1
PEKERJA ANAK DALAM KELUARGA PETANI ( Suatu Penelitian di Desa Saritani Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo )
Endang M. Panantu 281 410 028 Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. e-mail :
[email protected] ABSTRAK
Endang M. Panantu. Nim 281 410 028. Pekerja Anak Dalam Keluarga Petani (Suatau penelitian di Desa Saritani, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo). Skripsi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. 2014. Pembimbing I Bapak Ridwan Ibrahim, S.Pd., M.Si, dan pembimbing II Bapak Basri Amin, S.Sos., Ma. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor penyebab anak-anak menjadi pekerja di sektor pertanian di Desa Saritani, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa banyaknya Anak-anak yang putus sekolah manjadi salah satu penyebab banyaknya pekerja anak di sektor pertanian di Desa Saritani hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, gaya hidup, faktor ekonomi faktor lingkungan, faktor letak geografis sekolah serta kurangnya kesadaran baik dari orangtua maupun anak itu sendiri terhadap pentingnya pendidikan bagi masa depan mereka.
Kata Kunci : Pekerja Anak Dalam Keluarga Petani. Endang M. Panantu. Nim 281 410 028. Pembimbing I Bapak Ridwan Ibrahim., S.Pd., M.Si, dan pembimbing II Bapak Basri Amin S.Sos., Ma.
2
PENDAHULUAN Masalah kemiskinan dan pendidikan merupakan dua hal yang saling berkaitan dimana kemiskinan dapat berpengaruh pada pendidikan dan begitu pula sebaliknya. Hal tersebut dapat dilihat pada kebanyakan masyarakat yang memiliki ekonomi rendah tidak dapat mengenyam pendidikan secara layak, baik dari strata tingkat dasar sampai jenjang yang lebih tinggi. Selain itu juga ada sebagian masyarakat yang sudah dapat mengenyam pendidikan dasar namun akhirnya putus sekolah juga. Keadaan ini dalam jangka panjang akan mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam masyarakat, keluarga merupakan suatu unit kecil yang bukan hanya berfungsi sosialbudaya tetapi juga berfungsi ekonomis. Dalam rumah tangga, keinginan untuk memiliki anak lebih dari dua akan dinggap dengan suatu sikap yang sama sekali tidak cocok dengan kehidupan ekonomi masyarakat yang kurang mampu. Sebab kebutuhan ekonomi dalam sebuah rumah tangga tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit apalagi biaya hidup serta biaya pendidikan seorang anak cukup besar. Dengan demikian, bagi keluarga miskin, pemenuhan kebutuhan pokok anak adalah masalah utama. Dengan kondisi ekonomi yang rendah para orangtua akan kesulitan memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga apalagi jika para orangtua tidak memiliki pekerjaan yang tetap, sedangkan pengeluaran dalam rumah tangga sangat besar dibandingkan dengan pendapatan. Kondisi ekonomi rumah tangga yang seperti ini akan berdampak pada pendidikan anak-anak mereka. Kendala ekonomi sering memaksa para orangtua terutama yang berposisi sebagai petani dan buruh tani yang tidak memiliki lahan sendiri dan modal yang cukup untuk mangabaikan pendidikan anak-anak mereka dan lebih mementingkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan primer (pangan dan papan). Dalam konteks perdesaan, keluarga tani yang mempunyai anak-anak yang putus sekolah memicu orangtua mengambil keputusan untuk menjadikan anak-anak mereka menjadi tenaga 3
kerja, terutama sebagai pekerja rumah tangga atau tenaga kerja di lahan pertanian mereka. Bahkan pada beberapa kasus, jika anak-anak mulai besar, mereka juga bisa bekerja pada keluarga-keluarga tani lainnya yang lebih mempunyai skala usaha pertanian yang lebih tinggi. Penelitian awal di Indonesia tentang pekerja anak di sektor pertanian oleh Benjamin White (1982) menemukan bahwa anak berfungsi banyak dalam menopang keluarga, terutama karena anak merupakan sumber keselamatan bagi orangtua pada usia lanjut dan sebagai sumber tenaga yang berguna dalam ekonomi rumahtangga khususnya. Di Indonesia angka anak putus sekolah dan pekerja anak masih tergolong tinggi. Dimana menurut data BPS Tahun 2013, rata-rata nasional angka putus sekolah yang berusia 6-18 tahun ada 616.425 jiwa (Setiani 2013), sedangakan pekerja anak pada Bulan Juli 2012 terdapat 12.109.967 pekerja anak yang berusia 5-15 