1
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN MEREVISI TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS VII MTS AL-KAUTSAR AL-AKBAR MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Khairun Nisyah Dr. Wisman Hadi, M.Hum ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan merevisi teks eksposisi siswa kelas VII MTS Al-kautsar Al-akbar Medan. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTS Al-kautsar Alakbar Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 yang berjumlah 135 orang siswa. Sampel diambil secara acak yaitu kelas VII C yang berjumlah 31 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Instrumen yang digunakan adalah tes merevisi teks. Dari pengelolaan data diperoleh hasil pre test dengan rata-rata = 64,52 sedangankan data dari hasil post test 73,7. Dari pengolahan data diperoleh rata-rata pre test = 64,52 standar deviasi = 6,26 standart eror 1,14 pada post test diperoleh rata-rata 73,7 standart deviasi = 8,32 standar eror = 1,52 berdasarkan uji normalitas hasil pre test dan post test berdistribusi normal. Harga F di dapat dari tabel dengan taraf nyata = 0,05 atau F0 (n 1-1n 2-1) Fhitung
ttabel yakni 4,83>2,04. Dengan demikian H0 (hipotesis nihil) ditolak dan Ha (hipotesis alternatif) diterima. Hal ini membuktikan bahwa ada pengaruh penggunaan model berbasis masalah dalam kemampuan merevisi teks eksposisi. Kata Kunci: Model Berbasis Masalah, Merevisi Teks Eksposisi.
PENDAHULUAN Berbahasa merupakan proses interaktif komunikatif yang menekankan pada aspek-aspek bahasa. Kemampuan memahami aspek-aspek tersebut sangat menentukan keberhasilan dalam
2
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
proses komunikasi. Aspek-aspek tersebut, antara lain adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut berkaitan antara satu dengan yang lain. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang terdapat pada standar isi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) adalah ketampilan menulis. Tarigan ( 1994:2) menyebutkan “keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang memiliki kedudukan sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena dapat membantu siswa berfikir kritis, memperdalam daya tangkap atau persepsi, memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, dan memperjelas jalan pikiran. Jadi, belajar menulis adalah belajar berpikir dengan cara tertentu.” Menulis juga memberikan nuansa baru bagi pikiran, perasaan, dan dunia pembaca. Berkaitan dengan itu, menulis merupakan salah satu aktivitas yang selalu dilaksanakan oleh semua jenjang pendidikan sebagai bahan pembelajaran, baik sastra maupun bahasa. Tercapainya tujuan pembelajaran keterampilan menulis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ketika siswa mampu menuangkan pengalaman dan gagasan, mampu menulis informasi untuk berbagai pembahasan dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia, keterampilan siswa dalam menulis masih sangat kurang. Rendahnya keterampilan menulis ini, salah satunya disebabkan oleh kurangnya media yang digunakan guru dalam pembelajaran. Selain itu, siswa perlu dipacu dengan menggunkan model dan media yang menarik. Masalah ini disebabkan karena, materi yang diajarkan kurang mengacu pada pengalaman siswa, guru masih sangat bergantung pada buku pelajaran/pegangan ketika mengajaran, siswa kesulitan menemukan unsur-unsur yang terdapat pada teks eksposisi, dan siswa belum memahami dengan baik hal-hal yang perlu direvisi pada teks eksposisi. Teks eksposisi merupakan tulisan yang berusaha menerangkan atau menguraikan suatu pokok pikiran yang dianggap perlu untuk disampaikan kepada pembaca. Teks eksposisi digunakan untuk memaparkan suatu masalah atau pembicaraan secara terperinci. Melalui teks eksposisi, pembaca diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan pandangan yang disampaikan. Mahsum (2014:31) menyebutkan bahwa, ”struktur berpikir yang menjadi muatan teks eksposisi adalah: tesis/pernyataan pendapat, alasan/argumentasi, dan pernyataan ulang pendapat.” Seringkali dalam suatu pembelajaran siswa hanyalah sebagai objek penderita yang harus menghafal sekaligus memahami serentetan pokok bahasan yang disajikan guru secara abstrak. 3
