur Taman Segituga DPRD
Lokasi Jl. Veteran Jl. Veteran Jl. Ir. H.Juanda Jl. A. Yani Jl. Ir. H.Juanda Jl. KH. Noer Ali Jl. KH. Noer Ali Jl. Hasibuan Jl.Ir. H.Juanda Jl.Ir. H.Juanda Jl. Joyo Martono Jl. Ir. H.Juanda Jl. A. Yani Jl. A. Yani Jl. Chairil Anwar Jl. Sersan Aswan Jl. Kemakmuran Jl. Veteran Jl. Sersan Aswan Jl. Hasibuan Jl. Hasibuan Jl. Hasibuan Jl. KH. Noer Ali Jl. Joyo Martono Jl. Chairil Anwar Jl. Chairil Anwar
Luas (m²) 40.253 918 1.732 477 1.084 483 286 887 5.710 1.024 485 1.577 117 700 1.555 150 710 180 850 145 348 30 2.000 525 6481 250
Tahun Pembuatan ex. Kab. Bekasi ex. Kab. Bekasi ex. Kab. Bekasi ex. Kab. Bekasi ex. Kab. Bekasi ex. Kab. Bekasi ex. Kab. Bekasi ex. Kab. Bekasi ex. Kab. Bekasi ex. Kab. Bekasi ex. Kab. Bekasi ex. Kab. Bekasi 1999 1999 1999 1999 2000 2000 2001 2002 2002 2002 2002 2002 2002 2003
Sumber: DKPP Kota Bekasi dalam Laporan Pendahuluan Perencanaan Penataan Taman-taman kota Bekasi, 2005
78
Lampiran 4. Rumusan Penghitungan Kebutuhan HOK Pemeliharaan Taman dalam satu tahun (Sistem Unit) Adapun rumus-rumus dalam penghitungan tabel di atas diperoleh dari: •
Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu pekerjaan (3): =
Jumlah area atau pohon Kapasitas Kerja Contoh penghitungan: Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan pemangkasan rumput di Taman Cut Meutia: = •
997,1 m² = 7,69 jam 129.6 m²/jam
Hari Orang Kerja atau HOK (4): =
Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu pekerjaan jam per hari kerja
Contoh penghitungan: HOK untuk pekerjaan pemangkasan rumput dengan mesin gendong di taman Cut Meutia: = •
7,69 jam 3,5 jam
= 1.92 HOK
Hari Orang Kerja atau HOK dalam setahun (6): = HOK x frekuensi kerja (hari) dalam setahun
Contoh penghitungan: HOK untuk pekerjaan pemangkasan rumput dalam setahun di Taman Cut Meutia: = 1,92 x 365 = 470,4 HOK •
Kebutuhan pekerja dalam setahun (7): =
HOK setahun Jumlah hari kerja dalam setahun (245 hari)
Contoh penghitungan: Kebutuhan pekerja untuk pekerjaan pemangkasan rumput dengan mesin gendong dalam setahun di taman Cut Meutia: =
470,4 245
= 1,92 orang dibulatkan menjadi 2 orang
77
Lampiran 5. Jadwal Kegiatan Wilayah Kerja Petugas Pemeliharaan Taman Bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi tahun 2008
No
Koordinator
Anggota/Petugas
Lokasi
1 Hasbullah
Uta Fauzi
1. Taman Eks Kantor Walikota 2. Taman Proyek 3. Taman Sudut Multiguna 4. Taman Rumah Dinas Wakil Walikota
2 Jum'at
Frans Cobe Wahyudin Jum'at
1. Taman sepanjang Jl. Hasibuan 2. Taman sepanjang Jl. Kartini 3. Taman Jl. Veteran
3 Suryana
Suryana Supriyadi
1. Taman Bulak Kapal (TMP) 2. Tama Tol Timur 3. Taman Cut Mutiah
4 Usad
Murtani M. Adun Agus Muh. Zen
1. Taman Plaza dan Tugu dan Alun-alun kota Bekasi 2. Taman PMI 3. Taman Bulan-bulan
5 Jahri
Eko Setiadi Suharyono Jahri M. Syafaat
1. Taman sepanjang Jl. Chairil Anwar 2. Taman sudut Jl. Chairil Anwar 3. Taman sudut jembatan tol Timur
I
II
Minggu ke III IV
V
78
Lampiran 5. (Lanjutan)
6 Mansur
Mufrodih Tumbras
1. Taman Bina Bangsa 2. Taman A. Yani (Taman segitiga A. Yani)
3. Taman depan Asrama haji dan Olender
7 Ir. Agus Azhari
Rohimin Sulaeman Uus Purwanto
1. Taman Jaka Sampurna 2. Taman jalur KH. Noer Alie 3. Perumnas I
8 Nuraida
Iman Hilman Jamiludin Rohadirja Rohadirta Udin Sugiono
1. Seluruh taman Kota Bekasi 2. Taman Jalur Sersan Aswan 3. Jalur A. Yani dan KH. Noer Ali 4. Alun-alun Kota Bekasi dan Pos Polisi 5. Taman Tol Timur dan Pos Polisi 6. Taman Bina Bangsa 7. Lokasi yang dianggap kritis
9 Nazarudin 10 Sudirman
Nazarudin
Taman Fly Over
Yasin
1. Tol Barat sampai Rawa Panjang 2. Jembatan 2 (Asrama Haji) 3. Depan RS. Hermina 4. Jl. A. Yani 5. Depan Hero 6. Jl. K.H. Noer Ali
79
Lampiran 5. (Lanjutan) 7. Kantor Dinas Bertaman 8. Jl. Ngurah Rai 9. Taman Bina Bangsa
11 Rasono
Nano
1. Taman Bulan-bulan 2. Taman PMI 3. Taman Alun-alun (Tugu) 4. Taman Proyek 5. Taman Eks Kantor Walikota 6. Taman dan pinggir lapangan Multiguna 7. Taman Jembatan samping Bank Jabar
12 Tabrani
Alan
13 Heru MP
Heru MP
1. Taman tol timur samping pos polisi 2. Jl. Chairil Anwar dari tol timur s/d SMP 2 3. Jl. Hasibuan dari SMP 2 s/d Hero 4. Taman segitiga samping DPRD 5. Taman PDAM 6. Taman Cut Meutia Taman lingkungan kantor DKPP
seluruh staf 14 Kerja bakti taman Taman lingkungan kantor DKPP Sumber: bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi, 2008
Lampiran 6. Anggaran Biaya Pemeliharaan dan Konstruksi tahun 2008 I.