Tahun, yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi 30 persen terendah di Indonesia (Fithriani 2011: 1). Bagi mayoritas anak-anak di daerah perdesaan di Indonesia, seperti juga di negera-negera berkembang lainya, sudah banyak ditemui anak-anak yang tidak bersekolah atau putus sekolah yang bekerja di sektor pertanian. Gambaran seperti ini juga yang dijalani oleh anakanak di Desa Saritani. Dari banyaknya anak putus sekolah ini kemudian memunculkan banyaknya pekerja anak di desa tersebut, dimana anak-anak tersebut bekerja untuk membantu usaha tani orangtua mereka dalam menunjang ekonomi rumahtangga, juga karena keinginan si anak sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu , Apa yang menyebabkan anak-anak tersebut menjadi pekerja di sektor petanian? Dengan Tujuan penelitian yaitu, untuk mengetahui penyebabkan anak-anak tersebut menjadi pekerja di sektor petanian? 4
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: Manfaat Teoritis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berharga dalam memperkaya wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dibidang sosiologi mengenai Buruh Anak dan Ekonomi Rumahtangga di perdesaan yang membutuhkan kajian perbandingan. Manfaat Praktis Bagi masyarakat, bahwa dari hasil penelitian ini diharapkan kepada masyarakat Desa Saritani untuk tetap memberikan motivasi dan dukungan kepada anak-anaknya supaya tidak ada lagi anak-anak yang putus sekolah dan menjadi pekerja/buruh anak. Bagi Pemerintah, sebagai bahan pertimbangan untuk melihat dan lebih memperhatikan sektor pendidikan terutama pendidikan di Desa Saritani yang masih banyak kekurangan dan perlu perhatian dari pemerintah baik pemerintah desa maupun pemerintah daerah terutama dalam hal peningkatkan fasilitas pendidikan serta perekonomian di Desa Saritani.
5
METODE PENELITIAN Penelitian mengenai Pekerja Anak dan Ekonomi Keluarga Petani ini akan dilakukan + 4 bulan terhitung dari tahap perencanaan penelitian, dengan mengambil lokasi yakni Desa Saritani Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo. Pemilihan lokasi penelitian ini bukan hanya didasarkan bahwa Kondisi sosial budaya masyarakat ditunjukan dengan masih rendahnya kualitas dari sebagian SDM masyarakat di Desa Saritani, dengan jumlah + 1.153 jiwa angka putus sekolah dasar (SD) yang terdiri dari orang dewasa dan remaja/anak-anak dan 527 yang tidak tamat SMP serta 143 jiwa yang tidak pernah mengenyam pendidikan. Angka putus sekolah ini merupakan setengah dari jumlah penduduknya yang berjumlah + 3.391 jiwa. Dari banyaknya anak putus sekolah di Desa Saritani ini memincu banyaknya pekerja anak di sektor pertanian, dimana sumber penghidupan dan ekonomi masyarakatnya dari hasil pertanian. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara lebih mendalam tentang
Pekerja Anak dan
Ekonomi Keluarga Petani di Desa Saritani Kecamatan Wonosari Kabupaten Bolaemo. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan lingkungan alamiah (natural setting) yang menggunakan pendekatan studi kasus, dimana peneliti mengeksplorasi proses, aktivitas, dan peristiwa-peristiwa (Creswell 2013:263). Dalam penelitian kualitatif ini peneliti merupakan instrumen kunci. Dimana peneliti mengumpulkan sendiri data yang diperlukan oleh peneliti dari partisipan yang mengalami isu atau masalah yang sedang diteliti. Dalam pengumpulan data, peneliti memperoleh data dari beragam sumber, seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi. Prosedur Pengumpulan Data Langkah-langkah pengumpulan data meliputi usaha peneliti untuk membatasi penelitian. Dalam penelitian ini ada tiga prosedur pengumpulan data yang digunakan peneliti, yaitu:
6
Observasi Dalam tehnik pengumpulan data ini peneliti turun langsung di lokasi penelitian dengan tujuan untuk melakukan pengamatan langsung terhadap situasi atau kondisi lokasi penelitian serta kondisi keluarga tani dan pekerja anak di Desa Saritani. Wawancara Setelah melakukan observasi peneliti melakukan interaksi dengan partisipan melalui wawancara. Tujuan peneliti untuk melakukan wawancara yaitu untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dari partisipan mengenai permasalahan yang sedang diteliti mengenai buruh anak dan eknomi keluarga petani. Dokumentasi Setelah melakukan observasi dan wawancara, kemudian peneliti mengumpulkan data yang diperlukan mengenai kondisi umum desa seperti jumlah penduduk, data putus sekolah, dan jumlah petani di Desa Saritani. Dalam proses dokumentasi ini peneliti mengumpulkan data dari Profil/Monografi Desa Saritani tahun 2013 data foto studi lapangan. Sumber Data Dalam penelitian mengenai pekerja anak dan ekonomi keluarga petani, peneliti memperolah data primer dan data sekunder yang merupakan