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Dalam hal ini diperlukan suatu model pembelajaran yang mendekatkan siswa akan objek yang nyata yang mereka temui di masyarakat. Model pembelajaran tersebut yaitu model pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah (PBL) merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model Pembelajaran Berbasis Masalah fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga pelajaran tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, pelajar tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan, menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah sehingga menumbuhkan pola berpikir kritis. Perlu ditempuh upaya–upaya untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran meringkas teks eksposisi. Kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, melainkan siswa harus mengkonsumsi pengatahuan di benak mereka sendiri. Pandangan kontruktivime mengharapkan siswa semakin aktif memperhatikan lingkungan (belajar dengan lingkungannya). Semakin banyak pengetahuan yang terkonstruksi pada benak mereka, semakin banyak pula ide yang akan didapatkan. Pembelajaran yang dimulai dengan suatu masalah, apalagi kalau masalah tersebut bersifat kontekstual, maka dapat terjadi ketidaksetimbangan kognitif pada diri pelajar. Keadaan ini dapat mendorong rasa ingin tahu sehingga memunculkan bermacam-macam pertanyaan di sekitar masalah seperti “apa yang dimaksud dengan….”, “mengapa bisa terjadi….”, “bagaimana cara mengetahuinya…” dan seterusnya. Bila pertanyaan-pertanyaan tersebut telah muncul dalam diri pelajar, motivasi intrinsik mereka untuk belajar akan tumbuh. Pada kondisi tersebut diperlukan peran guru sebagai fasilitator untuk mengarahkan pelajar tentang “konsep apa yang diperlukan untuk memecahkan masalah”, “apa yang harus dilakukan” atau “bagaimana melakukannya” dan seterusnya. Metode pembelajaran ini diharapkan dapat membantu siswa mengatasi permasalahan dalam merevisi teks eksposisi. Berbagai telusur pustaka, model pembelajaran berbasis masalah telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Fachrurazi dengan judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Komunikasi Matetatis oleh Siswa Dasar.” Dalam penelitian tersebut, disimpulkan bahwa 4
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
terdapat perbedaan berpikir kritis antarsiswa yang belajar menggunakan model pembelejaran berbasis masalah dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Siswa pada kelas pembeleajaran berbasis masalah mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi daripada siswa kelas konvensional. Hal yang sama juga didukung dalam jurnal (Af’idah: 2013) yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Pembelajaran IPA Terpadu Tema Koresi Besi Untuk Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bungah Gresik.” Penelitan tersebut, menyimpulkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan masalah pada pembelajaran IPA terpadu dengan tema korasi besi 100 % terlaksana dari tahap awal sampai akhir dengan rata-rata skor 3,8 yang baik.” Berdasarkan latar belakang tersebut, dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Merevisi Teks Eksposisi Siswa Kelas VII MTS Al-Kautsar Al-Akbar Medan tahun pembelajaran 2014/2015.” Penting dilakukan untuk melihat pengaruh model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di MTS Al-Kautsar Al-Akbar Medan. Penelitian ini akan dilakukan pada semester genap tahun pembelajaran 2014/2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTS Al-kautsar Al-akbar Medan yang berjumlah 135 siswa. Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen dengan one grup pre-test and post- test desaign. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan cara mengundi seluruh kelas VII MTS Alkautsar Al-akbar Medan yang berjumlah empat kelas untuk menentukan sampel penelitian. Dari hasil pengundian diperoleh sampel yaitu kelas VII-C yang berjumlah 31 siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
HASIL PENELITIAN Setelah melakukan prosedur penelitian seperti melakukan analisis data, melakukan pengujian hipotesis, akhirnya dapat ditemukan hasil penelitian siswa dengan kategori cukup,
5
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
yaitu nilai yang didapat belum mencapai KKM sebesar 75 dalam merevisi teks eksposisi, dengan melakukan pre-test terebih dahulu, siswa diberikan tes tanpa perlakuan model pembelajaran berbasis masalah, kemudian pada saat penelitian kemampuan merevisi teks eksposisi sebelum perlakuan hasil yang didapat dengan nilai rata-rata 64,52 sehingga termasuk dalam kategori. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan nilai rata-rata kemampuan merevisi teks eksposisi dengan melakukan post-test, yaitu penerapan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi, yakni sebesar 73,7 (kategori baik) daripada nilai rata-rata kemampuan merevisi teks eksposisi sebelum perlakuan. Tabel Data Rekapitulasi Rata-rata Setiap Aspek yang Diamati Rata-rata Frekuensi Siswa No.