Pemagaran Median Jl. Chairil Anwar (sepanjang 435 m x 2 sisi) > Kebutuhan Bahan Pemagaran, antara lain : 1. Besi behel 12 pool Ks 870 m : (2 sisi kiri kanan) x 2. Pipa besi 2 inchi untuk tiang 870 m :
12 m x 3 susun 2m
80
Rp110.000
x
Rp75.000
Rp 23. 925.000
Rp 32. 625.000
(Tinggi tiang : 155 cm) JUMLAH > Kebutuhan Konstruksi, antara lain : 1. Semen 2. Pasir 3. Batu split 4. Cat hijau "Yunior" 5. Cat orange "Emco" 6. Tinner 7. Kuas 4 in 8. Kuas 2 in > Total Kebutuhan
Rp 56. 550.000
10 zak x 2 colt x 2 colt x 20 klg x 10 klg x 10 liter x 1 dus x 1 dus x JUMLAH Rp 56.550.000 +
Rp50.000 Rp500.000 Rp500.000 Rp35.000 Rp35.000 Rp12.000 Rp80.000 Rp75.000
Rp500.000 Rp1.000.000 Rp1.000.000 Rp700.000 Rp350.000 Rp120.000 Rp80.000 Rp75.000
Rp3.825.000
Rp3.825.000 Rp60.375.000
Rp11.000
Rp412.500
Rp75.000
Rp5.625.000
II. TAMAN PULAU JALAN PMI (panjang lingkaran ±150 m) Kebutuhan Bahan Pemagaran, > antara lain : 1. Besi behel 12 pool Ks 2. Pipa besi 2 inchi untuk tiang (Tinggi tiang : 155 cm)
150 m :
150 m :
12 m x x 3 susun 2m
x
JUMLAH > Kebutuhan Konstruksi, antara lain : 1. Semen 2. Pasir 3. Batu split 4. Cat hijau "Yunior" 5. Cat orange "Emco" 6. Tinner 7. Kuas 4 in 8. Kuas 2 in
10 zak 2 colt 2 colt 20 klg 10 klg 10 ltr 1 dus 1 dus
Rp6.037.500
x x x x x x x x
Rp50.000 Rp500.000 Rp500.000 Rp35.000 Rp35.000 Rp12.000 Rp80.000 Rp75.000
Rp500.000 Rp1.000.000 Rp1.000.000 Rp700.000 Rp350.000 Rp120.000 Rp80.000 Rp75.000
Rp3.825.000
Rp3.825.000 Rp9.862.500
> Total Kebutuhan
Rp 6.037.500
+
81
Lampiran 6. (Lanjutan) III. TAMAN CUT MEUTIA > Kebutuhan tanaman 1. Pangkas kuning 2. Bayam merah 3. Lili brasil 4. Nanas-nanasan 5. Agave 6. Kamboja 7. Pupuk NPK Mutiara
1000 ph 700 ph 450 ph 300 ph 75 ph 15 ph
Rp2.500 Rp3.000 Rp3.500 Rp3.000 Rp50.000 Rp250.000 Ls
JUMLAH > Pemasanga Lampu Taman 1. Lampu Taman > Total Kebutuhan IV. TOTAL BIAYA I S/D III
13 titik x JUMLAH Rp 15.012.500 + Rp 60.375.000 + +
Rp2.500.000 Rp2.100.000 Rp1.575.000 Rp900.000 Rp3.750.000 Rp3.750.000 Rp437.500 Rp15.012.500
Rp750.000 Rp9.750.000 Rp9.862.500 Rp24.762.500
Rp9.750.000 Rp9.750.000 Rp24.762.500 Rp95.000.000
82
TIANG PAGAR : PIPA BESI SILINDER UKURAN 2" BESI ULIR, P =6 M
120 CM
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
JARAK TIAP LUBANG = 2 CM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 JUDUL GAMBAR 30 cm
SEMEN, PASIR, BATU SPLIT 5:1 SEMEN < PASIR DAN BATU SPLIT
DETAIL KONSTRUKSI PAGAR TAMAN
DOSEN PEMBIMBING
Dr.Ir. NIZAR NASRULLAH, MAgr DIGAMBAR OLEH
RATIH MARINA KURNIATY A34204032 TANGGAL
30 JULI 2008 ORIENTASI DAN SKALA