hasil dari observasi, wawancara dan
dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Data Primer Pada data primer, peneliti memperoleh langsung dari sumber aslinya yang berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok (keluarga petani dan pekerja anak), yang didapatkan peneliti melului proses wawancara kepada beberapa informan. Selain dari hasil wawancara peneliti juga memperoleh data primer dari hasil observasi yang dilakukakan peneliti terhadap
7
pengamatan kondisi lokasi penelitian mengenai ekonomi keluarga petani dan jenis-jenis kegiatan yang dilakukan buruh anak dan kelurga petani yang ada di Desa Saritani. Data Sekunder Sedangkan data Sekunder diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Dimana data sekunder ini diperoleh peneliti dari Profil/Monografi Desa Saritani tahun 2013 dan foto studi lapangan. Analisis Data Proses analisis data ini secara keseluruhan melibatkan usaha peneliti untuk memaknai data. Untuk itu, peneliti perlu mempersiapkan data tersebut untuk dianalisis dan memperdalam pemahaman akan data tersebut dan membuat interprestasi makna yang lebih luas akan data tersebut.
8
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Faktor Penyebab Anak-anak Putus Sekolah Dan Menjadi Pekerja Di Sektor Pertanian Di Indonesia baik di sektor formal dan informal merupakan suatu cerminan kemiskinan baik secara ekonomi maupun pendidikan. Tidak bisa melanjutkan sekolah karna biaya pendidikan yang relatif mahal menyebabkan banyak anak yang putus sekolah dan menjadi pekerja anak untuk membantu keluarga dalam pemenuhan ekonomi rumah tangga. Di Indonesia sendiri, telah di lakukan Survei Pekerja Anak (SPA) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) bekerjasama dengan International Labor Organization (ILO) menemukan dari 58,8 juta anak di Indonesia pada 2009, sekitar 1,7 juta jiwa menjadi pekerja anak. Pekerja anak saat ini menjadi perbincangan serius di ILO (International Labour Office), menurut laporan ILO Tahun 2009 yang berjudul Children Working In Indonesia 2009,berdasarkan data dari SAKERNAS, bahwa di indonesia terdapat 3,7 juta pekerja anak berumur 10-17 tahun atau 10 % dari jumlah penduduk Indonesia yang berumur 10-17 tahun yaitu 35.7 juta jiwa (Husnaini 2014: 5). Seperti yang ada di Desa Saritani banyak anak-anak petani yang putus sekolah dan kemudian menjadi pekerja anak di sektor pertanian. Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan anak-anak tersebut putus sekolah dan kemudian menjadi pekerja anak: 1. Gaya Hidup Salah satu penyebab anak-anak Desa Saritani putus sekolah dan menjadi menjadi pekerja di sektor pertanian yaitu dipengaruhi oleh gaya hidup, salah satu penyebab anak putus sekolah dan menjadi pekerja yaitu dipengaruhi oleh gaya hidup, dimana dijaman yang semakin moderen penggunaan teknologi pun semakin luas dikalangan masyarakat, seperti penggunaan alat komunikasi dikalangan masyarakat sehingga anak-anak di Desa Saritani pun berlombalomba untuk dapat memiliki alat komunikasi, namun dengan keterbatasan ekonomi mereka
9
terpaksa berhenti sekolah dan memilih bekerja hanya untuk memiliki alat komunikasi agar dapat mengikuti gaya hidup yang sekarang dijaman yang semakin moderen 2. Faktor Ekonomi. Faktor ekonomi merupakan faktor yang sering menyebabkan anak-anak putus sekolah dan menjadi pekerja anak. Bagi keluarga kurang mampu anak berfungsi banyak dalam menopang keluarga, terutama karena anak merupakan sumber keselamatan bagi orangtua pada usia lanjut dan sebagai sumber tenaga yang berguna dalam ekonomi rumahtangga khususnya. (White 1982:148). Jadi ekonomi orangtua mempunyai pengaruh besar terhadap pendididikan anak–anak dimana para orang tua yang tak mampu memenuhi kebutuhan anak-anaknya sehingga anak-anak mereka harus berhenti sekolah hanya untuk bekerja membantu orangtua dan memenuhi kebutuhan mereka sendiri. 