Aspek Penilaian
Pre-test
Post-test
Selisish
1.
Kohesi dan koherensi
51,6%
70,97%
19,37%
2.
Isi
25,8%
32,3%
6,5%
3.
Ejaan
29%
32,3%
3,3%
4.
Kosa kata
35,5%
41,9%
6,4%
5.
Ciri teks eksposisi
16,3%
29%
12,7%
PEMBAHASAN PENELITIAN Setelah melakukan prosedur penelitian seperti uji normalitas, uji homogenitas, dan pengujian hipotesis maka didapat hasil penelitian. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa kemampuan merevisi teks eksposisi siswa sesudah menggunakan model pembelajaran berbasis masalah tinggi dibandingkan dengan kemampuan siswa merevisi teks eksposisi sebelum menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Tahapan selanjutnya adalah menganalisis data yang diperoleh, serta menguji kenormalan dan kehomogenitasan sampel, kemudian menguji hipotesis dengan menggunakan uji “t”. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh kemudian diolah dengan mencari mean, standar deviasi, standar eror perbedaan mean kedua hasil. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini. 6
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
1. Sebelum Menerapkan Model Pembelajaran berbasis masalah (Pre-test) Jika dilihat dari hasil pre-test, ditemukan skor sebagai berikut: indikator penilaian kohesi dan koherensi, yaitu 16 orang (51,6%) memperoleh skor maksimal 20, sebanyak 7 orang (22,56%) memperoleh skor 15 dan ada sebanyak 8 orang (25,8%) yang memperoleh skor 10. Hasil penilaian indikator isi, yaitu 8 orang (25,8%) memperoleh skor maksimal 20, sebanyak 18 orang (58,1%) memperoleh skor 15 dan ada sebanyak 5 orang (16,1%) yang memperoleh skor 10. Hasil penilaian indikator ejaan, yaitu tidak seorang pun
(0%) yang memperoleh skor
maksimal 20, sebanyak 6 orang (19,36%) memperoleh skor 15, sebanyak 9 orang (29%) yang memperoleh skor 10, dan ada sebanyak 16 orang (51,6%) yang memperoleh skor 5. Hasil penilaian indikator kosa kata, yaitu 4 orang (12,9%) memperoleh skor maksimal 20, sebanyak 16 orang (51,6%) memperoleh skor dan ada sebanyak 11 orang (35,5%) yang memperoleh skor 10. Hasil penilaian indikator ciri teks eksposisi, yaitu 4 orang (12,9%) yang memperoleh skor maksimal 20, sebanyak 22 orang (70,97%) memperoleh skor 10, dan ada sebanyak 5 orang (16,13%) yang memperoleh skor 5. Dilihat dari hasil nilai pre-test, masih ditemukan siswa yang belum terampil merevisi. Ini diketahui dari nilai pre-test yang masih di bawah rata-rata. Sebelum penerapan model pembelajaran berbasis malasah dalam materi merevisi teks eksposisi siswa sulit untuk memusatkan perhatian pada proses pembelajaran karena dalam kegiatan sebelum penerapan guru masih menggunakan cara mengajar seperti biasa, yaitu dengan guru yang lebih aktif berbicara dan menjelaskan. Siswa juga hanya diminta mendengarkan guru yang menjelskan saja dan ditugaskan untuk merevisi teks, maka ketika ditugaskan merevisi siswa hanya menyalin ulang kalimat yang terdapat didalam buku hanya saja ada beberapa kata yang tidak ditulis kembali. Sebelum menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Siswa belum terlalu menguasai materi secara mendalam, sebab ia hanya sekedar memahami materi dari penjelasan 7
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
guru secara ceramah. Siswa belum memiliki keterampilan mempraktekkan materi.. Maksudnya adalah siswa tidak terampil karena hanya mendengarkan guru yang menjelaskan materi tanpa ikut berperan serta dalam kegiatan pembelajaran. 