3. Faktor lingkungan Selain dari faktor ekonomi, faktor lingkungan juga menjadi salah satu penyebab anak putus sekolah. Teman-teman sebaya mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi anak-anak yang lainya misalnya, seperti anak-anak yang hidup di lingkungan teman-teman yang lebih menyukai bekerja daripada sekolah meskipun orang tua mereka mampu untuk membiayai sekolah mereka. Seperti yang terjadi pada anak-anak didik di desa saritani dimana anak-anak yang bergaul dengan teman-temannya yang tidak sekolah atau putus sekolah terpengaruh dengan mereka. Sehingga mereka sehingga mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, karena teman-temannya juga tidak melanjutkan sekolah. Mereka memilih untuk mencari uang dengan alasan membantu orang tua atau untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
10
4. Letak Geografis Sekolah Di desa saritani letak geografis sekolah menjadi salah satu penyebab anak-anak menjadi malas untuk pergi ke sekolah. bahwa letak geografis sekolah menjadi salah satu penyebab anak-anak Saritani putus sekolah, dimana jarak tempuh yang begitu jauh antara rumah dan sekolah membuat anak-anak mennjadi malas untuk ke sekolah hingga akhirnya mereka tidak lagi melanjutkan sekolah dan lebih memilih menjadi pekerja di sektor pertanian. 5. Kurangnya Kesedaran Terhadap Pendidikan kurangnya kesadaran para orangtua akan pentingnya pendidikan terhadap masa depan mereka menjadi salah satu penyebab anak desa saritani putus sekolah dimana kebanyakan para orangtua lebih mementingkan kepentingan mencari nafkah daripada memperhatikan pendidikan anak-anak mereka, terkadang para orang tua malah mengajak anak-anak mereka ketempat kerja tanpa memikirkan dampaknya bagi pendidikan anak-anak mereka. Selain itu juga Orang-orang atau orang tua yang mempunyai jalan pikiran sempit sering menganggap pendidikan tidak penting, sehingga mengakibatkan anak-anak mereka banyak yang tidak mengenyam pendidikan formal dan terkadang para orangtua yang memiliki wawasan sempit mengagap bahwa membiayai anak-anak mereka yang sekolah hanya menjadi beban bagi mereka. Namun sebaliknya, pada Orang yang berwawasan luas atau berpendidikan tinggi mereka tahu apa yang akan dilakukan dengan masa depannya, dan
tidak akan
menyerah atau pasrah dengan keadaan. Kondisi Pendidikan Masyarakat Di desa saritani yang hampir seluruh penduduknya bekerja di sektor pertanian tinggkat pendidikan mereka pun masih sangat rendah hal tersebut di sebabkan oleh beberapa fakor di antaranya adalah faktor ekonomi, faktor lingkungan, letak geografis sekolah atau jarak tempuh dari rumah-rumah warga ke sekolah yang cukup jauh serta kurangnya kesadaran masyarakat baik dari orang tua maupun anak itu sendiri pentingnya pendidikan bagi masa 11
depan mereka sehingga banyak masyarakat atau anak-anak yang putus sekolah dan bahkan ada sebagian masyarakat yang tidak pernah mengenyam pendidikan. bahwa fasilitas pendidikan serta tenaga pengajar di Desa Saritani masih kurang dan banyaknya anak-anak Desa Saritani yang
putus sekolah hal tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya, faktor ekonomi, faktor lingkungan, jauhnya jarak tempuh untuk menuju ke sekolah, serta kurangnya kesadaran para orangtua akan pentingnya pendidikan terhadap masa depan mereka di mana kebanyakan para orangtua lebih mementingkan kepentingan mencari nafkah daripada memperhatikan pendidikan anak-anak mereka. penyebab kurangnya perhatian para orangtua terhadap pendidikan anak-anak mereka yaitu dimana para orangtua lebih mementingkan kebutuhan ekonomi dibadingkan dengan pendidikan anak-anak mereka sehingga pendidikan anak-anak yang seharusnya menjadi prioritas utama bagi orang tua tidak lagi diperhatikan dan lebih menjadikan urusan ekonomi sebagai prioritas utama. Selain itu juga Orang-orang atau orang tua yang mempunyai jalan pikiran sempit sering menganggap pendidikan tidak penting, sehingga mengakibatkan anak-anak mereka banyak yang tidak mengenyam pendidikan formal dan terkadang para orangtua yang memiliki wawasan sempit mengagap bahwa membiayai anak-anak mereka yang sekolah hanya menjadi beban bagi mereka. Namun sebaliknya, pada Orang yang berwawasan luas atau berpendidikan tinggi mereka tahu apa yang akan dilakukan dengan masa depannya, dan
tidak akan
menyerah atau pasrah dengan keadaan. Rendahnya pendidikan yang disandang oleh petani tentunya mempunyai kontribusi besar dalam masalah penguasaan pengetahuan, skill dan teknologi. Pendidikan petani antara SDTT (Sekolah Dasar Tidak Tamat) sampai SLTP, dan rata-rata mengenyam pendidikan SD. Rendahnya tingkat pendidikan mereka disebabkan oleh pandangan masyarakat yang tidak 12
menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama. Oleh karena kesadaran berpendidikan yang rendah, akses untuk menguasai teknologi dan skill menjadi sangat sulit sehingga petani maupun anak-anak dari petani pun sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Solusinya yang bisa saya tawarkan/ dilakukan pada masyarakat Desa Saritani yaitu: pertama, untuk bagaimana kita memediasi masyarakat, pendidik, dan pihak terkait lainnya untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Desa Saritani. Kedua, menjalin hubungan kerja sama dengan berbagai pihak antara lain pihak pemerintah, pihak swasta, dan kelompok masyarakat untuk bersama-sama memperbaiki kualitas pendidikan di Desa Saritani mengingat tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama demi masa depan bangsa yang lebih baik. Ketiga, memberikan sosialisasi kepada masyarakat baik kepada anak-anak maupun orangtua tentang pentingnya pendidikan bagi masa depan mereka sehingga masyarakat di Saritani menjadikan pendidikna sebagai prioritas utama. Keempat, memberikan bantuan kepada anak-anak yang kurang mampu. Kondisi Ekonomi Masyarakat Petani di Desa Saritani Dengan titik tolak kenyataan adanya kemelaratan yang luas dikalangan petani, keterlibatan mereka pada hutang, baik hutang biasa maupun sistem ijon, maka bisanya lalu orang menyimpulkan bahwa persoalan yang paling sulit dalam ekonomi pertanian adalah persoalaan pembiayaan. Orang mengatakan bahwa petani tidak dapat meningkatakan produksinya karena kurangnya biaya. (Mubyarto 1982: 33). Desa Saritani merupakan Desa agraris dimana hampir seluruh masyarakat Desa Saritani bermata pencaharian di sektor pertanian, oleh karena itu masyarakat Desa Saritani ini hanya bergantung pada hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. di desa saritani terdapat beberapa macam tanaman musiman yang sering di tanam oleh petani di antara yaitu jagung, padi dan rica. 13
masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani semakin sulit untuk memperoleh hasil yang lebih tinggi sehingga mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta membiayai anak-anak mereka yang sedang sekolah sebab banyak para petani di Desa Saritani yang memiliki pinjaman untuk biaya dalam pengolahan lahan dimana biaya tersebut digunakan untuk membeli keperluan-keperluan dalam pengolahan usahatani mereka. Keterbatasan modal membuat para petani harus terlibat hutang untuk membiayai usahatani mereka, hal tersebut tentunya membuat mereka semakin kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka juga harus melunasi hutang-hutang mereka pada pemilik modal. Hasil panen yang yang tidak sesauai dengan yang diharapkan membuat petani sering kesulitan untuk memenuhi kebutuhan mereka apalagi bagi masayarakat yang tidak memiliki lahan sendiri. Solusi atau tindakan untuk petani di Desa Saritani yaitu, melakukan Pemberdayaan bagi masyarakat petani. Karena pemberdayaan tidak lain adalah memberikan motivasi dan dorongan kepada mereka agar mampu menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas hidupnya, melalui cara antara lain, pertama, dengan meperbaiki sumber daya manusianya dengan memperbaiki pendidikan yang ada di Desa Saritani sehingga mereka memiliki akses untuk menguasai teknologi dan skill untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Kedua, memberikan pelatihan atau penyuluhan kepada petani khususnya yang berpendidikan rendah tentang bagaimana tata cara mengelolah pertanian
yang baik
(penguasaan teknik produksi) agar mendapat hasil yang lebih baik. Ketiga, Memberikan bantuan seperti pemberian paket kredit, karena aspek permodalan merupakan salah satu yang menjadi kendala dalam pengembangan usaha tani.