2. Setelah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (post-test) Sesudah model pembelajaran demonstrasi bisu diterapkan, hasil penilaian indikator kohesi dan koherensi, yaitu 25 orang (80,6%) memperoleh skor maksimal 20, dan ada sebanyak 6 orang (19,4%) yang memperoleh skor 10. Hasil penilaian indikator isi, yaitu 16 orang (51,6%) memperoleh skor maksimal 20, sebanyak 10 orang (32,3%) memperoleh skor 15 dan ada sebanyak 5 orang (16,1%) yang memperoleh skor 10. Hasil penilaian indikator ejaan, yaitu 2 orang (6,4%) yang memperoleh skor maksimal 20, sebanyak 9 orang (29%) memperoleh skor 15, sebanyak 10 orang (32,3%) yang memperoleh skor 10, dan ada sebanyak 10 orang (32,3%) yang memperoleh skor 5. Hasil penilaian indikator kosa kata, yaitu tidak ada seorangpun (0%) yang memperoleh skor maksimal 20, sebanyak 18 orang (58,1%) memperoleh skor 15 dan ada sebanyak 13 orang (41,9%) yang memperoleh skor 10. Dilihat dari post-test, bahwa seluruh siswa yang sudah diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih mampu merevisi teks eksposisi sebelum diberikan perlakuan, uji hipotesis yang diperoleh data ttabel pada taraf 5% = 2,04. Karena t0 yang didapat lebih besar dari ttabel maka hipotesis (Ho) ditolak dan hipotesis (Ha) diterima hingga akhirnya peneliti mendapatkan suatu hasil yang positif dalam meningkatkan kemampuan merevisi teks eksposisi siswa. Model pembelajaran berbasis masalah diberikan kepada siswa kelas VII MTS Al-kautsar Al-akbar Medan ternyata memiliki pengaruh yang signifikan. Dengan adanya penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam materi merevisi teks eksposisi dapat mempengaruhi aktivitas siswa karena dituntut untuk ikut berinteraksi saat guru menjelaskan karena model yang
8
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
digunakan adalah model pembelajaran yang mengangkat permasalahan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari menjadi teks dalam pelajaran. Ini juga dapat melatih seorang siswa mengerjakan sesuatu dengan baik dan benar karena dalam model ini dibutuhkan perhatian yang sungguh-sungguh, jadi siswa mengerti prosedurnya dengan baik dan benar dan dapat mengerjakan yang ditugaskan oleh guru dengan baik dan benar pula. Siswa memiliki keterampilan merevisi teks sesuai dengan yang dipraktekkannya. Maksudnya adalah siswa mempunyai keterampilan sesuai dengan apa yang terjadi disekelilingnya karena siswa dituntut untuk mampu merevisi teks setelah guru menerapkan pembelajaran berbasis masalah 3. Pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis masalah Hasil perhitungan hipotesis tersebut menyatakan bahwa adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan merevisi teks eksposisi siswa kelas VII MTS AL-KAUTSAR AL-AKBAR
Medan Tahun
Pembelajaran 2014/ 2015.
PENUTUP Kemampuan siswa kelas VII MTS Al-kautsar A-akbar Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 dalam merevisi teks eksposisi sebelum menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah diperoleh 75 nilai tertinggi dan nilai terendah 55, nilai rata-rata 64,52 dan termasuk dalam kategori cukup. Kemampuan siswa kelas VII MTS Al-kautsar Al-akbar Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 dalam merevisi teks eksposisi sesudah menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah diperoleh 90 nilai tertinggi dan nilai terendah 65, nilai rata-rata 73,7 dan termasuk dalam kategori baik. Proses pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran
Berbasis
Masalah
berpengaruh
positif
dibandingkan
9
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
dengan
sebelum
menggunakan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan merevisi teks eksposisi siswa kelas VII MTS Al-kautsar Al-akbar Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015.
10
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
DAFTAR PUSTAKA Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Sanjaya. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT Tarsito. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
11
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com