14
Peran Anggota Keluarga Dalam Mengelolah Usahatani Karena pendapatan petani yang rendah sehingga menyebabkan para petani sering kekurangan biaya untuk membayar buruh atau tenaga kerja sehingga terkadang para petani mempekerjakan anak-anak mereka atau anggota keluaraga lain untuk membantu dalam pengolahan usahatani mereka. Sehingga bagi para petani tenaga keluarga merupakan satusatunya tenaga kerja yang sangat penting dalam membantu mengolah pertanian terutama anak laki-laki. Bagi para petani anak-anak yang berumur 12 tahun sudah dapat merupakan tenaga kerja yang produktif bagi usahatani. Mereka dapat membantu mengatur pengairan, mengangkut bibit atau pupuk keladang atau membantu pengarapan ladang (Mubyarto 1982: 105). Namun selain dari anak-anak,ada juga para istri yang sering ikut membantu suami mereka mengolah lahan atau ikut bersama suami menjadi pekerja upahan khususnya pada saat pasca panen.
15
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Anak-anak yang putus sekolah di Desa Saritani disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya yaitu faktor ekonomi, gaya hidup, faktor lingkungan,
latek geografis
sekolah serta kurangnya kesdaran atau perhatian baik dari orangtua maupun anak itu sendiri terhadap pendidikan. 2. Dari anak-anak yang putus sekolah inilah yang memicu banyaknya pekerja di sektor anak di sektor pertanian di Desa Saritani kecamatan Wonosari kabupaten Boalemo. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi para orangtua di Desa Saritani untuk tetap memberikan motivasi dan dukungan kepada anak-anaknya supaya tidak ada lagi anak-anak yang putus sekolah dan menjadi pekerja/buruh anak. 2. Anak-anak di Desa Saritani diharapkan agar untuk lebih giat lagi kesekolah dan tidak terbawa arus atau pengaruh-pengaruh dari luar yang bisa menjadi penyebab putus sekolah dan menjadi pekerja anak. 3. Bagi Pemerintah, diharapkan hal ini bisa menjadi bahan pertimbangan untuk melihat dan lebih memperhatikan sektor pendidikan dan perekonomian masyarakat yang di Desa Saritani yang masih banyak kekurangan dan perlu perhatian dari pemerintah baik pemerintah pusat, daerah, maupun pemerintah setempat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, J. W. 2013. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Damsar. 2009. Pengantar sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Planck, Ulrich. 1993. Soiologi Pertanian. Jakarta: Penerbit Yayasan Obor Indonesia.
White, Benjamin. 1982. “Peranan Anak Dalam Ekonomi Rumahtangga“. Dalam Koentjaraningrat., Masalah-Masalah Pembangunan. Jakarta: PT Temprint.
White, Benjamin. 1992. “Anak-Anak Desa Dalam Kerja Upahan” Majalah PRISMA. Jakarta : LP3ES. Halaman 81-85.
Fithriani, Rizqa. 2011. “Pekerja Anak, Kemiskinan, dan Nilai Ekonomi Anak”: Suatu Pendahuluan. Studi Kasus Provinsi Lampung. Diakses 5 juli 2014 http://journal. Rizqa.ac.id/index.php/jep/article/download/664/529
Husnaini, Zahratul 2011. “Pekerja Anak Diawah Umur”: Suatu Pendahuluan. Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Andalas Padang. http://journal/2011/pekerja-anak-dibawah-umur.html
Setiani, Alfi. 2013. “Faktor-faktor; Pendidikan; Putus sekolah; Solusi 2013”: Suatu Pendahuluan. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Diakses 5 Juli 2014. http://jurnalilmiahtp.blogspot.com/2013/11/penyakit-putus-sekolah.html
17
UCAPAN TERIMAKSAIH Dengan tidak mengurangi rasa hormat , penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulunya penulis ucapkan kepada kedua Dosen pembimbing : Bapak Ridwan Ibrahim., S.Pd., M.Si, selaku Dosen pembimbing I dan Bapak Basri Amin S.Sos., Ma yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan proposal. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:
Kedua orang tua penulis, Yusuf U. Panantu dan Rapi’a Hulopi yang selalu memberikan motivasi dan juga doa dan restu di setiap langkah, sehingga dapat mengantarkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dr. Hi Syamsu Qamar Badu, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Gorontalo.
Prof. Dr. H. Sarson Dj. Pomalato, M.Pd. selaku Pembantu Rektor I Bidang Akademik Universitas Negeri Gorontalo.
Eduart Wolok, ST., MT, selaku Pembantu Rektor II Bidang Administrasi Umum Universitas Negeri Gorontalo.
Dr. Fence M. Wantu, SH., MH, selaku Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Gorontalo
Prof. Hasanudin Fatsah M.Hum selaku Pembantu Rektor IV Bidang Perencanaan dan Kerjasama Universitas Negeri Gorontalo.
Dr. Sastro M. Wantu, SH., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo.
Drs. Revoltje O.W. Kaunang, M.Pd selaku Pembantu Dekan I Bidang Akademik Universitas Negeri Gorontalo
Sutrisno Mohamad, S.Pd.,M.Pd selaku Pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo.
Yoan Tamu S.Ag., MA selaku Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial Universtitas Negeri Gorontalo. 18
Bapak, Farid Th. Musa, S. Sos., MA, sebagai ketua Jurusan S1 Sosiologi sekilgus sebagai Penasehat Akademik dan Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini .
Bapak Dr. Arifin Tahir, M.Si, selaku Kepala Perpustakaan Universitas Negeri Gorontalo.
Bapak Barsi Amin, S.Sos., MA, yang telah memberikan bantuan literatur sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Bapak Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd, dan Ibu Dra. Hj. Nina Lamatenggo, M.Pd, yang telah banyak membantu penulis selama menempuh studi di Universitas Negeri Gorontalo.
Bapak/Ibu Dosen dan Staf yang ada di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial khususnya pada Program Studi Sosiologi.
K’ Evan selaku Operator Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo.
Keluarga Penulis Hasan Panantu, Irma Nusi, Ais Panantu, Nur Apni, Angki Panantu, Indri Panantu dan juga keluarga yang tidak dapat kusebutkan satu persatu.
Bapak yamin hulopi dan Ibu Una yang sudah yang sudah memberikan temapat tinggal selama melakukan penelitian.
Kepala Desa Saritani beserta staf, terima kasih telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian sekaligus dalam pengambilan data.
Informan yang terkait dengan penelitian ini, terima kasih atas bantuannya.
Teman-teman seperjuangan Program Studi Sosiologi Angkatan 2010 khususnya kelas B : Yaumil, Vindri, Irnawati, Harliati, Isnawati, Nurhayati, Villa, Silvia, Dian, Desty, Nuranisa, Sarlin, Nagsi, Marni, Dian, Irfandi, Taurid, M. Taufik, Zulkifli, Hapid, M. Roi, Roin, M. Idam, Imam, Ongki, Salman, Samaun, Doho, Sukardi, Rustam, Yulfika, Hasni, Dan lain-lain. 19
Teman- teman KKS Desa Desa Saritani : Yaumil, Vindri, Hasni, Siti, Martiana, Roy, Heldi, Feliks, Vila, Yati, Nirma, Silvi, Dian, dan teman-teman yang tidak bisa ku sebutkan satu persatu.
Teman-teman seasrama: Memi, Asrin, Ebi, Yati, Tari, Dian, Ariyanti Lamala, serta teman-teman yang tidak bisa kusebut satu persatu.
Sahabatku Faisal Djafar dan Noval Timbuli.
Hamid yang telah banyak memberikan dorongan, semangat, serta bantuan baik secara moril maupun materiil selama menempuh studi di Universitas Negeri Gorontalo.
20